Oleh :
Dosen pengampu :
Panggih Wahyu Nugroho, M.Pd.
PENDAHULUAN ...................................................................................................................... 3
BAB II ........................................................................................................................................ 5
PEMBAHASAN......................................................................................................................... 5
PENUTUP ................................................................................................................................ 15
G. KESIMPULAN ............................................................................................................. 15
H. SARAN.......................................................................................................................... 15
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Ditinjau dari asal katanya, psikologi berasal dari kata Psyche yang berarti jiwa, dan Ligos
yang berarti ilmu.Jadi secara istilah, psikologi berarti ilmu jiwa atau ilmu yang mempelajari
tentang gejala-gejala kejiwaan. Tetapi dalam sejarah perkembangannya , kemudian arti
psikologi menjadi ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia. Ini di sebabkan karena jiwa
yang mengandung arti yang abstrak dan sukar untuk di pelajari secara objektif.Kecuali,
keadaan jiwa seseorang melatarbelakangi timbulnya setiap tingkah laku manusia. Psikologi
mempelajari segala sesuatu tentang pikiran dan perilaku manusia serta hubungannya dengan
manusia. Tentu saja tidak hanya mempelajari manusia dalam kesendiriannya, melainkan juga
mempelajari manusia dalam hubungannya dengan manusia lain.
Ilmu ini tidak jarang dipadankan dengan ilmu dukun, seperti memahami telepati,
kemampuan untuk meramalkan masa depan dan kemampuan memahami masa lalu seseorang.
Psikologi juga biasanya tidak hanya diletakkan untuk manusia, namun juga sering kali kita
mendengar psikologi untuk makhluk hidup lainnya misalnya hewan dan tumbuh tumbuhan
juga memiliki “jiwa” atau setidaknya bertingkah laku.
Dalam kamus oxford misalnya, kita dapat melihat bahwa istilah psyche mempunyai
banyak arti dalam bahasa Inggris yakni soul, mind, dan spirit. Dalam bahasa Indonesia ketiga
kata bahasa Inggris itu dapat dicakup dalam satu kata yakni “jiwa”. Di Indonesia, psikologi
cenderung diartikan sebagai ilmu jiwa. Dalam bahasa lain juga ditemukan arti yang sama
misal bahasa Arab ilmun-nafsi, bahasa Belanda zielkunde, dan bahasa Jerman seelenkunde,
yang kesemuanya itu memiliki arti sama yakni ilmu jiwa. Dalam bahasa Arab, kita dapat
menemukan kata jiwa ini dipadankan dengan kata ruh dan rih yang masing-masing berarti
jiwa atau nyawa dan angin. Dengan demikian bisa jadi adanya hubungan antara apa yang
bernyawa dengan apa yang bernafas (angin), sehingga dapat pula dipahami bahwa psikologi
itu ilmu tentang sesuatu yang bernyawa.
Gejala jiwa pada manusia tampak dalam perilakunya. Ada beberapa bentuk gejala
jiwa manusia yang mendasar yang banyak muncul dalam bidang pendidikan. Diantaranya
pengindraan dan persepsi, memori, berfikir, inteligensi, emosi serta motivasi. Bentuk-bentuk
gejala jiwa tersebut sangat mendasari dan mempengaruhi berbagai perilaku manusia, baik
perilaku seorang pendidik atau guru maupun perilaku peserta didik atau siswa. Oleh karena
itu penjelasan tentang bentuk-bentuk gejala jiwa yang cukup mendasar dan banyak terkait
dalam bidang pendidikan akan dijelaskan dalam pokok bahasan ini.
Karena sifatnya yang abstrak itu, maka kita tidak mengetahui jiwa secara wajar,
melainkan kita hanya dapat mengenal gejalanya saja. Jiwa tidak dapat dilihat oleh alat indera
kita. Manusia dapat mengetahui jiwa seseorang hanya dengan tingkah lakunya. Jadi tingkah
laku inilah dapat diketahui jiwa seseorang. Tingkah laku ini merupakan kenyataan jiwa yang
dapat kita hayati dari luar. Gejala jiwa tersebut bisa berupa mengamati, menanggapi,
mengingat, memikir dan sebagainya. Pada masa psikologi masih merupakan sesuatu yang
dipikirkan oleh para filsuf, definisi psikologi sebagai ilmu jiwa belum menimbulkan banyak
perdebatan.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa definisi dari psikologi pendidikan?
