Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

“PENDIDIKAN”
Makalah ini diajukan untuk memenuhi tugas individu Mata Kuliah Metodologi Penelitian
Dosen Pengampu : Dr. Aas Siti Sholichah, M.pd.

Disusun Oleh :
Diana Nur Aliyah (211310163)

SEMESTER 2
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM, FAKULTAS TARBIYAH,
INSTITUT PERGURUAN TINGGI ILMU AL-QUR’AN JAKARTA
TAHUN AJARAN 2021-2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat, karunia,
dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini, Tak lupa pula kami haturkan shalawat
serta salam kepada junjungan Nabi Muhammad SAW. Semoga syafa’at-Nya mengalir pada kita
di hari akhir kelak.
Penulisan makalah tentang “Pendidikan Karakter” ini bertujuan untuk memenuhi tugas dari
Dosen Pengampu Dr. Aas Siti Sholichah, M.pd pada mata kuliah Metodologi Penelitian di
Institut Perguran Tinggi Ilmu Al-Qur’an Jakarta, Selain itu kami berharap agar makalah ini dapat
menambah wawasan bagi pembaca tentang pembahasan ini.
Kami mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Dosen Pengampu Dr. Aas Siti
Sholichah, M.pd selaku dosen mata kuliah Metodologi Penelitian, Tugas yang telah di berikan
ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan terkait bidang yang kami pelajari, Dalam
pembuatan makalah ini, kami sudah menyelesaikan dengan semaksimal mungkin, namun tidak
menutup kemungkinan terdapat kesalahan dalam penulisan ini, untuk itu diperlukan kritik dan
saran yang bersifat membangun, Dengan demikian kami mengucapkan terima kasih.

Bogor, 16 Desember 2021

Penulis,
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan karakter itu sebenarnya bukan merupakan suatu hal yang baru bagi masyarakat
Indonesia. Bahkan awal kemerdekaan, masa orde baru, masa orde lama, dan kini orde reformasi
telah banyak langkah-langkah yang sudah dilakukan dalam rangka pendidikan karakter dengan
nama dan bentuk yang berbeda-beda.1 Pendidikan karakter merupakan pendidikan perilaku yang
terbentuk dari kebiasaan dan keteladanan para pendidik, orang tua, para pemimpin, dan
masyarakat yang merupakan lingkungan luas bagi pengembangan karakter anak. Sekolah adalah
lembaga yang memikul beban untuk melaksanakan pendidikan karakter. Dalam UU Sistem
Pendidikan Nasional tahun  2003 pasal 1 dinyatakan bahwa tujuan pendidikan nasional adalah
mengembangkan potensi peserta didik untuk memiliki kecerdasan, kepribadian, dan akhlak
mulia.
Karakter yang kuat akan membentuk mental yang kuat serta akan membentuk karakter yang kuat
pula, pantang menyerah, berani mengarungi proses panjang, serta menerjang arus badai yang
bergelombang dan berbahaya. Oleh karena itu, pendidikan karakter menjadi keniscayaan bagi
bangsa ini untuk membangun mental pemenang bagi generasi bangsa di masa yang akan datang.2
Dalam pembentukan karakter dan akhlak seorang siswa, belum bisa langsung baik karena, itu
tergantung dimana dia bersekolah, lingkungan keluarga, lingkungan teman, dan masyarakat.
Dengan demikian, untuk menanggulangi masalah tersebut maka adanya perhatian khusus kepada
siswa agar lebih baik dari pihak guru dan orang tua siswa. Mengenai cara berbicara, cara
berpakaian, kedisiplinan, cara bergaul dengan teman dan lain sebagainya.

B. Rumusan Masalah
1. Pengertian Pendidikan Karakter
2. Ruang Lingkup Pendidikan Karakter
3. Tujuan Pendidikan Karakter
4. Prinsip Pendidikan Karakter
5. Metode Pendidikan Karakter
6. Nilai-Nilai Pendidikan Karakter

C. Tujuan
1. Mengetahui Pengertian Pendidikan Karakter
2. Mengetahui Ruang Lingkup Pendidikan Karakter
3. Mengetahui Tujuan Pendidikan Karakter
4. Mengetahui Prinsip Pendidikan Karakter
5. Mengetahui Metode Pendidikan Karakter
6. Mengetahui Nilai-Nilai Pendidikan Karakter

