Anda di halaman 1dari 17

GEJALA JIWA DALAM MANUSIA

(Bentuk Gejala Jiwa Kognitif - Memori)

Oleh :

1. Hesti Kamera Nursela (207220035)


2. Khanza Adilla (207220045)
3. Mar’atush Sholihah (207220054)
4. Labiibah Nasywa Oktari (207220048)
5. Muhammad Ardian (207220057)

Makalah ini diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah


“psikologi pendidikan”

Dosen pengampu :
Panggih Wahyu Nugroho, M.Pd.

TADRIS ILMU PENGETAHUAN ALAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONOROGO
2022
DAFTAR ISI
BAB I.......................................................................................................................................... 3

PENDAHULUAN ...................................................................................................................... 3

A. LATAR BELAKANG ..................................................................................................... 3

B. RUMUSAN MASALAH ................................................................................................ 4

C. TUJUAN MAKALAH .................................................................................................... 4

BAB II ........................................................................................................................................ 5

PEMBAHASAN......................................................................................................................... 5

D. PENGERTIAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN ................................................................ 5

E. PENGERTIAN GEJALA JIWA ..................................................................................... 6

1. Gejala Jiwa Kognisi (pengenalan) ............................................................................... 6

2. Gejala Jiwa Afeksi (perasaan) ..................................................................................... 8

3. Gejala Jiwa Konasi (kehendak/kemauan) .................................................................... 9

4. Gejala Jiwa Campuran (Psikomotorik) ........................................................................ 9

F. PENGERTIAN MEMORI ATAU DAYA INGATAN ................................................. 10

BAB III ..................................................................................................................................... 15

PENUTUP ................................................................................................................................ 15

G. KESIMPULAN ............................................................................................................. 15

H. SARAN.......................................................................................................................... 15

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................... 17


BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Ditinjau dari asal katanya, psikologi berasal dari kata Psyche yang berarti jiwa, dan Ligos
yang berarti ilmu.Jadi secara istilah, psikologi berarti ilmu jiwa atau ilmu yang mempelajari
tentang gejala-gejala kejiwaan. Tetapi dalam sejarah perkembangannya , kemudian arti
psikologi menjadi ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia. Ini di sebabkan karena jiwa
yang mengandung arti yang abstrak dan sukar untuk di pelajari secara objektif.Kecuali,
keadaan jiwa seseorang melatarbelakangi timbulnya setiap tingkah laku manusia. Psikologi
mempelajari segala sesuatu tentang pikiran dan perilaku manusia serta hubungannya dengan
manusia. Tentu saja tidak hanya mempelajari manusia dalam kesendiriannya, melainkan juga
mempelajari manusia dalam hubungannya dengan manusia lain.

Ilmu ini tidak jarang dipadankan dengan ilmu dukun, seperti memahami telepati,
kemampuan untuk meramalkan masa depan dan kemampuan memahami masa lalu seseorang.
Psikologi juga biasanya tidak hanya diletakkan untuk manusia, namun juga sering kali kita
mendengar psikologi untuk makhluk hidup lainnya misalnya hewan dan tumbuh tumbuhan
juga memiliki “jiwa” atau setidaknya bertingkah laku.

Dalam kamus oxford misalnya, kita dapat melihat bahwa istilah psyche mempunyai
banyak arti dalam bahasa Inggris yakni soul, mind, dan spirit. Dalam bahasa Indonesia ketiga
kata bahasa Inggris itu dapat dicakup dalam satu kata yakni “jiwa”. Di Indonesia, psikologi
cenderung diartikan sebagai ilmu jiwa. Dalam bahasa lain juga ditemukan arti yang sama
misal bahasa Arab ilmun-nafsi, bahasa Belanda zielkunde, dan bahasa Jerman seelenkunde,
yang kesemuanya itu memiliki arti sama yakni ilmu jiwa. Dalam bahasa Arab, kita dapat
menemukan kata jiwa ini dipadankan dengan kata ruh dan rih yang masing-masing berarti
jiwa atau nyawa dan angin. Dengan demikian bisa jadi adanya hubungan antara apa yang
bernyawa dengan apa yang bernafas (angin), sehingga dapat pula dipahami bahwa psikologi
itu ilmu tentang sesuatu yang bernyawa.

