i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan
kasih sayang dan karunia dari-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
yang berjudul “Kebudayaan Suku Sasak (Lombok Barat)” ini untuk memenuhi
tugas mata kuliah Mulok (Seni Budaya Daerah) dengan tepat waktu. Makalah ini
membahas tentang kebudayaan suku Sasak (Lombok Barat) mulai dari sejarah,
tradisi, permainan tradisional dan makanan.
Kami mengucapkan terima kasih kepada bapak Muhammad Tahir, S.Pd., M.Sn selaku
dosen mata kuliah Mulok (Seni Budaya Daerah) yang telah memberikan tugas penyusunan
laporan ini. Dengan adanya tugas ini, kami bisa menambah pengetahuan serta ketidaktahuan
terkait materi yang kami dapatkan. Adapun makalah ini telah kami usahakan semaksimal
mungkin dan tentunya dengan bantuan berbagai pihak, sehingga dapat memperlancar
pembuatan makalah ini. Untuk itu kami juga tidak lupa menyampaikan banyak terima kasih
kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam pembuatan makalah ini.
Namun dalam penyusunan laporan ini, kami menyadari sepenuhnya bahwa ada
kekurangan baik dari segi penyusunan bahasanya maupun segi lainnya. Oleh karena
itu dengan lapang dada dan tangan terbuka kami membuka selebar-lebarnya bagi
pembaca yang ingin memberi saran dan kritik yang membangun demi perbaikan dalam
penyusunan tugas laporan ini. Akhir kata kami berharap semoga laporan ini dapat
berguna baik untuk pembaca ataupun penulis.
Penulis,
ii
DAFTAR ISI
COVER ................................................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ........................................................................................................... ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................................ iv
DAFTAR TABEL .................................................................................................................. v
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ....................................................................................................... 2
C. Tujuan ......................................................................................................................... 2
D. Manfaat ....................................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................................... 3
1. SEJARAH LOMBOK BARAT .................................................................................. 3
2. TRADISI KEBUDAYAAN LOMBOK BARAT ..................................................... 14
3. KESENIAN DAERAH LOMBOK BARAT ............................................................ 29
4. MAKANAN KHAS DAERAH LOMBOK .............................................................. 36
5. PERMAINAN TRADISIONAL LOMBOK BARAT .............................................. 46
6. CERITA RAKYAT LOMBOK ................................................................................ 54
7. ASPEK SAINS PPRODUK KEBUDAYAAN LOMBOK BARAT ........................ 61
BAB III PENUTUP.............................................................................................................. 69
1. Kesimpulan ............................................................................................................... 69
2. Saran.......................................................................................................................... 70
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................... 71
iii
DAFTAR GAMBAR
iv
DAFTAR TABEL
v
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kebudayaan adalah suatu hasil dari cipta, rasa dan karsa manusia (Rosana,
2017). Kebudayaan itu sendiri merupakan warisan nenek moyang yang harus
dijaga dan dilestarikan keberadaannya. Indonesia memiliki beraneka ragam
budaya lokal yang dijadikan aset berharga, budaya local yang dimiliki
Indonesia berbeda-beda pada setiap daerah. Nusa Tenggara Barat adalah
bagian dari Indonesia yang memiliki beragam suku, dan budaya. Salah
satunya adalah suku Sasak. Suku Sasak terdapat di pulau Lombok, kata Sasak
berasal dari kata “sak sak” yang artinya “satu satu”. Kaum wanita dari etnis
Sasak dikenal pandai menenun. Mereka telah diajari keahlian menenun sejak
usia dini, yaitu sekitar 9 atau 10 tahun. Kegiatan menenun ini disebut sebagai
Sesek. Menurut DR. C.H. Goris “Sasak berasal dari bahasa Sansekerta (Sak =
pergi dan Saka = asal). Jadi, orang Sasak adalah orang yang meninggalkan
negerinya dengan menggunakan rakit sebagai kendaraannya.
Lombok Barat adalah salah satu Kabupaten yang berada di Pulau
Lombok, Nusa Tenggara Barat dengan Ibu Kota kecamatan Gerung. Adapun
jumlah penduduk Lombok Barat tercatat 724.744 jiwa pada tahun 2020.
Lombok Barat terdiri dari berbagai Kecamatan, diantaranya adalah Gerung,
Gunungsari, Narmada, Sekotong, Lembar, Kediri, Batu Layar, Batu Kumbung,
Labuapi, Lingsar. Lombok Barat sendiri memiliki beragam tradisi kebudayaan,
kesenian, makanan khas, permainan tradisional, dan cerita rakyat. Beberapa hal
tersebut merupakan kekayaan daerah yang harus selalu dikembangkan dan
dijaga oleh masyarakat daerah agar tidak hilang atau punah. Terlebih pada era
globalisasi pada saat ini yang dapat mempengaruhi kebudayaan daerah.
Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Gema Budiarto dengan
judul penelitian “Dampak Cultural Invasition Terhadap Kebudayaan Lokal :
Studi Kasus Terhadap Bahasa Daerah”, pada tahun 2020. Menyatakan bahwa
1
globalisasi akan menentukan suatu kebudayaan apakah kebudayaan tersebut
dapat bertahan dari persaingan global atau akan hilang digerus oleh
kebudayaan lain yang lebih kuat.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam makalah ini adalah bagaimana sejarah, tradisi
kebudayaan, kesenian makanan khas, permainan tradisional, cerita rakyat, dan
aspek sains produk kebudayaan Lombok Barat?
C. Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk Mendeskripsikan sejarah,
kebudayaan, kesenian, makanan khas, permainan tradisional, cerita rakyat,
dan Aspek Sains produk kebudayaan Lombok Barat.
D. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
Diharapkan makalah ini bisa dijadikan referensi untuk penulis
selanjutnya dan bisa dikembangkan atau ditambahkan materi yang
belum lengkap di makalah ini.
2. Manfaat Praktis
1. Bagi Penulis
Dengan penulisan makalah ini dapat menambah wawasan dan
pengetahuan kita terkait kebeduayaan suku sasak khususnya di
kabupaten Lombok Barat.
2. Bagi Masyarakat
Untuk menambah pengetahuan sekaligus dapat melestarikan
kebudayan yang ada di suku sasak.
2
BAB II
PEMBAHASAN
Suku Sasak adalah etnis asli yang berasal dari Pulau Lombok, Nusa Tenggara
Barat. Jumlah populasi etnis Sasak cukup banyak, yaitu sekitar 3 juta jiwa.
Sebanyak 2,5 juta jiwa terkonsentrasi di Pulau Lombok. Sedangkan sekitar 500 ribu
jiwa lainnya tersebar di beberapa wilayah di Indonesia.
Lombok memiliki panorama yang indah dengan topografi pegunungan, serta
pesona Gunung Rinjani dan serta wilayah pesisir dengan banyak pantai ekostis.
Beberapa kelompok orang Sasak masih hidup secara tradisional sesuai warisan
tradisi secara turun-temurun nenek moyang mereka. Namun tak sedikit pula yang
telah mengadaptasi cara hidup masyarakat modern.
Salah satu permukim orang-orang Sasak terdapat di Desa Sade. Perkampungan ini
berada di daerah Rambitan, tidak jauh dari pusat kota. Lokasi yang dihuni sekitar
700 orang asli Sasak ini sekaligus menjadi tujuan wisata untuk mengenal suku
Sasak lebih dalam.
Kata Sasak berasal dari kata “sak sak” yang artinya “satu satu”. Kaum
wanita dari etnis Sasak dikenal pandai menenun. Mereka telah diajari keahlian
menenun sejak usia dini, yaitu sekitar 9 atau 10 tahun. Perempuan yang pandai
menenun akan dikategorikan sebagai wanita dewasa dan sudah siap menikah.
Kegiatan menenun ini disebut sebagai Sèsèk.
Kata sèsèk ini berasal dari kata “sesak” atau “sesek”. Menenun khas suku
Sasak dilakukan dengan cara memasukkan benang satu-persatu yang disebut
dengan saksak. Lalu benang tersebut dirapatkan hingga sesak dan padat.
Proses ini dilakukan agar benang terbentuk menjadi kain. Caranya adalah dengan
memukul-mukul alat tenun tradisional suku Sasak. Suara memukul-mukul itu
terdengar seperti suara “sak sak”. Tahapan ini dilakukan sebanyak 2 kali ketika
menenun. Uniknya, proses menenun yang menjadi kebanggan masyarakat asli
Lombok inilah yang kemudian dijadikan nama suku atau etnis masyarakat.
Dr. C.H. Goris: “Sasak berasal dari bahasa Sansekerta (Sak = pergi dan Saka =
3
asal). Jadi Orang Sasak adalah orang yang meninggalkan negerinya dengan
menggunakan rakit sebagai kendaraannya.
Orang yang pergi tersebut dimaksudkan adalah orang Jawa. Hal ini dibuktikan
dengan adanya silsilah para bangsawan dan juga hasil sastra digubah dalam bahasa
Jawa Madya dan berhuruf Jejawan (huruf sasak)”.
Dr Van Teeuw dan P. De Roo De La Faille: “Sasak berasal dari
pengulangan tembasaq (kain putih) yaitu saq saq sehingga menjadi Sasak dan
kerajaan Sasak berada di sebelah barat daya “.
Ditjen Kebudayaan Provinsi Bali: “Di Pujungan Tabanan Bali
terdapatsebuah tongtong perunggu yang dikeramatkan bertuliskan “Sasak dana
prihan, srih javanira”. Tongtong itu ditulis setelah Anak Wungsu, sekitar abad ke-
12 M.
Dalam babad Sangupati: “Lombok terkenal dengan nama Pulau Meneng (sepi)”.
