LIDYA APRILIA
NIM. 12011323144
Abstrak
Pada dasarnya tujuan pendidikan Islam adalah tercipta insan kamil yang
memiliki ciri khas mempunyai wajah Qurani, tercapainya insan yang memiliki
dimensi religius, budaya dan ilmiah. Untuk mengaktualisasikan tujuan tersebut,
para pendidik punya tanggung jawab yang berat untuk mengantarkan manusia ke
arah tujuan tersebut. Keberadaan pendidik dalam dunia pendidikan sangat krusial,
sebab kewajiban seorang pendidik bukan hanya sebatas mentransferkan ilmu
semata, akan tetapi lebih dari itu semua agar tujuan pendidikan tercapai dengan
maksimal dengan memperhatikan konsep yang ideal dalam proses pengajaran
berdasarkan pesan-pesan Qurani.
PENDAHULUAN
Dalam upaya menyahuti perkembangan dan kemajuan pendidikan, perlu
diadakan kajian ulang terhadap sistem Pendidikan Islam. Karena terlihat sistem
Pendidikan Islam dewasa ini kurang berkembang, "berjalan di tempat" serta tidak
punya pembaharuan baru di bidang pendidikan. Bahkan Pendidikan Islam berjalan
tanpa dukungan ilmu pengetahuan dan teknologi. Tuntutan ke arah itu sangat
diperlukan apabila Pendidikan Islam ingin ikut andil dan bersaing dalam menatap
kemajuan zaman dan pengaruh globalisasi. Withering tidak, Pendidikan Islam
harus bisa memberi warna kalau tidak bisa menjadi engine penggerak kemajuan
dunia pendidikan.
Islam telah menunjukkan pentingnya pendidikan bagi kehidupan manusia
sejak awal kemunculannya. Syair pertama yang diterima Nabi Muhammad adalah
telur ikan salmon, yang berisi pesan tentang perintah untuk memperkuat potensi
kecerdasan manusia yang merupakan inti dari pendidikan Islam, . Namun harus
diakui bahwa pendidikan Islam pada masa itu belum memiliki bentuk yang formal
dan sistematis. Peran pendidikan dalam perkembangan awal Islam disebabkan
masih terbatasnya upaya penyebaran khutbah-khutbah Islam dalam bentuk
tauhid. Praktek upacara keagamaan.
Situasi di atas ada sejak kehidupan Nabi Muhammad sampai pikiran Muslim
bersentuhan dengan peradaban dan budaya non-Islam (Arab)1. Kedatangan
filsafat Yunani merupakan faktor yang sangat dominan dalam perkembangan
pemikiran dalam Islam, termasuk di bidang pendidikan.
Pendidikan masa lalu harus mencerminkan pendidikan masa depan . Hal-hal
baik dan buruk dari masa lalu tetap ada. Hal ini dilakukan untuk mencari solusi
terhadap globalisasi dan perkembangan zaman yang sangat berbeda dengan masa
lalu. Dalam hal ini falsafah pendidikan dan gagasan pendidikan Islam harus
berkontribusi dalam merespon segala perubahan dan perkembangan tersebut.
Filsafat dan pemikiran Islam selalu merupakan hasil dari dua hal: ideologi Islam
yang dijelaskan dalam Al-Qur'an dan Al Hadis dan suasana baru yang diciptakan di
dunia Islam (pendidikan) itu sendiri - Islam dalam dunia pendidikan. Pendidikan
Islam yang dapat beradaptasi dengan perkembangan zaman tanpa melupakan
nilai-nilai agama.
METODE KAJIAN
Metode kajian ini adalah Literature Review atau tinjauan pustaka. Studi
literature review adalah cara yang dipakai untuk megumpulkan data atau sumber
yang berhubungan pada sebuah topik tertentu yang bisa didapat dari berbagai
sumber seperti jurnal, buku, internet, dan pustaka lain
1
Darajat, Zakiah, dkk., tth. Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara. Marimba, Ahmad D. 1974.
Pengantar Filsafat Pendidikan Islam. Bandung: al-Ma‘arif.
Konsep Ideal Pendidikan yang Islami
Sebelum kita berbicara tentang pendidikan Islam, apakah pendidikan itu?
Menurut MJ Langewerd, “Pendidikan adalah usaha manusia dewasa untuk
membimbing mereka yang belum dewasa.” Ahmad D. Malimba merumuskan
pendidikan adalah jasmani dan rohani dan dari yang terdidik . Pendidik atau
bimbingan sadar dari perkembangan mental ke pembentukan . kepribadian utama.
