1
Tujuan Pembelajaran :
Mahasiswa mampu menjelaskan pengertian keamanan pangan.
Mahasiswa mampu menjelaskan keamanan pangan meliputi; bahan kimia dalam
makanan, alergen dan debu.
Mahasiswa mampu menjelaskan faktor yang mempengaruhi keamanan pangan
Mahasiswa mampu menjelaskan kontaminan dan racun dalam pangan
PENDAHULUAN
Pangan merupakan kebutuhan dasar bagi kelangsungan hidup manusia,
sehingga setiap orang perlu dijamin dalam memperoleh pangan yang bermutu dan
aman. Bahan pangan yang tidak diproduksi dengan cara yang baik dan benar
dapat menjadi sumber mikroorganisme dan kontaminan kimia yang dapat
berbahaya dan menyebabkan penyakit kepada manusia. Terjadinya kasus-kasus
keracunan pangan seharusnya tidak perlu terjadi apabila produk pangan diolah
dengan prosedur pengolahan yang benar.
Bahan makanan, selain merupakan sumber gizi bagi manusia,
juga merupakan sumber makanan bagi mikroorganisme. Pertumbuhan
mikroorganisme dalam bahan pangan dapat menyebabkan perubahan yang
menguntungkan seperti perbaikan bahan pangan secara gizi, daya cerna ataupun
daya simpannya.
Selain itu pertumbuham mikroorganisme dalam bahan pangan juga
dapat mengakibatkan perubahan fisik atau kimia yang tidak diinginkan,
sehingga bahan pangan tersebut tidak layak dikonsumsi. Kejadian ini biasanya
terjadi pada pembusukan bahan pangan.
Bahan pangan dapat bertindak sebagai perantara atau substrat
untuk pertumbuhan mikroorganisme patogenik dan organisme lain
penyebab penyakit. Penyakit menular yang cukup berbahaya seperti tifus,
kolera, disentri atau TBC mudah tersebar melalui bahan makanan. Gangguan-
gangguan kesehatan, khususnya gangguan perut akibat makanan disebabkan,
antara lain kebanyakan makan, alergi, kekurangan zat gizi, keracunan langsung
oleh bahan-bahan kimia, tanaman atau hewan beracun; toksin- toksin yang
dihasilkan bakteri; mengkomsumsi pangan yan mengandung parasit- parasit
hewan dan mikroorganisme. Gangguan-gangguan ini sering dikelompokkan
menjadi satu karena memiliki gejala yang hampir sama atau sering tertukar
dalam penentuan penyebabnya.
KONTAMINAN PANGAN
Kontaminan pangan adalah bahan atau senyawa yang secara tidak sengaja
ditambahkan, tetapi terdapat pada produk pangan. Kontaminan pangan ini bisa
masuk dan terdapat dalam produk pangan sebagai akibat dari (i) penanganan
dan/atau proses mulai dari tahap produksi (di tingkat kultivasi maupun di pabrik),
pengemasan, transportasi, penyimpanan atau pun penyiapannya; dan (ii)
pencemaran dari lingkungan (environmental contamination).
Pada umumnya kontaminan pangan ini mempunyai konsekuensi pada mutu
dan keamanan pangan; karena bisa mempunyai implikasi risiko kesehatan publik.
Terdapat tiga (3) jenis kontaminan pangan; yaitu (i) kontaminan mikrobial; (ii)
kontaminan fisika, dan (ii) kontaminan kimia. Disamping itu; akhir-akhir ini
ditengarai pula munculnya berbagai kontaminan “baru” (emerging contaminants)
yang juga perlu diperhatikan. Jika terdapat dalam jumlah yang melebih tingkat
ambangnya, keberadaan kontaminan ini bisa memberikan anacaman terhadap
kesehatan manusia.
Jenis-jenis kontaminan yang bisa menyebabkan permasalahan keamanan
pangan antara lain:
1. Kontaminan biologis
Kontaminan biologis merupakan mikroorganisme yang hidup yang
menimbulkan kontaminasi dalam makanan. Jenis mikroorganisme yang
sering menjadi pencemar bagi makanan adalah bakteri, fungi, parasit dan
virus. Faktor - faktor yang mempengaruhi pertumbuhan mikroba dalam
pangan dapat bersifat fisik, kimia atau biologis yang meliputi :
a. Faktor intrinsik, yaitu sifat fisik, kimia dan struktur yang dimiliki oleh
bahan pangan tersebut seperti kandungan nutrisi, pH, dan senyawa
mikroba.
b. Faktor ekstrinsik, yaitu kondisi lingkungan pada penanganan dan
penyimpanan bahan pangan seperti suhu, kelembaban, susunan gas di
atmosfer.
c. Faktor implisit, yaitu sifat-sifat yang dimiliki oleh mikroba itu sendiri.
d. Faktor pengolahan, yaitu terjadi karena perubahan mikroba awal akibat
pengolahan bahan pangan misalnya pemanasan, pendinginan, radiasi dan
penambahan bahan pengawet (Nurmaini, 2001).