BAB II
1
Kesuma, 2011:4
2
Asmani, 2011 : 19-20
PEMBAHASAN

A. Pengertian Pendidikan Karakter


Pendidikan karakter adalah sebuah sistem yang menanamkan nilai karakter pada peserta
didik yang mengandung komponen pengetahuan, kesadaran individu, tekad serta adanya
kemauan dan tindakan untuk melaksanakan nilai - nilai baik terhadap Tuhan YME, diri
sendiri, sesama manusia, lingkungan maupun bangsa.
Menurut UU Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003 Pasal 1 butir 1, pendidikan
adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
negara. Pendidikan nasional bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis
serta bertanggung jawab.3
Adapun pengertian menurut para ahli, antara lain:
a. Menurut T. Ramli (2003), Pendidikan Karakter memiliki esensi dan makna yang
sama dengan  pendidikan moral dan pendidikan akhlak yang bertujuan untuk
membentuk  pribadi anak, supaya menjadi manusia yang baik, warga masyarakat,
dan   warga negara yang baik.
b. Menurut Tadkiroatun Musfiroh ( UNY ,2008 ), Pendidikan Karakter merupakan
upaya-upaya yang dirancang dan dilaksanakan secara sistematis untuk membantu
peserta didik memahami nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan
Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan
yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan
norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya, dan adat istiadat.4