Inilah dua makna pendidikan dari tahun yang terkenal akan pengertiannya. Dalam
Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 2 Tahun 1989, “Pendidikan
dirumuskan sebagai sebagai upaya sadar mempersiapkan peserta didik untuk
perannya di masa depan melalui kegiatan penyuluhan, pendidikan, dan/atau
pelatihan”. Pendidikan dalam arti luas adalah tindakan atau usaha generasi yang
lebih tua untuk mentransfer pengetahuan, pengalaman, keterampilan dan
kemampuan kepada generasi muda dalam persiapan untuk melakukan fungsi-
fungsi penting secara mental dan psikologis.2
Pendidikan Islam yang ideal adalah fokus kepada Allah SWT, menerapkan
logika dengan baik, dan membentuk manusia yang benar secara sosial dan
bertanggung jawab. Dengan kata lain, pendidikan Islam yang ideal adalah
mengembangkan kemampuan mental, emosional, dan intelektual secara optimal.
Ketiganya terintegrasi menjadi satu lingkaran. Kegiatan Pendidikan Islam pada
dasarnya merupakan upaya untuk mewujudkan semangat Islam, semangat hidup
yang dijiwai oleh nilai-nilai Islam. Juga, pikiran digunakan sebagai cara hidup.
Semangat keislaman ini berakar pada kitab suci Al-Qur'an yang Allah berikan
kepada Muhammad SAW. Sebagai kitab suci Islam, Quran menampilkan dirinya
sebagai "petunjuk jalan yang lurus" (Quran 17:19), dan instruksinya membawa
kesejahteraan dan kesejahteraan bagi individu dan kelompok.Saya bertujuan
untuk itu. instruksi untuk yang ditemukan dalam kedua format. Sebagai penerima
Al-Qur'an, Rosul ditugaskan untuk menyampaikan petunjuk-petunjuk ini,
memurnikannya, dan mengajarkannya (Sura 67: 3). Penyucian dapat disamakan
dengan pendidikan (menjadikan seseorang bersih/suci), tetapi mengajar tidak
lebih dari mengisi jiwa siswa dengan pengetahuan ranah fisik dan metafisik.
Tujuan yang dicapai dengan membaca, bersuci, dan pendidikan adalah untuk
berkonsentrasi kepada Allah SWT sesuai dengan tujuan penciptaan manusia,
sebagaimana dinyatakan oleh Al Qur'an Sura Al Dzariat 56. Menetapkan tujuan
untuk akhir atau hasil dari semua kegiatannya sebagai penyerahan diri kepada
saya. Kegiatan yang disebutkan di sini terangkum dalam isi Surah Albakara, : 30.
Jadi saya ingin menjadi khalifah di bumi. Dan dalam Sla Had ayat 61, artinya: dan
dia (Allah) menciptakan kamu (manusia) dari bumi (bumi), dan memakmurkan
kamu. Arti dari bagian ini adalah bahwa orang yang dipercaya oleh Allah sebagai
khalifah bertanggung jawab untuk menumbuhkan atau membangun planet ini
sesuai dengan konsep prinsip (Allah).
Berdasarkan hal tersebut, dapat dikatakan bahwa tujuan pendidikan Al-
Qur'an adalah untuk melatih manusia secara individu maupun kelompok agar
dapat menunaikan tugasnya sebagai hamba Allah dan khalifahnya. Konsep Allah.
2
Arifin, Syamsul. dkk. 1996. Spiritualitas Islam dan Peradaban Masa Depan, Yogyakarta: Si Press.
Dari uraian tersebut, konsep pendidikan Islam juga dapat dirumuskan sebagai
berikut.
1. Pendidikan dalam konsep ajaran Islam merupakan perwujudan kewajiban
khilafah umat manusia di muka bumi. Gejala ini dapat mengatur semua
fenomena kehidupan yang terjadi pada nilai moral mereka, batas , sehingga misi
khilafah tidak persis di luar lingkaran nilai . Bekerja dalam kasus. Oleh karena
itu, umat ini senantiasa mengupayakan ajaran utama dari pendidik, Tuhan
sebagai Rab Al "Aramin dan Cinta Anaas", yang selalu menjadi yang terpenting
dalam proses pendidikan.