Steven van der Hagen: “Pada tahun 1603 di Labuan Lombok banyak beras yang
murah dan hampir setiap hari dikirim ke Bali sehingga pelabuhan Lombok
dipopulerkan menjadi Lombok”.
Penyebutan nama Sasak pertama kali tercatat dalam Prasasti Pujungan yang
ditemukan di Tabanan, Bali. Prasasti ini diperkirakan berasal dari abad ke-11.
Sementara itu, dalam Kitab Negara Kertagama, kata Sasak menjadi satu dengan
Pulau Lombok, yaitu Lombok Sasak Mirah Adhi.
Kitab tersebut memuat tentang kekuasaan dan pemerintahan Kerajaan
Majapahit. Masyarakat Majapahit yang menggunakan bahasa Kawi mengartikan
Lombok Sasak Mirah Adhi ksebagai kejujuran adalah permata kenyataan yang
baik.
Suku Sasak memiliki bahasa daerah sendiri yang disebut sebagai bahasa
Sasak. Bahasanya hampir sama dengan bahasa Sumbawa dan Bali, 2 pulau yang
berada disisi kanan dan kiri Pulau Lombok.
Seperti dalam bahasa Jawa, bahasa Sasak juga memiliki tingkatan bahasa formal
dan non formal atau lebih sering disebut bahasa halus untuk penuturan formal, dan
bahasa kasar untuk penuturan sehari-hari. Penggunaannya ditentukan oleh siapa
lawan bicara yang sedang dihadapi.
4
Meski tidak diakui dan berstatus resmi, bahasa Sasak masih digunakan oleh
masyarakat Sasak, terutama warga yang tinggal di kawasan pedesaan di Pulau
Lombok. Untuk bahasa di lingkungan pendidikan, perkantoran, dan antar etnis
menggunakan bahasa Indonesia.
A. Kepercayaan suku Sasak
Mayoritas suku Sasak memeluk agama Islam. Selain itu, ada juga yang
menganut agama Hindu, Budha, dan Animisme. Penduduk minoritas lainnya ada
menganut kepercayaan kuno sebelum masuknya agama Islam, yaitu Boda.
Kemudian sekitar 1% masyarakat Sasak menganut kepercayaan Islam yang agak
berbeda, yaitu WetuTelu.
Wetu Telu adalah kepercayaan dimana penganutnya hanya menjalankan 3
rukun Islam. Namun ketiga rukun Islam yang berupa membaca 2 kalimat
syahadat, salat dan puasa ini hanya dijalankan oleh pemimpin agamanya. Kyai
selaku pemimpin agama adalah sosok yang menghubungkan penganut Wetu Telu
dengan Sang MahaKuasa.
Penganut Wetu Telu masih mempercayai kekuatan gaib yang ada pada
beberapa benda, roh suci dan nenek moyang. Kepercayaan ini hampir sama
dengan suku Jawa yang masih menjalankan kepercayaan Kejawen bersamaan
dengan agama yang dianut.
Konon kepercayaan Wetu Telu terlahir karena para penyebar Islam di masa
lampau berusaha memperkenalkan Islam secara bertahap kepada suku Sasak.
Selain menjalankan 3 rukun Islam, kesamaan lainnya dengan agama Islam yang
umum dianut masyarakat Indonesia adalah doa-doa menggunakan bagasa Arab
yang berasal dari Al-Qur’an. Para kyai juga berperan sebagai imam. Penganut Wetu
Telu juga mempunyai masjid yang menjadi bagian penting dalam kepercayaan
mereka.
B. Adat istiadat suku Sasak
Keunikan dalam kegiatan sosial dari masyarakat Sasak salah satunya pada
acara pernikahan. Biasanya mereka menikah dengan orang yang berasal dari desa
yang sama.
Kebiasaan ini dilatarbelakangi kepercayaan apabila seorang pria menikahi
5
gadis dari desa lain, maka harus membayarkan semacam mahar berupa beberapa
ekor kerbau dan membutuhkan biaya yang tidak sedikit.
Oleh karena itu, menikah dengan warga dari desa yang sama lebih
dianjurkan. Di beberapa desa bahkan masih mempraktekkan perkawinan antar
saudara, seperti kebiasaan warga di Desa Sade. Selain itu, perempuan telah
diperbolehkan menikahketika berumur 14 tahun, sedangkan laki-laki pada usia 19
tahun.
Uniknya, suku Sasak memiliki tradisi kawin lari saat akan menikah. Kawin
lari terjadi hanya apabila seorang pria dan wanita sudah suka sama suka dan
setuju untuk menikah. Adat ini dikenal dengan nama Merarik.
Jika pasangan telah sepakat, maka si pria akan “menculik” si wanita
ditemani dengan kerabat atau teman yang bertindak sebagai saksi prosesi tersebut.
Kemudian wanita pasangannya akan dititipkan di rumah keluarga pria dan tidak
langsung dibawa ke rumah pria.
Keesokan harinya, barulah keluarga pihak pria mengirim utusan kepada
keluarga wanita untuk memberitahukan bahwa anaknya berada di tempat mereka.
Pemberitahuan ini disebut Nyelabar.
Tempat si wanita berada harus tetap dirahasiakan dari keluarga pihak wanita.
Pada saat Nyelabar, orang tua si pria tidak boleh ikut. Rombongan Nyelabar
biasanya terdiri dari 5 orang. Mereka pergi ke tempat ketua adat setempat yang
disebut Kliang sebagai bentuk penghormatan pada Kliang, sekaligus meminta
izin.
Setelah itu, selanjutnya rombongan Nyelabar menuju rumah orangtua
wanita. Mereka tidak diperkenankan masuk ke dalam rumah. Maka mereka akan
duduk bersila di halaman depan rumah. Kemudian 1 orang akan bertindak sebagai
juru bicara yang menyampaikan kabar kepada orangtua wanita.
Sebenarnya cara pernikahan yang biasa dengan meminta izin orangtua pun
juga ada di suku Sasak, yakni disebut Redaq. Redaq adalah cara yang lebih
terhormat dan pantas dilakukan. Namun, proses ini justru jarang ditemukan.
Penyebabnya adalah adanya kemungkinan orangtua perempuan akan menolak
pinangan pihak pria. Selain itu, Redaq juga membutuhkan biaya yang lebih besar
6
dibandingkan denganMerarik.
C. Rumah Adat suku Sasak
7
Pada masa Pemerintahan Hindia Belanda, Wilayah Kabupaten Lombok
Barat merupakan salah satu Onder Afdeling dibawah Afdeling Lombok yakni
Onder Afdeling van west Lombok yang dipimpin oleh seorang Controleur. Onder
Afdeling menurut hierarkhi kelembagaan sama dengan Regenschap (Kabupaten).
Selanjutnya pada zaman Pemerintah Jepang, status Lombok Barat berubah
menjadi daerah administratif yang disebut Bun Ken yang dikepalai oleh
seorang Bun Ken Kanrikan. Status ini berlangsung sampai Jepang menyerahkan
kekuasaan kepada sekutu Belanda (NICA).
Di bawah Pemerintah NICA, wilayah Indonesia Timur dijadikan beberapa
wilayah administratif yang dinamakan Neo Landschappen termasuk didalamnya
semua bekas Afdelings ( Stb. No.l5 th.1947). Di dalam wilayah Neo Landschap
Lombok, wilayah Lombok Barat merupakan salah satu wilayah administratif yang
dipimpin oleh seorang Hoofdvan Plastselijk Bestuur sebagai
perubahan nama dari controleur.
Namun sesudah Konfrensi Meja Bundar dan berlangsung pemulihan
kekuasaan Negara RI pada tanggal 27 Desember 1949, maka berdirilah Negara
Republik Indonesia Serikat (RIS) yang terdiri atas beberapa Negara Bagian, di
antaranya Negara Indonesia Timur (NIT). Menurut Undang-undang Pemerintahan
Daerah NIT No. 44 Tahun 1950, pasal 1 ayat 1 menyatakan bahwa wilayah
administratif Lombok Barat menjadi daerah bagian yang otonom. Namun dalam
prakteknya, otonomi ini tidak pernah terlaksana sepenuhnya karena tidak dipimpin
oleh Kepala
Daerah Bagian melainkan oleh seorang Kepala Pemerintahan setempat yang
sifatnya administratif belaka.
Pada masa ini Daerah Lombok Barat membawahi wilayah administratif
kedistrikan Ampenan Barat, Kedistrikan Ampenan Timur, Kedistrikan Tanjung,
Kedistrikan Bayan, Kedistrikan Gerung, Asisten Kedistrikan Gondang dan
Kepunggawaan Cakranegara. Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
dilaksanakan berdasarkan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1957 di mana
8
daerah Indonesia dibagi habis dalam daerah Swatantra Tingkat I, Tingkat II, dan
Tingkat III.
Selanjutnya berdasarkan UU No.1 Tahun 1957, lahirlah UU No.64 dan 69
Tahun 1958 masing-masing tentang Pembentukan Daerah Tingkat I Bali, NTB
dan NTT serta Daerah Tingkat II di dalam wilayah Daerah Tingkat I yang
bersangkutan yang diundangkan pada tanggal 14 Agustus 1958. Oleh karena itu
secara yuridis Daerah Swatantra Tingkat II Lombok Barat sudah terbentuk sejak
14 Agustus 1958.
Sebagai pelaksanaan Undang-undang Nomor 69 Tahun 1958, dengan Surat
Keputusan Menteri Dalam Negeri No. Up. 7 / 14 / 34 diangkat J.B. Tuhumena
Maspeitella sebagai Pejabat Sementara Kepala Daerah Swatantra Tk. II Lombok
Barat, yang pelantikannya dilaksanakan pada tanggal 17 April 1959 yang kemudian
ditetapkan sebagai hari lahir Kabupaten Lombok Barat yang diperingati setiap
tahun.
