Anda di halaman 1dari 14

PROPOSAL SKRIPSI

PEMBENTUKAN KARAKTER DISIPLIN MELALUI KEGIATAN UPACARA


BENDERA DI SDN 04 TAMBAKAJI SEMARANG
Pembimbing Akademik: Dr. H. Shodiq Abdullah, M.Ag.

Disusun Oleh :
Aufa Muhammad Rafi
NIM. 2003016065

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2022
PROPOSAL PENELITIAN SKRIPSI

Judul : PEMBENTUKAN KARAKTER DISIPLIN SISWA


MELALUI KEGIATAN UPACARA BENDERA SDN 04
TAMBAKAJI SEMARANG
Penulis : Aufa Muhammad Rafi
NIM : 2003016065
Program Studi : Pendidikan Agama Islam

A. LATAR BELAKANG
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab I
Pasal 1 Ayat 1 menegaskan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian
diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara. Setiap satuan pendidikan menyelenggarakan kelompok
layanan pendidikan pada jalur formal, nonformal, dan informal pada setiap jenjang dan jenis
pendidikan. Dalam satuan pendidikan anak sekolah dasar layanan pendidikan pada jalur
formal berupa sekolah dasar (SD) . Pengertian pendidikan di sekolah dasar mempunyai makna
yang sama dengan devinisi yang terurai di atas, namun saja letak audience atau siswanya saja
yang membedakannya. Artinya, bahwa pendidikan di sekolah dasar titik tekannya terpusat
pada siswa kelas dasar antara kelas 1 sampai dengan kelas 6 yang ketentuan materi dan pokok
bahasannya diatur tersendiri dalam GBPP (Garis-garis Besar Program Pengajaran). Sehingga
pendidikan di sekolah dasar dengan ruang lingkupnya mencakup materi ke SD-an yang
diselenggarakan sepanjang hayat sebagai pendidikan lanjutan dengan tujuan yang sama
seperti uraian pada Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan.
Dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional ( UU No. 20 Tahun 2003 ) Pasal
17 mendefinisikan pendidikan dasar sebagai berikut:
(1) Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan yang melandasi jenjang pendidikan
menengah.
(2) Pendidikan dasar berbentuk sekolah dasar (SD) dan madrasah ibtidaiyah (MI) atau bentuk
lain yang sederajat serta sekolah menengah pertama (SMP) dan madrasah tsanawiyah (MTs),
atau bentuk lain yang sederajat.
(3) Ketentuan mengenai pendidikan dasar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)
diatur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah.
Tujuan pendidikan nasional adalah mengarahkan berkembangnya potensi siswa agar
menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis
serta memiliki tanggung jawab. Sedangkan tujuan pendidikan sekolah dasar adalah
meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan
untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut. dengan demikian siswa dapat
memiliki dan menanamkan sikap budi pekerti terhadap sesama.
Dalam amandemen, dijelaskan bahwa Tujuan Pendidikan Nasional yang meliputi tentang
tujuan pendidikan di sekolah dasar, dalam Undang-undang Dasar 1945 disebutkan
sebagaimana berikut.
(1). Pasal 31, ayat 3 menyebutkan, “Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu
sistem pendidikan nasional, yang meningkatkan keimanan dan ketaqwaan serta akhlak mulia
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur dengan undang-undang”,

(2). Pasal 31, ayat 5 menyebutkan, “Pemerintah memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi
dengan menunjang tinggi nilai-nilai agama dan persatuan bangsa untuk kemajuan peradaban
serta kesejahteraan umat manusia”.

Tujuan pendidikan di sekolah dasar, seperti pada tujuan pendidikan nasional, yang
juga telah tertuang dalam Undang-undang No. 20 Tahun 2003 adalah seperti pada penjabaran
dalam Undang-undang Dasar 1945 Pasal 3 menyebutkan, “Pendidikan nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya
potensi siswa agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab”.

