PENDAHULUAN
bagi pendidikan adalah memilih arah atau tujuan yang akan dicapai.
1 Redja Mudiyaharjo, Pengantar Pendidikan: Sebuah Studi Awal
Tentang Dasar-dasar Penddidikan pada Umumnya dan Pendididkan di
Indonesia, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002), Cet ke-2, h. 1
Penyelenggaraan pendidikan di Indonesia menurut UU Nomor 20 Tahun
2003 pasal 1 ayat (2) disebutkan bahwa suatu Pendidikan Nasional adalah
Berkenaan dengan ini, di dalam UUD'45 Pasal 31 ayat (1) secara tegas
potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
bertanggung jawab.3
manusia yang baik menurut pandangan hidup yang dianut oleh bangsa
itu, dan tujuan pendidikan sesuatu bangsa mungkin tidak akan sama
hidup mereka biasanya tidak akan sama. Tetapi pada dasarnya pendidikan setiap
bengsa tentu sama, yaitu semua menginginkan terwujudnya manusia yang baikyaitu
manusia yang sehat, kuat serta mempunyai ketrampilan, pikirannya cerdas serta
pertolongan yang diberikan secara sengaja terhadap anak didik oleh orang dewasa
berarti usaha yang dijalankan oleh seseorang atau sekelompok orang untuk
mencapai tingkat hidup dan penghidupan yang lebih tinggi dalam arti mental.
Dengan demikian pendidikan berarti, segala usaha orang dewasa dalam pergaulan
dengan anak-anak
˴ϭ ˴έΎ˴μ˸Α˴Ϸ ˴ϭ˴
Artinya:
Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak
mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan
hati, agar kamu bersyukur. (QS.An-Nahl/16:78)5
Tidak semua tugas mendidik dapat dilaksanakan oleh orang tua dalam
keluarga terutama dalam hal ilmu pengetahuan dan berbagai macam ilmu
4 Prof. Dr. H. Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam. (Jakarta; Kalam
Mulia, Cet ke-4 2004), h. 1
5 al-Qur'an dan Terjemah, Departemen Agama Republik Indonesia,
(Jakarta: CV. Toha Putra Semarang, 1989), h. 413
4
anak kesekolah, maka terbentuklah hubungan antara rumah dan sekolah karena
antara kedua lingkungan itu terdapat objek dan tujuan yang sama, yakni mendidik
anak-
anak. 6
itu. Kerjasama itu hanya tercapai, apabila kedua belah pihak saling mengenal.
Agama sebagai dasar pijakan umat manusia memiliki peran yang sangat
besar dalam proses kehidupan manusia. Agama telah mengatur pola hidup manusia
sesamanua. Agama selalu mengajarkan yang terbaik dan tidak pernah menyesatkan
penganutnya.
Untuk itu sebagai benteng pertahanan diri anak didik dalam menghadapi
kuat dalam diri anak, sehingga dengan pendidikan agama ini, pola hidup anak akan
seluruh aspek kehidupan yang dibutuhkan oleh umat manusia dalam rangka
6DR. Zakiah Daradjat, dkk, Ilmu Pendidikan Islam, ( Jakarta; Bumi Aksara,
1992), Cet ke-2
h. 76
5
yang lain seringkali beliau mengatakan kepribadian utama tersebut dengan istilah
secara bertahap. Oleh karena suatu pematangan yang bertitik akhir pada
berlangsung melaui proses demi proses kearah tujuan akhir perkembangan atau
pertumbuhannya. 8
pendidikan agama Islam adalah bimbingan jasmani dan rohani berdasarkan al-
7
Dra. Hj. Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam, (Bandung: CV Pustaka
Setia, 1998), Cet. ke-2, h. 9
h. 10 8Prof. H. M Arifin, M. Ed, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bina
Aksara, 1987) Cet ke-1,
6
Agar anak mempunyai akhlak yang mulia, anak didik diharapkan dapat
didik.
syariat Islam secara sempurna sebagai yang dijabarkan dalam lima rukun Islam,
akan tetapai selama 10 tahun di Makkah beliau mengajarkan Islam lebih dahulu
menitik beratkan pada pembinaan landasan fundamental yang berupa keimanan dan
keyakinan kepada Allah SWT. Karena dari landasan inilah manusia akan berakhlak
Islam terhadap pembentukan akhlak anak didik di SMP YPI Cempaka Putih
Bintaro.
1. Pendidikan agama Islam adalah menanamkan akhlak mulia di dalam jiwa anak
kemampuan jiwa.
2. Akhlak merupakan misi yang dibawa nabi Muhammad saw diutus ke dunia.
Artinya :
“Sesunguhnya” aku diutus (Allah) untuk menyempurnakan akhlak (budi
pekerti) . (HR. Bukhori)
7
1. Pembatasan Masalah
2. Perumusan Masalah
1. Tujuan Penelitian
agama Islam terhadap akhlak anak didik di SMP YPI Cempaka Putih
Bintaro
b) Hasil penelitian ini dapat dijadikan informasi bagi para pendidik dalam
D. Metode penelitian
gambaran yang jelas mengenai permasalahan yang terkait dengan isi skripsi ini.
