TINJAUAN PUSTAKA
Deformasi adalah perubahan bentuk, posisi, dan dimensi dari suatu benda
(Kuang,1996). Berdasarkan definisi tersebut deformasi dapat diartikan
sebagai perubahan kedudukan atau pergerakan suatu titik pada suatu benda
secara absolut maupun relatif. Dikatakan titik bergerak absolut apabila dikaji
dari perilaku gerakan titik itu sendiri dan dikatakan relatif apabila gerakan itu
dikaji dari titik yang lain. Perubahan kedudukan atau pergerakan suatu titik
pada umumnya mengacu kepada suatu sistem kerangka referensi (absolut atau
relatif). Deformasi yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah besarnya
perubahan posisi suatu titik yang diamati pada jangka waktu tertentu secara
kontinyu atau biasa disebut dengan pergerakan tanah.
Mud Flow adalah gerakan rapid flowage yang berupa gerakan aliran
lumpur dengan kandungan air lebih banyak dan gerakanya lebih cepat
daripada earth flow.
3. Landslide (Longsoran)
Landslide atau tanah longsor adalah runtuhnya massa batuan atau tanah
menuju ke bawah lereng dalam jumlah yang besar. Berdasarkan material
batuan yang dijatuhkan atau yang dibawa, landslide atau tanah longsor
dibedakan menjadi 3 istilah, yaitu :
1) Rock Fall, yaitu peristiwa longsornya massa batuan yang berupa blok
blok batuan.
2) Debris Slide, yaitu longsornya massa batuan yang berupa puing puing
batuan.
4. Subsidence (Amblesan)
1) Siklus geologi
Mud volcano atau gunung lumpur adalah setiap ekstrusi pada permukaan
lempung atau lumpue yang secara morfologi membentuk suatu kerucut yang
di atasnya terdapat suatu telaga dan bersamaan dengan keluarnya air dan gas
yang terdorong kuat, bahkan dengan ledakan [Kusumadinata, 1980].
Seringkali gas yang diekstrusikan ikut terbakar dengan demikian
kenampakannya sangat menyerupai gunung api. Mud volcano biasanya terjadi
ketika material gas yang berasosiasi dengan minyak muncul ke permukaan
bumi melalui suatu rekahan (crevice), membawa serta air yang bercampur
dengan material sub surface yang biasanya berupa mud (lumpur).
Gambar 2.3 Busur Vulkanik Selatan Pulau Jawa (Mazzini, dkk. 2007)
Sistem GPS kini telah berkembang menjadi bagian dari sistem GNSS
(Global Navigation Satellite System) yang sampai saat ini, survei GNSS
menjadi sistem penentuan posisi berbasis satelit yang paling teliti.Akibat
semakin beragamnya kebutuhan pemetaan dan penentuan posisi, kini
pemilihan metodedapat disesuaikan dengan tingkat ketelitian yang
diharapkan. Salah satu metode baru yangsemakin popular yaitu metode RTK
NTRIP (Real Time Kinematic Networked Transport of RTCM via Internet
Protocol). Secara teori dari hasil penelitian sebelumnya, metode ini paling
efektif dilakukan pada kasus short baseline.
Namun, masih terus dikembangkan dan diteliti oleh banyak pihak untuk
mengetahui seberapa besar tingkat ketelitian yang dapat dihasilkan. Hal ini
berbeda dengan penentuan posisi metode jaring static dan metode radial.
Metode penentuan posisi jaring static dan radial merupakan metode
penentuan posisi yang telah lama digunakan. Metode jaring static dapat
menghasilkan ketelitian posisi yang lebih teliti dibandingkan metode radial
dan merupakan metode survei GNSS yang paling teliti.
Pada dasarnya penentuan posisi dengan GPS adalah pengukuran jarak secara
bersama-sama ke beberapa satelit (yang koordinatnya telah dikeahui) sekaligus.
Untuk menentukan suatu koordinat suatu titik di bumi, receiver setidaknya
membutuhkan 4 satelit yang dapat ditangkap sinyalnya dengan baik. Secara
default posisi atau koordinat yang diperoleh bereferensi ke global datum yaitu
World Geodetic System 1984 atau disingkat WGS ’84.
Secara garis besar penentuan posisi dengan GPS ini dibagi menjadi dua
metode yaitu :
GPS adalah sistem satelit navigasi dan penentuan posisi yang berbasiskan
pada pengamatan satelit-satelit Global Positioning System (Abidin, 2000;
Hofmann-Wellenhof et al., 1997). Prinsip studi penurunan tanah dengan
metode survei GPS yaitu dengan menempatkan beberapa titik pantau di
beberapa lokasi yang dipilih, secara periodik untuk ditentukan koordinatnya
secara teliti dengan menggunakan metode survei GPS. Pengamatan
penurunan tanah dengan menggunakan GPS didapat dari pengukuran dengan
kala yang berbeda dan diamati terutama perubahan tinggi setelah diamati
yang pada kala sebelumnya. Dengan mempelajari pola dan kecepatan
perubahan koordinat dari titik-titik tersebut dari survei yang satu ke survei
berikutnya, maka karakteristik penurunan tanah akan dapat dihitung dan
dipelajari lebih lanjut.
∆ H =H n+1−H n
Dimana :
a) GPS memberikan nilai vektor pergerakan tanah dalam tiga dimensi (dua
komponen horisontal dan satu komponen vertikal). Jadi disamping
memberikan informasi tentang besarnya penurunan muka tanah, GPS juga
sekaligus memberikan informasi tentang pergerakan tanah dalam arah
horisontal.
(1+ σ ) (1−2 σ ) F x
U x=
2 πE R2
( 1+σ )( 1−2σ ) F y
U y=
2 πE R2
−( 1−σ 2 ) F 1
U z=
2 πE R
1 c2 c 1
U cylinder =2 a
2 ∆P
E {[
( 1−σ ) −
r R2 R 1 ] [
r^ +
1
−
1
R2 R 1 ]}
^z