Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH KONSEP DASAR IPS SD 2

FENOMENA LINGKUNGAN ALAM DAN MANUSIA

Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Konsep Dasar IPS SD 2


dosen pengampu Ayatullah Muhammadin Al-Fath, M.Pd.

Disusun oleh Kelompok 6:

Nurun Nasiroh (1986206051)


Wangsit Aji Prakoso (1986206069)
Yasin Muhammad Akbar (1986206073)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


STKIP PGRI PACITAN
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa kami hantarkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan nikmat dan kemudahannya sehingga kami dapat menyelesaikan
penyusunan makalah dengan judul “Fenomena Lingkungan Alam Dan Manusia”
guna memenuhi tugas mata kuliah Konsep Dasar IPS SD 2 dengan tepat waktu
dan tanpa halangan yang berarti.
Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan keharibaan Rosullah SAW,
yang telah membawa umat manusia dari zaman kegelapan menuju jalan terang
benerang seperti saat ini.
Kami mengucapkan terimakasih kepada Bapak Ayatullah Muhammadin
Al-Fath, M.Pd. selaku dosen pengampu mata kuliah Konsep Dasar IPS SD 2 dan
seluruh pihak yang telah mendukung kami hingga terselesaikannya makalah ini.
Kami sangat menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih
terdapat banyak kesalahan. Maka kami mengharap kritik dan sarannya untuk
makalah ini guna perbaikan makalah-makalah yang akan datang. Besar harapan
kami semoga makalah ini bisa memberikan manfaat kepada semua pihak.

Pacitan, 31 Oktober 2020

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar.......................................................................................................ii

Daftar Isi..................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1

A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................2
C. Tujuan...........................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................3

A. Manusia dan Lingkungan..............................................................................3


B. Manusia Sebagai Makhluk Sosial.................................................................3
C. Jenis-Jenis Lingkungan Berdasarkan Bentuk Interaksinya...........................4
D. Metode Materi Lingkungan Pada Pembelajaran IPS....................................7

BAB III PENUTUP................................................................................................11

A. Kesimpulan..................................................................................................11
B. Saran.............................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................12

JURNAL NASIONAL...........................................................................................13

JOURNAL INTERNATIONAL...........................................................................15

LEMBAR PLAGIARISME...................................................................................16

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) pada tingkat dasar
hingga menengah diajarkan dalam sistem terpadu yang mencakup empat
bidang yakni sosiologi, ekonomi, geografi dan sejarah. Pada
pelaksanaannya keempat bidang tersebut diajarkan secara terpisah.
Hubungan manusia dengan lingkungan amatlah erat. Hingga dapat
dikatakan manusia tidak dapat hidup tanpa adanya lingkungan. Pada
pelajaran IPS khususnya pada bidang geografi akan membahas lebih luas
tentang lingkungan.
Indonesia memiliki bentang alam yang amat luas. Mulai dari Aceh
hingga Papua ditambah dengan kekayaan alam di setiap daerahnya
menjadi keuntungan bagi pendidikan Indonesia termasuk juga pada mata
pelajaran IPS. Sebab sumber belajar dekat dengan siswa, sehingga siswa
lebih mudah memahami sumber pelajaran.
Mirisnya kesadaran menjaga lingkungan masih amat rendah.
Terbukti dengan data Kementrian Kehutanan Republik Indonesia juga
mencatat, sedikitnya 1,1 juta hektar atau 2% dari hutan Indonesia
menyusut tiap tahunnya. Data Kementrian Kehutanan tahun 2015
menyebutkan dari sekitar 130 juta hektar hutan yang tersisa di Indonesia
4,2 juta hektar diantaranya sudah habis ditebang. Kerusakan atau ancaman
yang paling besar terhadap hutan alam di Indonesia adalah penebangan
liar, alih fungsi hutan. Kerusakan hutan yang semakin parah menyebabkan
terganggunya keseimbangan ekosistem hutan dan lingkungan di sekitarnya
(http://www.menlhk.go.id).
Berdasarkan data tersebut kita sebagai calon pengajar harus ikut
andil dalam penyelesaian masalah lingkungan ini. Salah satunya dengan
cara melakukan inovasi yakni menvisualisasikan materi IPS sesuai dengan
fenomena yang berkembang di masyarakat, sehingga siswa dapat
mengembangkan potensi serta memiliki kesadaran dan kepedulian
terhadap masyarakat atau lingkungannya.
Pendidik dapat memanfaatkan sumber belajar seperti buku teks,
globe, atlas, museum, laboratorium, candi, perpustakaan, pasar, film, dan
game edukasi. Kebutuhan sumber belajar dalam setiap penyampaian
materi pembelajaran IPS berbeda-beda, disesuaikan dengan konsep yang
akan disampaikan. Sumber belajar diharapkan mampu menarik minat
siswa sehingga belajar menjadi lebih menyenangkan dan materi
pembelajaran akan lebih mudah dipahami.

