Anda di halaman 1dari 3

Karotenoid tersebut adalah pewarna alami yang larut dalam lemak, metabolit sekunder dari jenis

terpenoid4 berupa suatu poliisoprenoid panjang (terdiri atas 40 atom karbon/tetraterpen) yang
mengandung ikatan rangkap dan tersusun dari rantai poliisoprena simetris terhadap pusat ikatan. Kedua
molekulnya mengandung cincin sikloheksena yang tersubstitusi. Karotenoid dapat ditemukan dalam
tumbuhan, beberapa jenis hewan, alga, bakteri dan jamur. Pigmen karotenoid pada tumbuhan
mempunyai dua fungsi, yaitu sebagai pigmen pembantu dalam fotosintesis dan sebagai pewarna dalam
bunga dan buah. Karotenoid merupakan pigmen yang berwarna kuning, oranye atau merah, sehingga
dapat diidentifikasi melalui warnanya.

Isolasi dan Identifikasi Struktur Karotenoid dari Ekstrak Bayam Merah (Amaranthus Tricolor L.) Novi
Sulistyaningrum. Jurnal Kefarmasian Indonesia. Vol.4.2.2014:75-82

Kandungan senyawa fitokimia tanaman mangga (Mangifera indica L.) kebanyakan berupa
senyawa fenol. Senyawa ini dapat ditemukan pada bagian tanaman seperti buah, biji, daun dan
kulit batang. Total fenol yang ditemukan pada kulit buah mangga lebih banyak dibanding total
fenol di daging buah mangga, dengan total fenol 4066 mg (GAE)/kg. Komposisi polifenol pada
kulit mangga termasuk mangiferin, kuersetin, kaemferol dan rhamnetin. Kuersetin adalah salah
satu bagian dari flavonoid, merupakan komposisi terbesar dalam kulit mangga beserta dengan
mangiferin. Fraksi etil asetat daun mangga mengandung banyak senyawa fenol dan flavonoid.
senyawa yang terkandung dalam buah mangga yaitu lupeol, mangiferin, asam gallat, asam
klorogenat, asam vanili, asam ferulat, asam askorbat dan senyawa karotenoid.

Luqyana, L., M, dan Husni, P. 2017. Aktivitas Farmakologi Tanaman Mangga (Mangifera
Indica L.). Jurnal Farmaka, 17(2). 187-194.

Spektrum flavonoid biasanya ditentukan dalam larutan dengan pelarut etanol atau metanol.
Analisis kualitatif dan kuantitatif flavonoid dilakukan menggunakan spektrofotometer UV-VIS
karena pada flavonoid, terkandung sistem aromatis yang terkonjugasi dan dapat menunjukan pita
serapan kuat pada daerah UV-VIS. Analisa kuantitatif digunakan untuk mengetahui jumlah /
kadar flavonoid yang terdapat dalam ekstrak metanol dengan mengukur nilai absorbansinya
menggunakan spektrofotometer UV-VIS.

Neldawati., Ratnawulan, dan Gusnedi. (2013). “Analisis Nilai Absorbansi Dalam Penentuan Kadar
Flavonoid Untuk Berbagai Jenis Daun Tanaman Obat”. Pillar Of Phisics, (2), 76-83.
Karotenoid adalah pigmen yang memberikan warna kuning, jingga hingga merah. Karotenoid
merupakan pigmen pendamping klorofil atau zat hijau daun yang menjalankan fungsi
penyerapan energi cahaya untuk fotosintesis. Sumber karotenoid utama adalah tumbuhan, yang
selanjutnya dikonsumsi dan dimetabolisme atau terakumulasi dalam tubuh hewan. Beberapa
studi menyebutkan karotenoid berfungsi sebagai antioksidan, antikanker, dan membantu
memelihara kesehatan mata. Karotenoid memiliki beberapa jenis diantaranya α-karoten, β-
karoten, astasantin, likopen, lutein, zeasantin, β-criptosantin, dan fukosantin. Pengukuran
karotenoid menggunakan metode spektofotometri. Spektrofotometri sinar tampak merupakan
pengukuran sejumlah serapan elektromagnetik monokromatis pada panjang gelombang
tertentuoleh suatu molekul atau zat kimia penyerap dimana nilai serapan sebanding dengan
konsentrasi zat penyerap tersebut. Pengukuran dilakukan dengan panjang gelombang 480, 645
dan 663.
Maleta, H, S., Indrawati, R ., Limantara, dan Brotosudarmo, D, T, P. 2018. Ragam Metode
Ekstraksi Karotenoid dari Sumber Tumbuhan dalam Dekade Terakhir (Telaah Literatur) . Jurnal
Rekayasa Kimia dan Lingkungan, 13(1), 40 – 50.

Karotenoid dibagi menjadi dua, yaitu karoten (α-karoten, β-karoten dan likopen) dan santofil (β-
kriptosantin, lutein, dan zeasantin). 

Karotenoid merupakan kelompok pigmen dan antioksidan alami yang dapat meredam radikal
bebas dan menyebabkan warna kuning orange atau merah pada tanaman. Pigmen ini ditemukan
pada tumbuhan tingkat tinggi, alga, jamur, dan bakteri, pada jaringan non fotosintesis dan
fotosintesis bersama dengan klorofil. Pigmen karoten yang berasal dari bahan-bahan alami
seperti tumbuh tumbuhan biasanya terkendala oleh stabilitasnya, dimana pewarna alami ini
memiliki sifat yang tidak stabil dibandingkan dengan pewarna sintetis.Kelemahan dari
penggunaan pewarna alami adalah warna yang kurang stabil yang bisa disebabkan oleh adanya
asam, cahaya dan pengaruh pemanasan (suhu), sehingga intensitas warnanya sering berkurang
selama proses pembuatan makanan. Penurunan kandungan pigmen beta karoten disebabkan
karena pengaruh suhu pemanasan sehingga pigmen mengalami kerusakan. Pigmen beta karoten
tidak stabil pada suhu tinggi (diatas 60°C). Suhu tinggi akan merusak gugus kromofor yang
membuat warna pigmen menjadi pucat.  Karotenoid dapat teroksidasi oleh adanya oksigen dan
oksidator lain.
JPHPI 2016, Volume 19 Nomor 3 Pengaruh Penggunaan Senyawa Fiksator, Oktoria et al. 206 Masyarakat
Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia Available online: journal.ipb.ac.id/index.php/jphpi DOI:
10.17844/jphpi.2016.19.3.206 PENGARUH PENGGUNAAN SENYAWA FIKSATOR TERHADAP STABILITAS
EKSTRAK KASAR PIGMEN β-KAROTEN MIKROALGA Dunaliella salina PADA KONDISI SUHU BERBEDA
Fixings Agent Effect to β-carotene Stabilityof Crude Extract from Dunaliella salina Microalga at Different
Temperature Condition Ardini Ria
Oktora., A, R, Ma’ruf., A, R dan Agustini., T, W. 2016. Pengaruh Penggunaan Senyawa Fiksator
Terhadap Suhu Stabilitas Ekstrak Kasar Pigmen β-Karoten Mikroalga Dunaliella salina Pada
Kondisi Suhu Berbeda. Juurnal Pengolahan Hasil perikanan Indonesia. 19(3), 206-2013.

Anda mungkin juga menyukai