Pendahuluan
Pendidikan merupakan salah satu unsur penting dalam keberlangsungan suatu bangsa.
Hal ini ditandaskan dalam pembukaan UUD tahun 1945 alinea IV yang berbunyi
mewajibkan pemerintah untuk menyediakan pendidikan yang layak, berkualitas dan bermutu
bagi anak-anak bangsa. Oleh karena itu, pelbagai kebijakan diambil untuk menjamin tujuan
tersebut, salah satunya tertuang dalam UU No. 20 tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan
bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman
dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap kreatif,
Tujuan pendidikan national sebagaimana yang diundangkan dalam UUD 45 ayat ke-4
tidak semata-mata hanya diwujudnyatakan dan diterapkan oleh pemerintah saja. Mereka
pendidikan di tingkat dasar dan menengah, maupun di tingkat perguruan tinggi, juga
1
memiliki tanggungjawab yang sama untuk mendidik dan mencerdaskan anak-anak bangsa.
Dengan mengacu pada kurikulum Nasional pemerintah dan kurikulum lokal, serta pelbagai
program pengembangan yang dimilikinya, dan ditopang oleh kapabilitas para pengelola dan
penyelenggara, anak-anak bangsa dididik dan dibina untuk bertumbuh menjadi pribadi-
pribadi yang cerdas. Kecerdasan yang diharapakan tidak hanya menyangkut pengetahuan
(knowledge) dan ketrampilan (skill), akan tetapi lebih-lebih berhubungan dengan sikap,
Pendidikan Agama Katolik. Searah dengan tujuan pendidikan Nasional, pendidikan Katolik
di sekolah-sekolah Katolik, selain bertujuan mencerdasakan anak bangsa, juga pertama dan
terutama difokuskan pada pendidikan dan pembinaan karakter anak didik. Tugas itu
teristimewa ada pada para pendidik dan pembina. Hal itu ditegaskan dalam Undang-undang
Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 1 ayat
1, yang menyatakan bahwa para pendidik hendaknya berupaya mewujudkan suasana belajar
dan proses pembelajaran yang menarik dan menyenangkan agar setiap peserta didik dapat
secara aktif mengembangkan segala potensi yang ada dalam dirinya secara maksimal
sehingga peserta didik dapat menguasai ketiga aspek kompetensi dalam pembelajaran yakni
Selain itu pendidikan religius tercermin pada kegiatan bina iman yang rutin dilakukan
setelah jam pelajaran agama berlangsung. Kegiatan bina iman ini, merupakan praktek
langsung dalam penekanan karakter siswa-siswi SMP Katolik St Rafael Manado. Bertitik
tolak dari pernyaataan di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian di SMP Katolik St
2
Rafael Manado karena dirasa bahwa sekolah tersebut merupakan salah satu sekolah favorit
Pendidikan Agama Katolik adalah usaha yang dilakukan secara terencana dan
memperteguh iman dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan Agama
Katolik, dengan tetap memperhatikan penghormatan terhadap agama lain dalam hubungn
kerukunan antar umat beragama dalam masyarakat untuk mewujudkan persatuan nasional.
Secara lebih tegas dapat dikatakan bahwa Pendidikan Agama Katolik disekolah
pemahaman iman, pergumulan iman dan penghayatan iman itu diharapkan iman siswa
semakin diperteguh.
