Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

PROKLAMASI KEMERDEKAAN, DASAR


NEGARA, DAN KONSTITUSI

Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Konsep PKn SD 1 dosen pengampu
Ayatulloh Muhammad Al-Fath, M.Pd.

Oleh :

Nadia Ayu Oktabella : (1986206046)


Riska Ilma Firlani : (1986206059)
Wangsit Aji Prakoso : (1986206069)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


STKIP PGRI PACITAN
TAHUN AJARAN 2019/2020

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, atas berkat rahmat dan
hidayah-Nya sehingga dalam pembuatan makalah ini dapat terselesaikan
sebagaimana mestinya. Shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada
junjungan kita nabi Muhammad SAW, kepada sahabat-sahabat beliau, dan kepada
umat beliau hingga akhir zaman.

Pertama kami mengucapkan terima kasih kepada dosen yang dengan


keikhlasannya membimbing kami sehingga kami mengetahui sedikit demi sedikit
apa yang sebelumnya kami tidak ketahui. Juga tak lupa kepada teman-teman
seperjuangan yang telah membantu kami dalam penyelesaian makalah ini.

Makalah ini kami buat sesederhana mungkin dan jika ada kesalahan dalam
penulisan makalah ini, kami berharap dan memohon saran serta kritikan dari
pembaca demi kesempurnaan makalah ini ke depannya. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi kita semua.

Pacitan, 1 November 2019

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ...................................................................................................... ii


Daftar Isi................................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................... 2
C. Tujuan Makalah .................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Terjadinya Proklamasi Kemerdekaan Indonesia ................................. 3
B. Hubungan Dasar Negara Dan Konstitusi ............................................ 5
C. Konstitusi Yang Pernah Berlaku Di Indonesia ................................... 6
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ......................................................................................... 11
B. Saran .................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 12
JURNAL NASIONAL .......................................................................................... 13
JOURNAL INTERNATIONAL ........................................................................... 19
LEMBAR PLAGIARISME .................................................................................. 22

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada tanggal 12 Agustus 1945, Jepang melalui Marsekal Terauchi
di Dalat, Vietnam, mengatakan kepada Soekarno, Hatta dan Radjiman
bahwa pemerintah Jepang akan segera memberikan kemerdekaan kepada
Indonesia dan proklamasi kemerdekaan dapat dilaksanakan dalam beberapa
hari, tergantung cara kerja PPKI.
Perumusan teks proklamasi dilakukan tanggal 16 Agustus 1945 di
rumah laksamana Maeda yang terletak di Jalan Imam Bonjol No. 1, Jakarta
Pusat. Para perumus teks Proklamasi adalah Ir. Soekarno, Drs. Moh. Hatta
dan Ahmad soebardjo. Teks Proklamasi ditulis tangan oleh Bung Karno dan
diketik oleh Sayuti Melik. Proklamasi ditandatangani oleh Ir. Soekarno dan
Drs. Moh. Hatta, atas nama bangsa Indonesia. Proklamasi kemerdekaan
Indonesia pertama kali dikumandangkan tanggal 17 Agustus 1945
bertepatan pada hari Jum’at, di jalan Pegangsaan Timur No. 56 Jakarta.
Organisasi yang sangat berperan dalam mewujudkan kemerdekaan
adalah BPUPKI dan PPKI. BPUPKI diketuai oleh Dr. Radjiman
Widyodiningrat,sedangkan PPKI diketuai oleh Ir. Soekarno. BPUPKI telah
berhasil menyusun dasar negara dan rancangan UUD.
Sekarang ini sebagian masyarakat Indonesia mengabaikan arti dari
pancasila sebagai dasar negara dan UUD 1945 sebagai konstitusi. Bahkan
bukan hanya mengabaikan, namun banyak juga yang tidak mengetahui
makna dari dasar negara dan konstitusi tersebut. Terlebih di era globalisasi
ini masyarakat dituntut untuk mampu memilah-milah pengaruh positif dan
negatif dari globalisasi tersebut. Dengan pendidikan tentang dasar negara
dan konstitusi diharapkan masyarakat Indonesia mampu mempelajari,
memahami serta melaksanakan segala kegiatan kenegaraan berlandasakan
dasar negara dan konstitusi, tanpa harus kehilangan jati dirinya.

1
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana proses terjadinya proklamasi kemerdekaan Indonesia?
2. Apa hubungan dasar negara dan konstitusi?
3. Konstitusi apa saja yang pernah berlaku di Indonesia?

C. Tujuan Makalah
1. Untuk mengetahui proses terjadinya proklamasi kemerdekaan
Indonesia.
2. Untuk mengetahui apa hubungan dari dasar negara dan konstitusi.
3. Untuk mengetahui konstitusi-konstitusi yang pernah berlaku di
Indonesia.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Terjadinya proklamasi kemerdekaan Indonesia