Analitis di pakai agar penulis dapat menyusun skripsi ini dalam bentuk yang
Skripsi, Tesis dan Disertasi yang diterbitkan oleh Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta tahun 2002 cetakan ke 2. Untuk lebih lengkap lagi mengenai
E. Sistematika Penulisan
Skripsi ini disusun dalam lima bab yang saling berkaitan antara bab satu
dengan bab lainnya, dan tiap-tiap bab terdiri dari beberapa sub bagian yang disusun
Bab pertama merupakan Pendahuluan, bab ini berisi latar belakang masalah,
macam Akhlak. Dan yang terakhir adalah Hakikat Anak Didik, yang terdiri dari
Pengertian Anak didik dan Dasar-dasar Kebutuhan Anak Didik Dalam Pendidikan,
Bab ketiga berisi tentang Gambaran Umum SMP YPI Cempaka Putih
Bintaro dan Metodologi Penelitian yang mencakup Gambaran Umum SMP YPI
Cempaka Putih Bintaro, Manfaat Penelitian, Waktu dan Lokasi, Populasi dan
Bab kelima merupakan bab terakhir ini berisi tentang kesimpulan dan saran
penulis.
BAB II
KERANGKA TEORI, KERANGKA BERFIKIR
DAN HIPOTESA
A. Kerangka Teori
berasal dari kata didik dengan memberinya awalan "pe" dan akhiran "kan"
mengandung arti perbuatan (hal, cara dan sebagainya). Istilah pendidikan ini
semula berasal dari bahasa Yunani, yaitu paedagogie, yang berarti bimbingan yang
diberikan kepada anak. Istilah ini kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris
dengan education yang berarti pengembangan atau bimbingan. Dalam bahasa Arab
istilah ini
dilakukan secara sadar oleh si pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani
si terdidik
10
11
kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu, agar mereka sebagai manusia dan
setinggi-tingginya. 3
Dari semua definisi itu dapat disimpulkan bahwa pendidikan adalah sebuah
kegiatan yang dilakukan dengan sengaja dan terencana yang dilaksanakan oleh
orang dewasa yang memiliki ilmu dan keterampilan kepada anak didik, demi
Islam. Adapun kata Islam dalam istilah pendidikan Islam menunjukkan sikap
bimbingan terhadap pertrumbuhan jasmani dan rohani menurut ajaran Islam dengan
berlakunya semua
ajaran Islam. 4
3
Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2005), Cet
ke-4 h. 4
4
Dra. Hj. Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam, (Bandung: CV. Pustaka
Setia, 1998), Cet. ke-2, h. 11
12
pendidikan dengan melalui ajaran-ajaran agama Islam, yaitu berupa bimbingan dan
asuhan terhadap anak didik agar nantinya setelah selesai dari pendidikan ia dapat
diyakininya secara menyeluruh, serta menjadikan ajaran agama Islam itui sebagai
suatu pandangan hidupnya demi keselamatan dan kesejahteraan hidup di dunia dan
di
akhirat kelak. 6
Islam adalah suatu proses bimbingan jasmani dan rohani yang berlandaskan ajaran
Dasar atau fundamen dari suatu bangunan adalah bagian dari bangunan
yang menjadi sumber kekuatan dan keteguhan tetap berdirinya bangunan itu. Pada
suatu
5
Ahmad D.Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, h. 23
6
Dr. Zakiah Daradjat, dkk, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta:Bumi Aksara,
1992), cet ke-2,
h. 86
13
pohon dasar itu adalah akarnya. Fungsinya sama dengan fundamen tadi,
mempunyai sumber keteguhan, suatu sumber keyakinan: Agar jalan menuju tujuan
dapat tegas dan terlihat, tidak mudah disampingkan oleh pengaruh-pengaruh luar.