B. Ruang Lingkup Pendidikan Karakter


Suatu proses dalam ruang lingkup Pendidikan memiliki 2 asumsi yang berbeda, antara
lain:
a. Ruang lingkup Pendidikan Karakter dianggap sebagai sebuah proses yang terjadi
secara tidak disengaja atau berjalan secara alamiah. Misalnya, pada dasarnya manusia
belajar dari peristiwa alam yang ada untuk mengembangkan kehidupannya.
b. Ruang Pendidikan Karakter bisa dianggap sebagai proses yang terjadi secara sengaja,
direncanakan, didesain dan diorganisasi berdasarkan perundang-undangan yang
dibuat. Misalnya, UU Sisdiknas yang merupakan dasar penyelenggaraan pendidikan.5
Pendidikan Karakter memiliki 3 aspek yang sangat penting untuk membentuk dan
menanamkan pendidikan karakter pada peserta didik, antara lain:
a.  memiliki peruntukan yang jelas dalam usaha membangun moral dan karakter anak
bangsa melalui kegiatan pendidikan.
3
makalahproposal.blogspot.com
4
Anas Salahudin, Pendidikan, Karakter;Pendidikan Berbasis Agama Budaya Bangsa, (Bandung: CV Pustaka Setia,
2013). Hlm. 41.
5
Fatchul Mu’in, Pendidikan Karakter: Kontruksi Teoritik dan Praktik. (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2011). Hlm 287.
b. Memiliki Ruang lingkup pendidikan karakter berupa nilai-nilai dasar etika dan
bentuk-bentuk karakter yang positif.
c. menuntut kejelasan identifikasi karakter sebagai perwujudan perilaku bermoral.
Hal tersebut sangat ditentukan oleh semangat, motivasi, nilai-nilai, dan tujuan dari
pendidikan.
C. Tujuan Pendidikan Karakter
Tujuan yang paling mendasar dari pendidikan adalah untuk membuat seseorang atau para
pendidik dan manusia lainnya menjadi good dan smart. Dalam sejarah Islam, Nabi
Muhammad SAW menegaskan bahwa misi utamanya dalam mendidik manusia adalah
untuk mengupayakan pembentukan karakter yang baik (good character).6
Pendidikan Karakter dalam tingkat satuan pendidikan mengarah pada pembentukan
budaya sekolah atau madrasah, yaitu nilai-nilai yang melandasi perilaku, tradisi
kebiasaan sehari-hari, serta simbol-simbol yang dipraktikkan oleh semua warga sekolah
atau madrasah dan masyarakat sekitarnya.7
Adapun tujuan pendidikan karakter menurut Kementerian Pendidikan Nasional adalah
mengembangkan karakter peserta didik agar mampu mewujudkan nilai-nilai luhur
Pancasila. Apabila tujuan pendidikan karakter yang berbasis agama dan bangsa, maka
tujuannya ialah menanamkan jiwa kepemimpinan dan tanggung jawab peserta didik
sebagai generasi penerus bangsa, mengembangkan kemampuan peserta didik menjadi
manusia yang mandiri, kreatif dan berwawasan kebangsaan, mengembangkan lingkungan
kehidupan sekolah sebagai lingkungan belajar yang aman, jujur, penuh kreativitas
dan  persahabatan, serta dengan rasa kebangsaan yang tinggi dan penuh kekuatan.8
D. Prinsip Pendidikan Karakter
Berikut prinsip-prinsip yang digunakan dalam pengembangan pendidikan budaya dan
karakter bangsa, antara lain:
1. Pendidikan merupakan kiat untuk menerapkan prinsip-prinsip ilmu pengetahuan dan
teknologi bagi manusia.
2. Pendidikan merupakan proses interaksi sesama manusia yang ditandai keseimbangan
antara kedaulatan subjek didik dengan kewibawaan pendidik. 
3. Pendidikan pada prinsipnya berlangsung seumur hidup.
4. Pendidikan merupakan upaya mensiapkan peserta didik menghadapi lingkungan yang
mengalami perubahan semakin besar.
5. Pendidikan meningkatkan kualitas kehidupan pribadi dan masyarakat.
Adapun tujuan pendidikan sesungguhnya adalah memanusiakan manusia. Maksud
memanusiakan manusia adalah menjadikan manusia sebagai manusia seutuhnya yang
memiliki kemampuan mengendalikan diri, berpengetahuan dan cinta tanah air. Untuk
mewujudkan hal tersebut, diperlukan penanaman nilai-nilai perilaku berkarakter.9
E. Metode Pendidikan Karakter
Doni A. Koesoema, sebagaimana yang dikutip oleh Bambang Q-Anees dan Adang
Hambali, mengajukan lima metode pendidikan karakter (dalam penerapan lembaga di
lembaga sekolah), antara lain:
a. Mengajarkan
6
Abdul Majid, op.cit, hlm. 30.
7
E. Mulyasa, Manajemen Pendidikan Karakter. (Jakarta: Sinar Grafika, 2011), hlm. 9.
8
Anas Salahudin, op.cit, hlm. 109-110
9
Anas Salahudin, op.cit, hlm. 49.
Mengajarkan pemahaman konsepktual yang dibutuhkan sebagai bekal konsep-konsep
nilai dan menjadi pembanding atas pengetahuan yang telah dimiliki, maka proses
“mengajarkan” tidaklah menolong, melainkan melibatkan peran peserta didik.
b. Keteladan
Keteladanan memiliki posisi yang sangat penting salah satu peran utama adalah
seorang guru harus terlebih dahulu memiliki karakter yang ingin hendak diajarkan
Guru adalah yang digugu dan ditiru, peserta didik akan meniru apa yang dilakukan
oleh gurunya ketimbang yang dilaksanakan sang guru.
Keteladanan tidak hanya bersumber dari guru, melainan juga bersumber dari seluruh
manusia yang ada di lembaga pendidikan tersebut. Juga bersumber dari orang tua,
karib kerabat, dan siapapun yang sering berhubungan dengan peserta didik. Pada titik
ini, pendidikan karakter membutuhkan lingkungan yang utuh, saling mengajarkan
karakter.
c. Menentukan Prioritas
Penentuan prioritas yang jelas dan harus ditentukan agar proses evaluasi atas berhasil
tidaknya pendidikan karakter dapat menjadi jelas.  lembaga pendidikan memiliki
kewajiban untuk menentukan tuntutan standar yang akan ditawarkan kepada peserta
didik dan menetapkan perilaku standar yang menjadi ciri khas lembaga maka karakter
itu  harus difahami oleh peserta didik, orang tua, dan masyarakat.
d. Praksis Prioritas
Bukti Prioritas Karakter yang dilaksanakan oleh lembaga pendidikan yang mampu
membuat verifikasi sejauh mana prioritas yang telah ditentukan telah dapat
direalisasikan dalam lingkup pendidikan melalui berbagai unsur yang ada.
e. Refleksi
dipantulkan ke dalam diri, maksudnya  Apa yang telah dialami masih tetap terpisah
dengan kesadaran diri sejauh  ia belum dikaitkan, dipantulkan dengan isi kesadaan
seseorang. Refleksi dapat juga disebut sebagai proses bercermin pada peristiwa yang
telah terjadi.10
F. Mengetahui Nilai-Nilai Pendidikan Karakter
Pendidikan Karakter memiliki Nilai-Nilai yang deskripsinya berguna sebagai bahasan
atau tolak ukur ketercapaian pelaksanaan nilai-nilai pendidikan karakter di sekolah.
Adapun 18 nilai-nilai pendidikan karakter yang di deskripsikan adalah sebagai berikut:
1. Religius, sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang
dianutnya.
2. Jujur, perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang
selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan.
3. Toleransi, sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis,
pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang  berbeda dari dirinya.
4. Disiplin, tindakan yang menunjukan perilaku tertib dan patuh pada berbagai
ketentuan dan peraturan.
5. Kerja keras, perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi
berbagai hambatan belajar dan tugas, serta menyelesaikan tugas dengan sebaik-
baiknya.
6. Kreatif, berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari
sesuatu yang telah dimiliki.
10
Abdul Majid, op.cit, hlm. 212-217.
7. Mandiri, sikap dan perilaku yang tidak mudah bergantung pada orang lain dalam
menyelesaikan tugas-tugas.
8. Demokratis, cara berpikir, bersikap, bertindak yang menilai sama hal dan kewajiban
dirinya dan orang lain.
9. Rasa ingin tahu, sikap dan tindakan yang selalu berupaya mengetahui lebih mendalam
dan meluas dari sesuatu yan dipelajarinya, dilihat dan didengar.
10. Semangat kebangsaan, cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan
kepentingan bangsa dan negara diatas kepentingan diri dan kelompoknya.
11. Cinta tanah air, cara berpikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan
kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bangsa, lingkungan fisik, sosial,
budaya, ekonomi, dan politik bangsa.
12. Menghargai prestasi, sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk
menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta
menghormati keberhasilan orang lain.
13. Bersahabat/komunikatif, tindakan yang memperlihatkan rasa senang berbicara,
bergaul dan bekerja sama dengan orang lain.
14. Cinta damai, sikap, perkataan dan tindakan yang menyebabkan orang lain merasa
senang dan aman atas kehadiran dirinya.
15. Gemar membaca, kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan
yang memberikan  kebajikan bagi dirinya.
16. Peduli lingkungan, sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan
lingkungan alam disekitarnya, dan mengembangkan upaya untuk memperbaiki
kerusakan alam yang sudah terjadi.
17. Peduli sosial, sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada orang lain
dan masyarakat yang membutuhkan.
18. Tanggung jawab, sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan
kewajibannnya yang seharusnya dia lakukan terhadap diri sendiri, masyarakat,
lingkungan, negara dan Tuhan Yang Maha Esa.

