Anda di halaman 1dari 8

PEMAPARAN

EVALUASI DIAGNOSTIK DAN REMEDIAL

HAKIKAT, PRINSIP, DAN FUNGSI EVALUASI DIAGNOSTIK


1. Hakikat
Evaluasi diagnostik adalah evaluasi yang digunakan untuk mengetahui
kelebihan-kelebihan dan kelemahan-kelemahan yang ada pada siswa sehingga
dapat diberikan perlakuan yang tepat. Evaluasi diagnostik dapat dilakukan dalam
beberapa tahapan, baik pada tahap awal, selama proses, maupun akhir
pembelajaran. Pada tahap awal dilakukan terhadap calon siswa sebagai input.
Dalam hal ini evaluasi diagnostik dilakukan untuk mengetahui kemampuan awal
atau pengetahuan prasyarat yang harus dikuasai oleh siswa. Pada tahap proses
evaluasi ini diperlukan untuk mengetahui bahan-bahan pelajaran mana yang
masih belum dikuasai dengan baik, sehingga guru dapat memberi bantuan
secara dini agar siswa tidak tertinggal terlalu jauh. Sementara pada tahap akhir
evaluasi diagnostik ini untuk mengetahui tingkat penguasaan siswa atas seluruh
materi yang telah dipelajarinya.