Proklamasi Kemerdekaan Indonesia di peringati pada hari Jumat, 17
Agustus 1945 Tahun Masehi, yang dibacakan oleh Ir. Soekarno didampingi
oleh Drs. Mohammad Hatta di Jalan Pegangsaan Timur 56, Jakarta Pusat.
Pada tanggal 6 Agustus 1945 Amerika Serikat menjatuhkan sebuah
bom atom di atas kota Hiroshima, Jepang. Serangan tersebut mulai
menurunkan semangat tentara Jepang di seluruh dunia. Sehari kemudian
pada tanggal 7 Agustus 1945 Badan Penyelidik Usaha Persiapan
Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) telah berganti nama menjadi PPKI
(Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia). Badan ini bertugas untuk lebih
menegaskan keinginan dan tujuan mencapai kemerdekaan Indonesia.
Pada tanggal 9 Agustus 1945, bom atom kedua dijatuhkan di atas
Nagasaki sehingga menyebabkan Jepang menyerah kepada sekutu. Momen
ini pun dimanfaatkan oleh Indonesia untuk memproklamasikan
kemerdekaannya. Pada tanggal ini juga Ir.Soekarno, Moh.Hatta dan
Radjiman Wedyodingrat diundang Jenderal Terauchi di Dalat, Vietnam
untuk menyampaikan berita kemerdekaan bangsa Indonesia pada 7 Agustus
1945.
Pada tanggal 10 Agustus 1945 Jepang mengajukan permintaan
damai pada sekutu. Akan tetapi permintaan Jepang untuk berdamai di tolak
oleh sekutu.
Pada tanggal 14 Agustus 1945, sebelum Ir. Soekarno, Hatta,
Radjiman kembali ke Indonesia, Jepang melalui Marsekal Terauchi di
Dalat, Vietnam, mengatakan kepada Soekarno, Hatta dan Radjiman bahwa
pemerintah Jepang akan segera memberikan kemerdekaan kepada
Indonesia dan proklamasi kemerdekaan dapat dilaksanakan dalam beberapa
hari.

3
Pada 15 Agustus pidato resmi kekalahan Jepang atas sekutu diterima
di Jakarta. Jepang yang menyerah pada sekutu meninggalkan kekosongan
kekuasaan bagi Indonesia. Di masa kekosongan itu, golongan pemuda ingin
agar Soekarno-Hatta segera memproklamirkan kemerdekaan Indonesia.
Sementara itu, Soekarno belum yakin bahwa Jepang memang telah
menyerah, dan proklamasi kemerdekaan RI saat itu dapat menimbulkan
pertumpahan darah yang besar, dan dapat berakibat sangat fatal jika para
pejuang Indonesia belum siap.
Pada tanggal 16 Agustus Soekarno dan Hatta mempersiapkan
pertemuan PPKI guna membicarakan segala sesuatu yang berhubungan
dengan persiapan Proklamasi Kemerdekaan, namun rapat tersebut tidak jadi
dilaksanakan karena Soekarno dan Hatta tidak muncul. Peserta rapat tidak
tahu bahwa telah terjadi peristiwa Rengasdengklok.
Pada tanggal 16 Agustus 1945 pukul 03.00. WIB, Soekarno dan
Hatta dibawa ke Rengasdengklok, Karawang, untuk kemudian didesak agar
mempercepat proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia, sampai dengan
terjadinya kesepakatan antara golongan tua yang diwakili Soekarno dan
Hatta serta Mr. Achmad Subardjo dengan golongan muda tentang kapan
proklamasi akan dilaksanakan terutama setelah Jepang mengalami
kekalahan dalam Perang Pasifik.
Proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia rencananya akan
dibacakan Bung Karno dan Bung Hatta pada hari Jumat, 17 Agustus 1945
di lapangan IKADA (yang sekarang telah menjadi lapangan Monas) atau di
rumah Bung Karno di Jl. Pegangsaan Timur 56. Karena di lapangan IKADA
sudah tersebar bahwa ada sebuah acara yang akan diselenggarakan,
sehingga tentara-tentara jepang sudah berjaga-jaga, untuk menghindari
kericuhan antara penonton-penonton saat terjadi pembacaan teks
proklamasi, maka dipilihlah rumah Soekarno di jalan Pegangsaan Timur
No.56. Teks Proklamasi disusun di Rengasdengklok, di rumah Djiaw Kie
Siong. Pada saat itu Bendera Merah Putih sudah dikibarkan para pejuang di

4
Rengasdengklok pada Kamis tanggal 16 Agustus, sebagai persiapan untuk
proklamasi kemerdekaan Indonesia.
Keesokan harinya, tepatnya tanggal 17 Agustus 1945 pernyataan
proklamasi dikumandangkan dengan teks proklamasi Kemerdekaan
Indonesia yang diketik oleh Sayuti Melik menggunakan mesin ketik yang
"dipinjam" (tepatnya diambil) dari kantor Kepala Perwakilan Angkatan
Laut Jerman, Mayor (Laut) Dr. Hermann Kandeler.

PROKLAMASI

Kami bangsa Indonesia dengan ini menyatakan kemerdekaan


Indonesia. Hal-hal yang mengenai pemindahan kekuasaan dan lain-lain
diselenggarakan dengan cara saksama dan dalam tempo yang sesingkat-
singkatnya.

Djakarta, 17 Agustus 1945


Atas nama bangsa Indonesia.
Soekarno/Hatta.

B. Hubungan dasar negara dan konstitusi


Dasar negara merupakan pedoman dalam mengatur kehidupan
penyelenggaraan ketatanegaraan negara yg mencakup berbagai bidang
kehidupan. Dasar negara dan konstitusi mempunyai hubungan secara
yuridis, filosofis dan sosiologis.
1. Secara Yuridis
Hubungan dasar negara dengan konstitusi bahwa konstitusi
mengandung pokok-pokok pikiran dasar negara yang berwujud pasal-pasal.
2. Secara Filosofis
Konstitusi didasarkan pada filosofi bangsa tersebut yang berakar
pada budaya bangsa.
3. Secara Sosiologis
Konstitusi memuat nilai-nilai yang berkembang di masyarakat yang
bersumber dari dasar negara dalam penyelenggaraan pemerintahan.