2. Pendidikan Islam memahami alam dan manusia sebagai keseluruhan ciptaan
Allah, dan memisahkan mereka dari sifat Allah Allah dan Allah sebagai satu
kesatuan di mana manusia diberikan otoritas relatif untuk menggunakan alam.
Dia termasuk sifat Kerbu Biyahan. Oleh karena itu, sebagai bagian penting dari
kegiatan pembinaan kehidupan manusia, pendidikan harus mampu
menumbuhkan ketaatan dan rasa syukur yang mendalam kepada Sang Pencipta.
Jangan meletakkan beban tanggung jawab manusia pada siapapun selain Allah.
Inilah sebenarnya makna tauhid yang melandasi semua aspek pendidikan Islam.
3. Berdasarkan tauhid ini, pendidikan Islam harus berlandaskan pada pemurnian
jiwa. Dengan begitu, semua 4.444 orang dapat bangkit dari tingkat keimanan
kepada 4.444 kebaikan yang melandasi semua jerih payah manusia (Amal Sole).
Dari arah pendidikan Islam ini, prinsip pendidikan Islam tidak lebih dari
upaya merasionalkan penerapan nilai-nilai agama. Hal ini dapat menyebabkan
transformasi nilai dan semua pengetahuan tentang manusia, masyarakat, dan
dunia pada umumnya. 3
Al-Syaibani menyatakan bahwa pendidikan Islam harus mencakup unsur-
unsur dan syarat-syarat sebagai berikut:
1. Dalam semua prinsip, keyakinan dan isinya, itu sesuai dengan semangat Islam.
2. Dalam kaitannya dengan realitas sosial dan budaya serta sistem sosial, ekonomi,
dan politiknya.
3. Terbuka untuk semua pengalaman baik (kebijaksanaan).
4. Strukturnya didasarkan pada studi terperinci oleh , yang memperhatikan sisi
sekitarnya.
5. Contoh: Universal dengan standar ilmiah
6. Selektif, selektif, itu penting dan mengikuti ruh Islam.
7. Tidak ada kontradiksi atau kontradiksi antara prinsip dan keyakinan yang
mendasarinya. Dan pukul
8. Pemikiran yang sehat, mendalam dan jernih Proses eksperimentasi aktual
dengan pendidikan.
Selain itu, menurut Malik Fajar , pendidikan Islam harus memenuhi empat
syarat:
1. Kejelasan cita-cita dengan langkah operasional untuk mewujudkan cita-cita
pendidikan Islam.
2. Memperkuat sistem dengan menata ulang sistem.
3
Nata, Abudin. 2004. Sejarah Pendidikan Islam Pada Periode Klasik dan Pertengahan. Jakarta:
RajaGrafindo Persada.
3. Perbaikan dan penyempurnaan manajemen.
4. Peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM).
2. Madrasah
Madrasah adalah suatu lembaga yang mengajarkan ilmu-ilmu keislaman.
Ditinjau dari segi tingkatannya madrasah dibagi menjadi tiga, yaitu :
Tingkat Ibtidaiyah (Tingkat Dasar)
Tingkat Tsanawiyah (Tingkat Menengah)
Tingkat Aliyah (Tingkat Menengah Atas)
Tugas lembaga madrasah sebagai lembaga pendidikan Islam adalah :
Merealisasikan pendidikan Islam yang didasarkan atas prinsip pikir, akidah,
dan tasyri’ yang diarahkan untuk mencapai tujuan pendidikan. Bentuk dan
realisasi itu ialah agar peserta didik beribadah, mentauhidkan Allah SWT,
tunduk dan patuh atas perintah-Nya serta syariat-Nya.
Memelihara fitrah anak didik sebagai insan mulia, agar tak menyimpang
tujuan Allah menciptakannya.
Membersihkan pikiran dan jiwa dari pengaruh subjektivitas (emosi), karena
pengaruh zaman dewasa ini lebih mengarah pada penyimpangan fitrah
manusiawi.
Memberikan wawasan nilai dan moral, serta peradaban manusia yang
membawa khazanah pemikiran anak didik menjadi berkembang.
Menciptakan suasana kesatuan dan kesamaan antar anak didik.
