Anda di halaman 1dari 12

RESUME SKRIPSI

PENERAPAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK TERHADAP PEMBENTUKAN

KARAKTER SISWA - SISWI DI SMP KATOLIK ST. RAFAEL MANADO

Oleh: Vernanda Gabriela Reyaan

Pendahuluan

Pendidikan merupakan salah satu unsur penting dalam keberlangsungan suatu bangsa.

Hal ini ditandaskan dalam pembukaan UUD tahun 1945 alinea IV yang berbunyi

“Pemerintah Negara Republik Indonesi melindungi segena bangsa Indonesia, memajukan

kesejahteraan umum dan mencerdasakan kehidupan bangsa.” Perintah Undang-Undang ini

mewajibkan pemerintah untuk menyediakan pendidikan yang layak, berkualitas dan bermutu

bagi anak-anak bangsa. Oleh karena itu, pelbagai kebijakan diambil untuk menjamin tujuan

tersebut, salah satunya tertuang dalam UU No. 20 tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan

Nasional pada pasal 3, yang menyebutkan bahwa pendidikan nasional berfungsi

mengembangkan kemampuan dan membentuk karakter serta peradaban bangsa yang

bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan nasional juga

bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman

dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap kreatif,

mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab.

Tujuan pendidikan national sebagaimana yang diundangkan dalam UUD 45 ayat ke-4

tidak semata-mata hanya diwujudnyatakan dan diterapkan oleh pemerintah saja. Mereka

yang diberi tanggungjawab dan kepercayaan untuk mengelola dan menyelenggarakan

pendidikan di tingkat dasar dan menengah, maupun di tingkat perguruan tinggi, juga

1
memiliki tanggungjawab yang sama untuk mendidik dan mencerdaskan anak-anak bangsa.

Dengan mengacu pada kurikulum Nasional pemerintah dan kurikulum lokal, serta pelbagai

program pengembangan yang dimilikinya, dan ditopang oleh kapabilitas para pengelola dan

penyelenggara, anak-anak bangsa dididik dan dibina untuk bertumbuh menjadi pribadi-

pribadi yang cerdas. Kecerdasan yang diharapakan tidak hanya menyangkut pengetahuan

(knowledge) dan ketrampilan (skill), akan tetapi lebih-lebih berhubungan dengan sikap,

prilaku dan cara hidup.

Keterlibatan sekolah-sekolah Katolik dalam mengimplementasikan tujuan pendidikan

Nasional sebagaimana yang dirumuskan oleh pemerintah adalah dengan menyelenggarakan

Pendidikan Agama Katolik. Searah dengan tujuan pendidikan Nasional, pendidikan Katolik

di sekolah-sekolah Katolik, selain bertujuan mencerdasakan anak bangsa, juga pertama dan

terutama difokuskan pada pendidikan dan pembinaan karakter anak didik. Tugas itu

teristimewa ada pada para pendidik dan pembina. Hal itu ditegaskan dalam Undang-undang

Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 1 ayat

1, yang menyatakan bahwa para pendidik hendaknya berupaya mewujudkan suasana belajar

dan proses pembelajaran yang menarik dan menyenangkan agar setiap peserta didik dapat

secara aktif mengembangkan segala potensi yang ada dalam dirinya secara maksimal

sehingga peserta didik dapat menguasai ketiga aspek kompetensi dalam pembelajaran yakni

aspek kognitif, afektif dan psikomotorik mereka.

Selain itu pendidikan religius tercermin pada kegiatan bina iman yang rutin dilakukan

setelah jam pelajaran agama berlangsung. Kegiatan bina iman ini, merupakan praktek

langsung dalam penekanan karakter siswa-siswi SMP Katolik St Rafael Manado. Bertitik

tolak dari pernyaataan di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian di SMP Katolik St

2
Rafael Manado karena dirasa bahwa sekolah tersebut merupakan salah satu sekolah favorit

dan bermutu baik yang menerapkan pendidikan karakter.

1. KONSEP PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DAN PENDIDIKAN KARAKTER

a. Hakekat dan Tujuan Pendidikan Agama Katolik

Pendidikan Agama Katolik adalah usaha yang dilakukan secara terencana dan

berkesinambungan dalam rangka mengembangkan kemampuan pada siswa untuk

memperteguh iman dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan Agama

Katolik, dengan tetap memperhatikan penghormatan terhadap agama lain dalam hubungn

kerukunan antar umat beragama dalam masyarakat untuk mewujudkan persatuan nasional.