5
Bisa dilihat dari hubungan antara sila-sila pancasila yang termuat
pada pembukaan UUD 1945 dengan pasal-pasal yang termuat dalam batang
tubuh UUD 1945. Pasal-pasal UUD merupakan penjabaran dari pokok-
pokok pikiran yang ada dalam pembukaan UUD 1945. Hubungan dasar
negara dengan Pembukaan UUD 1945 dapat digambarkan sebagai berikut:
1. Falsafah dasar negara Pancasila yang abstrak tercermin
dalam Pembukaan UUD 1945 yang merupakan uraian detail dari
Proklamasi 17 Agustus 1945. Pancasila yang dirumuskan dalam Pembukaan
UUD 45 adalah suatu kebulatan yang utuh dan tersusun secara teratur dan
bertingkat. Sila yang satu menjiwai sekaligus meliputi sila yang lain secara
bertingkat.
2. Jiwa Pancasila yang abstrak, setelah terlahir menjadi
Proklamasi Kemerdekaan RI 17 Agustus 1945 tercermin dalam pokok-
pokok pikiran yang termuat dalam Pembukaan UUD 1945. Kesatuan tafsir
sila-sila Pancasila mesti bersumber dan berdasarkan Pembukaan dan pasal-
pasal UUD 45.
Sedangkan hubungan mengenai dasar negara dengan pasal-pasal
UUD 1945 adalah sebagai berikut:
1. Sila ke 1 berhubungan dengan pasal 29 (1,2) UUD 1945
2. Sila ke 2 berhubungan dengan pasal 27, 28, 28 A-28 J, 29, 30, 31, 32,
33, 34 UUD 1945
3. Sila ke 3 berhubungan dengan pasal 1 (1), 32, 35, 36 UUD 1945
4. Sila ke 4 berhubungan dengan pasal 1 (2), 2, 3, 22 E, 28, 37 UUD 1945
5. Sila ke 5 berhubungan dengan pasal 23, 27 (2), 31, 33, 34 UUD 1945

C. Konstitusi yang pernah berlaku di Indonesia


Sejak Proklamasi Kemerdekaan Indonesia tanggal 17 Agustus 1945,
dan diikuti pengesahan UUD 1945 sebagai konstitusi pada tanggal 18
Agustus 1945, hingga kini UUD 1945 sebagai konstitusi telah mengalami
perkembangan dan perubahan-perubahan. Hal itu disebabkan karena
perkembangan politik demokrasi yang selalu berkembang dan berubah-

6
ubah. Kepentingan yang berubah-ubah juga menjadi sebab berubahnya
konstitusi, namun semuanya pasti mempunyai tujuan sama yaitu menuju
hukum yang dicita-citakan.
Perkembangan konstitusi di Indonesia sangat dipengaruhi oleh
sistem politik pada waktu tertentu Pada mulanya UUD 1945 dijadikan
konstitusi, namun sempat tidak diberlakukan pada pemerintahan Republik
Indonesia Serikat dan masa sistem pemerintahan parlementer, akhirnya
UUD 1945 sebagai konstitusi di Indonesia diberlakukan kembali hingga
kini dan telah mengalami perubahan.
1. UUD Tahun 1945 (18 Agustus 1945 - 27 Desember 1949).
Periode 18 Agustus 1945 sampai dengan 27 Desember 1949, pada
masa ini berlaku Undang-Undang Dasar 1945. Periode pertama kali
terbentuknya Negara Kesatuan Republik Indonesia, konstitusi atau Undang-
Undang Dasar yang pertama kali berlaku adalah UUD 1945 hasil rancangan
BPUPKI, kemudian disahkan oleh PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945.
Menurut UUD 1945 kedaulatan berada ditangan rakyat dan dilaksanakan
oleh MPR yang merupakan lembaga tertinggi negara.
Berdasarkan UUD 1945, MPR terdiri dari DPR, Utusan Daerah dan
Utusan Golongan. Dalam menjalankan kedaulatan rakyat mempunyai tugas
dan wewenang menetapkan UUD, GBHN, memilih dan mengangkat
Presiden dan wakil Presiden serta mengubah UUD. Selain MPR terdapat
lembaga tinggi negara lainnya dibawah MPR, yaitu Presiden yang
menjalankan pemerintahan, DPR yang membuat Undang-Undang, Dewan
Pertimbangan Agung (DPA) dan Mahkamah Agung (MA).
Menyadari bahwa negara Indonesia baru saja terbentuk, tidak
mungkin semua urusan dijalankan berdasarkan konstitusi, maka
berdasarkan hasil kesepakatan yang termuat dalam Pasal 3 Aturan Peralihan
menyatakan ”Untuk pertama kali Presiden dan Wakil Presiden dipilih oleh
PPKI.” Kemudian dipilihlah secara aklamasi Soekarno dan Moh. Hatta
sebagai Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia yang pertama kali.
Dalam menjalankan tugasnya presiden dibantu oleh Komite Nasional,

7
dengan sistem pemerintahan presidensial artinya kabinet bertanggung
jawab pada presiden.

