Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH

ANTROPOLOGI, SOSIOLOGI, POLITIK, DAN


PSIKOLOGI SOSIAL

Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Konsep Dasar IPS SD 2


dosen pengampu Ayatulloh Muhammad Al-Fath, M.Pd.

Oleh :

NADIA AYU OKTABELLA (046)

NOVI HIDAYATUR ROHMAH (050)

WISNU DWI PRABOWO (071)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

STKIP PGRI PACITAN

TAHUN AJARAN 2020/2021

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, atas berkat rahmat dan
hidayah-Nya sehingga dalam pembuatan makalah ini dapat terselesaikan sebagaimana
mestinya. Shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita nabi
Muhammad SAW, kepada sahabat-sahabat beliau, dan kepada umat beliau hingga akhir
zaman.

Pertama kami mengucapkan terima kasih kepada dosen yang dengan


keikhlasannya membimbing kami sehingga kami mengetahui sedikit demi sedikit apa
yang sebelumnya kami tidak ketahui. Juga tak lupa kepada teman-teman seperjuangan
yang telah membantu kami dalam penyelesaian makalah ini.

Makalah ini kami buat sesederhana mungkin dan jika ada kesalahan dalam
penulisan makalah ini, kami berharap dan memohon saran serta kritikan dari pembaca
demi kesempurnaan makalah ini ke depannya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi kita semua.

Pacitan, 04 Oktober 2020

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar...........................................................................................................ii

Daftar Isi ....................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ...................................................................................................1

B. Rumusan Masalah ..............................................................................................1

C. Tujuan Makalah..................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN

A. Antropologi.........................................................................................................3

B. Sosiologi..............................................................................................................5

C. Politik..................................................................................................................7

D. Psikologi Sosial...................................................................................................8

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ....................................................................................................... 11

B. Saran ................................................................................................................... 11

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 12

JURNAL NASIONAL............................................................................................... 13

JOURNAL INTERNATIONAL ............................................................................... 18

LEMBAR PLAGIARISME....................................................................................... 22

iii
iv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ilmu Sosial adalah sebuah ilmu yang diharapkan memberikan pengetahuan dan
pengertian umum tentang konsep-konsep dasar yang dikembangkan untuk mengkaji
gejala-gejala sosial agar daya tanggap, persepsi , dan penalaran mahasiswa dalam
menghadapi lingkungan sosialnya dapat ditingkatkan sehingga kepekaan mahasiswa
pada lingkungan sosialnya dapat menjadi lebih besar.

Manusia dan kehidupannya selalu menarik untuk dikaji. Hal itu disebabkan
objek kajiannya adalah diri kita sendiri maupun orang-orang disekitar kita. Ilmu yang
mengkaji masalah kehidupan manusia adalah antropologi, sosiologi, politik, dan
psikologi sosial.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan antropologi dan apa saja macam-macamnya?
2. Bagaimana hubungan antara antropologi dengan sosiologi, psikologi
sosial, dan ilmu politik ?
3. Apa yang dimaksud dengan sosiologi ?
4. Apa sajakah macam-macam dan ruang lingkup sosiologi ?
5. Apa yang dimaksud dengan politik ?
6. Apa sajakah konsep dasar politik ?
7. Apa yang dimaksud dengan psikologi sosial ?
8. Apa sajakah ruang lingkup dan konsep dasar psikologi sosial ?

C. Tujuan Makalah
1. Mengetahui pengertian dari antropologi beserta macam-macam
antropologi

1
2. Memahami hubungan antara antropologi dengan sosiologi, psikologi
sosial, dan ilmu politik
3. Mengetahui pengertian dari sosiologi
4. Mengetahui macam-macam dan ruang lingkupnya sosiologi
5. Mengetahui pengertian dari politik
6. Mengetahui konsep dasar politik
7. Mengetahui pengertian dari psikologi sosial
8. Mengetahui ruang lingkup dan konsep dasar psikologi sosial

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. ANTROPOLOGI

Antropologi berasal dari kata Yunani “anthropos” yang berarti manusia atau
orang, dan “logos” yang berarti wacana. Antropologi mempelajari manusia sebagai
makhluk biologis sekaligus makhluk sosial.

Secara etimologis antropologi adalah salah satu cabang ilmu sosial yang
mempelajari tentang budaya masyarakat suatu etnis tertentu. Antropologi lahir atau
muncul berawal dari ketertarikan orang-orang Eropa yang melihat ciri-ciri fisik, adat
istiadat, budaya yang berbeda dari apa yang dikenal di Eropa.

Antropologi lebih memusatkan pada penduduk yang merupakan masyarakat


tunggal, tunggal dalam arti kesatuan masyarakat yang tinggal di daerah yang sama.