Pada tahun 1960 Pejabat Sementara Kepala Daerah Swatantra Tingkat II
Lombok Barat membentuk DPRD yang berjumlah 34 kursi sekaligus memilih
Lalu Djapa sebagai Ketua DPRD Lombok Barat dari unsur Partai Nasional
Indonesia. Namun setelah Dekrit Presiden 5 Juli 1959 berdasarkan Penetapan
Presiden Nomor 6 Tahun 1959, jabatan Kepala Daerah merangkap menjadi Ketua
DPRD, sehingga Ketua DPRD yang sudah dipilih ditetapkan menjadi Wakil
Ketua.
Selanjutnya berdasarkan hasil Pemilihan Anggota DPRD Lombok Barat,
pada tanggal 31 Mei 1960 dilantiklah Lalu Anggrat, BA sebagai Bupati Kepala
Daerah. Pada masa ini dilakukan perubahan berupa penataan personil dan aparat
Pemerintah Daerah serta perubahan status Kepunggawaan Cakranegara menjadi
Kedistrikan Cakranegara. Dengan Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah
Tingkat I Nusa Tenggara Barat Nomor: 205/ Des.1 / 1 / 35 tanggal 7 Mei 1965,
Lalu Anggrat, BA mengakhiri masa bhaktinya dan sebagai penggantinya ditunjuk
Drs. Said, Ahli Praja pada Kantor Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Nusa
Tenggara Barat sebagai Bupati Kepala Daerah. Pada saat ini berlaku Undang-
undang Nomor l8 Tahun 1965 yang melakukan perubahan meliputi:
9
1). Sebutan Daerah Swatantra Tk. II berubah menjadi Kabupaten Daerah Tk.
II.
2). Bupati Kepala Daerah tidak lagi merangkap Ketua DPRD.
13
7. H. Zaenuddin, PS (1997 – 1999)
8. H. Siradip Arty, BA (1999 – 2001) meninggal dalam jabatan Ketua
9. H. Abdul Kasim (Juni 2003 – 11 Juni 2004)
10. H. Lalu Takdir Mahdi, S.Pd ( 2004 – 2009 )
11. H. Umar Said, S.Ag ( 2009 – 2014)
11. Hj. Sumiatun (2014 – Sekarang) (Humas Lobar)
Gambar 2 4 Nyongkolan
Sumber :
https://etnis.id/tradisi-kawin-lari-sebagai-simbol-keperkasaan-di-lombok/
i. Bales Ones Nae (Napak Tilas) merupakan salah satu tradisi untuk
berkunjung ke rumah orang tua perempuan secara khusus bersama
kedua orang tua pihak laki-laki setelah keseluruhan acara selesai
18
19
f. Upacara Khitanan
20
Upacara ini dilakukan oleh seorang anak yang menjelang dewasa.
Oleh masyarakat Bima upacara ini disebut ndoso. Orang Bali di Lombok
Barat menyebutnya mepandes dan orang Sasak menyebutnya merosoh.
Namun sekarang upacara ini sudah jarang dilakukan.
2) Upacara kematian
a. Belangar
Gambar 2 12 Belangar
beduk dengan irama pukulan panjang agar masyarakat sekitar tahu ada yang
meninggal. Tradisi ini disebut juga nepong tanaq atau nuyusur tanaq
Kemudian, masyarakat pun berdatangan baik dari desa tersebut maupun
dari desa lainnya jika masih punya hubungan saudara atau pertemanan
dengan almarhum. Kedatangan masyarakat tersebut disebut langgar
(melayat). Biasanya masyarakat yang hadir untuk melayat membawakan
gula atau beras untuk kebutuhan keluarga yang ditinggalkan.
b. Memandikan
Jika yang meninggal adalah laki-laki, yang memandikan jenazah adalah
laki-laki. Begitu pula sebaliknya. Bahkan, tokoh agama setempat pun
21
biasanya memandikan jenazah. Air yang digunakan untuk memandikan
jenazah adalah air sumur. Setelah dimandikan, jenazah ditaburi keratan
kayu cendana atau cecame dan dibungkus.
c. Betukaq (penguburan)
Gambar 2 13 Betukaq
22
Mengumpulkan kayu bakar Kayu biasanya dipersiapkan pada hari nelung (hari
ketiga) dan mitu (hari ketujuh) dengan cara menebang pohon.
Pembuatan tetaring Yang terbuat dari daun kelapa yang dianyam dan digunakan
sebagai tempat para tamu undangan duduk bersila.
d. Penyerahan bahan-bahan begawe
Peyerahan dari epen gawe (yang punya gawe) kepada inaq gawe.
Penyerahannya ini dilakukan pada hari mituq. Kemudian inaq gawe
menyerahkan alat-alat upacara.
e. Dulang inggas dingari
Disajikan kepada penghulu atau kyai yang menyatakan orang tersebut
meninggal dunia. Dulang inggas dingari ini harus disajikan tengah malam
pada hari kesembilan.
5. tradisi presean
Gambar 2 14 Presean
Sumber :
https://www.balitoursclub.net/peresean-di-lombok/
Gambar 2 15 Bersinan
25
Masyarakat Suku Sasak di Lombok Barat, Provinsi Nusa Tenggara Barat
(NTB) memiliki sebuah tradisi bernama Lebaran Topat (ketupat) yang
dilaksanakan satu pekan setelah Hari Raya Idul Fitri. Lebaran Topat dirayakan
oleh masyarakat setelah menunaikan puasa Sunnah selama enam hari di bulan
Syawal. Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Lombok Barat menjadikan Lebaran
Topat sebagai salah satu acara dalam Calendar of Event di Dinas Pariwisata
Lombok Barat. Perayaan Lebaran Topat ini dimulai dengan melaksanakan
prosesi adat seperti berziarah kubur, mengambil air, dan berdoa.
Pada Lebaran Topat, masyarakat Lombok Barat akan mengunjungi tempat-
tempat yang dianggap mempunyai nilai-nilai sakral, terutama makam. Salah
satu makam yang selalu ramai dikunjungi warga saat Lebaran Topat yakni
Makam Batu Layar di Kecamatan Batu Layar, Kabupaten Lombok Barat,
Provinsi NTB.Konon, Makam Batu Layar merupakan tempat pemakaman
seorang wali bernama Al Habib Abdurrahman Al Idrus. Karena kewaliannya
tersebut, makam ini diyakini sebagai wadah spiritual dan dikeramatkan
khususnya oleh masyarakat Lombok Barat.Sebagaimana tradisi ziarah makam,
terlebih dahulu seorang tokoh agama memimpin alunan selakar dengan syair-
syair Islami.
26
9. Perang topat
Upacara Puja Wali dan Perang Topat yang khas dan dilakukan sekali dalam
setahun secara bersamaan dengan dua pemeluk agama yang berbeda yakni
agama Hindu dan Islam Sasak. Upacara ini disebut ‘Perang Topat’, upacara
Perang Topat ini dilakukan sebagai pengunkapan kegembiraan dan rasa
terimakasih kepada Yang Maha Kuasa. Dasar pemikirannya adalah untuk
mengembalikan hasil tanah (berupa ketupat) keasalnya (tanah lingsar). Hasil
itu digunakan sebagai pupuk benih padi yang akan ditanam (Usri Indah
Handayani, dkk. 1997). Tempat pelaksanan Puja Wali selalu dilakukan
ditempat yang sudah disucikan dan dikeramatkan oleh masyarakat dan tokoh
agama terdahulu yakni di Kemaliq dan Pura Lingsar. Pura Lingsar merupakan
salah satu pura yang sangat tua dan terkenal dikalangan masyarakat beragama
Hindu maupun Islam Sasak. Pura ini terdapat dua komplek suci bagi umat
kepercayaan agama Hindu dan Islam Sasak. Pura tempat suci bagi penganut
agama Hindu, sedangkan Kemaliq tempat suci bagi agama Islam Sasak.
Bangunan pura ini didirikan sekitar pada tahun 1714 M, terletak kurang lebih
10 km dari kota Mataram. Setiap tahun dilangsungkan acara yang cukup unik
di Pura ini, berupa tradisi Perang Topat yang dilaksanakan secara bergabungan
oleh Masyarakat Hindu dan Islam Sasak. Tradisi Perang Topat ini berlangsung
27
setelah kedua umat tersebut selesai melangsungkan pemujaan, menjelang
musim penanam Padi, baik di Pura bagi umat Hindu atau pun di Kemaliq untuk
umat Islam tersebut. Upacara dilaksanakan dengan iringan doa agar hasil
tanaman padi mereka berlimpah ruah (Solichin Salam 1992).
10. Roah Gubuk
28
mengusung tema museum dusun dimana seluruh wilayah di dusun itu adalah
museum budaya karena ada banyak peninggalan benda-benda sejarah seperti
tulisan lontar, al qur’an tulis tangan, keris, alat musik bahkan ada rumah
pertama yang dibangunsebagai dasar adanya Desa Batu Kumbung tersebut.
3. KESENIAN DAERAH LOMBOK BARAT
1. Gendang Beleq
29
disebutkan istilah karawitan di telinga mereka.
Pada awal kelahirannya Gendang Beleq dipercaya oleh masyarakat
berfungsi sebagai media pengiring perang para kesatria kerajaan Lombok.
Tetapi pada perkembangannya digunakan sebagai pengiring rangkaian
upacara khitanan, kurisan, dan perkawinan.
2. Tari Gandrung
31
Rudat berasal dari kata Raudhah dalam bahasa Arab yang berarti Taman
Bunga Lestari, 2017; Rahmi, 2020; Rosadi, 2016 dalam (Murcahyanto et al.,
2021) Kesenian Rudat adalah sebuah kesenian tradisional yang berasal dari
Arab Turki yang kemudian berkembang di seluruh Indonesia dan disesuaikan
dengan kondisi setempat. Salah satunya adalah di pulau Lombok yang juga
mengalami perkembangan pada setiap daerah. Secara historis kesenian ini
telah lama berkembang dan dikenal luas oleh masyarakat Lombok.
