Pembimbing:
dr. Junuda RAF, M.Kes, Sp.KJ
LATAR BELAKANG
PENDAHULUAN
Kecemasan adalah suatu keadaan aprehensi atau keadaan khawatir yang mengeluhkan bahwa sesuatu yang
buruk akan segera terjadi. Rasa cemas dapat datang dari internal maupun eksternal. Banyak hal yang harus
dicemaskan, misalnya kesehatan, relasi sosial, ujian, karir, kondisi lingkungan dan sebagainya. Kecemasan
dapat diukur dengan pengukuran tingkat kecemasan menurut alat ukur kecemasan yang disebut HARS
(Hamilton Anxiety Rating Scale). HARS terdiri dari 14 item pertanyaan untuk mengukur tanda adanya
kecemasan pada anak dan orang dewasa.
Kondisi lingkungan yang dapat menjadi faktor timbulnya kecemasan yaitu adanya
aktivitas pembangunan infrastruktur umum termasuk pembangunan jalan. Pembangunan
infrastruktur jalan menjadi salah satu prioritas utama dalam agenda pemerintah Indonesia
yang diatur dalam Rencana Lima Tahunan Direktorat Jenderal Perhubungan Darat
RUMUSAN Bagaimana gambaran kecemasan masyarakat di Desa Sorue Jaya Kecamatan Soropia
MASALAH mengenai proyek pembangunan jalan Kendari-Konawe?
TUJUAN Untuk mengetahui gambaran kecemasan masyarakat di Desa Sorue Jaya Kecamatan
PENELITIAN Soropia mengenai proyek pembangunan jalan Kendari-Konawe.
MANFAAT Mengetahui tingkat kecemasan masyarakat di Desa Sorue Jaya Kecamatan Soropia
PENELITIAN mengenai proyek pembangunan jalan Kendari-Konawe.
02 TINJAUAN PUSTAKA
Kesehatan Jiwa
Seseorang yang sehat mental menurut WHO mempunyai ciri sebagai berikut:
Istilah kecemasan dalam Bahasa Inggris yaitu anxiety yang berasal dari Bahasa Latin angustus yang memiliki arti kaku,
dan ango, anci yang berarti mencekik. Kecemasan berasal dari kata Latin anxius, yang berarti penyempitan atau
pencekikan. Kecemasan merupakan keadaan emosional negatif yang ditandai dengan adanya firasat dan somatik
ketegangan, seperti hati berdetak kencang, berkeringat, kesulitan bernapas.
KECEMASAN
Kecemasan dapat diukur dengan pengukuran tingkat kecemasan menurut alat ukur kecemasan yang disebut HARS (Hamilton
Anxiety Rating Scale) yang digunakan untuk mengukur semua tanda kecemasan baik psikis maupun somatik. HARS terdiri dari 14
item pertanyaan untuk mengukur tanda adanya kecemasan pada anak dan orang dewasa.
Dalam konteks pariwisata, peranan yang diemban oleh jaringan jalan adalah memberi kenyamanan dan kemudahan bagi
wisatawan untuk dapat mencapai berbagai objek dan pelayanan wisata atau aksesibilitas. Selain aksesibilitas, jaringan
jalan juga berperan dalam menjalin keterkaitan atau koneksi antar objek wisata maupun antara objek wisata dengan pusat
akomodasi wisatawan yang ada di pusat kegiatan. Dengan keberadaan jaringan jalan tersebut maka dapat tersusun suatu
koridor atau rute wisata yang mengintegrasikan antar objek wisata atau destinasi tujuan wisata dan juga dengan berbagai
kebutuhan akomodasi wisatawan.
Pembangunan Jalan Sebagai Infrastruktur Bahari Khusus
Industri Wisata
Obyek kunjungan wisata pantai Toronipa memiliki transportasi jalan yang kurang baik, beberapa bagian dan ruas jalan
berlobang-lobang dan jalan relatif sempit. Kondisi ini menyebabkan jika musim kemarau debu bertebaran yang dapat
mengganggu kesehatan dan kenyamanan pengunjung. Demikian juga jika musim penghujan, kondisi jalan becek dan
berbolong sehingga jarak dan waktu tempuh relatif lama.