2. Kontaminan kimiawi
Kontaminan kimiawi merupakan pencemaran atau kontaminasi pada
bahan makanan yang berasal dari berbagai macam bahan atau unsur kimia.
Berbagai jenis bahan dan unsur kimia berbahaya tersebut dapat berada dalam
makanan melalui beberapa cara, antara lain :
a. Terlarutnya lapisan alat pengolah karena digunakan untuk mengolah
makanan sehingga zat kimia dalam pelapis dapat terlarut.
b. Logam yang terakumulasi pada produk perairan.
c. Sisa antibiotik, pupuk, insektisida, pestisida atau herbisida pada tanaman
atau hewan
d. Bahan pembersih atau sanitaiser kimia pada peralatan pengolah makanan
yang tidak bersih.
3. Kontaminan fisik
Kontaminasi fisik merupakan terdapatnya benda-benda asing di dalam
makanan, padahal benda asing tersebut bukan menjadi bagian dari bahan
makanan (Purnawijayanti, 2001).
DAFTAR PUSTAKA
Baliwati, dkk, 2004. Pengantar Pangan dan Gizi. Penerbit Penebar Swadaya,
Jakarta.
Cahyadi. W. (2009). Analisis & Aspek Kesehatan Bahan Tambahan Pangan. Edisi
Kedua. Jakarta: Bumi Aksara.
Tujuan Pembelajaran :
Mahasiswa mampu menjelaskan pengertian mikrobiologi pangan
Mahasiswa mampu menjelaskan jenis mikroorganisme pangan
Mahasiswa mampu menjelaskan bahaya mikroorganisme pangan
Mahasiswa mampu menjelaskan faktor yang mempengaruhi bahaya
mikroorganisme pangan
PENDAHULUAN
Bahan makanan, selain merupakan sumber gizi bagi manusia,
juga merupakan sumber makanan bagi mikroorganisme. Pertumbuhan
mikroorganisme dalam bahan pangan dapat menyebabkan perubahan yang
menguntungkan seperti perbaikan bahan pangan secara gizi, daya cerna ataupun
daya simpannya.
Selain itu pertumbuhan mikroorganisme dalam bahan pangan juga dapat
mengakibatkan perubahan fisik atau kimia yang tidak diinginkannya, sehingga
bahan pangan tersebut tidak layak dikonsumsi. Kejadian ini biasanya terjadi pada
pembusukan bahan pangan.
Bahan pangan dapat bertindak sebagai perantara atau substrat untuk
pertumbuhan mikroorganisme patogenik dan organisme lain penyebab penyakit.
Penyakit menular yang cukup berbahaya seperti tifus, kolera, disentri dan TBC,
mudah tersebar melalui makanan.
DEFINISI MIKROBIOLOGI PANGAN
Mikrobiologi adalah suatu ilmu yang mempelajari makhluk hidup yang
sangat kecil yang hanya dapat dilihat dengan menggunakan lensa pembesar atau
mikroskop. Makhluk yang sangat kecil tersebut disebut mikroorganisme atau
mikroba, dan ilmu yang mempelajari tentang mikroba yang sering ditemukan pada
pangan disebut mikrobiologi pangan. Yang dimaksud pangan disini mencakup
semua makanan, baik bahan baku maupun pangan yang sudah diolah.
Pertumbuhan mikroba pada pangan dapat menimbulkan berbagai
perubahan, baik yang merugikan maupun yang menguntungkan. Mikroba yang
merugikan misalnya yang menyebabkan kerusakan atau kebusukan pangan, dan
yang sering menimbulkan penyakit atau keracunan pangan. Sedangkan mikroba
yang menguntungkan adalah yang berperan dalam proses fermentasi pangan,
misalnya dalam pembuatan tempe, oncom, kecap, tape dll. Oleh karena itu
dengan mengetahui sifat-sifat mukroba pada pangan kita dapat mengatur kondisi
sedemikian rupa sehingga pertumbuhan mikroba yang merugikan dapat dicegah
dan mikroba yang menguntungkan dirangsang pertumbuhannya.
Mikroba terdapat dimana-mana, misalnya dalam air, tanah, udara,
tanaman, hewan, dan manusia. Oleh karena itu ikroba dapat masuk kedalam
pangan melalui berbagai cara, misalnya melalui air yang digunakan untuk
menyiram tanaman pangan atau mencuci bahan baku pangan, terutama bila air
tersebut tercemar oleh kotoran hewan atau manusia. Mikroba juga dapat masuk
dalam pangan melalui tanah selama penanaman atau pemanenan sayuran, melalui
debu dan udara, melalui hewan dan manusia dan pencemaran selama tahap-tahap
penanganan dan pengolahan pangan. Dengan mengetahui berbagai sumber
pencemaran mikroba, kita dapat melakukan tindakan untuk mencegah masuknya
mikroba pada pangan.