Singkat dan tegas dasar pendidikan Islam ialah Firman Tuhan dan sunah Rasulullah
SAW.7 Kalau pendidikan diibaratkan bangunan maka isi al-Qur'an dan haditslah
Dasar-dasar pendidikan agama Islam dapat ditinjau dari beberapa segi, yaitu:
1. Dasar Religius
yang bersumber dari ajaran agama Islam yang tertera dalam al-Qur'an maupun al-
hadits. Menurut ajaran Islam, bahwa melaksanakan pendidikan agama Islam adalah
pendidikan agama
7
Drs. Ahmad D. Marimba, Metodik Khusus Islam, (Bandung: PT. Al-
Maarif, 1981), Cet ke-5, h. 41
8
Dra. Zuhairini, Drs. Abdul Ghofir, Drs. Slamet As. Yusuf, Metodik Khusus
Pendidikan Agama (Surabaya: biro Ilmiah fakultas tarbiyah IAIN Sunan Ampel
Malang), Cet ke-8, h. 23
14
Indonesia. Adapun dasar yuridis formal ini terbagi tiga bagian, sebagai berikut:
3. Dasar Ideal
Yang dimaksud dengan dasar ideal yakni dasar dari falsafah Negara:
Pancasila, dimana sila yang pertama adalah ketuhanan Yang Maha Esa. Ini
4. Dasar Konsitusional/Struktural
Yang dimaksud dengan dasar konsitusioanl adalah dasar UUD tahun 2002
harus beragama, dalam pengertian manusia yang hidup di bumi Indonesia adalah
orang-orang yang mempunyai agama. Karena itu, umat beragama khususnya umat
Islam dapat menjalankan agamanya sesuai ajaran Islam, maka diperlukan adanya
9
Ibid, h. 22
10
Ibid, h. 22
15
5. Dasar Operasional
Yang dimaksud dengan dasar operasional adalah dasar yang secara langsung
dan Tap MPR nomor II/MPR/1983 tentang GBHN," yang pada pokontya
universitas-
universitas negeri. 11
status dan landasan yang kuat dilindungi dan didukung oleh hukum serta peraturan
6. Dasar Psikologis
dihadapkan pada hal-hal yang membuat hatinya tidak tenang dan tidak tentram
sehingga memerlukan
hidup yang disebut agama, mereka merasakan bahwa dalam jiwanya ada sutu
perasaan yang
11
Ibid, h. 23
mengakui adanya Zat Yang Maha Kuasa, tempat untuk berlindung, memohon dan
tempat mereka memohon pertolongan. Mereka akan merasa tenang dan tentram
hatinya apabila mereka dapat mendekatkan dirinya kepada Yang Maha Kuasa. Dari
uaraian di atas jelaslah bahwa untuk membuat hati tenang dan tentram ialah dengan
mengacu kepada penanaman nilai-nilai Islam dan tidak dibenarkan melupakan etika
sosial dan moralitas sosial. Penanaman nilai-nilai ini juga alam rangka menuai
keberhasilan hidup di dunia bagi anak didik yang kemudian akan mampu
Pendidikan adalah suatu proses dalam rangka mencapai suatu tujuan, tujuan
pendidikan akan menentukan kearah mana peserta didik akan dibawa. Tujuan
sehingga mejadi manusia muslim yang terus berkembang dalam hal keimanan,
jenjang
setelah sesuatu usaha atau kegiatan selesai. Tujuan pendidikan bukanlah suatu
benda yang berbentuk tetap dan statis, tetapi ia merupakan suatu keseluruhan dari
taqwa. Insan kamil artinya manusia utuh rohani dan jasmani, dapat hidup
menjadi seorang muslim sejati, beriman teguh, beramal saleh dan berakhlak mulia,
sehingga ia menjadi salah seorang masyarakat yang sanggup hidup di atas kakinya
sendiri, mengabdi kepada Allah dan berbakti kepada bangsa dan tanah airnya,
yang paling utama ialah beribadah dan taqarrub kepada Allah, dan kesempurnaan
14
Dr. Zakiah Daradjat, dkk, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara,
1992) Cet ke-2,
h. 29
15
Prof. DR. H. Mahmud Yunus, Metode Khusus Pendidikan Agama,
(Jakarta: PT. Hidakarya Agung, 1983), h. 13
16
Prof. DR. H. Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam , h. 71-72
18
dan akhlak adalah jiwa pendidikan Islam, dengan mendidik akhlak dan jiwa
kesopanan yang tinggi, mempersiapkan mereka untuk suatu kehidupan yang suci
seluruhnya ikhlas dan jujur. Maka tujuan pokok dan terutama dari pendidikan Islam
ialah
Tujuan yaitu sasaran yang akan dicapai oleh seseorang atau sekelompok
orang yang melakukan sesuatu kegiatan. Karena itu pendidikan Islam, yaitu sasaran
yang akan dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang yang melaksanakan
pendidikan Islam.
1. Tujuan Umum
Tujuan umum ialah tujuan yang akan dicapai dengan semua legiatan
pendidikan, baik dengan pengajaran atau dengan cara yang lainnya. Tujuan ini
dan pandangan. Tujuan umum ini berbeda pada tingkat umur, kecerdasan, situasi
dan kondisi, dengan kerangka yang sama. Bentuk insan kamil dengan pola takwa
kepada Allah harus tergambar dalam pribadi sesorang yang sudah terdidik,
walaupun dalam ukuran kecil dan mutu yang rendah, sesuai dengan tingkah-
tingkah tersebut.
