Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

“TEORI SOSIAL BELAJAR”

Disusun Oleh :

Sri Rahmiati (1716440001)

Nurwinda K. (1716440009)

Nur Amelia Amir (1716442002)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN IPA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan YME Allah SWT karena dengan
rahmat dan pertolonganNya lah tugas pembuatan makalah tentang “Teori Sosial
Belajar” ini selesai, kami juga mengucapkan terimakasih kepada semua Pihak yang
telah ikut andil dalam penyusunan makalah ini,
Kami sadari bahwa makalah yang kami buat ini masih banyak kekurangan,
jauh dari kesempurnaan, dengan demikian kami sangat mengharapkan kritik dan
saran yang sifatnya membangun demi kemajuan kami yang masih dalam tahap
pembelajaran ini.
Makalah ini saya buat untuk memenuhi tugas matakuliah kimia rumah tangga,
tentunya segala bimbingan yang diberikan oleh dosen sangat membantu dalam
penyelesaian makalah ini.
Akhir kata mudah-mudahan makalah ini sangat bermanfaat bagi kami dan
siapapun yang membaca ataupun menggunakannya, Aminn,,

Makassar, Februari 2021


Penyusun:
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Setiap kehidupan manusia mengalami perubahan-perubahan. Hal ini terjadi
karena manusia mempunyai kepentingan-kepentingan yang berbeda, dan perubahan
ini merupakan fenomena sosial yang wajar dalam kehidupan manusia baik itu
individu maupun kelompok.
Teori merupakan bentuk tertinggi dari pengetahuan. Karena tidak semua para
ahli para ahli pandai membuat dan menghasilkan teori – teori baru. Di sinilah
mengapa orang yang berhasil membuat teori sangat dihargai, karena teori
merupakan tujuan utama dari ilmu pengetahuan pada umumnya.
Hal yang paling penting yang sama-sama dimiliki oleh para teoritikus adalah
bahwa merka tidak semata-mata melukiskan kehidupan sosial atau menceritakan
sejarah perkembangan social demi kehidupan social, atau menceritakan sejarah
perkembangan social itu sendiri. mereka lebih berusaha membantu kita untuk
melihat masyarakat manusia dengan cara tertentu sehingga apa yang kita peroleh
dengan membaca karya-karya mereka tidak hanya lebih banyak informasi mengenai
kehidupan social, melainkan sesuatu yang jauh lebih penting lagi, yaitu sebuah
pemahaman yang lebih baik mengenai hakekat hubungan-hubungan sosial manusia.
Manusia adalah makhluk individual dan makhluk sosial. Sebagai makhluk
sosial, ma- nusia senantiasa berhubungan satu sama lain. Melalui interaksi tersebut
ia mengalami proses belajar, karena pada dasarnya manusia melakukan kegiatan
belajar sepanjang hidupnya. Keberhasilan proses belajar dipengaruhi oleh faktor
dari dalam dan luar dirinya. Berdasarkan teori Bandura, faktor kognitif menjadi
faktor internal dan lingkungan sebagai faktor eks- ternal dalam proses belajar untuk
memo- difikasi perilaku, dan perilaku manusia me- warnai interaksi sosial dalam
lingkunganya. Dengan demikian, manusia bukan semata-mata sebagai obyek yang
dipengaruhi lingkungan, akan tetapi juga mempengaruhi lingkungan.
Bentuk belajar sosial Albert Bandura adalah individu mengolah sendiri
pengetahuan atau informasi yang diperoleh dari pengamatan model di sekitar
lingkungan. Individu mengatur dan menyusun semua informasi dalam kode-kode
tertentu. Proses penyusunan setiap kode dilakukan berulang-ulang, sehingga
individu kapan saja dengan tepat dapat memberi tanggapan aktual. Proses belajar
seperti ini adalah sangat efektif untuk meningkatkan pertumbuhan dan
perkembangan individu, karena belajar adalah keseluruhan aktivitas manusia yang
mencakup segala proses yang saling mempengaruhi antara organisme yang hidup
dalam lingkungan sosial dan fisik.
Proses belajar mengajar dengan menerapkan cara belajar sosial, bukan
merupakan pendekatan proses belajar mengajar yang baru, melainkan sudah dikenal
dan populer, hanya saja sering terlupakan. Adapun yang dimaksud dengan
menerapkan cara belajar sosial dalam proses belajar mengajar adalah belajar dengan
yang memanfaatkan lingkungan sosial sebagai sasaran belajar, sumber belajar, dan
sarana belajar. Proses belajar mengajar tidak terbatas pada empat dinding kelas.
Guru dan siswa terlibat dalam berbagai kegiatan belajar mengajar dengan
mengembangkan pemahaman pada belajar melalui berbuat, bukan belajar melalui
membaca belaka.