Gejala jiwa pada manusia tampak dalam perilakunya. Ada beberapa bentuk gejala
jiwa manusia yang mendasar yang banyak muncul dalam bidang pendidikan. Diantaranya
pengindraan dan persepsi, memori, berfikir, inteligensi, emosi serta motivasi. Bentuk-bentuk
gejala jiwa tersebut sangat mendasari dan mempengaruhi berbagai perilaku manusia, baik
perilaku seorang pendidik atau guru maupun perilaku peserta didik atau siswa. Oleh karena
itu penjelasan tentang bentuk-bentuk gejala jiwa yang cukup mendasar dan banyak terkait
dalam bidang pendidikan akan dijelaskan dalam pokok bahasan ini.

Karena sifatnya yang abstrak itu, maka kita tidak mengetahui jiwa secara wajar,
melainkan kita hanya dapat mengenal gejalanya saja. Jiwa tidak dapat dilihat oleh alat indera
kita. Manusia dapat mengetahui jiwa seseorang hanya dengan tingkah lakunya. Jadi tingkah
laku inilah dapat diketahui jiwa seseorang. Tingkah laku ini merupakan kenyataan jiwa yang
dapat kita hayati dari luar. Gejala jiwa tersebut bisa berupa mengamati, menanggapi,
mengingat, memikir dan sebagainya. Pada masa psikologi masih merupakan sesuatu yang
dipikirkan oleh para filsuf, definisi psikologi sebagai ilmu jiwa belum menimbulkan banyak
perdebatan.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa definisi dari psikologi pendidikan?
2. Apa yang dimaksud dengan gejala-gejala jiwa?
3. Bagaimana gejala jiwa kognitif memori?

C. TUJUAN MAKALAH
Sesuai dengan rumusan masalah yang telah dibuat maka ditetapkan tujuan pembuatan
makalah sebagai berikut:

1. Memahami definisi dari psikologi pendidikan


2. Mengetahui hakikat dari gejala-gejala jiwa
3. Memahami gejala jiwa kognitif memori
BAB II

PEMBAHASAN

D. PENGERTIAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN


Psikologi berasal dari bahasa Yunani berupa Psychology yang merupakan gabungan
dan kata psyche dan logos. Psyche yang mempunyai arti jiwa, dan logos yang mempunyai arti
pembahasan atau ilmu. Istilah psyche atau jiwa masih belum dapat didefinisikan secara jelas,
karena jiwa merupakan objek bersifat abstrak dan tidak dapat dilihat, tatepi meskipun begitu
diyakini keberadaannya, istilah jiwa dalam beberapa dasawarsa ini telah berganti menjadi
psikis.

Dalam Ensiklopedi Nasional Indonesia Jilid 13 (1990) dinyatakan bahwa Psikologi adalah
ilmu yang mempelajari perilaku manusia dan binatang baik yang dapat dilihat secara
langsung maupun yang tidak dapat dilihat secara langsung. Dakir (1993) menyatakan bahwa
psikologi membahas tingkah laku manusia dalam hubungannya dengan lingkungannya.
Muhibbin Syah (2001) menyimpulkan bahwa psikologi adalah ilmu pengetahuan yang
mempelajari tingkah laku terbuka dan tertutup pada manusia baik selaku individu maupun
kelompok, dalam hubungannya dengan lingkungan. Tingkah laku terbuka adalah tingkah laku
yang bersifat psikomotor yang meliputi perbuatan berbicara, duduk , berjalan dan lain
sebgainya, sedangkan tingkah laku tertutup meliputi berfikir, berkeyakinan, berperasaan dan
lain sebagainya. Menurut Bimo Walgito, Psikologi adalah ilmu pengetahuan tentang jiwa
yang dapat dilihat atau diobservasi perilaku atau aktivitas-aktivitas yang merupakan
manifestasi atau penjelmaan jiwa itu.