2. Prinsip
Ada beberapa prinsip diagnosis yang perlu diperhatikan oleh guru bagi anak
berkesulitan belajar. Prinsip-prinsip tersebut adalah :
a. Terarah pada perumusan metode perbaikan.
Dalam hal ini hendaknya dikumpulkan berbagai inforasi yang bermanfaat untuk
menyusun suatu program perbaikan atau program pengajaran remedial. Ada dua
tipe diagnosis etiologis(etiological diagnosis) dan diagnosis terapetik (terapeutik
diagnosis). Diagnosis etiologis merupakan diagnosis yang bertujuan untuk
mengetahui sumber orisinal dari kesulitan belajar. Diagnosis etiologis kurang
bermanfaat untuk merumuskan program pengajaran remedial, sedangkan
diagnosis terapetik merupakan diagnosis yang berkaitan langsung dengan kondisi
anak pada saat sekarang dan sangat bermanfaat untuk menyusun program
pengajaran remedial. Diagnosis ini berusaha untuk mengumpulkan informasi
tentang kekuatan, keterbatasan dan karakteristik lingkungan anak saat sekarang.
b. Efisiensi
Diagnosis harus efisien, dan berlangsung sesuai dengan derajat kesulitan anak.
Evaluasi rutin, termasuk evaluasi psikologis, dapat memberikan informasi
diagnostik yang berharga Diagnosis yang didasarkan atas hasil-hasil evaluasi yang
dilakukan secara rutin di sekolah dapat digolongkan ke dalam taraf diagnosis umum
(general diagnosis) . Bila suatu kesulitan belajar disertai dengan gejala-gejala lain,
misalnya gejala neurologis, maka pemeriksaan medis sering diperlukan. Diagnosis
kesulitan belajar yang ditegakkan atas hasil evaluasi semacam itu dapat
digolongkan pada taraf diagnosis analitis (analitical diagnosis). Diagnosis analitis,
terutama diagnosis medis-neurologis, bermanfaat untuk menentukan lokasi pada
otak yang menyebabkan kesulitan belajar, sehingga dengan demikian dapat
dijadikan landasan dalam menyesuaikan program pembelajaran remedial yang
sesuai dengan keadaan anak.
c. Menggunakan catatan kumulatif
Catatan kumulatif (cumulative records) dibuat sepanjang tahun kehidupan anak di
sekolah. Catatan semacam ini dapat memberikan informasi yang sangat berharga
dalam pengajaran remedial. Informasi tersebut dapat digunakan sebagai landasan
dalam menentukan program pengajaran remedial. Informasi tersebut dapat
digunakan sebagai landasan untuk menentukan pengelompokan yang sesuai
dengan tingkat kesulitan belajar anak.
d. Memperhatikan berbagai informasi yang terkait
Informasi dari berbagai sumber yang telah dikumpulkan sangat membantu untuk
menentukan program pengajaran remedial. Informasi terkait dapat berasal dari
berbagai sumber yang kompeten.
e. Valid dan reliabel
Dalam melakukan diagnosis hendaknya digunakan instrumen yang dapat
mengukur apa yang seharusnya diukur (valid) dan instrumen tersebut hendaknya
juga yang dapat diandalkan (reliable). Informasi yang dikumpulkan hendaknya
juga tepat, yang dapat dijadikan landasan dalam menentukan program pengajaran
remedial. Penggunaan berbagai tes yang tidak bermanfaat sebaiknya dihindari
karena hanya akan membosankan anak.
f. Penggunaan tes baku
Tes baku adalah tes yang sudah teruji validitas dan reliabilitasnya. Berbagai tes
psikologis, terutama tes inteligensi, umumnya merupakan tes baku yang telah diuji
validitas dan reliabilitasnya, tetapi tidak demikian dengan tes prestasi belajar yang
umumnya adalah buatan guru. Di Indonesia tes prestasi yang baku masih sangat
langka.
g. Penggunaan prosedur informal
Meskipun tes-tes baku umumnya mampu memberikan informasi yang lebih tepat
dan efisien, penggunaan prosedur informal sering memberikan manfaat yang
bermakna. Guru hendaknya memiliki perasaan bebas untuk melakukan evaluasi
dan tidak terlalu terikat secara kaku oleh tes baku. Di negara yang masih belum
banyak dikembangkan tes baku, hasil observasi guru memegang peranan sangat
penting untuk menegakkan diagnosis kesulitan belajar anak. Dari observasi
informal sering dapat diperoleh informasi yang bermanfaat bagi penyusunan
program pengajaran remedial.
h. Kuantitatif
Keputusan-keputusan dalam diagnosis kesulitan belajar hendaknya didasarkan
pada pola-pola skor atau dalam bentuk angka. Bila informasi tentang kesulitan
belajar telah dikumpulkan, maka informasi tersebut harus disusun sedemikian rupa
sehingga skor-skor dapat dibandingkan. Hal ini sangat berguna untuk mengetahui
kesenjangan antara potensi dengan prestasi belajar anak saat pengajaran
remedial akan dimulai. Informasi yang kuantitatif juga memungkinkan bagi guru
untuk mengetahui keberhasilan pengajaran remedial yang diberikan kepada anak.
i. Berkeseimbangan
Kadang-kadang anak gagal mencapai tujuan pengajaran remedial yang telah
dikembang kan berdasarkan hasil diagnosis. Dalam keadaan semacam ini perlu
dilakukan diagnosis ulang untuk landasan penyusunan program pengajaran
remedial yang lebih efektif dan efisien. Suatu program pengajaran remedial yang
berhasilpun, mungkin masih perlu dimodifikasi untuk memperoleh tingkat efektivitas
dan efisiensi program pengajaran remedial.

3. Fungsi
Fungsi diagnostik dikenal juga dikalangan paramedis atau bidang kedokteran yang
kegiatan dan prosedurnya hampir sama dengan di dunia pendidikan, yaitu untuk
mencari dan menentukan penyebab problem siswa, kemudian diikuti dengan
pemberian formulasi solusi atau tindakan remedial. Yang perlu diingat oleh guru
ialah: 1) penilaian diagnostik pada umumnya tidak digunakan untuk menentukan
grade, 2) semakin baik evaluasi diagnostik dilakukan, akan semakin jelas tujuan
belajar dapat ditetapkan.

