Anda di halaman 1dari 32

MAKALAH

PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP


“PERMASALAHAN DAN REVITALISASI HUTAN”

Dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Lingkungan Hidup


(ABKA533)

Dosen Pengampu :
Dr. Deasy Arisanty, M.Sc
Dr. Ellyn Normelani, M.Pd., MS

DISUSUN OLEH :
APRILIA ANJANI (1710115320001)
ERWIN (1710115210006)
MAULANA HADI RAHMAN (1710115210010)
M. WAHYU SAPUTRA (1710115210009)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARMASIN
2018

i
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan rasa puji syukur kehadirat Allah SWT. karena berkat
rahmat, taufiq, dan hidayah-Nya lah kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat
pada waktunya.
Semoga dengan adanya makalah ini semakin membuka pintu pengetahuan
dan pemahaman pembaca tentang materi.
Upaya pemenuhan makalah ini diharapkan mampu meningkatkan
efektifitas pelaksanaan kegiatan perkuliahan, dan diharapkan para pembaca dapat
mengembangkan wawasan dan kemampuan dari apa yang dibahas dalam makalah
yang berjudul “Permasalahan dan Revitalisasi Hutan” ini. Tetapi makalah ini
bukan satu-satunya sumber belajar atau referensi, untuk itu para pembaca
diharapkan lebih proaktif untuk mencari dan menggali ilmu pengetahuan
mengenai materi terkait.
Harapan kami, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua
khususnya para pembaca. Kami mengharapkan saran dan masukan serta kritikan
yang sifatnya membangun karena kami menyadari bahwa makalah yang kami
susun ini masih banyak terdapat kekurangan. Kami juga memohon maaf atas
kejanggalan-kejanggalan yang terdapat dalam makalah ini.

Banjarmasin, 23 Oktober 2018

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii


DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. iv
BAB I ...................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 2
1.3 Tujuan ....................................................................................................... 2
BAB II ..................................................................................................................... 3
PEMBAHASAN ..................................................................................................... 3
2.1 Pengertian Hutan ...................................................................................... 3
2.1.1 Macam-Macam Hutan ....................................................................... 3
2.1.2 Luas Hutan Indonesia ........................................................................ 7
2.1.3 Jenis Hutan Indonesia dan Fungsinya .................................................... 8
2.1.4 Fungsi Hutan ................................................................................... 14
2.1.5 Kekayaan Hutan Indonesia .................................................................. 16
2.2 Tingkat Kerusakan Hutan Indonesia ...................................................... 16
2.3 Upaya Revitalisasi Hutan ....................................................................... 22
2.3.1 Dampak Kerusakan Huan ............................................................... 22
2.3.2 Berbagai Program Perbaikan Hutan (Revitalisasi Hutan)............... 25
2.3.2 Hasil Perbaikan Hutan.......................................................................... 26
BAB III ................................................................................................................. 27
PENUTUP ............................................................................................................. 27
3.1 Kesimpulan ............................................................................................. 27
3.2 Saran ....................................................................................................... 27
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 28

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Hutan ...................................................................................................... 3


Gambar 2 Hutan Tinggi .......................................................................................... 4
Gambar 3 Hutan rendah .......................................................................................... 4
Gambar 4 Hutan Produksi ....................................................................................... 6
Gambar 5 Hutan Lindung........................................................................................ 6
Gambar 6 Hutan suaka alam ................................................................................... 7
Gambar 7 Hutan konvesi ......................................................................................... 7
Gambar 8 Hutan Gambut ...................................................................................... 11
Gambar 9 Hutan Hujan Tropis .............................................................................. 11
Gambar 10 Hutan Muson ...................................................................................... 12
Gambar 11 Hutan Pantai ....................................................................................... 12
Gambar 12 Hutan Mangrove ................................................................................. 13
Gambar 13 Hutan Rawa ........................................................................................ 14
Gambar 14 Hutan Wisata ...................................................................................... 15
Gambar 15 Hutan cadangan .................................................................................. 15
Gambar 16 Kebakaran Hutan ................................................................................ 17
Gambar 17 Penebangan hutan secara liar ............................................................. 18
Gambar 18 Ladang berpindah yang mengakibatkan kerusakan hutan.................. 18
Gambar 19Pertambangan merusak hutan.............................................................. 19
Gambar 20 kekeringan hutan ................................................................................ 20
Gambar 21 Kerusakan hutan akibat proses alam (letusan gunung berapi) ........... 21
Gambar 22 Kerusakan hutan akibat proses alam (tsunami) .................................. 21
Gambar 23 Tingkat kerusakan hutan Indonesia (hutan Kalimantan) yang
dieksploitasi dalam tahun 1985-2005 dan prediksi tingkat kerusakan hutan
Indonesia hingga tahun 2020. ............................................................................... 22
Gambar 24 Salah satu satwa yang terancam punah karena pembukaan lahan dan
Kawasan yang habis terbakar. ............................................................................... 24

