Anda di halaman 1dari 16

“GEJALA PERKEMBANGAN UNTUK

PEMBELAJARAN ANAK “

Diajukan Guna Memnuhi Tugas Mata Kuliah Psikologi Pendidikan


Dosen Pengampu : Sakura Alwina,S.Pd., M.Pd.

Di Susun Oleh :
Kelompok 3 PTI 3F
1. Ambar Wati 2104020071
2. Annisa Aulia 2104020252

PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN TEKNIK INFORMATIKA
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
(STKIP) AL MAKSUM
2022

1
KATA PENGANTAR

Assalamu’alikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan


karunia- Nyalah kami dapat menyelesaikan tugas ini. Tugas ini disusun untuk memenuhi tugas
mata kuliah psikologi pendidikan.Tujuan dari tugas ini adalah untuk mengetetahui gejala
perkembangan untuk pembelajaran anak.Sesuai dengan tugas yang diberikan, tugas ini
berjudul“Gejala perkembangan untuk pembelajaran anak”.

Makalah ini masih jauh dari kata sempurna,oleh karena itu,kritik dan saran yang bersifat
membangun sangat kami harapkan demi sempurnakan makalah ini.

Semoga makalah ini memberikan informasi bagi teman-teman mahasiswa sekalian dan
bermanfaat untuk pengemabangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan untuk kita semua

Stabat, 01 Oktober 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................i

DAFTAR ISI....................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN................................................................................................1

1.1 Latar Belakang Masalah........................................................................................ 1

1.2 Perumusan Masalah................................................................................................2

1.3 Tujuan Penulisan....................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................3

2.1 Gejala Perkembangan............................................................................................3

2.2 Perkembangan Kongnitif .....................................................................................4


2.3 Peristiwa Gejala Perkembangan...........................................................................6
2.4. Faktor Hereditas dan Prinsip Prinsipnya..............................................................8
2.5. Cara Membina Perkembangan Anak..................................................................10

BAB III PENUTUP.......................................................................................................11

3.1 KESIMPILAN...........................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................... 12

ii
iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Perkembangan ialah perubahan-perubahan psiko-fisik sebagai hasil dari proses pematangan


fungsi-fungsi psikis dan fisik pada anak, ditunjang oleh faktor lingkungan dan proses belajar
dalam passage waktu tertentu menuju kedewasaan.

Setiap gejala perkembangan anak merupakan produk dari kerja sama dan pengaruh timbal
balik antara potensialitas hereditas dengan faktor-faktor lingkungan.

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan, yaitu:

 Faktor herediter (bawaan sejak lahir)


 Faktor lingkungan yang menguntungkan atau yang merugikan
 Kematangan fungsi-fungsi organis dan psikis
 Aktivitas anak sebagai subjek bebas yang berkemauan, kemampuan seleksi, bisa
menolak atau menyetujui serta usaha membangun diri sendiri.

Peristiwa Gejala Perkembangan Disamping gejala pertumbuhan diri seseorang maka ia juga
mengalami gejala perkembangan, dimana gejala ini tidak ditekankan pada segi materil,
melainkan pada segi fungsional. Untuk itu perkembangan dapat diartikan sebagai perubahan
kualitatif dari fungsi fungsi.

Sementara itu fungsi fungsi yang berkembang dalam aspek kejiwaan secara kualitatif
tampak dalam sifat kejiwaan sebagaimana pendapat Wasty Soemanto, diantaranya: perhatian,
pengamatan, tanggapan, ingatan fantasi, pikiran, perasaan,dan kemauan.

1
1.2. Rumusan Masalah
Dalam makalah ini akan dibahas mengenai :
 Apa itu gejala perkembangan anak?
 Apa itu perkembangan kognitif dan tahapan-tahapan perkembangan?
 Apa-apa saja peristiwa gejala perkembangan?
 Pengertian faktor hereditas dan prinsip prinsipnya?
 Bagaimana cara membina perkembangan anak?