ONTOLOGI KEGIATAN REMEDIAL


Menurut Good (1973) di defenisikan sebagai berikut: remedial merupakan
pengelompokan siswa, khusus yang dipilih yang memerlukan pengajaran lebih pada
mata pelajaran tertentu daripada siswa dalam kelas biasa. Tindakan kelas remedi
yang berupa pengajaran kembali dengan materi pembelajaran yang mungkin diulang
atau pemberian suplemen pada soal dan latihan secara umum adalah termasuk
dalam cakupan metode mengajar guru. Kegiatan evaluasi yang harus sesuai dengan
hasil diagnostik adalah masih dalam cakupan evaluasi pembelajaran.
Remedi tepat digunakan ketika kesulitan dasar belajar para siswa telah diketahui.
Karena kegiatan remedi merupakan tindakan korektif yang diberikan kepada siswa
setelah evaluasi diagnostic dilakukan. Remedi pada umumnya mencakup
pemahaman kebutuhan individual siswa, ditembah dengan metode pengajaran yang
tepat yang diterapkan guru agar membantu siswa dalam mencapai tujuan
pembelajaran yang telah ditetapkan sebelumnya.
Diagnostik pendidikan pada umumnya difokuskan pada tiga pertanyaan pokok,
yaitu siapkan siswa yang memiliki kesulitan belajar dalam kelas. Dari cakupan
materi yang telah diberikan, pada unit materi pembelajaran manakah yang
dirasakan kuat dan materi pembelajaran manakah yang di rasakan lemah?
Faktor-faktor apakah yang menyebabkan kegagalan pencapaian belajar?
Untuk menjawab pertanyaan pertama, secara umum ada beberapa cara dan yang
masih dirasakan sangat efektif adalah dengan pendekatan survey untuk
menjaring informasi tentang siswa mana saja yang memerlukan remedi. Tes survey
ini termasuk tes dalam program remedi yang direncanakan. Ketika siswa yang
mengalami kesulitan belajar dapat diidentifikasi, mereka dikelompokkan sesuai jenis
permasalahannya, atau juga boleh secara individual jika tidak mungkin
dikelompokkan, atau tetap dapat berada dalam kelas yang siswanya tidak memiliki
kesulitan belajar. Namun yang perlu ditekankan bahwa siswa yang berkesulitan
belajar harus mengikuti program remedi dengan pemberian materi belajar tertentu
yang sudah direncanakan guru sebelumnya.
Untuk meyakinkan bahwa pencapaian skor lebih bermakna, guru dapat mencari
informasi pendukung yang berasal dari buku rapor siswa, dokumen latihan dan tugas
lainnya secara individu. Ada beberapa kemungkinan, jika nilai seorang
siswadibandingkan dengan nilai siswa lainnya. Mereka dapat dikelompokkan pada
tiga (3) jenis kelompok, yaitu:
1) kelompok under achiever atau pencapaian di bawah rata- rata,
2) siswa kelompok nilai cukup atau sekadar lulus dan dalam rerata, dan
3) siswa di atas rerata, atau siswa yang pada umumnya lancar dan mampu
menyerap materi pelajaran dari guru secara baik.
Jadi, kelompok di bawah rerata inilah yang sesungguhnya memerlukan
pembelajaran remedi.
Setelah para siswa yang termasuk under achiever dikelompokkan. Pertanyaan
kedua dapat di tindak lanjuti, yaitu mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan belajar
mereka. Tujuan evaluasi diagnostik dan remedi adalah membantu para siswa agar
dengan kemampuannya dapat meningkatkan pencapaian hasil belajar. Untuk
mencapai tujuan itu, guru harus perlu mempunyai kompetensi penting,yaitu
kemampuan untuk mengidentifikasi kelebihan dan kelemahan para siswa. Kemudian
membantu mereka memperbaiki kelemahan dengan tetap membangun melalui
kekuatannya
Salah satu prinsip dalam pengajaran remidi yang perlu di ketahui oleh para guru
adalah bahwa siswa perlu memiliki pengalaman berhasil dalam proses
pembelajaran.kemudian siswa di motivasi untuk bisa berhasil dalam unit lainya,
dengan menggunakan metode yang lebih tepat, misalnya problem solving, atau
dengan model belajar dari materi disekitar siswa.
