Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

PENDIDIKKAN AGAMA ISLAM

Hakim Fachrozie
NIM:010222174

PENDIDIKKAN AGAMA ISLAM


Krisna Panji, S.Kom., M.M.
BAB I
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Mengingat bahwa Indonesia adalah negara muslim terbesar di dunia.


Berdasarkan laporan The Royal Islamic Strategic Studies Centre (RISSC) atau
MABDA bertajuk The Muslim 500 edisi 2022, ada 231,06 juta penduduk
Indonesia yang beragama Islam. Jumlah itu setara dengan 86,7% dari total
penduduk Indonesia. Tetapi karakter-karakter Masyarakat Indonesia tidak
sesuai dengan Pendididikan Agama Islam. Bahkan Pemimpin Indonesia pun
masih kurang atau tidak memperhatikan betapa pentingnya Pendidikkan
Agama Islam terhadap Masyarakat Indonesia.

Dalam pelaksanaannya, selama ini PAI banyak menuai kritikan baik


dalam aspek konten yang hanya menekankan pada doktrinasi sampai metode
pengajarannya. Sehingga PAI di sekolah selama ini sering dipandang sekadar
aspek kognitif atau sekadar hafalan, dan belum sampai ranah afektif siswa
(prilaku siswa). Hal tersebut membuat PAI selalu menjadi tertuduh utama
ketika terjadi kenakalan remaja seperti tawuran, kasus narkoba pada siswa dan
sebagainya. 1 Terdapat masalah implementasi PAI di sekolah yang
dianataranya seperti metode belajar guru terhadap siswa, masalah lingkungan
sekolah, masalah lingkunangan peserta didik, masalah evaluasi, dan
sejenisnya

Maka saya akan mencoba Membahas akan pentingnya pendidikan


islam di masyarakat Indonesia, supaya tercipta anak atau masyarakat yang
terdidik untuk memahami ajaran Agama Islam. Diharapkan mereka memiliki
kecerdasan berpikir (IQ), kecerdasan emosional (EQ) dan memiliki
kecerdasan Spiritual (SQ) untuk bekal hidup menuju kesuksesan dunia dan
akhirat.

1
Salah satu contoh dari problematika Pendidikan Agama Islam di sekolah yaitu Masalah Peserta
Didik. Belum lama ini terjadi sebuah kasus yaitu tentang seorang peserta didik menantang kepala
sekolah sampai peserta didik tersebut membuka bajunya. Peserta didik tersebut malah tidak mau
disalahkan atas apa yang telah ia perbuat, malah membalik marah terhadap kepala sekolah nya.
Diakses dari https://www.youtube.com/watch?v=CkYAdvll6vo. 8 Desember 2018.
B. Latar Belakang Masalah

Bedasarkan latar belakang masalah makalah yang telah dikemukakan


diatas, maka rumusan masalah yang dapat diformulasikan sebagai berikut:

1. Apa hakikat pendidikan Islam (pengertian, tujuan,


karakteristik, dsb)?
2. Mengapa diperlukan pendidikan Islam?
3. Bagaimana langkah-langkah menanamkan pendidikan Islam?

C. Tujuan Makalah

Sesuai dengan rumusan masalah yang telah dikemukakan, maka tujuan


dari makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui dan memahami hakikat dari pendidikan islam.


2. Mengetahui dan memahami sangat diperlukannya pendidikan
islam.
3. Mengetahui langkah- langkah menanamkan pendidikan islam.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Pendidikkan Agama islam

Pendidikkan adalah proses untuk mempersiapkan generasi muda suatu bangsa


dalam menjalankan kehidupan dan untuk memenuhi tujuan hidup secara efektif
dan efisien. Pendidikkan juga merupakan suatu proses membina atau
mengembangkan kesadaran diri diantara individu-individu generasi penerusnya.

Perbedaan pendidikan dan pengajaran terletak pada penekanan


pendidikan terhadap pembentukan kesadaran dan kepribadian anak didik di
samping transfer ilmu dan keahlian. Pengertian pendidikan secara umum yang
dihubungkan dengan Islam sebagai suatu sistem keagamaan menimbulkan
pengertian-pengertian baru, yang secara implicit menjelaskan karakteristik-
karakteristik yang dimilikinya.

