Disusun Oleh:
Nurul Azizah
NPM 2086206006
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan inklusi merupakan sebuah pendekatan yang berusaha mentransformasi sistem
pendidikan dengan meniadakan hambatan-hambatan yang dapat menghalangi setiap siswa untuk
berpartisipasi penuh dalam pendidikan. Hambatan yang ada bisa terkait dengan masalah etnik,
jenis kelamin, status sosial, kemiskinan dan lain-lain. Dengan kata lain, pendidikan inklusi adalah
pelayanan pendidikan anak berkebutuhan khusus yang dididik bersama-sama anak lainnya
(normal) untuk mengoptimalkan potensi yang dimilikinya.
Setiap warga negara memiliki hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang
bermutu. Dengan karakteristik dan kebutuhan yang tidak sama antara satu dengan yang lainnya,
bukan berarti pihak penyelenggara pendidikan boleh melakulan diskriminasi kepada mereka yang
mempunyai kebutuhan khusus. Dengan setiap keistimewaan dan kelebihan yang dimiliki tiap
anak, diharapkan pendidikan di Indonesia mampu mencerdaskan mereka dalam semua bidang,
tidak hanya cerdas dari segi pengetahuan, namun juga dari segi mental dan spiritual.
Berkaitan dengan definisi pendidikan inklusi, maka kegiatan pembelajaran yang
dilakukan di dalamnya tidak hanya terfokus pada satu hal, namun ada beberapa hal yang harus
diperhatikan sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik peserta didik. Dalam mendesain proses
pembelajaran inklusi tentunya guru terus bekerja sama dengan kepala sekolah, orang tua siswa,
maupun psikolog agar mampu memposisikan diri sehingga semua siswa bisa belajar dengan
nyaman.
Dalam pembelajaran kelas inklusi guru dituntut untuk lebih peka, kreatif, dan memiliki
beberapa keahlian khusus untuk mendidik dan mengajar peserta didiknya melalui kegiatan yang
bervariasi dan mampu membangkitkan minat dan semangat belajar siswanya. Oleh sebab itu,
dalam makalah ini akan dibahas mengenai desain pembelajaran pendidikan inklusi, penempatan
peserta didik, pola tata ruang-desain bangku, proses pembelajaran, serta prinsip-prinsip
pembelajar. Penyusun berharap, dengan adanya makalah sederhana ini bisa menambah
pengetahuan kita mengenai konsep pendidikan inklusi di Indonesia khususnya pada kegiatan
pembelajaran yang ada di dalamnya.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah desain pembelajaran pendidikan inklusi?
2. Bagaimanakah penempatan peserta didik?
3. Bagaimanakah tata ruang-desain bangku-meja?
4. Bagaimanakah proses pembelajaran dalam pendidikan inklusi?
5. Apa saja prinsip-prinsip pembelajaran dalam pendidikan inklusi?
C. Tujuan Penulisan
1. Mendeskripsikan desain pembelajaran pendidikan inklusi
2. Mendeskripsikan penempatan peserta didik dalam pendidikan inklusi
3. Mendeskripsikan tata ruang desain bangku meja
4. Menjelaskan proses pembelajaran dalam pendidikan inklusi
5. Mendeskripsikan prinsip-prinsip pembelajaran dalam pendidikan inklusi
BAB II
PEMBAHASAN
4. Formasi Lingkaran
Formasi lingkaran adalah formasi yang disusun melingkar tanpa
menggunakan meja dan kursi. Formasi ini digunakan untuk melakukan
pembelajaran dalam satu kelompok, dimana guru memiliki peran untuk
membimbing dan mengarahkan jalannya pembelajaran tersebut.
Dengan formasi lingkaran, guru bisa memposisikan diri sebagai
pembimbing yang baik dengan cara melakukan pendekatan kepada peserta
didiknya. Melalui formasi ini, guru bisa memantau bagaimana gaya belajar
siswanya dan lebih mudah untuk memberikan bimbingan belajar kepada mereka.
Dari beberapa alternatif pilihan posisi penempatan peserta didik, dapat
disimpulkan bahwa dalam setiap formasi yang ada memiliki kelebihan dan
kekurangan masing-masing, dimana penggunaannya disesuaikan dengan situasi,
kondisi, dan kebutuhan peserta didik. Dalam memposisikan anak yang memiliki
kebutuhan khusus, guru hendaknya tidak menempatkan mereka di dekat jendela
atau di samping pintu supaya tidak memecah konsentrasi belajar mereka. Begitu
juga, mereka harus ditempatkan dengan teman-teman yang lainnya agar bisa
membaur dan bersosialisasi dengan baik supaya rasa minder mereka terhadap
kekurangan yang dimiliki bisa dihilangkan.