Kesenian ini dibawakan oleh 13 penari yang berdandan mirip seperti
prajurit, berbaju lengan panjang warna kuning, celana sebatas lutut warna
biru, bersongkok tinggi seperti yang dikenakan oleh tokoh dalam cerita 1001
malam yakni; Abu Nawas, Aladin, dan sebagainya. Songkok yang digunakan
warna merah yang dililit kain warna putih atau biasa disebut Tarbus (Murahim,
2011) dalam (Murcahyanto et al., 2021). Kesenian Rudat menggambarkan
kegagahan prajurit zaman Kesultanan Turki Utsmani yang pada setiap parade
barisan selalu diiringi dengan Mehter yakni bunyi-bunyian Marching Band
dan nyanyian penyemangat yang diyakini dapat menurunkan mental dan
psikologi musuh Pimpinan Rudat adalah seorang komandan yang
mengenakan topi Kabaret warna merah lengkap dengan pedang di tangan
seperti yang digunakan oleh panglima pasukan Turki yang diadaptasikan
dengan budaya lokal sehingga menjadi sebuah tarian tradisi yang dinamakan
tari Rudat Sasak.
Kesenian Rudat di Lombok dapat dikategorikan sebagai kesenian
tradisional, karena itu kesenian tradisional dilihat sebagai identitas kultural
masyarakat pendukungnya yang berfungsi secara sosial, budaya, dan ritual.
Kesenian tradisional ini juga dipercaya masyarakat pendukungmya tidak
sekadar sebagai hiburan yang menciptakan kegembiraan, namun ia juga
menjadi media yang mampu memfasilitasi doa dan harapan mereka.
Kendatipun penyajian kesenian tradisional saat ini mengalami perubahan
berbagai gaya dan variasi, namun secara fungsional hal itu merupakan
bentuk strategi adaptif masyarakat pendukung dalam mempertahankan dan
melestarikan kesenian tradisional (Irianto, 2017) dalam (Murcahyanto et al.,
2021).
32
4. Wayang Sasak
33
5. Gerabah
Gambar 2 25 Gerabah
Sumber :
https://lombokita.com/intip-beragam-keindahan-kesenian-dan-sejarah-desa-wisata-
banyumulek/
Gerabah yang dibuat pada dasarnya adalah merupakan ilmu terapan dan
pembuatan gerabah yang dipelajari bukan hanya sebagai seni tradisi yang
diturunkan oleh nenek moyang, melainkan juga sebagai upaya untuk
memahami keberadaan gerabah dalam tata kehidupan budaya masyarakat di
daerah tersebut. Kerajinan gerabah, anyam-anyaman dari bambu, ukiran kayu
dalam bentuk maupun motifnya sederhana merupakan seni komunitas
pedesaan yang masih akrab, homogen dan masih berfungsi untuk mengikat
solidaritas komunitas.
Kerajinan gerabah di Banyumulek telah ada sejak zaman kerajaan sasak
sampai masa penjajahan oleh Kerajaan Karang Asem dan dikembangkan
oleh Ida Wayan Tata yang di berikan kekuasaan berdiam di Desa
Banyumulek sekitar tahun 1859 yang merupakan perpanjangan tangan dari
kekuasaan kerajaan Karang Asem pada saat itu. Ida wayan tata
memnggunakan gerabah hanya sebagai kebutuhan makan dan minum, seiring
dengan perkembangannya gerabah pada saat itu digunakan juga untuk
kebutuhan ruma tangga dan kelengkapan ibadah hingga. Ida Wayan Tata
pada tahun 1862 masuk Islam dan mengganti namanya menjadi Ibrahim. Saat
itu perkembangan gerabah masih berkutat pada masalah kebutuhan rumah
34
tangga dan perlengkapan ibadah saja hingga pada tahun 1980 mulai
berkembang untuk diperjual belikan hingga tahun 1992 masuknya New
Zealand dan Gerabah beralih fungsi menjadi Assacoris untuk diperjual belikan
dan diwariskan oleh nenek moyang kepada generasi berikutnya dan begitu
seterusnya sehingga keterampilan membuat gerabah dapat lestari sampai
sekarang.
Keberadaan kekuasaan Ida Wayan Tata atau Ibrahim tersebut sampai sat ini
masih terbukti dengan adanya Dewa Pagar atau pure dan sumur tua serta
komplek pedaleman serta makam Papuk Mulek di Desa Banyumulek sampai
saat ini masih terjaga dan terawat dengan baik. Dalam perkembangannya
masyarakat Banyumulek saat itu pada awalnya memproduksi gerabah hanya
untuk keperluan rumah tangga atau perabot dapur sesuai dengan asal
muasalnya. Namun seiring dengan perkembangan dan pergeseran zaman,
desain, fungsi dan nilai komersil gerabah Banyumulek atau Lombok pun turut
bergeser.
Adapun dari alasan pemilihan Desa Banyumulek sebagai sebuah lokasi
atau latar penelitian ini karena dimana sebagian besar masyarakatnya
masih banyak yang bertahan sebagai perajin gerabah untuk mencari rezeki
dari hasil penjualan kerajinan gerabah dengan mencoba untuk membentuk
gerbah baru yang lebih menarik, meskipun sejumlah kendala dan
problematika dihadapinya, disamping itu menurut pengamatan peneliti selama
dilapangan para pengerajin di Desa Banyumulek masih menggunakan
bahan, alat dan bagaimana proses pembuatannya masih menggunakan
dengan cara yang sederhana, mudah didapatkan, jenis, bentuknya yang
dihasilkan masih bagus, berkualitas dan memiliki fungsi yang praktis serta
diminati oleh masyarakat setempat, karena motif-motifnya juga sangat
menarik.
35
6. Kerajinan
Terdapat macam macam makanan khas dari daerah sasak, adapun makanan tersebut
seperti :
1. Pelecing kangkung
36
Gambar 2 27 Pelecing
Pelecing kangkung adalah salah satu makanan khas dari Lombok, makanan
ini biasanya memilki cita rasa yang pedas dan gurih. Biasanya bisa ditemukan
dalam acara acara besar maupun suntuk makanan sehari hari, ada banyak juga
yang menjual makanan ini sebagai tambahan menu seperti pada ikan bakar atau
makanan lain.
Plecing kangkung terbuat dari kangkung yang direbus, disajikan dingin,
dengan sesendok sambal spesial sebagai pelengkap. Selain itu biasanya
plecing kangkung juga ditemani sayuran lain seperti tauge, buncis, kacang
tanah goreng dan kelapa parut. Kangkung yang dipergunakan untuk membuat
plecing kangkung pun bukan kangkung biasa, melainkan kangkung khas
Lombok yangmemiliki ukuran batang yang besar-besar.
Adapun bahan bahan utama yang diperlukan untuk membuat peleceng
kangkung adalah :
a) Kangkung
Pertama dan bahan utama yang harus disiapkan adalah kangkung,
kangkung (Ipomea Spp) merupakan salah satu jenis sayur daun yang
popular, keberadaanya tidak sulit untuk ditemukan karena banyak
petani yang membudayakannya, tanaman ini mudah tumbuh dimana
saja, tanaman merambat bisa hidup di air maupun di tanah. Kangkung
untuk pembuatan pelecing khas Lombok di gunakan kangkung yang
memiliki bdaun lebar serta batang besar.
b) Jeruk limau
c) Garam
37
d) Micin
e) Gula (opsional)
Gula bisa di tambahkan atau tidak tergantung selera, jika ingin
merasakan sensasi pelecing pedas manis bisa di tambahkan gula untuk
memperkaya rasa
f) Terasi bakar
g) Cabai
h) Tomat
i) Kelapa
j) Toge
k) Kacang tanah goreng
Penambahan kacang tanah goring bisa sebagai toping untuk menambah
cita rasa gurih keriuk
Untuk cara pembuatannya sangatrlah mudah, yaitu :
l) Pertama rebuslah kangkung dan toge bersamaan
m) Jika rebusan kagkung sudah matang, tiriskan lalu diamkan sebentar
n) Setelah itu pisah pisahka kangkung menjadi bagian bagian yang lebih
kecil atau tipis
o) Selanjutnya pembuatan sambal, ulek cabai (jumlah tergantung selera)
beserta garam, teras, dan micin
p) Setelah ulekan cabai halus, masukan tomat mentah lalu di haluskan,
tidak lupa tambahkan perasan jeruk limau sebagai penyegar rasa
q) Jika sambal telah jadi, parut kelapa untuk tamabahan rasa gurih
r) Tata pelecing di atas piring, taruh kangkung, toge, lalu parutan kelapa
di atas daun kangkung, siram dengan sambal dan terakhir masukan
kacang goring sebagai pemanis
2. Sate bulayak
38
Gambar 2 28 Sate Bulayak
Sate bulayak adalah sate khas Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat, yang
terbuat dari daging sapi berlumur bumbu khas Lombok dan disajikan bersama
lontong (bulayak). Bumbu sate tersebut terbuat dari kacang tanah sangrai
tumbuk yang direbus bersama santan serta beberapa bumbu dapur lainnya
sehingga rasanya mirip bumbu kari.
sate bulayak tak begitu berbeda dari sate kebanyakan. Ia berbahan dasar daging
ayam, daging sapi, dan jeroan. Daging itu dipotong kecil-kecil lalu ditusuk jadi
sate. Kekhasan sate ini terdapat pada bulayak, lontong yang dililit dengan daun
aren atau enau. Konon, bulayak berarti memutar. Karena cara membukanya
terlebih dahulu menekan ujung kulit, lalu diputar.