Pendidikan berasal dari kata didik, mendidik berarti memelihara dan membentuk latihan.
Dalam kamus besar Bahasa Indoneia (1991) Pendidikan diartikan sebagai proses pengubahan
sikap dan tata laku seseorang atau sekelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia
melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Poerbakawatja dan Harahap dalam Muhibbin Syah
(2001) menyatakan bahwa pendidikan merupakan usaha secara sengaja dari orang dewasa
untuk meningkatkan kedewasaan yang selalu diartikan sebagai kemampuan untuk
bertanggung jawab terhadap segala perbuatannya. Dari definisi-definisi tersebut diatas dapat
penulis simpulkan bahwa pendidikan adalah suatu usaha yang dilakukan secara sadar dan
sengaja untuk mengubah tingkah laku manusia baik secara individu maupun kelompok untuk
mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan.

Whiterington (1978) mendefinisikan psikologi pendidikan sebagai studi sistematis tentang


proses-proses dan faktor-faktor yang berhubungan dengan pendidikan manusia. Elliot
dkk.(1999) menyatakan bahwa psikologi pendidikan merupakan penerapan teori-teori
psikologi untuk mempelajari perkembangan, belajar, motivasi, pengajaran dan permasalahan
yang muncul dalam dunia pendidikan. Dari bebrapa definisi yang telah disampaikan, dapat
didsimpulkan bahwa psikologi pendidikan adalah suatu penerapan dari ilmu psikologi yang
diterapkan dalam dunia pendidikan. Dalam psikologi pendidikan ini dibahas tentang
pengubahan sifat dan pendewasaan manusia melalui proses pembelajaran dan palatihan.

E. PENGERTIAN GEJALA JIWA


Hal lain yang dipelajari dalam psikologi adalah proses mental atau sering juga disebut
dengan gejala-gejala jiwa, di luar perilaku atau tingkah laku manusia. Perilaku atau tingkah
laku manusia akan lebih mudah dipahami apabila kita juga memahami proses mental yang
mendasari perilaku tersebut. Proses mental atau gejala-gejala jiwa adalah kondisi atau gejala
yang terjadi dalam diri individu yang menjadi motor penggerak perilaku manusia (Saleh,
2018, hlm. 65). Mental sendiri adalah kemampuan individu dalam menerima, mengelola,
merespons informasi. Proses mental dalam atau gejala jiwa pada manusia dapat dibedakan
menjadi gejala kognitif (pengenalan), gejala emosi (perasaan/afeksi), gejala konasi
(kehendak), dan gejala campuran (psikomotorik) (Warsah & Daheri, 2021, hlm. 81).

1. Gejala Jiwa Kognisi (pengenalan)


Istilah cognitive beasal dari kata cognition yang mempunyai padanan kata atau
sinonim knowing yang mempunyai arti mengetahui. Dalam arti luas, cognition
(kognisi) merupakan pemerolehan, penataan, dan penggunaan pengetahuan. Dala
perkembangannya istilah kognisi berkembang menjadi suatu ranah psikologis manusia
yang meliputi setiap peilaku mental yang berhubungan dengan pemahaman,
pertimbangan, pengolahan informasi, pemecahan masalah, kesengajaan, dan
keyakinan.
Gejala kognisi meliputi, pengamatan aktivitas yang dilakukan seseorang yang
cerdas, terhadap suatu proses atau objek dengan maksud merasakan dan kemudian
memahami pengetahuan dari sebuah fenomena berdasarkan pengetahuan dan gagasan
yang sudah diketahui sebelumnya, untuk mendapatkan informasi-informasi yang
dibutuhkan untuk melanjutkan suatu penelitian. Selanjutnya adalah tanggapan yaitu
suatu bayangan yang tinggal dalam ingatan setelah kita melakukan
pengamatan.Tanggapan disini maksudnya ialah tanggapan masa lampau atau
tanggapan ingatan, tanggapan masa datang atau tanggapan mengantisipasikan, serta
tanggapan masa kini atau tanggapan representative. Selanjutnya ialah ingatan atau
proses dari mengingat, menyimpan suatu informasi, mempertahankan dan memanggil
kembali informasi tersebut. Kemudian fantasi yang dapat dilukiskan sebagai fungsi
yang memungkinkan manusia untuk berorientasi dalamalam imajinasi melampaui
dunia riil. Kemudian berpikir yang merupakan proses dinamis yang dapat dilukiskan
dengan proses atau jalannya. Terakhir adalah intuisi atau istilah untuk kemampuan
memahami sesuatu tanpa melalui penalaran rasional dan intelektualita. Gejala jiwa
kognitif meliputi:
 Pengamatan
Pengamatan merupakan proses mengenal segala sesuatu yang ada
disekitar kita dengan menggunakan alat indera. Panca indera dimilik oleh
baik manusia maupun hewan. Namun manusia dianugerahi akal yang
menjadikan manusia berbeda dengan makhluk Tuhan yang lainnya.
 Tanggapan
Tanggapan sebagai salah satu fungsi jiwa yang pokok, dapat
diartikan sebagai gambaran ingatan dari pengamatan, ketika objek
yang diamati tidak lagi berada dalam ruang dam waktu pengamatan.
Jadi, jika proses pengamatan sudah berhenti, dan hanya tinggal kesan-
kesannya saja, peristiwa demikian ini disebut tanggapan.

