Anda di halaman 1dari 16

MATA KULIAH : TOKSIKOLOGI LINGKUNGAN

DOSEN : SRI WAHYUNI, SKM,M.KM

TOKSISITAS BAHAN ADDITIVES PADA MAKANAN ATAU BAHAN


TAMBAHAN PADA MAKANAN 

D
I
S
U
S
U
N

Oleh :

Estin Nirmala Gea


(1903003)

PRODI S-1 KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN
INSTITUT KESEHATAN SUMATERA UTARA
MEDAN
2022
A. Pengertian Bahan Tambahan Makanan Pangan
Bahan tambahan makanan adalah bahan yang ditambahkan dengan sengaja ke dalam
makanan dalam jumlah kecil, dengan tujuan untuk memperbaiki penampakan, cita
rasa ,tekstur, flavor dan memperpanjang daya simpan.Selain itu dapat meningkatkan nilai gizi
seperti protein ,mineral dan  vitamin .Penggunaan aditif makanan telah digunakan sejak
zaman dahulu.Bahan aditif makanan ada dua, yaitu bahan aditif makanan alamidan buatan ata
sintesis.
Keamanan pangan merupakan persyaratan utama yang harus dimiliki oleh setiap
produksi yang beredar dipasaran. Untuk menjamin keamanan pangan olahan, maka
dibutuhkan kerjasama antara pemerintah, produsen industri makanan menjadi tanggung
jawab sepenuhnya dari produsen, dengan pengaturan dan pembinaan dari pemerintah.
Akibat kemajuan ilmu teknologi pangan di dunia dewasa ini, maka semakin banyak
jenis bahan makanan yang diproduksi, dijual dan dikonsumsi dalam bentuk yang lebih awet
dan lebih praktis dibanding dengan bentuk segarnya. Semua jenis makanan siap santap dan
minuman awet tersebut dapat menjadi busuk dan masih layak untuk dikonsumsi. Kemudahan
tersebut dapat terwujud diantaranya berkat perkembangan teknologi produksi dan
penggunaan Bahan Tambahan Makanan (BTM).
Salah satu masalah keamanan pangan yang masih memerlukan pemecahan yaitu
penggunaan bahan tambahan, untuk berbagai keperluan. penggunaan Bahan tambahan
makanan dilakukan pada industri pengolahan pangan maupun dalam pembuatan, berbagai
pengaruh jajanan yang umumnya dihasilkan oleh industri kecil atau rumah tangga.
Bahan tambahan makanan adalah bahan yang bukan secara alamiah merupakan
bagian dari bahan makanan, tetapi terdapat dalam bahan makanan tersebut karena perlakuan
saat pengolahan, penyimpanan atau pengemasan.
Agar makanan yang tersaji tersedia dalam bentuk yang lebih menarik, rasa, emak,
rupa dan konsistensinya baik serta awet maka sering dilakukan penambahan bahan tambahan
makanan yang sering disebut zat adiktif kimia (food aditiva).Adakalanya makanan yang
tersedia tidak mempunyai bentuk yang menarik meskipun kandungan gizinya tinggi.
Ketentuan bahan tambahan pangan dalam pangan :
1. Mengawetkan pangan           
2. Membentuk pangan menjadi lebih baik, renyah dan lebih enak.
3. Memberikan warna dan aroma lebih menarik
4. Meningkatkan warna dan aroma lebih menarik.
5. Menghemat biaya.
Salah satu masalah keamanan pangan yang masih memerlukan pemecahan yaitu
penggunaan bahan tambahan, untuk berbagai keperluan. penggunaan Bahan tambahan
makanan dilakukan pada industri pengolahan pangan maupun dalam pembuatan, berbagai
pengaruh jajanan yang umumnya dihasilkan oleh industri kecil atau rumah tangga.
Penggunaan Bahan Tambahan makanan yang tidak memenuhi syarat termasuk bahan
tambahan memang jelas-jelas dilarang, seperti pewarna, pemanis dan bahan pengawet.
Pelarangan juga menyangkut dosis penggunaan bahan tambahan makanan yang melampaui
ambang batas maksimum yang telah ditentukan (Effendi, 2004). Batas maksimum
penggunaan siklamat adalah 500 mg – 3 g/kg bahan, sedangkan untuk sakarin adalah 50-300
mg/kg bahan (Depkes, 1997). Batas Maksimun Penggunaan pewarna sintetik yang dizinkan
seperti Pancrew 4 R : 300mg/Kg bahan makanan, tatrazin, brilliant blue dan sunset yellow :
100mg/Kg bahan makanan (Depkes, 1998).
Menurut WHO makanan jajanan di Indonesia tidak menerapkan standar yang
direkomendasikan oleh Organisasi Kesehatan Sedunia (WHO). Selain itu balai POM Jakarta
juga telah memantau makanan jajanan anak sekolah selama tahun 2003 sedikitnya 19.465
jenis makanan yang dijadikan sampel dalam pengujian tersebut ditemukan 185 item
mengandung bahan pewarna berbahaya, 94 item mengandung Boraks, 74 item mengandung
formalin, dan 52 item mengandung Benzoat atau pengawet yang mana kesemuanya
ditemukan dalam makanan dengan kadar berlebih, sehingga mengharuskan Badan POM
menariknya dari pasaran.
Hal ini juga didukung dengan hasil penelitian BPOM terhadap 163 sampel dari 10
propinsi dan sebanyak 80 sampel (80%) tidak memenuhi persyaratan mutu dan keamanan
produk. Dari produk makanan jajanan itu banyak ditemukan penggunaan bahan pengawet dan
pewarna yang dapat mengganggu kesehatan anak sekolah seperti penyakit kanker dan ginjal.
Sebuah penelitian yang pernah dilakukan oleh Ravianto ( 2000 ) di kota Makassar
menunjukkan bahwa semua sampel (100%) makanan dan minuman jajanan yang dijual di
lapangan Karebosi mengandung siklamat.
Penelitian lain menunjukkan bahwa dari 19 jenis makanan dan minuman jajanan yang
dijual di kompleks SD Sudirman kota Makassar ditemukan 15 jenis jajanan masih
menggunakan pemanis sintetik berupa sakarin dan siklamat (Sukmawati, 2000). Fakta ini di
perkuat oleh hasil pemeriksaan dari Badan Pemeriksa Obat makanan (BPOM) Makassar pada
tahun 2003 tedapat lebih 90% makanan jajanan yang masih menggunakan pemanis buatan
berupa sakarin dan siklamat serta pewarna tekstil ( Sumber: Republika Online – 10 oktober
2003 – Laporan: WED ).
Untuk menghasilkan produk-produk makanan yang bermutu harus menggunakan
beberapa jenis bahan tambahan makanan yang aman dikonsumsi dan telah diizinkan Depkes.
Tujuan penggunaan bahan tambahan makanan untuk mendapatkan mutu produk yang
optimal. Dalam hal ini penggunaan bahan tambahan makanan, tentunya tidak terlepas dari
aspek-aspek pemilihan atau penetapan, pembelian, aplikasi, cara mendapatkannya,
ketersediaan bahan tambahan makanan, dan peraturan pemerintah mengenai bahan tambahan
makanan.