39
membukanya harus dengan gerakan memutar. Bulayak memiliki tekstur lembut
dan rasa gurih yang didapat dari penggunaan daun enau sebagai
pembungkusnya. Baunya pun harum. Begitu menggoda selera.
Bumbu kacang yang disajikan pada sate ini pun berbeda dari bumbu kacang
pada sate yang biasa kita jumpai. Bumbu kacangnya terbuat dari kacang tanah
yang disangrai, ditumbuk, lalu direbus bersama santan serta bumbu-bumbu lain
seperti ketumbar, jintan, bawang merah, bawang putih, lada, santan kelapa,
kemiri, cabai, dan air jeruk nipis agar sate menjadi lebih enak. Rasa bumbu
kacangnya mirip bumbu kari dengan lebih menonjolkan rasa pedas yang
merupakan ciri khas masakan dari Lombok.
Untuk menikmati sate ini, cukup dengan membuka daun yang melilit bulayak
lalu bulayak dicelupkan ke saus kacang. Gurih bulayak dan saus kacang yang
pedas menghasilkan kombinasi rasa yang sempurna.
Menurut kepercayaan setempat, seperti dikutip laman resmi Pemerintah
Kabupaten Lombok Barat, sate ini sudah lama dikenal masyarakat dan menjadi
bagian dari upacara adat. Tidak seperti sekarang, dahulu sate bulayak
dihidangkan bersama saur (parutan kelapa), kacang kedelai, dan urap jambah.
Semua sajian itu disimpan di wadah dulang, lalu ditutupi tebolaq (tutup saji
makanan khas Lombok) yang dihiasi kaca cermin dan keke (kerang).
Kaca cermin dan kerang, ungkap L. Pangkat Ali, Pranata Humas Pelaksana
Lanjutan Pemerintah Kabupaten Lombok Barat, bermakna peringatan kepada
penyantapnya. Kaca cermin mengingatkan agar jangan terlalu kenyang karena
bisa menimbulkan penyakit. Diharapkan pula para penyantapnya bersyukur
karena makanan itu datang dari Sang Khalik. Sementara kerang mengingatkan
kita terhadap kematian.
“Kedua media, antara cermin dan kerang ini memberi peringatan, jangan terlalu
banyak makan, apalagi sampai sakit. Akibatnya kematian yang datang
menjemput,” kata Ali.
Akibat perkembangan globalisasi, filosofi tadi lambat-laun terkikis dan punah
dimakan zaman. Demikian pula dengan kelengkapan menu, tidak lagi
selengkap dulu. “Sayur, urap jambah, dan kacang kedelai tidak lagi ditemukan.
Yang ada hanya sate dari daging kambing atau sapi, bumbu kuah, cabai hijau,
40
dan bulayak,” kata Ali.
Kendati demikian, sebagai kuliner khas Lombok, sate bulayak sayang untuk
dilewatkan begitu saja. Jika ingin mencicipinya, tak sulit mencarinya. Para
penjual sate bulayak bisa kita jumpai di berbagai sudut kota Mataram.. Juga
bisa menemuinya di beberapa objek wisata seperti halaman Pura Lingsar,
Taman Narmada, Taman Suranadi, Makam Loang Baloq, hingga Pantai
Senggigi.
3. Cerorot
Gambar 2 30 Cerorot
Setiap acara pernikahan atau upacara adat suku Sasak, Cerorot selalu hadir.
Rasanya manis dan teksturnya lentur membuat siapapun yang memakannya
akan sangat hati-hati agar cerorotnya tidak jatuh ke lantai.
Cerorot disajikan dengan bungkusan daun kelapa yang telah dibentuk mirip
terompet kecil.
Di samping cita rasanya yang khas, cara memakan kue ini juga tergolong unik.
Cara makannya dengan memencet bagian bawah atau ujung kue, sehingga isi
kue terdorong ke luar. Dari sinilah nama cerorot itu disematkan untuk nama
kuenya. Cerorot merupakan jajanan lokal yang memiliki ciri khas lokal pula.
41
Untuk membuat kue Cerorot khas Lombok ini tidak membutuhkan banyak
bahan.
Bahan utamanya yaitu :
a) Tepung beras
b) Kelapa
c) Gula pasir
d) Gula aren
e) Garam
1. Parut kelapa dan peras santan nya. Perasan pertama disisihkan di wadah
A (santan kental). Sedangkan untuk perasan kedua (lebih banyak
campuran air) disisihkan di wadah B (santan encer)..
2. Masak gula merah/aren bersama santan encer pada wadah B sampai
leleh/larut sempurna..
3. Untuk adonan utama, campurkan tepung beras, gula pasir, garam dan
santan wadah A (santan kental) dan aduk merata, sampai tidak ada
bagian yang bergerindil..
4. Masukkan gula merah dan santan yang sudah dimasak ke dalam wadah
adonan utama, lalu diaduk sampai merata seluruhnya..
5. Tuangkan adonan kue cerorot yang sudah jadi ke dalam tengkorong
(rangka cerorot) dengan hati-hati, sampai semuanya terisi penuh.
Supaya tengkorong mudah disusun berdiri di bagian bawah nya di alasi
ampas kelapa atau daun kelapa yang dirawis..
6. Panaskan dandangan hingga beruap lalu masukkan tengkorong-
tengkorong yang sudah terisi dan dikukus selama 1 jam..
7. Angkat dan sajikan. Cara membuka kulit tengkorongnya bisa
menggunakan 2 cara : dikupas lilitannya atau langsung didorong saja
sampai keluar isinya. Kue cerorot khas suku sasak siap dinikmati
42
4. Ares
Gambar 2 31 Ares
Ares merupakan salah satu makanan khas Lombok yang berbahan dasar
pelepah pisang yang masih muda. Uniknya, meski pelepah pisang ini diolah
bersama santan, namun saat dimakan, cita rasa yang diperoleh adalah manis
dan gurih.
Awalnya ares ini sendiri merupakan makanan tradisional suku sasak. Makanan
ini juga awalnya hanya disajikan pada saat acara begawe. Acara begawe
merupakan acara makan-makan yang biasa dilangsunkan setelah acara
pernikahan atau syukuran.
Perlu diketahui bahwa makanan khas Lombok satu ini juga memiliki cerita
sejarah. Menurut masyarakat setempat di Lombok, pada saat itu pulau Lombok
mengalami kekeringan yang sangat panjang. Di masa tersebut tidak banyak
tumbuhan yang bertahan hidup, sehingga banyak binatang ternak yang mati
kelaparan. Namun anehnya, dari sekian banyaknya tumbuhan yang mati, ada
satu jenis tumbuhan yang tetap hidup di tengah kekeringan, yakni pohon pisang.
Sebagai pengganti makanan lain, maka pohon ini dijadikan makanan bagi
hewan ternak yang kelaparan. Kemudian salah seorang mengamati sapinya
43
yang lahap memakan pelepah pisang. Kemudian akhirnya terpikirkan sebuah
ide untuk membuat makanan dari pelepah pisang.
Cara yang dilakukan adalah dengan memotong pelepah pisang tersebut,
kemudian meraciknya dengan bumbu yang ada di dapur. Selain itu, karena
rasanya enak, makanan ini menjadi terkenal sehingga nama ares ini diambil dari
nama masakan tradisional yang diciptakannya tersebut.
Ares biasanya apat di jumpai pada saat acara cara besar, seperti saat pernikahan,
maknan ini akan di santap sebagai lauk saat prosesi begibung sedang
bberlangsung.
5. Bebalung
Gambar 2 32 Bebalung
Bahan utamanya adalah daging tulang iga sapi atau kerbau yang dicampur
dengan racikan bumbu yang terdiri dari cabe rawit, bawang putih, bawang
merah, lengkuas, dan kunyit ditambah jahe agar rasa pedas cabenya memiliki
ciri khas tersendiri. Selain itu tambahkan sedikit garam dan asam agar masakan
lebih awet.
Racikan bumbu semacam ini oleh masyaralat Sasak disebut sebagai ragi rajang.
Cara pembuatannya pun sangat sederhana. Tulang iga atau tulang ekor sapi atau
kerbau dipotong sesuai selera. Setelah dibersihkan dan direbus hingga matang
dan dagingnya empuk, barulah dicampur dengan racikan bumbu yang telah
dihaluskan dan ditumis. Bumbu dan bahan baku Bebalung yang telah matang
ini direbus kembali sekitar 30 menit agar bumbunya meresap ke dalam daging.
44
Banyak yang mengira Bebalung adalah makanan seperti halnya gulai atau soto
daging. Sekilas memang wujudnya mirip dengan makanan-makanan itu, namun
Bebalung justru mempunyai makna alias arti yang berbeda dengan yang
banyak dipikirkan oleh orang kebanyakan. Makanan khas Lombok ini dalam
bahasa Sasak berarti “tenaga”. Karenanya masyarakat setempat mengartikan
setelah makan Bebalung akan semakin bertenaga dan menumbuhkan vitalitas.
Bebalung sendiri dipercaya memiliki khasiat bagi tubuh, salah satu khasiatnya
yaitu menambah stamina sehingga orang yang sudah memakan bebalung ini
dipercaya tidak akan mudah lelah. Selain itu, bagi mereka yang berumah tangga
bisa memakan Bebalung ini sebagai penambah vitalitas.
Jangan salah juga, ternyata Bebalung adalah salah satu makanan wajib di setiap
hajatan yang diadakan masyarakat setempat, mungkin karena khasiat yang
dipercaya di masakan Bebalung tersebut maka makanan ini dijadikan sebagai
makanan wajib. Tempatnya sederhana saja, tidak ada dekorasi. Hanya ada
beberapa meja dan kursi yang panjang. Penyajian Bebalung biasanya dengan
mangkok dan ditaburi bawang merah goreng berikut dengan nasi putih. Bagi
Anda penyuka pedas, bisa ditambahkan sambal. Bebalung paling enak
dihidangkan saat masih panas.