Ada beberapa definisi antropologi menurut para ahli, yaitu :

1. Menurut William A. Havilland, antropologi adalah studi tentang umat manusia,


berusaha menyusun generalisasi yang bermanfaat tentang manusia dan perilakunya serta
untuk memperoleh pengertian yang lengkap tentang keanekaragaman manusia.
2. Menurut David Hunter, antropologi adalah ilmu yang lahir dari keingintahuan
yang tidak terbatas tentang umat manusia.
3. Menurut Koentjaraningrat, antropologi adalah ilmu yang mempelajari umat
manusia pada umumnya dengan mempelajari aneka warna, bentuk fisik masyarakat,
serta kebudayaan yang dihasilkan.

Dari definisi-definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa antropologi, yaitu


sebuah ilmu yang mempelajari manusia dari segi keanekaragaman fisik serta
kebudayaan (cara-cara berperilaku, tradisi-tradisi, nilai-nilai) yang dihasilkan sehingga
setiap manusia yang satu dengan yang lainnya berbeda-beda. Dengan demikian,

3
antropologi merupakan hal yang mempelajari seluk-beluk yang terjadi dalam kehidupan
manusia.

1. Antropologi fisik. Antropologi fisik mempelajari manusia sebagai organisme


biologis yang melacak perkembangan manusia menurut evolusinya dan menyelidiki
variasi biologisnya dalam berbagai jenis (spesies). Contoh: para antropologi umumnya
memiliki anggapan bahwa nenek moyang manusia adalah sejenis kera dan monyet
karena memiliki kemiripan-kemiripan tertentu.
2. Antropologi budaya. Antropologi budaya memfokuskan perhatiannya pada
kebudayaan manusia ataupun cara hidupnya dalam masyarakat. Antropologi budaya
juga merupakan studi tentang praktik-praktik sosial, bentuk-bentuk ekspresif, dan
penggunaan bahasa, yakni makna diciptakan dan diuji sebelum digunakan oleh
masyarakat manusia.

Antropologi memiliki kedudukan, tujuan, manfaat yang unik karena bertujuan


dan bermanfaat dalam merumuskan penjelasan-penjelasan tentang perilaku manusia
yang didasarkan pada studi atas semua aspek biologis manusia dan perilakunya di
semua masyarakat.

Selain itu, antropologi bermaksud mempelajari umat manusia secara objektif,


paling tidak mendekati objektif dan sistematis. Seorang ahli antropologis dituntut harus
mampu menggunakan metode-metode yang mungkin juga digunakan oleh para ilmuwan
lain dengan mengembangkan hipotesis atau penjelasan yang dianggap benar,
menggunakan data lain untuk mengujinya, dan akhirnya menemukan suatu teori, yaitu
suatu system hipotesis yang telah teruji. Sedangkan data yang digunakan ahli
antropologi dapat berupa data dari suatu masyarakat atau studi komparatif di antara
sejumlah besar masyarakat.

Menurut Harsojo (1984: 17) dalam Rina Devianty (2019), antropologi bukan
satu-satunya cabang ilmu yang mempelajari manusia. Antropologi mempunyai tujuan
yang sama dengan ilmu sosial lainnya dalam mengkaji manusia dalam kehidupan
masyarakat.

a. Hubungan antropologi dengan sosiologi

4
Objek kajian sosiologi adalah masyarakat manusia terutama dari sudut hubungan
antar manusia dan proses-proses yang timbul dari hubungan manusia dalam masyarakat.
Dalam antropologi budaya mempelajari gambaran tentang perilaku manusia dan
konteks sosial budayanya. Jadi hubungan antropologi dengan sosiologi adalah adanya
perilaku manusia dengan proses-proses yang timbul dalam kehidupan sosial masyarakat.

b. Hubungan antropologi dengan psikologi

Psikologi pada hakikatnya mempelajari perilaku manusia dan proses-proses


mentalnya. Psikologi pun membahas faktor-faktor penyebab perilaku manusia secara
internal, seperti motivasi, minat, sikap, konsep diri, dan lain- lain. Sedangkan dalam
antropologi, khususnya antropologi budaya, lebih bersifat faktor eksternal, yaitu
lingkungan fisik, lingkungan keluarga, dan lingkungan sosial dalam arti luas. Jadi kedua
unsur itu saling berinteraksi satu sama lain yang menghasilkan suatu kebudayaan salah
satunya kebudayaan masyarakat adalah adanya perkawinan.

c. Hubungan antropologi dengan ilmu politik

Penting halnya jika seorang ahli ilmu politik harus meneliti ataupun
menganalisis kekuatan-kekuatan politik di negara-negara yang sedang berkembang agar
dapat memahami latar belakang dan adat istiadat dari suatu suku bangsa tertentu. Maka
metode analisis antropologi menjadi penting bagi seorang ahli ilmu politik untuk
mendapat pengertian tentang tingkah laku dari partai politik yang ditelitinya. Karena
antropologi mempelajari tentang manusia dari segi keanekaragaman fisik serta
kebudayaan (cara-cara berperilaku, tradisi-tradisi, nilai-nilai).