 Fantasi
Fantasi adalah daya jiwa untuk membentuk atau mencipta
tanggapan-tanggapan baru dengan bantuan tanggapan yang sudah ada.
 Daya ingatan (memori)
Ingatan (memory) ialah kekuatan jiwa untuk menerima, menyimpan,
dan mereproduksi kesan-kesan. Sifat daya ingatan itu tidak sama pada
tiap orang.
 Berpikir
Berpikir adalah memanipulasi data, fakta dan informasi untuk
membuat keputusan berperilaku. Jangkauan pikiran dimulai dari lamunan
biasa, selanjutnya pemecahan masalah yang kreatif.

 Intelegensi
Inteligensi merupakan suatu konsep mengenai kemampuan umum
individu dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Dalam
kemampuan yang umum ini, terdapat kemampuan-kemampuan yang amat
spesifik. Kreativitas merupakan salah satu ciri dari perilaku yang inteligen
karena kreativitas juga merupakan manifestasi dari suatu proses kognitif.

2. Gejala Jiwa Afeksi (perasaan)


Emosi yang maksudnya gejala jiwa yang dimiliki oleh semua orang, hanya corak
dan tingkatannya tidak sama. perasaan tidak termasuk gejala mengenal, walaupun
demikian sering juga perasaan berhubungan dengan gejala mengenal. Perasaan adalah
suatu keadaan kerohanian atau peristiwa kejiwaan yang kita alami dengan senang atau
tidak senang dalam hubungan dengan peristiwa mengenal dan bersifat subyektif. Yang
menjadi unsur-unsur perasaan ialah bersifat subyektif daripada dengan gejala
mengenal, bersangkut paut dengan gejala mengenalm, perasaan dialami sebagai rasa
senang atau tidak senang, yang tingkatannya tidak sama.
Perasaan lebih erat hubungannya dengan pribadi seseorang dan berhubungan pula
dengan gejala-gejala jiwa yang lain. Oleh sebab itu tanggapan perasaan seseorang
terhadap sesuatu tidak sama dengan tanggapan perasaan orang lain, terhadap hal yang
sama. Karena adanya sifat subyektif pada perasaan maka gejala perasaan tidak dapat
disamakan dengan pengamatan, fikiran dan sebagainya. Pengenalan hanya berstandar
pada hal-hal yang ada berdasarkan pada kenyataan, sedangkan perasaan sangat
dipengaruhi oleh tafsiran sendiri dari orang yang mengalaminya. Perasaan tidak
merupakan suatu gejala kejiwaan yang berdiri sendiri, tetapi bersangkut paut atau
berhubungan erat dengan gejala-gejala jiwa yang lain.
3. Gejala Jiwa Konasi (kehendak/kemauan)
Konasi merupakan salah satu fungsi hidup kejiwaan manusia, dapat diartikan
sebagai aktivitas psikis yang mengandung usaha aktif dan berhubungan dengan
pelaksanaan tujuan. Tujuan adalah titik akhir dari gerakan yang menuju pada suatu
arah. Adapun tujuan kemauan adalah pelaksanaan suatu tujuan. Konasi, kehendak,
hasrat, kemauan yaitu suatu tenaga, suatu kekuatan yang mendorong kita supaya
bergerak dan berbuat sesuatu. Untuk mempermudah mempelajarinya maka gejala
kemauan dibagi atas dorongan, keinginan, hasrat, kecenderungan dan hawa nafsu.
Dorongan dalam dorongan sendiri ada dua golongan yaitu dorongan nafsu serta
dorongan rohaniah. Keinginan atau nafsu yang telah mempunyai arah tertentu dan
tujuan tertentu. Hasrat, ialah suatu keinginan tertentu yang dapat diulang-ulang.
Adapun ciri-ciri Hasrat yang merupakan “motor” penggerak perbuatan dan kelakuan
manusia, berhubungan erat dengan tujuan tertentu, baik positif maupun negatif, hasrat
tidak dapat dipisah-pisahkan dengan pekerjaan jiwa yang lain. Serta hasrat di arahkan
kepada penyelenggaraan suatu tujuan.

