Anda di halaman 1dari 9

BAB II

PEMBAHASAN

2.1   Pengertian Permasalahan Pendidikan


Istilah permasalahan diterjemahkan dari bahasa inggris yaitu “problem“. Masalah adalah
segala sesuatu yang harus diselesaikan atau dipecahkan. Sedangkan kata permasalahan berarti
sesuatu yang dimasalahkan atau hal yang dimasalahkan. Jadi Permasalahan pendidikan adalah
segala-sesuatu hal yang merupakan masalah dalam pelaksanaaan kegiatan pendidikan.
Dari uraian di atas, dapat juga disimpulkan bahwa Permasalahan Pendidikan Indonesia adalah
segala macam bentuk masalah yang dihadapi oleh program-program pendidikan
di negara Indonesia.

2.2   Permasalahan Pokok Pendidikan


Pada dasarnya ada dua masalah pokok yang dihadapi oleh dunia pendidikan di
tanah air kita dewasa ini, yaitu:
a.       Bagaimana semua warga negara dapat menikmati kesempatan pendidikan.
b.      Bagaimana pendidikan dapat membekali peserta didik dengan keterampilan kerja yang mantap
untuk dapat terjun ke dalam kancah kehidupan bermasyarakat.

2.3   Jenis Permasalahan Pokok Pendidikan


Ada empat jenis permasalahan pokok pendidikan yang telah menjadi
kesepakatan nasional. Masalah yang dimasud yaitu:
1.      Masalah pemerataan pendidikan.
2.      Masalah mutu pendidikan.
3.      Masalah efisiensi pendidikan.
4.      Masalah relevansi pendidikan.
2.3.1        Masalah Pemerataan Pendidikan
Masalah pemerataan pendidikan adalah persoalan bagaimana sistem pendidikan dapat
menyediakan kesempatan yang seluas-luasnya kepada seluruh warga negara untuk memperoleh
pendidikan, sehingga pendidikan itu menjadi wahana bagi pemabangunan sumber daya  manusia
untuk menunjang pembangunan.
Pada masa awalnya, di tanah air kita pemerataan pendidikan itu telah dinyatakan dalam
Undang-Undang No. 4 Tahun 1950 sebagai dasar-dasar pendidikan dan pengajaran di sekolah.
Pada Bab XI, Pasal 17 berbunyi:
Tiap-tiap warga negara Republik Indonesia mempunyai hak yang sama untuk diterima menjadi
murid suatu sekolah jika syarat-syarat yang ditetapkan untuk pendidikan dan pengajaran pada
sekolah itu dipenuhi.
Selanjutnya dalam kaitannya dengan wajib belajar Bab VI, Pasal 10 Ayat 1, menyatakan:
“Semua anak yang sudah berumur 6 tahun berhak dan yang sudah berumur 8 tahun diwajibkan
belajar di sekolah, sedikitnya 6 tahun lamanya.” Ayat 2 menyatakan: “Belajar di sekolah agama
yang telah mendapat pengakuan mentri agama dianggap telah memenuhi kewajiaban belajar.”
Landasan yuridis pemerataan pendidikan tersebut penting sekali artinya, sebagai landasan
pelaksanaan upaya pemerataan pendidikan guna mengejar ketinggalan kita sebagai bangsa yang
pernah di jajah oleh bangsa lain.
Oleh karena itu, dengan melihat tujuan yang terkandung di dalam upaya pemerataan
pendidikan tersebut yaitu menyiapkan masyarakat untuk dapat berpartisipasi dalam
pembangunan, maka setelah pelaksanaan upaya pemerataan pendidikan terpenuhi, mulai
diperhatikan juga upaya berkembangnya mutu pendidikan.
2.3.2        Masalah Mutu Pendidikan
Mutu pendidikan dipermasalahkan jika hasil pendidikan belum mencapai taraf seperti
yang diharapkan. Penetapan mutu hasil pendidikan pertama dilakukan oleh lembaga penghasil
sebagai produsen tenaga terhadap calon luaran, dengan sistem sertifikasi. Selanjutnya jika luaran
tersebut terjun ke lapangan kerja penilaian dilakukan oleh lembaga pemakai sebagai konsumen
tenaga dengan sistem tes untuk kerja  (performance test).Lazimnya sesudah itu masih dilakukan
pelatihan/ pemagangan bagi calon untuk penyesuaian dengan tuntutan persyaratan kerja  di
lapangan.
Hasil belajar yang bermutu hanya mungkin dicapai melalui proses belajar yang bermutu.
Jika proses belajar tidak optimal sangat sulit diharapkan terjadinya hasil belajar yang bermutu.
Jika terjadi belajar yang tidak optiimal menghasilkan skor ujian yang baik maka hampir
dipastikan bahwa hasil ujian belajar tersebut adalah semu. Ini berarti bahwa pokok permasalahan
mutu pendidikan lebih terletak pada masalah pemrosesan pendidikan. Selanjutnya kelancaran
pemrosesan pendidikan ditunjang oleh komponen pendidikan yang terdiri dari peserta didik,
tenaga kependidikan, kurikulum, sarana pembelajaran bahkan juga masyarakat sekitar. Seberapa
besar dukungan tersebut diberikan oleh komponen pendidikan, sangat terkandung kepada