2. UUD RIS (27 Desember 1949 – 17 Agustus 1950).


Sebagai rasa ungkapan ketidakpuasan bangsa Belanda atas
kemerdekaan Republik Indonesia, terjadilah kontak senjata (agresi) oleh
Belanda pada tahun 1947 dan 1948. Belanda memiliki keinginan untuk
memecah belah NKRI menjadi negara federal agar dapat dengan mudah
dikuasai kembali oleh Belanda, akhirnya disepakati untuk mengadakan
Konferensi Meja Bundar (KMB) di Den Haag Belanda, dengan
menghasilkan tiga buah persetujuan antara lain :
a) Mendirikan Negara Republik Indonesia Serikat.
b) Penyerahan kedaulatan Kepada Republik Indonesia Serikat. dan
c) Didirikan Uni antara Republik Indonesia Serikat dengan
Kerajaan Belanda
Pada tahun 1949 berubahlah konstitusi Indonesia yaitu dari UUD
1945 menjadi Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Serikat (UUD
RIS), maka berubah pula bentuk Negara Kesatuan menjadi negara Serikat
(federal), yaitu negara yang tersusun dari beberapa negara yang semula
berdiri sendiri kemudian mengadakan ikatan kerja sama secara efektif. Atau
dengan kata lain negara serikat adalah negara yang tersusun jamak terdiri
dari negara-negara bagian.
Kekuasaan kedaulatan Republik Indonesia Serikat dilakukan oleh
pemerintah bersama dengan DPR dan Senat. Sistem pemerintahan
presidensial berubah menjadi parlementer, yang bertanggung jawab atas
kebijaksanaan pemerintah berada di tangan Menteri-Menteri, baik secara
bersama maupun sendiri yang bertanggung jawab kepada parlemen (DPR),
Namun demikian pada konstitusi RIS ini juga belum dilaksanakan secara
efektif, karena lembaga-lembaga negara belum dibentuk sesuai amanat
UUD RIS.

8
3. UUDS Tahun 1950 (17 Agustus 1950 – 5 Juli 1959).
Ternyata Konstitusi RIS tidak bertahan lama, hal itu disebabkan
karena isi konstitusi tidak berakar dari kehendak rakyat, juga bukan
merupakan kehendak politik rakyat Indonesia melainkan rekayasa dari
pihak Balanda maupun PBB. Sehingga menimbulkan tuntutan untuk
kembali ke NKRI. Satu persatu negara bagian menggabungkan diri menjadi
negara Republik Indonesia, kemudian disepakati untuk kembali ke NKRI
dengan menggunakan UUD sementara 1950. Bentuk negara pada konstitusi
ini adalah Negara Kesatuan, yakni negara yang bersusun tunggal, artinya
tidak ada negara dalam negara sebagaimana halnya bentuk negara serikat.
Ketentuan Negara Kesatuan ditegaskan dalam Pasal 1 ayat (1) UUDS 1950
yang menyatakan Republik Indonesia merdeka dan berdaulat ialah negara
hukum yang demokrasi dan berbentuk kesatuan. Pelaksanaan konstitusi ini
merupakan penjelmaan dari NKRI berdasarkan Proklamasi 17 Agustus
1945, serta didalamnya juga menjalankan otonomi atau pembagian
kewenangan kepada daerah-daerah di seluruh Indonesia. Sistem
pemerintahannya adalah sistem pemerintahan parlementer, karena tugas-
tugas eksekutif dipertanggung jawabkan oleh Menteri-Menteri baik secara
bersama maupun sendiri kepada DPR. Kepala negara sebagai pucuk
pimpinan pemerintahan tidak dapat diganggu gugat karena kepala negara
dianggap tidak pernah melakukan kesalahan, kemudian apabila DPR
dianggap tidak representatif maka Presiden berhak membubarkan DPR.

4. UUD Tahun 1945 kedua (5 Juli 1959 – Sekarang).


Pada periode ini UUD 1945 diberlakukan kembali dengan dasar
dekrit Presiden tanggal 5 Juli tahun 1959. Berdasarkan ketentuan
ketatanegaraan dekrit presiden diperbolehkan karena negara dalam keadaan
bahaya oleh karena itu Presiden/Panglima Tertinggi Angkatan Perang perlu
mengambil tindakan untuk menyelamatkan bangsa dan negara yang
diproklamasikan 17 Agustus 1945. Berlakunya kembali UUD 1945 berarti
merubah sistem ketatanegaraan, Presiden yang sebelumnya hanya sebagai