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan sebagai berikut


 Mengetahui Penyebab gejala pertumbuhan dan perkembangan pada anak
 Untuk mengetahuiperistiwa gejala perkembangan
 Untuk mengetahui perkembangan kognitif pada anak
 Mengetahui faktor Hereditas dan prinsip-prinsipnya
 Cara membina perkembangan pada anak

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Gejala Perkembangan

Perkembangan ialah perubahan-perubahan psiko-fisik sebagai hasil dari proses pematangan


fungsi-fungsi psikis dan fisik pada anak, ditunjang oleh faktor lingkungan dan proses belajar
dalam passage waktu tertentu menuju kedewasaan.

Setiap gejala perkembangan anak merupakan produk dari kerja sama dan pengaruh timbal
balik antara potensialitas hereditas dengan faktor-faktor lingkungan.

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan, yaitu:

 Faktor herediter (bawaan sejak lahir)


 Faktor lingkungan yang menguntungkan atau yang merugikan
 Kematangan fungsi-fungsi organis dan psikis
 Aktivitas anak sebagai subjek bebas yang berkemauan, kemampuan seleksi, bisa
menolak atau menyetujui serta usaha membangun diri sendiri.

      Perkembangan tidak dapat dipisahkan dengan pertumbuhan dimana keduanya saling
mempengaruhi. Kematangan fungsijasmaniah sangat besar pengaruhnya pada perubahan fungsi
kejiwaan.

      Adapun syarat-syarat utama dalam melakukan bimbingan terhadap pertumbuhan dan
perkembangan, diantara-Nya :

 Pembinaan dilakukan dengan tanggung jawab, yakni dilakukan oleh orang tua kemudian
dilakukan guru, baru diserahkan pada formal masyarakat yang ada di sekelilingnya.
Pembinaan harus didasarkan pada sifat dasar anak dengan memahami tata cara
pendidikan dan pembinaan.
 Pembinaan harus dilengkapi dengan sarana dan fasilitas yang memadai .

3
 Pembinaan harus memiliki ketentuan. Hal ini perlu untuk menata adanya sistematika
materi yang akan dipelajari, dikuasai, dan dimiliki oleh anak.
 Pembinaan harus menjadi perlindungan terhadap jiwa anak.
 Pembinaan harus mampu menjadi satu organisasi yang integrated antara Pembina, yang
dibina, penanggung jawab serta lingkungan pembinaan.

2.2. Perkembangan Kognitif

Kognisi adalah pengertian luas mengenai berpikir dan mengamati. Kognisi membuat setiap
orang mengatur dunia keliling dengan caranya sendiri-sendiri. Seorang Eskimo akan mengatur
dunianya dengan cara yang lain daripada orang Indonesia atau orang Jepang. Kognisi
mengandung proses berpikir dan proses mengamati yang menghasilkan, memperoleh,
menyimpan dan memproduksi pengetahuan.

      Psikolog Swiss, Piaget membagi perkembangan kognisi menjadi beberapa stadium, artinya
fungsi kognitif pada umur yang berlainan dapat jelas dibedakan satu sama lain. Jadi, stadium
yang berurutan menunjukkan kemungkinan kognitif baru yang sebelumnya belum ada.

1) Stadium Sensori-Motorik (0-2 tahun)

      Piaget berpendapat bahwa dalam perkembangan kognitif selama stadium sensori motorik ini,
intelegensi anak baru nampak dalam bentuk aktivitas motorik sebagai reaksi stimulasi sensorik.
Dalam stadium ini yang penting adalah tindakan konkrit bukan tindakan imaginer atau hanya
dibayangkan saja. Selain itu, pengalaman kognitif anak didasarkan pada perlakuan panca indera.
Perkembangan kognitif tampak bila anak memiliki banyak pengalaman interaksi dengan
lingkungannya

      Tahapan kemampuan pada stadium ini yang dapat dideteksi adalah kemampuan mengenali
dan mengingat. Maka disarankan pada orang tua, pada stadium ini lebih banyak memberi
pengalaman tambahan pada anak, pengulangan pengalaman dengan mengingatkan anak.

4
2)       Stadium Pra-Operasional (2-7 tahun)

      Cara berpikir pra-operasional sangat memusat (centralized). Ia akan memusatkan


perhatiannya hanya pada satu dimensi saja dan mengabaikan dimensi-dimensi yang lain.
Beberapa kecakapan baru yang penting adalah kemajuan yang sungguh pesat dalam
pengumpulan kosa-kata. Oleh karena itu, disarankan agar orang tua lebih banyak berinteraksi
dengan kata-kata yang semakin kaya. Di samping itu, pada stadium ini, anak memiliki
kemampuan meniru dan mampu mendayagunakan imajinasinya.