Pangan yang berasal dari tanaman membawa mikroba pada permukaannya
sejak ditanam, ditambah dengan pencemaran bakteri yang berasal dari
kotoranhewan dan manusia. Termasuk diantaranya bakteri-bakteri penyebab
penyakit saluran pencernaan. Tanah merupakan sumber pencemaran bakteri-
bakteri yang berasal dari tanah, terutama bakteri pembentuk spora yang sangat
tahan terhadap keadaan kering.
Pada pangan yang berasal dari hewan, mikroba mungkin berasal dari kulit atau
bulu hewan tersebut dan dari saluran pencernaan, ditambah dengan pencemaran
dari lingkungan disekitarnya. Pangan yang berasal dari tanaman dan hewan yang
terkena penyakit dengan sendirinya juga membawa mikroba pathogen yang
menyebabkan penyakit tersebut.
Tangan manusia merupakan sumber pencemaran bakteri yang berasal dari
luka atau infeksi kulit, dan salah satu bakteri yang berasal dari tangan manusia
yaitu Staphylococcus, dapat menyebabkan keragunan pangan, Selain itu orang
yang sedang menderita atau baru sembuh dari penyakit infeksi saluran pencernaan
seperti tifus, kolera dan disentri, juga merupakan pembawa bakteri penyebab
penyakit tersebut sampai beberapa hari atau beberapa minggu setelah sembuh.
Oleh karena itu orang tersebut dapat menjadi sumber pencemaran pangan jika
ditugasi menangani atau mengolah pangan.
MIKROORGANISME PANGAN
a. Bakteri
Bakteri adalah organisme mikroskopis bersel satu yg tidak mempunyai
membran nukleus ataupun membran organel sel. Bakteri merupakan organisme
yang paling banyak jumlahnya dan lebih tersebar luas dibandingkan mahluk
hidup yang lain. Bakteri memiliki ratusan ribu spesies yang hidup di darat
hingga lautan dan pada tempat-tempat yang ekstrim. Bakteri ada yang
menguntungkan tetapi ada pula yang merugikan. Bakteri memiliki ciri-ciri
yang membedakannya dengan mahluk hidup yang lain. Bakteri adalah
organisme uniselluler dan prokariot serta umumnya tidak memiliki klorofil dan
berukuran renik (mikroskopis).
Ciri-ciri Bakteri
Bakteri memiliki ciri-ciri yang membedakannnya dengan mahluk hidup lain
yaitu :
1. Organisme uniselular (Bersel satu)
2. Prokariot (tidak memiliki membran inti sel )
3. Umumnya tidak memiliki klorofil
4. Memiliki ukuran tubuh yang bervariasi antara 0,12 s/d ratusan mikron
umumnya memiliki ukuran rata-rata 1 s/d 5 mikron.
5. Memiliki bentuk tubuh yang beraneka ragam
6. Hidup bebas atau parasit
7. Yang hidup di lingkungan ekstrim seperti pada mata air panas,kawah atau
gambut dinding selnya tidak mengandung peptidoglikan
8. Yang hidupnya kosmopolit diberbagai lingkungan dinding selnya
mengandung peptidoglikan
Struktur Bakteri
Struktur bakteri terbagi menjadi dua yaitu:
1. Struktur dasar (dimiliki oleh hampir semua jenis bakteri)
Meliputi: dinding sel, membran plasma, sitoplasma, ribosom, DNA, dan
granula penyimpanan
2. Struktur tambahan (dimiliki oleh jenis bakteri tertentu)
Meliputi kapsul, flagelum, pilus, fimbria, klorosom, Vakuola gas dan
endospora
b. Non-bakteri
1. Kapang
Selain oleh bakteri, kapang juga dapat menimbulkan penyakit yang
dibedakan atas dua golongan yaitu (1) infeksi oleh fungi yang disebut
mikosis dan (2) keracunan yang disebabkan oleh tertelannya
metabolik beracun dari fungi atau mikotoksikosis. Mikotoksikosis
biasanya tersebar melalui makanan, sedangkan mikosis tidak melalui
makanan tetapi melalui kulit atau lapisan epidermis,rambut dan kuku akibat
sentuhan, pakaian, atau terbawa angin.
Senyawa beracun yang dihasilkan fungi disebut mikotoksin. Toksin
ini dapat menimbulkan gejala sakit yang kadang-kadang fatal. Beberapa
diantaranya bersifat karsinogen. Beberapa mikotoksin bersifat
halusinogenik, misalnya asam lisergat. Beberapa contoh mikotoksin
disampaikan pada tabel berikut.