B. Rumusan Masalah
1. Pengertian teori belajar sosial (social learning) menurut Albert Bandura
2. Prinsip-prinsip panduan (guiding principles) yang melatar belakangi
pembelajaran sosial atau pembelajaran observasional
3. Apa kelemahan dan Kelebihan teori belajar sosial Bandura?
4. Bagaimana implikasinya dalam pendidikan dari teori belajar sosial?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui teori belajar sosial (social learning) menurut Albert Bandura
2. Untuk mengetahui Prinsip-prinsip panduan (guiding principles) yang melatar
belakangi pembelajaran sosial atau pembelajaran observasional.
3. Untuk mengetahui Apa kelemahan dan Kelebihan teori belajar sosial Bandura?
4. Untuk mengetahui Bagaimana implikasinya dalam pendidikan dari teori belajar
sosial?
BAB II
PEMBAHASAN

A. Teori belajar sosial (social learning) menurut Albert Bandura


Teori belajar sosial disebut juga teori pemelajaran observasional,
dikembangkan oleh Albert Bandura. Bandura bukanlah seseorang behavioris
murni karena dia juga dipengaruhi oleh teori kognitivisme yang dikembangkan
oleh Jean Piaget, oleh sebab itu alirannya disebut neobehaviorism atau
behaviorisme baru. Berbeda dengan para behavioris lain, Bandura memandang
bahwa perilaku individu tidak semata-mata reflex otomatis terhadap stimulus (S-
R Bond), melainkan juga akibat dari reaksi yang timbul sebagai hasil interaksi
antara lingkungan dengan skema kognitif individu itu sendiri. Dalam hal ini
belajar sosial dan moral terjadi melalui peniruan (imitation) dan penyajian
contoh perilaku (modeling). Hati-hati untuk membedakan antara teori
pembelajaran sosial menerut bandura ini dengan teori psikologi perkembangan
sosial (social development) dari Erikson (seorang penganut aliran psikoanalisis
Freud) yang berkembang sebelumnya.
Teori Bandura ini juga masih memandnag pentingnya conditioning. melalui
pemberian rewad and punishment, seseorang individu akan berpikir dan
memutuskan perilaku sosial mana yang perlu dilaksanakan. Menurut teori ini
individu menguasai lebih banyak dari sekadar yang diperlihatkan oleh
perilakunya. Bandura menyatakan “Manusia adalah organisme yang mempunyai
kemampuan berfikir, ia dapat mengarahkan diri, dapat menghayati keadaan
orang lain, dapat menggunakan simnol-simbol dan dapat mengatur dirinya
sendiri”. Ini merupakan pandangan baru dalam aliran behaviorisme yang semula
sangat mekanitis dan hanya mengakui kekuatan lingkungan.
Melalui pembelajaran observasional yang disebut modeling atau menirukan
perilaku manusia model, Bandura mengembangkan teori pembelajaran sosial.
perilaku siswa pengamat dapat dipengaruhi oleh perilaku model dalam bentuk
akibat-akibat positif (vicarious reinforcement, atau penguatan yang seolah-olah
dialaminya sendiri) maupun dalam bentuk akibat-akibat negative (vicarious
punishment).
Menurut Bandura ketika siswa belajar mereka dapat merepresentasikan atau
mentrasformasi pengalaman mereka secara kognitif. Bandura mengembangkan
model deterministic resipkoral yang terdiri dari tiga faktor utama yaitu perilaku,
person/kognitif dan lingkungan. Faktor ini bisa saling berinteraksi dalam proses
pembelajaran. Faktor lingkungan mempengaruhi perilaku, perilaku
mempengaruhi lingkungan, faktor person/kognitif mempengaruhi perilaku.
Faktor person Bandura tak punya kecenderungan kognitif terutama pembawaan
personalitas dan temperamen. Faktor kognitif mencakup ekspektasi, keyakinan,
strategi pemikiran dan kecerdasan.