9
kepala negara selanjutnya juga berfungsi sebagai kepala pemerintahan,
dibantu Menteri-Menteri kabinet yang bertanggung jawab kepada Presiden.
Sistem pemerintahan yang sebelumnya parlementer berubah
menjadi sistem presidensial. Dalam prakteknya ternyata UUD 1945 tidak
diberlakukan sepenuhnya hingga tahun 1966. Lembaga-lembaga negara
yang dibentuk baru bersifat sementara dan tidak berdasar secara
konstitusional, akibatnya menimbulkan penyimpangan-penyimpangan
dimasa itu.
Pergantian kepemimpinan nasional terjadi pada periode ini, dari
Presiden Soekarno digantikan Soeharto, yang semula didasari oleh Surat
Perintah Sebelas Maret 1966 kemudian dilaksanakan pemilihan umum yang
kedua pada tahun 1972. Babak baru pemerintah orde baru dimulai, sistem
ketatanegaraan sudah berdasar konstitusi, pemilihan umum dilaksanakan
setiap 5 tahun sekali, pembangunan nasional berjalan dengan baik, namun
disisi lain terjadi kediktaktoran yang luar biasa dengan alasan demi
terselenggaranya stabilitas nasional dan pembangunan ekonomi, sehingga
sistem demokrasi yang dikehendaki UUD 1945 tidak berjalan dengan baik.
Keberadaan partai politik dibatasi hanya tiga partai saja, sehingga
demokrasi terkesan mandul, tidak ada kebebasan bagi rakyat yang ingin
menyampaikan kehendaknya, walaupun pilar kekuasaan negara seperti
eksekutif, legislatif dan yudikatif sudah ada tapi tidak berperan sepenuhnya.
Kemauan politik menghendaki kekuatan negara berada ditangan satu orang
yaitu Presiden, sehingga menimbulkan demonstrasi besar pada tahun 1998
dengan tuntutan reformasi, yang berujung pada pergantian kepemimpinan
nasional. Setelah UUD Tahun 1945 diberlakukan kembali di Indonesia,
terjadi beberapa kali amandemen, yaitu pada tahun 1999 dan 2002.

10
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia di peringati pada hari Jumat, 17
Agustus 1945 Tahun Masehi, yang dibacakan oleh Ir. Soekarno didampingi
oleh Drs. Mohammad Hatta di Jalan Pegangsaan Timur 56, Jakarta Pusat.
Dasar negara merupakan pedoman dalam mengatur kehidupan
penyelenggaraan ketatanegaraan negara yg mencakup berbagai bidang
kehidupan. Dasar negara dan konstitusi mempunyai hubungan secara yuridis,
filosofis dan sosiologis.
Perkembangan konstitusi di Indonesia sangat dipengaruhi oleh sistem
politik pada waktu tertentu Pada mulanya UUD 1945 dijadikan konstitusi,
namun sempat tidak diberlakukan pada pemerintahan Republik Indonesia
Serikat dan masa sistem pemerintahan parlementer, akhirnya UUD 1945
sebagai konstitusi di Indonesia diberlakukan kembali hingga kini dan telah
mengalami perubahan.

B. Saran
Konstitusi sebagai hokum dasar yang dijadikan pegangan dalam
penyelenggaraan suatu negara dapat berupa konstitusi tertulis dan konstitusi
tidak tertulis. Oleh sebab itu sebagai pendidik kita perlu memahami tentang
konstitusi yang ada di negara Indonesia.

11
DAFTAR PUSTAKA

Hatta, Mohammad (1970). Sekitar Proklamasi 17 Agustus 1945. Jakarta:


Tintamas.
Poesponegoro, Marwati Djoened & Nugroho Notosusanto (1992). Sejarah
Nasional Indonesia VI. Jakarta: Depdikbud RI.
Jimly Asshiddiqie. (2014). Ideologi, Pancasila, Dan Konstitusi. Mahkamah
Konstitusi Republik Indonesia
Radjab, Dasril. 2005. Hukum Tata Negara Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.

12
JURNAL NASIONAL

PROKLAMASI 17 AGUSTUS 1945


Haryono Rinardi
Departemen Sejarah Fakultas Ilmu Budaya
Universitas Diponegoro
ABSTRAK
Artikel sederhana ini membahas persoalan arti penting Proklamasi
Kemerdekaan 17 Agustus 1945 bagi bangsa Indonesia, terutama berdasar pada
keabsahannya dari segi hukum. Untuk menjawab persoalan hukum yang menyertai
peristiwa Proklamasi Kemerdekaan RI tersebut, maka perlu diungkap terlebih
dahulu latar belakang peristiwa sehingga dapat dijadikan landasan untuk menjawab
pertanyaan tersebut. Kajian ini menekankan pada penggunaan literatur sebagai
metode utama untuk menelaah persoalan. Oleh karena itu, berdasar pada
penelaahan tersebut, artikel ini merumuskan bahwa gagasan kemerdekaan
Indonesia secara legal formal diperoleh melalui proses perjuangan yang panjang,
bukan merupakan ‘hadiah’ atas praktik kolonialisasi yang berlangsung saat itu.

PENDAHULUAN
Salah satu babagan penting dalam perjalanan sejarah bangsa Indonesia
adalah Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945. Peristiwa itu menjadi tonggak
penting bangsa Indonesia, karena dengan proklamasi tersebut bangsa Indonesia
menyatakan kemerdekaan dirinya sehingga sejajar dengan bangsa-bangsa lain di
dunia. Kejadian pada Jumat tanggal 17 Agustus 1945 itu bukan berdiri sendiri
secara tunggal, tetapi merupakan puncak dari rangkaian kejadian yang telah terjadi
sebelumnya. Proklamasi oleh sebagain orang dianggap sebagai titik kulminasi
perjuangan panjang bangsa Indonesia dalam mencapai kemerdekaannya. Dengan
cara pandang seperti itu, berarti masuk akal kiranya apabila Proklamasi 17 Agustus
1945 merupakan bagian dari rangkaian panjang perjuangan bangsa Indonesia dalam
mencapai kemerdekaannya. Hal itu disebabkan kemerdekaan Indonesia tidak
didapat sebagai hadiah dari bangsa lain. Kemerdekaan Indonesia melalui
Proklamasi 17 Agustus 1945 adalah hasil perjuangan panjang bangsa Indonesia
untuk menuntut kemerdekaannya lepas dari belenggu penjajahan bangsa asing.
Argumentasi itu didasarkan atas perjuangan panjang bangsa Indonesia
untuk merebut kemerdekaannya. Berbagai perjuangan bersenjata telah dilakukan
oleh bangsa Indonesia untuk menolak dominasi dan kekuasaan asing di wilayah
Nusantara. Sepanjang lebih dari tiga abad terjadi konflik berdarah antara penguasa
lokal Nusantara dengan pihak asing. Konflik terjadi karena penguasa lokal