Untuk menentukan kelemahan dan kelebihan siswa, seorang guru perlu memiliki
pengetahuan tentang prinsip-prinsip dan ketrampilan diagnostik. Menurut Lippit dan
Lippit, (1978), ada beberapa langkah pengembangan yang perlu diperhatikan;
1. Guru perlu memehami prinsip-prinsip belajar dan penerapannya.
2. Guru memerlukan penguasaan pengetahuan tentang pemahaman gejala
perilaku yang mengidikasikan adanya kesulitan.
3. Guru harus dapat menerapkan tehnik-tehnik diagnistik dan tindakan remidi
yang sesuai dengan keadaan di kelas.
4. Familiar dengan psikologi belajar, dan penguasaan terhadap materi
pembelajaran merupakan syarat awal untuk berhasil dalam melakukan
diagnostik.
Pertanyaan ketiga, tentang faktor- faktor penyebab siswa berkesulitan belajar dapat
kita jawab dengan melakukan berbagai analisis tentang masalah-masalah belajar.
Jawaban yang muncul akan memungkinkan guru dapat membangun hipotesis
tentang kesulitan belajar siswa secara individual. Tapi secara umum, faktor tersebut
dapat dikategorikan dua (2) penyebab, yaitu:
1. Faktor Internal diri siswa
a. Kesehatan
Kondisi fisik siswa secara umum dapat mempengaruhi kemampuan mencapai
sesuatu tujuan. Pencapaian hasil belajar, pada dasarnya merupakan usaha yang
hanya dapat dicapai melalui kerja keras, tekun, dan dilakukan dengan komitmen
tinggi. Kurang energi yang di sebabkan kondisi fisik yang kurang sehat, dapat
menutup kemungkinan siswa memiliki kemampuan siswa yang di sebutkan di
atas. Selain itu, siswa yang kurang sehat juga tidak bias mencapai potensi yang
sebenarnya.
Kesehatan yang buruk dapat berpengaruh pada tingginya ketidak hadiran siswa
dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Ketidak hadiran dalam mengikuti
pembelajaran, dapat menyebabkan rendahnya pencapaian pembelajaran.
Problem pada indra penglihatan dapat menjadi penyebab rendahnya kemampuan
siswa dalam pendidikan siswa yang memiliki penyakit rabun dekat pada umumnya
tidak dapat melihat papan tulis dan alat bantu belajar lainya yang digunakan oleh
guru.padahal alat bantu belajar tersebut penting untuk meningkatkan pemahaman
dan penguasaan materi pelajaran yang diberikan oleh guru. Akibat dari hal ini
adalah terjadinya kesalah pahaman siswa dalam menerima materi dan akhirnya
penguasaan materi pembelajaran menjadi terhambat.
Problem pada indra pendengaran menyebabkan kesulitan pada siswa dalam
berkomunukasi dengan sesame siswa maupun dengan guru. Diantaranya serung
kali berbicara tanpa ekspresiyang benar, kesulitan mengeja, kesulitan berbicara,
dan kesulitan berbicara dalam mengomunikasikan ide dengan cara yang benar.
b. Problem penyesuaian diri
Faktor lain yang juga termasuk faktor internal siswa yaitu problem penyesuaian
diri. Walaupun permasalahan ini erat kaitannya dengan faktor eksternal misalnya
siswa lain, atau masyarakat sekitar, namun sumber utama adalah berasal dari
dalam diri siswa. Sebagai contoh, siswa yang memiliki gangguan emosi, pada
awalnya menghambur-hamburkan energi mereka sebelum akhirnya dapat
menggunakannya untuk kegiatan belajar. Bhieler (1971) menunjukkan bahwa
siswa yang memiliki permasalahan belajar biasanya ditandai dengan beberapa
indikator. a) kesiapan belajar yang buruk. b) kesulitan menghadapi tes. c)
kemampuan bahasa yang buruk. d) lebih senang mengikuti belajar fisik dan
praktis daripada belajar skolastik atau mental learning. e) penguasaan materi
belajar yang lambat. f) kurang perhatian dalam mengikuti kegiatan sekolah.
Perilaku siswa yang mengalami gangguan emosional, di tandai dengan hal-hal
berikut:
1) Siswa menolak untuk belajar.
2) Siswa menjadi nakal, agresif.
3) Siswa berpretensi negatif terhadap kegiatan belajar.
4) Siswa memindahkan kekerasan dalam rumah ke sekolah.
5) Menolah perintah untuk belajar.