Tabel 2.6 Mikotoksin yang Sering Mengkontaminasi Makanan
Mikotoksin Kapang Penyakit yang Bahan pangan
penghasil disebabkan yang sering
terkontaminasi
Alfatoksin Aspergillus Kegagalan Kacang-
flavus, fungsi hati, kacangan dan
A.parasiticu kanker hati jagung
Asam Fenisilat Penicillium Pembentukan Jagung, barley
Cyclopium, P. tumor, ginjal dan kacang-
mar- Tensi kacangan
Ergotoksin Claviceps Kerusakan hati serealia
purpurea
Okratoksin A A. Kerusakan hati Jagung dan
ochraceus, kacang-
A. Mellus, kacangan
A. sul-
Phureus
Patulin A. Kerusakan hati Apel dan
clavatus, dan kanker hati produknya
P. Patulu (cider dan
saus)
Alimentary Toxic Cladosporium Kerusakan hati Biji-bijian
Aleukia spp., Penicilium
(ATA) Fusarium,
Mucor,
Alternaria
Sterigmatosistin A. regulosus, A. Sirosis hati, Gandum, oat
Nidulans kanker hati
Zearalenon Gibberella Kerusakan hati Jagung dan
zeae serealia
(Fusarium gra-
minearum)
Luteoskyrin P. islandicum Nekrosis hati, Tepung beras
kanker hati
2. Virus
Virus adalah mikroorganisme ultramikroskopik dan dapat lolos filter 0,22
µm. Virus berkembang biak hanya pada inang yang sesuai dan tidak dapat
tumbuh diluar inang. Beberapa virus dapat m en yebabkan
gangguan pencernaan dan ciri -ciri n ya hampir sama dengan yang
ditimbulkan oleh bakteri. Sebagian virus juga dapat menginfeksi
tanpa adanya simptom sampai virus tersebut menyerang jaringan sel
yang lain, misalnya jaringan saraf, melalui aliran darah. Transmisi virus
yang dapat menyebabkan gangguan pencernaan dapat melalui aerosol atau
kontak langsung degan orang yang terinfeksi. Enterovirus diketahui
menyebar melalui rute fekal-oral, sedangkan virus polio (dapat
menyebabkan gangguan pencernaan, demam dan kelumpuhan)
menyebar melalui rute fekal-oral sedangkan virus hepatitis B menyebar
melalui kontak langsung dan transfusi darah. Rotavirus juga merupakan
virus yang penting dan secara sporadis dapat menyebabkan diare
akut, demam dan seing kali muntah-muntah. Virus ini telah
dilaporkan dapat menyebar melalui air.
3. Ricketsia
Rickettsiae adalah bakteri yang berukuran kecil dan tidak pernah
berhasil dikultivasi pada medium sintetik. Rickettsia berbeda
dengan virus karena mikroorganisme ini mempunyai DNA dan RNA
mempunyai beberapa struktur yang dimiliki bakteri. Coxiella
burnetii, penyebab demam Q, ditimbulkan oleh mikroorganisme
ini adalah sakit kepala dan demam. Penularannya melalui susu dari sapi
yang terinfeksi. C. burnetii telah dilaporkan relatif tahan panas dan
dapat membentuk spora, sehingga kemungkinan bisa terdapat pada susu
pasteurisasi jika susu tersebut berasal dari sapi yang terinfeksi.
4. Prion
Prion menyebabkan penyakit degeneratif pada sistem syaraf pusat pada
hewan dan manusia. Penyakit Scrapie pada kambing merupakan penyakit
yang ditimbulkan oleh prion. Penyakit yang sama juga telah ditemukan
pada sapi, Bovine Spongiform Encephalopathy (BSE). Prion tersebar
melalui pakan dan penularan terhadap manusia kini mendapat
perhatian yang serius. Prion sangat resisten terhadap panas, lebih
tahan daripada spora bakteri dan merupakan bentuk protein yang
abnormal dari inang. Pencegahan penularan melalui pencegahan
pemberian pakan dari bahan-bahan yang terinfeksi dan pencegahan
komsumsi daging dan bagian-bagian hewan yang terinfeksi.
5. Protozoa dan parasit
Giardia, Cryptosporidium, Balantidium, Entamoeba dan protozoa lainnya
serta parasit seperti cacing pita, dapat menginfeksi melali air dan
makanan. Beberapa spesies dapat bertahan pada lingkungan untuk
beberapa minggu dan dapat klorinasi. Gejala-gejala yang ditimbulkan
dapat sama dengan gejala gangguan perut yang ditimbulkan oleh
bakteri dan penularannya melalui rute fekal.
Tabel 2.7 Makanan yang dapat terinfeksi oleh Virus, Protozoa dan Parasit
beserta pencegahannya.