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Hutan adalah sebuah kawasan yang ditumbuhi dengan lebat
oleh pepohonan dan tumbuhan lainnya. Kawasan-kawasan semacam ini
terdapat di wilayah-wilayah yang luas di dunia dan berfungsi sebagai
penampung karbon diosida (carbon dioxide sink), habitat hewan,
modulator arus hidrologika, serta pelestari tanah, dan merupakan salah satu
aspek biosfer Bumi yang paling penting. Sebagai sebuah ekosistem, hutan
juga memiliki berbagai manfaat bagi mahluk hidup yang diantaranya adalah
sebagai penghasil oksigen, penyedia sumber air, tempat hidup bagi para
hewan dan sebagai pengatur suhu dunia untuk mencegah terjadinya
pemanasan global .
Hutan mempunyai kedudukan dan peran yang sangat penting dalam
menunjang pembangunan nasional. Indonesia merupakan negara tropis yang
telah dibayangi kerusakan hutan, baik akibat penebangan kayu secara legal
maupun ilegal dan melebihi batas imbang ekologis serta masalah
pembakaran lahan yang menyebabkan kerusakan hutan secara permanen.
Permasalahan illegal logging sesungguhnya merupakan suatu hal yang
sangat kompleks, karena tidak hanya terkait dengan aspek penegakan
hukum atau yuridis, tetapi juga terkait aspek ekonomis, sosiologis dan
kultur. Pengertian illegal logging diterangkan dalam Pasal 1 angka 4
Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2013 tentang Pencegahan dan
Pemberantasan Perusakan Hutan yang berbunyi, “Pembalakan liar adalah
semua kegiatan pemanfaatan hasil hutan kayu secara tidak sah yang
terorganisasi”. Departemen kehutanan mengungkapkan, pembalakan ilegal
dilakukan oleh suatu bisnis kegiatan kriminal yang dikelola dengan baik dan
memiliki pendukung yang kuat yang secara fisik mengancam otoritas
penegakan hukum kehutanan. Oleh karena itu, hutan-hutan yang telah
terancam harus di revitalisasi sebagai bentuk penyelamatan bagi hutan.

1
1.2 Rumusan Masalah
A. Apa yang dimaksud dengan hutan ?
B. Bagaimana tingkat kerusakan hutan di Indonesia ?
C. Bagaimana upaya revitalisasi hutan ?

1.3 Tujuan
A. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan hutan
B. Untuk mengetahui bagaimana tingkat kerusakan hutan di Indonesia
C. Untuk mengetahui bagaimana upaya revitalisasi hutan

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Hutan


Hutan adalah suatu ekosistem yang terdiri atas berbagai jenis
vegetasi yang didalamnya terdapat berbagai jenis organisasi lain. Hutan
sering kali disebut sebagai paru-paru dunia, karena hutan merupakan
ekosistem yang memegang peranan penting atau fungsi bagi kehidupan
dimuka bumi. Hutan menjadi paru-paru dunia karena menyediakan begitu
banyak oksigen yang dilepaskan, sekaligus menyerap CO2 yang terdapat
pada atmosfer bumi.

Gambar 1 Hutan
Hutan menurut Undang-Undang tentang Kehutanan Nomor 41 tahun
1999 adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber
daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam
lingkungannya yang satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan.
2.1.1 Macam-Macam Hutan
Kita mengenal hutan yang berasal dari biji, tunas, serta campuran
antara biji dan tunas. Menurut asalnya, macam-macam hutan adalah sebagai
berikut :
1) Hutan yang berasal dari biji disebut juga ‘hutan tinggi’ karena pepohonan
yang tumbuh dari biji cenderung menjadi lebih tinggi dan dapat
mencapai umur lebih lanjut.

3
Gambar 2 Hutan Tinggi
2) Hutan yang berasal dari tunas disebut "hutan rendah" dengan alasan
sebaliknya.

Gambar 3 Hutan rendah


3) Hutan campuran, oleh karenanya, disebut "hutan sedang".

Penggolongan lain menurut asal adalah :


1) Hutan perawan (primer) merupakan hutan yang masih asli dan belum
pernah dibuka oleh manusia.
2) Hutan sekunder adalah hutan yang tumbuh kembali secara alami setelah
ditebang atau kerusakan yang cukup luas. Akibatnya, pepohonan di hutan
sekunder sering terlihat lebih pendek dan kecil. Namun jika dibiarkan
tanpa gangguan untuk waktu yang panjang, kita akan sulit membedakan
hutan sekunder dari hutan primer. Di bawah kondisi yang sesuai, hutan
sekunder akan dapat pulih menjadi hutan primer setelah berusia ratusan
tahun.

4
Berdasarkan Letak Geografisnya :
1) Hutan Tropika, yakni hutan-hutan di daerah khatulistiwa.
2) Hutan Temperate, hutan-hutan di daerah empat musim (antara garis
lintang 23,5º–66º).
3) Hutan Hutan Boreal, hutan-hutan di daerah lingkar kutub.

Berdasarkan Sifat-Sifat Musimannya :


1) Hujan (rainforest), dengan banyak musim hujan.
2) Hutan Selalu Hijau (evergreen forest).
3) Hutan Musim Atau Hutan Gugur Daun (deciduous forest).
4) Hutan Sabana (savannah forest), di tempat-tempat yang musim
kemaraunya panjang, dan lain-lain.
5) Hutan Wisata.

Berdasarkan ketinggian tempatnya :


1) Hutan Pantai (beach forest);
2) Hutan Dataran Rendah (lowland forest);
3) Hutan Pegunungan Bawah (sub-mountain forest);
4) Hutan Pegunungan Atas (mountain forest);
5) Hutan Kabut (mist forest);
6) Hutan Elfin (alpine forest).

Berdasarkan keadaan tanahnya :


1) Hutan Rawa Air-Tawar atau Hutan Rawa (freshwater swamp-forest);
2) Hutan Rawa Gambut (peat swamp-forest);
3) Hutan Rawa Bakau, atau Hutan Bakau (mangrove forest);
4) Hutan Kerangas (heath forest);
5) Hutan Tanah Kapur (limestone forest), dan lainnya.

Berdasarkan jenis pohon yang dominan :


1) Hutan Jati (teak forest), misalnya di Jawa Timur.
2) Hutan Pinus (pine forest), di Aceh.
3) Hutan Dipterokarpa (dipterocarp forest), di Sumatra dan Kalimantan.
4) Hutan Ekaliptus (eucalyptus forest) di Nusa Tenggara, dan lain-lain

5
Berdasarkan sifat-sifat pembuatannya :
1) Hutan Alam (natural forest);
2) Hutan Buatan (man-made forest), misalnya:
3) Hutan Rakyat (community forest);
4) Hutan Kota (urban forest);
5) Hutan Tanaman Industri (timber estates atau timber plantation), dan lain-
lain

Berdasarkan tujuan pengelolaannya :


1) Hutan produksi, yang dikelola untuk menghasilkan kayu ataupun hasil
hutan bukan kayu (non-timber forest product)

Gambar 4 Hutan Produksi


2) Hutan lindung, dikelola untuk melindungi tanah dan tata air seperti
Taman Nasional.