A. Rumusan Masalah
1. Apa hubungan manusia dan lingkungan?
2. Apa arti manusia sebagai makhluk sosial?
3. Apa saja jenis-jenis lingkungan berdasarkan bentuk interaksinya?
4. Apa metode materi lingkungan yang tepat pada pembelajaran IPS?

B. Tujuan
1. Untuk memahami tentang manusia dan lingkungan.
2. Untuk mengetahui arti dari manusia sebagai makhluk sosial.
3. Untuk mengetahui jenis-jenis lingkungan berdasarkan bentuk
interaksinya.
4. Untuk mengetahui metode materi yang tepat pada pembelajaran IPS.
5.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Manusia dan Lingkungan


Manusia tinggal dan hidup dalam lingkungannya. Mereka berinteraksi
dengan komponen lingkungan fisik, baik biotik (hewan dan tumbuhan) maupun
dengan komponen abiotik (tanah, air, batuan dan lain-lain). Manusia juga
melakukan interaksi dengan sesamanya atau lingkungan sosialnya dan
mengembangkan nilai dan norma untuk mengatur interaksi tersebut. Dari
interaksi tersebut, manusia menghasilkan kebudayaan dalam berbagai bentuk
seperti bahasa, teknologi dan lain-lain.
Pada awalnya, ketika manusia belum mengenal teknologi, hubungan
manusia dengan komponen lingkungan lainnya masih berjalan secara harmonis.
Selain jumlahnya masih sedikit, mereka juga tidak berlebihan dalam mengambil
sumberdaya alam, sehingga tidak menimbulkan kerusakan yang berarti. Namun,
seiring dengan berkembangnya teknologi, dan meningkatnya jumlah serta
kebutuhan manusia, mereka cenderung eksploitatif atau mengambil sumberdaya
alam secara berlebihan.
Permasalahan lingkungan yang tidak terselesaikan dapat menyebabkan
beragam kerugian dari skala kecil hingga besar. Dalam Tinjauan Lingkungan
Hidup yang dirilis oleh Wahana Lingkungan Hidup (WALHI, 2014),
menunjukkan bahwa kerusakan lingkungan di Indonesia telah menyebabkan
terjadinya bencana alam atau bencana ekologis seperti banjir, longsor, kabut asap,
dan sebagainya. Dalam paparan tersebut, WALHI mencatat jika dibandingkan
dengan wilayah-wilayah lain yang ada di Indonesia, wilayah Jawa tercatat
sebagai daerah dengan tingkat bencana ekologis tertinggi di mana tingkat korban
jiwa terbanyak berada di daerah Jawa Barat.

B. Manusia Sebagai Makhluk Sosial


Manusia tidak dapat hidup sendiri. Manusia secara alamiah merupakan
makhluk sosial. Artinya, manusia memiliki kebutuhan, kemampuan dan
kebiasaan untuk berkomunikasi dan berinteraksi dengan manusia lainnya. Dalam
dirinya selalu ada dorongan kebutuhan untuk berinteraksi dengan manusia

3
lainnya. Dari interaksi tersebut kemudian manusia membentuk kelompok-
kelompok berdasarkan pada kesamaan lokasi, kepentingan, jenis kelamin dan
lain-lain. Perhatikanlah teman-teman kita ketika bermain, mereka biasanya
mengelompok sesuai dengan kepentingannya masing-masing.
Berkelompok dalam kehidupan manusia merupakan suatu kebutuhan
yang harus dipenuhi. Melalui kehidupan berkelompok manusia dapat memenuhi
kebutuhan berupa:
1. Komunikasi, Melalui komunikasi manusia dapat menyampaikan ide atau
gagasannya kepada orang lain. Mereka juga dapat menumpahkan
perasaan dan Mereka juga dapat menumpahkan perasaan.
2. Keamanan, melalui keamanan manusia menjadi tidak rentan dari
gangguan keamanan atau tindak kejahatan. Contoh manusia memenuhi
kebutuhan keamanan adalah siskamling (Sistem Keamanan Lingkungan).
3. Ketertiban, dengan ketertiban maka akan tercipta kehidupan yang
sejahtera karena manusia berkelompok dan tiap anggota kelompok harus
taat terhadap aturan yang dibuat kelompok.

