PENYUSUN:
Ifah Suharwaty Zainuddin, S.Ked
K1A1 14 068
PEMBIMBING:
dr. Junuda RAF, M.Kes, Sp.KJ
Kendari-Konawe
Fakultas : Kedokteran
Konawe” dalam rangka kepaniteraan klinik pada Bagian Ilmu Kesehatan Jiwa
Mengetahui,
Pembimbing
A. Latar Belakang
gejala dan atau perubahan perilaku yang bermakna, serta dapat menimbulkan
Kecemasan adalah perasaan takut yang tidak jelas dan tidak didukung
oleh situasi. Ketika merasa cemas, individu merasa tidak nyaman atau takut
bahwa sesuatu yang buruk akan segera terjadi. Rasa cemas dapat datang dari
Anxiety Rating Scale). HARS terdiri dari 14 item pertanyaan untuk mengukur
wilayah dan kota agar sektor publik maupun sektor privat bisa berjalan
kemajuan baik secara sosial maupun material masyarakat itu sendiri. Obyek
sempit. Kondisi ini menyebabkan jika musim kemarau debu bertebaran yang
melewati sebagian perumahan warga dan akses untuk melaut bagi para
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kesehatan Jiwa
berikut:6
konstruktif
mental yang terjadi adalah gangguan kecemasan dan gangguan depresi. Hasil
analisis dari WHO sekitar 450 juta orang menderita gangguan jiwa termasuk
tekanan yang berat dalam peristiwa hidup. Stres berasal dari lingkungan atau
B. Gangguan Cemas
Istilah kecemasan dalam Bahasa Inggris yaitu anxiety yang berasal dari
Bahasa Latin angustus yang memiliki arti kaku, dan ango, anci yang berarti
objeknya dan tidak jelas pula alasannya. Dari berbagai pengertian kecemasan
kondisi emosi dengan timbulnya rasa tidak nyaman pada diri seseorang, dan
jelas.
yaitu:8
Sebab utama dari timbulnya rasa cemas kembali pada masa kanak-
memberikan inspirasi.
c) Persetujuan
menimbulkan rasa mual pada perut, mulut kering, grogi, dan lain-lain.
menurut alat ukur kecemasan yang disebut HARS (Hamilton Anxiety Rating
Scale). Skala HARS pertama kali digunakan pada tahun 1959, yang
diperkenalkan oleh Max Hamilton dan sekarang telah menjadi standar dalam
melakukan pengukuran kecemasan pada penelitian trial clinic yaitu 0,93 dan
menggunakan skala HARS akan diperoleh hasil yang valid dan reliable.4
oleh Max Hamilton pada tahun 1956, untuk mengukur semua tanda
pertanyaan untuk mengukur tanda adanya kecemasan pada anak dan orang
dewasa.4
tersinggung.
2. Ketegangan: merasa tegang, gelisah, gemetar, mudah menangis, dan lesu,
sendiri, pada binatang besar, pada keramain lalu lintas, dan pada
4. Gangguan tidur: sukar memulai tidur, terbangun pada malam hari, tidur
7. Gejala somatik: sakit dan nyeri otot, kaku, kedutan otot, gigi gemerutuk,
perasaan lesu lemas seperti mau pingsan, dan detak jantung hilang
sekejap.
12. Gejala urogenital : sering kencing, tidak dapat menahan air seni,
impotensi.
13. Gejala otonom: mulut kering, muka merah, mudah berkeringat, pusing,
14. Perilaku sewaktu wawancara: gelisah, tidak tenang, jari gemetar, kerut
kening, muka tegang, tonus otot meningkat, napas pendek cepat, dan
muka merah.
kategori:9
dengan hasil:9
Wisata
koneksi antar objek wisata maupun antara objek wisata dengan pusat
jaringan jalan tersebut maka dapat tersusun suatu koridor atau rute wisata
yang mengintegrasikan antar objek wisata atau destinasi tujuan wisata dan
laut yang cukup berlimpah. Pada wilayah pesisir, sektor perikanan mejadi
yang kurang baik, beberapa bagian dan ruas jalan berlobang-lobang dan jalan
relatif sempit. Kondisi ini menyebabkan jika musim kemarau debu bertebaran
juga jika musim penghujan, kondisi jalan becek dan berbolong sehingga jarak
Taipa Kabupaten Konawe Utara dengan jarak tempuh kurang lebih 70-90
jalan pariwisata yang dikerja 14,57 km. Dimana pelaksanaan tahap pertama
11,145 km. Diharapkan akses jalan yang dibangun ini dapat memberikan
jelas agar semua potensi yang dimiliki suatu daerah tujuan wisata dapat
Langkah pertama dimulai dari inisialisai dan komitmen kuat dari pemerintah
masyarakat lokal, baik sebagai penyedia jasa maupun sebagai pengguna jasa
objek dan daya tarik wisata, memupuk rasa cinta tanah air dan bangsa,
termarginalisasi.18
sekitar tempat pariwisata. Dapat juga terjadi abrasi akibat adanya pembabatan
hutan bakau, kerusakan terumbu karang, dan pembangunan di sempadan
itu, buruknya lingkungan wisata diakibatkan oleh wisatawan yang datang dan
Sumber data yang dipakai dalam penelitian ini adalah data primer.
A. Kecamatan Soropia19
1. Kondisi Geografis
Atowatu dengan luas 16 Km2 atau 26% dari luas Kecamatan Soropia.
Sedangkan desa dengan luas wilayah terkecil adalah Desa Leppe dengan
Jumlah
Desa/Kelurahan Luas Total
Dusun Lingkungan
(km2)
1 Waworaha 2,74 3 - 3
2 Soropia 5,49 3 - 3
3 Sawapudo 2,74 3 - 3
4 Atowatu 16,00 3 - 3
5 Toronipa 10,00 - 4 4
6 Bokori 4,11 3 - 3
7 Mekar 2,61 3 - 3
8 Bajo Indah 0,86 3 - 3
9 Tapulaga 5,49 3 - 3
10 Sorue Jaya 2,74 3 - 3
11 Saponda 4,00 3 - 3
12 Telaga Biru 1,44 3 - 3
13 Bajoe 1,50 3 - 3
14 Leppe 0,51 3 - 3
15 Saponda Laut 2,5 3 - -
Jumlah 62.73 42 4 43
Sumber: Kantor Kecamatan Soropia
2. Kondisi Demografis
Republik Indonesia selama 6 bulan atau lebih dan atau mereka yang
penduduk.
1961, 1971, 1980, 1990, 2000 dan 2010. Selain Sensus Penduduk, untuk
telah dilakukan sebanyak empat kali, tahun 1976, 1985, 1995 dan terakhir
yang dipakai dalam sensus penduduk adalah kombinasi antara de jure dan
de facto. Bagi penduduk yang bertempat tinggal tetap dipakai cara de jure,
luar wilayah lebih dari enam bulan, tidak dicacah di tempat tinggalnya.
tersebut.
1. Kondisi Geografis
Luas wilayah Desa Sorue Jaya 498 Ha/m2. Batas Wilayah Desa Sorue
Jaya disebelah utara oleh Hutan Nipa-nipa, disebelah selatan oleh Teluk
kelurahan Purirano.
Kabupaten Konawe terdiri dari 222 KK dimana jumlah penduduk 812 jiwa
yang terdiri dari laki-laki 423 jiwa dan perempuan berjumlah 389 jiwa.
Secara umum, suku yang ada di Desa Sorue Jaya terdiri atas suku
beragam mulai dari masyarakat yang tidak pernah sekolah, belum sekolah,
tidak/tamatan SD, tamatan SD, tamatan SMP, tamatan SMA hingga yang
3. Mata Pencaharian
C. Hasil Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari 2021 di Desa Sorue Jaya,
sebanyak 50 orang. Data dari responden penelitian diperoleh dari data primer
kelamin, usia, suku bangsa, pekerjaan, serta tingkat pendidikan terakhir. Data
hasil penelitian ini disajikan dalam bentuk tabel dan disertai narasi yang
usia, suku bangsa, pekerjaan, serta tingkat pendidikan terakhir, dan juga
akan dilaksanakan, walaupun ada juga beberapa warga yang masih sempat
takut akan kegiatan yang akan dilaksanakan, namun hal itu dapat peneliti
informasi yang lebih jelas terkait pemeriksaan yang akan dilakukan, sehingga
dapat mengurangi rasa takut masyarakat. Hal lain yang menjadi kendala
atasi dengan menjelaskan secara rinci tentang item kegiatan yang akan
penelitian.
1. Karakteristik Responden
Distribusi
No Karakteristik Responden
n %
1 Jenis Kelamin Laki – laki 12 24
Perempuan 38 76
2 Usia 20 – 30 tahun 2 4
31 – 40 tahun 12 24
41 – 50 tahun 10 20
51 – 60 tahun 14 28
>60 tahun 12 24
3 Suku Bugis 17 34
Tolaki 20 40
Muna 7 14
Bajo 2 4
Selayar 1 2
Buton 2 4
Trete 1 2
4 Pekerjaan IRT 32 64
Nelayan 7 14
Wiraswasta 5 10
PNS 3 6
Petani 1 2
Tidak bekerja 2 4
5 Pendidikan Terakhir Tidak sekolah 3 6
SD 17 34
SMP 14 28
SMA 13 26
S1 3 6
6 Tingkat Kecemasan Tidak ada kecemasan 20 40
Ringan 20 40
Sedang 7 14
Berat 3 6
TOTAL 50 100
Sumber : Data Primer
hasil yaitu sebanyak 8 suku bangsa, yang terdiri dari suku Bugis 17 orang
(34%), Tolaki 20 orang (40%), Muna 7 orang (14%), Bajo 2 orang (4%),
orang (6%) merupakan seorang PNS, petani 1 orang (2%), dan yang tidak
Jenis Kelamin
kecemasan sedang ditemukan 2 orang (4%) pada laki – laki dan 5 orang
koresponden laki-laki.
Usia
Tabel 7. Distribusi Tingkat Kecemasan terhadap Usia
Usia (tahun)
Tingkat
20 – 30 31 - 40 41 – 50 51 - 60 >60
Kecemasan
n % n % n % n % n %
Tidak ada 2 4 4 8 4 8 6 12 4 8
1
Ringan 0 0 4 8 4 8 6 12 6
2
Sedang 0 0 3 6 2 4 1 2 1 2
Berat 0 0 1 2 0 0 1 2 1 2
2
Total 2 4 12 24 10 20 14 28 12
4
Sumber : Data Primer
berat, selain ditemukan pada rentang usia 31–40 tahun , 51-60 tahun
ringan ditemukan paling banyak pada suku bugis yaitu 8 orang (16%)
Pekerjaan
orang (26%) untuk tingkat kecemasan sedang dan berat juga ditemukan
tangga yaitu 4 orang (8%) untuk tingkat kecemasan sedang dan 3 orang
Tingkat Pendidikan
D. Pembahasan
kecemasan, yaitu tidak cemas, cemas ringan, cemas sedang, cemas berat dan
panik.
banding dengan jenis kelamin laki-laki, yaitu sebanyak 12 orang (24%). Hal
sedang. Hal ini dikarenakan wanita dianggap lebih sensitif dan menggunakan
meghadapi respon yang berbahaya. Hal ini juga didukung oleh penelitian
rentang usia 51-60 tahun yaitu sebanyak 14 orang (28%), kemudian pada
rentang usia >60 tahun dan 31-40 tahun sebanyak 10 orang (20%), dan
rentang usia dengan tingkat kecemasan paling sedikit yaitu pada rentang usia
20-30 tahun, 2 orang (4%). Hal ini didukung oleh pejelasan bahwa usia dan
menghadap masalah.20
Berdasarkan tabel 8, dari 50 orang responden diperoleh hasil tingkat
kecemasan dari kategori ringan sampai berat terbanyak pada suku Tolaki
yaitu sebanyak 20 orang (40%), lalu diikuti suku Bugis sebanyak 16 orang
(32%).
kecemasan dari kategori ringan sampai berat terbanyak pada ibu rumah
kecemasan dari kategori ringan sampai berat, paling banyak ditemukan pada
A. Kesimpulan
dimana rata- rata tingkat kecemasan tertinggi terjadi pada rentang usia 51-
suku lain, dengan rata- rata kecemasan tertinggi dialami oleh responden
B. Saran
lebih beragam.
2. Perlu persiapan yang lebih matang dan sumber daya yang lebih banyak
Muhammadiyah Jember.
6. Azizah L.M., Imam Z., Amar A. 2016. Buku Ajar Keperawatan Kesehatan
8. Annisa, D.F., Ifdil. 2016. Konsep Kecemasan (Anxiety) pada Lanjut Usia
KomputerVol.5(2):278-279
10. Anggraini,Y., Domai,T., Said, A. Implementasi Program Pengembangan
11. Prapti, L., Edy S, Dian T. 2015. Analisis Dampak Pembangunan Infrastruktur
12. Asjhari, A., Widyo N.S., Difa K. Pengembangan Infrastruktur Jaringan Jalan
13. Wiranto, T. 2004. Pembangunan Wilayah Pesisir Dan Laut Dalam Kerangka
Tenggara. 2019;15(2).
15. Tim Redaksi. Muluskan Pengerjaan Akses Jalan Wisata, Pemprov Sultra dan
pengerjaan-akses-jalan-wisata-pemprov-sultra-dan-pt-pp-teken-kontrak-
pembangunan-jalan-toronipa-kendari-tahap-ii/)
Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Universitas Maritim Raja Ali Haji:
Tanjungpinang.
18. Ferdian, K.J., dkk. 2019. Dampak Ekowisata Bahari Dalam Perspektif
484.
19. Badan Pusat Statistik Kabupaten Konawe. 2018. Kecamatan Soropia dalam
Angka 2018.
Kesehatan. 2017;5(1).
8(1):111.
Kesehatan. 2017;5(1).
Lampiran 1. Master Tabel
Jenis Kelamin
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Usia
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Pekerjaan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Jenis Kelamin
Ringan Count 5 15 20
Sedang Count 2 5 7
Berat Count 0 3 3
% within Tingkat Kecemasan .0% 100.0% 100.0%
Total Count 12 38 50
Usia
Ringan Count 0 4 4 6 6 20
Sedang Count 0 3 2 1 1 7
Berat Count 0 1 0 1 1 3
Total Count 2 12 10 14 12 50
Total
% within Tingkat Kecemasan 30.0% 55.0% 10.0% 5.0% .0% .0% .0% 100.
% within Suku 37.5% 55.0% 28.6% 50.0% .0% .0% .0% 40.
Ringan Count 8 7 3 0 0 1 1
% within Tingkat Kecemasan 40.0% 35.0% 15.0% .0% .0% 5.0% 5.0% 100.
% within Suku 50.0% 35.0% 42.9% .0% .0% 50.0% 100.0% 40.
Sedang Count 2 1 2 0 1 1 0
% within Tingkat Kecemasan 14.5% 14.3% 28.6% .0% 14.3% 14.3% .0% 100.
% within Suku 6.4% 5.0% 28.6% .0% 100.0% 50.0% .0% 14.
Berat Count 1 1 0 1 0 0 0
% within Tingkat Kecemasan 33.3% 33.3% .0% 33.3% .0% .0% .0% 100.
Total Count 17 20 7 2 1 2 1
% within Tingkat Kecemasan 34.0% 40.0% 14.0% 4.0% 2.0% 4.0% 2.0% 100.
% within Suku 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.
Pekerjaan Total
% within Tingkat Kecemasan 5.0% 65.0% 10.0% 15.0% .0% 5.0% 100.0%
Ringan Count 1 12 4 2 1 0 20
% within Tingkat Kecemasan 5.0% 60.0% 20.0% 10.0% 5.0% .0% 100.0%
Sedang Count 0 4 1 0 2 0 7
% within Tingkat Kecemasan .0% 57.1% 14.3% .0% 28.6% .0% 100.0%
Berat Count 0 3 0 0 0 0 3
% within Tingkat Kecemasan .0% 100.0% .0% .0% .0% .0% 100.0%
Total Count 2 32 7 5 3 1 50
% within Tingkat Kecemasan 4.0% 64.0% 14.0% 10.0% 6.0% 2.0% 100.0%
Sedang Count 0 3 1 1 2 7
Berat Count 2 1 0 0 0 3
Total Count 3 17 14 13 3 50
Rabu, 24 Februari 2021, pertama kalinya peneliti ke Desa Sorue jaya, Kecamatan
Soropia untuk bertemu Kepala Desa Sorue Jaya yang bertujuan untuk
memberikan surat izin sekaligus meminta kesediaan kepada Kepala Desa terkait
pemeriksaan kesehatan yang akan dilakukan peneliti. Saat kami ke datang, Kepala
Desa sedang tidak ada di rumah dan di wakilkan oleh adiknya yang juga bertugas
sebagai bendahara Desa. Kami menjelaskan terkait kegiatan yang akan dilakukan.
Respon nya cukup baik dan terbuka kepada peneliti. Ibu bendahara juga bersedia
izin, kami pergi menyusuri desa untuk meninjau lokasi tempat kegiatan. Kami
juga pergi ke beberapa rumah warga untuk memberikan info terkait kegiatan yang
akan dilakukan agar warga tidak perlu merasa takut untuk menghadiri kegiatan
yang akan dilaksanakan pada 27 Februari 2021 dikarenakan beberapa warga desa
pandemi seperti ini. Muncul rasa ketakutan akan adanya kegiatan yang berikaitan
dengan COVID-19, seperti vaksinasi ataupun Rapid Test. Namun hal itu juga
dapat peneliti atasi dengan memberikan penjelasan lengkap dan baik kepada
masyarakat tentang item kegiatan yang akan peneliti lakukan. Kami juga
membagikan beberapa kupon untuk pemeriksaan terhadap warga. Pada saat hari
adakan bersama panitia lain berlangsung cukup lancar dan ramai, walaupun
sempat ada kendala seperti pindahnya lokasi penelitian yang harusnya dilakukn di
balai desa kemudian dipindahkan di ruang kelas TK di Desa Sorue jaya dan
terhambatnya waktu dikarenakan butuh waktu yang cukup lama untuk
sabar untuk menunggu giliran dan mengisi kuesioner dengan baik sehingga