Dengan dilaksanakannya jalan wisata Kendari-Toronipa (Konawe), yang merupakan era kebangkitan infrastruktur Sulawesi
Tenggara dan kebangggaan seluruh masyarakat Sulawesi Tenggara dengan total panjang jalan pariwisata yang dikerja
14,57 km. Dimana pelaksanaan tahap pertama yang dilakukan sepanjang 3,425 km, sedangkan tahap ke dua pengerjaan
11,145 km. Diharapkan akses jalan yang dibangun ini dapat memberikan manfaat besar kepada masyarakat serta dapat
meningkatkan aktivitas ekonomi, khususnya pariwisata. Selain itu kawaasan Toronipa dan sekitarnya telah ditetapkan
sebagai kawasan pariwisata daerah.
03
METODE PENELITIAN
02 Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari
01 Metode & Desain Penelitian
Penelitian dengan menggunakan metode 2021.
Jumlah kepala keluarga di Desa Sorue Jaya, Kecamatan Soropia, Kabupaten Konawe terdiri dari 222 KK dimana jumlah penduduk 812
jiwa yang terdiri dari laki-laki 423 jiwa dan perempuan berjumlah 389 jiwa.
Secara umum, suku yang ada di Desa Sorue Jaya terdiri atas suku Bugis dan Tolaki. Rata-rata masyarakat yang tinggal di Desa
Sorue dominan suku Tolaki.
Secara umum, tingkat pendidikan yang ada di Desa Sorue Jaya cukup beragam mulai dari masyarakat yang tidak pernah sekolah,
belum sekolah, tidak/tamatan SD, tamatan SD, tamatan SMP, tamatan SMA hingga yang melanjutkan ketingkat perguruan tinggi.
Rata-rata masyarakat di Desa Sorue Jaya memiliki tingkat pendidikan hingga tamatan SMA.
Secara umum mata pencaharian masyarakat di Desa Sorue Jaya terdiri atas PNS/ABRI, Tenaga Honorer, Wiraswasta, Nelayan dan
Petani. Rata-rata masyarakat di Desa Sorue Jaya bermata pencaharian sebagai Nelayan.
HASIL PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari 2021 di Desa Sorue Jaya, Kecamatan Soropia,
Kabupaten Konawe Selatan dengan jumlah responden sebanyak 50 orang. Data dari responden
penelitian diperoleh dari data primer dengan beberapa karakteristik yang dikelompokkan berdasarkan
jenis kelamin, usia, suku bangsa, pekerjaan, serta tingkat pendidikan terakhir. Data hasil penelitian ini
disajikan dalam bentuk tabel dan disertai narasi yang dianalisis secara univariat. Analisis univariat
digunakan untuk mendeskripsikan variabel untuk memperoleh gambaran karakteristik responden
menggunakan tabel distribusi frekuensi meliputi jenis kelamin, usia, suku bangsa, pekerjaan, serta
tingkat pendidikan terakhir, dan juga pembagian masing-masing karakteristik responden tersebut
berdasarkan tingkat kecemasan terhadap proyek pembagunan jalan Kendari - Konawe yang
berpatokan pada kuesioner HARS (Hamilton Anxiety Rating Scale).