C. Jenis-jenis Lingkungan Berdasarkan Bentuk Interaksinya


1. Lingkungan Sosial
Lingkungan sosial adalah lingkungan yang terdapat interaksi manusia,
baik secara individu atau perorangan, maupun kelompok yang ada di luar diri
kita seperti keluarga, teman, para tetangga, penduduk sekampung sampai
manusia antarbangsa yang berpengaruh terhadap perubahan dan
perkembangan kehidupan kita.
Lingkungan sosial bukan merupakan suatu gejala yang terjadi secara
kebetulan, melainkan karena adanya hubungan timbal balik antar anggotanya,
baik dalam bentuk antarindividu, antarkelompok, maupun antara individu
dengan kelompok. Bentuk kehidupan bersama yang di dalamnya terdapat
hubungan antarkomponen manusia itulah yang kita kenal dengan istilah
masyarakat.
Dalam lingkungan sosial terjadi interaksi sosial. Interaksi sosial adalah
suatu hubungan antara dua orang atau lebih yang dalam hubungan tersebut

4
perilaku atau tindakan seseorang akan mempengaruhi, mengubah, atau
memperbaiki perilaku atau tindakan individu yang lain atau sebaliknya.
Interaksi sosial merupakan proses sosial yang dapat bersifat mendekatkan
maupun merenggangkan.
a. Tahapan yang mendekatkan diawali dari memulai (initiating),
menjajaki (experimenting), meningkatkan (intensifying),
menyatupadukan (integrating), dan mempertalikan (bonding).
b. Pada tahap merenggangkan, dimulai dari tahap membeda-bedakan
(differentiating), membatasi (circumscribing), menahan (stagnating),
menghindari (avoiding), dan memutuskan (terminating).
Dalam interaksi sosial terdapat sejumlah faktor yang mempengaruhinya.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya interaksi sosial, yaitu:
a. Imitasi, yaitu meniru perilaku dan tindakan orang lain. Proses
imitasi dapat berarti positif, yaitu untuk mempertahankan norma
dan nilai yang berlaku di masyarakat. Dapat pula berarti negatif,
yaitu meniru perbuatan-perbuatan yang tidak baik dan
menyimpang dari nilai dan norma.
b. Sugesti, yaitu suatu proses di mana seorang individu menerima
suatu cara penglihatan atau pedoman tingkah laku dari orang
lain tanpa kritik terlebih dahulu, misalnya: seorang siswa tidak
sekolah, karena diajak temannya bermain. Peniruan dalam
sugesti dilakukan dengan memberikan pandangan atau sikap
dari dirinya, kemudian diterima orang lain atau sebaliknya.
c. Identifikasi, yaitu mempersamakan dirinya dengan orang lain.
Bagi seorang anak laki-laki akan mengidentifikasikan dirinya
dengan ayah, begitu juga anak perempuan dengan ibunya. Anak
remaja mengidentifikasikan dirinya dengan tokoh tertentu
sebagai idolanya. Dengan demikian, identifikasi lebih mendalam
dibanding dengan sugesti atau imitasi.
d. Simpati, yaitu perasaan tertariknya seseorang terhadap orang
lain. Simpati timbul tidak atas dasar logis rasional, melainkan
berdasarkan penilaian perasaan semata-mata. Misalnya: seorang