2. Faktor eksternal
Faktor eksternal siswa diantaranya lingkungan disekitar siswa, seperti pergaulan
siswa diluar sekolah, kondisiorng tua siswa, dan juga kegiatan siswa diluar sekolah.
a. Lingkungan
Faktor lingkungan pada umumnya muncul diluar situasi siswa. Faktor ini juga
merupakan kesulitan dasar yang tidak mudah untuk diidentifikasi. Misalnya
kondisi orang tua yang tidak hamonis.
b. Cara guru mengajar yang tidak baik
Guru kelas dapat di kategorikan faktor eksternal karena guru yang tidak baik
dalam mengajar dapat menimbulkan kesulitan belajar pada siswa.
c. Orang tua siswa
Sumber eksternal lain adalah orang tua yang tidak atau mampu menyediakan
buku atau fasilitas belajar yang memadai baig anak-anaknya atau mereka yang
tidak mau mengawasi anak-anaknya agar belajar di rumah.
d. Masyarakat sekitar
Masyarakat di sekitar siswa dapat menjadi sumber masalah, ketika keberadaan
masyarakat tidak kondusif terhadap kebutuhan siswa secara individual maupun
kelompok.

REMEDIAL SECARA INDIVIDUAL


Tidak ada teknik diagnostik dan remedial yang berhasil, jika dilakukan tanpa
sepengetahuan siswa yang bersangkutan, dalam hubungan antara teknik diagnostik
dan remedial dengan kebutuhan mereka. Beberapa siswa yang mengalami kegagalan
belajar, pada kasus tertentu mempunyai perasaan tidak pandai. Mereka merasa
rendah diri, minder atau inferior bahwa mereka tidak dapat berhasil seperti temannya,
bahkan ada yang merasa bahwa mereka memang berbeda dengan yang lainnya.
Beberapa siswa menarik diri dari pergaulan sesamanya, ada yang benci dan menolak
untuk diajak belajar kembali, namun pada sisi lain ada siswa yang mampu
merasionalisasi dalam pikirannya bahwa belajar dan keberhasilan itu tidak terlalu
penting. Perasaan demikian tidak akan terlalu membantu seseorang mengatasi
kesulitan belajarnya meski masalah belajar yang tergolong kecil dan tidak rumit
sekalipun.
Apabila hal demikian muncul, maka solusi mengatasi remedial bagi siswa yang
mengalami kegagalan belajar dengan cara bimbingan konseling sekaitan
dengan masalah belajar adalah meningkatkan dan menguatkan motivasi
mereka untuk bangkit kembali dan mau melakukan upaya untuk mengatasi
masalah belajarnya. Pertanyaannya adalah, bagaimana seorang guru
mengorganisasi pengajaran remedial secara komprehensif?
Tidak ada teknik diagnostik dan remedial yang berhasil, jika dilakukan dengan tidak
sepengetahuan siswa yang bersangkutan, dalam hubungan antara teknik diagnostik
dan remedial dengan kebutuhan mereka. Jika kesulitan siswa telah diketahui,
baik yang bersifat internal atau eksternal telah didefinisikan, selanjutnya program
remedial perlu diformulasikan. Jika siswa telah dimotivasi dalam kegiatan belajarnya,
maka kegiatan remedi ini sebaiknya dilakukan secara individu. Penilaian remedipun
difokuskan pada kebutuhan spesifik individual siswa.
Dalam hal ini yang penting adalah para guru harus peduli dan menyiapkan setiap
satuan pelajaran dengan latihan soal-soal dan buku kerja yang relevan dengan
substansi pengajaran. Selain itu, guru harus tetap mampu mengenal kelebihan
dan kekurangan siswa, sehingga kesempatan untuk melakukan teknik remedy
secara individu dapat dilakukan secara baik.