B. Jenis-jenis bahan tambahan makanan


Jenis-jenis Bahan Tambahan Pangan dapat digolongkan menjadi beberapa kelompok
tertentu tergantung kegunaanya,
 diantaranya :
a) Penguat rasa
Zat penyedap ditambahkan pada makanan bertujuan untuk meningkatkan cita rasa
makanan dan menekan rasa yang tidak diinginkan dalam makanan, misalnya rasa bawang
yang tajam, rasa sayuran mentah dan rasa pahit dalam sayuran kaleng. Bahan penyedap alami
yang umum digunakan masyarakat Indonesia adalah bawang putih, bawang bombay, biji
pala, merica, ketumbar, sereh, daun pandan, daun salam, terasi, garam dapur dan gula yang
dicampur dengan komposisi tertentu, cuka dan asam jawa yang dapat menyebabkan rasa
makanan menjadi asam segar.
Kristal monosodium glutamat digunakan sebagai penguat rasa Monosodium Glutamat
(MSG) sering digunakan sebagai penguat rasa makanan buatan dan juga untuk melezatkan
makanan. Adapun penguat rasa alami diantaranya adalah
bunga cengkeh, pala, merica, cabai, laos, kunyit, ketumbar. Contoh penguat rasa buatan
adalah monosodium glutamat/vetsin, asam cuka, benzaldehida, amil asetat.
Bahan penyedap yang sering digunakan adalah vetsin atau disebut sebagai
monosodium glutamat dan disingkat MSG. MSG banyak terdapat dalam hampir semua
makanan ringan. Bahkan jika orang memasak hampir tidak pernah ketinggalan MSG. MSG
akan bersifat aman dan tidak berbahaya sejauh penggunaannya tidak berlebihan. Menurut
Badan Pengawasan Makanan Internasional, batas pemakaian MSG adalah 2-3 gram / hari. Di
Indonesia  konsumsi MSG yang aman adalah 1,8 – 3,0 gram / hari untuk dewasa dan 0,18 –
0,2 gram / hari untuk balita.
Dampak negatif dari pemakaian MSG adalah penyakit yang disebut Sindrom Restoran
Cina (Chinesse Restaurant Syndrome). Selain itu juga dapat menimbulkan kesemutan pada
leher, rahang bawah, lengan serta punggung terasa panas. Selain itu menurut FDA (Food and
Drug Administration) pemakaian MSG secara terus menerus dapat memicu beberapa gejala
penyakit antara lain tekanan darah tinggi, jantung berdebar, stroke ringan, gangguan tidur,
asma, sulit menelan dan kegemukan. Kelebihan MSG dalam tubuh anak kecil dapat
mengakibatkan kelemahan atau kerusakan syaraf otak.
Minuman ringan maupun jajanan anak-anak semacam agar-agar dan bermacam-
macam kue memiliki rasa buah-buahan yang segar. Rasa buah-buahan tersebut didapat dari
senyawa kimia tertentu seperti berikut ini :
a. Senyawa amil kaproat, memberikan aroma apel dan nanas
b. Senyawa benzaldehida, menimbulkan aroma cherry dan almond
c. Senyawa amil asetat, menimbulkan aroma pisang
d. Senyawa benzil asetat, menimbulkan aroma strawberry.
e. Aroma Bunga-bungan : Aroma bunga-bungaan ditimbulkan dari senyawa sitronelal
f. Vanili : Senyawa vanili menjadikan makanan seperti es campur dan kolak pisang
terasa lebih lezat.
g. Senyawa diasetil, Dengan menambahkan senyawa diasetil, akan diperoleh aroma
mentega.
h. Senyawa menthol : Pencampuran senyawa mentol pada kembang gula atau permen
dan rokoK akan memberikan aroma mint yang menyegarkan
b) Pemanis
Zat pemanis buatan biasanya digunakan untuk membantu mempertajam rasa manis.
Beberapa jenis pemanis buatan yang digunakan adalah sakarin, siklamat, dulsin,
dan aspartam. Pemanis buatan ini juga dapat menurunkan risiko diabetes, namun siklamat
merupakan zat yang bersifat karsinogen. 
 Sakarin( gula sukrosa ) atau "biang gula" memiliki tingkat kemanisan 350 – 500 kali
gula alami, penggunaan sakarin yang berlebihan dapat menyebabkan rasa pahit getir
pada makanan atau minuman dan juga berbahaya.
 Siklamat, Siklamat merupakan pemanis buatan yang dapat mempertajam rasa manis
sampai 300 kali lebih manis dari gula. Siklamat mempunyai nilai kalori yang lebih
rendah dibanding gula. Hasil metabolisme siklamat merupaka zat yang bersifat
karsinogenik, sehingga penggunaannya perlu dibatasi atau dilarang sama sekali. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa penggunaan siklamat dapat mengakibatkan tumor
kantung kemih pada binatang percobaan.
 Sorbitaol dan Aspartam, Banyak digunakan untuk orang diet atau untuk minuman
rendah kalori dan untuk penderita penyakit kencing manis atau diabetes.
 Kalium-asesulfam, Serbuk kristal dengan kemanisan 200 kali gula ini rasa manisnya
bersih dan tidak menetap
Tahun 1998, FDA (Food and Drug Administrasion) menyetujui penggunaan pemanis
baru yaitu sukralose yang memiliki tingkat kemanisan 600 kali gula, molekul pemanis ini
tidak diserap oleh tubuh.
c) Pengawat
Bahan pengawet adalah zat kimia yang dapat menghambat kerusakan pada makanan,
karena serangan bakteri, ragi, cendawan. Reaksi-reaksi kimia yang sering harus dikendalikan
adalah reaksi oksidasi, pencoklatan (browning) dan reaksi enzimatis lainnya. Pengawetan
makanan sangat menguntungkan produsen karena dapat menyimpan kelebihan bahan
makanan yang ada dan dapat digunakan kembali saat musim paceklik tiba. Contoh :
1. Larutan asam cuka 4 %Larutan asam cuka 4 % adalah merupakan bahan pengawet
yang digunakan untuk mengawetkan bermacam-macam roti. Larutan ini berfungsi
menghambat pertumbuhan kapang (sejenis jamur).
2. Asam sitrat (citrat acid), Asam sitrat berbentuk kristal atau serbuk putih. Asam sitrat
ini mudah larut dalam air, spirtus, dan etanol, tidak berbau, rasanya sangat asam, serta
jika dipanaskan akan meleleh kemudian terurai yang selanjutnya terbakar sampai
menjadi arang. Asam sitrat juga terdapat dalam sari buah-buahan seperti nanas, jeruk,
lemon, dan markisa. Asam ini dipakai untuk meningkatkan rasa asam (mengatur
tingkat keasaman) pada berbagai pengolahan minuman, produk air susu, selai, jeli,
dan lain-lain. Asam sitrat berfungsi sebagai pengawet pada keju dan sirup, digunakan
untuk mencegah proses kristalisasi dalam madu, gula-gula, dan juga untuk mencegah
pemucatan berbagai makanan, misalnya buah-buahan kaleng dan ikan. Larutan asam
sitrat yang encer dapat digunakan untuk mencegah pembentukan bintik-bintik hitam
pada udang. Penggunaan maksimum dalam minuman sebesar 3 gram/liter sari buah.
3. Ester metil dan propil paraben atau asam sorbat adalah Asam sorbat adalah bahan
pengawet yang digunakan dalam produk keju, sari buah minuman anggur, dan produk
panggang. Asam sorbat digunakan untuk mencegah pertumbuhan jamur atau khamit
pada derajat keasaman optimum.
4. Garam nitrit dan nitrat adalah Garam nitrit dan nitrat merupakan bahan yang
digunakan sebagai pengawet daging dan keju.
5. Asam propionat (natrium propionat atau kalsium propionat) Sering digunakan untuk
mencegah tumbuhnya jamur atau kapang. Untuk bahan tepung terigu, dosis
maksimum yang digunakan adalah 0,32% atau 3,2 gram/kg bahan; sedangkan untuk
bahan dari keju, dosis maksimum sebesar 0,3% atau 3 gram/kg bahan.
6. Benzoat (acidum benzoicum, flores benxoes atau benzoic acid) Benzoat biasa
diperdagangkan sebagai gram natrium benzoat, dengan ciri-ciri berbentuk serbuk atau
kristal putih, halus, sedikit berbau, berasa payau, dan pada pemanasan yang tinggi
akan meleleh dan terbakar. Benzoat juga banyak digunakan sebagai pengawet minyak
goreng.
7. Sendawa Merupakan senyawa organik yang berbentuk krsital putih atau tak berwarna,
rasanya asin dan sejuk. Sendawa mudah larut dalam air dan meleleh pada suhu
3770C. Ada tiga bentuk sendawa, yaitu kalium nitrat, kalsium nitrat, dan natrium
nitrat. Sendwa dapat dibuat dengan mereaksikan kalium klorida dengan asam nitrat
atau natrium nitrat.
Dalam industri biasa digunakan untuk korek api, bahan peledak, pupupk, dan juga
untuk pengawet bahan pangan. Penggunaan maksmumnya sebanyak 0,1% atau 1 gram / kh
bahan.
a. BHA (butil hidroksianisol)
b. BHT (butil hidrositoluen)
c. PG (propilgat)
d. Tokoferol (vitamin E)
e. Asam askorat (vitamin C)