5
anak membantu orangtua menyebrang jalan, padahal ia sendiri
sudah terlambat datang ke sekolah.
Dalam interaksi sosial terjadi interaksi antarkomponen masyarakat.
Dalam peristiwa tersebut tidak selamanya berjalan lancar dan harmonis.
Karena itu, perlu aturan-aturan yang dapat menjaga hubungan tersebut, agar
terhindar dari segala bentuk penyimpangan dan masalah sosial. Maka
diterapkanlah norma untuk menjaga tatanan bermasyarakat. Ada beberapa
norma yang umumnya berlaku dalam kehidupan masyarakat, sebagai berikut:
a. Norma kesopanan/etika, yaitu norma yang berpangkal pada aturan
tingkah laku yang diakui di masyarakat, seperti cara berpakaian, cara
bersikap dan berbicara dalam bergaul.
b. Norma kesusilaan, yaitu norma yang mengatur seseorang berperilaku
secara baik dengan pertimbangan moral atau didasarkan pada hati
nurani atau ahlak manusia.
c. Norma agama, didasarkan pada ajaran atau akidah suatu agama.
Norma ini menuntut ketaatan mutlak setiap penganutnya. Dalam
agama terdapat perintah dan larangan yang harus dijalankan para
pemeluknya.
d. Norma hukum, merupakan jenis norma yang paling jelas dan kuat
ikatannya karena merupakan norma yang baku. Norma tersebut
didasarkan pada perintah dan larangan yang mengatur tata tertib
dalam suatu masyarakat dengan ketentuan yang sah dan terdapat
penegak hukum sebagai pihak yang berwenang menjatuhkan sanksi.
e. Norma kebiasaan, didasarkan pada hasil perbuatan berulang-
ulang dalam bentuk yang sama, sehingga menjadi kebiasaan.
Contoh: mudik lebaran.
2. Lingkungan Biofisik
Lingkungan biofisik adalah segala sesuatu yang bersifat fisik di
lingkungan kita yang mempengaruhi kehidupan kita. Secara garis besar
lingkungan biofisik tersebut adalah tanah, air, udara, batuan, dan tumbuhan
serta hewan.
a. Tanah

6
Tanah (Soil) adalah suatu tubuh alam yang terbentuk dari
campuran hasil pelapukan batuan (anorganik), bahan-bahan organik, air
dan udara yang menempati bagian paling atas dari litosfer. Tubuh tanah
terdiri atas batuan yang telah mengalami pelapukan, kemudian
bercampur dengan sisa-sisa bahan organik, air, udara, dan mengalami
proses fisika dan kimia membentuk lapisan tanah. Bila tanah ini rusak
maka dampaknya akan sangat dirasakan oleh manusia. Seperti
kekurangan bahan pangan hingga punahnya suatu biota.
b. Air
Air merupakan salah satu komponen lingkungan biofisik yang
keberadaannya menutupi hampir 71% permukaan bumi. Kurang lebih
terdapat 1,4 triliun kilometer kubik air (330 juta mil³) di bumi. Air
sebagian besar terdapat di laut (air asin) dan pada lapisan-lapisan es (di
kutub dan puncak-puncak gunung) serta dalam bentuk awan, hujan,
sungai, danau, uap air, dan lautan es. Keberadaan air tersebut sangat
vital dalam menyokong kehidupan di dalamnya. Menurut Sutikno (2001),
sumber daya air dapat diklasifikasikan menjadi 2 yakni air tanah dan air
permukaan.
c. Udara
Udara Bumi yang kering mengandungi 78% nitrogen, 21%
oksigen,dan 1% uap air, karbon dioksida, dan gas-gas lain. Kandungan
(unsur senyawa gas dan partikel) dalam udara akan berubah-ubah seiring
dengan perubahan ketinggian dari permukaan tanah. Demikian juga
massanya, akan berkurang seiring ketinggian, semakin dekat dengan
lapisan troposfer, maka udara semakin tipis, sehingga melewati batas
gravitasi bumi, maka udara akan hampa sama sekali.
d. Tumbuhan dan hewan
Kehadiran tumbuhan dan hewan adalah sangat penting. Manusia
tidak dapat melangsungkan kehidupannya tanpa tumbuhan dan hewan,
tetapi tumbuhan dan hewan dapat melangsungkan kehidupannya tanpa
manusia. Hal tersebut terjadi ketika dulu sebelum ada manusia, tumbuhan
dan hewan mampu hidup dengan baik.