Dari kutipan Undang-undang tersebut di atas sebagaimana landasannya, maka tujuan


pendidikan di sekolah dasar sendiri dapat diuraikan meliputi beberapa hal yaitu,

(1). Beriman dan bertaqwa terhadap TuhanNya,


(2). Mengarahkan dan membimbing siswa ke arah situasi yang berpotensi positif, berjiwa
besar,

kritis,cerdas dan berakhlak mulia,

(3). Memiliki rasa cinta tanah air, bangga dan mampu mengisi hal yang bertujuan membangun

diri sendiri bangsa dan negara,

(4). Membawa siswa sekolah dasar mampu berprestasi ke jenjang selanjutnya.

Inti pokok pendidikan sekolah dasar, berupaya menanamkan keimanan terhadap


Tuhan sesuai dengan agama masing-masing yang dianutnya. Dengan harapan tentunya siswa
dapat menanamkan sikap yang berakhlak, sopan dan santun antar sesama umat manusia tanpa
membedakan ras, suku, dan agama. Sehingga pada akhirnya siswa dapat menjadi individu
yang bertanggung jawab, cakap, berdedikasi tinggi terhadap bangsa dan negaranya.
Pengertian pendidikan di sekolah dasar benar-benar mendidik dan menumbuhkembangkan
ilmu pengetahuan pada siswa di sekolah dasar untuk memiliki sikap kebersamaan dalam
upaya mencetak generasi muda yang bertanggung jawab.

Secara etimologi, karakter berasal dari bahasa Latin “kharakter”, “kharax”, yang
berarti membuat tajam dan membuat dalam.

Secara terminologi, karakter dimaknai sebagai cara berfikir dan berperilaku yang khas
tiap individu untuk hidup dan bekerja sama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat,
bangsa, dan negara. Karakter dapat dianggap sebagai nilai-nilai perilaku manusia yang
berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri,sesama manusia. Lingkungan dan
kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma
agama, hukum, tata krama, budaya, adat istiadat, dan estetika. Karakter adalah perilaku yang
tampak dalam kehidupan sehari-hari baik dalam bersikap maupun dalam bertindak. Ada yang
menganggap bahwa karakter sama dengan kepribadian. Kepribadian dianggap sebagai ciri
atau karakteristik atau gaya atau sifat khas dari diri seseorang yang bersumber dari bentukan-
bentukan yang diterima dari lingkungan, misalnya keluarga pada masa kecil, dan juga bawaan
seseorang sejak lahir. Karekter dipengaruhi oleh hereditas (keturunan). Perilaku seorang anak
seringkali tidak jauh dari perilaku orang tuanya. Karakter juga dipengaruhi oleh lingkungan.
Anak yang berada dalam lingkungan baik, cenderung akan berkarakter baik, demikian juga
sebaliknya. ”Karakter mengacu pada serangkaian sikap (attitudes), perilaku (behaviors),
motivasi (motivations), dan keterampilan (skills).