d) Pewarna
Warna dapat memperbaiki dan memberikan daya tarik pada makanan. Penggunaan
pewarna dalam bahan makanan dimulai pada akhir tahun 1800, yaitu pewarna tambahan
berasal dari alam seperti kunyit, daun pandan, angkak, daun suji, coklat, wortel, dan karamel.
Zat warna sintetik ditemukan oleh William Henry Perkins tahun 1856, zat pewarna ini lebih
stabil dan tersedia dari berbagai warna. Zat warna sintetis mulai digunakan sejak
tahun 1956 dan saat ini ada kurang lebih 90% zat warna buatan digunakan untuk industri
makanan. Salah satu contohnya adalah tartrazin, yaitu pewarna makanan buatan yang
mempunyai banyak macam pilihan warna, diantaranya Tartrazin CI 19140.[2] Selain tartrazin
ada pula pewarna buatan, seperti sunsetyellow FCF (jingga), k4. Zat Pewarna Sintetis
Dari hasil pengamatan di pasar-pasar ditemukan 5 zat pewarna sintetis yang paling
banyak digemari di Indonesia adalah warna merah, kuning, jingga, hijau dan coklat. Dua dari
lima zat pewarna tersebut, yaitu merah dan kuning adalah Rhodamine-B dan metanil yellow.
Kedua zat pewarna ini termasuk golongan zat pewarna industri untuk mewarnai kertas,
tekstil, cat, kulit dsb. dan bukan untuk makanan dan minuman. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa pemberian kedua zat warna tersebut kepada tikus dan mencit mengakibatkan limfoma.
Selain itu, boraks, juga merupakan zat pewarna favorit yang sering digunakan oleh produsen
makanan.armoisin (Merah), brilliant blue FCF (biru).
e) Pengental
Pengental yaitu bahan tambahan yang digunakan untuk menstabilkan, memekatkan atau
mengentalkan makanan yang dicampurkan dengan air, sehingga membentuk kekentalan
tertentu. Contoh pengental adalah pati, gelatin, dan gum (agar, alginat, karagenan).
f) Pengemulsi
Pengemulsi (emulsifier) adalah zat yang dapat mempertahankan dispersi lemak dalam
air dan sebaliknya.[3] Pada mayones bila tidak ada pengemulsi, maka lemak akan terpisah
dari airnya.[3] Contoh pengemulsi yaitu lesitin pada kuning telur, Gom arab dan gliserin.[3]
g) Zat Pengembang adonan
Bahan pengembang alami yang banyak digunakan adalah jamur roti/ragi roti/yeast.
Bahan pengembang alami bekerja sesaat setelah dicampur dengan bahan makanan. Bila
dalam kondisi yang sesuai yaitu tanpa oksigen, zat pengembang akan bekerja dengan baik
menghasilkan gas CO2. Oleh karenanya setelah bahan tercampur dengan baik, adonan akan
ditutup beberapa saat agar zat pengembang dapat bekerja.
Bahan pengembang kimia yang umum digunakan adalah tepung soda kue yang terdiri
dari campuran natrium bikarbonat (NaHCO3), natrium alumunium sulfat (Na2Al2(SO4)4)
dan kalsium hidrofosfat (CaH4(PO4)2).
Zat pengembang kimia bekerja pada saat kue dipanaskan atau pada saat
pemanggangan. Prinsip kerja bahan pengembang adalah menghasilkan gas CO2 yang dapat
menyebabkan adonan mengembang.
h) zat pemucat
Zat pemucat secara umum digunakan dalam produk terigu. Cara kerja zat pemucat
adalah mengoksidasi pigmen pemberi warna pada bahan makanan, menghasilkan senyawa
yang tidak berwarna. Zat pemucat juga membantu dalam proses mengembangkan adonan
roti. Dengan menambahkan zat pemucat, adonan roti dapat menahan gas atau gelembung
udara, sehingga roti dapat mengembang.
Beberapa zat pemucat yang digunakan adalah :
1. Benzoil peroksida
2. Kalium bromat
3. Kalsium iodat
4. Nitrosil klorida