7
D. Metode Materi Lingkungan Pada Pembelajaran IPS
Guru lebih sering menggunakan metode dan sumber belajar berupa
ceramah karena dianggap lebih mudah dan praktis untuk menyampaikan materi
tentang lingkungan yang cakupannya luas. Pembelajaran yang menggunakan
ceramah dan sumber belajar berupa buku teks kurang memberikan pengalaman
belajar yang berkesan, siswa kurang bisa mengembangkan diri dan cenderung
dipaksa untuk menghafal atau mengingat materi yang disampaikan (Karyasa,
2010).
Berdasarkan data tersebut kita sebagai calon pengajar harus ikut
andil dalam penyelesaian masalah lingkungan ini. Salah satunya dengan
cara melakukan inovasi yakni menvisualisasikan materi IPS sesuai dengan
fenomena yang berkembang di masyarakat, sehingga siswa dapat
mengembangkan potensi serta memiliki kesadaran dan kepedulian
terhadap masyarakat atau lingkungannya.
Pendidik dapat memanfaatkan sumber belajar seperti buku teks,
globe, atlas, museum, laboratorium, candi, perpustakaan, pasar, film, dan
game edukasi. Kebutuhan sumber belajar dalam setiap penyampaian
materi pembelajaran IPS berbeda-beda, disesuaikan dengan konsep yang
akan disampaikan. Sumber belajar diharapkan mampu menarik minat
siswa sehingga belajar menjadi lebih menyenangkan dan materi
pembelajaran akan lebih mudah dipahami.
Berikut beberapa model pembelajaran yang dapat diterapkan pada
pembelajaran IPS yang membahas tentang lingkungan:
1. Game Edukasi
Bambang Warsita (2008: 153), menyatakan bahwa game
edukasi merupakan multimedia dengan sistem penyajian yang
menggunakan berbagai jenis bahan ajar yang membentuk satu
kesatuan atau paket yang berupa perangkat lunak dalam
pembelajaran. Saat ini pengembangan game edukasi masih sangat
terbatas karena sebagian besar game yang dikembangkan hanya
mementingkan fungsi hiburan semata. Meningkatnya pemain dan

8
peminat game di kalangan para pelajar akan sangat memberikan
pengaruh positif terhadap pengembangan game edukasi.
Game edukasi dapat dikembangkan menjadi sebuah sumber
belajar yang dapat digunakan siswa di sekolah maupun di rumah.
Jika dibandingkan dengan sumber belajar yang lain, sumber belajar
game edukasi akan memberikan pengalaman belajar yang
menyenangkan bagi siswa.
Hal ini didasarkan pada penelitian yang dilakukan oleh Puri
Intan Sari, dkk tahun 2015 bahwa sebagian besar siswa sekolah dasar
menyukai game edukasi sebagai sarana belajar mandiri di rumah.
Game edukasi merupakan sebuah game yang di dalamnya diselipkan
materi-materi pelajaran yang diharapkan dapat menggantikan
kedudukan game yang sering dimainkan siswa sebagai hiburan.
Salah satu game edukasi yang dapat meningkatkan motivasi
belajar yaitu adalah game jenis Role Playing Game (RPG). Samuel
Henry (2010: 129) menyatakan bahwa RPG merupakan game yang
pemainnya akan berperan menjadi sebuah karakter.
2. Meningkatkan Pendekatan Ekologis.
Untuk menumbuhkan kesadaran dan kepedulian siswa terhadap
lingkungan, hal yang dapat dilakukan oleh guru adalah
mengembangkan pendekatan ekopedagogi.
(Antunes & Gadotti, 2011) Pendidikan terhubung dengan ruang
dan waktu di mana hubungan antara manusia dan lingkungan benar-
benar terjadi. Hal tersebut terutama terjadi pada tingkat emosional,
lebih banyak dari pada tingkat kesadaran. Dengan demikian, hal
tersebut ada dalam bawah sadar kita; kita tidak menyadarinya dan
sering kali kita tidak tahu bagaimana hal itu terjadi. Jadi, eco-
education diperlukan untuk membawa mereka (siswa) ke tingkat
sadar. Tentu, ecoeducation membutuhkan pedagogi. Oleh karenanya,
saat ini kita perlu ecoeducation dan eco-pedagogy.

