Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN SEDERHANA

“Menganalisis Studi Kasus Zat Aditif : Pakar UM Surabaya Sebut 6 Zat


Berbahaya Ini Banyak di Makanan Kemasan”
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Ilmu Kealamiahan Dasar yang
diampu oleh :

Ketut Sri Kusuma Wardani, M.Pd

Disusun oleh :

Anggota Kelompok 1

Putri Nurrasidah E1E020163

Puwi M’ashum Asyz E1E020164

Rabiulandari Delasita E1E020165

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MATARAM

TA/2022
DAFTAR ISI

COVER---------------------------------------------------------------------------------------------------1

DAFTAR ISI---------------------------------------------------------------------------------------------2

PENDAHULUAN----------------------------------------------------------------------------------------

A. Latar Belakang ---------------------------------------------------------------------------------3

HASIL DAN PEMBAHASAN--------------------------------------------------------------------------

A. Pemaparan hasil kasus yang dikaji---------------------------------------------------------5


B. Kandungan zat aditif yang terdapat dalam kasus---------------------------------------5
C. Penyebab terjadinya kasus-------------------------------------------------------------------7
D. Sisi positif zat Aditif dari kasus--------------------------------------------------------------7
E. Sisi negatif zat aditif dari kasus-------------------------------------------------------------------------7

PENUTUP--------------------------------------------------------------------------------------------------

A. Kesimpulan-------------------------------------------------------------------------------------10
B. Saran---------------------------------------------------------------------------------------------10

DAFTAR PUSTAKA----------------------------------------------------------------------------------12
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Zat aditif pada makanan adalah semua bahan yang ditambahkan dan dicampurkan ke
dalam produk makanan dan minuman selama proses pengolahan, penyimpanan, dan
pengemasan. Di Indonesia, zat aditif pada makanan disebut dengan istilah Bahan
Tambahan Pangan (BTP).Produksi dan penjualan seluruh produk makanan dan
minuman yang menggunakan zat aditif harus mendapatkan izin edar dan persetujuan
Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) agar aman dikonsumsi oleh
masyarakat.
Dikutip dari Modul Ilmu Pengetahuan Alam Paket B Setara SMP/MTs Kelas VIII
bertema "Transportasi pada Tubuh Makhluk Hidup" karya Muhammad Noval, sumber
zat aditif terdiri atas alami, non alami atau sintetik. Sumber zat aditif alami berasal
dari tumbuh-tumbuhan, seperti gula untuk pemanis makanan, daun pandan, dan vanila
untuk pengaroma. Sedangkan yang non-alami biasanya berasal dari pengawet garam
(asinan makanan)
Di zaman yang modern seperti sekarang ini, kehidupan manusia tidak terlepas dari
makanan kemasan atau produk olahan yang dikemas dengan praktis. Namun sadarkah
manusia bahwa makanan yang dijual itu ternyata mengandung zat tamzat atau zat
aditif pada makanan. Zat aditif pada makanan ini memiliki peran dalam menambah
rasa, warna dan umur simpan makanan, tetapi zat aditif juga mungkin memiliki efek
negatif pada tubuh. Luangkan waktu untuk mengenal macam-macam zat aditif pada
makanan yang umum digunakan dan banhaya bagi tubuh, sehingga Anda akan tahu
apa yang harus dicari taHu dihindari, saat berbelanja. Zat aditif pada makanan adalah
zat atau zat kimia yang ditambahkan ke produk makanan. Tujuan penggunaanya
untuk menjaga makanan agar tetap segar serta meningkatkan warna, aroma, dan
teksturnya.
Di Indonesia, zat aditif pada makanan disebut dengan istilah Zat Tamzat Pangan
(BTP). Semua produk makanan yang menggunakan zat aditif harus melalui
persetujuan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Republik Indonesia. Semua
zat yang dicampurkan pada produk makanan selama proses pengolahannya, proses
penyimpanannya, dan proses pengemasannya disebut sebagai zat aditif pada
makanan. Zat aditif makanan atau zat tamzat makanan adalah zat yang ditambahkan
dengan sengaja ke dalam makanan dalam jumlah kecil, dengan tujuan untuk
memperbaiki penampakan, cita rasa, tekstur, dan memperpanjang daya simpan. Selain
itu dapat meningkatkan nilai gizi seperti protein, mineral dan vitamin.
Menurut pasal 1 Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia, nomor
235/Men.Kes/Per/VI/79, Zat aditif adalah zat tamzat pada zat pangan yang dapat
mencegah atau menghambat fermentasi pengasaman atau penguraian terhadap zat
pangan yang disebabkan oleh jasad renik ( Anonim,1979). Zat aditif berarti setiap zat
yang dapat menghambat dan memperlambat proses fermentasi pembusukan
pengasaman dan dekomposisi zat pangan antara lain asam benzoat dan garamnya
asam sorbat dan garamnya ( Buckle dkk, 1985) .Zat aditif adalah suatu senyawa kimia
yang secara khusus ditambahkan untuk mencegah dekomposisi zat pangan yang
disebabkan oleh mikroba dan menghambat pertumbuhan serta aktivitas mikroba, yaitu
dengan merusakkan membran sel atau dinding sel mikroba tersebut dan menurunkan
aktivitas enzim. Zat aditif yang diperdagangkan secara bebas dikenal dengan nama
“anti basi” kemungkinan adalah senyawa benzoat yang penggunaannya bertujuan
untuk menghambat pertumbuhan bakteri atau mikroba lainnya sehingga bila
ditambahkan ke dalam zat pangan akan lebih awet (Sukarni, 1986). Zat aditif pada
dasarnya untuk menghambat pertumbuhan mikroba yang mungkin terdapat dalam zat
pangan. Penambahan zat-zat aditif pada makanan dilakukan dengan pemberian dosis
seminimal mungkin tetapi telah cukup efektif untuk menghambat pertumbuhan
mikroba (Soemanto, 1986).
PEMBAHASAN