B. SOSIOLOGI

Istilah sosiologi pertama kali dikemukakan oleh Auguste Comte dalam bukunya
yang berjudul Cours de la Philosovie Positive. Menurut Comte dalam Rina Devianty
(2019), sosiologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang hubungan antara
manusia dengan manusia lainnya dalam sebuah kelompok masyarakat.

5
Menurut para ahli yaitu Max Weber sosiologi adalah ilmu yang berupa
memahami tindakan-tindakan sosial. Sedangkan menurut William Kornblum sosiologi
adalah suatu upaya ilmiah untuk mempelajari masyarakat dan perilaku sosial
anggotanya dan menjadikan masyarakat bersangkutan dalam berbagai kelompok dan
kondisi.

Menurut Durkheim pokok pembahasan sosiologi adalah fakta-fakta sosial. Yang


dimaksud dengan fakta-fakta sosial adalah pola-pola atau system yang mempengaruhi
cara manusia berpikir, bertindak, dan merasa. Fakta tersebut berada diluar individu dan
mempunyai kekuatan memaksa dan mengendalikan individu tersebut. Contoh, di
sekolah murid diwajibkan untuk datang tepat waktu, menggunakan seragam dan
bersikap hormat kepada guru. Kewajiban-kewajiban tersebut dituangkan kedalam
sebuah aturan yang memiliki sanksi tertentu jika dilanggar.

Dari contoh tersebut bisa dilihat adanya system yang mempengaruhi cara
berpikir, bertindak, dan merasa, yang bersifat memaksa dan mengendalikan si individu
(murid).

Dari beberapa pendapat ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa sosiologi adalah
ilmu yang mempelajari tentang hubungan antara manusia dengan manusia lainnya
dalam sebuah kelompok masyarakat serta proses pengaruh timbal balik antara berbagai
pelaku masyarakat.

Dasar penelitian sosiologi merupakan penggabungan data dari berbagai ilmu


pengetahuan. Jadi, ruang lingkup kajian sosiologi dapat dijadikan tiga poin, yaitu:

1. Ekonomi beserta kegiatan usahanya secara prinsipil yang berhubungan dengan


produksi, distribusi, dan pemakaian sumber-sumber kekayaan alam.
2. Persoalan sejarah, yaitu berhubungan dengan catatan kronologis, contohnya
usaha kegiatan manusia beserta prestasinya yang tercatat dan sebagainya.
3. Masalah manajemen, yaitu pihak-pihak yang membuat kajian berkaitan dengan
apa yang dialami warganya.

6
Menurut Soerjono Soekanto dalam Rina Devianty (2019), berdasarkan
kekhususan dari ruang lingkupnya sosiologi dapat dikelompokkan menjadi dua macam
cabang, yaitu sosiologi umum dan sosiologi khusus.

1. Sosiologi umum mempelajari dan menyelidiki tingkah laku manusia pada


umumnya dalam mengadakan hubungan masyarakat.
2. Sosiologi khusus mempelajari dan menyelidiki bermacam-macam sektor
kehidupan bermasyarakat dari suatu segi kehidupan tertentu.

Contoh sosiologi khusus menurut Soerjono Soekanto, yakni:

a. Sosiologi pendidikan, yaitu membahas hubungan gejala kemasyarakatan


dengan pendidikan.
b. Sosiologi perkotaan, yaitu membahas masyarakat di kota-kota.
c. Sosiologi pedesaan, yaitu membahas masyarakat di pedesaan.
d. Sosiologi hukum, yaitu membahas tingkah laku manusia dan masyarakat dalam
kaitannya dengan hukum yang berlaku.
e. Sosiologi politik, yaitu membahas masyarakat dalam hubungannya dengan
politik.
f. Sosiologi industri, yaitu membahas masyarakat dalam dunia industri.
g. Sosiologi pembangunan, yaitu membahas masyarakat di dalam pembangunan.

C. POLITIK

Secara etimologi kata “politik” masih berhubungan dengan polisi, kebijakan.


Politik adalah proses pembentukan dan pembagian kekuasaan dalam masyarakat yang
antara lain berwujud proses pembuatan keputusan, khususnya dalam Negara. Pengertian
ini merupakan upaya penggabungan antara berbagai definisi yang berbeda mengenai
hakikat politik yang dikenal dengan ilmu politik. Politik erat kaitannya dengan
penyelenggaraan pemerintahan dan Negara, yang diwujudkan dalam penentuan tujuan
dari system dan bagaimana cara mencapai tujuan tersebut.