Pendidikan Agama Katolik (PAK) pada dasarnya bertujuan agar peserta didik
memiliki kemampuan untuk membangun hidup yang semakin beriman. Membangun hidup
beriman Kristiani berarti membangun kesetiaan pada Injil Yesus Kristus, yang memiliki
keprihatinan tunggal, yakni Kerajaan Allah. Kerajaan Allah merupakan situasi dan peristiwa
penyelamatan: situasi dan perjuangan untuk perdamaian dan keadilan, kebahagiaan dan
3
b. Pendekatan Pembelajaran PAK
Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita
terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses
yang sifatnya masih sangat umum. Di dalamnya mewadahi (para guru), menginspirasi,
menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoritis tertentu. Dalam
Pendidikan Agama Katolik, pendekatan pembelajaran lebih ditekankan pada pendekatan yang
di dalamnya terkandung tiga proses, yaitu proses pemahaman, pergumulan yang diteguhkan
dalam terang Kitab Suci, Ajaran Gereja dan pembaharuan hidup yang terwujud dalam
c. Lingkungan Pendidikan
pendidikan memiliki peran penting dalam membentuk karakter seseorang. Karena dalam
prosesnya, pendidikan seorang anak justru didapat dari lingkungan terdekatnya, dari keluarga,
sekolah dan masyarakat. Demi terwujudnya proses pendidikan yang baik dan lancar, maka
lingkungan pendidikan juga harus mendukung. Tanpa lingkungan yang nyaman dan
mendukung, pendidikan juga akan terganggu dan merusak keseimbangan. Karena dalam suatu
pendidikan terjadi suatu proses belajar mengajar yang tidak terlepas dari lingkungan
sosialnya.
Sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Ki Hajar Dewantara, yang termasuk
4
pendidikan. Lingkungan pendidikan tersebut dibagi lagi menjadi dua jenis yaitu pendidikan
masyarakat sehingga membuat orang dan masyarakat jadi beradab. Pendidikan bukan
merupakan sarana transfer ilmu pengetahuan saja, tetapi lebih luas lagi yakni sebagai sarana
mengembangkan berbagai macam potensi yang ada dalam diri manusia agar dapat
berkembang dengan baik dan bermanfaat bagi dirinya juga lingkungan sekitarnya.
Istilah karakter dipakai secara khusus dalam konteks pendidikan baru muncul pada
akhir abad-18, dan untuk pertama kalinya dicetuskan oleh pedadogik Jerman F.W.Forester.1
Menurut ahli bahasa, karakter adalah tabiat atau kebiasaan. Sedangkan menurut ahli
psikologi, karakter adalah sebuah sistem keyakinan dan kebiasaan yang mengarahkan
Dalam wacana pendidikan Barat, telah cukup lama dikenal dua istilah yang hampir
sama bentuknya dan sering dipergunakan dalam dunia pendidikan, yaitu paedagogie dan
pendidikan”.3 Paedogogiek atau ilmu pendidikan dipakai untuk menyelidiki dan merenungkan
gejala-gejala atau fenomena-fenomena perilaku dalam mendidik. Istilah tersebut berasal dari
1
Doni Koesoema A., Pendidikan Karakter; Strategi Mendidik Anak di Zaman Modern (Jakarta: PT.
Grasindo, 2007), h.79
2
bdk. ibid, hlm. 2-3
3
Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis (Bandung: Remaja Rosda Karya, 1985),
hlm.1
5
bahasa Yunani yang asal katanya adalah Paedagogia, yang berarti pergaulan dengan anak-
anak. Secara etimologis, paedagogos berasal dari kata paedos (anak) dan agoge (saya
Secara etimologi, akar kata karakter dapat dilacak dari bahasa Inggris: character;
Yunani: character, dari charassein yang berarti membuat tajam, membuat dalam.5 Menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia karakter diartikan sebagai sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau
budi pekerti yang membedakan seseorang dengan yang lain. Karakter juga bisa diartikan
sebagai tabiat atau perbuatan yang selalu dilakukan atau kebiasaan. Karakter juga diartikan
sebagai watak, yaitu sifat batin manusia yang mempengaruhi segenap pikiran dan tingkah
Berdasarkan kajian nilai-nilai agama, norma-norma sosial, hukum, etika akademik dan
nilai utama karakter yang perlu diterapkan di sekolah yang saling berkaitan membentuk
jejaring nilai yang perlu dikembangkan sebagai prioritas Gerakan PPK. Kelima nilai utama
1. Religius
Nilai karakter religius mencerminkan keberimanan terhadap Tuhan Yang Maha Esa
yang diwujudkan dalam perilaku melaksanakan ajaran agama dan kepercayaan yang dianut,
4
bdk. ibid, hlm.1-2
5
Lorens Bagus, Kamus Filsafat (Jakarta: Gramedia, 2000), hlm.392
6
Poerwadarminta, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1997), hlm.20
7
M. Mahbubi, Pendidikan Karakter :Implementasi Aswaja sebagai Nilai Pendidikan Karakter, hlm 44-48.
6
menghargai perbedaan agama, menjunjung tinggi sikap toleran terhadap pelaksanaan ibadah
agama dan kepercayaan lain, hidup rukun dan damai dengan pemeluk agama lain.