4. Gejala Jiwa Campuran (Psikomotorik)


Gejala campuran disni maksudnya ialah gejala yang meliputi perhatian, kelelahan
dan sugesti. Perhatian adalah reaksi umum yang menyebabkan bertambahnya aktifitas
daya konsentrasi dan fokus terhadap satu objek. Yang Mempengaruhi Intensitas
Perhatian ialah faktor eksternal meliputi benda benda yang berhubungan dengan
kebutuhan dasar individu, serta stimulus. Yang kedua adalah faktor Internal meliputi
minat dan Keingina, perasan, serta kebiasaan. Kelelahan adalah isyarat bahwa energi
tubuh kita menyusut dan menurun. Teori kelelahan meliputi teori inteksinasi racun
dalam tubuh serta teori Biologis yaitu kekurangan energi. Sugesti adalah pengaruh
yang berlangsung terhadap kehidupan psikis dan segenap perbuatan kita baik
perasaan, pikiran maupun kemauan kita yang dapat menggerakkan/menguatkan
fikiran.
F. PENGERTIAN MEMORI ATAU DAYA INGATAN
Ingatan merupakan alih bahasa dari memory. Karena itu disamping ada yang
menggunakan ingatan adapula menggunakan istilah memori sesuai dengan ucapan dari
memory. Namun hal tersebut kiranya bukan merupakan hal yang serius. Ingatan memberikan
berbagai macam-macam arti bagi para ahli. Pada umumnya para ahli memandang ingatan
sebagai hubungan antara pengalaman dengan masa lampau dengan adanya kemampuan
mengingat pada manusia, menyimpan dan menimbulkan kembali pengalaman-pengalaman
yang di alaminya.

Apa yang telah pernah dialami oleh manusia tidak seluruhnya hilang tetapi disimpan
dalam jiwanya, dan apabila diperlukan hal-hal yang disimpan itu dapat ditimbulkan kembali
dengan alam kesadaran. Tetapi ini pun tidak berarti bahwa semua yang telah pernah di alami
itu akan tetap tinggal seluruhnya dalam ingatan dan dapat seluruhnya ditimbulkan kembali.
Kadang-kadang atau justru sering ada hal-hal yang tidak dapat diingat kembali atau dengan
kata lain ada hal-hal yang dilupakan. Atas hal tersebut apabila orang membicarakan mengenai
ingatan, sekaligus juga membicarakan mengenai kelupaan. Karena itu ingatan merupakan
kemampuan yang terbatas.