A. Pemaparan hasil kasus yang dikaji


Berdasarkan hasil kasus " Pakar UM surabaya sebut 6 Zat berbahaya ini banyak di
makanan kemasan " yang sudah kami kaji didapat bahwa Ada sekitar 26 jenis bahan
tambahan makanan yang diatur dalam kedua peraturan tersebut. Bahan yang dilarang
digunakan pada pangan meliputi boraks atau asam borat, asam salisilat dan garamnya,
dietil pirokarbonat, dulsin, kalium klorat, kloramfenikol, minyak nabati yang
dibrominasi, nitrofurazon, serta formalin," urai Mardiyah dilansir dari lanan UM
Surabaya.
Mardiyah menyebut ada beberapa jenis BTP yang sering digunakan dalam makanan
kemasan jajanan anak yang perlu diwaspadai saat dikonsumsi, antara lain; MSG, Zat
pewarna, perisa (flavour) buatan, pengawet, dan lemak trans.
"Penelitian ini juga telah membuktikan lemak trans dapat meningkatkan kolesterol
jahat LDL dan menurunkan kadar kolesterol baik HDL yang lambat laun
meningkatkan risiko penyakit jantung. Untuk itu, ada baiknya untuk membatasi
konsumsi makanan yang mengandung lemak trans," tukas dia.
B. Kandungan zat aditif yang terdapat didalam kasus
Dalam kasus berita tersebut ada 6 jenis kandungan zat aditif yang berbahaya dalam
makanan sekarang ini contohnya seperti :
1. MSG
`Monosodium Glutamat (MSG) banyak orang menyebut seperti mecin. Yakni,
bahan makanan untuk membuat rasanya lebih kuat dan gurih. Hal itu menjadikan
anak-anak suka. Selain di makanan kemasan anak, MSG juga biasa ditemukan di
produk mi instan. Ini Dampaknya Menurut Pakar Ekonomi Unair Dia
menjelaskan, beberapa penelitian menjelaskan mecin bisa menyebabkan masalah
pada saraf dan kerja otak. Kebanyakan makan mecin bisa menyebabkan sakit
kepala dan mual-mual, sebagai gejala chinese restaurant syndrome.
2. Zat pewarna BTP
Zat pewarna BTP lain yang harus diwaspadai adalah zat pewarna. Orangtua harus
paham bahwa tidak semua pewarna makanan aman digunakan. "Beberapa
penelitian menunjukkan pewarna buatan dapat meningkatkan kecenderungan
alergi anak dan hiperaktivitas pada anak dengan ADHD," tegas dia. Dia mengaku,
pewarna ini biasanya digunakan pada produk minuman kemasan, jelly, permen,
dan es krim. Dia berpesan, agar memilih makanan tanpa pewarna buatan, atau
gunakan perwarna dari bahan-bahan alami, guna menghindari risiko kemunculan
penyakit.
3. Perisa buatan (flavor)
Selanjutnya, BTP lain yang harus diwaspadai adalah perisa (flavour) buatan. Ini
Penjelasan Dosen UM Surabaya Beberapa minuman dan makanan kemasan
dengan embel-embel rasa asli kadang mendapatkan rasanya dengan bantuan perisa
buatan. Penelitian yang dilakukan pada hewan menemukan bukti, bahwa perisa
buatan memiliki beberapa efek racun terhadap kesehatan jika dikonsumsi secara
berlebihan.
4. Pemanis buatan
Sirup jagung tinggi fruktosa harus diwaspadai, karena ada pemanis buatan yang
merupakan salah satu BTP yang harus dijauhi. Jika dikonsumsi terus menerus
dapat meningkatkan risiko obesitas dan diabetes. Selain itu, zat yang satu ini juga
dapat memicu peradangan dalam sel yang bisa mengakibatkan berbagai penyakit
serius, seperti penyakit jantung dan kanker. "Penelitian membuktikan pemanis
jenis ini tidak mengandung vitamin dan mineral yang dibutuhkan tubuh. Sebagai
gantinya, pilih makanan dan minuman tanpa gula buatan tambahan. Kita bisa
menambahkan madu murni sebagai pengganti gula yang lebih sehat," jelas dia.
Pemanis buatan, seperti aspartam, sakarin, dan siklamat yang aman digunakan
dalam makanan dan minuman manis rendah kalori.
5. Pengawet
Penting juga untuk memahami pengawet dalam makanan. Kombinasi natrium
benzoat dan pewarna makanan dapat meningkatkan kecenderungan hiperaktivitas
pada anak. Selain itu, natrium benzoat yang dikombinasikan dengan vitamin C
bisa dapat berubah menjadi benzena, zat yang dapat meningkatkan risiko kanker.
Sehingga ada baiknya teliti dulu sebelum membeli. Maka dari itu, hindari
makanan dan minuman yang mengandung asam benzoat, natrium benzoat,
benzena, atau benzoat yang dikombinasikan dengan vitamin C, seperti asam sitrat
atau asam askorbat.
6. Lemak trans
Terakhir adalah lemak trans (trans fat). Lemak ini terbentuk akibat proses
penggorengan suhu tinggi (deep frying), hidrogenasi, dan pemanggangan
(baking). Biasanya ditemukan dalam margarin, biskuit, pop corn, makanan yang
digoreng, krimer, serta makanan cepat saji. "Penelitian telah membuktikan lemak
trans dapat meningkatkan kolesterol jahat LDL dan menurunkan kadar kolesterol
baik HDL yang lambat laun meningkatkan risiko penyakit jantung. Untuk itu, ada
baiknya untuk membatasi konsumsi makanan yang mengandung lemak trans,"
tukas dia.
C. Penyebab terjadinya kasus
Kasus ini terjadi dikarenakan makanan kemasan dan hidangan cepat saji, kebanyakan
menambahkan berbagai zat tambahan (zat aditif) untuk meningkatkan cita rasa serta
kualitas tampilan, agar lebih menarik sekaligus memperpanjang masa simpannya.
Makanan seperti ini banyak dikonsumsi oleh masyarakat, khususnya anak-anak. Dan
pasalnya, makanan itu memiliki kemasan yang menarik. Di balik rasa yang enak,
tahan lama, warna yang menarik, terdapat kandungan yang berbaya oleh kesehatan
tubuh.