kualittas komponen dan kerja samanya serta mobilitas komponen yang mengarah kepada
pencapaian tujuan.
Masalah mutu pendidikan juga mencakup masalah pemerataan mutu. Di dalam Tap MPR
RI 1998 tentang GBHN dinyatakan bahwa titik berat pembangunan pendidikan diletakkan pada
peningkatan mutu setiap jenjang dan jenis pendidikan, dan dalam rangka peningkatan mutu
pendidikan khususnya untuk memacu penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi perlu lebih
disempurnakan dan ditingkatkan pengajaran ilmu pengetahuan dan matematika. (BP-7 Pusat.
1989: 68) umumnya kondisi mutu pendidikan di seluruh tanah air menunjukkan bahwa di daerah
pedesaan utamanya di daerah terpencil lebih rendah daripada di daerah perkotaan. Acuan usaha
pemerataan mutu pendidikan bermaksud agar sistem, pendidikan khususnya sistem persekolahan
dengan segala jenis dan jenjangnya di seluruh pelosok tanah air (kota dan desa) mengalami
peningkatan mutu pendidikan sesuai dengan situasi dan kondisinya masing-masing.
2.3.3        Masalah Efisiensi Pendidikan
Masalah efisiensi pendidikan mempersoalkan bagaimana suatu sistem pendidikan
mendayagunakan sumber daya yang ada untuk mencapai tujuan pendidikan. Jika penggunaannya
hemat dan tepat sasaran dikatakan efisiensinya tinggi. Jika terjadi yang sebaliknya, efisiensinya
berarti rendah.
2.3.4        Masalah Relevansi Pendidikan
Masalah relevansi pendidikan mencakup sejauh mana sistem pendidikan dapat
menghasilkan luaran yang sesuai dengan kebutuhan pembangunan.
Luaran pendidikan diharapkan dapat mengisi semua sektor pembangunan, yaitu yang
beraneka ragam seperti sektor produksi, sektor jasa, dan lain-lain. Baik dari segi jumlah maupun
dari segi kualitas. Jika sistem pendidikan menghasilkan luaran yang dapat mengisi semua sektor
pembangunan baik yang aktual (yang tersedia) maupun yang potensial dengan memenuhi kriteria
yang dipersyaratkan oleh lapangan kerja, maka relevansi pendidikan dianggap tinggi.
2.4  Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Berkembangnya Masalah Pendidikan
Faktor-faktor yang mempengaruhi berkembangnya masalah pendidikan:
2.4.1        Perkembangan Iptek Dan Seni
a.       Perkembangan Iptek
Terdapat hubungan yang erat antara pendidikan dengan iptek.Ilmu pengetahuan merupakan
hasil eksplorasi secara sistem dan terorganisasi mengenai alam semesta, dan teknologi adalah
penerapan yang direncanakan dari ilmu pengetahuan untuk memenuhi kebutuhan hidup
masyarakat.
b.      Pekembangan Seni
Dilihat dari segi tujuan pendidikan yaitu terbentuknya manusia yang seutuhnya,aktivitas
kesenian mempunyai andil yang besar karena dapat mengisi pengembangan dominan afektif
khususnya emosi yang positif serta keterampilan disamping kognitif dan psikomotorik.
Dilihat dari segi lapangan kerja,dewasa ini dunia seni telah mendapat tempat dalam
kehidupan masyarakat sebagai mata pencaharian.
Masalahnya adalah walaupun dunia seni begitu penting namun di sekolah sekolah saat ini
masih menduduki posisi kelas dua.Selain itu,sulit untuk menyediakan tenaga pendidiknya dan
sarana penunjang yang mahal.
2.4.2        Laju Pertumbuhan Penduduk
Masalah ini bersumber pada dua hal yaitu:
a.       Pertambahan Penduduk
Dengan bertambahnya jumlah penduduk ,maka penyediaan sarana dan prasarana pendidikan
harus ditambah.
b.      Penyebaran Penduduk
Penyebaran penduduk di seluruh pelosok tanah air ini tidak merata.Kondisi yang seperti ini
juga menyulitkan dalam hal penempatan tenaga pendidik.
2.4.3        Aspirasi Masyarakat
Aspirasi masyarakat harusnya menjadi baik ketika masih dalam keadaan standar.Namun
menjadi masalah ketika terjadinya massalisasi pendidikan dimana di suatu wilayah terjadi
lamaran di sekolah sekolah,sementara sekolah di wilayah tersebut tidak mencukupi baik dari
fasilitas ataupun pengajar.
2.4.4        Keterbelakangan Budaya dan Sarana Kehidupan
Keterbelakangan budaya disini di maksudkan dengan kurang tahunya sebuah masyarakat
akan perkembangan baru seperti teknologi pada alat transportasi dan telekomunikasi,paham ber-
KB dan lain sebagainya.Dimana permasalahan timbul karena masyarakat yang keterbelakang
budaya menjadi tidak dapat ikut berperan serta dalam pembangunan,sebab mereka kurang
memiliki dorongan untuk maju.Jadi permasalahan nya adalah bagaimana menyadarkan