Nilai-nilai pendidikan karakter tersebut diterapkan sejak usia kanak-kanak atau yang
biasa disebut para ahli psikologi sebagai usia emas (golden age) karena usia dini terbukti
sangat menentukan kemampuan anak dalam mengembangkan potensinya. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa sekitar 50% varibialitas kecerdasan pada orang dewasa
terjadi ketika anak berusia 4 tahun. Peningkatan 30% berikutnya terjadi pada usia 8
tahun, dan 20% sisanya pada pertengahan atau akhir dasawarsa kedua. Dari sini sudah
sepatutnya pendidikan karakter dimulai dari dalam pendidikan keluarga, yang merupakan
lingkungan pertama bagi pertumbuhan karakter anak.
Akan tetapi, bagi sebagian keluarga, proses pendidikan karakter yang sistematis diatas
sangat sulit, terutama bagi sebagian orang tua yang terjebak pada rutinitas yang padat.
Karena itu, sebaiknya pendidikan karakter juga perlu diberikan saat anak-anak masuk
lingkungan sekolah, terutama sejak play group, taman kanak-kanak, dan pendidikan anak
usia dini (PAUD). Disinilah, peran guru, yang dalam filosofi jawa
disebut  digugu dan ditiru menjadi ujung tombak di lingkungan sekolah, yang berhadapan
langsung dengan peserta didik.11

PENUTUP
KESIMPULAN

11
Anas Salahudin, op.cit, hlm. 54-56.
Dari pembahasan di atas dapat ditegaskan bahwa pendidikan karakter merupakan upaya-upaya
yang di rancang dan di laksanakan secara sistematis untuk membantu peserta didik memahami
nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan tuhan yang maha esa,diri sendiri ,sesama
manusia , lingkungan dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran ,sikap, perasaan ,perkataan
,perbuatan berdasarkan norma-norma agama , hukum ,tata krama , budaya, dan adat- istiadat.
Pendidikan karakter pada hakikatnya merupakan pembinaan personal peserta didik secara
terprogram dengan tujuan tertentu bagi lembaga pendidikan dengan menitikberatkan pembinaan
ideologi agama, budaya bangsa yang unggul dan jiwa kepemimpinan, yang sekaligus
membangun kekuatan dan kualitas peserta didik yang berkarakter unggul. Pendidikan karakter
pada tiga komponen, yaitu sekolah, keluarga, dan masyarakat diharapkan memiliki upaya dan
usaha penanaman dan pembudayaan nilai, sikap, dan cara berfikir, serta meningkatkan
kompetensi dan integritas. Terutama dalam aspek berbasis nilai agama, budaya bangsa,
kepemimpinan, ilmu pengetahuan dan teknologi serta wawasan global bagi peserta didik dan
seluruh civitas dunia pendidikan, keluarga, dan masyarakat. Untuk itu, pendidikan karakter yang
menjadi tanggung jawab sekolah, keluarga, dan masyarakat harus dijadikan sebagai sarana untuk
penyadaran, peneguhan, pengayaan, pencerahan dan pemahaman.12

12
muhammadfahmidzajuli.blogspot.com

Anda mungkin juga menyukai