Secara lebih tegas dapat dikatakan bahwa Pendidikan Agama Katolik disekolah

merupakan salah satu usaha untuk memampukan siswa berinteraksi (berkomunikasi),

memahami, menggumuli dan menghayati iman. Dengan kemampuan berinteraksi antara

pemahaman iman, pergumulan iman dan penghayatan iman itu diharapkan iman siswa

semakin diperteguh.

Pendidikan Agama Katolik (PAK) pada dasarnya bertujuan agar peserta didik

memiliki kemampuan untuk membangun hidup yang semakin beriman. Membangun hidup

beriman Kristiani berarti membangun kesetiaan pada Injil Yesus Kristus, yang memiliki

keprihatinan tunggal, yakni Kerajaan Allah. Kerajaan Allah merupakan situasi dan peristiwa

penyelamatan: situasi dan perjuangan untuk perdamaian dan keadilan, kebahagiaan dan

kesejahteraan, persaudaraan dan kesetiaan, kelestarian lingkungan hidup, yang dirindukan

oleh setiap orang dari pelbagai agama dan kepercayaan.

3
b. Pendekatan Pembelajaran PAK

Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita

terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses

yang sifatnya masih sangat umum. Di dalamnya mewadahi (para guru), menginspirasi,

menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoritis tertentu. Dalam

Pendidikan Agama Katolik, pendekatan pembelajaran lebih ditekankan pada pendekatan yang

di dalamnya terkandung tiga proses, yaitu proses pemahaman, pergumulan yang diteguhkan

dalam terang Kitab Suci, Ajaran Gereja dan pembaharuan hidup yang terwujud dalam

penghayatan iman sehari-hari.

c. Lingkungan Pendidikan

Secara umum, lingkungan pendidikan dapat diartikan sebagai suatu faktor

berlangsungnya proses pendidikan berupa lingkungan tempat bersosial. Lingkungan

pendidikan memiliki peran penting dalam membentuk karakter seseorang. Karena dalam

prosesnya, pendidikan seorang anak justru didapat dari lingkungan terdekatnya, dari keluarga,

sekolah dan masyarakat. Demi terwujudnya proses pendidikan yang baik dan lancar, maka

lingkungan pendidikan juga harus mendukung. Tanpa lingkungan yang nyaman dan

mendukung, pendidikan juga akan terganggu dan merusak keseimbangan. Karena dalam suatu

pendidikan terjadi suatu proses belajar mengajar yang tidak terlepas dari lingkungan

sosialnya.

Sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Ki Hajar Dewantara, yang termasuk

dalam lingkungan pendidikan antara lain keluarga, lembaga pendidikan/sekolah dan

masyarakat tempat ia melangsungkan interaksi sehari-hari yang disebut juga tripusat

4
pendidikan. Lingkungan pendidikan tersebut dibagi lagi menjadi dua jenis yaitu pendidikan

formal, nonformal dan informal.

d. Definisi dan Tujuan Pendidikan Karakter

Pendidikan adalah proses internalisasi budaya ke dalam diri seseorang dan

masyarakat sehingga membuat orang dan masyarakat jadi beradab. Pendidikan bukan

merupakan sarana transfer ilmu pengetahuan saja, tetapi lebih luas lagi yakni sebagai sarana

pembudayaan dan penyaluran nilai (enkulturisasi dan sosialisasi). Pendidikan juga

bermakna sebuah proses yang membantu menumbuhkan, mendewasakan, mengarahkan,

mengembangkan berbagai macam potensi yang ada dalam diri manusia agar dapat

berkembang dengan baik dan bermanfaat bagi dirinya juga lingkungan sekitarnya.

Istilah karakter dipakai secara khusus dalam konteks pendidikan baru muncul pada

akhir abad-18, dan untuk pertama kalinya dicetuskan oleh pedadogik Jerman F.W.Forester.1

Menurut ahli bahasa, karakter adalah tabiat atau kebiasaan. Sedangkan menurut ahli

psikologi, karakter adalah sebuah sistem keyakinan dan kebiasaan yang mengarahkan

tindakan seorang individu.2

Dalam wacana pendidikan Barat, telah cukup lama dikenal dua istilah yang hampir

sama bentuknya dan sering dipergunakan dalam dunia pendidikan, yaitu paedagogie dan

paedogogiek. Paedagogie artinya “pendidikan”, sedangkan paedogogiek, berarti “ilmu

pendidikan”.3 Paedogogiek atau ilmu pendidikan dipakai untuk menyelidiki dan merenungkan

gejala-gejala atau fenomena-fenomena perilaku dalam mendidik. Istilah tersebut berasal dari

