Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH ANALISIS DIAGNOSTIK DALAM

PEMBELAJARAN DAN PEMBELAJARAN BERDIFERENSIASI

Disusun untuk memenuhi tugas Pengenalan Lapangan Persekolahan (PLP)

Dosen Pembimbing:
Ahmad Supena, M.A.
Ade Anggraini Kartika Devi, M.Pd.
Guru Pamong:
Bangkit Candra Maulana, S.Pd.
Disusun oleh:
Lia Nurul Fadliah (2222190032)
Kartika Sari (2222190034)
Merlina Guspita (2222190035)
Shoffan Difa Ulhaq (2222190036)
Alivia Nurul Fadhila (2222190071)
Dannia Rifda (2222190073)
Muiz Hidayatullah (2222190074)

PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
SERANG
2022
1|Page
KATA PENGANTAR

Tiada kata yang dapat kami sampaikan kecuali rasa syukur kehadirat Allah Yang
Maha Esa sehingga sampai saat ini kami diberikan kesempatan untuk dapat membuat
makalah ini, hanya karena rahmat yang diberikan-Nya kami dapat merangkai makalah ini
hingga selesai. Apapun yang kami sajikan semoga selalu bermanfaat bagi pembacanya.
Pada makalah ini, kami dapat menyampaikan analisis diagnostik dan pembelajaran
berdiferensiasi yang merupakan bagian penting kuirikulum merdeka. Dalam makalah ini
kami bahas tentang apa, bagaimana serta implementasi analisis diagnostik dan pembelajaran
berdiferensiasi.
Kami sangat menyadari makalah ini masih banyak kekurangan baik isi, maupun
teknik penulisan. Oleh sebab itu, kritik dan saran serta pendapat dari pembaca sangat kami
harapkan.

Serang, 22 September 2022


Penulis

2|Page
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR ......................................................................................................... 2

DAFTAR ISI ........................................................................................................................ 3

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................... 4

1.1 Latar Belakang ................................................................................................................ 4


1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................................... 4
1.3 Tujuan Penulisan ............................................................................................................. 5
1.4 Manfaat Penulisan........................................................................................................... 5

BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................................... 6

2.1 Pengertian dan Tujuan Asesmen Diagnotik ................................................................... 6


2.2 Asesmen Diagnotik Kognitif dan Contoh Persiapan, Pelaksanaan, & Tindak Lanjut ... 6
2.3 Asesmen Diagnotik non-Kognitif dan Contoh Persiapan, Pelaksanaan, & Tindak Lanjut
........................................................................................................................................13
2.4 Pembelajaran Berdiferensiasi .......................................................................................... 15

BAB III PENUTUP ............................................................................................................. 22

Simpulan ............................................................................................................................... 22

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................... 23

3|Page
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tuhan menciptakan makhluknya dengan dibekali kemampuan dan kelebihan
yang sangat beragam. Salah satunya adalah keberagaman cara belajar
seseorang. Dalam kurikulum merdeka, keragaman cara atau gaya belajar sangat
diperhatikan, yang menjadikan kurikulum ini cukup berbeda dengan kurikulum
sebelumnya. Pada kurikulum ini, terdapat pembelajaran berdiferensiasi yang
dapat memberikan ruang bagi keragaman pembelajaran siswa. Untuk bisa
menerapkan pembelajaran berdiferensiasi di kelas, hal yang perlu dilakukan
oleh seorang guru adalah melakukan pemetaan kebutuhan pembelajaran
berdasarkan tiga aspek yaitu: kesiapan belajar, minat belajar, dan profil belajar
murid. Hal ini mendasari pentingnya bagi guru melakukan analisis diagnostik
untuk mengetahui dan memetakan karakteristik, kompetensi, kekuatan, dan
kelemahan model belajar peserta didik sehingga pembelajaran dapat dirancang
sebaik mungkin dengan peserta didik yang beragam.
Asesmen diagnostik merupakan asesmen atau penilaian yang
dilaksanakan secara spesifik dengan tujuan untuk mengidentifikasi
karakteristik, kompetensi, kekuatan, dan kelemahan model belajar peserta
didik, semakin banyak guru mata pelajaran melakukan asesmen diagnostik
secara berkala, maka akan semakin banyak data yang didapat.
Dengan mempelajari asesmen diagnostik dalam pembelajaran dan
pembelajaran berdiferensiasi akan menambah ilmu serta pengetahuan pembaca
khususnya guru, agar dapat melaksanakan analisis diagnostik dan pembelajaran
diferensiasi dengan baik dan tepat.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan diatas, kami merumuskan
masalah-masalah yang akan dibahas dalam makalah ini, yaitu sebagai berikut:
1. Bagaimana Pengertian dan Tujuan Asesmen Diagnostik?
2. Bagaimana Asesmen Diagnostik Kognitif dan Contoh Persiapan,
Pelaksanaan, dan Tindak Lanjut?

4|Page
3. Bagaimana Asesmen Diagnostik non Kognitif dan Contoh Persiapan,
Pelaksanaan, dan Tindak Lanjut?
4. Apa dan Bagaimana Pembelajaran Berdiferensiasi?

1.3 Tujuan Penulisan


Berdasarkan rumusan-rumusan masalah yang telah dikemukakan sebelumnya,
kami menentukan tujuan dari penulisan makalah ini, yaitu sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengertian, penjelasan, dan tujuan asesmen diagnostik.
2. Untuk mengetahui asesmen diagnostik kognitif dan contoh persiapan,
pelaksanaan, dan tindak lanjutnya.
3. Untuk mengetahui asesmen diagnostik non kognitif dan contoh persiapan,
pelaksanaan, dan tindak lanjutnya.
4. Untuk mengetahui pembelajaran berdiferensiasi.