Organisme Makanan Waktu Gejala Pencegahan
yang dapat inkubasi penyakit
terinfeksi
Poliomyelitis Susu, 5-35 hari Demam, Kebersihan
minuman dan muntah, individu,
makanan sakit kecukupan
olahan kepala, panas
nyeri otot makanan
dan olahan,
lumpuh desentifeksi
air,
pencegahan
kontak
makanan
dengan lalat
Virus Hepatitis Susu dan 10-50 Kulit Pemasakan
minuman, hari kuning, kerang-
kerang- (rata-rata gangguan kerangan,
kerangan 25 hari) pencernaan kecukupan
mentah dan dan panas
salad kehilangan makanan
nafsu olahan, susu,
makan perebusan air
atau desinfeksi
air, dan
kebersihan
individu
Entamoeba Air yang Beberap Diare Perlindungan
Histolytica terkontaminas a hari-4 suplai air,
(disentri amoeba) i limbah, minggu sanitasi
makanan selama
basah yang pengolahan,
terkontaminas jamban yang
i feses memadai
Taenia saginata Daging sapi Beberap Sakit perut Penyembeliha
(cacing pita) mentah atau a bagian n sapi dan
setengah minggu bawah, penyediaan
matang yang perasaan daging sapi di
mengandung lapar dan bawah
larva lelah pengawasan
dinas
kesehatan,
daging
dimasak
matang
Diphyllobothriu Ikan mentah 2-6 Gejala Ikan dimasak
m latum (cacing atau setengah minggu awal tidak sampai
pita) matang yang ada, tetapi matang dan
mengandung penderita hindari
larva lanjut konsumsi ikan
mengalami asap mentah
anemia
Taenia solium Daging babi Beberap Gangguan Daging babi
mentah atau a pencernaan dimasak
setengah minggu , matang
matang yang encephaliti
mengandung s dan bisa
larva fatal
13. Mempertahankan suhu pangan matang lebih dari 600C sebelum disajikan.
Dengan menjaga suhu di bawah 50C atau di atas 600C, pertumbuhan mikroba
akan lebih lambat atau terhenti.
14. Menyimpan produk pangan yang harus disimpan dingin, seperti susu
pasteurisasi, keju, sosis, dan sari buah dalam lemari pendingin.
15. Menyimpan produk pangan olahan beku, seperti nugget, es krim, ayam
goreng tepung beku, dll dalam freezer.
16. Menyimpan pangan yang tidak habis dimakan dalam lemari pendingin. q.
Tidak membiarkan pangan beku mencair pada suhu ruang.
17. Membersihkan dan mencuci buah-buahan serta sayuran sebelum
digunakan, terutama yang dikonsumsi mentah.
DAFTAR PUSTAKA
Anwar, dkk. 2008. Sanitasi Makanan dan Minuman Pada Instalasi Tenaga
Sanitasi. Jakarta
Baliwati, Y.F. 2004. Pengantar Pangan dan Gizi. Penebar Swadaya, Jakarta.
Center for Disease Control and Prevention. 2009. Campylobacter jejuni infection
associated with unpasteurized milk and cheese-Kansas, 2007. MMWR 57(51):
1377-1379.
Depkes RI. 1992. Protop Juhloh dan Juknis Pengaman Makanan KTT Non Blok
ke-10, Ditjen PPMdan PLP Jakarta.
Donlan RM. 2002. Biofilms: Microbial Life On Surface. Emerg Infect Dis 8 (9):
881-890.
Fenicia L, Annibali F. 2009. Infant Botulism. Ann Ist Super Sanita 45(2): 134-
146.
Knechtges Paul, 2015. Keamanan Pangan Teori dan Praktek. Penerbit EGC.
Jakarta.
Tujuan Pembelajaran :
Mahasiswa mampu menjelaskan pengertian food quality
Mahasiswa mampu menjelaskan kerusakan pangan
Mahasiswa mampu menjelaskan kualitas pangan organik dan olahan
Mahasiswa mampu menjelaskan Genetically Modified Organism
PENDAHULUAN
Kualitas tidak hanya terdapat pada barang atau jasa saja, tetapi juga
termasuk dalam produk makanan. Menurut Kotler dan Armstrong (2012) kualitas
produk adalah karakteristik dari produk atau jasa yang pada kemampuannya
menanggung janji atau sisipan untuk memuaskan kebutuhan pelanggan. Kualitas
produk makanan memiliki pengaruh terhadap kepuasan pelanggan, sehingga
akan lebih baik bila dapat meningkatkan dan mempertahankan kualitas produk
makanan sebagai dasar strategi pemasaran.
107,5-8,0 koloni/cm2.
Putresin merupakan senyawa diamin yang diproduksi oleh pseudomonad,
sedangkan kadaverin terutama diproduksi oleh Enterobacteaceae.
2. Ikan dan produk ikan
Kerusakan pada ikan ditandai dengan terbentuknya trimetilamin (TMA)
dari reduksi trimetilamin oksida (TMAO) sebagai berikut:
Badan POM, 2007. Cara Produksi Pangan yang Baik II. Modul Pelatihan
Pengawas Pangan Tingkat Muda. IPB. Bogor.