D. Sisi positif zat aditif dari kasus


Dampak positif dari berbagai kandungan zat di dalam makanan tersebut diantaranya
yaitu meningkatkan cita rasa serta kualitas tampilan, agar lebih menarik sekaligus
memperpanjang masa simpannya, bahkan juga bisa memberi aroma makanan yang
menarik, dl.
E. Sisi negatif zat aditif dari kasus
1. MSG
Monosodium glutamate (MSG) adalah penyedap rasa yang sering digunakan saat
memasak untuk menyedapkan masakan. Setelah diberi sedikit vetsin, makanan
dapat menjadi sedap karena di dalam vetsin itu terkandung asam sodium glutanik
(glutanic acid sodium). Konsumsi MSG dalam jumlah tertentu dapat mengancam
kesehatan pada anak. Menteri Kesehatan pun sudah memberi pernyataan yang
meminta Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) menarik produk
makanan kemasan yang tidak mencantumkan kandungan MSG atau seberapa
membahayakan MSG bagi kesehatan manusia. MSG yang dikonsumsi secara
berlebih dapat meningkatkan impuls di otak sehingga akan menyebabkan tingkat
kelelahan yang sangat tinggi pada otak namun beberapa jam kemudian
neuronneuron tersebut seakan-akan bergairah untuk mati. Jika banyak sel neuron
yang mati, maka fungsi otak pun bisa menurun. MSG telah dinyatakan aman
untuk dikonsumsi oleh lembaga internasional dan tidak ada bukti ilmiah
menyebabkan kematian atau sakit yang berat, MSG tetap menjadi fenomena yang
meresahkan di tengah masyarakat. Selama puluhan tahun, MSG memang masih
selalu dikaitkan dengan penyebab kanker, serangan jantung, obesitas selain
berbagai penyakit yang telah dipaparkan di atas.
2. Zat pewarna buatan
Bahan pewarna amaranth yang memberikan warna merah dan tartrazine yang
memberikan warna kuning pada produk makanan juga mengindikasikan
karsinogenik. Pemberian 3% amaranth pada diet tikus dapat menyebabkan
perkembangan tumor, demikian juga pemberian pewarna tartrazine memberikan
reaksi alergi. Pewarna sintetik dan beberapa penghasil aroma seperti metil
salysilat menyebabkan hiperaktif pada anak-anak. Bahan kimiawi tersebut
mempengaruhi system saraf pusat yang menyebabkan kerusakan sel otak.
3. Perisa buatan
Suatu senyawa yang disebut dengan senyawa perisa (flavor ) merupakan senyawa
yang berperan sangat penting pada aroma suatu makanan. Flavor merupakan
persepsi yang dihasilkan dari beberapa komponen yangmerupakan gabungan dari
rasa dan bau. Flavor juga didefinisikan sebagai semuasensasi yang dihasilkan
oleh atribut rasa, tekstur, dan aroma di dalam mulut.Aroma yang terdeteksi
merupakan komponen volatil (komponen yang mudah menguap) dari suatu
produk yang memasuki rongga hidung dan diterima olehindra penciuman.
Dampak negatif dari perisa sintetis adalah timbulnya gangguan kesehatan dan
penyakit sepertirasa capek, denyut jantung tinggi, gangguan syaraf dan kanker.
4. Pemanis buatan
Pemanis buatan (biang gula) sering ditambahkan pada produk makanan seperti
sakarin dan siklamat merupakan pemicu kanker (mutagen). Sakarin memberikan
300 sampai 500 kali manis dibandingkan gula biasa. Sakarin dapat menyebabkan
kanker kandung kemih, kanker ginjal dan kanker Rahim, migrain, kanker otak,
gangguan fungsi seksual, iritasi, asma, hipertensi, diare, gangguan pencernaan,
insomnia, berkurangnya ingatan, rambut rontok. Siklamat mempunyai resiko
terhadap penyakit kanker perut. Sakarin dan siklamat banyak ditemukan pada
produk yang mengandung pemanis seperti sirup, sari buah dan lain sebagainya.
5. Pengawet
Nitrat dan nitrit merupakan zat pengawet makanan yang sering terdapat dalam
produk olahan daging seperti kornet, sosis, ham, salami, bacon, bakso dan ikan
asin. Penggunaan nitrat selain untuk menghambat pertumbuhan bakteri