7
Menurut teori klasik Aristoteles politik adalah usaha yang ditempuh warga
Negara untuk mewujudkan kebaikan bersama. Aristoteles (384-322 SM) dapat dianggap
sebagai orang pertama yang memperkenalkan kata politik melalui pengamatannya
tentang manusia yang ia sebut zoon politikon. Dengan istilah itu ia ingin menjelaskan
bahwa hakikat kehidupan sosial adalah politik dan interaksi antara dua orang atau lebih
sudah pasti akan melibatkan hubungan politik. Aristoteles melihat politik sebagai
kecenderungan alami dan tidak dapat dihindari manusia, misalnya ketika ia mencoba
untuk menentukan posisinya dalam masyarakat, ketika ia berusaha meraih kesejahteraan
pribadi, dan ketika ia berupaya memengaruhi orang lain agar menerima pandangannya.
Aristoteles berkesimpulan bahwa usaha memaksimalkan kemampuan individu dan
mencapai bentuk kehidupan sosial yang tinggi adalah melalui interaksi politik dengan
orang lain. Interaksi itu terjadi di dalam suatu kelembagaan yang dirancang untuk
memecahkan konflik sosial dan membentuk tujuan Negara.

Pada dasarnya ilmu politik mempelajari gejala-gejala yang teratur dalam


kehidupan masyarakat dengan memusatkan perhatian pada perjuangan manusia mencari
dan mempertahankan kekuasaan untuk mencapai tujuan.

Ada 5 dasar konsep ilmu politik, yaitu:

1. Negara
2. Kekuasaan
3. Pengambilan keputusan
4. Kebijaksanaan
5. Pembagian tugas

Sedangkan tujuan dari ilmu politik adalah untuk mengetahui dan membahas
tentang pembagian wilayah, batas Negara dan masalah yang berhubungan dengan
kekuasaan Negara.

D. PSIKOLOGI SOSIAL

8
Psikologi sosial adalah cabang dari ilmu psikologi yang berupaya untuk
memahami dan menjelaskan cara berpikir, berperasaan, dan berperilaku individu yang
dipengaruhi oleh kehadiran orang lain.

Menurut Roger (2003) dalam Soeparno dan Sandra, psikologi sosial terlahir
pada akhir abad-19 dan awal abad-20.

Mc Dougall  pada  tahun  1908  (dalam  Rogers,  2003) mendefinisikan


psikologi sosial sebagai ilmu yang mempelajari manusia secara tidak bebas, karena
lingkunganlah yang membuatnya menjadi manusia seutuhnya.

Menurut Allport (1968) psikologi sosial adalah upaya untuk memahami dan
menjelaskan bagaimana pikiran, perasaan dan perilaku individu terpengaruh oleh
kehadiran orang lain. Pengaruh tersebut dapat bersifat actual dan imajinasi.

Sedangkan menurut Shaw dan Constanzo (1970), psikologi sosial adalah ilmu
pengetahuan yang mempelajari perilaku individual sebagai fungsi stimulus-stimulus
sosial. Definisi ini lebih mementingkan hubungan timbal balik antar keduanya.

Berdasarkan beberapa definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa psikologi


sosial adalah ilmu yang berusaha memahami dan menjelaskan penyebab terjadinya
perilaku, pemikiran dan perasaan individu dalam konteks lingkungan sosial, baik fisik
maupun non-fisik.

Ruang lingkup psikologi sosial menurut Sarlito, dkk (2009) adalah sebagai
berikut :

a. Psikologi sosial mempelajari perilaku manusia, bukan perilaku hewan karena


hewan tidak mempunyai interaksi seperti yang ada pada manusia, misalnya
bahasa, norma, dan sebagainya)
b. Perilaku itu haruslah yang teramati dan dapat diukur. Bila perilaku tersebut tidak
dapat diukur dan diamati, maka perilaku tersebut harus tetap terukur dan
disimpulkan dengan kasat mata.

9
c. Menurut Sarlito, dkk (2009) psikologi sosial menghubungkan aspek-aspek
psikologi dari perilaku sosial dengan proses dan struktur kognitif yang lebih
mendasar.

Pendekatan yang bisa dilakukan dalam psikologi sosial :

1. Pendekatan biologis
Pendekatan sosial dengan pendekatan biologis diutarakan oleh Mc. Dougall dkk
tentang yang membedakan manusia dengan makhluk lainnya, yaitu :
- Naluri manusia yang sudah ada sejak lahir dan tidak dapat dirubah. Adanya
dorongan bawaan yang mengarah pada perilaku destruktif meskipun bawaan
tersebut bisa diarahkan pada perilaku yang konstruktif.

2. Pendekatan belajar
Terdapat empat mekanisme belajar sebagai perubahan perilaku :
- Asosiasi
- Law of effect, perilaku yang memuaskan akan cenderung diulangi
- Operant conditioning, teori peneguhan
- Modelling, teori imitasi

3. Pendekatan insentif
Pendekatan ini menekankan pada penggambaran karakter inpulsif dan
menekankan kerugian dan keuntungan yang diperoleh. Pendekatan ini
menggunakan teori pertukaran, pemuasan kebutuhan, dan rational decision
making theory. Rational decision making theory mengemukakan bahwa
seseorang memperhitungkan keuntungan dan kerugian berbagai tindakan
berdasarkan rasional. Teori pemuasan kebutuhan menyatakan bahwa individu
memiliki kebutuhan atau motivasi tertentu dan berperilaku sedemikian rupa
untuk mendapatkan kebutuhannya.