masyarakat tersebut akan ketertinggalannya,bagaimana menyediakan sarana kehidupan dan
bagaimana sistem pendidikan dapat melibatkan masyarakat tersebut.Karena bukankah
pendidikan mempunyai misi sebagai tranformasi budaya.
2.5  Permasalahan Aktual Pendidikan
Pendidikan selalu menghadapi masalah, karena selalu terdapat kesenjangan antara apa
yang diharapkan dengan hasil yang dapat di capai dari proses pendidikan. Permasalahan aktual
berupa kesenjangan-kesenjangan yang pada saat ini kita hadapi dan terasa mendesak untuk
ditanggulangi.
Beberapa masalah aktual pendidikan yang akan dikemukakan meliputi masalah keutuhan
pencapaian sasaran, kurikulum, peranan guru, dan pendidikan dasar 9 tahun.
Masalah aktual tersebut ada yang mengenai konsep dan ada yang mengenai
pelaksanaannya.Misalnya munculnya kurikulum baru adalah masalah konsep. Apakah kurikulum
tersebut cukup andal secara yuridis (merupakan penjabaran undang-undang pendidikan) dan
secara psikologis (berdasarkan hukum perkembangan peserta mendasarkan diri pada proses
kematangan anak). Konsep seperti itu bermasalah. Selanjutnya jika suatu kurikulum sudah andal,
dapat dilaksanakan apa tidak. Jika tidak, timbullah masalah pelaksanaan atau masalah
operasional. Perlu di pahami bahwa tidak semua masalah aktual tersebut merupakan masalah
baru. Bahkan ada yang sudah lama. Sudah sejak lama masalah aktual itu kita sepakati untuk
mengatasinya, tetapi dari tahun ke tahun hasilnya tetap sama.Berikut ini masalah aktual tersebut:
2.5.1        Masalah Keutuhan Pencapaian Sasaran
Didalam UU Nomor 2 Tahun 1989 tentang Sisten Pendidikan Nasional Bab II Pasal 4
telah dinyatakan bahwa tujuan pendidikan nasional adalah mengembangkan manusia Indonesia
seutuhnya.Kemudian dipertegas dalam GBHN butir 2a dan b tentang arah dan tujuan pendidikan
bahwa yang dimaksud dengan manusia yang utuh itu adalah manusia yang sehat jasmani dan
rohani.Tetapi dalam pelaksanaannya pendidikan afektif belum ditangani
semestinya.Kecendrungan mengarah kepada pengutamaan aspek kognitif.
Pendidikan Agama dan Pendidikan Kewarganegaraan misalnya yang semestinya
mengutamakan pemahaman nilai nilai agama dan kewarganegaraan bergeser menjadi
pengetahuan pelajaran tersebut.Pengrmbangan daya fikir di nomor satukan sementara
pengembangan perasaan dan hati terabaikan.Padahal pemahaman terhadap nilai nilai tidak hanya
cukup dengan pengenalan atas pengetahuannya.Berdasarkan sistem pendidikan kita sekarang
apakah masih ada memberi peluang demi terjadinya pengamalan pengamalan seperti semangat
kebangsaan,kesetiakawanan sosial,kedisiplinan,minat belajar,ketakwaan pada Allah dan lain lain.
2.5.2        Masalah Kurikulum
Masalah kurikulum meliputi masalah konsep dan pelaksanaannya.Yang menjadi sumber
masalah adalah bagaimana sistem pendidikan dapat membekali peserta didik untuk terjun ke
lapangan kerja bagi yang tidak melanjutkan sekolah dan memberikan bekal dasar yang kuat
untuk ke perguruan tinggi bagi yang melajutkan sekolah.
Menurut Tirtarahardjapada (2010:252) Konsep kurikulum 1984 juga memiliki kelebihan
kareana adanya keluwesan antara lain:
1)  Disediakannya aneka program belajar untuk melanjutkan ke perguruan tinggi dan untuk
memasuki lapangan kerja
2)  Adanya program inti yang sifatnya nasioal
3)  Adanya program pusat dan program daerah (muatan lokal)
2.5.3        Masalah Peranan Guru
Untuk memandu proses pembelajaran murid,guru dibantu oleh petugas lainnya seperti
konselor (guru BP), pustakawan, laboratorium dan teknisi sumber belajar. Jadi guru tidak
mengemban multi tugas selain mengajar.Maka dari itu waktu itu dapat digunakan utuk :
1) Melakukan kontak dan pendekatan manusiawi yang lebih intensif dengan murid-
muridnya.
2) Dari sisi pembelajaran ia mampu mengelola proses pembelajaran (sebagai manajer),
menunjukkan tujuan pembelajaran (direktor), mengorganisasikan kegiatan pembelajaran
(koordinataor), mengkomunikasikan murid dengan berbagai sumber belajar (komunikator),
menyediakan dan memberikan kemudahan-kemudahan belajar (fasilitatator), dan memberikan
doronagn belajar (stimulator)
Masalahnya adalah di beberapa sekolah di tanah air masih belum mempunyai pendamping
guru tersebut.Hal ini dikarenakan penempatan tenaga pengajar yang masih belum merata.