3. Pondok Pesantren
Pondok Pesantren yaitu suatu lembaga pendidikan Islam, yang didalamnya
terdapat seorang kiai (pendidik) yang mengajar dan mendidik para santri
(peserta didik) dengan sarana masjid yang digunakan untuk menyelenggarakan
pendidikan tersebut, serta adanya pemondokan atau asrama sebagai tempat
tinggal para santri. Ciri-ciri khusus dalam pondok pesantren adalah isi
kurikulum yang dibuat terfokus pada ilmu-ilmu agama, misalnya ilmu sintaksis
Arab, morfologi Arab, hukum Islam, Hadits, tafsir Al-Qur’an, teologi Islam,
tasawuf, tarikh, dsb. Literatur ilmu-ilmu tersebut memakai kitab-kitab klasik
yang disebut dengan istilah “kitab kuning”. Tujuan pendidikan dalam pesantren
yaitu untuk mempersiapkan pemimpin-pemimpin akhlak dan keagamaan.
Sistem yang ditampilkan dalam pondok pesantren mempunyai keunikan
dibandingkan dengan sistem yang diterapkan dalam lembaga pendidikan
umumnya, yaitu:4
Kehidupan di pesantren menampakkan semangat demokrasi, karena mereka
praktis bekerja sama mengatasi problem non kurikuler mereka sendiri.
Para santri tidak mengidap penyakit simbolis, yaitu perolehan gelar dan
ijazah, karena sebagian besar pesantren tidak mengeluarkan ijazah,
sedangkan santri dengan ketulusan hatinya masuk pesantren tanpa adanya
ijazah tersebut. Hal itu karena tujuan mereka hanya ingin mencari keridhaan
Allah SWT semata.
Sistem pondok pesantren mengutamakan kesederhanaan, idealisme,
persaudaraan, persamaan, rasa percaya diri, dan keberanian hidup.
2. Masyarakat
Pembentukan generasi merupakan kegiatan yang tidak pernah berakhir dan
berkelanjutan sepanjang hidup manusia. Oleh karena itu, pola pendidikan Islam
tidak berhenti, dan terbatas pada pendidikan formal (sekolah), tetapi
6
Haidar Putra Daylay, sejarah pertumbuhan dan bembaruan pendidikan islam di indonesia, jakarta:
Prenda Media Group, 2007, hlm 63
pendidikan nonformal generasi Islam di masyarakat juga harus bersuasana
Islami. Penelitian Islamic Tsakofa , serta ilmu pengetahuan dan lembaga
pendukungnya juga membutuhkan peran aktif dari masyarakat. Ada beberapa
peran yang dapat dimainkan oleh jemaah sebagai pilar pendidikan bagi generasi
Islam sebagai kontrol penyelenggaraan pendidikan oleh negara dan
laboratorium permasalahan kehidupan yang kompleks.
3. Madrasah/Sekolah/Lembaga Pendidikan
Madrasah merupakan tempat mempelajari ilmu-ilmu alam secara lebih intensif
dan sistematis. Didirikan oleh umat Islam pada masa Nabi Muhammad, masjid
menjadi lembaga pendidikan resmi untuk semua orang. Kami akan membahas
tidak hanya ilmu diniyah tetapi juga ilmu terapan. Nabi membangun masjid
untuk menyampaikan ajaran Islam, namun persiapan strategi perang sering
dilakukan Nabi Muhammad bersama para sahabatnya di masjid. Di era ini,
pendidikan dari , baik di sekolah atau universitas, dapat diambil alih oleh masjid
dengan fasilitas yang mendukung proses pembelajaran yang lebih efektif.
Pertanyaan ini valid dan tidak dapat dianggap sebagai upaya untuk memisahkan
siswa dari masjid.
4. Negara
Sebuah negara sebagai unggulan dapat mewujudkan pola pendidikan Islam
yang lebih optimal, efektif dan sempurna jika didukung oleh semua pedoman
yang dikeluarkan pada aspek kehidupan ini di bawah hukum Islam. Peran yang
dapat dimainkan negara dalam mewujudkan pola pendidikan Islam antara lain:
Seleksi dan pengawasan ketat pendidik. Penetapan kualifikasi berupa jenjang
Syakhsiyah Islamiyah dan pendidikan keterampilan. Setelah guru yang
memenuhi syarat dipekerjakan, negara akan menjamin kesejahteraan guru,
fokus pada penelitian siswa dan pengembangan ilmiah, dan tidak fokus pada
kegiatan untuk mencari mata pencaharian tambahan.
Al-Fikru li al-Amal Mengajarkan konten pendidikan sesuai prinsip (link and
match). Artinya isi materi belum terbukti (not aplikatif), sehingga tidak
efektif dan tidak memotivasi siswa untuk mendalami materi.