1
Doni Koesoema A., Pendidikan Karakter; Strategi Mendidik Anak di Zaman Modern (Jakarta: PT.
Grasindo, 2007), h.79
2
bdk. ibid, hlm. 2-3
3
Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis (Bandung: Remaja Rosda Karya, 1985),
hlm.1

5
bahasa Yunani yang asal katanya adalah Paedagogia, yang berarti pergaulan dengan anak-

anak. Secara etimologis, paedagogos berasal dari kata paedos (anak) dan agoge (saya

membimbing, memimpin). Dengan demikian, paedagogos berarti saya membimbing anak.4

Secara etimologi, akar kata karakter dapat dilacak dari bahasa Inggris: character;

Yunani: character, dari charassein yang berarti membuat tajam, membuat dalam.5 Menurut

Kamus Besar Bahasa Indonesia karakter diartikan sebagai sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau

budi pekerti yang membedakan seseorang dengan yang lain. Karakter juga bisa diartikan

sebagai tabiat atau perbuatan yang selalu dilakukan atau kebiasaan. Karakter juga diartikan

sebagai watak, yaitu sifat batin manusia yang mempengaruhi segenap pikiran dan tingkah

laku atau kepribadian.6

e. Nilai Pendidikan Karakter

Berdasarkan kajian nilai-nilai agama, norma-norma sosial, hukum, etika akademik dan

prinsip-prinsip HAM telah teridentifikasi butir-butir nilai  yang dikelompokkan menjadi 5

nilai utama karakter yang perlu diterapkan di sekolah yang saling berkaitan membentuk

jejaring nilai yang perlu dikembangkan sebagai prioritas Gerakan PPK. Kelima nilai utama

karakter bangsa yang dimaksud adalah sebagai berikut.7

1. Religius

Nilai karakter religius mencerminkan keberimanan terhadap Tuhan Yang Maha Esa

yang diwujudkan dalam perilaku melaksanakan ajaran agama dan kepercayaan yang dianut,

4
bdk. ibid, hlm.1-2
5
Lorens Bagus, Kamus Filsafat (Jakarta: Gramedia, 2000), hlm.392
6
Poerwadarminta, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1997), hlm.20
7
M. Mahbubi, Pendidikan Karakter :Implementasi Aswaja sebagai Nilai Pendidikan  Karakter, hlm 44-48.

6
menghargai perbedaan agama, menjunjung tinggi sikap toleran terhadap pelaksanaan ibadah

agama dan kepercayaan lain, hidup rukun dan damai dengan pemeluk agama lain.

2. Nasionalis

Nilai karakter nasionalis merupakan cara berpikir, bersikap, dan berbuat yang

menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa,

lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi,dan politik bangsa, menempatkan kepentingan

bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya. Subnilai nasionalis antara lain

apresiasi budaya bangsa sendiri, menjaga kekayaan budaya bangsa, rela berkorban, unggul,

dan berprestasi, cinta tanah air, menjaga lingkungan, taat hukum, disiplin, menghormati

keragaman budaya, suku, dan agama.

3. Mandiri

Nilai karakter mandiri merupakan sikap dan perilaku tidak bergantung pada orang lain

dan mempergunakan segala tenaga, pikiran, waktu untuk merealisasikan harapan, mimpi dan

cita-cita. Subnilai mandiri antara lain etos kerja (kerja keras), tangguh tahan banting, daya

juang, profesional, kreatif, keberanian, dan menjadi pembelajar sepanjang hayat.

4. Gotong Royong

Nilai karakter gotong royong mencerminkan tindakan menghargai semangat kerja sama

dan bahu membahu menyelesaikan persoalan bersama, menjalin komunikasi dan

persahabatan, memberi bantuan/pertolongan pada orang-orang yang membutuhkan. Subnilai

gotong royong antara lain menghargai, kerja sama, inklusif, komitmen atas keputusan

7
bersama, musyawarah mufakat, tolong menolong, solidaritas, empati, anti diskriminasi, anti

kekerasan, dan sikap kerelawanan.