1.4 Manfaat Penulisan


Manfaat dari penulisan makalah ini yaitu untuk menambah wawasan dan
pengetahuan penulis dan pembaca, serta untuk memahami tentang apa itu
asesmen diagnostik baik kognitif ataupun non kognitif serta contoh
implementasi persiapan, pelaksanaan, dan tindak lanjutnya. Begitu juga untuk
memahami pembelajaran berdiferensiasiserta implementasinya yang nantinya
berguna ketika pembaca atau penulis sedang mengajar di kelas dalam rangka
pengenalan lapangan persekolahan (PLP).

5|Page
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian dan Tujuan Asesmen Diagnostik


a. Pengertian
Penilaian (Assesment) adalah suatu proses atau kegiatan yang sistematis dan
berkelanjutan untuk mengumpulkan informasi tentang proses dan hasil belajar
dari siswa guna mengambil keputusan berdasarkan kriteria dan pertimbangan
tertentu (Matondang dkk, 2019; Febriana, 2021). Dilihat dalam konteks yang lebih
luas, keputusan ini dapat mencakup keputusan tentang siswa (misalnya nilai yang
akan diberikan), keputusan tentang kurikulum dan program, atau keputusan
tentang kebijakan pendidikan.
Assesment merupakan istilah umum yang didefinisikan sebagai sebuah proses
yang ditempuh untuk mendapatkan informasi yang digunakan dalam rangka
membuat keputusan-keputusan mengenai para siswa, kurikulum,
programprogram, dan kebijakan pendidikan (Prijowintato, 2020; Prasasati &
Dewi, 2020).
Penilaian adalah proses memilih, mengumpulkan, dan menafsirkan informasi
untuk mengambil keputusan atau menilai kelemahan suatu produk atau program,
atau sejauh mana keberhasilan pendekatan yang dipilih dapat memecahkan
masalah dalam rangka menyempurnakan suatu tujuan (Zahro, 2015; Ananda &
Rafida, 2017; Elisa dkk, 2021).
Asesmen diagnostik bertujuan untuk mengidentifikasi kompetensi, kekuatan,
kelemahan peserta didik. Hasilnya digunakan pendidik sebagai rujukan dalam
merencanakan pembelajaran sesuai dengan kebutuhan pembelajaran peserta didik.
Dalam kondisi tertentu, informasi terkait latar belakang keluarga, kesiapan belajar,
motivasi belajar, minat peserta didik, dll, dapat dipakai sebagai bahan
pertimbangan dalam merencanakan pembelajaran.
Asesmen diagnostik merupakan asesmen yang dilakukan guru di awal
pembelajaran untuk melihat kompetensi dan memonitor perkembangan belajar
peserta didik dari aspek kognitif maupun non kognitif. Hasil Asesmen diagnosik
digunakan sebagai alat untuk memetakan kebutuhan belajar sehingga guru dapat
menentukan strategi pembelajaran yang tepat sesuai kondisi peserta didik.
Asesmen diagnostik merupakan asesmen yang dilakukan secara spesifik untuk

6|Page
mengidentifikasikan kompetensi, kekuatan, kelemahan peserta didik, sehingga
pembelajaran dapat dirancang sesuai dengan kompetensi dan kondisi peserta didik
(Kepmendikbud No.719/P/2020).
Menurut Brummitt, asesmen diagnostik ini memiliki beberapa manfaat, antara
lain yaitu to plan meaningful and efficient instruction, provide information to
individualize instruction, dan create a baseline for assessing future learning
(Brummit, 2020). Dari pendapat tersebut dapat diketahui bahwa manfaat asesmen
adalah sebagai berikut:
1. Merencakan pembelajaran yang efisien.
2. Memperoleh informasi yang lengkap tentang siswa (kelebihan dan kesulitan
belajar).
3. Merancang titik acuan tetap yang digunakan untuk tujuan perbandingan untuk
asesmen belajar lebih lanjut.

Hasil dari asesmen diagnostic dapat digunakan sebagai dasar untuk


memberikan tindak lanjut berupa pelakuan (intervensi) yang tepat dan sesuai
dengan kelemahan peserta didik. Tujuan yang paling utama dari asesmen
diagnostic yaitu mendiagnosis kemampuan dasar siswa dan mengetahui kondisi
awal siswa agar siswa agar guru dapat menyesuaikan materi pembelajaran dengan
kemampuan siswa.
Asesmen diagnostik terbagi menjadi dua, yaitu asesmen diagnostik non-
kognitif dan asesmen diagnosis kognitif. Adapun tujuan dari kedua asesmen
tersebut adalah sebagai berikut:

b. Tujuan Asesmen Diagnostik


Tujuan Asesmen Diagnostik
Non-Kognitif Kognitif
 Kesejahteraan psikologi dan sosial  Mengidentifikasi capaian
emosi siswa kompetensi siswa
 Aktivitas selama belajar di rumah  Menyesuaikan pembelajaran di
 Kondisi keluarga siswa kelas dengan kompetensi rata-rata
 Latar belakang pergaulan siswa siswa
 Gaya belajar, karakter serta minat  Memberikan kelas remidial atau
siswa pelajaran tambahan kepada siswa
yang kompetensinya dibawah rata-
rata

2.2 Asesmen Diagnostik Kognitif dan Contoh Persiapan, Pelaksanaan, dan Tindak
Lanjut
a. Pengertian Asesmen Diagnostik kognitif