3) Stadium Operasional Konkrit (7-11 tahun)

Pada stadium ini pengalaman kognitif anak berangsur dari dunia fantasi ke dunia nyata, maka
logis tidaknya satu keadaan telah menjadi pertimbangan tindakannya. Pada stadium ini
disarankan untuk membimbing kreativitas, mengembangkan keterampilan dan mendorong
keberanian yang positif pada anak.

4) Stadium Operasional Formal (mulai 11 tahun)


Pada stadium ini pengalaman kognitif anak telah kaya dengan pengalaman baik bersifat
kongkrit maupun abstrak, memberanikan diri memilah mana yang logis dan mana yang
imajinatif. Perkembangan stadium ini harus lebih banyak mendapat perhatian tentang
kendali tindakan anak. Karena stadium ini beriringan dengan fase pubertas. Psikologi
kognitif lebih mengarahkan pada adanya

keterpaduan yang mampu memberikan jembatan kepada perkembangan kognitif yaitu adanya
kerja sama antara orang tua, guru dan lingkungan.

      Dan sebagai seorang guru tentulah lebih dahulu perlu diketahui siapa si terdidik itu. Karena
hal ini akan lebih bermanfaat, lebih efektif, efisien, terarah dan hasilnya lebih memuaskan. Hal
ini dikarenakan, sebenarnya anak sejak lahir telah membawa kemampuan-kemampuannya
sendiri, yang sedikit banyak berbeda dengan yang satu dengan lainnya.

5
2.3. .Peristiwa Gejala Perkembangan

Peristiwa Gejala Perkembangan Disamping gejala pertumbuhan diri seseorang maka ia


juga mengalami gejala perkembangan, dimana gejala ini tidak ditekankan pada segi materil,
melainkan pada segi fungsional. Untuk itu perkembangan dapat diartikan sebagai perubahan
kualitatif dari fungsi fungsi.

Sementara itu fungsi fungsi yang berkembang dalam aspek kejiwaan secara kualitatif tampak
dalam sifat kejiwaan sebagaimana pendapat Wasty Soemanto, diantaranya:

a. Perhatian
Perhatian bukan merupakan fungsi, melainkan modus dari fungsi. Sementara
modus itu sendiri adalah cara berposisi dan menggerakkan. Dengan kata lain bahwa
perhatian merupakan cara menggerakkan bentuk umum dan cara bergaulnya jiwa dengan
bahan-bahan dalam medan tingkah laku.
b. Pengamatan

Pengamatan merupakan fungsi sensoris yang memungkinkan seseorang menangkap


stimuli dari dunia nyata sebagai bahan yang dapat diamati. Pengamatan sebagai suatu
fungsiprimer dari jiwa dan menjadi awal dari aktivitas intelektualnya.

c. Tanggapan
Tanggapan merupakan unsur dasar dari jiwa manusia. Selain itu, tanggapan juga
merupakan bayangan yang menjadi kesan yang dihasilkan dari pengamatan. Kesan
tersebut menjadi isi kesadaran yang dapat dikembangkan dalam hubungannya dengan
konteks pengalaman waktu sekarang serta antisipasi keadaan untuk masa yang akan
datang.
d. Ingatan
Mengingat berarti menyerap atau melekatkan pengetahuan dengan cara
pengecaman secara aktif. Ada 3 fungsi ingatan, diantaranya: mencamkan (menangkap
atau menerima kesankesan), menyimpan kesan-kesan dan mereproduksi kesankesan
tersebut.