Gambar 1.1: Hubungan antara tingkah laku (behavioristic), person/kognitif, dan


Lingkungan belajar (Learning environment) menurut Bandura.

Teori Belajar Sosial (Social Learning) oleh Bandura menekankan bahwa kondisi
lingkungan dapat memberikan dan memelihara respon-respon tertentu pada diri
seseorang. Asumsi dasar dari teori ini yaitu sebagian besar tingkah laku individu
diperoleh dari hasil belajar melalui pengamatan atas tingkah laku yang
ditampilkan oleh individu – individu lain yang menjadi model.
Menurut Bandura (1986) mengemukakan empat komponen dalam proses belajar
meniru (modeling) melalui pengamatan, yaitu:
1. Atensi/ Memperhatikan
Sebelum melakukan peniruan terlebih dahulu, orang menaruh perhatian
terhadap model yang akan ditiru. Keinginan untuk meniru model karena model
tersebut memperlihatkan atau mempunyai sifat dan kualitas yang hebat, yang
berhasilk, anggun, berkuasa dan sifat-sifat lain. Dalam hubungan ini Bandura
memberikan contoh mengenai pengaruh televisi dengan model-modelnya terhadap
kehidupan dalam masyarakat, terutama dalam dunia anak-anak. Keinginan
memperhatikan dipengaruhi oleh kebutuhan-kebutuhan dan minat-minat pribadi.
Semakin ada hubungannya dengan kebutuhan dan minatnya, semakin mudah
tertarik perhatiannya; sebaliknya tidak adanya kebutuhan dan minat, menyebabkan
seseorang tidak tertarik perhatiannya.
2. Retensi/ Mengingat
Setelah memperhatikan dan mengamati suatu model, maka pada saat lain
anak memperlihatkan tingkah laku yang sama dengan model tersebut. Anak
melakukan proses retensi atau mengingat dengan menyimpan memori mengenai
model yang dia lihat dalam bentuk simbol-simbol. Bandura mengemukakan
kedekatan dalam rangsang sebagai faktor terjadinya asosiasi antara rangsang
yang satu dengan rangsang yang lain bersama-sama. Timbulnya satu ingatan
karena ada rangsang yang menarik ingatan lain untuk disadari karena kualitas
rangsang-rangsang tersebut kira-kira sama atau hampir sama dan ada hubungan
yang dekat.
Bentuk simbol-simbol yang diingat ini tidak hanya diperoleh berdasarkan
pengamatan visual, melainkan juga melalui verbalisasi. Ada simbol-simbol
verbal yang nantinya bisa dtampilkan dalam tingkah laku yang berwujud. Pada
anak-anak yang kekayaan verbalnya masih terbatas, maka kemampuan meniru
hanya terbatas pada kemampuan mensimbolisasikan melalui pengamatan visual.
3. Memproduksi gerak motorik
Supaya bisa mereproduksikan tingkah laku secara tepat, seseorang harus sudah
bisa memperlihatkan kemampuan –kemampuan motorik. Kemampuan motorik ini
juga meliputi kekuatan fisik. Misalnya seorang anak mengamati ayahnya
mencangkul di ladang. Agar anak ini dapat meniru apa yang dilakukan ayahnya,
anak ini harus sudah cukup kuat untuk mengangkat cangkul dan melakukan gerak