Dari beberapa pengertian karakter di atas, karakter dapat dimaknai sebagai nilai dasar
yang mempengaruhi pribadi seseorang, baik karena pengaruh hereditas maupun lingkungan,
dan terwujud dalam sikap dan perilaku sehari-hari yang membedakannya dengan orang lain.
Pendidikan karakter adalah sebuah proses transformasi nilai-nilai kehidupan untuk ditumbuh
kembangkan dalam kepribadian seseorang sehingga menjadi satu dalam perilaku kehidupan
orang itu.
Pendapat lain pendidikan karakter yaitu sebagai upaya yang sungguh-sungguh untuk
membantu seseorang memahami, kepedulian dan bertindak dengan landasan nilai-nilai etis
dan luhur. Karakter disini difokuskan pada karakter disiplin.
Adapun pengertian karkter disiplin yaitu Disiplin dalam arti positif seperti yang
dikatakan Hodges (dalam Yuspratiwi, 1990) mengatakan bahwa disiplin dapat diartikan
sebagai sikap seseorang atau sekelompok yang berniat untuk mengikuti aturan-aturan yang
sudah ditetapkan. Bisa saya simpulkan Pendidikan Karakter Disiplin disini yaitu proses
pemberian tuntunan,teladan kepada peserta didik agar bisa mempunyai nilai-nilai karakter
yang bisa membuat mereka bertanggung jawab atas aturan dan ketetapan yang ada di sekolah.
Karakter disiplin harus sudah dibiaskan sejak sedini mungkin, dan jenjang sekolah dasar
sangatlah cocok untuk membiasakan dan mengimplementasikan karakter disiplin melalui
banyak hal, salah satunya penanaman karakter disiplin melalui upacara bendera. Upacara
bendera adalah sebutan untuk upacara pengibaran bendera yang dilaksanakan di Indonesia.
Upacara bendera wajib dilaksanakan setiap hari-hari besar nasional atau setiap hari Senin oleh
berbagai macam instansi pemerintahan dan pendidikan di Indonesia. Selain prosesi
pengibaran bendera, upacara bendera juga meliputi rangkaian prosesi lain, seperti
mengheningkan cipta, pembacaan teks Pancasila dan Pembukaan UUD 1945, serta amanat
dari pembina upacara. Salah satu kegiatan rutin di SDN 04 Tambakaji Semarang adalah
Kegiatan upacara bendera setiap hari senin dan dilaksanakan pada pukul 07:00. Upacara
bendera kegiatan yang sangat positif dan banyak nilai-nilai yang bisa diambil dari upacara
bendera, seperti nilai cinta tanah air, nilai religius dan nilai kedisiplinan. Pembiasaan upacara
bendera ini salah satu wujud untuk membentuk karakter disiplin siswa dan diharapkan dapat
diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari para siswa. Berdasarkan latar belakang
tersebut, penulis tertarik untuk melakukan penelitian lapangan dengan mengangkat judul
“Pembentukan Karakter Disiplin Siswa Melalui Kegiatan Upacara Bendera SDN 04
Tambakaji Semarang ”.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka permasalahan penelitian
dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimana pelaksanakan kegiatan upacara bendera di SDN 04 Tambakaji Semarang?
2. Bagaimana peran kegiatan upacara bendera dalam pembentukan karakter disiplin
siswa SDN 04 Tambakaji Semarang?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan di atas, maka tujuan penelitian dapat
dirumuskan sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pelaksanakan kegiatan upacara bendera di SDN 04 Tambakaji
Semarang.
2. Untuk mengetahui peran kegiatan upacara bendera dalam pembentukan karakter
disiplin siswa SDN 04 Tambakaji Semarang.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang hendak dicapai dalam penelitian ini yaitu:
1. Manfaat Teoritis
a. Penelitian ini diharapkan dapat membentuk karakter disiplin siswa melalui kegiatan
upacara bendera..
b. Membuka wawasan keilmuan tentang pengaruh pentingnya kegiatan upacara bendera
terhadap karakter disiplin dalam dunia pendidikan.
2. Manfaat Praktis
a. Menumbuhkan rasa semangat baik bagi para siswa dalam melaksanakan upacara
bendera.
b. Menjadi rujukan bagi sekolah lain dalam pembentukan karakter disiplin siswa melalui
kegiatan upacara bendera.
c. Memberikan pengetahuan bagi penulis tentang pengaruh kegiatan upacara bendera
dalam pembentukan karakter disiplin siswa
d. Sebagai syarat memperoleh gelar sarjana pada program studi Pendidikan Agama
Islam.
E. Kajian Pustaka
Kajian pustaka yang peneliti gunakan sebagai referensi awal dalam melakukan penelitian
ini diantaranya:
1. Penelitian yang dilakukan oleh Agista Rizky Ridha Ayu dalam penelitiannya yang
berjudul “ Pembentukan Karakter Siswa SMPN 6 Mojokerto Melalui Kegiatan
Upacara Bendera”.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Septi Wahyu Utami dalam penelitiannya yang berjudul
“ Penerapan Pendidikan Karakter Melalui Kegiatan Kedisiplinan Siswa ”.
3. Jurnal Tunas BangsaVol. 8, No. 1, Februari 2021|42 dengan judul “ Upaya
Pembentukan Karakter Cinta Tanah Air Melalui Upacara Bendera Pada Siswa SD
Negeri 10 Banda Aceh ”. Ditulis oleh Rahmani, Shinta Putri, M. Isa Rani, dan
Hambali Universitas Serambi Mekkah.
4. Jurnal Pendidikan Dasar Vol.V, No. 1, Mei 2021 dengan judul “ Pendidikan Karakter
Cinta Tanah Air dan Kedisiplinan Dalam Kegiatan Upacara Bendera Di Sekolah Dasar
DKI Jakarta ”.
F. Kajian Teori
1. Karakter Disiplin
a. Pengertian Karakter Disiplin
Pengertian karakter secara etimologis, kata karakter berasal dari bahasa Latin
kharakter atau bahasa Yunani kharassein yang berarti memberi tanda (to mark), atau
bahasa Prancis carakter, yang berarti membuat tajam atau membuat dalam. Dalam
bahasa Inggris character, memiliki arti: watak, karakter, sifat, dan peran. Dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia, karakter diartikan sebagai tabiat, watak, sifat-sifat kejiwaan,
akhlak, atau budi pekerti yang membedakan seseorang dari pada yang lain.