2. Nasionalis
Nilai karakter nasionalis merupakan cara berpikir, bersikap, dan berbuat yang
bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya. Subnilai nasionalis antara lain
apresiasi budaya bangsa sendiri, menjaga kekayaan budaya bangsa, rela berkorban, unggul,
dan berprestasi, cinta tanah air, menjaga lingkungan, taat hukum, disiplin, menghormati
3. Mandiri
Nilai karakter mandiri merupakan sikap dan perilaku tidak bergantung pada orang lain
dan mempergunakan segala tenaga, pikiran, waktu untuk merealisasikan harapan, mimpi dan
cita-cita. Subnilai mandiri antara lain etos kerja (kerja keras), tangguh tahan banting, daya
4. Gotong Royong
Nilai karakter gotong royong mencerminkan tindakan menghargai semangat kerja sama
gotong royong antara lain menghargai, kerja sama, inklusif, komitmen atas keputusan
7
bersama, musyawarah mufakat, tolong menolong, solidaritas, empati, anti diskriminasi, anti
5. Integritas
Nilai karakter integritas merupakan nilai yang mendasari perilaku yang didasarkan
pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan,
tindakan, dan pekerjaan, memiliki komitmen dan kesetiaan pada nilai-nilai kemanusiaan dan
spiritual artinya pendidikan agama Katolik memberikan inspirasi hidup kepada para siswa.
Selain itu, Pendidikan Agama Katolik juga diharapkan secara konsisten terus berusaha untuk
memperkembangkan kedalaman hidup siswa, memperkembangkan jati diri atau inti hidup
jiwa dan interioritas hidup mereka. Jiwa merupakan tempat di mana Allah bersemayam dan
karena itu membuat manusia merasa rindu kepada-Nya dan peduli pada hidup sesamanya.
Singkatnya PAK mengupayakan hubungan yang bersifat dialogal transformatif pada peserta
memperkembangkan dirinya menjadi individu yang semakin baik dan terus berkembang.
8
b. Kurikulum yang digunakan saat ini di SMP Katolik St. Rafael Manado
Kurikulum yang gunakan saat ini adalah kurikulum Merdeka atau kurikulum mandiri
beragam dimana konten akan lebih optimal agar siswa memiliki cukup waktu untuk
mendalami konsep dan menguatkan kompetensi. Dalam proses pembelajaran guru memiliki
disesuaikan dengan kebutuhan belajar dan minat siswa. Didalam kurikulum ini terdapat
projek untuk menguatkan pencapaian profil pelajar pancasila siswa SMP Katolik St. Rafael. 8
Inti dari kurikulum merdeka belajar ini adalah “Merdeka Belajar”. Hal ini dikonsepkan agar
para siswa bisa mendalami minat dan bakatnya masing-masing. Misalnya dalam kelas ada
berbagai minat siswa yang berbeda, maka tolak ukur yang di pakai untuk menilai tidak sama.
Kemudian para siswa juga tidak bisa dipaksakan mempelajari suatu hal yang tidak di sukai
sehingga akan memberikan otonomi dan kemerdekaan bagi siswa dan sekolah.9
Penerapan pendidikan karakter di SMP Katolik St Rafael Manado yaitu: insting siswa
sekolah dan di rumah yang berkaitan dengan karakter religius, lingkungan sekolah yang
mendukung kegiatan siswa dalam penerapan pendidikan karakter, sarana prasarana sekolah
yang mendukung seperti setiap hari jumat setelah mengikuti mata pelajaran Agama dan
8
Direktorat PAUD, Dikdas dan Dikmen (2021). “ Buku saku tanya jawab kurikulum
meredeka”.repostori.kemdikbud.go.id. Diakses tanggal 2022-04-05.