Pengertian pendidikan dengan seluruh totalitasnya dalam konteks


Islam inheren dengan konotasi istilah “tarbiyah, ta’lim, dan ta’dib” yang
harus dipahami secara bersama-sama. Ketiga istilah ini mengandung makna
yang mendalam menyangkut manusia dan masyarakat serta lingkungan yang
dalam hubungannya dengan Tuhan saling berkaitan satu sama lain. Istilah-
istilah itu pula sekaligus menjelaskan ruang lingkup pendidikan Islam:
informal, formal dan non formal. Hasan Langgulung merumuskan pendidikan
Islam sebagai suatu proses penyiapan generasi muda untuk mengisi peranan,
memindahkan pengetahuan dan nilai-nilai Islam yang diselaraskan dengan
fungsi manusia untuk beramal di dunia dan memetik hasilnya di akhirat.

Dari berbagai literatur terdapat berbagai cara pengertian Pendidikkan


Agama Islam. Dalam pengertian umum, Pendidikan Agama Islam atau
disingkat PAI yaitu usaha yang berupa pengajaran, bimbingan dan asuhan
terhadap anak agar kelak selesai pendidikannya dapat memahami, menghayati,
dan mengamalkan agama Islam, serta menjadikannya sebagai jalan kehidupan,
baik pribadi maupun kehidupan ` masyarakat.2

Menurut Athiyah Al-Abrasy, pendidikan Islam adalah mempersiapkan


manusia supaya hidup dengan sempurna dan bahagia, mencintai tanah air, tegap
2
6H. TB. Aat Syafaat, et. Al., Peranan Pendidikan Agama Islam dalam Mencegah Kenakalan Remaja
(Juvenile Delinquncy), Jakarta, Rajawali Pres, 2008, hlm. 16
jasmaninya, sempurna budi pekertinya, pola pikirnya teratur dengan rapi,
perasaannya halus, profesiaonal dalam bekerja dan manis tutur sapanya.

Sedangkan menurut Syeikh Muhammad Naqib Al-Attas, pendidikan


adalah suatu proses penamaan sesuatu ke dalam diri manusia mengacu
kepada metode dan sistem penamaan secara bertahap, dan kepada manusia
penerima proses dan kandungan pendidikan tersebut.

Dari definisi dan pengertian itu ada tiga unsur yang membentuk
pendidikan yaitu adanya proses, kandungan, dan penerima. Kemudian
disimpulkan lebih lanjut yaitu ” sesuatu yang secara bertahap ditanamkan ke
dalam diri manusia”. Jadi definisi pendidikan Islam adalah, pengenalan dan
pengakuan yang secara berangsur-angsur ditanamkan ke dalam diri
manusia, tentang tempat-tempat yang tepat dari segala sesuatu di dalam
tatanan penciptaan, sehingga membimbing ke arah pengenalan dan pengakuan
tempat Tuhan yang tepat di dalam tatanan wujud dan kepribadian. Jadi
pendidikan ini hanyalah untuk manusia saja.

B. Mengapa diperlukan pendidikan Islam?

Pendidikan merupakan kata kunci untuk setiap manusia agar ia


mendapatkan ilmu. Hanya dengan pendidikanlah ilmu akan didapat dan
diserap dengan baik. Tak heran bila kini pemerintah mewajibkan program belajar
9 tahun agar masyarakat menjadi pandai dan beradab. Pendidikan juga
merupakan metode pendekatan yang sesuai dengan fitrah manusia
yang memiliki fase tahapan dalam pertumbuhan.

Pendidikan Islam memiliki 3 (tiga) tahapan kegiatan, yaitu: tilawah


(membacakan ayat Allah), tazkiyah (mensucikan jiwa) dan ta’limul kitab wa
sunnah (mengajarkan al kitab dan al hikmah). Pendidikan dapat merubah
masyarakat jahiliyah menjadi umat terbaik disebabkan pendidikan
mempunyai kelebihan. Pendidikan mempunyai ciri pembentukan
pemahaman Islam yang utuh dan menyeluruh, pemeliharaan apa yang telah
dipelajarinya, pengembangan atas ilmu yang diperolehnya dan agar tetap pada
rel syariah. Hasil dari pendidikan Islam akan membentuk jiwa yang tenang,
akal yang cerdas dan fisik yang kuat serta banyak beramal.

Pendidikan Islam berpadu dalam pendidikan ruhiyah, fikriyah dan


amaliyah (aktivitas). Nilai Islam ditanamkan dalam individu membutuhkan
tahpan-tahapan selanjutnya dikembangkan kepada pemberdayaan di segala
sektor kehidupan manusia. Potensi yang dikembangkan kemudian
diarahkan kepada pengaktualan potensi dengan memasuki berbagai bidang
kehidupan.