2.5.4        Masalah Pendidikan Dasar 9 Tahun


Keberadaan pendidikan dasar 9 tahun mempunyai landasan yang kuat. UU RI Nomor 2
1989 Pasal 6 menyatakan tentang hak warga Negara untuk mengikuti pendidikan sekurang-
kurangnya tamat pendidikan dasar, dan pasal 13 menyatakan tujuan pendidikan dasar. Kemudian
PP Nomor 28 Tahun 1990 tentang Pendidikan Dasar, pasal 2 menyatakan bahwa pendidikan
dasar merupakan pendidikan 9 tahun, terdiri atas program pendidikan 6 tahun di SD dan program
pendidikan 3 tahun di SLTP, pasal 3 memuat tujuan pendidikan dasar yaitu, memberikan bekal
kemampuan dasar kepada peserta didik untuk mengembangkan kehidupannya sebagai pribadi,
anggota masyarakat, warga Negara, dan anggota umat manusia, serta mempersiapkan peserta
didik untuk mengikuti pendidikan menengah.
Ketetapan-ketetapan tersebut merupakan realisasi GBHN 1993 tentang arah pendidikan
nasional butir 26 yang antara lain menyatakan perlunya peningkatan kualitas serta pemerataan,
terutama peningkatan kualitas pendidikan dasar.
Dilihat dari segi lamanya waktu belajar pada pendidikan dasar yaitu 9 tahun,kita sudah
mengalami langkah maju dibanding dengan masa-masa sebelumnya yang menetapkan wajib
belajar hanya 6 tahun yaitu tingkat SD. Secara konseptual dan acuan yang diberikan oleh
ketetapan-ketetapan resmi tersebut sudah sejalan dengan kebutuhan pembangunan, antara lain:
a)      Untuk memasuki PJPT II diperlukan sumber daya manusia yang lebih berkualitas.
b)      Persyaratan kerja yang dituntut dunia kerja semakin meningkat  sehingga dengan basis
pendidikan dasar 9 tahun tentunya lebih baik daripada hanya 6 tahun. Khususnya persyaratan
usia, usia tamat pendidikan dasa semakin mendekati usia kerja menurut peraturan Menaker No:
Per-01/Men/1987, pasal 1 tentang batas umur layak kerja yaitu 14 tahun.
Hambatan nya berasal dari sambutan masyarakat, utamanya dari orang tua yang kalangan
yang kurang mampu. Mereka mungkin cenderung untuk tidak menyekolahkan anaknya karena
harus membiayai anaknya lebih lama. Padahal tidak dapat berharap banyak dari anaknuya untuk
segera memperoleh pekerjaan setelah tamat dari sekolah.