Gambar 5 Hutan Lindung


3) Hutan suaka alam, dikelola untuk melindungi kekayaan keanekaragaman
hayati atau keindahan alam seperti cagar alam dan suaka alam

6
Gambar 6 Hutan suaka alam
4) Hutan konversi, yakni hutan yang dicadangkan untuk penggunaan lain,
dapat dikonversi untuk pengelolaan non-kehutanan.

Gambar 7 Hutan konvesi

2.1.2 Luas Hutan Indonesia


Sekitar 70% daratan di Indonesia berupa kawasan hutan Negara.
Pengelolaan hutan tersebut berada pada pemerintah pusat maupun
pemerintah daerah. Pengelolaan hutan memberikan tambahan PAD
(Pendapatan Asli Daerah), membuka lapangan kerja bagi masyarakat dan
menggiatkan sector ekonomi. Namun pemanfaatan hutan yang berlebihan
dapat menyebabkan kerusakan hutan. Dampak kerusakan hutan bagi
perekonomian hanyalah bagian kecil dari total dampak yang sebenarnya.
Dampak ekonomi tidak mencerminkan seluruh dampak yang terjadi. Fungsi
hutan sebagai daya dukung lingkungan justru memberi peran lebih besar.
Hutan Indonesia merupakan hutan yang menduduki urutan ketiga
terluas di dunia dengan hutan tropis dan sumbangan dari hutan hujan (rain
forest) Kalimantan dan Papua. Menurut data Forest Watch Indonesia (FWI),
sebuah lembaga indepen den pemantau hutan Indonesia, sejumlah 82
hektare luas daratan Indonesia masih tertutup hutan. Hutan Indonesia

7
menyimpan keragaman hayati paling kaya di Bumi dengan 30 juta jenis
flora dan fauna. Sebagai paru-paru Bumi, hutan tidak cuma memproduksi
oksigen, tapi juga menyimpan gas rumah kaca. Ilmuwan mencatat, luas
hutan yang menghilang di seluruh dunia setiap enam tahun melebihi dua
kali luas pulau Jawa. Luas hutan Indonesia terus menciut, sebagaimana
diperlihatkan oleh tabel beriku t: Luas Penetapan Kawasan Hutan oleh
Departemen Kehutanan Tahun Luas (Hektar) :

1950 162,0 juta


1992 118,7 juta
2003 110,0 juta
2005 93,92 juta

Berdasarkan hasil penafsiran citra satelit, kawasan hutan Indonesia


yang mencapai 93,92 juta hektar pada 2005 itu dapat dirinci
pemanfaatannya sebagai berikut:
 hutan tetap : 88,27 juta ha
 hutan konservasi : 15,37 juta ha
 hutan lindung : 22,10 juta ha
 hutan produksi terbatas : 18,18 juta ha
 hutan produksi tetap : 20,62 juta ha
 hutan produksi yang dapat dikonversi : 10,69 juta ha
 areal Penggunaan Lain (non-kawasan hutan) : 7,96 juta ha

Lahan hutan terluas ada di Papua (32,36 juta ha), diikuti berturut-turut
oleh Kalimantan (28,23 juta ha), Sumatera (14,65 juta ha), Sulawesi (8,87
juta ha), Maluku dan Maluku Utara (4,02 juta ha), Jawa (3,09 juta ha), serta
Bali dan Nusa Tenggara (2,7 juta ha).

2.1.3 Jenis Hutan Indonesia dan Fungsinya


A. Jenis Hutan
Penggolongan jenis hutan Indonesia terkait dengan jenis iklim yang
terdapat diwilayah Indonesia. Menurut Köppen mencangkup tiga daerah
iklim, yakni :

8
1. Daerah tipe iklim A (sangat Basah)
Daerah hujan tropis yaitu daerah yang mempunyai temperatur bulanan
terdingin +18°C. Iklim tersebut dibagi menjadi tiga tipe yaitu Hutan
Hujan Tropika (Af), Monsun Tropika (Am), dan Savana (Aw).
 Hutan Hujan Tropika (Af)
Daerah tipe f pada bulan terkering, curah hujan rata-rata > 60 mm.
OKI, di daerah ini terdapat hutan-hutan yang lebat. Terdapat di :
Sumatra, Kalimantan, dan Sulawesi Utara.
 Monsun Tropika (Am)
Daerah peralihan yang jumlah hujan pada bulan basah dapat
mengimbangi kekurangan hujan pada bulan-bulan kering. Di daerah
ini masih terdapat hutan yang cukup lebat. Terdapat di : Jawa Tengah,
Jawa Barat, sebagian Sulawesi Selatan, dan pantai selatan Papua.
 Savana (Aw)
Daerah tipe w memiliki musim kering yang panjang. jumlah hujan
pada bulan basah tidak dapat mengimbangi kekurangan hujan pada
bulan-bulan kering. OKI, vegetasi di daerah ini berupa padang rumput
dan pohon-pohon yang jarang. Terdapat di : Jawa Timur, Madura,
Nusa Tenggara, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Selatan, dan Kepulauan
Aru.

2. Iklim Kering (B)


Daerah iklim kering (subtropik) mempunyai tingkat evaporasi
(penguapan) tinggi daripada curah hujan, temperatur bulan terdingin 18-
3°C. OKI, persediaan air tidak cukup untuk mendukung kehidupan
tanaman. Tanaman tertentu yang dapat hidup seperti kaktus.
 Iklim Stepa (Bs)
Daerah setengah kering (semi arid) dengan curah hujan di lintang rendah
antara 380-760 mm/tahun.
 Iklim Padang Pasir (Bw)
Daerah kering (arid) yang mempunyai curah hujan kurang dari 250
mm/tahun.