Ditjen PPM & PL, 2001. Prinsip Hygiene Dan sanitasi Makanan. Kumpulan
Modul Kursus Penyehatan Makanan, Jakarta.
Mae-Wan Ho. 2008. “Rekayasa Genetik: Impian atau Petaka”. Insist Press:
Yogyakarta.
4 HAZARD ASSESMENT
Tujuan Pembelajaran :
Mahasiswa mampu menjelaskan tentang HACCP
Mahasiswa mampu menjelaskan tentang Good Manufacturing Product (GMP)
Mahasiswa mampu menjelaskan Sanitation Standar Operating Procedur (SSOP)
Mahasiswa mampu menjelaskan tentang Sistem Pangan Halal
PENDAHULUAN
- Volume
- Pengemasan – Primer
- Pengemasan – Pengiriman/pengapalan
- Kondisi penyimpanan di tempat
- Metode dan kondisi distribusi
- Masa simpan
- Pelabelan khusus – rincian label (lampirkan)
- Persiapan/petunjuk bagi konsumen
c. Tugas tim HACCP
Tim HACCP terdiri atas ketua atau Koordinator tim dan beberapa anggota tim.
Tugas tim HACCP harus meliputi hal-hal berikut:
Tugas Ketua Tim HACCP
1. Menentukan dan mengontrol lingkup HACCP yang akan digunakan.
2. Mengarahkan disain dan implementasi Sistem HACCP dalam pabrik.
3. Mengkoordinasi dan mengetuai pertemuan-pertemuan Tim.
4. Menentukan apakah sistem HACCP yang dibentuk telah memenuhi
ketentuan Codex, memperhatikan pemenuhan sistem terhadap peraturan-
peraturan atau standar yang berlaku dan kefektivitas dari sistem HACCP
yang akan dibuat.
5. Memelihara dokumentasi atau rekaman HACCP.
6. Memelihara dan mengimplementasi hasil-hasil audit internal sistem
HACCP.
7. Karena ketua Tim merupakan ahli HACCP diperusahaan/pabrik, maka
harus mempunyai keahlian komunikasi dan kepemimpinan, serta
mempunyai perhatian yang tinggi terhadap jenis usaha yang dijalankan.
Tugas Anggota Tim HACCP
1. Mengorganisasikan dan mendokumentasikan studi HACCP dalam pabrik
yang bersangkutan.
2. Mengadakan kajian ulang terhadap semua penyimpangan dari batas kritis.
3. Melakukan internal audit HACCP Plan (Rencana HACCP atau Rencana
Kerja Jaminan Mutu).
4. Mengkomunikasikan operasional HACCP.
Tim HACCP harus membuat Rencana HACCP (HACCP Plan), menulis
SSOP dan memverifikasi dan mengimplementasikan sistem HACCP. Tim harus
mempunyai pengetahuan tentang bahaya-bahaya yang menyangkut keamanan
pangan. Jika masalah yang ada tidak dapat dipecahkan secara internal, maka
perlu meminta saran dari ahli atau konsultan HACCP.
Pelatihan
Pelatihan yang direkomendasikan untuk dijalankan oleh tim HACCP adalah
bentuk pelatihan formal dengan materi sebagai berikut:
1. Pengenalan dan Implementasi HACCP
2. Dokumentasi Sistem HACCP
3. Internal Audit Sistem HACCP
4. On the job training pada System Monitoring/Corrective Action.
Peralatan Proses
- Apakah diagram alir untuk operasi bersifat terkini
- Apakah peralatan yang sama telah digunakan pada saat HACCP Plan dibuat.
- Setiap perubahan peralatan atau catatat perubahan
- Apakah mekanisme proses kontrol pada peralatan sesuai dengan HACCP
Plan
Apakah perubahan sistem didiskusikan dengan tim keamanan pangan
sebelum dibuat perubahan.
Pembersihan dan Sanitasi
- Konsentrasi kimia dari pembersih dan sanitizer
- Kontrol Chart dari CIP (Clean in Place)
- Waktu/suhu/tekanan
Peralatan Kontrol
- Apakah ketepatan peralatan ukur telah dievaluasi seperti jadwal yang
tertulis dalam HACCP Plan
- Apakah verifikasi dilakukan terhadap standar
- Apakah prekuansinya sesuai seperti yang telah ditentukan
- Apakah peralatan kontrol proses kritis terpasang ditempatnya
- Apakah pengontrolan rutin dilakukan dan didokumentasi terhadap
keberadaan peralatan kontrol tersebut
- Apakah control chart yang ada secara tepat mendokumentasikan CCP
- Apakah control chart yang ada mendokumentasikan secara tepat
produk, kode, jumlah produk yang diproduksi, siapa yang memproduksi.