i) Lain-lain
Selain itu terdapat pula macam-macam bahan tambahan makanan, seperti :
1. Antioksidan, seperti butil hidroksi anisol (BHA), butil hidroksi toluena (BHT),
tokoferol (vitamin E),
2. pengikat logam,
3. pemutih, seperti hidrogen peroksida, oksida klor, benzoil peroksida, natrium
hipoklorit,
4. pengatur keasaman, seperti aluminium amonium sulfat, kalium sulfat, natrium
sulfat, asam laktat,
5. zat gizi,
6. anti gumpal, seperti aluminium silikat, kalsium silikat, magnesium karbonat,
magnesium oksida.
Bahan tambahan pangan Sesuai dengan SK.Menkes No.722 / Menkes / Per /1X
/88 Tgl .20-9-1988 Adalah bahan atau campuran bahan yang secara alami bukan merupakan
bagian dari bahan baku pangan, tetapi ditambahkan ke dalam pangan untuk mempengaruhi
sifat atau bentuk pangan, antara lain: Bahan pewarna, Pengawet, Penyedap Rasa,
Anti Gumpal, Pemucat dan Pengental. Ketentuan btp dalam pangan :
1. Mengawetkan pangan 
2. Membentuk pangan menjadi lebih baik, renyah dan lebih enak.
3. Memberikan warna dan aroma lebih menarik
4. Meningkatkan warna dan aroma lebih menarik.
5. Menghemat biaya.

C. Sejarah Monosodium Glutamat (MSG)


MSG pertama kali ditemukan pada tahun 1909 di Jepang oleh Ajinomoto Corp. Prof.Dr.
Umar A. J. Monosodium Glutamat (MSG) mulai terkenal tahun 1960-an, tetapi sebenarnya
memiliki sejarah panjang selama beabad-abad. Orang jepang mampu menyajikan makanan
yang sangat lezat. Rahasianya adalah penggunaan sejenis rumput laut bernama Laminaria
japonica. Pada tahun 1908, Kikunae Ikede, seorang professor di Universitas Tokyo
menemukan kunci kelezatan itu pada kandungan asam glutamate. Penemuan ini melengkapi 4
jenis rasa sebelumnya yakni asam, mansi, asin, dan pahit dengan umami (dari akar kata
umami yang dalam bahasa Jepang berarti lezat). Sementara menurut beberapa media
populer, sebelumnya di Jerman pada tahun 1866, Ritthausen juga berhasil mengisolasi asam
glutamate dan mengubahnya menjadi dalam bentuk monosodium glutamate (MSG), tetapi
belum tahu kegunaanya sebagai penyedapa rasa.
Sejak penemuan itu, Jepang memproduksi asam glutamate melalui ektrasi dari bahan
alamiah. Tetapi karena permintaan pasar terus menolak, tahun 1956 mulai ditemukan cara
produsi L-glutamatic acid melalui fermentasi. L-glutamatic acid inilah inti dari MSG, yang
berbentuk butiran putih mirip garam. MSG sendiri sebenarnya tidak memiliki rasa. Tetapi
bila ditambahkan ke dalam makanan, akan terbentuk asam glutamat bebas yang ditangkap
oleh reseptor khusus di otak dan mempresentasikan rasa dasar dalam makanan itu menjadi
jauh lebih lezat dan gurih. Sejak tahun 1963, Jepang bersama Korea mempelopori produksi
massal MSG yang kemudian berkembang ke seluruh dunia, tak terkecuali Indonesia.
Setidaknya sampai tahun 1997 sebelum krisis, setiap tahun produksi MSG Indonesia
mencapai 254.900 ton/tahun dengan konsumsi mengalami kenaikan rata-rata sekitar 24,1%
per tahun. Pada mulanya masyarakat Jepang, Korea, Cina dan Thailand hanya menggunakan
MSG sebanyak 30 – 60 mg. Setelah harga MSG menjadi murah, penggunaan MSG menyebar
ke seluruh dunia termasuk Indonesia, penggunaan MSG menjadi tidak wajar dan berlebihan
dengan takaran 100 – 300 mg. Hasil surveiYayasan LembagaKonsumen Indonesia (YLKI)
pada tahun 1990an menemukan bahwa para pedagang mie bakso, mie pangsit dan mie rebus
di Jakarta menggunakan MSG sebanyak 1840 – 3400 mg/mangkok (Setiawati, 2008).
MSG dibuat melalui proses fermentasi dari tetes gula (molases) oleh bakteri
(Brevibacterium lactofermentum). Dalam proses fermentasi ini, pertama-tama akan
dihasilkan Asam Glutamat. Asam Glutamat yang terjadi dari proses fermentasi ini, kemudian
ditambah soda (Sodium Carbonate), sehingga akan terbentuk Monosodium Glutamat (MSG).
MSG yang terjadi ini, kemudian dimurnikan dan dikristalisasi, sehingga merupakan serbuk
Kristal murni yang siap dijual di pasar. Monosodium glutamat telah berkembang menjadi
salah satu zat aditif makanan yang populer di seluruh dunia. Ketika ditambahkan pada
makanan, MSG memberikan fungsi yang sama seperti Glutamat yaitu memberikan rasa sedap
pada makanan. Selain MSG, ada penyedap rasa lain yang digunakan oleh industri makanan
seperti disodium inosinat (IMP) dan disodium guanilat (GMP). Namun, MSG-lah yang
paling disukai orang karena kemurahan dan keefektifan MSG dalam menguatkan rasa. Secara
sederhana MSG dibagi menjadi dua jenis, yaitu MSG alami dan buatan. MSG yang alami
sehat untuk dikonsumsi. Sedangkan MSG buatan yang justru banyak beredar, sangat
berpotensi mendatangkan gangguan kesehatan.
MSG digunakan hampir pada semua jenis sayuran, kaldu, dan lauk-pauk, berbagai
makanan olahan seperti daging kalengan, saus tomat, kecap, sosis, makanan ringan, beberapa
produk olahan keju, bumbu mie instan, dan lain-lain. Penggunaan MSG kadang-kadang
‘tersembunyi’ di balik label makanan dengan nama yang berbeda, seperti ‘penyedap rasa
alami’.