4. Pendekatan kognitif

10
Pendekatan ini untuk mengintrepetasikan bagaimana penyebab itu terjadi.
Contohnya dengan kognitif dissonance. Contoh : kognisi, “saya tahu saya
senang merokok”, kemudian dihadapkan dengan disonan, “saya tahu rokok
merusak kesehatan”. Dihadapkan dengan situasi disonan seperti itu maka
perubahan perilaku yang dilakukan adalah berhenti merokok atau mengurangi
merokok. Pendekatan kognitif menekankan pada kondisi situasu sekarang dan
bukan masa lalu

11
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Antropologi adalah salah satu cabang ilmu sosial yang mempelajari tentang
budaya masyarakat suatu etnis tertentu. Sosiologi adalah salah satu cabang ilmu sosial
yang mempelajari tentang hubungan antara manusia dengan manusia lainnya dalam
sebuah kelompok masyarakat. Politik adalah salah satu cabang ilmu sosial yang mana
menjelaskan suatu proses pembentukan dan pembagian kekuasaan dalam masyarakat
yang antara lain berwujud proses pembuatan keputusan, khususnya dalam Negara.
Sedangkan psikologi sosial adalah cabang dari ilmu sosial yang berupaya untuk
memahami dan menjelaskan cara berpikir, berperasaan, dan berperilaku individu yang
dipengaruhi oleh kehadiran orang lain.

B. Saran

Cabang-cabang ilmu sosial itu sangat besar peranannya dalam perkembangan


kehidupan manusia sehingga diharapkan kepada kita semua untuk selalu
mengembangkan wawasan dan memperdalam pemahaman tentang kehidupan
masyarakat yang berkaitan dengan ilmu sosial.

12
DAFTAR PUSTAKA

Sarlito, dkk (2009).PENGANTAR PSIKOLOGI SOSIAL.Jakarta:Salemba


Empat

Soeparno, Koentjoro dan Sandra Lidia (2011).


SOCIAL PSYCHOLOGY: THE PASSION   OF PSYCHOLOGY.Yogyakarta:
Fakultas Psikologi  Universitas Gadjah Mada

Devianty, Rina (2019).PENGANTAR ILMU SOSIAL.


http://repository.uinsu.ac.id/6529/1/Pengantar%20Ilmu%20sosial.pdf. Diakses tanggal
04 Oktober 2020

13
JURNAL NASIONAL

SOCIAL PSYCHOLOGY: THE PASSION   OF PSYCHOLOGY

Koentjoro Soeparno

Fakultas Psikologi  Universitas Gadjah Mada

Lidia Sandra

Fakultas Psikologi  Universitas Gadjah Mada

Abstrak: Psikologi sosial menawarkan wawasan yang amat berharga untuk kehidupan
umat manusia. Dengan mengusung pemahaman diri dan dunia sosial di sekitar kita,
terlihat jelas bagaimana peran mendasar psikologi sosial dalam ranah psikologi
(Taylor, Peplau & Sears,  2009). Psikologi sosial menjadi akar dan paradigma mendasar
ilmu psikologi, menyentuh semua aspek kehidupan manusia, bermulti interaksi dengan
semua bidang keilmuan yang lain di mana perilaku sosial manusia hadir di situ
(Koentjoro, 2005). Persoalan‐persoalan mendarah daging dalam kehidupan, seperti
kemiskinan, korupsi, cinta, daya tarik interpersonal hingga terorisme dikaji dan
dicermati dalam ranah psikologi sosial. Tulisan ini mengupas selintas, menarik benang
kontinum psikologi sosial dari awal hingga sekarang, pergulatan dan dinamikanya,
sumbangsih dan sepak terjangnya dalam membuat kehidupan yang lebih baik, melirik
prediksi ke mana psikologi sosial akan menuju. Memasuki psikologi sosial adalah
mendapatkan gairah psikologi. Suatu gairah untuk mengerti, memberikan makna dan
menyentuh perilaku demi terciptanya kehidupan yang harmonis.

Kata kunci: Psikologi Sosial, Sejarah Perkembangan Psikologi Sosial, Teori‐Teori


Psikologi Sosial, Masa Depan Psikologi Sosial

Psikologi didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari manifestasi dan ekspresi


dari jiwa/mental yakni berupa tingkah laku dan proses atau kegiatannya. Psikologi
sosial berangkat dari gagasan bahwa pengenalan tingkah laku dan proses tersebut
berlangsung pada lingkup sosial (yang dapat mempengaruhi individu) dan kemudian

14
melahirkan studi tentang proses intrapsikis dalam diri seseorang dalam kaitan
interaksinya secara interpsikis antar sesama (Nurrachman, 2005). Hal inilah yang
membuat psikologi sosial distinct sifatnya dari bidang‐bidang psikologi yang lain, yang
memfokuskan diri hanya pada variable internal individu sebagai penentu perilakunya,
seperti motivasi, kebutuhan, dan sebagainya.