2.5.4     Solusi Masalah Pokok Pendidikan

1.      Solusi Masalah Pemerataan Pendidikan


Demi mewujudkan generasi-generasi bangsa yang cerdas dan berguna bagi pembangunan,
maka pemerintah tentu berfikir keras guna memecahkan permasalahan pemerataan pendidikan di
Indonesia. Untuk itu ada dua cara yang diupayakan yaitu cara konvensional dan cara inovatif.
a.       Cara konvensional
1)      Membangun gedung sekolah seperti SD Inpres dan atau ruangan belajar.
2)      Menggunakan gedung sekolah untuk double shift (sistem bergantian pagi dan sore)
b.      Cara inovatif
1)      Sistem pamong (pendidikan oleh masyarakat, orang tua, dan guru) atau Inpacts
system (Instructionar Management by parent, community and, teacher). sistem tersebut dirintis
di solo dan didiseminasikan ke beberapa provinsi.
2)      SD kecil pada daerah terpencil.
3)      Sistem Guru Kunjung.
4)      SMP Terbuka (ISOSA _ In School Out off School Approach),
5)      Kejar Paket A dan B.
6)      Belajar Jarak Jauh, seperti Universitas Terbuka.
2.      Solusi Masalah Mutu Pendidikan
Meskipun untuk tiap-tiap jenis dan jenjang pendidikan masing-masing memiliki
kekhususan, namun pada dasarnya pemecahan masalah mutu pendiidkan bersasaran pada
perbaikkan kualitas komponen pendidikan serta mobilitas komponen-komponen tersebut. Upaya
tersebut pada gilirannya diharapkan dapat meningkatkan kualitas proses pendidikan dan
pengalaman belajar peserta didik, dan menghasilkan hasil pendidikan.
Upaya pemecahan masalah masalah mutu pendidikan dalam garis besarnya meliputi hal-
hal yang bersifat sebagai fisik dan lunak, personalia, dan manajemen. Sebagai berikut:
1)      Seleksi yanglebih rasional terhadap masukan mentah, khususnay untuk Slta dan PT.
2)      Pengembanagn kemanpuan tenaga kependidikan melalui studi lanjut.
3)      Penyempurnaaan kurikulum
4)      Pengembanagan prasarana yang menciptakan lingkungan yang tenteram untuk belajar
5)      Penyempurnaan sarana belajar seperti buku paket, media pembelajaran
6)      Peniungkatan adminisrasi manajemen khususnya yang mengenai anggaran
7)      Kegiatan pengendalian mutu.
Dari keempat macam masalah pendidikan tersebut masing-masing dikatakan teratasi jika
pendidikan:
a.       Dapat menyediakan kesempatan pemerataan belajar, artinya semua warga Negara yang butuh
pendidikan dapat ditampung daalm suatu satuan pendidikan.
b.      Dapat mencapai hasil yang bermutu artinya: perencanaan, pemprosesan pendidikan dapat
mencapai hasil sesuai dengan tujuan yang telah dirumuskan.
c.       Dapat terlaksana secara efisien artinya: pemrosesan pendidikan sesuai dengan rancangan dan
tujuan yang ditulis dalam rancangan.
d.      Produknya yang bermutu tersebut relevan, artinya: hasil pendiidkan sesuai dengan kebutuhan
masyarakat dan pembangunan.

DAFTAR PUSTAKA

Pidarta, Prof. Dr. Made. 2004. Manajemen   Pendidikan Indonesia. Jakarta:PT Rineka Cipta.
Tirtaraharja,Umar dan Sulo, La.2005.Pengantar Pendidikan.Jakarta:Depdiknas,PT Rineka Cipta.
Hasbullah,Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan, Raja Grafindo Persada, Jakarta:2012
Madyo Ekosusilo-RB. Kasihadi, Dasar-dasar Pendidikan, effhar Publishing, semarang:1988
Sudrajat,Edi. 2015. Masalah Pokok Pendidikan dan Cara Menanggulanginya
Abraham. 2012. Problematika Pendidikan Di Indonesia

Anda mungkin juga menyukai