45
Gambar 2 33 Jaje banget atau Jaje tujak
Jaje tujak atau jaje bangat terbuat dari ketan yang dikukus dan di tujak
(dihaluskan). Setelah halus baru di bentuk dan di potong segi empat.
Masyarakat suku Sasak membuat jaje tujak atau banget untuk begawe beselam,
begawe mate nyiwa’ dan nyatus (resepsi khitanan, acara sembilan hari dan
seratus hari meninggal dunia) serta lebaran (hari raya idul fitri).
a. Dengkleng
Gambar 2 34 Dengkleng
Sumber :
https://ntb.idntimes.com/news/ntb/seo-intern-idn-times/tak-seram-seperti-squid-game-
ini-permainan-tradisional-seru-dari-ntb
46
Pada dasarnya, permainan tradisional ini hampir serupa di setiap wilayah,
namun memiliki nama yang berbeda. Seperti Dengkleng yang dimainkan
dengan membuat kotak-kotak disertai nomor menggunakan kapur di tanah.
b. Selodor
Gambar 2 35 Selodor
Permainan ini adalah permainan kelompok yang terdiri dari dua kelompok,
di mana masing- masing tim terdiri dari 3 – 5 orang. Inti dari permainannya
adalah memblok lawan agar tidak dapat menyelinap melewati garis ke
garis terakhir dengancara berjalan naik dan turun.
47
mendapatkan kemenangan.
c. Sebok – sebok an
Gambar 2 36 Sebok-Sebok an
Sumber :
https://ntb.idntimes.com/news/ntb/seo-intern-idn-times/tak-seram-seperti-squid-game-
ini-permainan-tradisional-seru-dari-ntb
Sebok – sebok an adalah permainan dari Betawi yang dikenal luas dan dapat
dengan mudah dimainkan oleh sekelompok anak. Aturannya sederhana:
seorang anak yang kalah harus menutup mata mereka dan menghitung ke angka
yang telah ditentukan, sementara pemain lain bersembunyi. Ketika
penghitungan selesai, anak itu harus pergi mencari anak-anak lain.
Pemain yang ditemukan pertama akan menjadi pencari berikutnya dan pemain
yang ditemukan terakhir adalah pemenang. Dalam versi lain dari permainan
sebok – sebok an, para pemain yang bersembunyi juga dapat berlari ke tempat
yang disebut “home base” dan mereka aman dari para pencari begitu mereka
menyentuh dinding atau objek yang telah ditentukan di dalam base.
d. Cong Kecuble
48
e. Main Gambar
Kartu ini berbeda dengan kartu gambar biasa. Meskipun juga bergambar,
namun kartu ini memiliki label dan kategori di tiap kartu dan banyak memiliki
gambar berbagai macam karakter. Permainan ini dilakukan dengan
mengumpulkan beberapa kartu menjadi wit yang akan digunakan untuk
bermain. Wit atau kartu yang sudah dikumpulkan di kocok untuk memulai
permainan. Banyak jenis cara melakukan permainan ini seperti, main kik yaitu
mengumpulkan angka pada gambar yang berjumlah 9, main anyam yaitu
mengumpulkan angka yang sama, main warna yaitu mengeluarkan warna
sesuai dengan pembukaan awal untuk memulai permainan, main uncar yaitu
memiliki katuk sama – sama satu pada setiap permain siapa yang katuknya
terlihat gambarnya maka dia yang menang, main bandar yaitu satu orang
menjadi bandar dan mengkocok gambar dan teman yang lain memilih salah
satu gambar yang ditutup sesuai yang diinginkan, jika angkanya lebih tinggi
49
dari bandar maka ia menang dan mendapatkan gambar sesuai yang diisinya
sebelumnya.
Permainan ini cukup terkenal dikalangan anak – anak. Alat yang digunakan
pada permainan ini yaitu sendal. Dimana bisa dimainkan sedikit 2 orang
pemain, dimana satu orang sebagai pemain dan yang satunya sebagai yang jaga.
Cara memainkannya yaitu dengan mengumpulkan atau menata sendal
berbentuk gunung dan dijaga oleh satu orang dibelakang sendal tersebut dan
yang sebagai pemain dia yang melempar sendal yang ditumpuk, jika terkena
maka yang melempar akan berlari dan dikejar oleh yang jaga sambal melempar
sendal kearah pemain tersebut. Jika terkena maka akan giliran menjaga.
g. Main Benteng
50
“Benteng / Bentengan” adalah salah satu permainan tradisional berkelompok
yang membutuhkan ketangkasan, kecepatan berlari dan strategi yang handal.
Permainan ini merupakan salah satu permainan tradisional yang sangat baik
digunakan untuk berolahraga. Hal ini disebabkan karena setiap pemain harus
berlari untuk menjaga benteng dan menangkap lawan. Tujuan utama dari
permainan benteng ini adalah menyerang dan mengambil alih “benteng /
markas”lawan.
Kelompok harus dibagi menjadi dua dan masing-masing kelompok
beranggotakan 4-8 orang. Kemudian, tentukan tempat untuk memainkan
permainan ini. Sangat disarankan untuk memilih tempat yang luas karena
pemain harus banyak berlari ketika memainkan bentengan.
Tak hanya mengambil alih benteng, grup juga bisa menang kalau berhasil
memasukkan semua lawan ke dalam ‘penjara’. Cara memasukkan lawan ke
penjara adalah dengan menyentuh tubuh mereka. Orang yang sudah dipenjara
juga bisa bebas dengan cara salah satu teman di grupnya menyentuh tubuh
orang yang dipenjara. Penjaranya terletak di sekitar benteng.
Cara bermain permainan ini yaitu dengan, dikumpulkan jadi satu bungkus
rokok, kemudian dibuatkan sebuah lingkaran. Dan inilah tugas pemain, harus
mengeluarkan bungkus rokok dari dalam lingkaran. Caranya, tumpukan
51
bungkus rokok itu harus dilempar dengan sebuah batu atau apa pun itu. Di
lombok, orang biasa memanggil batu tersebut “katuk” nya. Tidak sembarangan
bungkus rokok yang digunakan, karena masing-masing punya nilainya sendiri.
Misal rokok merek Malboro bernilai 5 ribu, merek LA seribu dan lain-lain.
i. Kepeng Mbeng
bisa dilakukan paling sedikit oleh 2 orang atau lebih, dengan cara membuat
lobang berukuran sedang dan melempar kepeng mbeng disekitaran lobang
tersebut, kemudian teman lawan akan memilihkan kita yang mana yang akan
kita masukan kedalam lobang dengan cara menyentilnya, jika bisa masuk 1
kedalam lobang maka bisa meneruskan permainan jika masuk lebih dari satu
maka teman lawan yang akan menggantikan permainan.
j. Kaleng Kumbur
52
Gambar 2 43 Kaleng Kumbur
Permainan ini masih sering dimainkan oleh anak anak di lombok barat. Dimana
permainan yang disebut ‘kaleng kumbur’ ini sama dengan permainan ‘sebok
sebok an’ namun bedanya ‘kaleng kumbur’ ini bersembunyi didalam sebuah
sarung kemudian yang kalah yang akan menebak siapa orang yang ada didalam
sarung tersebut. Jika benar maka akan digantikan posisinya dan jika salah maka
ia akan menebak kembali. Keleng kumbur ini biasanya dimainkan pada saat
mati lampu, dikarenakan suasana gelap dan mendukung permainan.
k. Main Jejak
53
Main jejak yaitu sebuah permainan berTeam. Ada 2 Team, 1 Team yang main
dan 1 Tim yang mencari. Team yang bermain akan melakukan perjalanan
sambil menggambar sebuah lambang dijalan yang dilewati sebagai tanda bahwa
mereka melewati jalan tersebut agar lawan dapat mengetahui kemana arah
mereka berjalan, lambang yang digunakan yaitu terserah tergantung
kesepakatan team. Apabila team yang bermain sudah menuliskan kata ‘STOP’
maka team yang mencari akan berusaha mencari team yang bermain tersebut
sampai ketemu, sehingga jika sudah ditemukan semuanya akan bergiliran
dalam bermain.
a. Sumur beleq
55
b. Cerita Dongeng Sasak “Kisah Raja Kuripan”
Cerita Dongeng Sasak Kisah Raja Kuripan di Lombok Barat –
Ki Rangga adalah putra angkat Prabu Aria Pelabu, Raja Kahuripan di
Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat, yang sakti mandraguna. Tidak
seorang pun di kerajaan tersebut yang sanggup mengalahkan
kesaktiannya. Setelah dewasa, Ki Rangga dinikahkan dengan seorang
gadis yang cantik dan diberi wilayah kekuasaan di ujung timur
Kerajaan Kahuripan. Namun, semua kebaikan Prabu Aria itu ia balas
dengan pengkhianatan. Suatu malam, Ki Rangga secara diam-diam
menyelinap masuk ke dalam kamar kedua putri sang Prabu. Tentu saja
perilaku Ki Rangga tersebut membuat sang Prabu amat murka
kepadanya dan berniat untuk menghukumnya. Mampukah Prabu Aria
Pelabu menghukum Ki Rangga yang sakti itu? Ikuti kisahnya dalam
cerita Ki Rangga berikut ini.