Selain pengaturan formasi tempat duduk, dalam menciptakan lingkungan
yang nyaman, guru dan siswanya perlu melakukan kerjasama untuk mendesain
kelas mereka. Misalnya dengan menempelkan poster bertemakan pendidikan
karya anak-anak, menempelkan foto pahlawan di dinding kelas, maupun
mengajak mereka untuk menanam tanaman di teras kelas. Dengan adanya
lingkungan belajar yang nyaman, siswa akan merasa nyaman saat sedang belajar.
Selain desain (formasi) bangku, dalam kegiatan pendidikan inklusi juga
terdapat beberapa ruangan khusus diantaranya:[10]
Ruang Bimbingan Khusus
Ruang ini berada di sekolah biasa yang merupakan ruangan
khusus yang hanya digunakan untuk anak berkebutuhan khusus.
Biasanya untuk ABK tingkat sedang bagian tengah dan bawah juga
tingkat berat bagian atas akan lebih efektif dimasukkan dalam kelas ini.
Mereka belajar sepenuhnya dalam kelas ini untuk semua mata pelajaran.
Mereka berintegrasi dengan teman-temannya yang normal dalam waktu-
waktu tertentu misalnya dalam mengikuti upacara, olahraga, mengikuti
perayaan-perayaan, kesenian pergi ke kantin dan sebagainya.
Dalam beberapa hal (mata pelajaran tertentu) ABK mengikuti
kegiatan di kelas biasa bersama-sama dengan temannya yang normal.
Dalam kegiatan yang sangat menyulitkan, untuk mata pelajaran tertentu
ABK mendapat pendidikan di ruangan khusus dari guru pendidikan luar
biasa, atau tenaga lain di bawah koordinasi guru pendidikan luar biasa.
Ruang Sumber
ABK dapat pula dididik di kelas biasa dengan bantuan guru
pendidikan luar biasa pada ruang sumber. Yang dimaksud dengan ruang
sumber ialah ruang khusus yang menyediakan berbagai fasilitas untuk
mengatasi kesulitan-kesulitan belajar yang dihadapi ABK di kelas biasa.
Biasanya anak datang ke ruang sumber berdasarkan jadwal yang telah
ditentukan. Dalam ruangan ini anak tuna grahita mendapat bimbingan
dari guru pembimbing khusus untuk pelajaran-pelajaran tertentu. GPK
dari ruang sumber seyogyanya selalu berkonsultasi dengan guru kelas
atau bidang studi untuk mengembangkan program-program yang
diinginkan.
Ruang sumber merupakan ruang yang disediakan oleh sekolah
untuk memberikan pelayanan pendidikan khusus bagi anak yang
membutuhkan, terutama yang tergolong berkesulitan belajar. Di dalam
ruang tersebut terdapat ruang remedial dan berbagai media belajar.
Aktivitas di dalam ruang sumber umumnya berkonsentrasi pada upaya
memperbaiki keterampilan dasar seperti, membaca, menulis dan
berhitung. Guru sumber atau guru remedial dituntut untuk menguasai
bidang keahlian yang berkenaan dengan pendidikan bagi ABK. Guru
sumber juga dapat diharapkan sebagai pengganti guru kelas dan menjadi
konsultan bagi guru reguler. Anak belajar di ruang sumber sesuai dengan
jadwal yang telah ditentukan. Guru di ruang sumber biasanya menangani
15 sampai 20 anak tiap hari.
Ruang Konferensi Kasus
Ruang konferensi kasus adalah ruang dimana digunakan sebagai tempat
penanganan terhadap kasus atau masalah-masalah yang dialami anak
berkebutuhan khusus. Di ruang ini kasus-kasus yang dialami anak
berkebutuhan khusus ditangani oleh tenaga profesional agar kasus-kasus
tersebut dapat diatasi dan selanjutnya untuk diberi bimbingan.
Jadi, dengan adanya ketiga ruangan yang telah disebutkan diatas, siswa
berkebutuhan khusus bisa mendapatkan pelayanan lebih mengenai apa
saja yang masih mereka anggap sulit atau belum mereka dapatkan dalam
kelas inklusi. Misalnya pada ruang sumber, yakni ruangan yang
disediakan oleh sekolah untuk memberikan pelayanan pendidikan khusus
bagi anak yang membutuhkan, terutama yang tergolong berkesulitan
belajar. Di dalam ruang tersebut terdapat ruang remedial dan berbagai
media belajar.