Mengangkat variable stimulus sosial sebagai bidan perilaku, Shaw and Costanzo
(1982) mendefinisikan psikologi sosial sebaga ilmu pengetahua yang mempelajari
perilaku individual sebagai fungsi stimulus‐stimulus sosial. Senada dengan pendapat ini,
Sherif & Muzfer, 1956 (dalam Sarwono dan Meinarno, 2009) mendefinisikan psikologi
sosial sebagai ilmu tentang pengalaman dan perilaku individu dalam kaitannya dengan
situasi stimulus sosial.

Alport (dalam Sarwono dan Meinarno, 2009) kemudian memberikan penekanan


pada pengaruh kehadiran orang lain pada pikiran, perasaan dan perilaku individu.
Seseorang dapat disebut psikolog sosial jika dia ʺberupaya memahami, menjelaskan,
dan memprediksi bagaimana pikiran, perasaan, dan tindakan individu‐individu
dipengaruhi oleh pikiran, perasaan, dan tindakan‐tindakan orang lain yang dilihatnya,
atau bahkan hanya dibayangkannyaʺ

Interaksi kedua elemen tersebut di atas, stimulus sosial dalam hal ini lingkungan,
dan persepsi individu terhadap lingkungannya, dirumuskan sangat menarik dalam
dinamika perilaku individu oleh Kurt Lewin (dalam Koentjoro, 2005): B = f (P,E).
Perilaku (behavior) adakah fungsi dari individu (person) dan lingkungan (environment).
Mempelajari perikaku yang adalah objek dan focus psikologi tak dapat melepaskan
ataupun mengkotakkan individu dan lingkungan. Keduanya berinteraksi secara dinamis
dan berkesinambungan dalam membentuk perilaku. Lewin (dalam Nurrachman, 2005),
mengatakan bahwa kita akan memperoleh pengetahuan yang berguna tetapi tidak
lengkap bila kita hanya melihat apa yang ada di dalam diri individu sebagai jawaban.
Hal yang sama akan terjadi kalau kita hanya melihat apa yang ada dalam lingkungan
individu. Kita harus melihat apa yang ada di dalam dan di luar individu, mengakui
bahwa adalah kombinasi atau interaksi dari kedua variable inilah yang menentukan
bagaimana dan mengapa seseorang berperilaku (Krupat, 1994).

15
Pada bagian berikut tulisan ini akan melihat sejarah perkembangan psikologi
social. Ada dua perspektif dan pendekatan besar dalam psikologi sosial di awal
kelahirannya, dimulai dari subtopic “Dari  Mana?”. Kemudian kita
akan melihat metode‐metode yang digunakan dalam psikologi sosial serta melihat
secara singkat teori‐teori dalam psikologi sosial. Terakhir, kita akan meneropong
peranan dan sepak terjang psikologi sosial di masa depan. Mengangkat dua elemen yang
tak terpisahkan, individu dan lingkungan, psikologi sosial bertumbuh menjadi sains
yang bergairah dan mampu menguraikan penyebab‐penyebab perilaku dan pemikiran-
pemikiran sosial, keberadaan gay dan pelacuran, kemiskinan, kekerasan kelompok
tertentu kepada kelompok lainnya dan  masalah konflik sosial lainnya.  

Dari Mana?: Lahirnya Psikologi Sosial. Psikologi sosial terlahir pada akhir


abad‐19 dan awal abad‐20 (Rogers, 2003). Dalam perkembangan awalnya, terdapat dua
paradigma pendekatan pembelajaran psikologi sosial, yang ditunjukkan dalam gambar
berikut:   

Bagaimana psikologi sosial sangat berkaitan erat dengan sosiologi, dijelaskan


oleh Nurrachman, 2008 sebagai berikut: psikologi sosial berbagi elemen bersama
dengan sosiologi, yaitu pengakuan bahwa perilaku individu secara kritis dipengaruhi
oleh apa yang (sedang) terjadi di luar diri individu dalam lingkungannya. Sementara
sosiologi cenderung mempelajari manusia pada tingkat agregat, mengedepankan
struktur sosial dan pola organisasi sosial atau kelompok di mana individu berada,
psikologi sosial tanpa mengesampingkan faktor di atas, berfokus pada individu dan
bagaimana ia berkontribusi kepada lingkungannya, dan bagaimana hal itu juga
merupakan hasil bentukan lingkungannya.

Pendekatan yang memilah psikologi dan sosiologi, dan melihat psikologi sosial
sebagai intersection keduanya sangat kaku dan membatasi ruang gerak psikologi sosial.
Konsep ini tidak mampu membendung aspirasi psikologi sosial dalam
perkembangannnya (Koentjoro, 2005). Stephan and Stephan, 1985 (dalam Koentjoro,
2005) selanjutnya mengusulkan suatu perspektif dalam pembelajaran psikologi sosial,
yaitu perspektif psikologi dan sosiologi dalam mempelajari psikologi sosial dan
keduanya masih bernama psikologi sosial. Satu sisi lebih menekankan pada perspektif

16
psikologis, yaitu psychological social psychology dan sisi lainnya menekankan
perspektif sosiologis yaitu sociological social psychology.