Usia dan masa studi tidak membatasi proses pendidikan. Karena hakikat
pendidikan adalah hak semua orang, yang harus dipenuhi oleh negara. Allah
telah menugaskan otoritas negara untuk benar-benar memenuhi kebutuhan
orang tanpa syarat, termasuk pendidikan.
Pendidikan Islam itu lembut dan sarat dengan nilai-nilai sakral. Agama Islam
adalah sumber akhlak, dan kedudukan akhlak sangat penting sebagai pelengkap
dalam menjalankan fungsi manusia di muka bumi. Pendidikan adalah proses
pembangunan moral jiwa. Menanamkan nilai moral pada siswa harus menjadi
prioritas. Nilai-nilai Tuhan harus didahulukan , pendidikan Islam memperhatikan
pembinaan akhlak atau nilai-nilai dalam semua mata pelajaran dari tingkat pemula
hingga tingkat tertinggi , kebajikan dan sendi moral yang sempurna Harus
diprioritaskan.7
Dalam pendidikan Islam, keseimbangan hidup melibatkan beberapa prinsip.
Yaitu, keseimbangan antara kehidupan dunia dan akhirat, keseimbangan
kebutuhan jasmani dan rohani, keseimbangan kepentingan pribadi dan sosial,
keseimbangan ilmu dan amal.
Di atas adalah konsep ideal pendidikan Islam. Namun realitas masalah
pendidikan yang ada adalah masalah sistematis. berarti pendidikan. Masalah ini
berawal dari pemerintah sebagai pembuat kebijakan Sistem Pendidikan Nasional ,
Pemerintahan Negara, Kemampuan Guru/Guru, Prasarana, Kurikulum, Dukungan
Masyarakat, dll, mempengaruhi semua komponen pendidikan. Oleh karena itu,
berbagai pihak dapat terlibat. Dalam menghadapinya, dan masalah ini harus
menjadi tanggung jawab bersama.
Di balik otonomi dan kebebasan adalah tujuan dari guru yang harus dicapai
sebagai ukuran keberhasilan. Tentu saja, tujuan berhasil untuk semua siswa,
terlepas dari latar belakang sosial ekonomi, dan mencapai tingkat pencapaian
tertentu. Tujuan dapat dikembangkan di wilayah sekolah yang berbeda. Bertujuan
untuk standar, masyarakat bisa ikut mengevaluasi seberapa jauh keberhasilan
sekolah dalam mencapai tujuan.
Terbukanya kesempatan bagi masyarakat dan orangtua peserta didik untuk
mengevaluasi proses pendidikan, memungkinkan munculnya partisipasi
masyarakat sekitar dan khususnya orangtua peserta didik dalam
menyelenggarakan pendidikan. Misalnya, sekolah bisa mengundang orangtua dan
masyarakat sekitar untuk berpartisipasi dalam menentukan kebijakan dan
operasionalisasi kegiatan sekolah. Orangtua dan masyarakat sekitar yang mampu
bisa diajak untuk berpartisipasi dalam pembiayaan pendidikan. Dengan demikian,
pada level makro, secara nasional bisa dilaksanakan realokasi anggaran
pembangunan pendidikan. Anggaran pendidikan pemerintah yang terbatas hanya
diarahkan pada sekolah-sekolah yang memiliki peserta didik dengan latar
belakang yang kurang mampu. Sedangkan bagi sekolah-sekolah yang peserta
didiknya terdiri dari orangtua berlatar belakang sosial ekonomi relatif kaya,
diharapkan bisa self-supporting dalam pembiayaan sekolah. 8
Bahkan tidak hanya masyarakat sekitar, karena target dan standar yang
harus memiliki skop regional dan daerah, maka pemerintah daerah akan secara
langsung terlibat dalam menyukseskan pendidikan di wilayah masing-masing.
Diharapkan pemerintah setempat bisa mengeluarkan berbagai kebijakan yang
mendukung pencapaian target pendidikan tersebut. Misalnya, pemerintah
kelurahan menetapkan jam belajar bagi anak usia tertentu. Pada jam-jam tersebut
anak-anak tidak boleh bermain. Dengan kata lain pelayanan kemasyarakatan perlu
dikaitkan dengan proses pendidikan.9
Kepada setiap sekolah dan guru diberikan kebebasan apa yang harus
dilakukan dalam proses pembelajaran. Yang penting adalah pencapaian target
yang telah ditentukan, dengan kata lain proses pendidikan bersifat product
7
Arifin, M. 1991. Kapita Selekta Pendidikan (Islam dan Umum). Jakarta: Bumi Aksara.