D. Proses Pembelajaran
Dalam proses pembelajaran ada hal-hal yang harus diperhatikan, antara lain:
1. Strategi Inkuiri
A. Kesimpulan
Desain pembelajaran dirancang yang diperlukan secara
bersama-sama untuk siswa ABK dan non-ABK yang disebut desain
pembelajaran yang inklusif. Dalam pelaksanaan desain tersebut
harus memperhatikan empat aspek penting yang disarankan oleh
Sternberg & Tylor yaitu: (1) Pengaturan lingkungan fisik, (2)
Prosedur pengajaran, (3) Materi/isi pembelajaran, dan (4)
Penggunaan alat yang adaptif.
Menurut Badrudin, penempatan peserta didik yaitu kegiatan
pengelompokan peserta didik yang dilakukan menggunakan
sistem kelas. Menurut Prihatin, pengelompokan berdasarkan
karakteristik peserta didik dibagi menjadi tujuh, yaitu:
(1) Pengelompokan berdasarkan minat,
(2) Pengelompokan berdasarkan kebutuhan khusus,
(3) Pengelompokan beregu,
(4) Pengelompokan tutorial,
(5) Pengelompokan penelitian,
(6)Pengelompokan kelas utuh, dan
(7) Pengelompokan kombinasi.
Lingkungan fisik kelas yang baik adalah ruangan kelas yang
menarik, efektif, serta mendukung siswa dan guru dalam proses
pembelajaran. Kelas yang tidak ditata dengan baik akan menjadi
penghambat bagi siswa dan guru dalam proses pembelajaran. Agar
proses pembelajaran berlangsung dengan baik, guru harus menata
tempat duduk dan barang-barang yang ada di ruangan kelas
sehingga dapat mendukung dan memperlancar proses pembelajaran.
Beberapa alternatif dalam mendesain tata ruang khususnya desain
bangku dan meja yang disesuaikan dengan kebutuhan peserta didik
antara lain: (1) Formasi Kelas bentuk Huruf U, (2) Formasi Meja
Pertemuan, (3) Formasi Pengelompokan Terpisah, dan (4) Formasi
Lingkaran.
Pelaksanaan pembelajaran di sekolah inklusif yakni
berdasarkan perencanaan adalah suatu kegiatan dalam merancang
sebuah pengajaran dalam rangka mempersiapkan segala sesuatu
yang berhubungan dengan pembelajaran untuk mencapai tujuan
yang telah ditentukan. Hal yang harus diperhatikan dalam
perencanaan program pengajaran adalah kurikulum yang
merupakan seperangkat rencana dan peraturan pelaksanaan
pembelajaran yang mencangkup pengaturan tentang tujuan, isi,
proses dan evaluasi. Kurikulum yang digunakan dalam
penyelenggaraan pendidikan inklusif pada dasarnya adalah
kurikulum standar nasional yang berlaku disekolah umum. Namun,
karena keberagaman hambatan yang dialami oleh peserta didik
berkebutuhan khusus, mulai dari yang ringan sampai berat, maka
dalam implementasinya kurikulum yang sesuai dengan standar
pendididkan nasional perlu dilakukannya modifikasi sehingga
sesuai dengan kebutuhan peserta didik.
Dalam tataran praktis pembelajaran, inklusi merupakan
suatu perubahan yang dapat menguntungkan tidak hanya anak
berkebutuhan khusus akan tetapi juga anak pada umumnya dalam
kelas. Prinsip paling mendasar dalam pendidikan inklusif adalah
bagaimana agar peserta didik dapat belajar bersama, belajar untuk
dapat hidup bersama.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, penulis menyarankan kepada:
1. Guru Kelas
Mengingat pentingnya peran seorang guru di dalam kelas
inklusif, guru diharapkan mampu memahami karakteristik setiap
peserta didiknya sehingga mampu memberikan pelayanan
pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan.
2. Kepala Sekolah
Dengan adanya pendidikan inklusi, setiap anak berhak
mendapatkan pelayan pendidikan tanpa terkecuali. Oleh sebab
itu, setiap kepala sekolah diharapkan untuk bekerja sama
dengan guru dan juga wali murid untuk terus memantau
perkembangan anak didiknya. Sebagai pemegang kebijakan
sekolah diharapkan mampu memenuhi kebutuhan sarana dan
prasarana pendidikan sehingga pelayanan pendidikan yang baik
bisa diberikan.
DAFTAR RUJUKAN