Pendidikan yang diajarkan Allah SWT melalui Rasul-Nya bersumber


kepada Al Qur’an sebagai rujukan dan pendekatan agar dengan tarbiyah akan
membentuk masyarakat yang sadar dan menjadikan Allah sebagai Ilah
saja.Kehidupan mereka akan selamat di dunia dan akhirat. Hasil ilmu yang
diperolehnya adalah kenikmatan yang besar, yaitu berupa pengetahuan,
harga diri, kekuatan dan persatuan.

Tujuan utama dalam pendidikan Islam adalah agar manusia memiliki


gambaran tentang Islam yang jelas, utuh dan menyeluruh.

Interaksi di dalam diri ini memberi pengaruh kepada penampilan,


sikap, tingkah laku dan amalnya sehingga menghasilkan akhlaq yang baik.
Akhlaq ini perlu dan harus dilatih melalui latihan membaca dan mengkaji
Al Qur’an, sholat malam, shoum (puasa) sunnah, berhubungan kepada
keluarga dan masyarakat. Semakin sering ia melakukan latihan, maka
semakin banyak amalnya dan semakin mudah ia melakukan kebajikan.
Selain itu latihan akan menghantarkan dirinya memiliki kebiasaan yang
akhirnya menjadi gaya hidup sehari-hari.

C. langkah-langkah menanamkan pendidikan Islam

Al-Qurthubi menyatakan bahwa ahli-ahli agama Islam membagi pengetahuan


menjadi tiga tingkatan yaitu pengetahuan tinggi, pengetahuan menengah, dan
pengetahuan rendah. Pengetahuan tinggi ialah ilmu ketuhanan, menengah ialah
pengetahuan mengenai dunia seperti kedokteran dan matematika, sedangkan
pengetahuan rendah ialah pengetahuan praktis seperti bermacam-macam
keterampilan kerja. Ini artinya bahwa pendidikan iman/agama harus diutamakan.

Menurut pandangan Islam pendidikan harus mengutamakan


pendidikan keimanan. Pendidikan di sekolah juga demikian. Sejarah telah
membuktikan bahwa pendidikan yang tidak atau kurang memperhatikan
pendidikan keimanan akan menghasilkan lulusan yang kurang baik
akhlaknya. Akhlak yang rendah itu akan sangat berbahaya bagi kehidupan
bersama. Ia dapat menghancurkan sendi-sendi kehidupan berbangsa dan
bernegara.
Jika Lulusan sekolah yang kurang kuat imannya akan sangat sulit
menghadapi kehidupan pada zaman yang semakin penuh tantangan di masa
mendatang.Oleh karena itu, mengingat pentingnya pendidikan Islam terutama
bagi generasi muda, semua elemen bangsa, terutama guru pendidikan Islam,
perlu membumikan kembali pendidikan Islam di sekolah-sekolah baik formal
maupun informal.

Ada tiga hal yang harus secara serius dan konsisten diajarkan kepada anak
didik. yaitu:

