Pengendalian mikroba merupakan upaya pemanfaatan mikroba dalam mengoptimalkan keuntungan peran mikroba dan memperkecil kerugiannya. Mikroba selain memberikan keuntungan juga dapat memberi kerugian misalnya menghasilkan senyawa beracun. Pengendalian mikroba bertujuan mencegah penyebaran penyakit dan infeksi, membasmi mikroorganisme pada inang yang terinfeksi dan mencegah pengrusakan serta pembusukan bahan oleh mikroba, menghambat pertumbuhan bakteri dan mencegah kontaminasi bakteri yang tidak dikehendaki kehadirannya dalam suatu media. Pengendalian secara kimia umumnya lebih efektif digunakan pada sel vegetatif bakteri, virus dan fungi, tetapi kurang efektif untuk menghancurkan bakteri dalam bentuk endospora. Oleh karena tidak ada bahan kimia yang ideal atau dapat digunakan untuk semua jenis pengendalian mikroba. Secara alamiah bahan pangan dapat mengandung zat antimikrobial, ada pula yang dihasilkan atau terbentuk selama proses pengolahan dan juga dapat ditambahkan sebagai bahan tambahan pangan. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 772/Menkes/PER/X/1999 secara umum pengertian bahan tambahan pangan adalah bahan yang mempunyai atau tidak mempunyai nilai gizi, yang dengan disengaja ditambahakan kedalam makanan dengan tujuan untuk mempengaruhi sifat atau bentuk pangan selama proses pengolahan, pengemasan dan penyimpanan. Tujuan penggunaan bahan tambahan pangan yaitu untuk meningkatkan atau mempertahankan nilai gizi dan kualitas daya simpan, membuat bahan pangan lebih mudah dihidangkan, serta mempermudah preparasi bahan pangan. Jenis BTP ada 2 yaitu GRAS (Generally Recognized as Safe), zat ini aman dan tidak berefek toksik misalnya gula (glukosa). Sedangkan jenis lainnya yaitu ADI (Acceptable Daily Intake), jenis ini selalu ditetapkan batas penggunaan hariannya (daily intake) demi menjaga/ melindungi kesehatan konsumen. Di Indonesia telah disusun peraturan tentang BTP yang diizinkan ditambahkan dan yang dilarang (disebut BTK) oleh Depertemen Kesehatan diatur dengan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1168/MenKes/Per/X/1999. Yang termasuk bahan tambahan makanan adalah zat pewarna, penyedap rasa dan aroma, pengawet, dan pengental. Pengawet pada makanan ditambahkan dengan maksud untuk menghambat atau menghentikan aktivitas mikroorganisme seperti bakteri, kapang, dan khamir sehingga produk makanan dapat disimpan lebih lama, selain itu fungsi pengawet juga dimanfaatkan untuk menjaga kesegaran makanan, menghambat pertumbuhan organisme, memelihara warna bahan makanan, tekstur, sebagai bahan penstabil, pencegah lengket maupun memperkaya vitamin serta mineral serta untuk menjaga kualitas makanan dalam penyimpanan dalam jangka waktu tertentu tekstur. Makanan yang mengandung pengawet yang tepat (menggunakan pengawet makanan yang dinyatakan aman) dengan dosis dibawah ambang batas yang ditentukan tidaklah berbahaya bagi konsumen. Apabila penggunaan jenis pengawet dan dosisnya tidak diatur maka menimbulkan kerugian bagi si pemakai. Misalnya, keracunan atau terakumulasinya pengawet dalam organ tubuh dan bersifat karsinogenik (Julaeha et al., 2016) Contoh beberapa jenis zat kimia yang biasa digunakan selama proses pengolahan diantaranya yaitu cuka, asam asetat, fungisida, antioksidan, in- package desiccant, ethylene absorbent, wax emulsion dan growth regulatory untuk melindungi buah dan sayuran dari ancaman kerusakan pasca panen untuk memperpanjang kesegaran masa pemasaran. Nitogen cair sering digunakan untuk pembekuan secara tepat buah dan sayur sehinnga dipertahankan kesegaran dan rasanya yang nyaman. Pengawetan bahan makanan secara kimia menggunakan bahan-bahan kimia, seperti gula pasir, garam dapur, nitrat, nitrit, natrium benzoat, asam propionat, asam sitrat, garam sulfat, dan lain-lain. Proses pengasapan juga termasuk cara kimia sebab bahan-bahan kimia dalam asap dimasukkan ke dalam makanan yang diawetkan. Apabila jumlah pemakaiannya tepat, pengawetan dengan bahan-bahan kimia dalam makanan sangat praktis karena dapat menghambat berkembang biaknya mikroorganisme seperti jamur atau kapang, bakteri, dan ragi.
1.2. Rumusan masalah
a. Apa saja syarat bahan kimia yang digunakan dalam pengendalian mikroba? b. Bagaimana cara pengendalian mikroba secara kimia ? c. Apa saja faktor yang mempengaruhi efektivitas senyawa kimia ? d. Apa saja bahan kimia alami dan sintetis yang digunakan sebagai pengendali mikroba dalam pangan 1.3. Tujuan a. Mengetahui syarat bahan kimia yang digunakan dalam pengendalian mikroba b. Mengetahui pengendalian mikroba secara kimia c. Mengetahui factor yang mempengaruhi efektivitas senyawa kimia d. Mengetahui bahan kimia alami dan sintetis yang aman digunakan sebagai pengendali mikroba dalam pangan.
Julaeha, L., Nurhayati, A dan Mahmudatussa’adah 2016. Penerapan
pengetahuan Bahan Tambahan Pangan Pada Pemilihan Makanan Jajanan Mahasiswa Pnedidikan Tata Boga UPI. Jurnal Media Pendidikan, Gizi dan Kuliner, 5(1), 17- 25.
Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia,
2013, Nomor 36 tentang Batas Maksimum Penggunaan Bahan Tambahan Pangan Pengawet.
Peraturan menteri kesehatan nomor 33/Menkes/SK/VII/2012, (2012). Bahan
Tambahan Makanan, Jakarta, kementrian kesehatan RI