7|Page
Asesmen kognitif adalah diagnosis asesmen yang dapat dilaksanakan secara
rutin, pada awal ketika guru akan memperkenalkan sebuah topik pembelajaran
baru, pada akhir ketika guru sudah selesai menjelaskan dan membahas sebuah
topik, dan waktu yang lain selama semester (Pusmenjar, 2021). Asesmen kognitif
sendiri dapat diartikan sebagai pengambilan data untuk mengetahui kemampuan
dan kesulitan secara kognitif yang dimiliki oleh individu. Asesmen dapat
berbentuk interview, tes tertulis, observasi, maupun life record. Pengukuran
kognitif dari aspek yang lebih dalam untuk melihat perkembangan bagi anak-
anak, masalah sosial, masalah emosional, problem solving, dsb. Bagi orang
dewasa dapat digunakan untuk melihat penurunan fungsi kognitif dan sebagai
media untuk menentukan diagnose.
Asesmen diagnosis kognitif bertujuan untuk mengidentifikasi capaian
kompetensi siswa, menyesuaikan pembelajaran dengan kompetensi rata-rata,
memberikan remidial bagi kelompok siswa di bawah rata-rata.
Secara ringkas asesmen diagnosis terdiri atas tiga tahapan, yaitu persiapan,
pelaksanaan, dan tindak lanjut. Meskipun terdapat dua jenis diagnosis, yaitu
kognitif dan nonkognitif, namun tahapan-tahapan tetap berlaku pada keduanya.
Tidak ada yang baku untuk masing-masing tahapan, semuanya sangat bergantung
pada aspek asesmen, jenjang sekolah, kelas siswa berada, mata pelajarannya,
sarana dan prasarana, dan sebagainya.
Tahap persiapan sangat ditentukan oleh kreativitas seorang guru untuk
menyusun instrumen diagnosis baik secara kognitif maupun nonkognitif. Tahap
pelaksanaan membutuhkan kemampuan bertanya yang baik, terutama pada
asesmen diagnosis nonkognitif yang memungkinkan guru melakukan metode
wawancara, atau dengan memberi kesempatan kepada siswa yang bercerita
mengenai hal apa saja yang menjadi kendala yang dialaminya. Tahap tindak lanjut
perlu kesungguhan seorang guru untuk betul-betul merupakan langkah terbaik
untuk membantu siswa yang beragam kesulitannya. Dalam hal ini guru bisa
berkreasi dengan kepala sekolah atau teman sejawat.
b. Pelaksanaan Asesmen Diagnosis Berkala
Kemampuan dan keterampilan siswa di dalam sebuah kelas berbeda-beda. Ada
yang lebih cepat paham dalam topik tertentu, namun ada juga yang membutuhkan
waktu lebih lama untuk memahami topik tersebut. Seorang siswa yang cepat
paham dalam satu topik, belum tentu cepat paham dalam topik lainnya.
8|Page
Asesmen diagnosis memetakan kemampuan semua siswa di kelas secara
cepat, untuk mengetahui siapa saja yang sudah paham, siapa saja yang agak
paham, dan siapa saja yang belum paham. Dengan demikian guru dapat
menyesuaikan materi pembelajaran dengan kemampuan siswa.
1. Persiapan pelaksanaan asesmen diagnosis kognitif berskala
Persiapan mencakup tiga langkah, yaitu membuat rencana pelaksanaan
asesmen, identifikasi materi asesmen, dan menyusun 10 soal sederhana.
a. Membuat Rencana Pelaksanaan Asesmen
Sebelum membuat asesmen, guru perlu menjawab beberapa pertanyaan
kunci di bawah ini:
- Untuk murid kelas berapa asesmen ini dibuat?
- Mata pelajaran atau topik mata pelajaran apa yang akan dinilai dalam
asesmen ini?
- Kapan saja asesmen ini akan diberikan untuk semua murid di kelas?
Apakah di awal tahun ajaran atau setiap bulan setelah pembelajaran
dimulai.
- Dimana asesmen akan dilakukan? Apakah di rumah atau di sekolah?
- Bagaimana cara asesmen akan dilakukan? Apabila di rumah, bagaimana
cara soal-soal disampaikan kepada orang tua/ murid? Apabila di sekolah,
apa saja yang perlu disiapkan oleh guru?
b. Identifikasi Materi Asesmen
Berdasarkan penyederhanaan kompetensi dasar yang disediakan oleh
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Pada langkah ini, guru perlu
melakukan identifikasi untuk materi asesmen, yang dapat dilakukan
dengan menjawab dua pertanyaan kunci di bawah ini :
- Topik apa saja yang perlu dipahami oleh peserta didik pada jenjang kelas
ini?
- Guru bisa melihat buku teks untuk identifikasi topik-topik yang perlu
dipahami, khususnya untuk semester yang baru akan dimulai.
- Pengetahuan dan keterampilan apa yang perlu dikuasai oleh siswa dari
jenjang kelas sebelumnya yang menjadi prasyarat dasar yang perlu
dikuasai agar dapat mengikuti pembelajaran di jenjang kelasnya sekarang?
c. Menyusun 10 Soal Sederhana

9|Page
Asesmen terdiri dari 10 soal. 8 (delapan) soal yang merupakan prasyarat
dasar yang diidentifikasi pada langkah sebelumnya dan 2 (dua) terkait
pengajaran baru. Kesepuluh soal tersebut terdiri dari:

2. Pelaksanaan Asesmen
Berikan soal asesmen untuk semua siswa di kelas, baik secara pembelajaran
Tatap Muka (PTM) maupun belajar dari Rumah / PJJ / KBM online.
3. Diagnosis dan Tindak Lanjut Asesmen
Tahap ini mencakup empat langkah:
a. Lakukan pengolahan hasil asesmen
Setelah semua murid menyelesaikan asesmen, gunakan contoh tabel di
bawah ini untuk:
- Melakukan penilaian untuk masing-masing murid, dengan memberikan
nilai 1 apabila jawaban benar, dan nilai 0 apabila jawaban salah. Jadi,
seorang murid yang bisa menjawab dengan benar 10 soal akan
mendapatkan nilai 10.
- Menghitung rata-rata kelas, dengan menambahkan nilai total semua murid,
dan membagi dengan jumlah murid yang mengikuti asesmen awal.
b. Berdasarkan hasil penilaian, bagi siswa menjadi 3 kelompok
- Siswa dengan rata-rata kelas akan diajar oleh guru kelas
- Siswa 1 semester di bawah rata-rata mendapatkan pelajaran tambahan dari
guru kelas
- Siswa 2 semester di bawah rata-rata akan dititipkan ke guru kelas di
bawah, atau dibuatkan kelompok belajar yang didampingi orang tua,
anggota keluarga, dan pendamping lainnya yang relevan.
c. Lakukan penilaian pembelajaran topik yang sudah diajarkan sebelum
memulai topik pembelajaran baru
Dengan melakukan Asesmen Diagnosis Berkala, Guru dapat
menyesuaikan pembelajaran di kelas dengan rata-rata kemampuan siswa.
Dengan demikian, landasan pengetahuan dan keterampilan dasar siswa