Di kaki Gunung Sasak, Lombok Barat, berdiri sebuah istana
yang amat megah. Istana itu adalah tempat kediaman Prabu Aria Pelabu,
raja dari Kerajaan Kahuripan. Sang Prabu bersama permaisuri dan
kedua putri kesayangannya, Hina Manu dan Hina Hentar, hidup rukun
dan bahagia dalam istana itu. Namun sayang, kebahagiaan itu terasa
masih kurang karena keinginan sang Prabu dan permaisurinya untuk
memiliki seorang anak laki-laki belum tercapai. Mereka sudah berusaha
dengan berdoa kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, namun permohonan
mereka belum juga terkabulkan.
Hal itu rupanya menjadi beban pikiran Prabu Aria Pelabu hingga
terbawa ke dalam mimpinya. Suatu malam, ia bermimpi menangkap
seekor anak perkutut berbulu putih. Ia pun merawat burung itu hingga
besar. Suaranya amat merdu dan bulu-bulunya pun sangat indah. Suatu
ketika, tiba-tiba burung itu berubah menjadi ular berbisa dan menggigit
san Prabu. Sejak itu, sang Prabu selalu duduk termenung memikirkan
memikirkan mimpinya. “Ya, Tuhan. Apakah mimpi ini pertanda buruk
56
bagiku?” pikirnya, “Ah, semoga saja tidak akan terjadi sesuatu pada
diriku dan keluargaku. Ini hanya sebuah mimpi.”
Prabu Aria Pelabu sudah berusaha menepis bayangan tentang
mimpi itu, namun pikirannya masih saja gelisah. Untuk menenangkan
diri, sang Prabu mengajak permaisuri dan kedua putrinya untuk
menangkap ikan di muara Sungai Dodokan. Ia juga mengajak patih,
punggawa, dan pendeta istana. Kegiatan menangkap ikan itulah satu-
satunya cara yang biasa dilakukan sang Prabu untuk menghibur hatinya
ketika sedang gelisah. Sejak kecil, sang Prabu memang sangat gemar
menangkap ikan.
Setelah menyiapkan semua perbekalan yang diperlukan,
berangkatlah Prabu Aria Pelabu bersama rombongan. Menjelang tengah
hari, rombongan itu akhirnya tiba di muara Sungai Dodokan. Setelah
beristirahat sejenak sambil menikmati bekal makanan, sang Prabu
bersama permaisuri dan kedua putrinya pergi ke muara. “Mari kita ke
muara,” ajak sang Prabu, “Kawanan ikan biasanya bergerombol di
tempat itu.” Permaisuri dan kedua putrinya pun menuruti ajakan sang
Prabu. Setiba di muara itu, tiba-tiba Putri Hina Manu melihat sebuah
peti yang berukir indah terapung-apung di permukaan air. “Hai, lihat!
Ada peti hanyut!” teriak Putri Hina Manu sambil menuju ke arah peti
itu. “Hai, peti apa itu?” tanya sang Prabu penasaran, “Patih, cepat angkat
peti itu!” “Baik, Baginda,” jawab patih seraya mengangkat peti itu dan
membawanya ke hadapan sang Prabu. Alangkah terkejutnya sang Prabu
dan permaisuri setelah patih membuka peti itu. Di dalamnya terdapat
seorang bayi laki-laki yang amat tampan dan sehat. “Lihat, Kanda! Bayi
ini tampan sekali. Aku yakin ia bukanlah anak orang biasa,“ seru
57
Prabu Aria Pelabu sejenak termenung, lalu memerintahkan
pendeta untuk memberkati bayi itu sebelum mengangkatnya sebagai
anak. Sebelum pemberkatan dimulai, sang Prabu menceritakan perihal
mimpinya kepada pendeta itu. Mendengar cerita sang Prabu, pendeta itu
akhirnya tidak jadi memberkati bayi itu seraya memberi saran kepada
sang Prabu agar tidak mengambil bayi itu. “Ampun, Baginda.
Sebaiknya Baginda tidak mengangkat bayi ini sebagai anak. Kelak
setelah dewasa, ia akan membawa bencana bagi Baginda,” ujar pendeta
itu.
Sebenarnya, Prabu Aria Pelabu ingin menuruti nasehat sang
Pendeta. Namun, permaisurinya tetap bersikeras untuk mengangkat
bayi itu sebagai anak. “Kanda, bukankah sudah lama kita menginginkan
seorang anak laki-laki? Tapi, ketika Tuhan menganugerahi kita bayi
laki-laki, walaupun tidak lahir dari rahim Dinda, mengapa Kanda
menolaknya?” kata sang Permaisuri. “Benar, Ayahanda! Kami pun
amat senang jika mempunyai adik laki-laki. Apalagi bayi ini lucu
sekali,” imbuh Putri Hina Manu.
Pria Aria Pelabu pun tak bisa berbuat apa-apa, kecuali menuruti
keinginan permaisuri dan kedua putrinya. Akhirnya, mereka pun
membawa pulang bayi itu ke istana dan memberinya nama Ki Rangga.
Dalam asuhan sang Permaisuri, Ki Rangga diajari berbagai ilmu
pengetahuan, terutama ilmu bela diri sehingga tumbuh menjadi pemuda
yang tampan dan gagah perkasa. Ki Rangga dinikahkan dengan seorang
gadis cantik dari lingkungan bangsawan istana. Setelah itu, ia diberi
58
hanya ingin bertemu dengan kedua kakak angkatnya itu. Suatu malam,
Ki Rangga menyelinap masuk ke dalam kamar Hina Manu dan Hina
Hentar. Prabu Aria Pelabu yang mendapat laporan tentang peristiwa
tersebut menjadi marah dan murka kepada Ki Rangga. “Dasar, anak
tidak tahu diuntung! Diberi air susu malah dibalas dengan air tuba!” kata
sang Prabu geram.
Tidak terima perlakuan Ki Rangga atas kedua putrinya, Prabu
Aria Pelabu berniat untuk menghukumnya. Namun karena Ki Rangga
sakti mandraguna, sang Prabu terpaksa menggunakan tipu muslihat.
Alhasil, ia pun berhasil menangkap anak angkatnya itu dengan cara
menjeratnya dengan jala dan serat sutra. Ki Rangga kemudian dibawa
ke istana dan diikat di bawah pohon besar untuk dihukum gantung pada
esok harinya. Namun, pada malam hari sebelum hari pelaksanaan
hukuman, Ki Rangga dapat melepaskan diri berkat kesaktiannya.
Setelah itu, Ki Rangga bersama istri dan para pengawalnya
melarikan diri ke arah selatan menuju Pantai Tabua, Lombok Tengah,
yang merupakan wilayah kekuasaan Raja Pejanggi. Mengetahui akan
hal itu, Prabu Aria Pelabu pun meminta bantuan kepada Raja Pejanggi
untuk menangkap Ki Rangga. Raja Pejanggi segera mengirim para
prajuritnya ke Pantai Tabua. Rupanya, para prajurit Pejanggi tersebut
tidak sanggup menghadapi kesaktian Ki Rangga. Dari duabelas prajut
yang dikirim, hanya enam orang yang berhasil selamat dan itu pun
dalam keadaan cacat dan terluka parah.
Mendengar kabar tersebut, Prabu Aria Pelabu tidak putus asa. Ia
segera meminta bantuan kepada dua pendekar bersaudara Ari Pati dan
Neq Dipati dari Batu Dendeng, yang terkenal sakti. Maka, berangkatlah
kedua pendekar itu ke Pantai Tabua. Setiba di sana, mereka langsung
dihadang oleh para pengikut Ki Rangga. Tidak begitu sulit bagi mereka
mengalahkan pasukan Ki Rangga. Namun, ketika menghadapi Ki
Rangga, mereka justru kalah meskipun telah menggunakan keris pusaka
mereka. Untung mereka masih bisa menyelamatkan diri. Keesokan
59
harinya, Ari Pati dan Neq Dipati pun menyusun siasat agar bisa
menangkap Ki Rangga. Keduanya pun berembug untuk dapat
mengelabui putra angkat sang Prabu itu. “Kanda, siasat apa yang
sebaiknya kita gunakan untuk mengalahkan kesaktian Ki Rangga?”
tanya Neq Dipati. Ari Pati hanya termenung. Setelah berpikir sejenak,
akhirnya ia pun menemukan sebuah cara untuk mengelabui Ki Rangga.
“Hmmm… aku tahu sekarang. Bukankah Ki Rangga itu suka pada
wanita-wanita cantik alias mata keranjang?” kata Ari Pati. “Benar,
Kanda. Lalu, apa rencana Kanda selanjutnya?” tanya Neq Dipati.
“Sebaiknya kita menyamar menjadi gadis cantik lalu kita bujuk Ki
Rangga agar mau membuka rahasia kesaktiannya,” ujar Ari Pati. “Wah,
itu siasat yang bagus, Kanda,” kata Neq Dipati setuju. Akhirnya, kedua
pendekar bersaudara itu dengan kesaktiannya mengubah diri mereka
menjadi dua gadis cantik dan rupawan. Saat hari mulai gelap,
berangkatlah kedua gadis cantik palsu itu ke Pantai Tabua dengan
mengenakan pakaian dan indah. Setiba di sana, keduanya silih berganti
membujuk Ki Rangga. Alhasil, Ki Rangga pun termakan oleh bujuk
rayu mereka. Ia pun menceritakan rahasia kesaktiannya bahwa dirinya
dapat dibunuh jika berada di dalam kamar tidurnya. Setelah
mengetahui rahasia itu, kedua gadis itu cepat-cepat berpamitan pulang.