Secara sederhana suatu nilai yang diwujudkan dalam bentuk perilaku itulah yang
disebut karakter. Sedangkan pengertian pendidikan karakter menurut para ahli sebagai
berikut:

Menurut T.Ramli (2003), pendidikan karakter memiliki esensi dan makna yang
sama dengan pendidikan moral dan pendidikan akhlak. Tujuannya adalah untuk
membentuk pribadi anak, supaya menjadi manusia yang baik, warga masyarakat, dan
warga negara yang baik.

Menurut Elkind dan Sweet (2004), pendidikan karakter dimaknai usaha yang
sungguh-sungguh untuk membantu orang memahami , peduli, dan bertindak
berdasarkan nilai-nilai etika inti.
Menurut Kevin Ryan dan Bohlin (2001), pendidikan karakter adalah sebagai
upaya sungguh-sungguh untuk membantu seseorang memahami , peduli, dan bertindak
dengan landasan nilai-nilai etis.

Berdasarkan pengertian di atas dapat dipahami bahwa karakter itu identik


dengan akhlak, sehingga karakter merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang meliputi
seluruh aktivitas manusia, baik berhubungan dengan tuhannya , dengan dirinya , dengan
sesama manusia, maupun dengan lingkungannya, yang terwujud dalam pikiran,
perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasar norma-norma agama, tata-krama , hukum,
budaya, dan adat istiadat.

Kata disiplin berasal dari Bahasa Latin “discipline” yang berarti “latihan atau
pendidikan kesopanan dan kerohanian serta pengembangan tabiat.” Disiplin merupakan
salah satu dari sekian banyak upaya untuk memperbaiki perilaku individu sehingga taat
dan patuh pada aturan, hukum atau norma yang berlaku. Disiplin sering disebut sebagai
sikap mental seseorang yang mengandung kerelaan mematuhi, ketentuan, peraturan, dan
norma yang berlaku dalam menunaikan tugas dan tanggung jawab. Tanggung jawab,
baik yang berhubungan dengan waktu maupun terhadap kewajiban dan hak. Ada juga
yang menganggap disiplin dapat juga diartikan sebagai sikap menumbuhkan kendali
diri, karakter atau keteraturan, dan efisiensi. Depdiknas (2001) mendefinisikan disiplin
atau tetib sebagai suatu sikap konsisten dalam melakukan sesuatu. Selanjutnya untuk
mengetahui lebih jelas tentang disiplin, dibawah ini disajikan pengertian disiplin dari
beberapa ahli sebagai berikut :

Menurut Flippo (dalam Atmodiwirjo, 2000) mengemukakan bahwa displin


adalah setiap usaha mengkoordinasikan perilaku seseorang pada masa yang akan datang
dengan mempergunakan hukum dan ganjaran. (Definisi diatas memfokuskan pengertian
disiplin sebagai usaha untuk menata perilaku seseorang agar terbiasa melaksanakan
sesuatu sebagaimana mestinya yang dirangsang dengan hukuman dan ganjaran.)

Menurut Atmosudirjo (dalam Atmodiwirjo, 2000) mendefinisikan disiplin


sebagai bentuk ketaatan dan pengendalian diri erat hubungannya rasionalisme, sadar,
tidak emosional. Pendapat ini mengilustrasikan bahwa displin sebagai suatu bentuk
kepatuhan terhadap aturan melalui pengendalian diri yang dilakukan melalui
pertimbangan yang rasional.