17
Muhammad Athiyyah al-Abrasy, Dasar-dasar Pokok Pendidikan islam ,
terjemahan Bustami Abdul Ghani dan Djohar Bahry, (Jakarta: PT. Bulan Bintang,
1987 ), cet ke-5, h. 1
19
2. Tujuan Akhir
Pendidikan Islam ini berlangsung selama hidup, maka tujuan kahir akhirnya
terdapat pada waktu hidup di dunia ini telah berakhir. Tujuan umum yang
berbentuk Insan Kamil dengan pola takwa dapat menglami naik turun, bertambah
3. Tujuan Sementara
Tujuan sementara ialah tujuan yang akan dicapai setelah anak didik diberi
4. Tujuan Operasional
Tujuan operasional ialah tujuan praktis yang akan dicapai dengan sejumlah
yang sudah dipersiapkan dan diperkirakan akan mencapai tujuan tertentu disebut
tujuan operasional. Dalam pendidikan formal, tujuan ini disebut juga tujuan
instruksional yang selanjutnya dikembangkan menjadi Tujuan Instruksional umum
dan Tujuan
20
Instruksional Khusus (TIU dan TIK). Tujuan instruksioanal ini merupakan tujuan
agama Islam adalah membimbing dan membentuk manusia menjadi hamba Allah
pribadi muslim yang terpadu pada perkembangan dari segi spiritual, jasmani,
emosi, intelektual dan social. Atau lebih jelas lagi, ia berkisar pada pembinaan
warga Negara muslim yang baik, yang prcaya pada Tuhan dan agamanya,
berpegang teguh pada ajaran agamanya, berakhlak mulia, sehat jasmani dan rohani.
Oleh karena itu berbicara pendidikan agama Islam, baik makna maupun
dibenarkan melupakan etika sosial atau moralitas sosial. Penanaman nilai-nilai ini
juga dalam rangka menuai keberhasilan hidup (hasanah) di dunia bagi anak-anak
kelak.
Islami yang hendak diwujudkan dalam pribadi muslim melalui proses akhir yang
dapat membuat peserta didik memiliki kepribadian Islami yang beriman, bertakwa
18
Dra. Hj. Nur Uhbyati, h. 60-61
21
Pendidikan Islam sebagai ilmu, mempunyai ruang lingkup yang sangat luas,
karena di dalamnya banyak pihak yang terlibat, baik secara langsung maupun tidak
langsung.
tindakan atau perbuatan dari sikap yang dilakukan oleh pendidikan sewaktu
mengasuh anak didik. Atau dengan istilah yang lain yaitu sikap atau tindakan
2. Anak didik
Yaitu pihak yang merupkan objek terpenting dalam pendidikan. Hal ini
Yaitu landasan yang menjadi fundamen serta sumber dari segala kegiatan
pendidikan Islam ini dilakukan. Yaitu ingin membentuk anak didik menjadi
4. Pendidik
disusun sedemikian rupa untuk disajikan atau disampaikan kepada anak didik.
menyampaikan bahan atau materi pendidikan Islam kepada anak didik. Metode
tersebut dapat dengan mudah diterima dan dimiliki oleh anak didik.
7. Evaluasi Pendidikan
terhadap hasil belajar anak didik. Tujuan pendidika Islam umumnya tidak dapat
dicapai sekali \gus, melainkan melaui proses atau pentahapan tertentu. Apabila
tahap ini telah tercapai maka pelaksanaan pendidikan dapat dilanjutkan pada
9. Lingkungan
pendidikan Islam. 19
Islam itu sangat luas, sebab meliputi segala asapek yang menyangkut
2. Hakikat Akhlak
a. Pengertian Akhlak
"Khuluqun" ( Χ
yang menurut logat diartikan: budi pekerti, perangai, tingkah
Baik kata akhlaq atau khuluq kedua-duanya dapat dijumpai di dalam al-
Artinya :
19
Ibid, h, 14-15
20
Zahruddin AR. Pengantar Ilmu Akhlak, (Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2004), Cet ke-1, h. 1
24
1. Ibn Miskawaih
dahulu.22
2. Imam Al-Ghazali
Akhlak adalah suatu sikap yang mengakar dalam jiwa yang darinya lahir
berbagai perbuatan dengan mudah dan gampang, tanpa perlu kepada pikiran
dan pertimbanagan. Jika sikap itu yang darinya lahir perbuatan yang baik dan
terpuji, baik dari segi akal dan syara', maka ia disebut akhlak yang baik. Dan
jika lahir darinya perbuatan tercela, maka sikap tersebut disebut akhlak yang
buruk. 23
Sementara orang mengetahui bahwa yang disebut akhlak ialah kehendak yang
dinamakan akhlak.
mempunyai kekuatan, dan gabungan dari kekuatan itu menimbulkan kekuatan yang
lebih besar.
sebagaimana tersebut diatas tidak ada yang saling bertentangan, melainkan saling
melengkapi, yaitu sifat yang tertanam kuat dalam jiwa yang nampak dalam
Jika dikaitkan dengan kata Islami, maka akan berbentuk akhlak Islami,
secara sederhana akhlak Islami diartikan sebagai akhlak yang berdasarkan ajaran
Islam atau akhlak yang bersifat Islami. Kata Islam yang berada di belakang kata
akhlak dalam menempati posisi sifat. Dengan demikian akhlak Islami adalah
sebernya berdasarkan pada ajaran Islam. Dilihat dari segi sifatnya yang universal,
bersifat universal.25
akhlak universal diperlukan bantuan pemikiran akal manusia dan kesempatan sosial
24
Zahruddin AR, h. 4-5.