Bahan Pengemas
- Apakah bahan pengemas mengalami perubahan
- Apakah kode produksi telah benar dan berhubungan atau sesuai
dengan batch produksi dan catatan produksi.
- Apakah hasil pengujian shelf-life yang telah dilakukan diikuti
- Apakah penanganan produk akhir mengalami perubahan
- Apakah petunjuk penggunaan bagi konsumen mengalami perubahan
12. Tahap 12/ Prinsip 7: Dokumentasi dan Rekaman yang Baik
HACCP memerlukan penetapan prosedur pencatatan yang efektif yang
mendokumentasikan sistem HACCP.
Ketentuan CODEX :
Pembuatan pencatatan yang efisien dan akurat sangat penting dalam
aplikasi sistem HACCP. Prosedur-prosedur HACCP harus didokumentasikan.
Dokumentasi dan cacatan harus cukup melingkupi sifat dan ukuran operasi di
lapangan.
Contoh-contoh dokumen :
1. Dokumen analisa bahaya
2. Dokumen penentuan CCP
3. Penentuan batas kritis
Contoh-contoh catatan :
1. Aktivitas monitoring CCP
2. Deviasi dan tindakan koreksi yang dilakukan
3. Modifikasi sistem HACCP
Pencatatan yang akurat terhadap apa yang terjadi merupakan bagian yang
sangat esensial untuk program HACCP yang sukses. Catatan harus meliputi semua
area yang sangat kritis bagi keamanan produk, dan harus dibuat pada saat
monitoring dilakukan. Catatan membuktikan bahwa batas-batas kritis telah
dipenuhi dan tindakan koreksi yang benar telah diambil pada saat batas kritis
terlampaui. Catatan merupakan bukti tertulis bahwa suatu kegiatan telah terjadi.
Formulir atau log sheet merupakan template dimana hasil kegiatan dicatat. Jadi
formulir yang telah dilengkapi merupakan catatan.
Keuntungan catatan adalah :
1. Menyediakan bukti dokumen bahwa sistem HACCP bekerja.
2. Menunjukkan kecenderungan bahwa perusahaan dapat mencegah masalah yang
dapat timbul (terutama jika dikombinasikan dengan alat kontrol proses secara
statistik).
3. Menolong untuk mengidentifikasi penyebab masalah
4. Memberikan dukungan bukti jika terjadi tuntutan hukum.
Semua catatan HACCP harus berisi informasi-informasi berikut :
1. Judul dan data kontrol dokumen
2. Tanggal catatan dibuat
3. Inisial orang yang melakukan pemeriksaan
4. Identifikasi produk (nama, kode batch, penggunaan sebelum tanggal dll).
5. Bahan dan peralatan yang digunakan
6. Batas kritis
7. Tindakan koreksi yang diambil dan oleh siap, dan
8. Tempat untk inisial dan data untuk orang yang mereview catatan
Catatan harus disimpan ditempat yang aman dan terlindung. Kemudahan akses
terhadap catatan memungkinkan internal dan eksternal verifikasi dapat lebih mudah
dan memudahkan para personel untuk dapat memecahkan masalah dan melihat
kecenderungan yang terjadi.
Jenis catatan HACCP yang dapat dijadikan bagian sistem HACCP adalah :
a. HACCP Plan dan Dokumen-dokumen pendukungnya
b. Catatan Monitoring
c. Catatan Tindakan Koreksi
d. Catatan Verifikasi
HACCP Plan dan Dokumen Pendukungnya
Dokumen pendukung meliputi :
1. Dokumentasi yang menyangkut 12 langkah HACCP Plan
2. Daftar Tim HACCP dan tanggung jawabnya
3. Suatu ringkasan tenang langkah-langkah pendahuluan yang diambil
dalam mengembangkan HACCP Plan
4. Program-program Prerequisit
Dokumen pendukung dapat pula meliputi : data yang cukup yang
digunakan menentukan batasan-batasan yang cukup untuk mencegah pertumbuhan
bakteri patogen; untuk menetapkan batas umur simpan yang aman (jika umur
simpan produk mempengaruhi keamanannya), dan penetapan perlakuan panas yang
cukup untuk menghancurkan semua bakteri patogen. Sebagai tambahan,
dokumen-dokumen pendukung juga dapat berupa surat-surat atau catata-catatan
hasil konsultasi dengan konsultan atau tenaga ahli lainnya.
Catatan Hasil Monitoring
Catatan monitoring HACCP akan menunjukkan apakah batas kritis
dilanggar atau tidak. Catatan ini harus merujuk pada serangkaian batas kritis yang
telah diset untuk tiap CCP. Contoh catatan monitoring CCP antara lain :
1. Catatan waktu dan suhu dari pemasak
2. Catatan suhu penyimpanan
3. Catatan hasil pengukuran Salometer
4. Catatan penutupan kaleng
Informasi hasil monitoring harus dibuat pada waktu kegiatan monitoring
tersebut dilakukan.