Clostridium botulinum (pathogen) juga digunakan sebagai bahan pewarna merah
pada produk daging.
6. Lemak trans
Proses pembuatan lemak trans dengan memadatkan minyak cair (biasanya minyak
sayur/vegetable oil) dengan gas hidrogen dalam proses yang dikenal dengan nama
Hidrogenisasi (yakni dengan menambahkan hidrogen ke dalamnya). Pengolahan
ini dilakukan untuk meningkatkan stabilitas oksidatif agar tak mudah mengalami
proses oksidasi.  . Proses ini dipakai untuk membuat margarine. Sebagian besar
lemak trans disintesiskan secara artifisial melewati proses kimia yang
menambahkan hidrogen ke dalam minyak sayur. Dalam bahasa sederhana, itu
artinya mengubah minyak cair menjadi lemak padat. Lemak trans dianggap
sebagai jenis lemak yang paling berbahaya bagi manusia karena menaikkan LDL
(kholesterol jahat) dan menurunkan HDL (kholesterol baik). Lemak trans
dianggap lebih berbahaya dari lemak jenuh karena lemak jenuh hanya menaikkan
LDL namun tidak mempengaruhi HDL.
Akibatnya, lemak trans menambah resiko penyakit jantung koroner (PJK) dengan
penyumbatan pembuluh darah. Sebagai informasi, PJK merupakan salah satu
pembunuh no 1 di Indonesia. Namun perlu diketahui konsumsi harian lemak trans
1-3% sudah bisa memunculkan serangan jantung bagi dewasa. Apalagi buat anak-
anak. Jadi, perlu diperhitungkan dan dilihat berapa besar ingredient lemak trans
yang dicantumkan dalam suatu produk pangan.
Fakta lain, lemak trans mengganggu konversi asam lemak esensial linoleat
menjadi arakidonat dalam sintesa lemak tubuh. Secara keseluruhan, hal ini akan
mengganggu sistem reaksi enzimatik dalam metabolisme lemak. Terganggunya
sistem enzimatik akan berpengaruh juga dalam perkembangan sistem saraf.
Sebab, sel saraf sangat membutuhkan jenis asam lemak esensial ini. Oleh karena
itu kandungan lemak trans dalam produk pangan perlu dipertimbangkan sebagai
bagian dari informasi yang harus disampaikan kepada konsumen melalui label
kemasan.
Lemak itu harus dihindari karena menurut laporan yang dibuat Harvard School of
Public Health dan Wageningen University, bisa mencegah antara enam hingga 19
persen serangan jantung dan kematian yang berkait dengannya setiap tahun.
Lemak trans merupakan salah satu penyebab obesitas (kelebihan berat badan)
masa kini yang juga memicu penyakit kronis seperti penyakit jantung. Tak heran
jika kini di negara maju sudah banyak restoran yang mengurangi penggunaan
lemak trans dalam proses pemasakannya. terkait dengan penyakit jantung koroner,
tapi juga merusak jaringan saraf pada otak. Otak sebagian besar terdiri dari lemak,
termasuk lemak yang Anda makan. Tingginya kadar lemak trans pada otak bisa
membuat kerja membran sel otak menjadi lebih kaku dan kurang mampu
menjalankan fungsinya dengan baik.
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari penjelasan diatas, hal yang dapat kami simpulkan bahwa zat aditif ini terdapat
dalam 2 ranah yaitu alami dan buatan. Dari kasus yang kami kaji ini ada 6 jenis zat
aditif yang terdapat di dalamnya yaitu; MSG, zat perwarna buatan, perisa buatan,
pemanis buatan, pengawet dan lemak trans yang mengacu kepada dampat negative
dan positif itu sendiri. Dan hal yang diharapkan dari kasus ini bahwa masyarakat lebih
membudayakan literasi berbagai sumber yang telah diketahui kejelasannya mengenai
zat aditif yang di batasi penggunaannya karena akan berakibat fatal dan menimbulkan
penyakit yang mungkin saja sulit untuk disembuhkan.
B. Saran
Kita sebagai masyarakat baik itu daerah kota maupun desa, harus memanfaatkan
teknologi dengan sebaik-baiknya. Misalnya dengan melakukan literasi baca berbagai
artikel terkait kesehatan keluarga yang mana sangat bermanfaat untuk kedepannya.
DAFTAR PUSTAKA