D. Pengertian Monosodium Glutamat (MSG)


Monosodium glutamat (MSG) atau penguat rasa adalah garam natrium (sodium) dari
asam glutamat, suatu asam amino yang terdapat dalam semua jenis protein, memiliki rasa
agak manis atau asin, diproduksi melalui proses fermentasi alami zat tepung dan tetesan dari
gula tebu atau gula beet. Fungsi MSG antara lain ketika MSG ditambahkan pada makanan, ia
akan memberikan fungsi yang sama sepeti glutamate yaitu sebagai penguat rasa (flavor
enhancer) dan umami (gurih, meaty taste dan rasa seperti kaldu). MSG sendiri terdiri dari air,
sodium dan Glutamate.
MSG (Monosodium Glutamat) adalah zat adiktif yang di peroleh sebagai hasil akhir
dari pengolahan tetes tebu (molasses tebu). Komponen utama MSG adalah garam Natrium
dan asam Glutamat dengan perbandingan 1:3. Glutamat sebagai komponen terbesar dalam
MSG merupakan jenis asam amino non essensial yang terkandung di dalam protein berbagai
jenis makanan seperti daging, ayam, seafood, sayut-sayuran, dan lainsebagainya. Fungsi
penambahan MSG dalam makanan adalah sebagai penguat rasa, sehingga masakan menjadi
lebih sedap dan lezat di bandingkan jika tidak di beri bahan tambahan MSG/vetsin. MSG
(Monosodium Glutamat) adalah bahan yang digunakan untuk menyedapkan makanan supaya
terasa gurih dan lebih terasa di lidah. MSG juga kita kenal dengan sebutan vetsin atau micin.
MSG merupakan kependekan dari salah satu jenis asam amino monosodium
glutamat atau mononatrium glutamate. MSG memiliki jumlah yang sangat melimpah di
alam, asam amino merupakan senyawa penyusun protein bagi tubuh yang dikandung oleh
MSG . Kandungan glutamate pada MSG memberikan rasa gurih pada zat ini dan biasa
disebut dengan umami. MSG atau asam glutamate secara alami sebenarnya banyak
terkandung pada beberapa tanaman, daging hewan, ganggang laut, rumput laut, serta ikan.
Dimana makanan tersebut akan memberikan flavor gurih dan sedap ketika kita masak secara
alami meskipun tanpa menggunakan bumbu apapun.
Pengertian Monosodium Glutamat adalah garam natrium dari asam glutamat yang
sangat luas digunakan sebagai bumbu penyedap. Glutamat banyak dijumpai dalam alam, juga
terdapat dalam makanan dan tubuh manusia, baik dalam bentuk bebas maupun sebagai
protein peptida. Glutamat yang disukai dengan protein tidak memiliki daya penyedap seperti
bentuk bebas. Jenis makanan yang mengandung banyak protein seperti ASI (air susu ibu),
susu sapi, keju dan daging mengandung banyak glutamat sementara sebagian besar sayuran
mengandung glutamatnya, tetapi ada sayur atau buah tertentu yang mengandung banyak
glutamat bebas seperti jamur-jamur, tomat, kacang polong. Penemuan MSG Monosodium
glutamat diisolasi oleh Dr. Kikunnae Ikeda pada tahun 1909. Monosodium glutamat sendiri
sebenarnya sama sekali tidak menghadirkan rasa yang enak, bahkan sering menghasilkan rasa
yang dijelaskankripsikan sebagai rasa pahit, dan asin. Pemberian MSG pada bahan makanan
yang sesuai dengan komposisi rendah, akan membuat makanan tersebut menjadi yang dapat
diterima masyarakat. Monosodium Glutamat kemudian menjadi bahan penambah rasa yang
dipakai di seluruh dunia.