terarah seperti ayahnya.
4. Ulangan – penguatan dan motivasi
Setelah seseorang melakukan pengamatan terhadap suatu model, ia akan
mengingatnya. Diperlihatkan atau tidaknya hasil pengamatan dalam tingkah laku
yang nyata, bergantung pada kemauan atau motivasi yang ada. Apabila motivasi
kuat untuk memperlihatkannya, misalnya karena ada hadiah atau keuntungan, maka
ia akan melakukan hal itu, begitu juga sebaliknya. Mengulang suatu perbuatan
untuk memperkuat perbuatan yang sudah ada, agar tidak hilang, disebut ulangan –
penguatan.Dalam tumbuh kembang anak, teori ini sangat berguna sebagai bentuk
acuan pembelajaran yang tepat untuk anak. Orang tua, guru, atau pihak-pihak lain
dapat mengoptimalkan tumbuh kembang anak dengan menerapkan teori ini. mereka
dapat lebih memahami tindakan apa yang pantas atau tidak untuk ditunjukkan kepada anak
sebagai bentuk pembelajaran dan pembentukan pola tingkah laku diri.
Pembelajaran dengan mengamati paling efektif ketika subjek yang belajar
termotivasikan untuk melakukan perilaku yang dimodelkan. Meskipun pengamatan
terhadap orang lain dapat mengajarkan kita bagaimana melakukan sesuatu, tapi
mungkin kita tidak memiliki keinginan untuk melakukan tindakan yang dibutuhkan.
Reinforcement dapat memainkan beberapa peran dalam modeling.Bila
mengantisipasi bahwa kita akan diperkuat untuk meniru tindakan- tindakan seorang
model, kita mungkin akan lebih termotivasi untuk memperhatikan, mengingat dan
mereproduksi perilaku itu. Bandura mengidentifikasi tiga bentuk reinforcement
yang dapat mendorong modeling. (1) Pengamat mungkin mereproduksi perilaku
model dan menerima reinforcement langsung. (2) Akan tetapi reinforcement tidak
langsung bisa berupa vicarious reinforcement. Pengamat mungkin hanya melihat
perilaku orang lain diperkuat dan produksi perilakunya meningkat. Dan bentuk (3)
Self-reinforcement atau mengontrol reinforcement sendiri. Bentuk reinforcement ini
penting bagi guru maupun siswa.
Untuk menerapkan proses modeling kebanyakan pengamatan dimotivasi oleh
harapan bahwa modeling yang tepat terhadap orang yang ditiru akan menghasilkan
penguatan, juga penting diperhatikan bahwa orang juga belajar dengan melihat
orang lain dikuatkan atau dihukum karena terlibat dalam perilaku tertentu.
Ada lima kemungkinan hasil dari modeling, yaitu:

1. Mengarahkan perhatian. Dengan modeling orang lain, kita bukan hanya belajar
tentang berbagai tindakan, tetapi juga melihat berbagai objek terlibat dalam
tindakan-tindakan tersebut.
2. Menyempurnakan perilaku yang sudah dipelajari. Modeling menunjukkan
perilaku mana yang sudah kita pelajari digunakan.
3. Memperkuat atau memperlemah hambatan. Modeling perilaku dapat diperkuat
atau diperlemah tergantung konsekuensi yang dialami.