9
Selanjutnya, Supriatna (2016) menjelaskan bahwa ekopedagogi
merupakan sebuah gerakan akademik untuk menyelamatkan bumi
dan semua makhluk hidup yang ada di dalamnya demi
perkembangan yang berkesinambungan (education for sustainable
development). Lebih jauh, Grigorov dan Fleuri (dalam Supriatna,
2016) menjelaskan bahwa “ekopedagogi adalah gerakan yang
berangkat dari masalah-masalah kehidupan yang nyata dan didasari
oleh perspektif kehidupan”.
3. Model Pembelajaran Mitigasi Bencana
Bencana telah menjadi isu pembangunan, karena hasil
pembangunan yang telah dirintis puluhan bahkan ratusan tahun dapat
musnah atau rusak seketika dengan adanya bencana, perekonomian
masyarakat dan negara pun banyak mengalami kemuduran, banyak
prasarana dan sarana ekonomi, sosial dan budaya yang rusak.
Masyarakat yang terkena bencana seringkali harus menata ulang
kehidupannya dari awal, mereka harus pindah ke tempat lain, dan
mulai penghidupan di tempat baru.
Mitigasi (mitigate) berati tindakan-tindakan untuk mengurangi
bahaya supaya kerugian dapat diperkecil. Mitigasi meliputi aktivitas
dan tindakan-tindakan perlindungan yang dapat diawali dari
persiapan sebelum bencana itu berlangsung, menilai bahaya bencana,
penanggulangan bencana, berupa penyelamatan, rehabilitasi dan
relokasi. Menurut Keputusan Menteri Dalam Negeri RI No. 131
Tahun 2003, mitigasi atau penjinakan adalah upaya dan kegiatan
yang dilakukan untuk mengurangi dan memperkecil akibat-akibat
yang ditimbulkan oleh bencana, yang meliputi kesiapsiagaan,
kewaspadaan dan berbagai kemampuan untuk mengatasinya.

10
PENUTUP

A. Kesimpulan
Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) pada tingkat dasar
hingga menengah diajarkan dalam sistem terpadu yang mencakup empat
bidang yakni sosiologi, ekonomi, geografi dan sejarah. Pada
pelaksanaannya keempat bidang tersebut diajarkan secara terpisah.
Hubungan manusia dengan lingkungan amatlah erat. Hingga dapat
dikatakan manusia tidak dapat hidup tanpa adanya lingkungan. Pada
pelajaran IPS khususnya pada bidang geografi akan membahas lebih luas
tentang lingkungan.
Indonesia memiliki bentang alam yang amat luas. Mulai dari Aceh
hingga Papua ditambah dengan kekayaan alam di setiap daerahnya
menjadi keuntungan bagi pendidikan Indonesia termasuk juga pada mata
pelajaran IPS. Sebab sumber belajar dekat dengan siswa, sehingga siswa
lebih mudah memahami sumber pelajaran.
Pendidik dapat memanfaatkan sumber belajar seperti buku teks,
globe, atlas, museum, laboratorium, candi, perpustakaan, pasar, film, dan
game edukasi. Kebutuhan sumber belajar dalam setiap penyampaian
materi pembelajaran IPS berbeda-beda, disesuaikan dengan konsep yang
akan disampaikan. Sumber belajar diharapkan mampu menarik minat
siswa sehingga belajar menjadi lebih menyenangkan dan materi
pembelajaran akan lebih mudah dipahami.

11
B. Saran
Sebagai calon pengajar harus ikut andil dalam penyelesaian
masalah lingkungan ini. Salah satunya dengan cara melakukan inovasi
yakni menvisualisasikan materi IPS sesuai dengan fenomena yang
berkembang di masyarakat, sehingga siswa dapat mengembangkan potensi
serta memiliki kesadaran dan kepedulian terhadap masyarakat atau
lingkungannya.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2010.  Tuntas Pendidikan Kewarganegaraan. Graha Pustaka.


Jakarta
Budiyanto, 1998. Dasar-dasar Tata Negara. Erlangga. Jakarta
Budiarjo, 2003. Dasar-dasar Ilmu Politik. Gramedia Pustaka Utama.
Jakarta

12
JURNAL NASIONAL

MODEL PEMBELAJARAN MITIGASI BENCANA DALAM ILMU


PENGETAHUAN SOSIAL DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA*)

Oleh: Enok Maryani**)