E. Kandungan Monosodium Glutamat (MSG)


MSG tersusun atas 78% Glutamat, 12% Natrium dan 10% air. Kandungan glutamat
yang tinggi itulah yang menyebabkan rasa gurih dalam segala macam masakan. Glutamat itu
sendiri termasuk dalam kelompok asam amino non esensial penyusun protein yang terdap[at
juga dalam bahan makanan lain seperti daging, susu, keju, ASI dan dalam tubuh kita pun
mengandung glutamat. Di dalam tubuh, glutamat dari MSG dan dari bahan lainnyadapat
dimetabolime dengan baik oleh tubuh dan digunakan sebagai sumber energi usus halus.
Senyawa ini adalah gabungan dari sodium/natrium (garam), asam amino glutamate
dan air. Penegas cita rasa gurih ini dibuat melalui proses fermentasi tetes tebu oleh bakteri
Brevi-bacterium lactofermentum yang menghasilkan asam glutamat. Kemudian, dilakukan
penambahan garam sehingga mengkristal. Itu sebabnya, MSG sering ditemukan dalam
bentuk kristal putih.
Monosodium glutamate (MSG) terdiri dari air, sodium, dan glutamat :
1. Air
Air adalah substansi kimia dengan rumus kimia H2O: satu molekul air tersusun atas
dua atom hidrogen yang terikat secara kovalen pada satu atomoksigen. Air bersifat
tidak berwarna, tidak berasa dan tidak berbau pada kondisi standar, yaitu pada tekanan 100
kPa (1 bar) and temperatur 273,15 K (0 °C). Dari sudut pandang biologi, air memiliki sifat-
sifat yang penting untuk adanya kehidupan. Air dapat memunculkan reaksi yang dapat
membuat senyawa organic untuk melakukan replikasi. Semua makhluk hidup yang diketahui
memiliki ketergantungan terhadap air. Air merupakan zat pelarut yang penting untuk
makhluk hidup dan adalah bagian penting dalam proses metabolisme. Air juga dibutuhkan
untuk menghasilkan hidrogen. Hidrogen akan digunakan untuk membentuk glukosa dan
oksigen akan dilepas ke udara.
2. Sodium
Kandungan sodium dalam MSG tidak tinggi, hanya satu sampai tiga persen sodiun.
Sedangkan sodium pada garam dapur jumlahnya lebih banyak. Perbandingan jumlah sodium
pada MSG dan garam dapur adalah 13% : 40%.
Namun demikian, perlu diingat bahwa sodium termasuk dalam zat gizi mikro yang
penting dalam menunjang aktivitas normal tubuh. Konsumsi sodium yang cukup (tidak
kurang atau lebih) sangat penting dalam menjaga volume tekanan darah dengan menngikat
air. Komponen ini juga berperan mengatur tekanan osmotik sel, yang berfungsi bagi keluar
masuknya cairan sel. Tidak kalah pentingnya adalah fungsi zat mikro ini terhadap transmisi
impuls sel syaraf. Sodium juga memiliki fungsi dalam meningkatkan mutu pangan.
Komponen ini merupakan pasangan yang pas bagi ion klorida untuk berikatan dalam
memberikan rasa asin. Begitupun dengan glutamat, ikatannya memberikan rasa umami dalam
bentuk yang murni. Mengingat manfaat dan bahaya, sudah selayaknya kita mengonsumsi
sodium dengan cerdas dalam jumlah cukup. Anjuran konsumsi sodium (dari berbagai
sumber) bagi remaja dan dewasa adalah 1200 mg/hari dan toleransi hingga 2300 mg/hari,
tergantung kondisi tubuh.
3. Glutamat
Glutamate adalah asam amino (amino acid) yang secara alami terdapat pada semua
bahan makanan yang mengandung protein. Misalnya, keju, susu, daging, ikan dan sayuran.
Glutamate juga diproduksi oleh tubuh manusia dan sangat diperlukan untuk metabolisme
tubuh dan fungsi otak. Setiap orang rata-rata membutuhkan kurang lebih 11 gram Glutamate
per hari yang didapat dari sumber protein alami. Namun rata-rata pasokan glutamat yang
ditambahkan dari MSG hanya sebesar 0,5 -1,5 gram tiap hari. Glutamat juga diproduksi oleh
tubuh dan merupakan senyawa vital dalam fungsi otak.
Glutamat di dalam MSG akan merangsang sel saraf perasa glutamat, sehingga dapat
mengenal rasa gurih. Rangsang rasa gurih yang diterima tersebut kemudian dikirim ke otak
dan membuat tubuh merasa ingin makanan terus menerus (adiktif). Glutamat yang digunakan
oleh sel saraf perasa glutamat sebagai neurotransmitter dimana sel-sel saraf ini dilengkapi
dengan sistem perlindungan diri mencegah terjadinya keracunan glutamat pada otak. Cara
kerjanya, dengan menyerap kelebihannya dan mengubahnya menjadi glutamin (asam amino).
Pasalnya konsumen tidak bisa mencegah kelebihan glutamat dalam menu makanan sehari-
hari, dan akan mengakibatkan berbagai keracunan. Reaksi MSG terhadap tubuh manusia
adalah salah satu akibatnya bisa mengganggu kerja sel-sel otak dan juga proses pengiriman
rangsang ke sel-sel saraf di otak. MSG di dalam darah akan mempengaruhi kerja penghantar
rangsang pada sel saraf (neurotransmitter). MSG hanya mengandung sepertiga dari jumlah
natrium dari garam meja (NaCl) yaitu 13% (versus 40% pada garam meja), dan digunakan
dalam jumlah yang lebih kecil. Jika digunakan dalam kombinasi dengan sejumlah kecil
garam meja, MSG dapat mengurangi jumlah sodium yang diperlukan dalam sebuah masakan
hingga 20-40%, dengan tetap menjaga rasanya.
Tubuh kita mendapatkan asupan glutamat itu bisa berasal dari glutamat alami dari
makanan dan glutamat dalam bentuk garam natrium  (MSG).  Sehingga mestinya, jika ada
proses pyrolisis yang menghasilkan Glutamic-1-pyrolised (Glu-1-P) dan Glu-P-2, tentunya
bukan berasal dari MSG saja, tetapi bisa juga dari glutamat yang berasal dari makanan secara
alami. Pirolisis adalah proses peruraian/dekomposisi bahan organik secara termokimia pada
temperatur tinggi tanpa adanya oksigen. Kata ini berasal dari bahasa Yunani, yaitu pyro “api”
dan lysis “menguraikan”. Pirolisis adalah suatu proses peruraian yang terjadi pada panas
tinggi, misalnya pada proses yang terlibat pada kayu hangus, yang dimulai dari 200-300 ° C.
Hal ini juga terjadi dalam kebakaran di mana terdapat bahan bakar padat yang terbakar atau
ketika tumbuhan di lereng gunung terkena lava dalam letusan gunung berapi. Secara umum,
proses pirolisis zat organik menghasilkan gas dan produk cair dan meninggalkan residu padat
yang kaya kandungan karbon.
Glutamic-1-pyrolised (Glu-1-P) dan Glu-2-P memang merupakan senyawa
karsinogen yang merupakan produk pirolisis dari glutamat. Tapi sebenarnya bukan glutamat
saja yang bisa menghasilkan produk pyrolysis yang bersifat karsinogen, tetapi juga asam
amino lainnya, seperti tryptophan dan lysine. Sebaliknya, tidak semua produk pyrolisis itu
merupakan senyawa karsinogenik. Namun saat ini belum ditemukan bagaimana proses
pyrolysis MSG menjadi Glu-1-P dan Glu-2-P, pada kondisi apa terjadinya. Apa mungkin aku
yang kurang pandai menelusur informasi, atau memang tidak ada informasinya. Silakan
teman-teman bisa ikut searching. Bahkan pada satu jurnal yang ditemui menyebutkan bahwa
produk pyrolisis glutamat juga terdeteksi pada kondensat asap rokok.  Sehingga, sejauh ini
yang diketahui mengenai proses pyrolisis adalah bahwa proses pyrolisis MSG (kalau
terjadi) itu memerlukan suhu yang cukup tinggi, kondisi kering/tanpa air, dan itu juga
dipengaruhi oleh lamanya terpapar pada suhu tinggi (pemanggangan, pembakaran,
penggorengan). Makin tinggi suhu dan makin lama proses pemanasan, akan meningkatkan
kemungkinan terjadinya produk pirolisis. Dan itu tidak hanya berlaku bagi glutamat, tapi juga
asam amino lainnya, bahkan karbohidrat.
F. Mekanisme Bahan Tambahan Makanan Dalam Tubuh