1. Berikan Contoh kepada Peserta Didik


Langkah pertama adalah memberikan contoh terlebih dahulu kepada
Peserta Didik, sebab Peserta Didik akan meniru apa yang dilakukan oleh
sekitarnya. Peserta Didik akan lebih mudah menuruti nasehat yang diberikan oleh
gurunya , jika guru memberikan contoh terlebih dahulu. Ini bisa menjadi tempat
yang tepat untuk membangun kebiasaan yang baik untuk Peserta Didik . Secara
perlahan, Peserta Didik akan mengadopsi nasehat dan kebiasaan yang
dilakukan oleh Guru.
2. Mulai dari Kebiasaan yang Sederhana
Peserta Didik biasanya akan sulit mengubah kebiasaan yang sudah
mengakar. Karena itu, mulai dari kebiasaan yang mudah terlebih dahulu,
misalnya mencuci piring makan, yang merupakan kebiasaan sederhana. Cara
menanamkan nilai agama dan moral ini direkomendasikan oleh banyak pakar
anak, sebab kebiasaan yang sederhana jika dilakukan secara beruntun bisa
menarik kebisaan baik lainnya.
3. Menyampaikan Nasehat dengan Cara yang Menyenangkan
Hati Peserta Didik tidak bisa stabil sebagaimana orang dewasa, karena
itu memberikan saran dan nasehat untuk Peserta Didik sebaiknya dilakukan
dengan cara yang menyenangkan. Misalnya dengan membacakan cerita
sebelum tidur, menceritakan kisah yang memiliki amanat baik, serta
menghibur anak jika mereka sedang sedih dengan nasehat. Guru juga bisa
menyelipkan nasehat ketika anak beraktifitas, misalnya dengan memberikan
hadiah, buku, yang mencerminkan kebiasaan baik. Selain bisa menghibur
Peserta Didik ketika hatinya sedang sedih atau kesal, ia juga bisa tertanam
menjadi kebiasaan yang baik.
4. Ajak Peserta Didik untuk Bersosialisasi dengan Lingkungan yang Baik
lingkungan juga menjadi tempat belajar Peserta Didik, karena itu perlu
untuk membuat lingkungan pertemanan yang mendukung. Sebaiknya
hindarkan Peserta Didik dengan teman yang memiliki tabiat kurang baik, dan
ajak Peserta Didik ke tempat yang memiliki kebiasaan baik. Cara
menanamkan nilai agama dan moral untuk Peserta Didik misalnya dengan
mengajak Peserta Didik bermain bersama dengan teman sepermainan yang
sepantaran. Akan lebih baik jika memberikan ruang untuk belajar bersama secara
bergantian di rumah Peserta Didik, dengan begitu orang tua bisa memantau
perkembangan dan sosialisasi yang dilakukan oleh anak.

5. Jangan Paksa Peserta Didik untuk Melakukan Sesuatu


Ketika Peserta Didik tidak melakukan nasehat yang Guru berikan,
biasanya Guru akan kesal. Jika Peserta Didik agak sulit menerima kebiasaan
dan nasehat yang Guru berikan, atau masih enggan melakukan kebiasaan yang
Guru praktekkan, jangan menyerah dan kesal. Bisa jadi Peserta Didik sedang
mengalami hari atau mood yang buruk, sehingga ia tidak bersikap seperti
biasanya. Pahami kondisi tersebut dan cobalah untuk menasehatinya secara
perlahan, misalnya jika Peserta Didik tidak mau membereskan kamar tidurnya,
berikan nasehat secara lembut dan bantu anak untuk membereskan tempat
tidurnya.
Menjadi panduan untuk Peserta Didik tentu bukan hal yang mudah,
karena itu selalu praktekkan sikap dan kebiasaan baik. Tidak hanya ketika Guru
berada di depan Pesera Didik, namun juga dalam kehidupan sehari-hari. Itulah
beberapa cara menanamkan nilai agama dan moral yang tepat, khususnya
untuk Peserta Didik usia dini. Jika Peserta Didik diarahkan sejak dini untuk
berperilaku baik, tentu hal tersebut akan menjadi kebiasaan ketika ia dewasa.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Dengan pemaparan definisi pendidikan islam di atas dapat


disimpulkan bahwa definisi pendidikan islam adalah proses pembentukan
kepribadian manusia kepribadian islam yang luhur. Bahwa pendidikan islam
bertujuan untuk menjadikannya selaras dengan tujuan utama manusia menurut
islam, yakni beribadah kepada Allah swt.
Diharapkan dengan pemahaman hakikat pendidikan islam ini. Member
motivasi agar manusia khususnya muslim selalu mencari ilmu hingga akhir
hayat, dalam rangka merealisasikan tujuan yang telah disebutkan dalam QS.
Adz-Dzariyat: 56 dapat diaplikasikan secara berkelanjutan.

B. Saran

Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya


penulis akan lebih fokus dan details dalam menjelaskan tentang makalah di
atas dengan sumber - sumber yang lebih banyak yang tentu nya dapat di
pertanggung jawabkan.Untuk saran bisa berisi kritik atau saran terhadap
penulisan juga bisa untuk menanggapi terhadap kesimpulan dari bahasan
makalah yang telah di jelaskan

C. Daftar Pustaka
o . Aat Syafaat, et. Al., Peranan Pendidikan Agama Islam dalam Mencegah Kenakalan
Remaja (Juvenile Delinquncy), Jakarta, Rajawali Pres, 2008, hlm. 16
o Aat Syafaat, et. Al., Peranan Pendidikan Agama Islam dalam Mencegah Kenakalan
Remaja (Juvenile Delinquncy), Jakarta, Rajawali Pres, 2008, hlm. 16

Anda mungkin juga menyukai