Telah dikemukakan di atas bahwa ingatan itu berhubungan dengan pengalaman-


pengalaman yang telah lampau. Dengan demikian dikemukakan bahwa apa yang diingat
merupakan hal yang telah pernah dialami, pernah dipersepsinya. Dengan demikian apabila
ditinjau lebih lanjut, ingatan itu tidak hanya kemampuaan untuk menyimpan apa yang telah
pernah dialaminya saja tetapi juga meliputi kemampuan untuk menerima, menyimpan dan
menimbulkan kembali. Untuk jelasnya baiklah dikemukakan contoh sebagai berikut. Orang
dapat mengingat suatu kejadian, ini berarti kejadian yang diingat itu pernah dialami, atau
dengan kata lain kejadian itu pernah di masukkan kedalam jiwanya, kemudian di simpan dan
pada suatu waktu kejadian itu ditimbulkan kembali dalam kesadaran. Dengan demikian maka
ingatan itu merupakan kemampuan yang berkaitan dengan kemampuan untuk menerima atau
memasukkan (learning), menyimpan (retention), dan menimbulkan kembali (remembering)
hal-hal yang telah lampau (woodworth dan marquis, 1957). Dengan demikian maka secara
skematis dapat dikemukakan bahwa ingatan itu mencakup kemampuankemampuan sebagai
berikut.
Dari hal tersebut di atas dapat dikemukakan bahwa ingatan merupakan kemampuan psikis
untuk memasukkan (learning), menyimpan (retention), dan menimbulkan kembali
(remembering) hal-hal yang lampau. Istilah lain yang juga sering digunakan untuk
memasukkan (encoding), menyimpan (storage) dan untuk menimbulkan kembali (retreyeval).
Apabila seorang mengadakan persepsi atau pengalaman, maka apa yang dipersepsi itu atau
yang dialami itu tidak hilang sama sekali, tetapi dapat disimpan dalam ingatan dan apabila
diperlukan pada suatu waktu dapat ditimbulkan kembali dalam alam kesadaran. Sesuai
dengan apa yang dijelaskan di depan apabila seseorang memasukkan sesuatu dalam
ingatannya, adanya tahapan atau stage tertentu dalam seseorang mengingatkan hal tersebut.
Hal itu dapat dijelaskan dengan salah satu model oleh Atkinson dan Shiffrin, 1968 dan
Morgan, dkk., 1984, seperti dalam bangan berikut.

Stimulus yang merupakan sensorik input dipersepsi melalui alat indra (sensorik register).
Untuk mengadakan persepsi perlu adanya perhatian. Apa yang dipersepsi itu masuk dalam
ingatan, dan dalam waktu yang singkat apa yang dipersepsi itu dapat ditimbulkan kembali
sebagai memori output. Ini disebut sebagai short-term memory (hulse, dkk., 1981) atau juga
disebut sebagai short-term store (morgan, dkk,1984).

 Fungsi Memasukkan (learning)


Dalam ingatan yang disimpan adalah hal-hal yang pernah dialami oleh seseorang.
Bagaimana seseorang dapat memperoleh pengalaman dapat dibedakan dalam dua
cara, yaitu (1) dengan cara tidak disengaja dan (2) dengan cara sengaja. Memperoleh
pengalaman dengan cara tidak disengaja yaitu apa yang dialami seseorang dengan
tidak sengaja itu dimasukkan dengan ingatannya.
Hal ini terlihat dengan jelas dengan anak-anak, bagaimana mereka memperoleh
pengalaman tidak dengan tidak sengaja, dan hal ini kemudian disimpan dalam
ingatannya. Bagaimana mereka memproleh pengalaman misalnya bahwa gelas kalau
jatuh akan pecah, bahwa kayu itu keras dan dapat menimbulkan rasa sakit apabila
teratuk olehnya. Pengalaman-pengalaman ini disimpannya dalam ingatan sebagai
pengertian-pengertian. Seseorang memperoleh pengalaman-pengalaman dengan
sengaja, yaitu apabila seseorang dengan sengaja memasukkan pengalaman-
pengalamannya, pengetahuan-pengetahuannya dalam psikisnya. Dalam bidang ilmu
pada umumnya orang akan memperoleh pengetahuan dengan sengaja. Dengan
demikian orang dengan sengaja mempelajari hal-hal atau keadaan-keadaan yang
kemudian dimasukkan dalam ingatannya.
Berdasarkan atas penelitian-penelitian ternyata pengetahuan individu untuk
memasukkan apa yang dipersepsi atau apa yang dipelajari itu terdapat perbedaan satu
dengan yang lain. Ada orang yang dapat cepat memasukkan apa yang telah
dipelajarinya, tetapi sebaliknya ada juga orang yang lambat. Cepat atau lambat
seseorang memasukkan apa yang dipersepsi atau apa yang dipelajari itu merupakan
sifat ingatan yang berkaitan dengan kemampuan memasukkan (learning). Berhubung
dengan hal tersebut problem psikologis adalah bagaimana usaha agar yang dipelajari
atau yang dipersepsi itu dapat cepat masuk dan dapat dengan baik disimpannya.
Individu yang dapat memasukkan atau mempelajari banyak materi pada suatu
waktu tertenu, ini yang disebut bahwa individu tersebut mempunyai ingatan yang luas.
Sebaliknya apabila individu hanya dapat mampu mempelajari atau memasukkan
materi yang sedikit pada suatu waktu tertenu, ini yang disebut bahwa individu tersebut
mempunyai ingatan yang sempit.
 Fungsi Menyimpan
Fungsi kedua dari ingatan adalah mengenai penyimpanan (retention) apa yang
dipelajari atau apa yang dipersepsi. Problem yang timbul berkaitan dengan fungsi ini
ialah bagaimana agar yang telah dipelajari atau yang telah dimaksudkan itu dapat
disimpan dengan baik, ehingga pada suatu waktu dapat ditimpulkan kembali apabila
dibutuhkan. Seperti diketahui setiap proses belajar akan meninggalkan jejak-jejak
(traces) dalam jiwa seseorang, dan traces ini untuk sementara disimpan dalam ingatan
yang pada suatu waktu dapat ditimbulkan kembali.
Traces atau jejak-jejak ini yang disebut sebagai memory traces. Sekalipun dengan
memory traces memungkinkan seseorang mengingat apa yang telah pernah dipelajari
atau telah pernah dipersepsi, tetapi ini tidak berarti bahwa semua memory traces akan
tetap tinggal dengan baik, karena memory traces pada suatu waktu dapat hilang,
dalam hal ini orang mengalami kelupaan.
Disamping memory traces itu dapat hilang memory traces juga dapat berubah
tidak seperti semula, ada kemungkinan bagian-bagiannya akan berubah, sehingga
apabila ditimbulkan kembali untuk diingat, apa yang muncul tidak seperti pada waktu
dipelajari hal tersebut hal ini yang disebut bahwa ingatan orang tersebut tidak setia,
apa yang diingat dapat berubah dan berkurang dari keadaan pada waktu dipelajari.
Ada bagian-bagian yang hilang yang tidak dapat diingat kembali. Sehubungan dengan
masalah retensi atau penyimpanan dan juga mengenai masalah kelupaan, suatu
persoalan yang timbul ialah soal interval, yaitu jarak waktu antara memasukkan atau
mempelajari dan menimbulkan kembali apa yang dipelajari itu.
 Fungsi Menimbulkan Kembali