6
e. Fantasi

Fantasi dapat didefenisikan sebagai aktivitas imajinasi untuk membentuk


tanggapan-tanggapan baru dengan pertolongan tanggapan-tanggapan lama yang telah ada
dan tanggapan baru itu tidak harus sama atau sesuai dengan benda-benda yang ada.
Dalam fantasi itu sendiri terbagi 2 yakni fantasi sengaja secara pasif (yang tidak
dikendalikan oleh pikiran dan kemauan) dan fantasi sengaja secara aktif (yang
dikendalikan oleh pikiran dan kemauan)

f. Pikiran

Pikiran diartikan sebagai kondisi letak hubungan antara bagian pengetahuan yang ada
dalam diri yang dikontrol oleh akal. Dalam hal ini akal berfungsi sebagai pengendali pikiran.
Sementara itu, pengetahuan sendiri mencakup segala konsep, gagasan, dan pengertian yang telah
dimiliki atau diperoleh manusia.

g. Perasaan

Perasaan dapat diartikan sebagai suasana psikis yang mengambil bagian pribadi dalam
situasi, dengan jalan membuka diri terhadap suatu hal yang berbeda dengan keadaan atau nilai
dalam diri. Jika berpikir itu bersifat objektif, maka perasaan itu bersifat subjektif karena
dipengaruhi oleh keadaan diri.

h. Kemauan

Kemauan disebut juga dengan kekuatan, kehendak, yang diartikan sebagai kekuatan
untuk memilih dan merealisasikan suatu tujuan. Dimana tujuan ini merupakan pilihan diantara
berbagai tujuan yang bertentangan.

Dalam prosesnya perkembangan tidak dapat dipisahkan dengan pertumbuhan dimana keduanya
saling mempengaruhi dan saling memiliki kekuatan untuk membentuk pola pertumbuhan dan
perkembangan. Kematangan fungsi jasmaniah sangat besar pengaruhnya pada perubahan fungsi
kejiwaan. Untuk itu hukum hukum perkembangan yang harus diperhatikan disini adalah sebagai
berikut:

7
a. Perkembangan adalah kualitatif

b. Perkembangan sangat dipengaruhi oleh proses dan hasil dari belajar

c. Usia ikut mempengaruhi perkembangan

d. Masing masing individu mempunyai tempo perkembangan yang berbeda beda

e. Dalam keseluruhan periode perkembangan, setiap speciesperkembangan individu mengikuti


pola umum yang sama.

f. Perkembangan dipengaruhi oleh hereditas dan lingkungan.

g. Perkembangan yang lambat dapat dipercepat.

h. Perkembangan meliputi individuasi dan integrasi. (Wasty Soemanto,1987:56).

2.4. Faktor Hereditas dan Prinsip Prinsipnya

Faktor hereditas dalam hal ini adalah sifat sifat atau ciri yang diperoleh pada seorang
anak atas dasar keturunan atau pewarisan dari generasi kegenerasi melalui sel benih. Sifat sifat
ciri pembawaan tersebut ada dari pembawaan sejak lahir, dan masih merupakan benih, yang
masih merupakan kekuatan/ potensi terpendam dalam diri seseorang. Potensi baru akan aktual
dan tumbuh serta berkembang setelah mendapatkan rangsangan rangsangan dan pengaruh dari
luar/faktor eksten.

Dalam kedudukannya pada proses pendidikan, hereditas dapat diartikan sebagai


pewarisan atau pemindahan biologis karakteristik individu dari pihak orang tuanya. Pewarisan
ini terjadi melalui proses genetis. (Wasty Soemanto,1987:78). Itulah sebabnya maka dalam dunia
pendidikan juga dibutuhkan ilmu ilmu biologi yang memang mempunyai kaitan erat dengan
psikologi pertumbuhan anak.

Pembahasan tentang hereditas sebagai sebuah gejala yang dialami oleh seorang anak tentu
akan mengarah pada proses berlangsungnya hereditas tersebut, kemudian prinsip prinsip apa
yang akan muncul dari keberlangsungan hereditas

8
A. Prinsip Prinsip ereditas

Prinsip dalam hal ini adalah aturan yang memang menjadi hukum atau bagian teori yang
menjadi pedoman bagi ilmuan atau pengguna untuk menjadikan hereditas sebagai landasan
pendidikan.

Dari beberapa penelitian tentang prinsip hereditas menurut catatan (Tadjab,1994:29) bahwa
diketemukan beberapa hal yang utama yakni:

1. Prinsip reproduksi; artinya menghasilkan atau membuat kembali. Dalam hal ini proses
penurunan sifat atau ciri hereditas tersebut melalui sel benih, kemudian cirinya dalam bentuk
nyata, maka anak harus mengulang kembali dari awal pertumbuhan dan perkembangan serta
pengalaman yang telah dialami oleh generasai pen-dahulunya.