5. Integritas

Nilai karakter integritas merupakan nilai yang mendasari perilaku yang didasarkan

pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan,

tindakan, dan pekerjaan, memiliki komitmen dan kesetiaan pada nilai-nilai kemanusiaan dan

moral (integritas moral).

2. REALITAS PELAKSANAAN PAK DALAM PENDIDIKAN KARAKTER DI

SEKOLAH MENENGAH PERTAMA ST RAFAEL MANADO

a. PAK dalam konteks kurikulum SMP St. Rafeal Manado

Pendidikan Agama Katolik merupakan pendidikan yang bervisi spiritual. Bervisi

spiritual artinya pendidikan agama Katolik memberikan inspirasi hidup kepada para siswa.

Selain itu, Pendidikan Agama Katolik juga diharapkan secara konsisten terus berusaha untuk

memperkembangkan kedalaman hidup siswa, memperkembangkan jati diri atau inti hidup

mereka. Pendidikan Agama Katolik juga berusaha membantu siswa memperkembangkan

jiwa dan interioritas hidup mereka. Jiwa merupakan tempat di mana Allah bersemayam dan

karena itu membuat manusia merasa rindu kepada-Nya dan peduli pada hidup sesamanya.

Singkatnya PAK mengupayakan hubungan yang bersifat dialogal transformatif pada peserta

didiknya, sehingga peserta didik dapat mengalami perubahan yang mampu

memperkembangkan dirinya menjadi individu yang semakin baik dan terus berkembang.

8
b. Kurikulum yang digunakan saat ini di SMP Katolik St. Rafael Manado

Kurikulum yang gunakan saat ini adalah kurikulum Merdeka atau kurikulum mandiri

berubah. Kurikulum ini merupakan kurikulum dengan pembelajaran intrakurikuler yang

beragam dimana konten akan lebih optimal agar siswa memiliki cukup waktu untuk

mendalami konsep dan menguatkan kompetensi. Dalam proses pembelajaran guru memiliki

keleluasaan untuk memilih berbagai perangkat pembelajaran sehingga pembelajaran dapat

disesuaikan dengan kebutuhan belajar dan minat siswa. Didalam kurikulum ini terdapat

projek untuk menguatkan pencapaian profil pelajar pancasila siswa SMP Katolik St. Rafael. 8

Inti dari kurikulum merdeka belajar ini adalah “Merdeka Belajar”. Hal ini dikonsepkan agar

para siswa bisa mendalami minat dan bakatnya masing-masing. Misalnya dalam kelas ada

berbagai minat siswa yang berbeda, maka tolak ukur yang di pakai untuk menilai tidak sama.

Kemudian para siswa juga tidak bisa dipaksakan mempelajari suatu hal yang tidak di sukai

sehingga akan memberikan otonomi dan kemerdekaan bagi siswa dan sekolah.9

3. PENERAPAN PAK TERHADAP PENDIDIKAN KARAKTER PESERTA DIDIK

DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP) ST. RAFAEL MANADO

Penerapan pendidikan karakter di SMP Katolik St Rafael Manado yaitu: insting siswa

untuk memperbaiki kesalahannya, kebiasaan siswa dalam melaksanakan kegiatan baik di

sekolah dan di rumah yang berkaitan dengan karakter religius, lingkungan sekolah yang

mendukung kegiatan siswa dalam penerapan pendidikan karakter, sarana prasarana sekolah

yang mendukung seperti setiap hari jumat setelah mengikuti mata pelajaran Agama dan

8
Direktorat PAUD, Dikdas dan Dikmen (2021). “ Buku saku tanya jawab kurikulum
meredeka”.repostori.kemdikbud.go.id. Diakses tanggal 2022-04-05.
9
Caesaria, Sandra Desi (2022-02-12). Adit, Albertus, ed. “Apa Itu Kurikulum Merdeka? Begini
Penjelasan Lengkap Kemendikbud”. Kompas.com. Diakses tanggal 2022-04-05.

9
sesudah istirahat siswa-siswi di kumpulkan dalam satu ruangan untuk mengikuti bina iman

dengan mewajibkan setiap siswa-siswi untuk membawa Alkitab/Kitab Suci sebagai syarat

dalam mengikuti mata pelajaran Agama yang di maksudkan agar siswa-siswi lebih

memperdalam iman.