Fungsi ketiga dari ingatan adalah berkaitan dengan menimbulkan kembali dengan
hal-hal dalam ingatan. Dalam menimbulkan kembali apa yang disimpan dalam
ingatan. Dalam menimbulkan kembali apa yang disimpan dalam ingatan dapat
ditempuh dengan (1) mengingat kembali (to recall) dan mengenal kembali
(torecognizer). Pada mengingat kembali orang dapat menimbulkan kembali apa yang
diingat tanpa dibantu adanya objek sebagai stimulus untuk dapat diingat kembali. Jadi
dalam hal mengingat kembali orang dapat dibantu dengan adanya objek. Misalnya
orang dapat mengingat kembali tentang ciri-ciri penjambret yang menjambret tasnya,
sekalipun penjambretan itu tidak ada.

Mengenal kembali orang dapat menimbulkan kembali apa yang diingat atau yang
telah dipelajari dengan bantuan adanya objek yang harus diingat. Jadi dalam mengenal
kembali orang dibantu dengan adanya objek yang perlu ditimbulkan kembali.
Misalnya ada sepeda yang hilang kemudian ditemukan oleh pihak kepolisian yang dan
barang siapa yang kehilangan sepeda dapat melihat sepeda tersebut apakah sepeda itu
miliknya atau bukan. Setelah seseorang melihat sepeda tersebut, dapat mengenal
kembali bahwa sepeda itu adalah sepedanya yang hilang sebulan yang lalu. Mengenal
kembali ini lebih mudah dibandingkan dengan mengingat kembali, karena mengenal
kembali dibantu oleh adanya objek, maka besar kemungkinannya apa yang tidak dapat
diingat kembali dapat dikenal kembali oleh seseorang.

Meskipun mengenal kembali lebih mudah daripada mengingat kembali, namun


keadaan menunjukkan bahwa mengenal kembali juga dapat terjadi kesalahan-
kesalahan seperti pada mengingat kembali. Dalam kaitannya dengan menimbulkan
kembali, ada ingatan yang ditumbulkan dengan eksplisit (explicit
memory) di samping ada ingatan yang dinyatakan secara implisit (implicit memory)
(Atkinson, dkk., 1996).