9
3. Iklim Hujan Sedang (C)
Daerah iklim sedang dengan suhu udara rata-rata bulan terdinginnya = -
3-18°C. Sedangkan terpanas >10°C. Iklim ini dibagi menjadi tiga tipe
yaitu Iklim Sedang dengan Musim Panas yang Kering (Cs), Iklim Sedang
dengan Musim Dingin yang Kering (Cw), Iklim Sedang yang Lembab
(Cf).

4. Iklim Dingin (D)


Daerah yang termasuk iklim dingin mempunyai temperatur rata-rata
bulan-bulan terdingin kurang dari -3°C dan rata-rata bulan-bulan terpanas
lebih dari 10°C. Iklim ini dibagi menjadi dua tipe yaitu Iklim Dingin
dengan Musim Dingin yang Kering (Dw) dan Iklim Dingin tanpa Periode
Siang (Df).

5. Iklim Kutub
Daerah yang termasuk iklim kutub mempunyai rata-rata temperatur bulan
terpanas kurang dari 10°C. Iklim itu dibagi menjadi dua tipe iklim yaitu
Iklim Tundra (ET) dan Iklim Es Salju Abadi (EF).
Berdasarkan perbedaan iklim ini, Indonesia memiliki hutan
gambut, hutan tropis, dan hutan muson.
1) Hutan Gambut
Hutan gambut adalah hutan tropis berdaun lebar di mana tanah yang
terendam air mencegah dedaunan dan kayu terdekomposisi
sepenuhnya. Seiring waktu berlalu, terbentuk lapisan gambut yang
bersifat asam. Hutan gambut umumnya dikelilingi oleh hutan hujan
pada tanah yang tidak terendam air dan hutan bakau di air payau.

10
Gambar 8 Hutan Gambut
2) Hutan Hujan Tropis
Hutan hujan tropika atau sering juga ditulis sebagai hutan hujan
tropis adalah bioma berupa hutan yang selalu basah atau lembap,
yang dapat ditemui di wilayah sekitar khatulistiwa; yakni kurang
lebih pada lintang 0°–10° ke utara dan ke selatan garis khatulistiwa.
Hutan hujan tropis bisa juga diartikan sebagai hutan yang terletak di
daerah tropis yang memiliki curah hujan tinggi. Maka dari itu,
disebut Hutan Hujan Tropis. Hutan-hutan ini didapati di Asia,
Australia, Afrika, Amerika Selatan, Amerika Tengah, Meksiko dan
Kepulauan Pasifik. Dalam peristilahan bahasa Inggris, formasi hutan
ini dikenal sebagai lowland equatorial evergreen rainforest, tropical
lowland evergreen rainforest, atau secara ringkas disebut tropical
rainforest.

Gambar 9 Hutan Hujan Tropis


3) Hutan Muson
Merupakan hutan yang terdapat di wilayah kemarau yang cukup
panjang. Hutan musim tumbuhannya cendrung bersifat homogen
(sejenis). Hutan musim juga dapat dikatakan sebagai hutan yang

11
terdapat pada daerah yang suhu udaranya cukup tinggi dan
mempunyai perbedaan musim hujan dan musim kemarau yang
cukup jelas. Tumbuhan yang dapat hidup di hutan musim adalah
tumbuhan yang mampu beradapatasi dengan musim kemarau dan
musim penghujan serta tahan terdapat kekeringan.

Gambar 10 Hutan Muson

Berdasarkan sifat tanah, jenis hutan di Indonesia mencangkup hutan


pantai, hutan mangrove, dan hutan rawa.
1) Hutan Pantai
Hutan pantai, atau lebih tepatnya disebut vegetasi pantai atau vegetasi
pantai berpasir. adalah tutupan vegetasi yang tumbuh dan berkembang
di pantai berpasir di atas garis pasang tertinggi di wilayah tropika.
Secara tradisi, pakar membedakan dua kadang-kadang tiga formasi
vegetasi di wilayah ini. Meskipun cukup kaya akan keanekaragaman
fauna, hanya sedikit jenis-jenis satwa yang khas dari tipe ekosistem ini.
Kebanyakan hewan itu hidup pula di tipe ekosistem yang lain, atau
bahkan hanya datang ke hutan pantai untuk satu

Gambar 11 Hutan Pantai

12
2) Hutan Mangrove
Hutan bakau atau disebut juga hutan mangrove adalah hutan yang
tumbuh di air payau,dan dipengaruhi oleh pasang-surut air laut. Hutan
ini tumbuh khususnya di tempat-tempat di mana terjadi pelumpuran dan
akumulasi bahan organik. Baik di teluk-teluk yang terlindung dari
gempuran ombak, maupun di sekitar muara sungai di mana air
melambat dan mengendapkan lumpur yang dibawanya dari hulu.
Ekosistem hutan bakau bersifat khas, baik karena adanya pelumpuran
yang mengakibatkan kurangnya abrasi tanah; salinitas tanahnya yang
tinggi; serta mengalami daur penggenangan oleh pasang-surut air laut.
Hanya sedikit jenis tumbuhan yang bertahan hidup di tempat semacam
ini, dan jenis-jenis ini kebanyakan bersifat khas hutan bakau karena
telah melewati proses adaptasi dan evolusi.

Gambar 12 Hutan Mangrove

3) Hutan Rawa
Hutan Rawa adalah hutan yang tumbuh dan berkembang pada tempat
yang selalu tergenang air tawar atau secara musiman hutan tersebut
tergenang air tawar. Secara periodik daerah-daerah yang terletak di
dekat aliran sungai bila musim hujan selalu tergenang akan terbentuk
hutan rawa. Selain itu Hutan rawa juga biasanya terdapat di belakang
hutan payau atau mangrove.