4. Mengajarkan perilaku baru. Jika dalam modeling berperilaku cara baru


(melakukan hal-hal baru), maka terjadi efek pemodelan.
5. Membangkitkan Emosi. Melalui modeling, orang dapat mengembangkan reaksi
emosional terhadap situasi yang pernah dialami secara pribadi.
Teori pembelajaran sosial Albert Bandura adalah pembelajaran dengan
mengamati dan bertindak. Inti mengamati adalah pemodelan, yang mencakup
pengamatan terhadap aktivitas-aktivitas yang benar, mengkodekan secara tepat
kejadian-kejadian ini untuk dipresentasikan di dalam memori, melakukan
performa aktual perilaku, dan menjadi cukup termotivasi. Pembelajaran dengan
bertindak mengizinkan seseorang untuk mencapai pola-pola baru perilaku
kompleks lewat pengalaman langsung dengan memikirkan dan mengevaluasi
konsek.uensi- konsekuensi perilaku tersebut.

B. Prinsip-prinsip panduan (guiding principles) yang melatar belakangi


pembelajaran sosial atau pembelajaran observasional.
a) Pengamat akan mencontohkan perilaku model jika model memiliki
karakteristik seperti talenta, kecerdasan, kekuatan, penampilan yang baik, atau
popularitas, yang diinginkan atau menarik perhatian siswa pengamat.
b) Pengamat akan bereaksi sesuai dengan cara model diperlakukan dan meniru
perilaku model.
c) Ada perbedaan dari perilaku yang didapat pengamat dengan perilaku yang
dilakukan pengamat. Melalui observasi, pengamat dapat menerima perilaku
tanpa harus melakukannya.
d) Atensi dan pengingatan berkaitan dengan penerimaan pembelajaran dari
perilaku model, sedangkan produksi dan motivasi akan mengontrol kinerja.
e) Perkembangan manusia merefleksikan interaksi kompleks antarpribadi,
perilaku seseorang dan lingkungannya. Hubungan antar unsur-unsur ini disebut
determinisme resiprokal, penentuan timbal-balik (reciprocal determinism).
Kecakapan kognitif seseorang, karakteristik fisik, kepribadian, kepercayaan,
dan sikap berpengaruh terhadap perilaku dan lingkungan.
C. Kelemahan dan Kelebihan teori belajar sosial Bandura
 Kelemahan Teori Belajar Sosial Albert Bandura
Teori pembelajaran sosial Bandura sangat sesuai jika di klasifikasikan dalam
teori behavioristik. Ini karena, tekhnik pemodelan Albert Bandura adalah
mengenai peniruan tingkah laku dan adakalanya cara peniruan tersebut
memerlukan pengulangan dalam mendalami sesuat yang ditiru.
Selain itu juga, jika manusia belajar atau membentuk tingkah lakunya
dengan hanya melalui peniruan (modeling), sudah pasti terdapat sebagian
individu yang menggunakan teknik peniruan ini juga akan meniru tingkah
laku yang negatif, termasuk perlakuan yang tidak diterima dalam
masyarakat.
 Kelebihan Teori Sosial Albert Bandura
Teori Albert Bandura lebih lengkap dibandingkan teori belajar sebelumnya,
karena itu menekankan bahwa lingkungan dan perilaku seseorang
dihubungkan melalui sistem kognitif orang tersebut. Bandura memandang
tingkah laku manusia bukan semata-mata reflex atas stimulus (S-R bond),
melainkan juga akibat reaksi yang timbul akibat interaksi antara lingkungan
dengan kognitif manusia itu sendiri.
Pendekatan teori belajar sosial lebih ditekankan pada perlunya
conditioning (pembiasaan merespon) dan imitation (peniruan). Selain itu
pendekatan belajar sosial menekankan pentingnya penelitian empiris dalam
mempelajari perkembangan anak-anak. Penelitian ini berfokus pada proses
yang menjelaskan perkembangan anak-anak, faktor sosial dan kognitif.
 Contoh dalam pembelajaran.