Menurut Siswanto (2001) disiplin adalah suatu sikap menghormati, menghargai,


patuh, dan taat terhadap peraturan-peraturan yang berlaku, baik yang tertulis maupun
tidak tertulis serta sanggup menjalankannya dan tidak mengelak untuk menerima
sanksi-sanksinya apabila ia melanggar tugas dan wewenang yang diberikan kepadanya.

Menurut Hasibuan (2002) disiplin adalah suatu sikap menghormati dan


menghargai suatu peraturan yang berlaku,baik secara tertulis maupun tidak tertulis serta
sanggup menjalankannya dan tidak menolak untuk menerima sanksi-sanksi apabila dia
melanggar tugas dan wewenang yang diberikan kepadanya.

Menurut Fathoni (2006) kedisiplinan dapat diartikan bila mana pegawai selalu
datang dan pulang pada waktu yang tepat sebagaimana yang ditentukan oleh kepala
manejer, pimpinan dari masing-masing instansi.

b. Macam-macam Disiplin
Menurut Hurlock (1978: 82), ada dua konsep mengenai disiplin, yaitu disiplin
positif dan disiplin negatif. Disiplin positif sama artinya dengan pendidikan dan
bimbingan karena menekankan pertumbuhan di dalam diri yang mencakup disiplin diri
(self discipline) yang mengarah dari motivasi diri sendiri, dimana dalam melakukan
sesuatu (mentaati aturan dan norma) harus datang dari kesadaran diri sendiri. Disiplin
negatif berarti pengendalian dengan kekuasaan luar yang biasanya dilakukan secara
terpaksa dan dengan cara yang kurang menyenangkan atau dilakukan karena takut
hukuman (punishment). Ditinjau dari segi terbentuknya, disiplin dapat dibedakan atas
dua macam yaitu :
1) Disiplin yang berasal dari dalam individu itu sendiri. Disiplin ini terdiri dari:

a) Disiplin bersifat instrinsik, artinya seseorang yang dengan kesadaran senang dan suka
rela tunduk pada peraturan yang telah ditetapkan oleh lembaga kerja itu, dan dia disiplin
karena adanya ganjaran atau motivasi dan luar atau adanya campur tangan dari pihak lain.

b) Disiplin yang turnbuh dari individu itu sendiri, karena ia bekerja telah sesuai dengan
bakat dan minatnya sehingga pekerjaan itu menyenangkan Hal ini akan tumbuh rasa
tanggung jawab yang tmggi dan mau mengembangkan dirinya, mau bekerja dengan
penuh semangat, jujur dan bertanggung jawab. Untuk menumbuhkan disiplin kerja yang
tinggi karyawan hendaknya diberi kebebasan untuk berkreatif dan melakukan kegiatan-
kegiatan yang bermanfaat demi peningkatan kinerjanya.

2) Disiplin yang datangnya dari luar dirinya.

Pada disiplin ini seseorang melakukan pekerjaannya adalah karena terpaksa,


karena takut akan sangsi-sangsi atau hukuman yang telah ditetapkan dalam peraturan,
sehingga terwujud keputusan semu. Disiplin ini didasarkan atas adanya kekuasaan dan
pembatasan-pembatasan yang diciptakan untuk mendapatkan tindakan yang diinginkan
melalui undang-undang atau peraturan. Apabila disiplin ditegakkan dengan ancaman
hukuman maka terjadilah kepatuhan semu. Karena karyawan yang patuh melaksanakan
karena terpaksa, takut akan sangsi, atau hukuman maka disiplin yang demikian inilah
yang disebut disiplin semu. Disiplin seperti ini dapat mematikan kreativitas dan inisiatif
bawahan, karena itu menegakkan disiplin dengan ancaman atau hukuman dipandang
kurang manusiawi dan tidak bersifat mendidik. George R, Terry dalam Sukarna
menyebutkan bahwa disiplin ada dua macam yaitu:

1.) Self imposed discipline, yaitu disiplin yang limbul dari dalam karena adanya
dorongan perasaan, kehendak dan pikiran sendiri untuk mentaati atau melakukan
sendiri

2). Command discipline, yaitu disiplin yang timbul karena takut akan mendapatkan
konsekwensi hukuman jika tidak melaksanakan. Dengan demikian disiplin ada yang
timbul dari dorongan diri sendiri untuk taat kepada peraturan, dan ada disiplin yang
timbul karena terpaksa.