25
Prof. Dr. H. Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2003), Cet ke-5, h. 147
26
yang terkandung dalam ajaran etika dan moral. Menghormati kedua orang tua
misalnya adalah akhlak yang bersifat mutlak dan universal. Sedangkan bagaimana
bentuk dan cara menghormati oarng tua itu dapat dimanifestasikan oleh hasil
pemikiran manusia.
membangun peradaban manusia dan mengobati bagi penyakit social dari jiwa dan
mental, serta tujuan berakhlak yang baik untuk mendapatkan kebahagiaan di dunia
dan akhirat.
dengan akhlak lainnya. Jika aklhak lainnya hanya berbicara tentang hubungan
dengan manusia, maka akhlak Islami berbicara pula tentang cara berhubungan
dengan binatang, tumbuh-tumbuhan, air, udara dan lain sebagainya. Dengan cara
ini.
1) Sumber Akhlak
Persoalan "akhlak" didalam Islam banyak dibicarakan dan dimuat dalam al-
manusia ada yang menjelaskan artibaik dan buruk. Memberi informasi kepada
umat, apa yang mestinya harus diperbuat dan bagaimana harus bertindak. Sehingga
dengan mudah dapat diketahui, apakah perbuatan itu terpuji atau tercela, benar atau
salah.
27
Kita telah mengetahui bahwa akhlak Islam adalah merupakan sistem moral
atau akhlak yang berdasarkan Islam, yakni bertititk tolak dari aqidah yang
diwahyukan Allah kepada Nabi atau Rasul-Nya yang kemudian agar disampaikan
kepada umatnya.
kepercayaan kepada Tuhan, maka tentunya sesuai pula dengan dasar dari pada
agama itu sendiri. Dengan demikian, dasar atau sumber pokok daripada akhlak
adalah al-
Qur'an dan al-Hadits yang merupakan sumber utama dari agama itu sendiri.26
Beliau bersabda:
Ϧϟ Ϧϳήϣ ϢϜϴϓ ΖϛήΗ ϢϠγϭ ϪϴϠϋ Ϳ ϰϠ͉λ ˴ϰ˶Β͉Ϩϟ ˴ϝ Ύ˴ϗ ˳Ϛ˶ϟ Ύ˴ϣ ˶ϦΑ ˶β˴ϧ͊
˴Ϧϋ˴ ϰΘϨγϭ Ϳ ΏΎΘϛ ΎϤϫΪόΑ ϮϠπΗ
Artinya:
Dari Anas bin Malik r.a. berkata, bahwa Nabi saw bersabda,"telah ku
tinggalkan atas kamu sekalian dua perkara, yang apabila kamu berpegang
kepada keduanya, maka tidak akan tersesat, yaitu Kitab Allah dan sunnah
Rasul-Nya.27
Dengan demikian tidak diragukan lagi bahwa segala perbuatan atau tindakan
akhlak yang agamis (Islam) dapat dicapai dengan jalan menuruti perintah Allah
sebagaimana yang tertera dalam pedoman dasar hidup bagi setiap muslim yakni al-
2) Macam-macam Akhlak
a) Akhlak Al-Karimah
Akhlak Al-karimah atau akhlak yang mulia sangat amat jumlahnya, namun
dilihat dari segi hubungan manusia dengan Tuhan dan manusia dengan manusia,
Akhlak terhadap Allah adalah pengakuan dan kesadaran bahwa tiada Tuhan
selain Allah. Dia memiliki sifat-sifat terpuji demikian Agung sifat itu, yang
karena sadar bahwa dirinya itu sebgai ciptaan dan amanah Allah yang harus
dan optimal banyak bergantung pada orang lain, untuk itu, ia perlu bekerjasama
yang baik kepada saudara, Karena ia berjasa dalam ikut serta mendewasaan
kita, dan merupakan orang yang paling dekat dengan kita. Caranya dapat
dilakukan
kepadanya keutamaan yang tidak dapat terbilang dan karunia kenikmatan yang
tidak bisa dihitung banyaknya, semua itu perlu disyukurinya dengan berupa
sopan dan santun menjaga jiwanya agar selalu bersih, dapt tyerhindar dari
perbuatan dosa, maksiat, sebab jiwa adalah yang terpenting dan pertama yang
harus dijaga dan dipelihara dari hal-hal yang dapat mengotori dan merusaknya.
Karena manusia adalah makhluk sosial maka ia perlu menciptakan suasana yang
b) Akhlak Al-Mazmumah
kebalikan dari akhlak yang baik seagaimana tersebut di atas. Dalam ajaran Islam
tetap
28
Prof. Dr. H. Moh. Ardani, Akhlak Tasawuf, ( PT. Mitra Cahaya Utama,
2005), Cet ke-2,
h.49-57
30
membicarakan secara terperinci dengan tujuan agar dapat dipahami dengan benar,
tercela, di antaranya:
1. Berbohong
Ialah memberikan atau menyampaikan informasi yang tidak sesuai dengan yang
sebenarnya.
2. Takabur (sombong)
Ialah merasa atau mengaku dirinya besar, tinggi, mulia, melebihi orang lain.
3. Dengki
Ialah rasa atau sikap tidak senang atas kenikmatan yang diperoleh orang lain.