Dalam belajar matematika yang diajarkan adalah berupa konsep
sehingga guru harus dapat menghadirkan model yang menarik perhatian dan
dapat mudah diingat oleh siswa. Misalnya seorang guru akan mengajarkan
bagaimana menemukan volume dari balok. Disini dihadirkan/disediakan
balok dan kubus yang berukuran 1 satuan kubik sebagai model. Dengan
dipraktekkan oleh guru dan ditirukan oleh siswa guru memperagakan
bagaimana menentukan volume balok kemudian menentukan rumus volume
balok. Dengan demikian diharapkan siswa dapat memperhatikan model dan
menirukan bagaimana menentukan rumus volume balok, dan siswa harus
mengingatnya. Selanjutnya siswa dituntut untuk dapat mampu meniru
pemodelan tersebut. Beberapa proses ini akan lebih berhasil jika ada
motivasi yang kuat dari siswa untuk memperlajarinya.
D. Penerapan teori belajar sosial albert bandura dalam proses belajar
mengajar di sekolah
Teori belajar sosial Albert Bandura memaknai bahwa peserta didik memiliki
sifat:
1. Intensionalitas
Peserta didik adalah perencana yang bukan hanya sekedar ingin
memprediksi masa depan, tetapi intens membangun komitmen proaktif
dalam mewujudkan setiap rencana.
2. Memprediksi
Peserta didik memiliki kemampuan mengantisipasi hasil tindakan, dan
memilih perilaku mana yang dapat memberi keberhasilan dan perilaku yang
mana untuk menghindari kegagalan.
3. Reaksi diri
Peserta didik lebih daripada sekedar berencana dan merenungkan
perilaku ke depan karena manusia juga sanggup memberikan reaksi-diri
dalam proses motivasi dan meregulasi diri terhadap setiap tindakan yang
dilakukan.
4. Refleksi diri
Peserta didik adalah mahkluk yang dilengkapi dengan kemampuan
merefleksi- diri. Kemampuan manusia merefleksi-diri, membentuk
kepercayaan-diri dari manusia, bahwa manusia sanggup melakukan
tindakan-tindakan yang akan menghasilkan efek yang diinginkan.
Bandura menjelaskan bagaimana kepribadian seseorang berkembang
melalui proses pengamatan, di mana orang belajar melalui observasi atau
pengamatan terhadap perilaku orang lain terutama orang yang dianggap
mempunyai nilai lebih dari orang lainnya. Istilah yang terkenal dalam teori
belajar sosial adalah modeling (peniruan).Menurut Bandura, kebanyakan
belajar terjadi tanpa reinforcement yang nyata. Dalam penelitiannya, ternyata
orang dapat mempelajari respon baru dengan melihat respon orang lain,
bahkan belajar tetap terjadi tanpa ikut melakukan hal yang dipelajari itu, dan
model yang diamatinya juga tidak mendapat renforsemen dari
tingkahlakunya. Belajar melalui observasi jauh lebih efisien dibanding
belajar melalui pengalaman langsung. Melalui observasi orang dapat
memperoleh respon yang tidak terhingga banyaknya, yang mungkin diikuti
dengan hubungan dan penguatan.
Tingkah laku manusia dalam bentuk interaksi timbal-balik yang terus
menerus antara determinan kognitif, behavioral dan lingkungan. Manusia
menentukan/mempengaruhi tingkahlakunya dengan mengontrol lingkungan,
tetapi manusia juga dikontrol oleh kekuatan lingkungan itu. Saling-
determinis sebagai prinsip dasar untuk menganalisis fenomena psiko-sosial
di berbagai tingkat kompleksitas, dari perkembangan intrapersonal sampai
tingkah laku interpersonal serta fungsi interaktif dari organisasi dan sistem
sosial. Manusia dapat belajar melakukan sesuatu hanya dengan mengamati
dan kemudian mengulang apa yang dilihatnya. Belajar melalui observasi
tanpa ada reinforcement yang terlibat, berarti tingkah laku ditentukanoleh
antisipasi konsekuensi.