Dari pendapat para ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa disiplin adalah
suatu kondisi yang terbentuk melalui serangkaian perilaku yang menunjukkan nilai-nilai
ketaatan, kepatuhan, kesetiaan terhadap aturan atau norma untuk mencapai keamanan,
ketertiban, dan ketentraman.

2. Upacara Bendera
a. Pengertian Upacara Bendera
Upacara bendera adalah sebutan untuk upacara pengibaran bendera yang
dilaksanakan di Indonesia. Upacara bendera wajib dilaksanakan setiap hari-hari besar
nasional atau setiap hari Senin oleh berbagai macam instansi pemerintahan dan
pendidikan di Indonesia. Selain prosesi pengibaran bendera, upacara bendera juga
meliputi rangkaian prosesi lain, seperti mengheningkan cipta, pembacaan teks Pancasila
dan Pembukaan UUD 1945, serta amanat dari pembina upacara.

Pelaksanaan upacara bendera di lembaga pendidikan diwajibkan dalam


Permendikbud RI Nomor 23 Tahun 2015 tentang Penumbuhan Budi Pekerti (PBP).[1]
Sementara tata cara upacara bendera diperinci dalam Permendikbud Nomor 22 Tahun
2018 tentang Pedoman Upacara di Sekolah.
Dasar Hukum Upacara bendera tertuang pada:

1.) Pancasila

2.) UUD 1945 (tentang Sistem Pendidikan Nasional)


3.) Inpres No. 14 tahun 1981 (tentang Urutan Upacara Bendera)

Adapun maksud dan tujuan diselenggarakannya upacara bendera:

a. untuk memperolah suasana yang khidmat, tertib, dan menuntut pemusatan perhatian
dari seluruh peserta, maka disusunlah petunjuk pelaksanaan kegiatan ini.

b. menjadikan sekolah memiliki situasi yang dinamis dalam segala aspek kehidupan
bagi para siswa, guru, pembina dan kepala sekolah. Sehingga sekolah memiliki daya
kemampuan dan ketangguhan terhadap gangguan-gangguan negatif baik dari dalam
maupun luar sekolah, yang akan dapat mengganggu kelancaran proses belajar mengajar
di sekolah.

Dalam upacara bendera sederet acara di gelar yang semuanya bermuara pada
kedisiplinan dan jiwa nasionalisme. Mulai dari anak-anak dibariskan dengan sangat
rapi, sampai pembubaran barisan setelah selesai upacara bendera. Upacara bendera juga
mengajak kita untuk berjiwa nasionalis. Berdiri dan menghormat kepada bendera sang
saka merah putih dengan diiringi lagu Indonesia Raya. Bila anda mampu berdisiplin,
maka pada saat pengibaran bendera itu, hati anda akan bergetar sekaligus bangga karena
sang merah putih berkibar dengan gagahnya. Di sanalah terlihat bahwa kita adalah
bangsa yang telah merdeka dan berdaulat. Merdeka karena jasa para pahlawan kita yang
gagah berani mengusir penjajah dari bumi Indonesia. Upacara bendera juga
mengajarkan pada kita untuk mengenang jasa para pahlawan, mendoakannya, dan
menyanyikan lagu-lagu nasional yang membuat peserta didik tahu sejarah bangsa
Indonesia dan menanamkan jiwa patriotisme di kalangan anak muda bahkan harus
dibiasakan sejak sedini mungkin.

G. Metode Penelitian
1. Jenis dan Pendekatan Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan penelitian jenis
kualitatif. Dalam penyusunan tulisan merupakan jenis tulian deskriptif dimana penulis
menggunakan studi literatur, studi dokumentasi, observasi, dan wawancara langsung dalam
proses pengumpulan datanya. Upaya kajian literatur digunakan dengan mengumpulkan
data-data literatur yang telah ada, baik melalui penelitian terdahulu, hasil report yang
kemudian dilakukan analisis deskriptis dan penarikan kesimpualan. Dalam tulisan ini data-
data hasil observasi literatur yang dimaksud adalah informasi atau berita mengenai
kegiatan upacara bendera di sekolah atau artikel-artikel lain yang dapat mendukung
analisis dalam penyusunan tulisan. Beberapa data yang diperoleh oleh penulis yang
bersumber dari buku, jurnal, hasil penelitian (tesis dan skripsi), dan hasil laporan
khususnya dalam kegiatan upacara bendera di sekolah.

2. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri 04 Tambakaji Semarang, yaitu
suatu lembaga pendidikan formal yang berada di Kecamatan Ngaliyan Kota Semarang
3. Teknik Pengumpulan Data Penelitian
Untuk mendapatkan data-data yang diperlukan dalam penlitian ini, penulis
menggunakan teknik-teknik pengumpulan data sebagai berikut:
a. Studi Literatur
Teknik ini digunakan pada saat penyusunan teori dan mencari referensi yeng berkaitan
dengan pembentukan karakter melalui kegiatan upacara bendera di sekolah. Dilakukan
dengan cara mencari sumber-sumber yang ilmiah, melalui buku, jurnal, hasil penelitian
(tesis dan skripsi), dan hasil laporan khususnya dalam tadarus Al-Qur’an di sekolah.
b. Studi Dokumentasi
Teknik ini dilakukan dengan cara mendokumentasikan subjek, peristiwa, dan kejadian
yang berkaitan dengan kegiatan upacara bendera di SDN 04 Tambakaji dan digunakan
untuk melengkapi hasil penelitian.
c. Observasi
Teknik ini dilakukan dengan cara turun langsung ke lokasi penelitian guna meninjau
dan mencatat keadaan lokasi untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian.
Objek dari observasi yang dilakukan penulis adalah siswa dan siswi kelas I-IV SDN 04
Tambakaji Semarang.
d. Wawancara
Teknik ini dilakukan dengan cara melakukan tanya jawab kepada narasumber dan
subjek penelitian tentang segala hal yang berkaitan dengan kegiatan upacara bendera di
SDN 04 Tambakaji Semarang. Dalam penelitian ini, penulis melakukan wawancara
kepada kepada kepala Sekolah , pembina Upacara, para guru dan siswa untuk
mengetahui gambaran tentang kegiatan upacara bendera di SDN 04 Tambakaji
Semarang.
4. Teknik Analisis Data
Dalam analisis data, penulis menggunakan metode diskriptif analisis yaitu, suatu usaha
untuk mengumpulkan data dan menyusun data kemudian diusahakan adanya analisis dan
interpretasi atau penafsiran terhadap data tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Majid, Dian Andayani.2011. Pendidikan Karakter Perspektif Islam, cet. Ke-3. Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya.

Ainur Rofiq, Ismatun Nihayah.2018. Analisis Peran Keluarga Dalam Membentuk Karakter
Anak. Mojokerto: Institut Pesantren KH. Abdul Chalim.

Arifin, Muhammad.2017. Strategi Manajemen Perubahan Dalam Meningkatkan Disiplin Di


Perguruan tinggi. Sumatera Utara: Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara.

Debi Audina, Dudung Amir Soleh, Mohammad Syarif Sumantri.2019. Karakter Cinta Tanah
Air dan Kedisiplinan Dalam Kegiatan Upacara Bendera di Sekolah Dasar DKI Jakarta.
Universitas Negeri Jakarta.

Muclas Samani, Hariyanto.2013. Konsep dan Model Pendidikan Karakter, cet. Ke-3. Bandung:
PT Remaja Rosda.

Muhammad Sobri, Nursaptini, Arif Widodo, Deni Sutisna.2019. Pembentukan Karakter Disiplin
Melalui Kultur Sekolah. Mataram:Harmoni Sosial Jurnal Pendidikan IPS

Utami, Septi Wahyu.2019. PENERAPAN PENDIDIKAN KARAKTER MELALUI KEGIATAN


KEDISIPLIN SISWA.Semarang:Jurnal pendidikan..

Wibowo, Agus.2012. Pendidikan Karakter: Strategi Membangun Karakter Bangsa

Berkepribadian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Zubaedi.2012. Desain Pendidikan Karakter Konsepsi dan Aplikasinya dalam Lembaga


Pendidikan. Jakarta: Kencana.

Anda mungkin juga menyukai