10 | P a g e
menjadi lebih kuat, sebelum mempelajari pengetahuan dan keterampilan
yang lebih sulit. Karenanya, sebelum memulai topik pembelajaran baru,
sebaiknya guru kembali melakukan penilaian untuk topik yang sudah
diajarkan.
d. Ulangi proses yang sama, sampai siswa mencapai tingkat kompetensi yang
diharapkan.
c. Manfaat Asesmen Diagnostik Kognitif
Hasil dari laporan asesmen kognitif yang telah diinterpretasi :
1. Untuk orang tua : Sebagai pertimbangan pemeriksaan lanjut pada anak
2. Untuk anak : Sebagai media untuk mengetahui kemampuan kognitif maupun
bakat & minat yang anak miliki
d. Contoh Persiapan, Pelaksanaan, dan Tindak Lanjut Asesmen Diagnostik
Kognitif dalam Mata Pelajaran Bahasa Indonesia
1. Cermatilah cerpen di bawah ini!
Dari kejauhan sudah terlihat ganas dan menyeramkan. Semua orang tunduk dan
takut ketika melihat dia datang. Dia adalah Raden Fatih yang agung berasal dari
Kerajaan Angin, anak dari seorang raja. Siang hari biasanya dia keliling kampung
untuk meminta pajak kepada para petani dan pedagang. Sudah banyak warga yang
terkena amukan para pengawalnya. Jika warga menolak untuk memberikan upeti.
Kejayaannya terus berlangsung hingga pada suatu hari kerajaannya diserang dan
dikalahkan oleh Kerajaan Langit. Sesaat setelah keributan terjadi Raden Fatih
yang tergulai lemas meminta pertolongan tetapi tidak satu orang pun
menolongnya.
Amanat yang terkandung dalam penggalan cerpen tersebut adalah...
A. Janganlah berperilaku seenaknya dan kejam jika menjadi raja. 8. Jangan
membiarkan seseorang yang sedang tergulai lemas.
C. Hindarilah kekerasan dan penyerangan dalam sebuah kerajaan.
D. Sebagai seorang anak raja janganlah berperilaku buruk dan kejam.
E. Hindarilah perilaku jahat dan kejam kepada kerajaan yang lainnya.
2. Cermatilah paragraf di bawah ini!
Berbagai upaya pencegahan penularan virus oleh pemerintah dan masyarakat.
Pemerintah menyiapkan bebagai protokol kesehatan yang telah diberlakukan di
antaranya adalah menyediakan tempat cuci tangan di sekitar jalan yang sering
ramai dikunjungi warga, membuat ruangan khusus penyemprotan disinfektan bagi
11 | P a g e
warga yang baru saja datang dari luar kota. Untuk mengurangi aktivitas
masyarakat, pemerintah telah memberikan banyak bantuan berupa uang dan bahan
makanan, Upaya yang dilakukan oleh masyarakat, membuatan disinfektan
rumahan menjadi salah satu cara bagi para ibu rumah tangga untuk digunakan di
rumah dan di sekitar lingkungan. Anak-anak sekolah dasar pun diberi tugas
dengan membuat sanitizer sendiri untuk mengisi tugas belajar di rumah. Sanitizer
yang dibuat anak-anak lebih bernilai ekonomis. Keadaan yang mengharuskan
semua orang melaksanakan menjaga jarak dan mengurangi aktivitas demi
memotong rantai penularan covid-19.
Dampak virus corona mengakibatkan semua orang harus berhati hati dan selalu
menjaga kesehatan. Masyarakat harus pintar memilih tempat berbelanja yang
bersih. Lebih banyak mengonsumsi makanan yang bergizi Menghindari
kerumunan dapat mengurangi risiko terinfeksi virus corona. Jika tidak terlalu
penting, sebaiknya untuk saat ini lebih baik diam di rumah. Seluruh masyarakat
harus siap meningkatkan segala upaya agar penyebaran virus corona ini bisa
diberhentikan.
Simpulan yang tepat untuk teks tersebut adalah...
3. Cermatilah cerita di bawah ini!
Perjuangan para tenaga medis dalam melayani pasien covid-19 menuai beribu
pujian dan acungan jempol, Banyak kisah duka dalam merawat pasien covid-19.
Mereka adalah pejuang di garda terdepan yang slap melayani pasien. Namun,
kerja keras mereka belum usai karena sampai sekarang para ilmuan belum
menemukan vaksin yang dapat melumpuhkan covid-19 Berada di rumah sakit
sepanjang hari dan terkadang sampai menginap di rumah sakit adalah hal yang
sudah biasa dilakukan. Dokter, perawat, dan staf rumah sakit lainnya tidak bisa
pulang ke rumah karena khawatir akan membawa bibit penyakit atau virus corona
kepada para keluarga.
Gagasan pokok yang terkandung dalam paragraf tersebut adalah....
A. Para tenaga medis dan para ilmuan masih meneliti vaksin untuk
melumpuhkan covid-19.
B. Para dokter yang memberikan jiwa dan raga untuk melaksakan kewajiban
sebagai seorang dokter dan perawat.
C. Perjuangan para tenaga medis dalam melayani pasien covid-19 yang pantang
putus asa.
12 | P a g e
D. Ketakutan para tenaga medis yang awalnya menghantul mereka lambat laun
menjadi kekuatan.
E. Dokter adalah pejuang di garda terdepan yang siap melayani pasien positif
corona.
4. Cermatilah penggalan cerita di bawah ini!
Kebiasaan mencuci tangan, menjaga jarak dan mengenakan masker harus
dilakukan pada masa ke normalan baru. Kebiasaan baru ini menjaga kita dan
orang-orang disekitar kita agar terhindar dari berbagai virus jahat khususnya
covid-19. Marilah kita mengutamakan kesehatan serta selalu memperhatikan
kebersihan diri dan lingkungan.
Koreksilah kesalahan penulisan penggalan teks tersebut berdasarkan cara
penulisan imbuhan dan preposisi!
5. Cermatilah penggalan kedua teks di bawah ini!
Penggalan teks 1
Pada hari ini Minggu, tanggal 17 Juni 2020 pada pukul 10.00 WIB. Akan ada
penyemprotan disinfektan di lingkungan Perumahan Bumi Permai, Jl. Cihanjuang
Blok C. Besok penyemprotan disinfektan akan dilakukan di blok D. Pekan depan
semoga kegiatan penyemprotan telah selesai di seluruh kompleks.
Penggalan teks 2
Untuk itu, seluruh warga kompleks Perumahan Permai diharapkan
mempersiapkan rumah tinggal masing-masing selama proses penyemprotan
berlangsung Marilah tetap membiasakan diri untuk menjaga protokol kesehatan
selama pandemi. Tetap menjaga kebersihan rumah dan lingkungan, mengenakan
masker, dan mencuci tangan.
Kedua teks pidato di atas memiliki perbedaan tujuan teks, jelaskan perbedaan
tujuan kedua teks tersebut!