Selanjutnya, proses belajar mengajarmelalui pengamatan terhadap orang
lain atau vicarious conditioning sebagai adalah bentuk belajar secara
kontinuitas dan berinteraksi. Proses vicarious conditioning atau modeling
menjelaskan perilaku manusia dalam konteks interaksi timbal balik yang
berkesinambungan antara kognitif, perilaku dan pengaruh lingkungan.
Kontinuitas dan interaksi merupakan proses timbalbalik dan saling
mempengaruhi antara makhluk hidup dan lingkungannya dalam rangka
menunju ke kehidupan yang lebih baik. Vicarious conditioning atau
modeling adalahpengalaman kontinuitas dan interkasi dengan lingkungan
yang merangsang organisme melalui efikasi diri untuk memodifikasi
lingkungan dalam hubungan timbal balik.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Penerapan belajar sosial Albert Bandura dalam proses belajar mengajar memberi
ruang bagi suatu proses belajar yang bergerak terus-menerus. Gerak yang terus-
menerus terjadi mendorong munculnyamasalah sehingga memacu intelektual
untuk memformulasikan usulan-usulan baru untuk bertindak. Konteks
pembelajaran Pertama, mementingkan pengaruh lingkungan, mementingkan
bagian-bagian, mementingkan peranan reaksi,mengutamakan mekanisme
terbentuknya hasil belajar melalui prosedur stimulus respon. Kedua,
mementingkan peranan kemampuan yang sudah terbentuk sebelumnya,
mementingkan pembentukan kebiasaan melalui latihan dan pengulangan, hasil
belajar yang dicapai adalah munculnya perilaku yang diinginkan.
2. Proses belajar mengajar di sekolah adalah kereaktifan diri yang menghubungkan
pikiran dan tindakan. Faktor kecakapan, keyakinan, dan nilai memproses
penekanan pada penciptaan pemahaman yang menuntut aktivitas yang kreatif
dan produktif dalam konteks yang nyata. Kepribadian peserta didik berkembang
melalui proses pengamatan, di mana peserta didik belajar melalui observasi atau
pengamatan terhadap perilaku orang lain terutama pemimpin atau orang yang
dianggap mempunyai nilai lebih dari orang lainnya.
3. Pembelajaran dalam bentuk Vicarious conditioningberlangsung sebagai suatu
proses yang bergerak terus menerus dari suatu tahap ke tahapan rekonstruksi
sebagaimana problem baru mendorong inteligensi untuk memformulasikan
usulan-usulan baru untuk bertindak. Dengan prinsip, pengembangan pengalaman
akan datang melalui interaksi berbagai aktivitas (means).
B. Saran
Kami sangat berharap bagi para pembaca apabila ada kritik dan saran yang
sekiranya membangun kepada kami untuk menjadi lebih baik, kami akan sangat
berterima kasih kepada pembaca semua. Kemampuan kami tidak ada apa apanya
tanpa dukungan dan revisi dari para pembaca dan Semoga makalah ini
bermanfaat.
DAFTAR PUSTAKA

Prof. Dr. Suyono, M.Pd; Drs. Hariyanto, M.S. 2017. Belajar dan Pembelajaran. PT.
Remaja Rosdakarya Offset – Bandung.

Jess Feist, Gregory J. Feist. Theories of Pesonality. Edisi keenam. (New York: McGraw
Hill Companies, Inc, 2009). hlm.409.

Ahmadi Abu.Psikologi Belajar. (Jakarta: Rineka Cipta, 2004), hlm. 34

Noa, 2018. Penerapan teori belajar sosial albert bandura dalam proses belajar
mengajar di sekolah. Kenosis Vol.4 No.2

Tarsono, 2010. Implikasi teori belajar sosial (social learning theory) dari albert bandura
dalam bimbingan dan konseling. Jurnal Ilmiah Psikologi. Vol. III, No.1: 29-36

I Made Rustika, 2018. Efikasi Diri: Tinjauan Teori Albert Bandura. Buletin Psikologi.
Volume 20, No. 1-2, 2012: 18 – 25

Anda mungkin juga menyukai