Dinamika alam sangat memberikan dampak bagi kehidupan manusia, baik


bersifat menguntungkan maupun merugikan. Sifat merugikan inilah yang
kemudian dikenal dengan sebutan bencana. Untuk meminimalkan resiko atau
kerugian bagi manusia, perlu pengetahuan, pemahaman, kesiapsiagaan
keterampilan untuk mencegah, menditeksi dan mengantisipasi secara lebih dini
tentang berbagai macam bencana atau lebih dikenal dengan istilah mitigasi
bencana. Mitigasi meliputi aktivitas dan tindakan-tindakan perlindungan yang
dapat diawali dari persiapan sebelum bencana itu berlangsung, menilai bahaya
bencana, penanggulangan bencana, berupa penyelamatan, rehabilitasi dan
relokasi. Pengetahuan, pemahaman dan keterampilan berprilaku dalam mencegah,
menditeksi, mengansipasi bencana secara efektif dapat ditransformasikan,
disosialisasikan melalui pendidikan IPS yang secara khusus membahas mengenai
isu-isu masalah sosial.

Penelitian ini didesain untuk mengembangkan model mitigasi bencana


dalam pembelajaran IPS SMP. Hasil kegiatan penelitian yang diharapkan adalah:
(1) peta kompetensi dasar IPS yang mengandung mitigasi bencana, (2) deskripsi
analisis kebutuhan penyusunan model mitigasi bencana dalam pembelajaran IPS,
dan (3) seperangkat model mitigasi bencana dalam pembelajaran IPS. Metode
yang digunakan adalah research and development (penelitian dan pengembangan).
Untuk mengetahui kebutuhan akan pembelajaran bencana dilakukan survai di
daerah yang rawan bencana yaitu Pangandaran (gempa dan tsunami), Sukabumi
(gempa dan tsunami), Dayeuhkolot (Banjir), Lembang (longsor dan gunungapi),
Cirebon (angin topan). Sampel terdiri dari 10 orang kepala sekolah, 10 dewan
sekolah, 40 orang guru dan 81 orang siswa. Data diolah secara kuantitatif, untuk
kemudian diinterpretasi sesuai dengan tujuan penelitian.

13
Model pembelajaran terpadu merupakan model implementasi kurikulum
IPS yang dianjurkan untuk diaplikasikan di SMP khususnya untuk mengajarkan
tema mitigasi bencana. Adapun metode pembelajaran yang paling tepat diterapkan
adalah melalui metode Cooperative learning dan problem solving, disamping
metode lainnya seperti diskusi, simulasi dan demonstrasi. Media pembelajaran
yang dianggap efektif adalah film, gambar dan peta, sedangkan evaluasi
pembelajaran dapat dipadukan antara test, portofolio dan performance. Selain itu,
model pembelajaran mitigasi bencana dalam pelatihan, penataran guru dan
refreshing guru terhadap materi IPS kebencanaan perlu diberikan sebelum
disosialisasikan pada peserta didik.

Kata kunci: model pembelajaran, mitigasi bencana, Ilmu Pengetahuan


Sosial.

14
JURNAL INTERNASIONAL

Dynamics of Rural Socio-Ecology: Perspectives and Scientific Interrelations of


Human Ecology, Environmental Sociology and Political Ecology
By: Arya Hadi Dharmawan
ABSTRACT
The development of the scientific fields of human-ecology, environmental
sociology, and political-ecology is seen as very impressive, during the last two
decades. Even though it is not linear, the transformation of human-ecology into
human-ecology-sociology (environmental sociology) has encouraged the
emergence of ecology-politics as a new scientific field to complement the two
previous fields. Even though they have the same epistemological roots, the three
fields of study still work on an autonomous "scientific area". As the most recent
field of study, political ecology can be said to be the scientific field that takes the
most advantage of the two previous scientific fields, namely sociology-ecology-
human and cultural anthropology (the forerunner of human ecology). From
another perspective, the field of political ecology is developing. as a consequence
of the complexity of the problems faced by the planet's ecological system, where
the relationship between humans and nature is relatively complex and negates one
another. When the aspects of power (power), conflicts of interest, and economic-
political forces must be taken into account, then political-ecology is better able to
dissect problems that cannot be analyzed by human ecology. "The dynamics of
conflict between natural resources and the environment" and "managing
stakeholder power" are the focus of current political ecology studies. With the
increasingly complex dimensions of ecological and environmental problems in the
21st century, the cooperation of experts from the three branches of science above
is increasingly needed.

15
LEMBAR PLAGIATISME

16

Anda mungkin juga menyukai