Praja, Denny Indra. (2015),“Zat Aditif Makanan: Manfaat dan Bahayanya. Garudhawaca,”

Dr. Cut Khairunnisa, M.Kes. (2013). “DAMPAK KESEHATAN PENGGUNAAN ZAT ADITIF
MAKANAN DITINJAU DARI ASPEK MANFAAT DAN KEHALALANNYA”.

Diva Latifah Rochmah , Elisa Tri Utami. (2022). “DAMPAK MENGKONSUMSI MONOSODIUM
GLUTAMAT (MSG) DALAM PERKEMBANGAN OTAK ANAK”.

Onee Sugma. “Makalah Kimia Pangan tentang Perisa Makanan (Flavors)”.


https://www.academia.edu/9923570/Makalah_Kimia_Pangan_tentang_Perisa_Makanan_Flavors_
(tanggal akses 10/18/22)

Nurul. “Bahaya Lemak Trans Bagi Kesehatan”. https://rsnas.kulonprogokab.go.id/detil/250/bahaya-


lemak-trans-bagi-kesehatan#:~:text=Bahaya%20Lemak%20Trans%20pada%20Kesehatan,LDL
%20namun%20tidak%20mempengaruhi%20HDL. (tanggal akses 10/18/22)

Anonim, 1979,”Kodeks Makanan Indonesia tentang Zat Tamzat Makanan”,Departemen


Kesehatan Republik Indonesia

Anonim, 1988,”Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia tentang Zat Tamzat


Makanan”, Departemen Kesehatan Republik Indonesia

Aurand, W.L, Woods,A.E.,dan Wells, M.R., 1987, ”Food Composition and Analysis”, Van
Nostrant Reinhold Company, New York

Sandra desi caesaria. (2022). “Pakar UM Surabaya Sebut 6 Zat Berbahaya Ini Banyak di
Makanan Kemasan.” https://edukasi.kompas.com/read/2022/04/01/140114771/pakar-um-
surabaya-sebut-6-zat-berbahaya-ini-banyak-di-makanan-kemasan?page=3 (tanggal akses
10/18/22)

Anda mungkin juga menyukai