Distribusi
No Karakteristik Responden
n %
1 Jenis Kelamin Laki – laki 12 24
Perempuan 38 76
2 Usia 20 – 30 tahun 2 4
31 – 40 tahun 12 24
41 – 50 tahun 10 20
51 – 60 tahun 14 28
>60 tahun 12 24
3 Suku Bugis 17 34
Tolaki 20 40
Muna 7 14
Bajo 2 4
Selayar 1 2
Buton 2 4
4
Pekerjaan
Torete
IRT
1
32
2
64 KARAKTERISTIK
RESPONDEN
Nelayan 7 14
Wiraswasta 5 10
PNS 3 6
Petani 1 2
Tidak bekerja 2 4
5 Pendidikan Terakhir Tidak sekolah 3 6
SD 17 34
SMP 14 28
SMA 13 26
S1 3 6
6 Tingkat Kecemasan Tidak ada kecemasan 20 40
Ringan 20 40
Sedang 7 14
Berat 3 6
TOTAL 50 100
Distribusi Tingkat Kecemasan terhadap Jenis Kelamin
Suku
Selayar Buton Torete
Tingkat
Kecemasan Bugis Tolaki Muna Bajo
n % n % n % N % n % n % n %
Tidak 0 0 0 0 0 0
cemas
6 12 11 22 2 4 1 2
Ringan 8 16 7 14 3 6 0 0 0 0 1 2 1 2
Sedang 2 4 1 2 2 4 0 0 1 2 1 2 0 0
Berat 1 2 1 2 0 0 1 2 0 0 0 0 0 0
Total 17 34 20 40 7 14 2 4 1 2 2 4 1 2
Berdasarkan tabel, dari 50 orang responden diperoleh hasil tingkat kecemasan kategori ringan
sampai berat terbanyak pada suku Tolaki yaitu sebanyak 20 orang (40%), lalu diikuti suku
Bugis sebanyak 17 orang (34%).
Distribusi Tingkat Kecemasan terhadap Pekerjaan
Pekerjaan
Tidak Wira Petani
Tingkat IRT Nelayan PNS
Kecemasan bekerja swasta
n % n % n % n % n % n %
Tidak ada
1 2 13 26 2 4 3 6 0 0 1 2
kecemasan
Ringan 1 2 12 24 4 8 2 4 1 2 0 0
Sedang 0 0 4 8 1 2 0 0 2 4 0 0
Berat 0 0 3 6 0 0 0 0 0 0 0 0
Total 2 4 32 64 7 14 5 10 3 6 1 2
Berdasarkan tabel, dari 50 orang responden diperoleh hasil tingkat kecemasan dari kategori
ringan sampai berat terbanyak pada ibu rumah tangga yaitu 32 orang (64%) dan pada
nelayan 7 orang (14%).
Distribusi Tingkat Kecemasan terhadap Pendidikan
Tingkat Pendidikan
Tingkat Tidak
SD SMP SMA S1
Kecemasan sekolah
Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat antara
N % tingkat kecemasan pasien yang berpendidikan dan
n % n % n % n %
0 0 kurang berpendidikan. Hal ini menunjukan bahwa
status pendidikan seseorang berpengaruh terhadap
Tidak ada
1 2 5 10 7 14 7 14 tingkat kecemasan yang dialami sebelum. Tingkat
kecemasan
pendidikan juga mempengaruhi kesadaran dan
1 2 pemahaman terhadap stimulus. Semakin tinggi
Ringan 0 0 8 16 6 12 5 10
pendidikan seseorang semakin tinggi pula kesadaran
Sedang 0 0 3 6 1 2 1 2 2 4 dan pemahaman terhadap stimulus.
Berat 2 4 1 2 0 0 0 0 0 0 Hasil penelitian ini sesuai dengan konsep yang
3 6 menyatakan bahwa tingkat pendidikan individu
Total 3 6 17 34 14 28 13 26
berpengaruh terhadap kemampuan berfikir. Semakin
tinggi tingkat pendidikan maka individu semakin
Berdasarkan tabel, dari 50 orang responden diperoleh hasil tingkat
mudah berfikir rasional dan menangkap informasi baru,
kecemasan dari kategori ringan sampai berat, paling banyak
ditemukan pada tingkat pendidikan SD sejumlah 17 orang (34%), sehingga semakin tinggi pendidikan seseorang semakin
diikuti oleh responden pada tingkat Pendidikan Sekolah Menengah tinggi pula pengetahuan seseorang.
Pertama dan Sekolah Menengah akhir sebanyak 14 orang (28%) dan 13
orang (26%).
05
KESIMPULAN SARAN
TERIMA KASIH!