MSG Masuk Kedalam


Berdisosiasi Membentuk Asam Glutamat
Tubuh Melalui Mulut

Diabsorbsi Melalui

Usus

Hati, Asam Glutamat Ditransaminasikan Dengan


Piruvat Menjadi Alanin

Alanin Diubah Oleh Proses Ini Mengakibatkan Berkurangnya


Asam Amino Jumlah Asam Amino Dikarboksilat Yang
Dikarboksilat Menjadi Dilepas Ke Dalam Darah Porta.
Ketoglutarat Atau

Asam Glutamat Dan Asam Aspartat Yang


Lolos Dari Metabolisme Dalam Mukosa
Dibawa Ke Hati Melalui Vena Porta. Sebagian
Asam Glutamat Dan Aspartat Dikonversi
Menjadi Glukosa Dan Laktat Sebelum
Memasuki Pembuluh Darah Perifer

Dengan 57% Dari Asam Amino Yang Diabsorbsi


Glutamat Akan
Akan Diubah Menjadi Urea Melalui Hati, 6%
Didistribusikan Sebagai
Menjadi Plasma Protein, 23% Absorbsi Asam
Asam Amino Non Esensial
Amino Melalui Sirkulasi Umum Sebagai Asam
Yang Menyebar Luas Di
Amino, Dan Sisanya 14% Disimpan Sementara Di
Dalam Jaringan Tubuh
Dalam Hati Sebagai Protein Hati
G. Penyakit Akibat Paparan Dari Monosodium Glutamat (MSG)
1. Chinese Restaurant Syndrome (CRS)
Tahun 1968 dr. Ho Man Kwok menemukan penyakit pada pasiennya yang gejalanya
cukup unik. Leher dan dada panas, sesak napas, disertai pusing-pusing. Pasien itu mengalami
kondisi ini sehabis menyantap masakan Cina di restoran. Masakan Cina memang dituding
paling banyak menggunakan monosodium glutamat. Karena itulah gejala serupa yang dialami
seseorang sehabis menyantap banyak MSG disebut Chinese Restaurant Syndrome.
Bagaimana sampai monosodium glutamat bisa menimbulkan gejala di atas, masih
dugaan sampai saat ini. Tetapi diperkirakan penyebabnya adalah terjadinya defisiensi vitamin
B6 karena pembentukan alanin dari glutamat mengalami hambatan ketika diserap. Konon
menyantap 2–12 gram MSG sekali makan sudah bisa menimbulkan gejala ini. Akibatnya
memang tidak fatal betul karena dalam 2 jam Cinese Restaurant Syndrome sudah hilang.
2. Kerusakan Sel Jaringan Otak
Hasil penelitan Olney di St. Louis tahun 1969 ia mengadakan penelitian pada tikus
putih muda. Tikus-tikus ini diberikan monosodium glutamat sebanyak 0,5 – 4 mg per gram
berat tubuhnya. Hasilnya tikus-tikus malang ini menderita kerusakan jaringan otak. Namun
penelitian selanjutnya menunjukkan pemberian monosodium glutamat yang dicampur dalam
makanan tidak menunjukkan gejala kerusakan otak. Asam glutamat meningkatkan transmisi
signal dalam otak, dimana gamma-asam aminobutrat menurunkannya. Oleh karenanya,
mengkonsumsi mnonsodium glutamat berlebihan pada beberapa individu dapat merusak
kesetimbangan antara peningkatan dan penurunan transmisi signal dalam otak.
Sulit untuk membayangkan bahwa penyedap makanan yang umum digunakan ini
sebenarnya berbahaya, bahkan dapat menyebabkan seperti kerusakan otak yang serius.
Namun kenyataannya memang demikian, mengkonsumsi MSG secara rutin dapat
menyebabkan degenerasi otak dan sel-sel sistem saraf. Pertama, penting untuk mengetahui
bagaimana MSG dapat mempengaruhi otak. Monosodium glutamat adalah jenis excitotoxin.
Setelah kita mengonsumsi makanan yang kaya MSG, selanjutnya MSG masuk ke aliran
darah sebelum menuju ke otak. Setelah di otak, pada dasarnya MSG hanya merangsang sel-
sel otak untuk berpikir bahwa apa yang kita makan rasanya lezat. Inilah sebabnya, mengapa
kita sering merasa berhasrat untuk makanan yang tinggi MSG. Sayangnya, overstimulating
otak seperti itu dapat menyebabkan kelelahan dan kematian sel-sel otak kita sendiri.
3. Kanker
Monosodium glutamat menimbulkan kanker dapat menyebabkan kanker kalau kita
melihatnya dari sudut pandang berikut. Glutamat dapat membentuk pirolisis akibat
pemanasan dengan suhu tinggi dan dalam waktu lama. Pirolisis ini sangat karsinogenik.
Padahal masakan protein lain yang tidak ditambah monosodium glutamat pun, bisa juga
membentuk senyawa karsinogenik bila dipanaskan dengan suhu tinggi dan dalam waktu yang
lama. Karena asam amino penyusun protein, seperti triptopan, penilalanin, lisin, dan metionin
juga dapat mengalami pirolisis. Dari penelitian tadi dijelaskan bahwa cara memasak amat
berpengaruh.
4. Alergi
Monosodium glutamat tidak mempunyai potensi untuk mengancam kesehatan
masyarakat umum, tetapi juga bahwa reaksi hypersensitif atau alergi akibat mengkonsumsi
monosodium glutamat memang dapat terjadi pada sebagian kecil sekali dari konsumen.
Beberapa peneliti bahkan cenderung berpendapat glutamat bukan merupakan senyawa
penyebab alkergi yang efektif, tetapi besar kemungkinannya gejala tersebut ditimbulkan oleh
senyawa hasil metabolisme seperti GABA (Gama Amino Butyric Acid), serotinin atau
bahkan oleh histamine.
Jadi, bahaya penggunaan monosodium monosodium glutamat jika digunakan secara
berlebihan atau lebih dari dua belas (12) gram monosodium glutamat per hari dapat
menimbulkan gangguan lambung, gangguan tidur dan mual-mual. Bahkan beberapa orang
ada yang mengalami reaksi alergi berupa gatal, mual dan panas. Tidak hanya itu saja,
monosodium glutamat juga dapat memicu hipertensi, asma, kanker serta diabetes,
kelumpuhan serta penurunan kecerdasan.
5. Kegemukan
Studi telah berulangkali menghubungkan excitotoxin dan obesitas, MSG efektif
dalam merangsang pikiran untuk menjadi kecanduan rasa, maka secara otomatis kita
mengembangkan keinginan untuk makan makanan yang tinggi MSG. Semakin kuat
keinginan kita untuk makan makanan, maka semakin besar kemungkinan kita akan makan.