Rupanya mereka tidak segera pulang, tetapi bersembunyi di sekitar
tempat Ki Rangga menginap. Saat tengah malam, Ki Rangga pun
mulai mengantuk dan segera masuk ke dalam penginapannya. Pada
saat itulah, Ari Pati dan Neq Dipati segera mengubah kembali dirinya
menjadi dua pendekar. Setelah itu, keduanya segera menyerang Ki
Rangga yang berada di dalam kamarnya. Pertarungan sengit pun
terjadi. Mulanya, Ki Rangga masih mampu melawan. Namun, karena
dikeroyok oleh dua pendekar sakti, akhirnya tubuhnya terkena tusukan
keris pusaka milik Ari Pati. Racun pada keris itu pun langsung menjalar
ke seluruh tubuh Ki Rangga hingga berwarna biru kelam. Tak berapa
lama kemudian, Ki Rangga pun tewas dengan mengenaskan.
60
7. ASPEK SAINS PPRODUK KEBUDAYAAN LOMBOK BARAT
61
• Kesenian Lombok Barat
No Produk Unsur Sains Tema Subtema
Kebudayaan
1. Gendang Beleq • Struktur • Tema 2 Kelas • Subtema 2
Tumbuhan 3: Manfaat
• Kulit Hewan Menyayangi Tumbuhan Bagi
Tumbuhan dan Kehidupan
Hewan Manusia
• Tema 3 Kelas • Subtema 1
4 : Peduli Hewan dan
Terhadap Tumbuhan di
Lingkungan Lingkungan
Rumahku
2. Tari Gandrung • Gerakan • Tema 1 Kelas • Subtema 2 :
Tangan (Otot 5 : Organ Manusia Dan
tangan) gerak Hewan Lingkungan
• Gerakan kaki Dan Manusia. • Subtema 1
(Otot kaki) Keragaman
• Tema 7 Kelas
• Gerakan Suku Bangsa
4 : Indahnya dan Agama di
memutar
Keragaman Negeriku
kepala
Negeriku
• Kecepatan • Subtema 3
• Tema 8 Kelas Bangga
4 : Daerah Terhadap
Tempat Daerah Tempat
Tinggalku Tinggalku
3. Tari Rudat • Gerakan • Tema 1 Kelas • Subtema 2 :
Tangan (Otot 5 : Organ Manusia Dan
tangan) gerak Hewan Lingkungan
• Gerakan kaki Dan Manusia. • Subtema 1
(otot kaki) Keragaman
• Tema 7 Kelas
• Kecepatan dan Suku Bangsa
4 : Indahnya dan Agama di
ketangkasan
Keragaman Negeriku
Negeriku
• Subtema 3
• Tema 8 Kelas Bangga
4 : Daerah Terhadap
Tempat Daerah Tempat
Tinggalku Tinggalku
4. Wayang Sasak • Kulit Hewan • Tema 2 Kelas • Subtema 2
• Struktur 3: Manfaat
62
Tumbuhan Menyayangi Tumbuhan Bagi
(Ranting) Tumbuhan dan Kehidupan
Hewan Manusia
• Tema 3 Kelas • Subtema 1
4 : Peduli Hewan dan
Terhadap Tumbuhan di
Lingkungan Lingkungan
Rumahku
5. Gerabah • Jenis Tanah • Tema 2 Kelas • Subtema 2
(Tanah Liat) 3: Manfaat
• Cahaya dan Menyayangi Tumbuhan Bagi
Panas (Api) Tumbuhan dan Kehidupan
• Struktur Hewan Manusia
tumbuhan • Tema 2 Kelas • Subtema 1
4 : Selalu Sumber Energi
Berhemat
Energi
63
• Makanan khas Lombok Barat
NO PRODUK BAHAN BAHAN UNSUR SAINS TEMA SUBTEMA
KEBUDAYAAN
1. Pelecing • Kangkung • Tumbuhan Tema 2 Subtema 1
Kangkung • Jeruk limau Menyayangi manfaat
• Garam Tumbuhan tumbuhan
• Micin & Hewan bagi
• Gula Kelas 3 kehidupan
(opsional) manusia
• Terasi
• Cabai
• Tomat
• Kelapa
• Kacang tanah
( yang sudah
di goring)
2. Sate Bulayak • Daging sapi • Hewan Tema 2 Subtema 2
/ayam/jeroan • Tumbuhan Menyayangi manfaat
• Garam Tumbuhan hewan bagi
• Micin & Hewan kehidupan
• Kacang tanah Kelas 3 manusia
• Santan
• Daun aren
• Beras
• Cabai
3. cerorot • Tepung beras • Tumbuhan Tema 2 Subtema 1
• Kelapa Menyayangi manfaat
• Gula pasir Tumbuhan tumbuhan
• Gula aren & Hewan bagi
• Garam Kelas 3 kehidupan
• Daun kelapa manusia
4. Ares • Batang pohon • Tumbuhan Tema 2 Subtema 1
pisang Menyayangi manfaat
• Santan Tumbuhan tumbuhan
• Bawang putih & Hewan bagi
• Merica bubuk Kelas 3 kehidupan
• Ketumbar manusia
bubuk
• Kunyit
• Jahe
• Kencur
• Laos
64
• Cabe keriting
• Kemiri
• Terasi
• Daun Serai,
daun salam,
daun jeruk
• Gula dan
garam
5. Bebalung • Iga sapi • Tubuhan Tema 2 Subtema 1
• Bawang • Hewan Menyayangi manfaat
merah Tumbuhan tumbuhan
• Bawang putih & Hewan bagi
• Kencur Kelas 3 kehidupan
• Lengkuas manusia
• Kunyit
• Ketumbar
bubuk
• Gula pasir &
Garam
• Jahe
Tabel 2 4 Unsur Sains Makanan Tradisional Lombok Barat
65
• Permainan Tradisional Lombok Barat
66
melihat teman. Panca Indra. Panca Indra.
lawan. • Tema 1 • Subtema 2 :
• Gerakan Kelas 5 : Manusia
otot kaki. Organ gerak Dan
Hewan Dan Lingkungan.
Manusia.
67
kaki. Hewan Dan Lingkungan
• Kecepatan Manusia. .
dan • Tema 1 • Subtema 1 :
ketangkasan. Kelas 4 : Keberagam
Indahnya an Budaya
Kebersamaa Bangsaku.
n
68
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
69
betukaq (penguburan)); tradisi presean; bersinan; upacara perayaan maulid nabi
muhammad saw; lebaran topat; tradisi ziarah makam, perang topat, roah gubuk.
Kesenian daerah lombok barat antara lain gendang beleq, tari gandrung, tari rudat,
wayang sasak, gerabah, kerajinan. Makanan khas daerah Lombok meliputi
pelecing kangkong, sate bulayak, sate rembige, cerorot, ares, bebalung, jaje ore atau
jaje mako, jaje opak-opak, jaje renggi, jaje bangat atau jaje tujak. Adapun
permainan tradisional lombok barat antara lain dengkleng, permainan tradisional
congklak, selodor, kendeker, sebok – sebok an, cong kecuble, main gambar,
permainan emper sandel, main benteng, main ampas rokok, kepeng mbeng, main
orji, kaleng kumbur, main jejak, main baju-bajuan. Cerita rakyat Lombok Barat
diantaranya adalah sumur beleq dan kisah raja Kuripan. Setiap produk
kebudayaan seperti kesenian, makanan khas, permainan tradisional itu memiliki
unsur Sains, contohnya pada rumah adat Lombok barat memiliki unsur sains
tumbuhan.
2. Saran
70
DAFTAR PUSTAKA
Sumardi, N. K. (2018). Evolusi Gendang Beleq Lombok. Gondang: Jurnal Seni Dan
Budaya, 1(2), 63. https://doi.org/10.24114/gondang.v1i2.8564
Utami, M., Dewi, T., Universitas, P., Yogyakarta, N., & Lombok, T. G. (n.d.).
Estetika tari gandrung lombok suku sasak. Tamumatra Jurnal Seni Pertunjukan,
3(1), 11–21. https://doi.org/10.29408/tmmt.v3i1.2867
Arief. 2017. "Mengenang Permainan Bungkus Rokok yang Pernah Bikin Kita Jadi
Lupa Waktu". https://www.boombastis.com/permainan-bungkus-rokok/119500.
Diakses pada Jumat, 13 Mei 2022, Pukul 22:30.
Efita Sari. 2018. "Nostalgia, 5 Permainan dari Kertas Ini Populer di Era 90an".
https://www.idntimes.com/hype/throwback/efrita-sari/permainan-dari-kertas-
era-90an-c1c2. Diakses pada Jumat, 13 Mei 2022, Pukul 22:00
Ali Imran dan Wahyu Hananingsih. (2021). Nilai-Nilai Sportifitas Dalam Seni
Pertunjukan Peresean Masyarakat Sasak Lombok. JUPE: Jurnal Pendidikan
Mandala, 1-3.
Nur Azizah Zuhriah, Warto, Titis Srimuda Pitana. (2019). EKSISTENSI SUFISME
DALAM TRADISI PEDAQ API DI LOMBOK. 1-2.
71
Aniq, A. F. (t.thn.). KONFLIK PERAN GENDER PADA TRADISI MERARIK, 4-5.
Budiarto, G. (2020). Dampak Cultural Invasion terhadap Kebudayaan Lokal: Studi Kasus Terhadap
Bahasa Daerah. Pamator Journal, 13(2), 183–193. https://doi.org/10.21107/pamator.v13i2.8259
Marzali, A. (2014). Memajukan Kebudayaan Nasional Indonesia. 26(3).
Murcahyanto, H., Saputra, B. E., Triyanto, M., Mas, L., Mulyaningsih, S. S., Hamdani, S., & Rasyad, A.
(2021). SOSIAL HORIZON : Jurnal Pendidikan Sosial PENDAHULUAN Setiap daerah memiliki
satu bentuk kesenian yang menjadi identitas daerah tersebut dan bentuk dari kesenian daerah itu
merupakan ciri khas dan menjadi corak budaya daerah asal kesenian SOSIAL HORIZON : 8(2),
215–226.
72
73