2.3 Asesmen Diagnostik non Kognitif dan Contoh Persiapan, Pelaksanaan dan
Tindak Lanjut
a. Pengertian Asesmen Diagnostik non Kognitif
Asesmen jenis ini dilaksanakan di awal pembelajaran, bertujuan untuk
menggali atau mengetahui beberapa hal tentang siswa seperti kesejahteraan
psikologi dan emosional siswa, aktivitas siswa selama belajar di rumah, dan
kondisi keluarga siswa (. Asesmen yang meliputi non-kognitif perlu dilakukan
13 | P a g e
agar pembelajaran yang dilakukan sesuai dengan kondisi siswa, hasil asesmen ini
memberikan dasar kepada guru untuk menetapkan perlakukan atau strategi yang
tepat kepada masing-masing siswa.
Pada asesmen ini, keterampilan bertanya dan membuat pertanyaan berperan
sangat penting. Tahapan dalam melaksanakan asesmen diagnostik non-kognitif
adalah:
1. Persiapan, meliputi membuat rencana asesmen, identifikasi materi asesmen,
dan menyusun soal.
2. Pelaksanaan, meliputi memberikan soal untuk kegiatan tes asesmen.
3. Tindak Lanjut, meliputi pengolahan hasil asesmen dan penilaian.
b. Contoh Persiapan, Pelaksanaan dan Tindak Lanjut Asesmen Non Kognitif
dalam Mata Pelajaran Bahasa Indonesia
 Persiapan:
1. Menyiapkan alat bantu berupa gambar-gambar yang mewakili perasaan atau
emosi para siswa dan siswa diminta untuk memilih emosi yang dia rasakan
saat berada di rumah ataupun di sekolah.
2. Buatlah pertanyaan pemantik seperti:
a. Bagaimana perasaan kalian hari ini?
b. Apakah kalian di rumah belajar dengan baik?
c. Menurut kalian, bagaimana mata pelajaran Bahasa Indonesia? Apakah
menyenangkan?
3. Membuat soal sederhana yang berisi hal pribadi bagi siswa. Seperti:
1) Apa yang biasa dilakukan sepulang sekolah?
a. Membantu orang tua
b. Istirahat
c. Bermain game
2) Manakah yang lebih sering kamu lakukan di rumah?
a. Bermain game
b. Membantu orang tua
c. Belajar
3) Ada berapa ora\ng yang bisa kamu anggap teman?
a. <5 orang
b. 5-10 orang
c. >10 orang

14 | P a g e
 Pelaksanaan:
1. Ketika memasuki pembelajaran sastra seperti puisi, cerpen, novel, dan lain
sebagainya, siswa diminta untuk membuat karya tulis sastra yang sedang
dipelajari dengan tema yang berhubungan dengan keluarga, sekolah, perasaan
pribadi siswa, atau hal lainnya yang menyangkut pribadi siswa.
2. Ketika memasuki pembelajaran teks, terutama teks narasi, siswa diminta untuk
membuat teks dengan tema perasaan siswa, kegiatan di rumah, kejadian yang
berkesan, atau hal lain sebagainya yang menyangkut pribadi siswa.
 Tindak Lanjut
1. Menganalisis dan mendata siswa dengan emosi yang tidak stabil atau negatif
berdasarkan raut wajah, jawaban, atau tulisan (karya sastra atau teks) yang ia
buat.
2. Ajak berdiskusi dengannya di luar kelas secara empat mata.
3. Bila diperlukan, hubungi orang tua atau wali siswa. Bisa juga dengan
mendatangi rumahnya
4. Mengulangi pelaksanaan asesmen diagnostik non-kognitif pada awal
pembelajaran dan bandingkan hasil yang baru dengan hasil sebelumnya.