SMP Katolik St Rafael Manado memiliki sistem kerja yang tidak jauh berbeda dengan

sekolah-sekolah lain yang ada dilingkup Yayasan Pendidikan Katolik (YPK) Manado. Dalam

lingkup internal sekolah SMP Katolik St Rafael Manado yang memiliki komponen-komponen

seperti: Kepala Sekolah, wakil kepala sekolah, guru, siswa-siswi yang secara sinerji saling

mendukung dalam menyelenggarakan proses pendidikan di sekolah. Di lingkungan eksternal

sekolah, ada komite sekolah yang berperan aktif mendukung kelancaran keseluruhan program

sekolah lebih khusus proses pendidikan dan pembelajaran di sekolah.

PENUTUP

Pendidikan berasal dari kata didik, mendidik, memelihara, dan membentuk latihan.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, pendidikan diartikan sebagai proses pengubahan sikap

dan tata laku seseorang atau sekelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui

pengajaran dan pelatihan.

Pendidikan merupakan bagian penting dari kehidupan manusia yang tidak pernah di

tinggalkan. Sebagai suatu proses, ada dua hal asumsi yang berbeda mengenai pendidikan di

dalam kehidupan manusia. Pertama, bisa dianggap sebagai sebuah proses yang terjadi secara

tidak sengaja atau berjalan secara alami. Pendidikan itu bukanlah proses yang diorganisasi

secara teratur, direncanakan, dan menggunakan metode yang dipelajari serta berdasarkan

aturan yang telah disepakati oleh suatu komunitas masyarakat. Melainkan lebih merupakan

10
bagian dari suatu kehidupan yang memeng telah berjalan dari sejak manusia itu ada. Kedua,

pendidikan dianggap sebagai suatu proses yang terjadi secara sengaja, disengaja, dan

diorganisasi berdasarkan aturan yang berlaku, terutama UU yang dibuat atas dasar

kesepakatan bersama masyarakat. Pendidikan itu sebagai sebuah kegiatan dan suatu proses

aktifitas yang disengaja ini merupakan gejala masyarakat ketika sudah mulai di sadari

pentingnya upaya untuk membentuk dan mengarahkan manusia sebagaimana di cita-citakan

semua masyarakat terutama cita-cita orang yang mendapatkan suatu kekuasaan.

Karakter bisa dimaknai sebagai cara berfikir dan berperilaku yang khas setiap siswa

baik dalam lingkup keluarga, masyarakat dan bangsa. Pendidikan karakter merupakan

pendidikan untuk membentuk sebuah kepribadian seseorang melalui pendidikan budi pekerti.

Pendidikan karakter merupakan nilai yang diperlukan dalam mewujudkan

kelangsungan hidup bangsa, yang nantinya menjadi pijakan anak Indonesia sehingga

berkembang menjadi pribadi yang berkualitas, memiliki akhlak yang baik, jujur, tanggung

jawab, hormat dan disiplin. Pendidikan ini dapat diwujudkan oleh seluruh lapisan masyarakat

terlebih khusus para siswa dalam kehidupan sehari-hari dengan mengajarkan nilai-nilai

karakter yang positif atau pembelajaran melalui pemahaman ketika melakukan interaksi.

DAFTAR PUSTAKA

Koesoema Doni A. Pendidikan Karakter: Strategi Mendidik Anak di Zaman Global

(Jakarta: PT Grasindo, 2007).

Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis (Bandung: Remaja Rosda

Karya, 1985).

Lorens Bagus, Kamus Filsafat (Jakarta: Gramedia, 2000).

11
Poerwadarminta, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1997).

Pusat Kurikulum Departemen Pendidikan Nasional, “Bahan Pelatihan Penguatan

Metodologi Pembelajaran Berdasarkan Nilai-nilai Budaya untuk membentuk Daya saing dan

Karakter Bangsa”, (Pusat Kurikulum Departemen Pendidikan Nasional,2010):”Kembangkan

Karakter Sejak Usia Dini,” Dikbud, Nomor 03 Tahun V (juli 2014).

M. Mahbubi, Pendidikan Karakter : Implementasi Aswaja sebagai Nilai Pendidikan

Karakter.

Caesaria, Sandra Desi (2022-02-12). Adit, Albertus, ed. “Apa Itu Kurikulum

Merdeka? Begini Penjelasan Lengkap Kemendikbud”. Kompas.com. Diakses tanggal 2022-

04-05.

Dirjen Dikdasmen Kemendiknas, Pembinaan Pendidikan Karakter.

12

Anda mungkin juga menyukai