8
Barzinji, Jamal. 1996. Sejarah Islamisasi Ilmu Pengetahuan. Malang: Universitas Muhammadiyah.
9
Tim Penulis. 2005. Islam dan Radikalisme di Indonesia, Jakarta: LIPI Press. Zuhairini, dkk. 1995.
Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara.
oriented, berlawanan process oriented, yang dilakukan sekarang ini. Untuk
mencapai target yang telah ditentukan kepada guru perlu diberikan insentif dan
sekaligus sanksi. Insentif diberikan kepada guru yang berhasil melampaui target
yang telah ditentukan. Sebaliknya, sanksi diberikan kepada guru yang melakukan
tindak kecurangan, misalnya mengubah, menambah atau memalsu nilai hasil
pembelajaran peserta didik.
PENUTUP
Pada dasarnya tujuan pendidikan Islam adalah tercipta insan kamil yang
memiliki ciri khas mempunyai wajah Qurani, tercapainya insan yang memiliki
dimensi religius, budaya dan ilmiah. Untuk mengaktualisasikan tujuan tersebut,
para pendidik punya tanggung jawab yang berat untuk mengantarkan manusia ke
arah tujuan tersebut. Keberadaan pendidik dalam dunia pendidikan sangat krusial,
sebab kewajiban seorang pendidik bukan hanya sebatas mentransferkan ilmu
semata, akan tetapi lebih dari itu semua agar tujuan pendidikan tercapai dengan
maksimal dengan memperhatikan konsep yang ideal dalam proses pengajaran
berdasarkan pesan-pesan Qurani. Konsep filosofis pendidikan Islam adalah
bersumber dari hablum min Allah (hubungan dengan Allah) dan hablum min al-
nas (hubungan dengan sesama manusia) dan hablum min al-alam (hubungan
dengan manusia dengan alam sekitar) yang selanjutnya berkembang ke berbagai
teori yang ada seperti sekarang ini. Inspirasi dasar yaitu berasal dari alQur‘an dan
al-Hadis. Lembaga pendidikan Islam harus ditata kembali sehingga program
pendidikannya berorientasi pada pencapaian dan penguasaan kompetensi
tertentu, oleh karena itu lembaga pendidikan Islam harus mempunyai sifat; (a)
Multi program dan multi strata dan berorientasi pada tujuan perspektif dan
kebutuhan deskriptif, (b) setiap program disusun dengan menggunakan prinsip
pemaduan kompetitif kognitif, afektif, dan ―akhla (c) Diversifikasi program ditata
sesuai dengan kebutuhan yang nyata di dalam masyarakat yang berorientasi pada
penampilan perilaku anak didik yang mempunyai rasa tanggung jawab.
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, M. 1991. Kapita Selekta Pendidikan (Islam dan Umum). Jakarta: Bumi
Aksara.
Arifin, Syamsul. dkk. 1996. Spiritualitas Islam dan Peradaban Masa Depan,
Yogyakarta: Si Press.
Barzinji, Jamal. 1996. Sejarah Islamisasi Ilmu Pengetahuan. Malang: Universitas
Muhammadiyah.
Darajat, Zakiah, dkk., tth. Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara. Marimba,
Ahmad D. 1974. Pengantar Filsafat Pendidikan Islam. Bandung: al-Ma‘arif.
Nata, Abudin. 2004. Sejarah Pendidikan Islam Pada Periode Klasik dan
Pertengahan. Jakarta: RajaGrafindo Persada.
Tim Penulis. 2005. Islam dan Radikalisme di Indonesia, Jakarta: LIPI Press.
Zuhairini, dkk. 1995. Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara.
Abdul Mujib, 2006, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: kencana prenadamedia,
Harun Nasution, 1995, Islam Rasional, Bandung: Mizan,
Muhammad aulia rahman, 2002, pengantar ilmu dan metodologi pendidikan islam,
jakarta: PT. Intermasa
Muhammad thalib, 2001, 20 kerangka pokok pendidikan islam, jakarta: ma’alimul
usroh
Abudin Nata, Paradigma Pendidikan Islam : Kapita Selekta Pendidikan Islam,
Jakarta: PT Gramedia,.hlm.13