2.4 Pembelajaran Berdiferensiasi

Menurut Tomlinson (2001:45), Pembelajaran berdiferensiasi adalah usaha


untuk menyesuaikan proses pembelajaran di kelas untuk memenuhi kebutuhan
belajar individu setiap murid. Namun demikian, pembelajaran berdiferensiasi
bukanlah berarti bahwa guru harus mengajar 32 cara yang berbeda untuk
mengajar 32 orang murid. Bukan pula berarti bahwa guru harus
memperbanyak jumlah soal untuk murid yang lebih cepat bekerja
dibandingkan yang lain. Pembelajaran berdiferensiasi juga bukan berarti guru
harus mengelompokan yang pintar dengan yang pintar dan yang kurang
dengan yang kurang. Bukan pula memberikan tugas yang berbeda untuk setiap
anak. Pembelajaran berdiferensiasi bukanlah sebuah proses pembelajaran yang
semrawut (chaotic), yang gurunya kemudian harus membuat beberapa
perencanaan pembelajaran sekaligus, di mana guru harus berlari kesana
kemari untuk membantu si A, atau si B dan si C dalam waktu yang bersamaan.
Pembelajaran berdiferensiasi adalah serangkaian keputusan masuk akal

15 | P a g e
(common sense) yang dibuat oleh guru yang berorientasi kepada kebutuhan
murid. Keputusan-keputusan yang dibuat tersebut adalah yang terkait dengan:
1. Kurikulum yang memiliki tujuan pembelajaran yang didefinisikan secara
jelas. Jadi bukan hanya guru yang perlu jelas dengan tujuan pembelajaran,
namun juga muridnya.
2. Bagaimana guru menanggapi atau merespon kebutuhan belajar muridnya.
Bagaimana ia akan menyesuaikan rencana pembelajaran untuk memenuhi
kebutuhan belajar murid tersebut. Misalnya, apakah ia perlu menggunakan
sumber yang berbeda, cara yang berbeda, dan penugasan serta penilaian
yang berbeda.
3. Bagaimana mereka menciptakan lingkungan belajar yang “mengundang’
murid untuk belajar dan bekerja keras untuk mencapai tujuan belajar yang
tinggi. Kemudian juga memastikan setiap murid di kelasnya tahu bahwa
akan selalu ada dukungan untuk mereka di sepanjang prosesnya.
4. Manajemen kelas yang efektif. Bagaimana guru menciptakan prosedur,
rutinitas, metode yang memungkinkan adanya fleksibilitas. Namun juga
struktur yang jelas, sehingga walaupun mungkin melakukan kegiatan yang
berbeda, kelas tetap dapat berjalan secara efektif.
5. Penilaian berkelanjutan. Bagaimana guru tersebut menggunakan informasi
yang didapatkan dari proses penilaian formatif yang telah dilakukan, untuk
dapat menentukan murid mana yang masih ketinggalan, atau sebaliknya,
murid mana yang sudah lebih dulu mencapai tujuan belajar yang ditetapkan.