13
Nusantara menolak dominasi dan kekuasaan asing di wilayah Nusantara. Pada sisi
lainnya, pihak asing mencoba memaksakan kehendaknya untuk mendapatkan
kekayaan alam dan tenaga kerja bangsa Indonesia. Konflik semacam itu terjadi
semenjak kedatangan Barat di Nusantara, mulai dari ujung barat sampai ujung timur
Indonesia. Semuanya itu menunjukkan perjuangan dan upaya bangsa Indonesia
untuk melepaskan diri dari belenggu penjajahan dan upaya untuk menempatkan
dirinya sejajar dengan bangsa lain.
Artikel ini membahas persoalan arti Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus
1945 bagi Bangsa Indonesia, terutama dari keabsahannya dari segi hukum. Oleh
karena itu, permasalahan yang hendak dikemukakan dalam artikel ini adalah
bagaimana hubungan fungsional antara Proklamasi 17 Agustus 1945 dan
keabsahannya dari segi hukum positif. Persoalan keabsahan Proklamasi 17 Agustus
1945 sangat penting berkaitan dengan perspektif hukum positif. Dalam perspektif
tersebut sebuah persoalan harus mempunyai dasar hukum yang benar, karena segala
sesuatunya dapat dianggap tidak sah atau illegal jika tidak mempunyai dasar
hukum. Untuk menjawab pertanyaan itu, maka akan dijawab terlebih dahulu latar
belakang munculnya Prokalamasi 17 Agustus 1945, sehingga dapat dijadikan
landasan untuk menjawab pertanyaan tersebut.
Oleh karena itu, permasalahan yang dikemukakan dalam makalah ini adalah
bagaimana hubungan fungsional antara Proklamasi 17 Agustus 1945 dan
keabsahannya dari segi hukum postif. Persoalan keabsahan Proklamasi 17 Agustus
1945 sangat penting berkaitan dengan perspektif hukum positif. Dalam perspektif
tersebut sebuah persoalan harus mempunyai dasar hukum yang benar, karena segala
sesuatunya dapat dianggap tidak sah atau illegal jika tidak mempunyai dasar
hukum.

14
PERAN IDEOLOGI PANCASILA DALAM PERKEMBANGAN
KONSTITUSI DAN SISTEM HUKUM DINDONESIA
Sutrisno
Universitas Muhammadiyah Ponorogo
sutrisno.afiq@gmail.com
ABSTRAK
Ideologi pancasila menjadi sumber dari segala sumber ketatanegaraan yang
dijadikan rujukan dalam membangun negara Indonesia. Pancasila memiliki peran
penting dalam mewujudkan sistem hukum dan konstitusi Indonesia yang lebih baik
dengan penerapan nilai-nilai yang terkandung pada Pancasila. Pacasila yang
memuat pokok-pokok pikiran bangsa Indonesia akan terus berkembang seiring
dengan perkambangan kondisi sosial kemasyarakatan di Indonesia. Dasar negara
pancasila yang memuat nilai-nilai dasar kehidupan bangsa Indonesia harus terus
dibangun dalam konstitusi dan sistem hukum guna mewujudkan tujuan nasional
bangsa Indonesia. Dengan demikian yang menjadi persoalan adalah nilai-nilai dasar
apa yang dikembangkan dalam konstitusi dan sistem hukum Indonesia.

PENDAHULUAN
Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia tentu mengalami
berbagai kendala dari waktu ke waktu. Ideologi pancasila yang digunakan sebagai
dasar hukum Negara Indonesia tentu membutuhkan proses yang sangat luar biasa.
Perumusan pancasila memang merupakan anugrah dari Allah SWT pada bangsa
Indonesia dalam memperjuangkan kemerdekaan. Ideologi pancasila telah ada
dalam segala bentuk kehidupan rakyat Indonesia yang tentu bisa diterapkan dalam
kehidupan sehari-hari.
Nilai-nilai dasar ideologi pancasila di era reformasi saat ini tentu bukan
menjadi hal yang mudah untuk diterapkan dalam kehidupan masyarakat. Tentu hal
ini dapat dipengaruhi dari beberapa faktor baik itu dari internal pribadi yang
memuat kondisi lingkungan sosial kemasyarakatan, maupuan lingkungan external
pribadi berupa sistem ketatanegaraan yang berlaku pada saat ini. sistem
ketatanegaraan berkembang seiringan dengan perkembangan negara tersebut dari
tahun ke tahun yang juga berdampak pada tingkat kemampuan warga negara untuk
berpartisipasi dalam mejalankan hak dan kewajibannya.
Perkembangan konstitusi dan sistem hukum di Indonesia juga diperngaruhi
oleh beberapa faktor khususnya pola pikir warga negara dalam
mengimplementasikan nilai-nilai dasar pacasila sebagai pedoman hidup berbangsa
dan bernegara. semakin banyak warga negara yang tidak paham akan nilai-nilai
tersebut tentu juga berdampak pada perkembangan konstitusi dan sistem hukum.