Sebagai contoh dari keduanya adalah, kalau seseorang mengingat apa yang tadi
pagi dialami (missal sarapan yang asin) dan kemudian mengingatnya apa yang terjadi
tadi pagi, ini yang dimaksud dengan ingatan eksplisit. Dengan sengaja dengan penuh
kesadaran hal tersebut diingat. Tetapi kalau seseorang berbicara dengan orang lain dan
secara otomatis (seakan-akan tidak disadari) kata-kata meluncur keluar dari mulutnya,
ini yang dimaksud dengan ingatan implisit. Implicit memory ini pada umumnya
bermanifestasi berkaitan dengan keterampilan (skill). Dengan latihan orang akan dapat
lebih baik dalam kemampuannya, misalnya mengenal bahasa asing, sehingga kalau
bicara kalimat yang keluar secara otomatis. Ini yang dimaksud expressed implicity
memory.
BAB III

PENUTUP

G. KESIMPULAN
Dari makalah ini dapat disimpulkan bahwa psikologi pendidikan adalah suatu
penerapan dari ilmu psikologi yang diterapkan dalam dunia pendidikan. Dalam psikologi
pendidikan ini dibahas tentang pengubahan sifat dan pendewasaan manusia melalui proses
pembelajaran dan palatihan.

Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, psikologi merupakan ilmu yang


mempelajari proses mental dan perilaku pada manusia. Perilaku manusia akan lebih mudah
dipahami jika kita juga memahami proses mental yang mendasari perilaku tersebut. Demikian
juga kita akan lebih mudah memahami perilaku siswa jika kita memahami proses mental yang
mendasari perilaku siswa tersebut Mengingat pentingnya pemahaman tentang proses mental
tersebut, maka dalam bab ini akan dijelaskan beberapa akfivitas atau proses mental yang
umum terjadi pada manusia, khususnya yang berkaitan dengan proses belajar mengajar.
Proses mental juga sering disebut dengan gejala jiwa.
Ingatan (memory) ialah kekuatan jiwa untuk menerima, menyimpan, dan mereproduksi
kesan-kesan.Sifat Daya ingatan itu tidak sama pada tiap orang, oleh karena itu, sifat
daya ingatan dibedakan menjadi:
a) Ingatan yang mudah dan cepat: orang yang memiliki daya ingatan inidnegan
cepat dan mudah menyimpan dan mencamkan kesan-kesan.
b) Ingatan yang luas dan teguh: sekaligus seseorang dapat menerima banyak kesan
dan dalam daerah yang luas
c) Ingatan yang setia: kesan yang telah diterimanya itu tetapi tidak berubah, tetap
sebagimana waktu menerimanya.
d) Ingatan yang patuh: kesan-kesan yang telah dicamkan dan disimpan itu
dengan cepat dapat direprodusir

H. SARAN
Sebagai pendidik, hendaknya kita dapat memahami tentang peranan psikologi
pendidikan dalam proses pembelajaran. Terlebih juga memahai tentang gejala-gejala jiwa
yang terjadi pada manusia. Gejala-jiwa atau proses mental sangat perlu difahami oleh
pendidik, hal ini dimaksudkan agar lebih dapat memahami proses mental yang dialami oleh
peserta didik, agar kita dapat menerapkan tindakan apa yang akan kita lakukan apabila
dihadapkan dalam suatu masalah dalam proses pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA

Adnan Achiruddin Saleh. (2018). Pengantar Psikologi. Aksara Timur.

Kowal, R. R. (2020). Psikologi Pendidikan. Jurnal Teologi Biblika dan Praktika .

PSIKOLOGI PENDIDIKAN GEJALA JIWA. (2015).

Purwanto, D. W. (2015). Apa Itu Kognisi, Konasi, Emosi, Gejala Campuran, dan Belajar Serta
Berpikir.

Putri, Y. E. (2015). Gejala-Gejala Jiwa dalam Psikologi Pendidikan.

SUGIYANTO, M.Pd. (n.d.). BENTUK-BENTUK GEJALA JIWA DALAM PENDIDIKAN.

Tabhroni, G. (2022). Proses Mental/Gejala Jiwa pada Manusia: Kognitif, Emosi & Konasi.

Anda mungkin juga menyukai