2. Prinsip konformitas; yakni setiap jenis makhluk menurunkan jenisnya sendiri dalam hal ini
tidak akan melahirkan atau menurunkan sifat sifat atau ciri-ciri makhluk lain yang bukan
ciri/sifatnya. Prinsip ini termasuk aliran yang menolak bahwa manusia adalah keturunan dari
makhluk jenis lain.

3. Prinsip variasi; artinya setiap individu disamping mewarisi sifat atau ciri umum yang sama,
juga mewarisi sifat atau ciri yang berbeda beda. Anak yang berasal dari orang tua yang sama,
bahkan anak kembar sekalipun mempunyai sifat atau ciri yang berbeda. Adalah tidak benar bila
dua orang manusia mempunyai sifat dan ciri yang persisi sama di muka bumi ini.

4. Prinsip regresi filial; adalah sifat atau ciri yang diturunkan dari generasi kegenerasi akan
cenderung menuju kearah rata rata. Prinsip ini memberikan pengertian bahwa anak dari orang tua
yang sangat cerdas menunjukkan kecenderungan untuk menjadi kurang cerdas daripada orang
tuanya. Sebaliknya anak dari orang tua yang lemah akan cenderung menjadi lebih pintar.

9
2.5. Cara Membina Perkembangan Anak

     Cara yang paling baik dalam membina perkembangan anak membutuhkan adanya.

1. Pendidik harus bisa mengetahui kejiwaan anak didik atau periode perkembangan anak
didik sehingga dapat memberlakukan anak sebagaimana mestinya.
2. Dalam pendidikan digunakan alat pendidikan, karena tanpa adanya alat ini, pendidikan
tidak mungkin dijalankan.
3. Keteraturan, Pendidikan diberikan sedikit demi sedikit dan harus dilakukan secara
kontinu serta rutin.
4. Kesabaran dan Ketekunan
5. Harus menyadari adanya individual, dalam pendidikan pasti terdapat perbedaan individu,
baik fisik maupun psikis sehingga guru harus bisa memberikan materi pelajaran yang
dapat ditangkap oleh berbagai macam tingkat.
6. Memberikan motivasi pada anak didik. Misalnya, membimbing anak didik dalam
mengekspresikan diri dan mengusahakan untuk menghilangkan sumber-sumber
ketegangan dan ketakutan di dalam kelas.

10
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Perkembangan ialah perubahan-perubahan psiko-fisik sebagai hasil dari proses


pematangan fungsi-fungsi psikis dan fisik pada anak, ditunjang oleh faktor lingkungan dan
proses belajar dalam passage waktu tertentu menuju kedewasaan.

Kognisi mengandung proses berpikir dan proses mengamati yang menghasilkan,


memperoleh, menyimpan dan memproduksi pengetahuan. Swiss, Piaget membagi perkembangan
kognisi menjadi beberapa stadium, yaitu stadium sensori-motorik (0-2 tahun), pra-operasional
(2-7 tahun), operasional konkrit (7-11), operasional formalitas (mulai 11 tahun). Penyesuaian
kurikulum bermaksud agar kurikulum tidak dilakukan secara kaku,

Hal ini merupakan suatu Azas (pemikiran) yang memungkinkan si anak didik secara kontinu
mengikuti program pendidikan untuk mencapai perkembangan kepribadian secara optimal,
sehingga anak yang cerdas tidak merasa dihambat oleh teman yang rendah kemampuannya. Dan
anak yang rendah tidak dipaksa untuk menyesuaikan dengan teman yang tinggi kemampuannya.

11
DAFTAR PUSTAKA

Gunarsa, Singgih. Dasar dan Teori Perkembangan Anak, Jakarta :   Gunung Mulia, 1990

Monks, F.J. Psikologi Perkembangan. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press, 1996

Sujanto, Agus. Psikologi Perkembangan. Jakarta : Aksara Baru, 1988

https://text-id.123dok.com/document/dy4k1ll9q-gejala-pertumbuhan-dan-perkembangan.html

12

Anda mungkin juga menyukai