Pengertian Model Pembelajaran Berdiferensiasi adalah proses belajar


mengajar dimana peserta didik dapat mempelajari materi pelajaran sesuai
dengan kemampuan, apa yang disukai, dan kebutuhannya masing - masing
sehingga mereka tidak frustasi dan merasa gagal dalam pengalaman belajarnya.
(Breaux dan Magee, 2010; Fox & Hoffman, 2011: Tomlinson, 2017)
Jadi dalam pembelajaran berdiferensiasi ada 3 aspek yang bisa dibedakan
oleh guru agar peserta didiknya dapat mengerti bahan pelajaran yang mereka
pelajari, yaitu aspek konten yang mau diajarkan, aspek proses atau kegiatan -
kegiatan bermakna yang akan dilakukan oleh peserta didik di kelas, dan aspek
ketiga adalah asesmen berupa pembuatan produk yang dilakukan di bagian
akhir yang dapat mengukur ketercapaian tujuan pembelajaran. Pembelajaran
16 | P a g e
berdiferensiasi berbeda dengan pembelajaran individual seperti yang dipakai
untuk mengajar anak - anak berkebutuhan khusus. Dalam pembelajaran
berdiferensiasi guru tidak menghadapi peserta didik secara khusus satu persatu
agar ia mengerti apa yang diajarkan. Peserta didik dapat berada di kelompok
besar kecil atau secara mandiri dalam belajar. Walaupun banyak tokoh
pendidikan membicarakan hal ini, namun pada tulisan kali ini akan dibahas ide
dan hasil karya dari Carol Tomlinson, seorang penggagas utama dari
pembelajaran berdiferensiasi ini.
kunci Pembelajaran Pembelajaran berdiferensiasi harus dibentuk melalui
cara berpikir guru yang menganggap iap anak dapat bertumbuh dan
berkembang secara optimal sesuai ngan kapasitasnya masing – masing.
Tomlinson and Moon (2013) sebagai tokoh dari pembelajaran berdiferensiasi
menyatakan bahwa ada lima prinsip dasar yang membantu dalam guru
menerapkan pembelajaran berdiferensiasi ini.
1. Lingkungan Belajar
Lingkungan belajar yang dimaksud meliputi lingkungan fisik
sekolah dan kelas dimana peserta didik menghabiskan waktunya dalam
belajar di sekolah. Iklim belajar merujuk pada situasi dan kondisi yang
dirasakan peserta didik saat belajar, relasi, dan berinteraksi dengan peserta
didik lain maupun gurunya. Di dalam pembelajaran guru harus memberikan
respon kepada peserta didik sesuai dengan kesiapan, minat, dan profil
belajar mereka supaya kebutuhan mereka dalam belajar terpenuhi. Guru
perlu memiliki koneksi dengan peserta didiknya sehingga ia dapat
mengenali profil peserta didik yang diajarnya baik dalam hal kesiapan
mereka dalam menerima pelajaran, minat apa yang dimiliki peserta didiknya
untuk dapat dengan mudah menerima pelajaran, dan bagaimana cara yang
tepat untuk menyampaikan pelajaran kepada peserta didik sesuai dengan
gaya belajar mereka masing - masing.
Di samping memiliki relasi dan koneksi dengan peserta didik, guru juga
perlu membuat peserta didiknya menaruh kepercayaan terhadap dirinya.
Hattie dalam Tomlinson (2013) menyatakan bahwa kepercayaan dari peserta
didik diperoleh guru dengan cara:
a. Memberikan respek yang benar terhadap nilai, kemampuan, dan
tanggung jawab dari peserta didik;
17 | P a g e
b. Memberikan optimism kepada peserta didik bahwa mereka memiliki
kemampuan yang besar untuk mempelajari materi pelajaran yang
diberikan;
c. Aktif dan mendukung peserta didik secara nyata agar mereka dapat
sukses.
2. Kurikulum yang Berkualitas
Di dalam kurikulum yang berkualitas tentu saja harus memiliki
tujuan yang jelas sehingga guru dapat tahu apa yang akan dituju di akhir
pembelajaran. Di samping itu fokus guru dalam mengajar adalah pada
pengertian peserta didik, bukan pada apa materi pelajaran yang ada di benak
peserta didik sehingga dapat diterapkan dalam kehidupannya. Hal lain yang
perlu diperhatikan oleh guru adalah bagaimana kurikulum yang ada dapat
menantang semua peserta didiknya baik yang memiliki kemampuan di atas
rata-rata, yang sedang, maipun di bawah rata-rata. Bagi peserta didik yang
di atas rata-rata, guru perlu menantang mereka dengan pemikiran-pemikiran
lain yang lebih mendalam tentang materi yang dibahas sehingga mereka
tidak akan jenuh dan bosan dalam mempelajarainya.
3. Asesmen yang berkelanjutan
Yang dimaksud dengan asesmen yang berkelanjutan adalah guru
secara terus menerus delakukan formatif asesmen dalam pembelajaran agar
dapat memperbaiki pengajarannya dan juga mengetahui apakah peserta
asesmen formatif ini tidak diberikan nilai (angka), melainkan hanya sebagai
diagnostic tes atau mengetahui masalah-masalah apa yang belum
dimnegerti, dan apa yang dapat dilakukan oleh guru untuk membantu
peserta didik meningkatkan pengertiannya.
Asesmen formatif sebagai proses belajar peserta didik juga
memberikan kesempatan monitoring pada paeserta didik, untuk terus
melihat dan mengevaluasi perkembangan kompetensinya. Dalam hal ini
umpan balik dan refleksi dialogis antara guru dan peserta didik dapat terus
dilakukan sepanjang proses belajar, sehingga guru dan peserta didik sama-
sama mengetahui apa yang sudah peserta didik, pelajari, pahami dan mampu
lakukan.
Asesmen yang berkelanjutan ini diawali pula dengan menerapkan
asesmen diagnostik diawal pembelajaran. Fungsi dari asesmen awal adalah
18 | P a g e
mengetahui sampai sejauh mana peserta didik memahami bahan atau materi
pelajaran yang akan dibahas. Hal ini dapat dilakukan misalnya dengan:
a. meminta peserta didik mengisi lembar KW. Di kolom K (KNOW) guru
menanyakan hal - hal apa yang telah diketahui peserta didik tentang
materi pelajaran yang akan dibahas. Kemudian dalam kolom W (WANT
TO KNOW), peserta didik menuliskan apa saja yang mereka ingin
ketahui dari materi yang akan dibahas saat itu. memberikan pertanyaan
apa yang mereka ketahui tentang materi pelajaran yang akan diajarkan.
b. Brainstorming dengan peserta didik sebelum memulai pelajaran untuk
menanyakan hal - hal yang berkaitan dengan materi pelajaran yang akan
dipelajari . Melalui pertanyaan - pertanyaan tersebut guru dapat
mengetahui kesiapan peserta didik dalam mempelajari materi tersebut.
c. Memberikan pre tes kepada peserta didik tentang materi yang akan
dipelajari sehingga guru mengetahui kemampuan awal peserta didiknya
d. Membuat kontrak belajar dimana masing - masing peserta didik
menuliskan apa sumber bahan yang akan dipakai untuk mempelajari
materi pelajaran , bagaimana ia akan mempelajari materi pelajaran, dan
sampai sejauh mana ia mengetahui tentang bahan atau materi yang akan
dipelajari .
Kemudian selama pembelajaran berlangsung guru memperhatikan
bagaimana peserta didiknya belajar , apakah ada yang perlu dibantu dalam
mengerjakan tugas yang diberikan atau perlu dijelaskan ulang instruksi
dalam tugas yang diberikan . Setelah pembelajaran berakhir, guru kembali
melakukan asesmen yaitu asesmen akhir. Guru dapat melakukan dengan
berbagai macam cara misalnya guru memberikan secarik kertas dan
meminta peserta didik menuliskan apa hal baru yang mereka pelajari hari
itu, apa hal penting yang ia pelajari hari itu, apa yang masih kurang jelas,
dan apa yang perlu diulang dalam pelajaran berikutnya. Guru juga dapat
memberikan post test singkat kepada peserta didik tentang pelajaran hari itu
agar ia tahu apakah peserta didik benar benar menangkap apa yang sudah
dijelaskan atau tidak. Asesmen akhir ini akan sangat membantu guru
mengetahui hal - hal apa saja yang perlu diulang atau dijelaskan kembali,
hal - hal apa saja yang dapat dilakukan untuk menolong peserta didik yang
mengalami kesulitan, dan apa yang tidak perlu diulang atau dijelaskan lagi.
19 | P a g e
Tentu saja asesmen seperti ini tidak diberi nilai oleh guru karena fungsinya
untuk memperbaiki kinerja dan pemahaman peserta didik tentang materi
yang dipelajari.
4. Pengajaran yang responsif Melalui asesmen akhir di setiap pelajaran, guru
dapat mengetahui apa kekurangan - kekurangannya dalam membimbing
peserta didiknya untuk memahami isi pelajaran. Oleh karena itu, guru dapat
memodifikasi rencana pembelajaran yang sudah dibuat dengan kondisi dan
situasi lapangan saat itu sesuai dengan hasil dari asesmen akhir yang
dilakukan sebelumnya. Karena pengajaran lebih penting dari kurikulum
sekolah sendiri, maka guru harus memberikan responnya terhadap hasil
pembelajaran yang sudah dilakukan. Respon dari guru adalah menyesuaikan
pelajaran berikutnya sesuai dengan kesiapan, minat, dan juga profil belajar
peserta didik yang guru dapatkan melalui asesmen di akhir pelajaran.
5. Kepemimpinan dan Rutinitas di kelas Guru yang baik adalah guru yang
dapat mengatur kelasnya dengan baik. Kepemimpinan di sini diartikan
bagaimana guru dapat memimpin peserta didiknya agar dapat mengikuti
pembelajaran dengan baik dan mematuhi peraturan yang sudah ditetapkan.
Sedangkan rutinitas di kelas mengacu pada keterampilan guru dalam
mengelola atau mengatur kelasnya dengan baik melalui prosedur dan
rutinitas di kelas yang dijalankan peserta didik setiap hari sehingga
pembelajaran dapat berjalan dengan efektif dan efisien. Hal - hal yang dapat
dilakukan oleh guru misalnya:
A. Meletakkan materi dan bahan pelajaran yang dibutuhkan peserta didik
dapat dengan mudah dijangkau.
B. Memberikan arahan yang jelas dalam setiap tugas yang harus dikerjakan
peserta didik karena tidak semua peserta didik mengerjakan tugas yang
sama.
C. Menjaga agar suara percakapan peserta didik yang sedang berdiskusi
dalam kelompok tidak gaduh.
D. Menyediakan cara kepada peserta didik bagaimana meminta bantuan
guru ketika guru sedang membantu peserta didik lainnya.
E. Menjelaskan kepada peserta didik apa yang mereka harus lakukan
setelah mereka selesai mengerjakan tugas yang diberikan.