2. Apa yang dimaksud dengan gejala-gejala jiwa?
3. Bagaimana gejala jiwa kognitif memori?
C. TUJUAN MAKALAH
Sesuai dengan rumusan masalah yang telah dibuat maka ditetapkan tujuan pembuatan
makalah sebagai berikut:
PEMBAHASAN
Dalam Ensiklopedi Nasional Indonesia Jilid 13 (1990) dinyatakan bahwa Psikologi adalah
ilmu yang mempelajari perilaku manusia dan binatang baik yang dapat dilihat secara
langsung maupun yang tidak dapat dilihat secara langsung. Dakir (1993) menyatakan bahwa
psikologi membahas tingkah laku manusia dalam hubungannya dengan lingkungannya.
Muhibbin Syah (2001) menyimpulkan bahwa psikologi adalah ilmu pengetahuan yang
mempelajari tingkah laku terbuka dan tertutup pada manusia baik selaku individu maupun
kelompok, dalam hubungannya dengan lingkungan. Tingkah laku terbuka adalah tingkah laku
yang bersifat psikomotor yang meliputi perbuatan berbicara, duduk , berjalan dan lain
sebgainya, sedangkan tingkah laku tertutup meliputi berfikir, berkeyakinan, berperasaan dan
lain sebagainya. Menurut Bimo Walgito, Psikologi adalah ilmu pengetahuan tentang jiwa
yang dapat dilihat atau diobservasi perilaku atau aktivitas-aktivitas yang merupakan
manifestasi atau penjelmaan jiwa itu.
Pendidikan berasal dari kata didik, mendidik berarti memelihara dan membentuk latihan.
Dalam kamus besar Bahasa Indoneia (1991) Pendidikan diartikan sebagai proses pengubahan
sikap dan tata laku seseorang atau sekelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia
melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Poerbakawatja dan Harahap dalam Muhibbin Syah
(2001) menyatakan bahwa pendidikan merupakan usaha secara sengaja dari orang dewasa
untuk meningkatkan kedewasaan yang selalu diartikan sebagai kemampuan untuk
bertanggung jawab terhadap segala perbuatannya. Dari definisi-definisi tersebut diatas dapat
penulis simpulkan bahwa pendidikan adalah suatu usaha yang dilakukan secara sadar dan
sengaja untuk mengubah tingkah laku manusia baik secara individu maupun kelompok untuk
mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan.
Fantasi
Fantasi adalah daya jiwa untuk membentuk atau mencipta
tanggapan-tanggapan baru dengan bantuan tanggapan yang sudah ada.
Daya ingatan (memori)
Ingatan (memory) ialah kekuatan jiwa untuk menerima, menyimpan,
dan mereproduksi kesan-kesan. Sifat daya ingatan itu tidak sama pada
tiap orang.
Berpikir
Berpikir adalah memanipulasi data, fakta dan informasi untuk
membuat keputusan berperilaku. Jangkauan pikiran dimulai dari lamunan
biasa, selanjutnya pemecahan masalah yang kreatif.
Intelegensi
Inteligensi merupakan suatu konsep mengenai kemampuan umum
individu dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Dalam
kemampuan yang umum ini, terdapat kemampuan-kemampuan yang amat
spesifik. Kreativitas merupakan salah satu ciri dari perilaku yang inteligen
karena kreativitas juga merupakan manifestasi dari suatu proses kognitif.
Apa yang telah pernah dialami oleh manusia tidak seluruhnya hilang tetapi disimpan
dalam jiwanya, dan apabila diperlukan hal-hal yang disimpan itu dapat ditimbulkan kembali
dengan alam kesadaran. Tetapi ini pun tidak berarti bahwa semua yang telah pernah di alami
itu akan tetap tinggal seluruhnya dalam ingatan dan dapat seluruhnya ditimbulkan kembali.
Kadang-kadang atau justru sering ada hal-hal yang tidak dapat diingat kembali atau dengan
kata lain ada hal-hal yang dilupakan. Atas hal tersebut apabila orang membicarakan mengenai
ingatan, sekaligus juga membicarakan mengenai kelupaan. Karena itu ingatan merupakan
kemampuan yang terbatas.