9
Caesaria, Sandra Desi (2022-02-12). Adit, Albertus, ed. “Apa Itu Kurikulum Merdeka? Begini
Penjelasan Lengkap Kemendikbud”. Kompas.com. Diakses tanggal 2022-04-05.
9
sesudah istirahat siswa-siswi di kumpulkan dalam satu ruangan untuk mengikuti bina iman
dengan mewajibkan setiap siswa-siswi untuk membawa Alkitab/Kitab Suci sebagai syarat
dalam mengikuti mata pelajaran Agama yang di maksudkan agar siswa-siswi lebih
memperdalam iman.
SMP Katolik St Rafael Manado memiliki sistem kerja yang tidak jauh berbeda dengan
sekolah-sekolah lain yang ada dilingkup Yayasan Pendidikan Katolik (YPK) Manado. Dalam
lingkup internal sekolah SMP Katolik St Rafael Manado yang memiliki komponen-komponen
seperti: Kepala Sekolah, wakil kepala sekolah, guru, siswa-siswi yang secara sinerji saling
sekolah, ada komite sekolah yang berperan aktif mendukung kelancaran keseluruhan program
PENUTUP
Pendidikan berasal dari kata didik, mendidik, memelihara, dan membentuk latihan.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, pendidikan diartikan sebagai proses pengubahan sikap
dan tata laku seseorang atau sekelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui
Pendidikan merupakan bagian penting dari kehidupan manusia yang tidak pernah di
tinggalkan. Sebagai suatu proses, ada dua hal asumsi yang berbeda mengenai pendidikan di
dalam kehidupan manusia. Pertama, bisa dianggap sebagai sebuah proses yang terjadi secara
tidak sengaja atau berjalan secara alami. Pendidikan itu bukanlah proses yang diorganisasi
secara teratur, direncanakan, dan menggunakan metode yang dipelajari serta berdasarkan
aturan yang telah disepakati oleh suatu komunitas masyarakat. Melainkan lebih merupakan
10
bagian dari suatu kehidupan yang memeng telah berjalan dari sejak manusia itu ada. Kedua,
pendidikan dianggap sebagai suatu proses yang terjadi secara sengaja, disengaja, dan
diorganisasi berdasarkan aturan yang berlaku, terutama UU yang dibuat atas dasar
kesepakatan bersama masyarakat. Pendidikan itu sebagai sebuah kegiatan dan suatu proses
aktifitas yang disengaja ini merupakan gejala masyarakat ketika sudah mulai di sadari
Karakter bisa dimaknai sebagai cara berfikir dan berperilaku yang khas setiap siswa
baik dalam lingkup keluarga, masyarakat dan bangsa. Pendidikan karakter merupakan
pendidikan untuk membentuk sebuah kepribadian seseorang melalui pendidikan budi pekerti.
kelangsungan hidup bangsa, yang nantinya menjadi pijakan anak Indonesia sehingga
berkembang menjadi pribadi yang berkualitas, memiliki akhlak yang baik, jujur, tanggung
jawab, hormat dan disiplin. Pendidikan ini dapat diwujudkan oleh seluruh lapisan masyarakat
terlebih khusus para siswa dalam kehidupan sehari-hari dengan mengajarkan nilai-nilai
karakter yang positif atau pembelajaran melalui pemahaman ketika melakukan interaksi.
DAFTAR PUSTAKA
Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis (Bandung: Remaja Rosda
Karya, 1985).
11
Poerwadarminta, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1997).
Metodologi Pembelajaran Berdasarkan Nilai-nilai Budaya untuk membentuk Daya saing dan
Karakter.
Caesaria, Sandra Desi (2022-02-12). Adit, Albertus, ed. “Apa Itu Kurikulum
04-05.
12