13
Gambar 13 Hutan Rawa

2.1.4 Fungsi Hutan


Hutan memiliki banyak manfaat atau fungsi, yaitu seperti berikut :
1. Tempat menyimpan air hujan dan kemudian mengalirkannya ke sungai-
sungai dan danau hingga pada musim kemarau daerah tersebut tidak
mengalami kekeringan.
2. Tempat hidup bagi flora dan fauna yang menjadi sumber makanan dan
obat-obatan pada saat ini maupun pada masa yang akan datang.
3. Mencegah terjadinya erosi atau pengikisan karena air hujan tidak
langsung jatuh ke tanah yang mengakibatkan kikisan tanah-tanah yang
subur.
4. Menghasilkan oksigen dan menyerap karbon dioksida sehingga suhu
bumi jadi lebih terkendali.
5. Sumber kehidupan bagi masyarakat, khususnya penduduk sekitar hutan
dari produk yang dihasilkannya.
Berdasarkan fungsinya, hutan dapat dikategorikan sebagai berikut :
1. Hutan Wisata
Hutan wisata merupakan kawasan hutan yang dibina dan dipelihara
secara khusus guna kepentingan pariwisata dan wisata baru. Hutan wisata
yang memiliki keindahan alam, kekayaan flora, fauna, maupun alamnya
sendiri mempunyai corak khas untuk dimanfaatkan bagi kepentingan
rekreasi dan kebudayaan.

14
Gambar 14 Hutan Wisata
2. Hutan Cadangan
Hutan cadangan adalah satu jenis hutan berdasarkan kategori
fungsi yang dimilikinya. Hutan cadangan meskipun memiliki fungsi yang
belum terarah dengan pasti namun sudah banyak digunakan oleh
manusia, khususnya dalam pertanian atau penanaman tanaman pangan
dan juga dalam hal pemukiman.

Gambar 15 Hutan cadangan


3. Hutan Lindung
Hutan lindung (protection forest) adalah kawasan hutan yang telah
ditetapkan oleh pemerintah atau kelompok masyarakat tertentu untuk
dilindungi, agar fungsi-fungsi ekologisnya terutama menyangkut tata air
dan kesuburan tanah tetap dapat berjalan dan dinikmati manfaatnya oleh
masyarakat di sekitarnya.

4. Hutan Produksi
Hutan Produksi Merupakan Kawasan hutan guna produksi hasil
hutan untuk memenuhi keperluan masyarakat pada umumnya, khususnya

15
untuk pembangunan, industri dan ekspor. Di Indonesia sebagian besar
hutan produksi juga adalah Hutan alam yang dieksploitasi dalam rangka
Hak Pengusahaan Hutan dan hutan buatan atau hutan tanaman, misalnya
hutan jati, tusam, mahoni, damar, jabon, bambu di Pulau Jawa dan hutan
tanaman tusam di Sumatera Utara.

2.1.5 Kekayaan Hutan Indonesia


Hutan-hutan Indonesia memiliki keanekaragaman hayati yang
tertinggi di dunia, meskipun luas daratannya hanya 1,3 persen dari luas
daratan di permukaan bumi. Kekayaan hayatinya mencapai 11 persen
spesies tumbuhan yang terdapat di permukaan buni. Selain itu, terdapat 10
persen spesies mamalia dari total binatang mamalia bumi, dan 16 persen
spesies burung di dunia . Hasil kekayaan hutan telah menjadi bagian yang
penting dalam struktur penerimaan anggaran Indonesia. Nilai kekayaan
hutan Indonesia tahun 1997 khususnya dari kayu lapis menyumbangkan
senilai 3,5 Milyar Dolar US, sedang Pulp dan kertas senilai 2 Milyar Dolar
US dari nilai total ekspor Indonesia senilai 56,3 Milyar Dolar US. Nilai
kedua komponen tersebut belum termasuk ekspor kayu rotan, kayu
gelondongan Indonesia yang memiliki komponen yang tidak sedikit.
Komponen yang terakhir menjadi bagian dari komponen ekspor non migas
lainnyn yang memiliki nilai sebesar 21,5 Milyar Dolar US atau
berkontribusi sebesar 18 % dari totni ekspor Indonesia .

2.2 Tingkat Kerusakan Hutan Indonesia


Kerusakan hutan memang bukan merupakah hal yang langka yang
akan kita temui di dunia ini. Ada banyak sekali kasus tentang kerusakan
hutan. Bahkan jika kita menelisik lebih jauh, banyak hutan yang ada di
sekitar kita ini telah rusak dan jauh dari keadaan yang seharusnya.
Kerusakan hutan yang dapat kita temui ini bentuknya ada bermacam-
macam. Beberapa macam bentuk kerusakan hutan antara lain adalah sebagai
berikut :

16
a. Kebakaran hutan

Gambar 16 Kebakaran Hutan


Kebakaran hutan merupakan bentuk kerusakan hutan yang paling
sering kita temui. Di Indonesia sendiri, kebakaran hutan bukan
merupakan hal yang langka lagi. Kebakaran hutan akan menimbulkan
kerusakan hutan yang cukup serius. Ada banyak hal di dalam hutan
yang akan rusak akibat kebakaran hutan ini. Kebakaran hutan tidak
hanya akan merusak pohon-pohon yang menjadi penghuni utama hutan
saja, namun juga akan merusak struktur tanah. Tanah yang ada di hutan
yang terbakar ini akan kehilangan kandungan bahan-bahan yang
menyuburkan tanah, hingga pada akhirnya yang tersisa hanyalah tanah
yang tidak subur karena unsur haranya telah hilang. Selain tumbuhan
dan juga struktur lingkungan abiotik yang ada di hutan, kebakaran
hutan juga bisa mengusik binatang-binatang yang ada di hutan tersebut,
bahkan bisa juga menyebabkan mati. Kebakaran hutan merupakan
bentuk kerusakan hutan yang sangat merugikan bagi semua pihak,
karena dampaknya akan menyebar hingga ke area-area yang berada di
luar hutan tersebut. Kebakaran hutan ini dapat terjadi secara proses
alam (akibat panas matahari di musim kemarau) maupun karena
kesalahan manusia.