20 | P a g e
F. Mengatur bagaimana peserta didik tahu kapan harus membantu
temannya yang kesulitan dalam pembelajaran.
G. Memberitahu peserta didik bagaimana meletakkan barang - barang atau
materi pelajaran yang sudah dipakai dengan teratur dan rapi.

21 | P a g e
BAB III
PENUTUP
Simpulan
Pentingnya bagi guru melakukan analisis diagnostik untuk mengetahui dan memetakan
karakteristik, kompetensi, kekuatan, dan kelemahan model belajar peserta didik sehingga
pembelajaran dapat dirancang sebaik mungkin dengan peserta didik yang beragam.
Penilaian (Assesment) adalah suatu proses atau kegiatan yang sistematis dan berkelanjutan
untuk mengumpulkan informasi tentang proses dan hasil belajar dari siswa guna
mengambil keputusan berdasarkan kriteria dan pertimbangan tertentu. Asesmen diagnostik
bertujuan untuk mengidentifikasi kompetensi, kekuatan, kelemahan peserta didik.
Asesmen diagnostik terbagi menjadi dua, yaitu asesmen diagnostik non-kognitif dan
asesmen diagnosis kognitif.
Selanjutnya pengertian Model Pembelajaran Berdiferensiasi adalah proses belajar
mengajar dimana peserta didik dapat mempelajari materi pelajaran sesuai dengan
kemampuan , apa yang disukai , dan kebutuhannya masing - masing sehingga mereka tidak
frustasi dan merasa gagal dalam pengalaman belajarnya .
Tomlinson and Moon (2013) sebagai tokoh dari pembelajaran berdiferensiasi menyatakan
bahwa ada lima prinsip dasar yang membantu dalam guru menerapkan pembelajaran
berdiferensiasi ini. Yaitu, Lingkungan Belajar, Kurikulum yang berkualitas, Asesmen
yang berkelanjutan, Pengajaran yang responsif Melalui asesmen akhir di setiap pelajaran,
Kepemimpinan dan Rutinitas di kelas.

22 | P a g e
Daftar Pustaka

Prasasti, P. A. T., & Dewi, C. (2020). Pengembangan Assesment of Inovation Learning


Berbasis Revolusi Industri 4.0. untuk Guru Sekolah Dasar. Jurnal Ilmiah Sekolah Dasar,
4(1), 66-73.

Mendikbud RI. 2020. Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia
Nomor 719/P tentang Pedoman Pelaksanaan Kurikulum Pada Satuan Pendidikan dalam
Kondisi Khusus.

Hati, Suci Mustika. "Efektivitas Penggunaan Aplikasi Quizizz dalam Melakukan Assesment
Diagnostik Non Kognitif Siswa Kelas 12 IPS Lintas Minat di SMA YPHB Kota Bogor." Arus
Jurnal Pendidikan 1.3 (2021): 70-76.

Khadijah. (2016). Pengembangan Kognitif Anak Usia Dini, Medan: Perdana Publishing.

Modul Asesmen Diagnosis di Awal Pembelajaran Kelas X SMA/MA Bahasa Indonesia.


Pusat Asesmen dan Pembelajaran Badan Penelitian dan Pengembangan dan Perbukuan
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Unit Modul Asesmen. Asesmen Diagnostik. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Mulyana, Aina. (04 Mei 2022) Model Pembelajaran Berdiferensiasi.


Pratama, Adi. (2022). Strategi Pembelajaran Berdiferensiansi Meningkatkan Kemampuan
Literasi Membaca Pemahaman Siswa. Vol 6. No. 2 (621-623)
Suwartiningsih. (2021). Penerapan Pembelajaran Berdiferensiasi untuk Meningkatkan Hasil
Belajar Siswa pada Mata Pelajaran IPA Pokok Bahasan Tanah dan Keberlangsungan
Kehidupan di Kelas IXb Semester Genap SMPN 4 Monta Tahun Pelajaran 2020/2021. Vol 1.
No. 2. (84-85)
https://ainamulyana.blogspot.com/2022/05/model-pembelajaran-berdiferensiasi.html?m= 1

https://www.smpn4kra.sch.id/2021/02/asesmen-diagnosis-kognitif-berkala.html?m=1

https://gurubinar.id/blog/pentingnya-asesmen-diagnosis-diawal-pembelajaran?blog_id=44

https://bertema.com/asesmen-diagnostik-pengertian-jenis-dan-tujuannya-dalam-kurikulum-
merdeka

23 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai