Anda di halaman 1dari 30

GAMBARAN KECEMASAN MASYARAKAT DI DESA SORUE JAYA

KECAMATAN SOROPIA MENGENAI PROYEK PEMBANGUNAN


JALAN KENDARI-KONAWE

Ifah Suharwaty Zainuddin


K1A1 14 068

Pembimbing:
dr. Junuda RAF, M.Kes, Sp.KJ

KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN ILMU KEDOKTERAN JIWA


RUMAH SAKIT JIWA PROVINSI SULAWESI TENGGARA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HALU OLEO
01

LATAR BELAKANG
PENDAHULUAN

Kesehatan jiwa adalah kondisi dimana seorang indiviu dapat berkembang


secara fisik , mental, spiritual, dan sosial sehingga individu tersebut menyadari
kemampuan sendiri, dapat mengatasi tekanan, dapat bekerja secara produktif,
dan mampu memberikan kontribusi untuk komunitasnya.
PENDAHULUAN

Kecemasan adalah suatu keadaan aprehensi atau keadaan khawatir yang mengeluhkan bahwa sesuatu yang
buruk akan segera terjadi. Rasa cemas dapat datang dari internal maupun eksternal. Banyak hal yang harus
dicemaskan, misalnya kesehatan, relasi sosial, ujian, karir, kondisi lingkungan dan sebagainya. Kecemasan
dapat diukur dengan pengukuran tingkat kecemasan menurut alat ukur kecemasan yang disebut HARS
(Hamilton Anxiety Rating Scale). HARS terdiri dari 14 item pertanyaan untuk mengukur tanda adanya
kecemasan pada anak dan orang dewasa.

Kondisi lingkungan yang dapat menjadi faktor timbulnya kecemasan yaitu adanya
aktivitas pembangunan infrastruktur umum termasuk pembangunan jalan. Pembangunan
infrastruktur jalan menjadi salah satu prioritas utama dalam agenda pemerintah Indonesia
yang diatur dalam Rencana Lima Tahunan Direktorat Jenderal Perhubungan Darat
RUMUSAN Bagaimana gambaran kecemasan masyarakat di Desa Sorue Jaya Kecamatan Soropia
MASALAH mengenai proyek pembangunan jalan Kendari-Konawe?

TUJUAN Untuk mengetahui gambaran kecemasan masyarakat di Desa Sorue Jaya Kecamatan
PENELITIAN Soropia mengenai proyek pembangunan jalan Kendari-Konawe.

MANFAAT Mengetahui tingkat kecemasan masyarakat di Desa Sorue Jaya Kecamatan Soropia
PENELITIAN mengenai proyek pembangunan jalan Kendari-Konawe.
02 TINJAUAN PUSTAKA
Kesehatan Jiwa
Seseorang yang sehat mental menurut WHO mempunyai ciri sebagai berikut:

1. Menyesuaikan diri secara konstruktif pada kenyataan


2. Memperoleh kepuasan dari usahanya
3. Merasa lebih puas memberi daripada menerima
4. Saling tolong menolong dan saling memuaskan
5. Menerima kekecewaan untuk pelajaran yang akan datang
6. Mengarahkan rasa bermusuhan pada penyelesaian yang kreatif dan konstruktif
7. Mempunyai kasih sayang

Menurut World Health Organization (2017) pada umumnya gangguan mental


yang terjadi adalah gangguan kecemasan dan gangguan depresi.
KECEMASAN

Istilah kecemasan dalam Bahasa Inggris yaitu anxiety yang berasal dari Bahasa Latin angustus yang memiliki arti kaku,
dan ango, anci yang berarti mencekik. Kecemasan berasal dari kata Latin anxius, yang berarti penyempitan atau
pencekikan. Kecemasan merupakan keadaan emosional negatif yang ditandai dengan adanya firasat dan somatik
ketegangan, seperti hati berdetak kencang, berkeringat, kesulitan bernapas.
KECEMASAN

Kecemasan dapat dibagi dalam tiga aspek, yaitu:


● Aspek fisik, seperti pusing, sakit kepala, tangan mengeluarkan keringat, menimbulkan rasa mual pada perut, mulut kering,
grogi, dan lain-lain.
● Aspek emosional, seperti timbulnya rasa panik dan rasa takut.
● Aspek mental atau kognitif, timbulnya gangguan terhadap perhatian dan memori, rasa khawatir, ketidakteraturan dalam
berpikir, dan bingung.

Dua faktor yang dapat menimbulkan kecemasan, yaitu:


● Pengalaman Negatif pada Masa Lalu
● Pikiran yang Tidak Rasional
KECEMASAN

Kecemasan dapat diukur dengan pengukuran tingkat kecemasan menurut alat ukur kecemasan yang disebut HARS (Hamilton
Anxiety Rating Scale) yang digunakan untuk mengukur semua tanda kecemasan baik psikis maupun somatik. HARS terdiri dari 14
item pertanyaan untuk mengukur tanda adanya kecemasan pada anak dan orang dewasa.

Cara penilaian kecemasan adalah dengan


memberikan nilai dengan kategori:
Penentuan derajat kecemasan dengan cara
0= tidak ada gejala sama sekali
menjumlahkan skor 1-14 dengan hasil:
1 = satu gejala yang ada
Skor kurang dari 14 = tidak ada kecemasan
2 = sedang/separuh gejala yang ada
Skor 14-20 = kecemasan ringan
3 = berat/ lebih dari separuh gejala yang ada
Skor 21-27 = kecemasan sedang
4 = sangat berat semua gejala ada
Skor 28-41 = kecemasan berat
Skor 42-52 = kecemasaan berat sekali
Pembangunan Jalan Sebagai Infrastruktur Bahari Khusus
Industri Wisata

Dalam konteks pariwisata, peranan yang diemban oleh jaringan jalan adalah memberi kenyamanan dan kemudahan bagi
wisatawan untuk dapat mencapai berbagai objek dan pelayanan wisata atau aksesibilitas. Selain aksesibilitas, jaringan
jalan juga berperan dalam menjalin keterkaitan atau koneksi antar objek wisata maupun antara objek wisata dengan pusat
akomodasi wisatawan yang ada di pusat kegiatan. Dengan keberadaan jaringan jalan tersebut maka dapat tersusun suatu
koridor atau rute wisata yang mengintegrasikan antar objek wisata atau destinasi tujuan wisata dan juga dengan berbagai
kebutuhan akomodasi wisatawan.
Pembangunan Jalan Sebagai Infrastruktur Bahari Khusus
Industri Wisata

Obyek kunjungan wisata pantai Toronipa memiliki transportasi jalan yang kurang baik, beberapa bagian dan ruas jalan
berlobang-lobang dan jalan relatif sempit. Kondisi ini menyebabkan jika musim kemarau debu bertebaran yang dapat
mengganggu kesehatan dan kenyamanan pengunjung. Demikian juga jika musim penghujan, kondisi jalan becek dan
berbolong sehingga jarak dan waktu tempuh relatif lama.

Dengan dilaksanakannya jalan wisata Kendari-Toronipa (Konawe), yang merupakan era kebangkitan infrastruktur Sulawesi
Tenggara dan kebangggaan seluruh masyarakat Sulawesi Tenggara dengan total panjang jalan pariwisata yang dikerja
14,57 km. Dimana pelaksanaan tahap pertama yang dilakukan sepanjang 3,425 km, sedangkan tahap ke dua pengerjaan
11,145 km. Diharapkan akses jalan yang dibangun ini dapat memberikan manfaat besar kepada masyarakat serta dapat
meningkatkan aktivitas ekonomi, khususnya pariwisata. Selain itu kawaasan Toronipa dan sekitarnya telah ditetapkan
sebagai kawasan pariwisata daerah.
03

METODE PENELITIAN
02 Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari
01 Metode & Desain Penelitian
Penelitian dengan menggunakan metode 2021.

deskriptif analitik yang berfungsi untuk


Prosedur pengambilan data
mendeskripsikan data atau sampel yang telah 04
terkumpul sebagaimana adanya tanpa melakukan Sumber data yang dipakai dalam penelitian ini
analisis dan membuat kesimpulan yang berlaku adalah data primer yang diperoleh dari pengisian
untuk umum. kuesioner yang menggunakan Hamilton Rating
Scale For Anxiety (HARS) untuk menilai
Tempat Penelitian
kecemasan. Pengambilan sampel menggunakan
03 random sampling yaitu berjumlah 50 orang.
Di Desa Sorue Jaya, Kecamatan Soropia,
Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara.
04 HASIL DAN PEMBAHASAN
KONDISI GEOGRAFIS
Kecamatan Soropia

Secara astronomis, Kecamatan Soropia terletak di 3o54’577”


Lintang Selatan, serta 122o39’608” Bujur Timur. Berdasarkan
posisi geografisnya, Kecamatan Soropia memiliki batas-batas
yaitu:
• Sebelah Utara berbatasan dengan Laut Banda
• Sebelah Timur berbatasan dengan Konawe Kepulauan
• Sebelah Selatan berbatasan dengan Kota Kendari
• Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan
Lalonggasumeeto
Jumlah
  Desa/Kelurahan Luas Total
Dusun Lingkungan
(km2)
1 Waworaha 2,74 3 - 3
2 Soropia 5,49 3 - 3
3 Sawapudo 2,74 3 - 3
4 Atowatu 16,00 3 - 3 Luas wilayah Kecamatan Soropia 62,73 Km2
5 Toronipa 10,00 - 4 4
6 Bokori 4,11 3 - 3 atau 0,92% dari luas daratan Kabupaten
7 Mekar 2,61 3 - 3 Konawe. Desa dengan wilayah terluas adalah
8 Bajo Indah 0,86 3 - 3 Desa Atowatu dengan luas 16 Km2 atau 26%
9 Tapulaga 5,49 3 - 3 dari luas Kecamatan Soropia. Sedangkan desa
10 Sorue Jaya 4,74 3 - 3
dengan luas wilayah terkecil adalah Desa
11 Saponda 4,00 3 - 3
12 Telaga Biru 1,44 3 - 3
Leppe dengan luas 0,51 km2.
13 Bajoe 1,50 3 - 3
14 Leppe 0,51 3 - 3
15 Saponda Laut 2,5 3 - -
  Jumlah 62.73 42 4 43
Sumber : Data luas wilayah dan penduduk Kecamatan Soropia 2017
Jumlah Penduduk
  Desa/Kelurahan
Laki-laki Perempuan Total

1 Waworaha 221 240 461


2 Soropia 284 246 530
3 Sawapudo 305 301 606
4 Atowatu 246 251 497
5 Toronipa 389 392 781
6 Bokori 131 189 320
7 Mekar 414 413 827 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Rasio
8 Bajo Indah 349 331 680 Jenis Kelamin Tiap Desa/Kelurahan Tahun 2017
9 Tapulaga 175 173 348
10 Sorue Jaya 390 377 767
11 Saponda 383 359 742
12 Telaga Biru 245 244 489
13 Bajoe 235 222 457
14 Leppe 299 261 560
15 Saponda Laut 413 399 812
  Jumlah 4.479 4.335 8.877
Desa Sorue Jaya

Luas wilayah Desa Sorue Jaya 468 Ha/m2.


Batas Wilayah Desa Sorue Jaya disebelah utara
oleh Hutan Nipa-nipa, disebelah selatan oleh
Teluk Kendari, disebelah Timur oleh Desa
Tapulaga, disebelah Barat oleh kelurahan
Purirano.
Kondisi Demografis dan Kependudukan

Jumlah kepala keluarga di Desa Sorue Jaya, Kecamatan Soropia, Kabupaten Konawe terdiri dari 222 KK dimana jumlah penduduk 812
jiwa yang terdiri dari laki-laki 423 jiwa dan perempuan berjumlah 389 jiwa.

Secara umum, suku yang ada di Desa Sorue Jaya terdiri atas suku Bugis dan Tolaki. Rata-rata masyarakat yang tinggal di Desa
Sorue dominan suku Tolaki.

Secara umum, tingkat pendidikan yang ada di Desa Sorue Jaya cukup beragam mulai dari masyarakat yang tidak pernah sekolah,
belum sekolah, tidak/tamatan SD, tamatan SD, tamatan SMP, tamatan SMA hingga yang melanjutkan ketingkat perguruan tinggi.
Rata-rata masyarakat di Desa Sorue Jaya memiliki tingkat pendidikan hingga tamatan SMA.

Secara umum mata pencaharian masyarakat di Desa Sorue Jaya terdiri atas PNS/ABRI, Tenaga Honorer, Wiraswasta, Nelayan dan
Petani. Rata-rata masyarakat di Desa Sorue Jaya bermata pencaharian sebagai Nelayan.
HASIL PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari 2021 di Desa Sorue Jaya, Kecamatan Soropia,
Kabupaten Konawe Selatan dengan jumlah responden sebanyak 50 orang. Data dari responden
penelitian diperoleh dari data primer dengan beberapa karakteristik yang dikelompokkan berdasarkan
jenis kelamin, usia, suku bangsa, pekerjaan, serta tingkat pendidikan terakhir. Data hasil penelitian ini
disajikan dalam bentuk tabel dan disertai narasi yang dianalisis secara univariat. Analisis univariat
digunakan untuk mendeskripsikan variabel untuk memperoleh gambaran karakteristik responden
menggunakan tabel distribusi frekuensi meliputi jenis kelamin, usia, suku bangsa, pekerjaan, serta
tingkat pendidikan terakhir, dan juga pembagian masing-masing karakteristik responden tersebut
berdasarkan tingkat kecemasan terhadap proyek pembagunan jalan Kendari - Konawe yang
berpatokan pada kuesioner HARS (Hamilton Anxiety Rating Scale).
Distribusi
No Karakteristik Responden
n %
1 Jenis Kelamin Laki – laki 12 24
    Perempuan 38 76
2 Usia 20 – 30 tahun 2 4
    31 – 40 tahun 12 24
    41 – 50 tahun 10 20
    51 – 60 tahun 14 28
    >60 tahun 12 24
3 Suku Bugis 17 34
    Tolaki 20 40
    Muna 7 14
    Bajo 2 4
    Selayar 1 2
    Buton 2 4
 
4
 
Pekerjaan
Torete
IRT
1
32
2
64 KARAKTERISTIK
RESPONDEN
    Nelayan 7 14
    Wiraswasta 5 10
    PNS 3 6
    Petani 1 2
    Tidak bekerja 2 4
5 Pendidikan Terakhir Tidak sekolah 3 6

    SD 17 34
    SMP 14 28
    SMA 13 26
    S1 3 6
6 Tingkat Kecemasan Tidak ada kecemasan 20 40

    Ringan 20 40
    Sedang 7 14
    Berat 3 6
TOTAL 50 100
Distribusi Tingkat Kecemasan terhadap Jenis Kelamin

Didapatkan hasil bahwa responden dengan jenis


kelamin perempuan lebih banyak mengalami
Jenis Kelamin kecemasan 38 orang (76%) di banding dengan
jenis kelamin laki-laki, yaitu sebanyak 12 orang
Tingkat Kecemasan Laki - laki Perempuan
(24%).
n % n %
Tidak ada kecemasan 5 10 15 30 Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan
Ringan 5 10 15 30 oleh Ainunnisa (2020) didapatkan bahwa pada
penelitian yang telah dilakukan mayoritas laki-laki
Sedang 2 4 5 10
mengalami cemas ringan dan sebagian besar
Berat 0 0 3 6 perempuan mengalami cemas sedang. Hal ini
Total 12 24 38 76 dikarenakan wanita dianggap lebih sensitif dan
menggunakan perasaannya sedangkan laki-laki
dianggap memiliki mental yang kuat dalam
meghadapi respon yang berbahaya. Hal ini juga
didukung oleh penelitian Erawan (2013), didapatkan
hasil bahwa perempuan lebih banyak mengalami
kecemasan dibandingkan dengan laki-laki.Laki-laki
dewasa dianggap mempunyai mental yang kuat
terhadap sesuatu yang dianggap mengancam bagi
dirinya dibandingkan perempuan.
Distribusi Tingkat Kecemasan terhadap Usia

Usia (tahun) Berdasarkan tabel, tingkat kecemasan paling


Tingkat 20 – 30 31 - 40 41 – 50 51 - 60 >60 banyak ditemukan pada rentang usia 51-60
Kecemasan
n % n % n % n % n % tahun yaitu sebanyak 14 orang (28%), kemudian
Tidak ada 2 4 4 8 4 8 6 12 4 8 pada rentang usia >60 tahun dan 31-40 tahun
1 sebanyak 10 orang (20%), dan rentang usia dengan
Ringan 0 0 4 8 4 8 6 12 6 tingkat kecemasan paling sedikit yaitu pada rentang
2
Sedang 0 0 3 6 2 4 1 2 1 2 usia 20-30 tahun, 2 orang (4%). Hal ini didukung
Berat 0 0 1 2 0 0 1 2 1 2 oleh pejelasan bahwa usia dan pengalaman menjadi
2
Total 2 4 12 24 10 20 14 28 12 faktor yang paling berpengaruh terhadap
4
kecemasan, dimana semakin bertambahnya usia,
seseorang cenderung lebih dewasa menghadap
masalah.
Distribusi Tingkat Kecemasan terhadap Suku

Suku
Selayar Buton Torete
Tingkat
Kecemasan Bugis Tolaki Muna Bajo

n % n % n % N % n % n % n %
Tidak 0 0 0 0 0 0
cemas
6 12 11 22 2 4 1 2

Ringan 8 16 7 14 3 6 0 0 0 0 1 2 1 2
Sedang 2 4 1 2 2 4 0 0 1 2 1 2 0 0
Berat 1 2 1 2 0 0 1 2 0 0 0 0 0 0
Total 17 34 20 40 7 14 2 4 1 2 2 4 1 2

Berdasarkan tabel, dari 50 orang responden diperoleh hasil tingkat kecemasan kategori ringan
sampai berat terbanyak pada suku Tolaki yaitu sebanyak 20 orang (40%), lalu diikuti suku
Bugis sebanyak 17 orang (34%).
Distribusi Tingkat Kecemasan terhadap Pekerjaan

Pekerjaan
Tidak Wira Petani
Tingkat IRT Nelayan PNS
Kecemasan bekerja swasta

n % n % n % n % n % n %

Tidak ada
1 2 13 26 2 4 3 6 0 0 1 2
kecemasan

Ringan 1 2 12 24 4 8 2 4 1 2 0 0
Sedang 0 0 4 8 1 2 0 0 2 4 0 0
Berat 0 0 3 6 0 0 0 0 0 0 0 0
Total 2 4 32 64 7 14 5 10 3 6 1 2

Berdasarkan tabel, dari 50 orang responden diperoleh hasil tingkat kecemasan dari kategori
ringan sampai berat terbanyak pada ibu rumah tangga yaitu 32 orang (64%) dan pada
nelayan 7 orang (14%).
Distribusi Tingkat Kecemasan terhadap Pendidikan
Tingkat Pendidikan

Tingkat Tidak
SD SMP SMA S1
Kecemasan sekolah
Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat antara
N % tingkat kecemasan pasien yang berpendidikan dan
n % n % n % n %
0 0 kurang berpendidikan. Hal ini menunjukan bahwa
status pendidikan seseorang berpengaruh terhadap
Tidak ada
1 2 5 10 7 14 7 14 tingkat kecemasan yang dialami sebelum. Tingkat
kecemasan
pendidikan juga mempengaruhi kesadaran dan
1 2 pemahaman terhadap stimulus. Semakin tinggi
Ringan 0 0 8 16 6 12 5 10
pendidikan seseorang semakin tinggi pula kesadaran
Sedang 0 0 3 6 1 2 1 2 2 4 dan pemahaman terhadap stimulus.
Berat 2 4 1 2 0 0 0 0 0 0 Hasil penelitian ini sesuai dengan konsep yang
3 6 menyatakan bahwa tingkat pendidikan individu
Total 3 6 17 34 14 28 13 26
berpengaruh terhadap kemampuan berfikir. Semakin
tinggi tingkat pendidikan maka individu semakin
Berdasarkan tabel, dari 50 orang responden diperoleh hasil tingkat
mudah berfikir rasional dan menangkap informasi baru,
kecemasan dari kategori ringan sampai berat, paling banyak
ditemukan pada tingkat pendidikan SD sejumlah 17 orang (34%), sehingga semakin tinggi pendidikan seseorang semakin
diikuti oleh responden pada tingkat Pendidikan Sekolah Menengah tinggi pula pengetahuan seseorang.
Pertama dan Sekolah Menengah akhir sebanyak 14 orang (28%) dan 13
orang (26%).
05

KESIMPULAN & SARAN


Berdasarkan penelitian ini dapat disimpulkan
bahwa gambaran tingkat kecemasan masyarakat di
desa Sorue Jaya Kecamatan Soropia mengenai 1. Perlu memperbanyak sampel penelitian agar
proyek pembangunan jalan Kendari-Konawe sampel yang diperoleh lebih beragam.
didapatkan bahwa perempuan memiliki tingkat 2. Perlu persiapan yang lebih matang dan sumber
kecemasan tertinggi dibanding laki- laki, dimana daya yang lebih banyak agar informasi yang
rata- rata tingkat kecemasan tertinggi terjadi pada didapatkan saat penelitian lebih akurat.
rentang usia 51-60 tahun. Suku Tolaki memiliki 3. Perlu dilakukan evaluasi tingkat kecemasan dan
tingkat kecemasan tertinggi dibanding suku lain, tingkat kesehatan jiwa terhadap responden secara
dengan rata- rata kecemasan tertinggi dialami oleh keseluruhan mengingat pentingnya mewujudkan
responden sebagai Ibu Rumah Tangga (IRT). derajat kesehatan yang optimal.
Berdasarkan tingkat pendidikan kecemasan
tertinggi dialami oleh repsonden dengan status
pendidikan lulusan Sekolah Dasar.

KESIMPULAN SARAN
TERIMA KASIH!

Anda mungkin juga menyukai