ORGANISASI KEGIATAN REMEDIAL


Progam remidi yang baik pada prinsipnya perlu didasarkan pada diagnostik
awal dan disertai dengan tindak lanjut yang kontinu. Pertama, perlu diadakan
pencerahan kepada siswa bahwa tujuan khusus progam remedi diantaranya adalah
mengatasi kesulitan belajar. Kedua, guru perlu menilai keberhasilan progam remidi
yang telah di lakukan. Ketiga evaluasi remidi memiliki arti penting bagi orang-orang
terdekat siswa. Para kegiatan remidi ini, para guru juga perlu memerhatikan satu
prinsip penting, yaitu bahwa semakin kurang kematangan siswa, semakin penting
hasil remidi diterangkan dengan cara memberikan gambaran nyata, baik dengan
grafik maupun dengan diagram lainnya yang relevan.
Untuk guru sekolah dasar, biasanya masih bisa di beri tanggung jawab tambahan,
berupa melaksanaan progam diagnostik dan remedi, sedangkan untuk sekolah
lanjutan, guru bimbingan konseling yang ada dapat diberdayakan secara intensif.

MEMBERIKAN PENGAJARAN REMEDI


Guru merupakan ujung tombak dalam mengubah sikap siswa dari menarik diri atau
antipasi belajar menjadi gairah dalam mencapai tujuan belajar. Para siswa yang
mengalami permasalahan belajar harus diberi pemahaman dalam bentuk program-
program yang direncanakan dalam bentuk kegiatan remedial. Mereka yang
mempunyai problem diidentifikasi dan dipilih untuk kemudian diberi penjelasan secara
intensif. Langkah berikutnya, materi belajar yang menjadikan problem diungkap
kembali dengan diberikan soal dan latihan yang mendukung terealisasinya
pencapaian hasil belajar. Para siswa juga perlu diberi pekerjaan rumah, karena
memang kadang ada siswa yang ternyata dapat mengerjakan dengan baik apabila
diberi waktu tambahan. Di samping itu, para guru tetap secara intensif memotivasi
para siswa untuk terus belajar.
Tingkat awal remedial adalah membangun kembali keyakinan dalam diri siswa.
Remedial yang baik pada umumnya mempunyia semua atribut mengajar yang baik,
ditambah dengan contoh soal yang bisa digunakan untuk lebih memahami dan
menguasai materi pembelajaran. Siswa diharapkan terus mengembangkan
keyakinan, ketika ia memiliki pengalaman dan merasakan usaha mereka berhasil.
Oleh karena itu, juga perlu bagi seorang guru mengetahui di mana kekuatan dan
kelemahan siswa. Kekuatan yang ada digunakan untuk mengatasi kelemahan dan
usaha tersebut untuk mencapai tingkat pencapaian hasil belajar.
Untuk tetap termotivasi dan interes untuk belajar, maka program remedial harus
selalu ditekankan, tindakan menonton dan tanpa usaha perlu dihindari. Oleh karena
itu, pendekatan mengajar yang variatif perlu diperhatikan oleh guru yang memberikan
program remedial. Pendekatan yang variatif, relevan, dan menyenangkan pada
prinsipnya sangat sesuai dengan prinsip pembelajaran kontektual, bisa mencegah
ketegangan mental siswa dan merangsang untuk melakukan pengembangan diri
dalam belajar. Materi pembelajaran memiliki nilai motivasi tinggi perlu selalu dicari
untuk dikembangkan guna mengatasi permasalahan belajar. Jika siswa dapat
membantu perencanaan guru, misalnya melalui pilihan materi pembelajaran, prosedur
yang lebih mudah dipahami, siswa akan merasa beruntung. Jika keterlibatan siswa
dalam pembelajaran remedial dapat direalisasi, implikasi perencanaan bersama
tersebut akan dapat membangkitkan interes dasar mereka dan membangkitkan
kepercayaan diri mereka untuk berhasil.

Anda mungkin juga menyukai