Ialah sukar baginya mengurangi sebagian dari apa yang dimilikinya itu untuk
orang lain.29
bedakan menjadi dua: akhlak terpuji dan akhlak yang tercela. Jika sesuai dengan
perintah Allah dan rasul-Nya yang kemudian melahirkan perbuatan yang baik,
maka itulah yang dinamakan akhlak yang terpuji, sedangkan jika ia sesuai dengan
apa yang dilarang oleh Allah dan rasul-Nya dan melahirkan perbuatan-perbuatan
3) Tujuan Akhlak
manusia yang bermoral baik, keras kemauan, sopan dalam berbicara dan perbuatan,
mulia dalam tingkah laku perangai, bersifat bijaksana, sempurna, sopan dan
beradab, ikhlas, jujur dan suci. Dengan kata lain pendidikan akhlak bertujuan untuk
ini, maka setiap saat, keadaan, pelajaran, aktifitas, merupakan sarana pendidikan
akhlak. Dan setiap pendidik harus memelihara akhlak dan memperhatikan akhlak di
atas segala-
galanya.30
berakhlak adalah hubungan umat Islam dengan Allah SWT dan sesama makhluk
30
Prof. DR. H. Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, h. 115
31
Drs. Barnawie Umary, Materi Akhlak, (Solo: CV Ramadhani, 1988). h 2
32
Omar M. M.Al-Toumy Al-syaibany, Filsafat Pendidikan Islam,
(Jakarta:Bulan Bintang,
1979), Cet ke-2, h.346
32
dan juga alam sekitar, hendak menciptakan manusia sebagai makhluk yang tinggi
adalah bagian yang tidak dapat dipisahkan dari pendidikan agama. Sebab yang baik
adalah yang dianggap baik oleh agama dan yang buruk adalah apa yang dianggap
masyarakat Islam adalah akhlak dan keutamaan yang diajarkan oleh agama.
a. Pengertian
Dalam pengertian umum, anak didik adalah setiap orang yang menerima
pendidikan.sedangkan dalam arti sempit anak didik adalah anak (pribadi yang belum
Dalam bahasa Indonesia, makna siswa, murid, pelajar dan peserta didik
(belajar dan bersekolah), anak yang swdang memperoleh pendidikan dasar dari sutu
lembaga pendidikan. Jadi dapat dikatakan bahwa anak didik merupakan semua orang
yang sedang belajar, baik pada lembaga pendidikan secara formal maupun lembaga
Anak didik adalah subjek utama dalam pendidikan. Dialah yang belajar setiap
saat. Belajar anak didik tidak mesti harus selalu berinteraksi dengan guru dalam
termasuk dalam kategori belajar. Mereka tidak melihat ke dalam fenomena psikologis
anak didik. Aliran ini berpegang pada realitas dengan mata telanjang dengan
ditentukan oleh perubahan mentak dengan masuknya sejumlah kesan yang baru dan
hanya melihat fenomena perilaku saja, aliran kognitivisme jauh melihat ke dalam
fenomena psikologis. 36
Prof. Dr. H. Abuddin Nata, MA, Fauzan MA, Pendidikan Dalam Perspektif
34
Hadits, h. 248
35
36
Ibid.
34
dewasa. Dasar kodrati ini dapat dimengerti dari kebutuhan-kebutuhan dasar yang
Ύ˴Ϭ˸ϴ˴Ϡ˴ϋ ˵αΎ͉Ϩϟ ˴ή˴τ˴ϓ ˶ϰ͉Θϟ ˶Ϳ ˴Γ˴ή˸τ˶ϓ ˸Ϣ˵ΘΌ˶η ˸ϥ˶· ˸΅˴ή˸ϗ ˴ϭ˵ ϢϠδϣ ϩ
ϭέ Ϣ͋ϴ˴Ϙϟ ˵Ϧ˸ϳ͋Ϊϟ ˶
Artinya:
Tiadalah seseorang yang dilahirkan melainkan menurut fitrahnya, maka
akibat kedua orang tuanyalah yang me-Yahudikannya atau me-Nasranikannya
atau me-Majusikannya. Sebagaimana halnya binatang yang dilahirkan dengan
sempurna, apakah kamu lihat binatang itu tidak berhidung dan bertelinga?
Kemudian Abi Hurairah berkata,"Apabila kau mau bacalah lazimilah fitrah
Allah yang telah Allah ciptakan kepada manusia di atas fitrah-Nya. Tiada
penggantian terhadap ciptaan Allah. Itulah agama yang lurus (Islam)."
(HR.Muslim)
Prof. DR. H. Ramayulis mengartikan fitrah dalam arti etimologi berarti al-
khilqah, al-ibda', al-ja'l (penciptaan). Arti ini disamping dipergunakan untuk maksud
penciptaan alam semesta juga pada penciptaan manusia. Dengan makna etimologi ini,
Artinya:
Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak
mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan
hati, agar kamu bersyukur. (QS.An-Nahl/16:78)38
Dari hadits dan ayat tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa manusia itu
mendapatkan pendidikan. Dalam hal ini keharusan mendapatkan pendidikan itu jika
diamati lebih jauh sebenarnya mengandung aspek-aspek kepentingan yang antara lain
a. Aspek Paedagogis.