Model pemahaman Stephan and Stephan ini masih membatasi ruang gerak
psikologi sosial (Koentjoro, 2005). Berdasarkan fakta bahwa psikologi sosial
bersentuhan dengan seluruh kajian cabang ilmu psikologi yang lain, serta bermulti
interaksi dengan semua bidang keilmuan yang lain, maka Koentjoro mengusulkan suatu
pemahaman psikologi sosial yang multi interaktif antara psikologi dengan ilmu yang
lain khususnya yang menyangkut masalah human social behavior, yakni kognisi sosial,
pengaruh sosial dan hubungan interpersonal. Lingkaran ini elastic sifatnya dan fleksibel.
Singgungan serta besarnya intersection antar bidang ilmu dapat bervariasi.  

Dua perspektif psikologi sosial, yaitu psikologis dan sosiologis membawa


kekayaan dan keunikan pada perkembangan pendekatan serta metode analisa psikologi
sosial. Shaw & Costanzo (1982) menyatakan bahwa sejak awal, psikologi sosial adalah
disiplin yang terbagi, sebagian cenderung memilah psikologi sosial yang psikologis dan
sebagian psikologi sosial yang sosiologis.

McDougall pada tahun 1908 (dalam Rogers, 2003) mendefinisikan psikologi


sosial sebagai ilmu yang mempelajari manusia secara tidak bebas, karena lingkunganlah
yang membuatnya menjadi manusia seutuhnya. Dalam penelitiannya yang lebih
mengarah pada perspektif psikologis, Mc.Dougal mendekati psikologi sosial dengan
orientasi experimental social psychology, melakukan analisa terhadap psikologi dengan
pendekatan ilmiah. Salah satu contoh teori terlahir dari pendekatan ini adalah social
change: perubahan masyarakat primitive ke masyarakat yang lebih beradab. Hal itu
telah memberikan sebuah penemuan bahwa manusia secara individu memang
merupakan hasil dari kemungkinan instinktif. Nampak jelas peran pengaruh teori
Darwin pada teori McDougall, bahkan ia mengklaim teori ini dengan istilah
evolutionary psychology. Di sisi lain, William James yang mempublikasikan The
Principles of  Psychology pada tahun 1907 (dalam Rogers, 2003) menyumbangkan
beberapa gagasan penting bagi psikologi sosial dari perspektif sosiologis. Pendekatan
yang digunakan adalah critical sosial psychology. Dengan memperkenalkan stream of
consciousness, ia memberikan penjelasan tentang perilaku manusia. Baginya, emosi,

17
perasaan, imaji, dan ide ada pada level yang sama, yang disebutnya sebagai
ketidaksadaran (sering disebut dengan transitivity), dan “kesadaran” menurutnya adalah
sesuatu yang disebabkan hal-hal tersebut yang kemudian menimbukan pengenalan, dan
kesadaran akan sesuatu. Hal ini kemudian dikenal dengan substantivity.  

18
JURNAL INTERNATIONAL

SOCIAL PSYCHOLOGY: THE PASSION   OF PSYCHOLOGY

Koentjoro Soeparno,

Faculty of Psychology, Gadjah Mada University

Lidia Sandra,

Faculty of Psychology, Gadjah Mada University

Abstract: Social psychology offers valuable insights into human life. By carrying out an
understanding of ourselves and the social world around us, it is clear how the
fundamental role of social psychology in the realm of psychology (Taylor, Peplau &
Sears, 2009). Social psychology is the root and fundamental paradigm of psychology,
touching all aspects of human life, multi-interaction with all other scientific fields where
human social behavior is present (Koentjoro, 2005). Deep-rooted problems in life, such
as poverty, corruption, love, interpersonal attraction to terrorism are studied and
examined in the realm of social psychology. This paper explores at a glance, draws on
the continuum of social psychology from the beginning to the present, its struggles and
dynamics, its contributions and actions in making a better life, glancing at predictions of
where social psychology will lead. Getting into social psychology is getting passionate
about psychology. A passion to understand, give meaning and touch behavior for the
creation of a harmonious life.

Keywords: Social Psychology, Developmental History of Social Psychology, Social


Psychological Theories, The Future of Social Psychology

Psychology is defined as the science that studies the manifestations and


expressions of the soul / mental, namely in the form of behavior and processes or
activities. Social psychology departs from the idea that the recognition of behavior and
these processes takes place in the social sphere (which can affect individuals) and then
gives birth to the study of intrapsychic processes in a person in terms of their

19
interpsychic interactions between people (Nurrachman, 2005). This is what makes
social psychology distinct from other fields of psychology, which focuses only on the
internal variables of an individual as a determinant of behavior, such as motivation,
needs, and so on.