17
b. Penebangan hutan secara liar

Gambar 17 Penebangan hutan secara liar


Penebangan hutan secara liar ini jelas terjadi akibat ulah manusia
yang tidak bertanggung jawab. Meskipun penebangan hutan ini
kelihatannya tidak menimbulkan dampak yang serius secara langsung,
Namun apabila banyak orang yang melakukan penebangan hutan ini
maka pada akhirnya juga akan menimbulkan dampak yang luar biasa
hebat. Hutan-hutan akan menjadi gundul dan pada akhirnya akan
menimbulkan banyak sekali dampak buruk pada hutan. Penebangan
hutan secara liar juga merupakan aktivitas yang sangat dilarang oleh
pemerintah karena merupakan tindakan yang merusak alam. Selain
dapat mengurangi populasi pepohonan, penebangan hutan secara liar
juga akan membunuh dan menghilangkan rumah bagi banyak satwa
yang tinggal di dalam hutan tersebut. Banyak sekali alasan manusia
melakukan penebangan hutan secara liar, namun dari berbagai macam
alasan, alasan yang paling umum adalah untuk mencari keuntungan
secara pribadi.
c. Sistem cocok tanam perladangan yang berpindah

Gambar 18 Ladang berpindah yang mengakibatkan kerusakan hutan

18
Penyebab dari kerusakan hutan yang selanjutnya adalah ladang
bercocok tanam yang berpindah. Manusia memang menjadikan cocok
tanam sebagai salah satu sumber mata pencaharian. Bercocok tanam
tersebut bisa berupa pertanian maupun perkebunan. Ketika lahan suatu
daerah sudah dipenuhi dengan pemukiman penduduk, maka masyarakat
akan mencari lahan baru untuk melakukan cocok tanam. Salah satu
alternatif lahan yang digunakan adalah lahan hutan. Maka dari itulah
manusia bisa dengan sengaja menebang pepohonan yang ada di hutan
dan membuka lahan untuk bercocok tanam. Meskipun sama-sama
ditanami tumbuh-tumbuhan namun hutan yang digunakan sebagai
lahan cocok tanam tetap akan berbeda fungsi hutan dengan hutan yang
semestinya. Maka hal inilah yang disebut sebagai kerusakan hutan.
d. Usaha pertambangan yang berada di wilayah hutan

Gambar 19Pertambangan merusak hutan


Usaha pertambangan yang dilakukan di wilayah hutan juga
akan menyebabkan kerusakan pada hutan. Usaha pertambangan
dilakukan dengan mengambil barang tambang yang tersimpan di dalam
tanah. Oleh karena itulah pasti tanah akan digali demi mendapatkan
barang tambang tersebut. Hal seperti ini akan menyebabkan kerusakan
pada tanah tersebut. Dan apabila hal seperti ini terjadi di wilayah hutan
maka akan menjadikan hutan tersebut mengalami kerusakan, yaitu
tanah di hutan akan rusak dan tidak akan berfungsi dengan baik seperti
seharusnya.
e. Transmigrasi
Transmigrasi juga bisa dikatakan sebagai salah satu hal yang
menyebabkan kerusakan pada hutan. Karena transmigrasi akan

19
menyebabkan munculnya lahan pemukiman baru. Transmigrasi pada
umumnya dilakukan dari tempat yang ramai menuju tempat yang sepi
demi kemerataan pemukiman. Namun hal ini biasanya akan
menggunakan lahan hutan untuk membuka lahan pemukinan yang baru.
Hal ini otomatis akan menyebabkan pohon-pohon ditebangi agar bisa
digunakan untuk membuat tempat pemukinan yang baru. Jika banyak
pohon-pohon yang ditebangi maka hutan tidak akan berfungsi yang
sebenarnya dan dibutuhkan oleh alam.
f. Musim kemarau yang berlangsung lama

Gambar 20 kekeringan hutan


Penyebab dari alam yang dapat menyebabkan kerusakan pada
hutan adalah musim kemarau yang berlangsung terlampau lama. Musim
kemarau yang berlangsung terlalu lama akan menjadikan pepohonan
kering dan juga mati. Selain itu, musim kemarau juga akan
menyebabkan struktur tanah juga akan rusak. Maka dari itu tanah di
hutan juga akan rusak akibat musim kemarau yang terlampau panjang.
Oleh karena itulah musim kemarau yang panjang ini akan menyebabkan
kerusakan pada hutan.
g. Letusan gunung berapi
Letusan gunung berapi juga merupakan salah satu penyebab
timbulnya kerusakan pada hutan, hutan yang ada di wilayah lereng
gunung berapi terutama. Hal ini karena magma yang keluar dari perut
gunung berapi bersifat panas dan akan menerjang hutan yang berada di
wilayah gunung tersebut. Akibatnya banyak pohon yang akan mati,

20
bahkan terbakar dan kemudian tanah pun juga akan rusak karena
tertimbun material yang telah keluar dari dalam perut Bumi.

Gambar 21 Kerusakan hutan akibat proses alam (letusan gunung


berapi)
Letusan gunung berapi juga akan mengeluarkan awan panas
yang sangat banyak. Ketika awan panas tersebut menerjang hutan yang
ada di sekitar gunung berapi, maka akan menyebabkan pohon- pohon
menjadi layu dan juga kering.
h. Tsunami

Gambar 22 Kerusakan hutan akibat proses alam (tsunami)


Selain gunung berapi, bencana alam lain yang akan
menyebabkan kerusakan pada hutan adalah gelombang tsunami.
Bencana banjir mungkin saja tidak akan memberikan dampak yang
begitu berarti pada hutan, namun ketika sudah gelombang tsunami,
maka hutan akan terlihat porak poranda. Hal ini karena kekuatan
gelombang tsunami tersebut yang dasyat. Gelombang tsunami akan
menyebabkan banyak pepohonan yang mati akibat terjangannya, dan
juga akan menyebabkan tanah hutan menjadi terkena erosi.