Catatan Tindakan Koreksi
Jika batas kritis dilampaui, dan terjadi tindakan koreksi, maka hal ini
harus dicatat. Catatan tindakan koreksi atau laporan, seharusnya berisi :
- Identifikasi produk
- Deskripsi produk
- Jumlah produk yang ditahan (on hold)
- Deskripsi penyimpangan
- Tindakan koreksi yang diambil, termasuk deskripsi akhir produk yang
terkena pengaruh.
- Nama individu yang bertanggung jawab terhadap tindakan koreksi.
- Hasil evaluasi, bila perlu
Catatan Hasil Verifikasi
Catatan verifikasi meliputi :
- Modifikasi HACCP Plan yang dihasilkan karena adanya perubahan bahan
baku, formulasi, proses, pengemasan dan distribusi.
- Varifikasi ketepatan dan kalibrasi semua peralatan monitoring
- Hasil pengujian berkala mikrobiologi
- Audit terhadap suplayer yang menunjukkan kesesuaiannya dengan jaminan
atau sertifikat.
Harus diusahakan dipelihara agar berada di atas suhu 75 – 760C agar bakteri
thermofilik dapat dibunuh dan dihambat pertumbuhannya.
d. Air untuk pengolahan makanan
Air yang digunakan sebaiknya memenuhi persyaratan air minum.
e. Air pendingin kaleng
Setelah proses sterilisasi berakhir, kalengnya harus segera didinginkan dengan air
pendingin kaleng yang mengandung disinfektan dalam dosis yang cukup. Biasanya
digunakan khlorinasi air sehingga residu khlorine 0,5 – 1,0 ppm.
f. Peralatan/mesin yang menangani produk akhir (post process handling equipment)
Pembersihan peralatan ini harus kering dan bersih untuk menjaga agar tidak terjadi
rekontaminasi.
Persyaratan GMP
GMP mempersyaratkan agar dilakukan pembersihan dan sanitasi dengan frekuensi yang
memadai terhadap seluruh permukaan mesin pengolah pangan baik yang berkontak
langsung dengan makanan maupun yang tidak. Mikroba membutuhkan air untuk
pertumbuhannya. Oleh karena itu persyaratan GMP : mengharuskan setiap permukaan
yang bersinggungan dengan makanan dan berada dalam kondisi basah harus
dikeringkan dan disanitasi. Peraturan GMP juga mempersyaratkan penggunaan zat
kimia yang cukup dalam dosis yang dianggap aman.
Tahap-Tahap Higiene dan Sanitasi
Prosedur untuk melaksanakan higiene dan sanitasi harus disesuaikan dengan jenis
dan tipe mesin/alat pengolah makanan. Stamdar yang digunakan adalah :
a. “Pre rinse” atau langkah awal, yaitu : menghilangkan tanah dan sisa makanan
dengan mengerok, membilas dengan air, menyedot kotoran dan sebagainya.
b. Pembersihan : menghilangkan tanah dengan cara mekanis atau mencuci dengan lebih
efektif.
c. Pembilasan: membilas tanah dengan pembersih seperti sabun/deterjen dari
permukaan
d. Pengecekan visual: memastikan dengan indera mata bahwa permukaan alat bersih.
e. Penggunaan disinfektan : untuk membunuh mikroba.
f. Pembersihan akhir : bila diperlukan untuk membilas cairan disinfektan yang
padat.
g. “Drain dry” atau pembilasan kering : disinfektan atau final rinse dikeringkan dari
alat-alat tanpa diseka/dilap. Cegah jangan sampai terjadi genangan air karena
genangan air merupakan tempat yang baik bagi pertumbuhan mikroba.
Sanitizer
Sanitasi adalah langkah pemberian sanitizer dalam kimia atau perlakuan fisik yang
dapat mereduksi populasi mikroba pada fasilitas dan peralatan pabrik. Sanitizer yang
digunakan dalam industri pangan dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu :
1. Panas
a. Uap air panas (steam) mengalir dengan suhu dan waktu tertentu : 770C selama
b. Untuk alat makan dan peralatan kecil (pisau dsb) 77 0C selama 2 menit, dan
Girindra A., (2005). Pengukir Sejarah Sertifikasi Halal: LP POM MUI, Jakarta.
Knechtges Paul, 2015. Keamanan Pangan Teori dan Praktek. Penerbit EGC. Jakarta.
Sudarmaji, (2005). Analisis Bahaya dan Pengendalian Titik Kritis (Hazard Analysis
Critical Control Point). Jurnal Kesehatan Lingkungan Vol. 1 No. 2 Januari 2005.
Winarno, F.G., dan Surono, (2002), GMP Cara Pengolahan Pangan Yang Baik,
Bogor : M-Brio Press.