Dalam aspek ini, para ahli didik memandang manusia sebagai animal
potensi yang dimilikinya, mereka dapat dididik dan dikembangkan kearah yang
manusia secara fisik dan mental akan memadai. b. Aspek Sosiologi dan Kultural
makhluk yang berwatak dan berkemampuan dasar atau memiliki garizah (instink)
balik dan
38
al-Qur'an dan Terjemah, Departemen Agama Republik Indonesia,
(Jakarta: CV. Toha Putra Semarang, 1989), h. 413
36
mereka.
manusia itu adalah makhluk yang berkebudayaan, baik moral maupun material. Di
yang dimilikinya termasuk kebudayaannya. Oleh karena itu maka manusia perlu
Aspek tauhid ini adalah aspek pandanagan yang mengakui bahwa manusia
itu adalah makhluk yang berketuhanan yang menurut istilah ahli disebut homo
divinous (makhluk yang percaya adanya Tuhan) atau disebut juga homo religios
menjadi makhluk yang ebrketuhanan dan beragama adalah karena di dalam jiwa
manusia terdapat instink religios atau garizah Diniyah (instink percaya pada
agama). Itulah sebabnya, tanpa melalui proses pendidikan instink religios atau
garizah Diniyah tersebut tidak akan mungkin dapat berkembang secara wajar.
tersebut.39
Dra. Hj. Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam, (Bandung: CV. Pustaka
39
1) Belum memiliki pribadi dewasa susila, sehingga masih menjadi tanggung jawab
pendidik.
Dengan demikian anak didik sebagai manusia yang belum dewasa merasa
pokok, yaitu:
sebagainya
40 Hasbullah, h. 23-24
41 Prof. DR. H. Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, h. 104.
38
wajar, supaya dapat diterima oleh orang lebih tinggi dari dia seperti orang
Dari kedua kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa kebutuhan yang paling
orientasi dan objek pengabdian dalam hidupnya. Oleh karena itu, tidak seorangpun
(UUSPN) Nomor 20 Tahun 2003, BAB V Pasal 12 bahwa setiap peserta didik pada
agama yang dianutnya dan diajarkan oleh pendidik yang seagama. 43 Mencakup
mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur,
berkembang, baik jasmani dan rohani, ia memiliki jasmani yang belum mencapai
Dalam segi rohaniah anak mempunyai bakat-bakat yang harus dikembangkan seprti
43
Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan, h. 313
40
manusia, yang mencakup aspek keimanan, moral atau mental, prilaku dan
sebagainya.
dalam pembentukan kepribadian ini adalah kepribadian yang memiliki akhlak yang
mulia dan tingkat kemulian akhlak erat kaitannya dengan tingkat keimanan.
pada siswa bukan hanya diajarkan secara teoritis, tetapi harus diajarkan ke arah
kehidupan praktis.
sebagai pengendali tingkah laku atau perbuatan yang terlahir dari sebuah keinginan
yang berdaran emosi. Jika ajaran agama sudah terbiasa dijadikannya sebagai
maka tingkah lakunya akan lebih terkendali dalam menghadapi segala keinginan-
B. Kerangka Berfikir
serta
intelektual saja, tapi juga generasi yang mempunyai akhlakul karimah serta santun
rohani berdasarkan al-Qur'an yang dilakukan oleh orang dewasa kepada terdidik
masyarakat, warganegara dan umat manusia serta mempersiapkan anak didik untuk
anak-anak didiknya untuk menjadi bagian dari Sumber Daya Manusia yang unggul
sempurna.
C. Hipotesa
tinggi dalam pelajaran agama, mempunyai akhlak yang lebih baik dari siswa yang
Ho : Tidak ada perbedaan akhlak siswa antara yang memperoleh nilai tinggi dalam
Ha : Siswa yang memperoleh nilai tinggi dalam pelajaran agama memiliki akhlak
yang lebih baik jika dibandingkan dari siswa yang memperoleh nilai rendah.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Pada bab ini akan diuraikan mengenai masalah dan hal-hal yang berkaitan
pembahasan dan teknik penulisan, waktu dan lokasi, populasi dan sampel, teknik
gambaran yang jelas mengenai permasalahan yang terkait dengan isi skripsi ini.
Analitis di pakai agar penulis dapat menyusun skripsi ini dalam bentuk yang
Penelitian ini dilaksanakan selama kurang lebih tiga bulan, terhitung sejak
penelitian ini dilaksanakan di SMP YPI Cempaka Putih Bintaro yang dikepalai oleh
B. Populasi dan
Sampel 1. Populasi
Populasi adalah Keseluruhan obje penelitian yang terdiri dari manusia,
Metodologi Penelitian, Jakarta: gramedia Pustaka Utama, 1992, hal. 49). Adapun
2. Sampel
Sampel adalah “sebagian dari populasi yang dimiliki sift karakteristik yang
teknik random sampling, yakni pengambilan secara acak dari jumlah populasi.