21
Tingkat kerusakan hutan Indonesia berada dalam kondisi sangat
serius. Pada tahun 1985 dilaporan oleh badan internasional Word Wild Fund
(WWF) bahwa hutan Indonesia tersisa 73,7 % atau dengan tingkat
kerusakan mencapai 26,3 % , pada tahun 2000 hutan Indonesia tersisa 57,5
% , tahun 2005 dilaporan tinggal 50,4 % . Kondisi tersebut menunjukkan
bahwa tingkat eksploitasi hutan Indonesia merupakan hal yang sangat luar
biasa memprihatinkan. Berdasarkan sumber yang sama, hal yang lebih parah
lagi akan terjadi, yaitu pada tahun 2010 diprediksi hutan Indonesia tinggal
44,4 % dan tahun 2020 diprediksi hutan Indonesia hanya tersisa 32,6 % .
Menggaris bawahi kondisi kerusakan hutan Indonesia, maka
kebijakan pemerintah memperoleh devisa negara dengan eksploitasi hutan
perlu dihentikan. Pemerintah perlu melakukan langkah-langkah alternatif
untuk memperoleh sumber penerimaan alternatif untuk mendukung devisa
negara. Berbagai langkah penghentian secara tegas dan penindakan atas
illegal logging perlu dengan langkah nyata dilakukan oleh pemerintah.

Gambar 23 Tingkat kerusakan hutan Indonesia (hutan Kalimantan)


yang dieksploitasi dalam tahun 1985-2005 dan prediksi tingkat
kerusakan hutan Indonesia hingga tahun 2020.

2.3 Upaya Revitalisasi Hutan


2.3.1 Dampak Kerusakan Huan
Kerusakan hutan Indonesia telah terbukti memberi dampak negatif
bagi masyarakat Indonesia, mulai banjir, angin, erosi, kekeringan, semakin
sulitnya air besih, dan sebagainya yang semuanya menghadirkan dampak

22
negatif yang sangat signifikan bagi kehidupan sosial, budaya, politik, dan
ekonomi (Sungatno, 2007).
Dampak Akibat Kerusakan hutan yaitu :
a. Menurunkan Kualitas Oksigen
Hutan merupakan produsen terbesar yang menghasilkan Oksigen
(O2), hutan juga membantu menyerap gas rumah kaca yang menjadi
penyebab terjadinya pemanasan global. Itulah sebabnya mengapa ada
istilah yang mengatakan bahwa hutan adalah paru-paru bumi. Namun
banyaknya hutan yang rusak akan membuat penurunan kualitas oksigen.
Sebab Semakin sedikit tumbuhan yang ada di hutan, semakin sedikit pula
oksigen yang dihasilkan. Akibatnya adalah kualitas oksigen akan
menurun.
b. Penyebab Banjir Besar
Semakin maraknya penebangan liar akan membuat hutan semakin
gundul, hal ini tentu akan menjadi pemici terjadinya banjir besar dan juga
banjir bandang. karena sedikitnya pohon yang terdapat dihutan tidak
akan mampu menyerap air hujan. Sehingga saat hujan datang, air akan
meluap karena tidak bisa diserap oleh akar pohon.
c. Bencana kekeringan
Bencana kekeringan bisa terjadi karena kerusakan hutan. Saat
pohon jumlahnya hanya sedikit, air yang diserap pun hanya sedikit.
Sehingga air tanah juga menjadi sedikit. Air tanah yang sedikit bisa
menyebabkan alam terkena bencana kekeringan.
d. Penyebab Tanah Longsor
Tumbuhan dan Pohon di Area hutan akan menjadi penguat struktur
tanah, jadi saat terjadi hujan deras, air tidak langsung mengenai tanah
sebab akar pohon akan menjadi penyerap air hujan. Namun kerusakan
hutan dan penggundulan hutan akan menjadi pemicu terjadinya tanah
longsor besar. sebab sudah tidak adalagi akar tanaman yang mampu
menyerap air hujan.

23
e. Terganggunya siklus air
Kita tahu bahwa pohon memiliki peranan yang penting dalam
siklus air, yaitu menyerap curah hujan serta menghasilkan uap air yang
nantinya akan dilepaskan ke atmosfer. Dengan kata lain, semakin sedikit
jumlah pohon yang ada di bumi, maka itu berarti kandungan air di udara
yang nantinya akan dikembalikan ke tanah dalam bentuk hujan juga
sedikit.

Menggaris bawahi kerusakan hutan Indonesia dan kecenderungan


semakin meningkatnya kerusakan tersebut seiring dengan waktu, maka
berbagai upaya revitalisasi hutan merupakan hal yang sangat mendesak
dilakukan. Langkah-langkah revitalisasi hutan tidak cukup dengan
menetapkan kebijakarn atau peraturan-peraturan perundangan tetapi juga
perlu peningkatan kesadaran dan keterlibatan seluruh komponen masyarakat
Indonesia.

Gambar 24 Salah satu satwa yang terancam punah karena pembukaan


lahan dan Kawasan yang habis terbakar.