15
melihat perkembangan sistem hukum dan konstitusi di Indonesia sejak reformasi
tahun 1999 tentu mengalami empat kali amandeman UUD 1945. Terjadi perbedaan
karakteristik peraturan perundang-udangan dari masa ke masa. Akan tetapi
pancasila tetap menjadi pegangan penting dalam perubahan-perubahan tersebut,
karena pacasila merupakan kesepakatan bersama penyangga konstitusionalisme.
Asalkan pembukaan UUD 1945 tidak dirubah maka juga tidak akan merupakah
dasar-dasar filosofis pembangunan Indonesia. (Dani Pinasang: 2012)
Dengan demikian peran ideologi pancasila dalam perkembangan sistem
hukum dan konstitusi di Indonesia tentu menjadi hal penting dalam mewujudkan
negara Indonesia yang berkemajuan yakni mempu menyelanggarakan
ketatanegaraan dengan berlandaskan nilai-nilai dasar negara Pancasila. Tulisan ini
mencoba untuk menawarkan gagasan untuk megaktualisasikan konsep nilai-nilai
Ideologi pancasila yang dikembangkan, sehingga akan terwujud cita-cita dan tujuan
nasional bangsa Indonesia.

16
PERKEMBANGAN KONSTITUSI DI INDONESIA
M. Agus Santoso
Fakultas Hukum Universitas Widya Gama Mahakam Samarinda
E-mail: santosoagus753@yahoo.co.id

ABSTRAK
Penelitian ini membahas tentang perkembangan konstitusi di Indonesia
yang telah ditetapkan sejak tanggal 18 Agustus 1945. Pendekatan yang digunakan
adalah yuridis normatif, sedangkan sumber datanya berupa data sekunder,
analisisnya menggunakan diskriptif kualitatif. Hasil yang diperoleh menunjukkan
bahwa konstitusi di Indonesia telah mengalami perubahan beberapa kali,
diantaranya adalah UUD 1945, UUD RIS, UUDS 1950 dan kembali lagi ke UUD
1945 hingga mengalami perubahan sampai ke 4 (empat) kalinya dan berlaku hingga
saat ini. Perubahan konstitusi di Indonesia disebabkan oleh faktor eksternal dan
faktor internal serta dipengaruhi oleh kondisi politik hukum yang ada kemudian
berdampak pula pada berubahnya sistem ketatanegaraan di Indoensia.

PENDAHULUAN
Pada suatu negara di dunia pasti mempunyai konstitusi, karena konstitusi
merupakan salah satu syarat penting untuk mendirikan dan membangun suatu
negara yang merdeka, oleh karenanya begitu pentingnya konstitusi itu dalam suatu
negara. Konstitusi merupakan suatu kerangka kehidupan politik yang
sesungguhnya telah dibangun pertama kali peradaban dunia dimulai, karena hampir
semua negara menghendaki kehidupan bernegara yang konstitusional, adapun ciri-
ciri pemerintahan yang konstitusional diantaranya memperluas partisipasi politik,
memberi kekuasaan legislatif pada rakyat, menolak pemerintahan otoriter dan
sebagainya (Adnan Buyung Nasution, 1995 : 16).
Dalam catatan sejarah mengenai timbulnya negara yang konstitusional
merupakan proses panjang dan selalu menarik untuk dikaji dalam membangun
sebuah pemerintahan yang konstitusional. Dimulai sejak jaman Yunani
yaitu masa Aristoteles yang telah berhasil mengumpulkan begitu banyak konstitusi
dari berbagai negara. Pada mulanya konstitusi itu dipahami sebagai kumpulan
peraturan serta adat kebiasaan semata-mata pada suatu peradaban, kemudian
memperoleh tambahan arti sebagai suatu perkumpulan ketentuan serta peraturan
yang dibuat oleh para Kaisar.
Selain sebagai peraturan yang dibuat oleh Kaisar, di dalam konstitusi juga
termasuk memuat pernyataan-prnyataan atau pendapat dari para ahli
hukum/negarawan, serta adat kebiasaan peradaban setempat, termasuk di dalamnya
adalah undang-undang. Pada masa peradaban Roma konstitusi mempunyai

17
pengaruh begitu besar sampai pada abat pertengahan, sehingga tercetuslah inspirasi
kehidupan demokrasi perwakilan yang cukup kuat hingga melahirkan paham
demokrasi perwakilan dan nasionalisme, dari sinilah sebagai cikal bakal munculnya
paham konstitusionalisme modern dalam sebuah negara. Dalam mendirikan sebuah
negara sedikitnya diperlukan unsur-unsur sebagai berikut :
1. Adanya wilayah tertentu;
2. Rakyat; dan
3. Pemerintahan yang diakui (Muh. Kusnardi & Bintan Saragih, 1985 : 91).
Wilayah adalah batas suatu negara meliputi darat laut dan udara, rakyat adalah
sekumpulan manusia yang hidup di suatu tempat yang dilawankan dengan
makhluk-makhluk lain yang hidup di dunia (Muh. Kusnardi & Bintan Saragih, 1985
: 93). sedangkan pemarintah adalah merupakan alat bagi negara dalam
menyelenggarakan segala kepentingan rakyatnya, dan merupakan alat juga dalam
mewujudkan tujuan yang sudah ditetapkan (Muh.Kusnardi & Bintan Saragih, 1985
: 97). Sebagai alat maka pemerintahan harus mempunyai batasan-batasan yang
ditetapkan secara permanen yang disebut konstitusi, sebagai ukuran untuk
mempelajari hukum suatu negara.