Stimulus yang merupakan sensorik input dipersepsi melalui alat indra (sensorik register).
Untuk mengadakan persepsi perlu adanya perhatian. Apa yang dipersepsi itu masuk dalam
ingatan, dan dalam waktu yang singkat apa yang dipersepsi itu dapat ditimbulkan kembali
sebagai memori output. Ini disebut sebagai short-term memory (hulse, dkk., 1981) atau juga
disebut sebagai short-term store (morgan, dkk,1984).
Fungsi ketiga dari ingatan adalah berkaitan dengan menimbulkan kembali dengan
hal-hal dalam ingatan. Dalam menimbulkan kembali apa yang disimpan dalam
ingatan. Dalam menimbulkan kembali apa yang disimpan dalam ingatan dapat
ditempuh dengan (1) mengingat kembali (to recall) dan mengenal kembali
(torecognizer). Pada mengingat kembali orang dapat menimbulkan kembali apa yang
diingat tanpa dibantu adanya objek sebagai stimulus untuk dapat diingat kembali. Jadi
dalam hal mengingat kembali orang dapat dibantu dengan adanya objek. Misalnya
orang dapat mengingat kembali tentang ciri-ciri penjambret yang menjambret tasnya,
sekalipun penjambretan itu tidak ada.
Mengenal kembali orang dapat menimbulkan kembali apa yang diingat atau yang
telah dipelajari dengan bantuan adanya objek yang harus diingat. Jadi dalam mengenal
kembali orang dibantu dengan adanya objek yang perlu ditimbulkan kembali.
Misalnya ada sepeda yang hilang kemudian ditemukan oleh pihak kepolisian yang dan
barang siapa yang kehilangan sepeda dapat melihat sepeda tersebut apakah sepeda itu
miliknya atau bukan. Setelah seseorang melihat sepeda tersebut, dapat mengenal
kembali bahwa sepeda itu adalah sepedanya yang hilang sebulan yang lalu. Mengenal
kembali ini lebih mudah dibandingkan dengan mengingat kembali, karena mengenal
kembali dibantu oleh adanya objek, maka besar kemungkinannya apa yang tidak dapat
diingat kembali dapat dikenal kembali oleh seseorang.
Sebagai contoh dari keduanya adalah, kalau seseorang mengingat apa yang tadi
pagi dialami (missal sarapan yang asin) dan kemudian mengingatnya apa yang terjadi
tadi pagi, ini yang dimaksud dengan ingatan eksplisit. Dengan sengaja dengan penuh
kesadaran hal tersebut diingat. Tetapi kalau seseorang berbicara dengan orang lain dan
secara otomatis (seakan-akan tidak disadari) kata-kata meluncur keluar dari mulutnya,
ini yang dimaksud dengan ingatan implisit. Implicit memory ini pada umumnya
bermanifestasi berkaitan dengan keterampilan (skill). Dengan latihan orang akan dapat
lebih baik dalam kemampuannya, misalnya mengenal bahasa asing, sehingga kalau
bicara kalimat yang keluar secara otomatis. Ini yang dimaksud expressed implicity
memory.
BAB III
PENUTUP
G. KESIMPULAN
Dari makalah ini dapat disimpulkan bahwa psikologi pendidikan adalah suatu
penerapan dari ilmu psikologi yang diterapkan dalam dunia pendidikan. Dalam psikologi
pendidikan ini dibahas tentang pengubahan sifat dan pendewasaan manusia melalui proses
pembelajaran dan palatihan.
H. SARAN
Sebagai pendidik, hendaknya kita dapat memahami tentang peranan psikologi
pendidikan dalam proses pembelajaran. Terlebih juga memahai tentang gejala-gejala jiwa
yang terjadi pada manusia. Gejala-jiwa atau proses mental sangat perlu difahami oleh
pendidik, hal ini dimaksudkan agar lebih dapat memahami proses mental yang dialami oleh
peserta didik, agar kita dapat menerapkan tindakan apa yang akan kita lakukan apabila
dihadapkan dalam suatu masalah dalam proses pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA
Purwanto, D. W. (2015). Apa Itu Kognisi, Konasi, Emosi, Gejala Campuran, dan Belajar Serta
Berpikir.
Tabhroni, G. (2022). Proses Mental/Gejala Jiwa pada Manusia: Kognitif, Emosi & Konasi.