24
2.3.2 Berbagai Program Perbaikan Hutan (Revitalisasi Hutan)
Sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa permasalahan
hutan adalah permasalahan bersama, oleh sebab itu persoalan ini harus
dihadapi oleh pemerintah dan warga masyarakat sekaligus. Sebagai wujud
peran serta pemerintah dan masyarakat dalam mendukung program
pemulihan kondisi hutan dan lahan ke wilayah di Indonesia pada khususnya
dan dunia pada umumnya.
Dalam tiga tahun terakhir seiring dengan beberapa program
Pemerintah berupa:
1) Gerakan Rehabilitasi Hutan dan Lahan (Gerhan);
2) Indonesia Menanam dan Gerakan Perempuan Menanam, sudah terjadi
peningkatan jumlah lahan yang ditanami namun penanaman saja tanpa
ada yang merawat dan menjaga mustahil kemajuan itu akan terus
berlangsung. Proses pemulihan hutan dan lahan ini masih
membutuhkan waktu yang panjang dan keikutsertaan masyarakat yang
solid yang tanpa kedua faktor itu sulit untuk mempertahankan
keberhasilan tersebut;
3) Peningkatan kesadaran masyarakat terhadap peran dan fungsi hutan
sehingga tidak lagi melakukan kerusakan yang lebih parah terhadap
hutan dan bumi dengan hidup cermat dan tidak boros dalam
menggunakan sumber energi terutama yang sulit untuk diperbaharui;
4) Disamping itu, secara kelembagaan pemerintah telah mengambil
langkah-langkah berupa (Bappenas.go.id. 2009):

Diterapkannya prinsip pengelolaan hutan lestari dengan membangun


Unit Pengelolaan Hutan disetiap Provinsi.
a. Terselesaikannya penetapan kesatuan pengelolaan hutan di 20 lokasi.
b. Meningkatnya investasi untuk memanfaatkan dan mengolah hasil hutan
non-kayu;
c. Terlaksananya penilaian kinerja pada 85 unit ljin Usaha Pemanfaatan
Hasil Hutan Kayu (IUPHHK) pada hutan alam dan hutan tanaman;
d. Terlaksananya pelaksanaan pelelangan 20 unit IUPHHK dengan luasan
600 ribu ha;

25
e. Terlaksananya kegiatan-kegiatan operasi penanggulangan illegal loging
dan illegal trading;
f. Terlaksananya pembangunan hutan rakyat seluas 200 ribu ha, serta
hutan kemasyarakatan dan perhutanan sosial seluas 200 ribu ha;
g. Terlaksananya rehabilitasi hutan dan lahan seluas 900 ribu ha di 282
DAS prioritas;
h. Meningkatnya pengelolaan kawasan konservasi di 10 Taman Nasional;
i. Terlaksananya penataan batas kawasan hutan di 26 provinsi ribu ha;

Program Tujuan Bidang


 Meningkatkan  Penyuluhan
kesadaran kehutanan
masyarakat  Pembangunan
terhadap hutan
pentingnya hutan. kemasyarakatan
 Meningkatkan  Pembangunan
Memberdayak
keterlibatan hutan Rakyat
an masyarakat
di sekitar dan di
masyarakat dalam  Pembinaan usaha
pengelolaan kecil menengah
dalam hutan
hutan  Agroforestry di
 Meningkatkan daerah
kesejahteraan  Social forestry
masyarakat
sekitar dan di
dalam hutan

2.3.2 Hasil Perbaikan Hutan


Menurut kepala Pusat Informasi Dephut, Ir. Masyhud sebagaimana
disitir oleh Intania (2008) bahwa dari berbagai program yang dilaksanakan
oleh pemerintah dan masyarakat Indonesia dilaporkan kerusakan hutan di
Indonesia sudah mampu diturunkan dari 2,83 juta hektar pertahun menjadi
1,08 juta ha pertahun atau menurun 60 persen sebagai hasil dari gerakan
penghijauan nasional selama tiga tahun(2004-2007).

26
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Hutan adalah suatu ekosistem yang terdiri atas berbagai jenis
vegetasi yang didalamnya terdapat berbagai jenis organisasi lain. Hutan
sering kali disebut sebagai paru-paru dunia, karena hutan merupakan
ekosistem yang memegang peranan penting atau fungsi bagi kehidupan
dimuka bumi. Hutan menjadi paru-paru dunia karena menyediakan begitu
banyak oksigen yang dilepaskan, sekaligus menyerap CO2 yang terdapat
pada atmosfer bumi.
Hutan Indonesia memiliki nilai strategis dalam prespektif komunitas
dunia ataupun iklim global. Hal ini karena hutan tropis Indonesia
merupakan hutan terbesar ketiga dunia yang didalamnya menaungi berbagai
jenis flora dan fauna yang menghantarkan Indonesia dikenal sebagai
megabiodiversity country. Namun predikat yang pernah disandang ini
dikhawatirkan sirna karena secara riil hutan Indonesia telah dieksploitasi
secara besar-besaran. Bila hal ini terus dilakukan tanpa adanya upaya
pencegahan serta penanggulangan maka akan menimbulkan dapak yang
besar bagi kehidupan. Oleh karena itu pentingnya menjaga kelestarian hutan
di Indonesia adalah upaya serius dan terintegrasi antara pemerintah,
masyarakat, dan seluruh komponen terkait lainnya

3.2 Saran
Kita sudah mengetahui pentingnya hutan untuk keberlangsungan
kehidupan, salah satunya pemasok O2. Pentingnya menjaga dan
melestarikan sumber daya termasuk hutan adalah tanggung jawab kita
semua. Jadilah manusia yang mampu memanfaatkan sumber daya secara
optimal tidak rakus dan merusak lingkungan.

27
DAFTAR PUSTAKA

Soerjani, M. (2009). Pendidikan Lingkungan (Environmental Education). Jakarta:


Institut Pendidikan dan Pengembangan Lingkungan.

(Online) diakses pada Rabu, 24 Oktober 2018.


http://pusatkrisis.kemkes.go.id/dampak-buruk-akibat-kerusakan-hutan-
bagi-kehidupan.

(Online) diakses pada Rabu, 24 Oktober 2018.


https://bangazul.com/permasalahan-hutan-di-indonesia/

(Online) diakses pada Rabu, 24 Oktober 2018. https://ilmugeografi.com/ilmu-


sosial/kekayaan-alam-indonesia

(Online) diakses pada Rabu, 24 Oktober 2018. https://ilmugeografi.com/bencana-


alam/kerusakan-hutan

(Online) diakses pada Rabu, 24 Oktober 2018. https://id.wikipedia.org/wiki/Hutan

28

Anda mungkin juga menyukai