Dan semakin banyak kita makan, maka akan semakin menambah berat badan. Dan tak
terpungkiri makanan yang dikonsumsi tersebut bebas dari monosodium glutamate (MSG).
Terbukti bahwa ternyata MSG sangat efektif untuk mendorong kenaikan berat badan, seperti
yang digunakan oleh para ilmuwan ketika mereka ingin menginduksi obesitas pada hewan di
laboratorium, Sehingga sekarang ini tak heran jika kebanyakan makanan mengandung
penyedap rasa (MSG) ini.
6. Attention Deficit Disorder (ADD) dan Attention Deficit Hyperactivity Disorder
(ADHD)
Anak-anak, bahkan bayi yang belum lahir seringkali menjadi korban umum
monosodium glutamat. Otak Janin serta anak-anak sepenuhnya masih berkembang.
Perkembangan ini dapat dengan mudah terganggu oleh bahan kimia berbahaya seperti
eksitoksin. Jika Anda sedang hamil, maka disarankan agar menghilangkan, atau setidaknya
mengurangi MSG untuk makanan sehari-hari. Jika tidak maka ada kemungkinan jika MSG
dapat menyebabkan janin mengembangkan Attention Deficit Disorder (ADD) atau Attention
Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD). Hal ini karena MSG akan masuk kedalam aliran
darah, dan pada akhirnya akan dengan mudah mencapai janin yang sedang berkembang.
Orang usia tua juga rentan untuk mengembangkan neuro-degeneratif penyakit karena
eksitoksin. Bahkan, penelitian telah menunjukkan kemungkinan MSG terkait dengan
penyakit Alzheimer.
7. Sindrom Chinese Food
Sindrom Makanan Cina (atau disebut juga MSG Symptom Complex) mengacu pada
beberapa penyakit kesehatan umum, yang mungkin akan dialami setelah mengonsumsi
makanan yang kaya MSG. Sindrom ini disebut Sindrom makanan Cina karena makanan Cina
dikenal mengandung MSG tinggi. Ketika seseorang mengalami sindrom ini, maka ia akan
keringat dan mulai merasa mati rasa di sekitar mulut. Nyeri dada, jantung berdebar, kelelahan
dan sakit kepala juga reaksi umum karena MSG.
Ditahun 1986, Advisory Committee on Hypersensitivity to Food Constituent di FDA
menyatakan, pada umumnya konsumsi MSG itu aman, tetapi bisa terjadi reaksi jangka
pendek pada sekelompok orang. Hal ini didukung juga oleh laporan dari European
Communities (EC) Scientific Committee for Foods tahun 1991. Untuk itu, FDA memutuskan
tidak menetapkan batasan pasti untuk konsumsi MSG. Usaha penelitian masih dilanjutkan,
bekerja sama dengan FASEB (Federation of American Societies for Experimental Biology)
sejak tahun 1992. Laporan FASEB 31 Juli 1995 menyebutkan, secara umum MSG aman
dikonsumsi. Tetapi memang ada dua kelompok yang menunjukkan reaksi akibat konsumsi
MSG ini. Pertama adalah kelompok orang yang sensitif terhadap MSG yang berakibat
muncul keluhan berupa : rasa panas di leher, lengan dan dada, diikuti kaku-kaku otot dari
daerah tersebut menyebar sampai ke punggung. Gejala lain berupa rasa panas dan kaku di
wajah diikuti nyeri dada, sakit kepala, mual, berdebar-debar dan kadang sampai muntah.
Gejala ini mirip dengan Chinese Restaurant Syndrome, tetapi kemudian lebih tepat disebut
MSG Complex Syndrome. Sndrom ini terjadi segera atau sekitar 30 menit setelah konsumsi,
dan bertahan selama sekitar 3 – 5 jam. Berbagai survei dilakukan, dengan hasil persentase
kelompok sensitif ini sekitar 25% dari populasi. Sedang kelompok kedua adalah penderita
asma, yang banyak mengeluh meningkatnya serangan setelah mengkonsumsi MSG.
Munculnya keluhan di kedua kelompok tersebut terutama pada konsumsi sekitar 0,5-2,5 g
MSG.
Efek ini tidak terjadi dalam jangka pendek, tetapi setelah konsumsi jangka panjang
meski dalam dosis rendah. Sayang penelitian jangka panjang tentu saja sulit dilakukan pada
manusia. Diduga, akumulasi terus menerus dalam dosis rendah ini yang perlu diwaspadai. Di
sisi lain, sebenarnya berusaha beralih ke penyedap rasa alami, memang lebih baik. Meski
begitu, bagi yang sudah terbiasa memang tidak mudah, karena ada semacam kecanduan
terhadap efek MSG ini terhadap reseptor di otak pemberi rasa sedap.
Reaksi yang ditimbulkan penyedap rasa seperti MSG juga bisa berdampak pada
jantung dengan gejala yang beragam. Tentu saja semua gejala tersebut merugikan bagi
kesehatan kita. Gejala tersebut antara lain:
1. Aritmia
Adalah kondisi dimana jantung berdetak secara tidak normal dan tidak teratur seperti
seharusnya.
2. Fibrilasi atrium
Merupakan kondisi dimana detak jantung tidak berirama atau irama detak jantung
tidak normal. Umumnya pada keadaan fibrilasi atrium seorang mengalami detak jantung
yang sangat cepat dan mengakibatkan aliran darah menjadi terganggu.
3. Tachycardia
Merupakan suatu kondisi dimana jantuk berdetak melebihi detak jantung normal. Bila
jantung berdetak melebihi 100 kali detak per menit, maka bisa dikatakan menderita
tachycardia.
4. Merasa was-was
Merupakan kondisi dimana jantung terasa sangat berat untuk berdetak atau terkadang
detak jantung berdetak sangat lambat dan merasa sangat cemas.
5. Angina
Merupakan kondisi nyeri yang sangat pada dada dan nyeri tersebut menyebar ke
bagian tubuh lain seperti bahu, lengan dan leher. Hal ini diakibatkan oleh kurangnya suplai
darah pada jantung.
6. Hipertensi
Penyedap rasa dapat menimbulkan kondisi tekanan darah meningkat atau menurun
secara ekstrim.

Daftar pustaka

BAB_2_Rekha_Rakhma_Hidayah_22010111130125.pdf (undip.ac.id)

Vhitaa zhiyyuuu: makalah Bahan tambahan pangan (vhitahantari.blogspot.com)

Vhitaa zhiyyuuu: makalah Bahan tambahan pangan (vhitahantari.blogspot.com)

Anda mungkin juga menyukai