18
JOURNAL INTERNATIONAL

PROCLAMATION, AUGUST 17, 1945


Haryono Rinardi
Department of History, Faculty of Cultural Sciences
Diponegoro University

ABSTRACT
This simple article discusses the question of the importance of the
Proclamation of Independence on August 17, 1945 for the Indonesian people,
especially based on its legal validity. To answer the legal issues that accompany the
RI Proclamation of Independence event, it is necessary to first reveal the
background of the event so that it can be used as a basis for answering the question.
This study emphasizes the use of literature as the main method for examining
problems. Therefore, based on this review, this article formulates that the idea of
formal Indonesian independence was obtained through a long process of struggle,
not a 'gift' for the practice of colonialism that took place at that time.

PRELIMINARY
One of the important chapters in the history of the Indonesian people was
the Proclamation of Independence on August 17, 1945. The event became an
important milestone for the Indonesian people, because with the proclamation the
Indonesian people declared their independence so that they were equal with other
nations in the world. The incident on Friday August 17, 1945 was not a single stand-
alone, but it was the culmination of a series of events that had occurred before.
Proclamation by some people is considered as the culmination of the long struggle
of the Indonesian nation in achieving its independence. With such a perspective, it
would make sense if the Proclamation of August 17, 1945 was part of a long series
of struggles of the Indonesian people in achieving their independence. That is
because Indonesia's independence was not obtained as a gift from other nations.
Indonesia's independence through the Proclamation of August 17, 1945 was the
result of the long struggle of the Indonesian people to demand independence from
the shackles of foreign colonial rule.

19
THE ROLE OF PANCASILA IDEOLOGY IN THE DEVELOPMENT OF THE
INDONESIAN CONSTITUTION AND LAW SYSTEM
Sutrisno
Muhammadiyah University Ponorogo
sutrisno.afiq@gmail.com

ABSTRACT
Pancasila ideology is the source of all sources of state administration which
are used as a reference in developing the Indonesian state. Pancasila has an
important role in realizing a better Indonesian legal and constitutional system by
applying the values contained in Pancasila. Pacasila which contains the main ideas
of the Indonesian people will continue to develop along with the mining of social
conditions in Indonesia. The foundation of the Pancasila state which contains the
basic values of the life of the Indonesian people must continue to be built into the
constitution and legal system to realize the national goals of the Indonesian people.
Thus the problem is what basic values are developed in the Indonesian constitution
and legal system.

PRELIMINARY
Pancasila as the view of life of the Indonesian nation naturally experiences
various obstacles from time to time. Pancasila ideology which is used as the basis
of the law of the State of Indonesia certainly requires a very extraordinary process.
The formulation of Pancasila is indeed a gift from Allah SWT to the Indonesian
people in fighting for independence. Pancasila ideology has existed in all forms of
Indonesian people's lives which certainly can be applied in everyday life.
The basic values of the Pancasila ideology in the current reform era are
certainly not easy things to apply to people's lives. Of course this can be influenced
by a number of factors both from the internal person which includes the condition
of the social social environment, as well as the personal external environment in the
form of a constitutional system in force at the moment. the constitutional system
develops in tandem with the development of the country from year to year which
also affects the ability of citizens to participate in carrying out their rights and
obligations.

20
CONSTITUTIONAL DEVELOPMENTS IN INDONESIA
M. Agus Santoso
Faculty of Law, Widya Gama Mahakam University Samarinda
E-mail: santosoagus753@yahoo.co.id

ABSTRACT
This study discusses the development of the constitution in Indonesia which
has been established since 18 August 1945. The approach used is normative
juridical, while the data source is secondary data, the analysis uses descriptive
qualitative. The results obtained indicate that the constitution in Indonesia has been
amended several times, including the 1945 Constitution, the RIS Constitution, the
1950 Constitution and returned to the 1945 Constitution until it has been changed
for the 4th (fourth) time and is valid until now. Changes to the constitution in
Indonesia are caused by external and internal factors and are influenced by the
political conditions of the existing law and also have an impact on changing the
constitutional system in Indonesia.

PRELIMINARY
A country in the world must have a constitution, because constitution is one
of the important conditions for establishing and building an independent state,
therefore the constitution is so important in a country. The constitution is a
framework of political life that was actually built the first time that world
civilization began, because it almost was all countries want constitutional state life,
while the characteristics of constitutional government include expanding political
participation, giving legislative power to the people, rejecting authoritarian
government and so on (Adnan Buyung Nasution, 1995: 16).
In the historical record of the emergence of a constitutional state is a long
process and it is always interesting to study in building a constitutional government.
Starting from the Greek era namely the time of Aristotle who had succeeded in
gathering so many constitutions from various countries. At first the constitution was
understood as a collection of rules and customs solely in a civilization, then gained
additional meaning as a collection of rules and regulations
made by the Emperors.

21
LEMBAR PLAGIARISME

22

Anda mungkin juga menyukai