Lifting social stimulus variables as behavioral midwives, Shaw and Costanzo


(1982) define social psychology as a science that studies individual behavior as a
function of social stimuli. In line with this opinion, Sherif & Muzfer, 1956 (in Sarwono
and Meinarno, 2009) defines social psychology as the science of individual experiences
and behavior in relation to social stimulus situations.

Alport (in Sarwono and Meinarno, 2009) then emphasizes the influence of the
presence of others on individual thoughts, feelings and behavior. A person can be called
a social psychologist if he "seeks to understand, explain, and predict how the thoughts,
feelings and actions of individuals are influenced by the thoughts, feelings, and actions
of others that he sees, or even just imagines"

The interaction of the two elements mentioned above, social stimuli in this case
the environment, and individual perceptions of their environment, are formulated very
interestingly in the dynamics of individual behavior by Kurt Lewin (in Koentjoro,
2005): B = f (P, E). Behavior is a function of the individual (person) and the
environment (environment). Studying my behavior, which is the object and focus of
psychology, cannot separate or compartmentalize individuals and the environment. The
two of them interact dynamically and continuously in shaping behavior. Lewin (in
Nurrachman, 2005) said that we will gain useful but incomplete knowledge if we only
see what is inside the individual as an answer. The same thing will happen if we only
look at what is in the individual environment. We must look at what is inside and
outside the individual, recognizing that it is the combination or interaction of these two
variables that determines how and why a person behaves (Krupat, 1994).

In the following section this paper will look at the history of the development of
social psychology. There are two major perspectives and approaches in social
psychology in its early birth, starting from the subtopic "From Where?". Then we will

20
look at the methods used in social psychology as well as a brief look at the theories in
social psychology. Finally, we will examine the role and behavior of social psychology
in the future. Raising two inseparable elements, the individual and the environment,
social psychology has grown into a passionate science and is able to describe the causes
of social attitudes and thoughts, the existence of gays and prostitution, poverty, certain
group violence against other groups and other social conflict problems.

From Where ?: The Birth of Social Psychology. Social psychology was born in
the late 19th and early 20th centuries (Rogers, 2003). In its early development, there
were two paradigms of social psychology learning approaches, which are shown in the
following figure:

How social psychology is closely related to sociology, explained by


Nurrachman, 2008 as follows: social psychology shares a common element with
sociology, namely the recognition that individual behavior is critically influenced by
what (is) happening outside the individual in his environment. While sociology tends to
study humans at the aggregate level, prioritizing social structures and patterns of social
organization or groups in which individuals are located, social psychology, without
neglecting the above factors, focuses on individuals and how they contribute to their
environment, and how it is also the result of the formation of their environment.

The approach that separates psychology and sociology, and sees social
psychology as an intersection, is both very rigid and limits social psychology's space.
This concept is unable to stem the aspirations of social psychology in its development
(Koentjoro, 2005). Stephan and Stephan, 1985 (in Koentjoro, 2005) then propose a
perspective in social psychology learning, namely the perspective of psychology and
sociology in studying social psychology and both are still called social psychology. One
side emphasizes more on a psychological perspective, namely psychological social
psychology and on the other hand emphasizes a sociological perspective, namely
sociological social psychology.

Stephan and Stephan's understanding model still limits the space for social
psychology to move (Koentjoro, 2005). Based on the fact that social psychology is in

21
contact with all other branch studies of psychology, as well as multiple interactions with
all other scientific fields, Koentjoro proposes a multi-interactive understanding of social
psychology between psychology and other sciences, especially those concerning the
problem of human social behavior, namely social cognition, social influence and
interpersonal relationships. This circle is elastic and flexible. The intersections and the
magnitude of the intersection between fields of study can vary.

Two social psychology perspectives, namely psychological and sociological,


bring richness and uniqueness to the development of social psychological analysis
approaches and methods. Shaw & Costanzo (1982) stated that from the start, social
psychology is a divided discipline, partly tending to sort out a social psychology which
is psychological and partly a social psychology which is sociological.

McDougall in 1908 (in Rogers, 2003) defines social psychology as the study of
humans not freely, because the environment makes them completely human. In his
research which is more towards a psychological perspective, Mc.Dougal approaches
social psychology with an experimental social psychology orientation, analyzing
psychology with a scientific approach. One example of the theory that was born from
this approach is social change: a change in primitive society to a more civilized society.
This has led to the discovery that individual humans are indeed the result of instinctive
possibility. It seems clear the role of Darwin's theory on McDougall's theory, even he
claims this theory with the term evolutionary psychology. On the other hand, William
James who published The Principles of Psychology in 1907 (in Rogers, 2003)
contributed some important ideas for social psychology from a sociological perspective.
The approach used is critical social psychology. By introducing the stream of
consciousness, he provides an explanation of human behavior. For him, emotions,
feelings, images, and ideas exist at the same level, which he calls unconsciousness
(often referred to as transitivity), and according to him, "consciousness" is something
that is caused by these things which then creates recognition and awareness of
something. This became known as substantivity.

22
23
LEMBAR PLAGIARISME

24

Anda mungkin juga menyukai