Oleh karena itu, yang diambil dari penelitian (65%) dari jumlah populasi yang ada
sehingga sampelnya menjadi 60 orang siswa yang ada di kelas II sebanyak 187
orang, di SMP YPI Bintaro. Dari 60 siswa yang menjadi sampel dibagi dua aing-
masing 30 siswa yang nilai agamanya rendah dan yang nilai agamanya tinggi,
akhirnya akan membentuk akhlak pada siswa, seperti patuh kepada guru dan orang
tua, masuk sekolah tepat waktu, melaksanakan shalat lima waktu, pulang sekolah
tepat waktu, disiplin dalam hidup, tidak berbohong, tidak membolos dan lain
sebagainya.
47
Tabel 1
Data Siswa SMP YPI Bintaro
Kelas II Tahun Ajaran 2006-2007
No Kelas II Jumlah
01 II, A 39
02 II, B 36
03 II, C 38
04 II, D 37
05 II, E 37
Jumlah 187
(field research), yaitu suatu penelitian yang dilakukan dengan terjun langsung ke
1. Observasi
mengadakan pengamatan dengan mencatat data atau informasi yang diperlukan dan
2. Dokumentasi
Suatu usaha aktif baik suatu badan atau lembaga dengan menyajikan hasil
pengolahan bahan-bahan dokumen yang bermanfaat bagi badan atau lembaga yang
SMP YPI Cempaka Putih Bintaro, keadaan sarana dan prasarana dan juga data-data
3. Angket
yang diperlukan secara langsung. Angket diberikan kepada siswa untuk diisi untuk
Islam terhadap pembentukan akhlak siswa. Angket yang digunakan penulis adalah
angket tertutup yang berisi pertanyaan yang disertai jawaban terikat pada sejumlah
1. Editing
para responden. Jadi setelah angket dan tes diisi oleh responden dan diserahkan
kembali kapada penulis, kemudian penulis memeriksa satu persatu angket dan tes
terebut. Bila
49
ada jawaban yang diragukan atau tidak dijawab maka penulis menghubungi
kesalahan atau kekurangan yang ada pada daftar pertanyaan yang diselesaikan.
nilai tertinggi dan 30 responden yang mendapatkan nilai terendah seperti pada tabel
di bawah ini.
Tabel 2
Jumlah Nilai Siswa tentang Pelajaran
Pendidikan Agama Islam (X)
Nilai Skor
Tertinggi 9
Terendah 6
angket mengenai nilai pelajaran Pendidikan Agama Islam untuk menentukan bobot
skorsing skala pembentukan akhlak siswa dalam hasil penelitian ini, responden
(Tidak Setuju) mempunyai nilai 2 (dua) dan responden yang menjawab STS
(Sangat Tidak setuju) mempunyai nilai 1 (satu) seperti dalam table dibawah ini.
50
Tabel 3
Bobot Skor Skala Pembentukan Akhlak Siswa Terhadap
Nilai Pelajaran Pendidikan Agama Islam (Y)
Alternatif Jawaban Skor
SS (Sangat setuju) 4
S (Setuju) 3
TS (Tidak Setuju) 2
3. Tabulating
yang terdapat dalam angket dan telah dikelompokkan ke dalam bentuk table
M
xa M b
a xb
t= 2 2
1 1
n2nb na nb
2
Ket :
Ardani, Moh., Prof. Dr. H. Akhlak Tasawuf, PT. Mitra Cahaya Utama, 2005, Cet
ke-2,
Arifin, Prof. H. M. M. Ed, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Bina Aksara, 1987,
Cet ke-1
Daradjat, Zakiah, DR., dkk, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta; Bumi Aksara, 1992,
Cet ke-2
Marimba, D., Ahmad, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, Bandung: PT. Al-
Maarif, 1981, cet ke-5
______________, Metodik Khusus Islam, Bandung: PT. Al-Maarif, 1981, Cet ke-5
Mustofa, A., Drs. H. Akhlak Tasawuf, Bandung: CV Pustaka Setia, 1997, Cet ke-2
Nata, Abuddin, Prof. Dr. H., MA., Akhlak Tasawuf, Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2003, Cet ke-5
72
73
Nata, Abuddin, Prof. Dr. H., MA., Fauzan MA, Pendidikan Dalam Perspektif Hadits,
Ramayulis, Prof. DR. H. Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam Mulia, 2004, Cet
ke-4
Uhbiyati, Nur, Dra. Hj., Ilmu Pendidikan Islam, Bandung: CV Pustaka Setia, 1998,
Cet. ke-2
Yunus, Mahmud, Prof. DR. H., Metode Khusus Pendidikan Agama, Jakarta: PT.
Hidakarya Agung, 1983
Zahruddin AR. Pengantar Ilmu Akhlak, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004,
Cet ke-1
Zuhairini, Dra., Drs., Abdul Ghofir, Drs. Slamet As. Yusuf, Metodik Khusus
Pendidikan Agama, Surabaya: Biro Ilmiah Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan
Ampel Malang, Cet ke-8