Anda di halaman 1dari 54

BAGIAN ILMU KEDOKTERAN JIWA REFERAT

RSJ PROVINSI SULAWESI TENGGARA MARET 2021


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HALU OLEO

GAMBARAN KECEMASAN MASYARAKAT DI DESA SORUE JAYA


KECAMATAN SOROPIA MENGENAI PROYEK PEMBANGUNAN
JALAN KENDARI-KONAWE

PENYUSUN:
Ifah Suharwaty Zainuddin, S.Ked
K1A1 14 068

PEMBIMBING:
dr. Junuda RAF, M.Kes, Sp.KJ

KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN ILMU KEDOKTERAN JIWA


RUMAH SAKIT JIWA PROVINSI SULAWESI TENGGARA
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2021
HALAMAN PENGESAHAN

Yang bertandatangan di bawah ini, menyatakan bahwa:

Nama : Ifah Suharwaty Zainuddin, S.Ked

NIM : K1A1 14 068

Judul Referat : Gambaran Kecemasan Masyarakat Di Desa Sorue Jaya

Kecamatan Soropia Mengenai Proyek Pembangunan Jalan

Kendari-Konawe

Program Studi : Profesi Dokter

Fakultas : Kedokteran

Telah menyelesaikan tugas Referat “Gambaran Kecemasan Masyarakat Di Desa

Sorue Jaya Kecamatan Soropia Mengenai Proyek Pembangunan Jalan Kendari-

Konawe” dalam rangka kepaniteraan klinik pada Bagian Ilmu Kesehatan Jiwa

Fakultas Kedokteran Universitas Halu Oleo.

Kendari, Maret 2021

Mengetahui,

Pembimbing

dr. Junuda RAF, M.Kes., Sp.KJ


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan jiwa adalah kondisi dimana seorang indiviu dapat

berkembang secara fisik , mental, spiritual, dan sosial sehingga individu

tersebut menyadari kemampuan sendiri, dapat mengatasi tekanan, dapat

bekerja secara produktif, dan mampu memberikan kontribusi untuk

komunitasnya. Orang dengan masalah kejiwaan yang selanjutnya di singkat

ODMK adalah orang yang mempunyai masalah fisik, mental, social,

pertumbuhan dan perkembangan, dan atau kualitas hidup sehingga memiliki

resiko mengalami gangguan jiwa. Orang dengan gangguan jiwa yang

selanjutnya di singkat ODGJ adalah orang yang mengalami gangguan dalam

pikiran, perilaku dan perasaan yang termanifestasi dalam bentuk seumpulan

gejala dan atau perubahan perilaku yang bermakna, serta dapat menimbulkan

penderitaan dan hambatan dalam menjalankan fungsi orang sebagai manusia.1

Kecemasan adalah perasaan takut yang tidak jelas dan tidak didukung

oleh situasi. Ketika merasa cemas, individu merasa tidak nyaman atau takut

atau mungkin memiliki firasat akan ditimpa malapetaka padahal ia tidak

mengerti mengapa emosi yang mengancam tersebut terjadi. 2 Kecemasan

adalah suatu keadaan aprehensi atau keadaan khawatir yang mengeluhkan

bahwa sesuatu yang buruk akan segera terjadi. Rasa cemas dapat datang dari

internal maupun eksternal. Banyak hal yang harus dicemaskan, misalnya

kesehatan, relasi sosial, ujian, karir, kondisi lingkungan dan sebagainya.


Adalah normal, bahkan adaptif, untuk sedikit cemas mengenai aspek-aspek

hidup tersebut. Kecemasan dapat diukur dengan pengukuran tingkat

kecemasan menurut alat ukur kecemasan yang disebut HARS (Hamilton

Anxiety Rating Scale). HARS terdiri dari 14 item pertanyaan untuk mengukur

tanda adanya kecemasan pada anak dan orang dewasa.,3,4

Kondisi lingkungan yang dapat menjadi faktor timbulnya kecemasan

yaitu adanya aktivitas pembangunan infrastruktur umum termasuk

pembangunan jalan. Pembangunan infrastruktur jalan menjadi salah satu

prioritas utama dalam agenda pemerintah Indonesia yang diatur dalam

Rencana Lima Tahunan Direktorat Jenderal Perhubungan Darat tahun 2015-

2019, yang menjelaskan bahwa tujuan pembangunan transportasi pada

umumnya adalah untuk meningkatkan pelayanan jasa transportasi secara

efisien, efektif, handal, berkualitas, dan aman dengan harga terjangkau.

Infrastruktur merupakan sebuah kebutuhan utama untuk menunjang aktivitas

wilayah dan kota agar sektor publik maupun sektor privat bisa berjalan

dengan baik. Infrastruktur juga berfungsi untuk menunjang aktivitas

perkotaan baik aktivitas ekonomi dan sosial masyarakat, maupun distribusi

barang dan jasa.5

Pembangunan adalah suatu proses perubahan sosial untuk menjadi

lebih baik yang dilakukan dengan memberikan kesempatan kepada

masyarakat untuk berpartisipasi dan berkontribusi untuk mendapatkan

kemajuan baik secara sosial maupun material masyarakat itu sendiri. Obyek

kunjungan wisata pantai Toronipa memiliki transportasi jalan yang kurang


baik, beberapa bagian dan ruas jalan berlobang-lobang dan jalan relatif

sempit. Kondisi ini menyebabkan jika musim kemarau debu bertebaran yang

dapat mengganggu kesehatan dan kenyamanan pengunjung.14

Pembangunan jalan wisata Kendari-Konawe resmi dilakukan sejak

tanggal 3 September 2019, pembangunan ini berlokasi di bibir pantai yang

melewati sebagian perumahan warga dan akses untuk melaut bagi para

nelayan di beberapa desa di Kecamatan Soropia. Oleh karena itu peneliti

ingin menilai tingkat kecemasan masyarakat di Desa Sorue Jaya akibat

pembangunan jalan Kendari-Konawe.

B. Rumusan Masalah

Bagaimana gambaran kecemasan masyarakat di Desa Sorue Jaya

Kecamatan Soropia mengenai proyek pembangunan jalan Kendari-Konawe?

C. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui gambaran kecemasan masyarakat di Desa Sorue Jaya

Kecamatan Soropia mengenai proyek pembangunan jalan Kendari-Konawe.

D. Manfaat Penelitian

Mengetahui tingkat kecemasan masyarakat di Desa Sorue Jaya

Kecamatan Soropia mengenai proyek pembangunan jalan Kendari-Konawe.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kesehatan Jiwa

Menurut Undang-undang No. 18 Tahun 2014 yang dimaksud dengan

"Kesehatan Jiwa" adalah kondisi dimana seorang indiviu dapat berkembang

secara fisik , mental, spiritual, dan sosial sehingga individu tersebut

menyadari kemampuan sendiri, data mengatasi tekanan, dapat bekerja secara

produktif, dan mampu memberikan kontribusi untuk komunitasnya1

Seseorang yang sehat mental menurut WHO mempunyai ciri sebagai

berikut:6

1. Menyesuaikan diri secara konstruktif pada kenyataan

2. Memperoleh kepuasan dari usahanya

3. Merasa lebih puas memberi daripada menerima

4. Saling tolong menolong dan saling memuaskan

5. Menerima kekecewaan untuk pelajaran yang akan datang

6. Mengarahkan rasa bermusuhan pada penyelesaian yang kreatif dan

konstruktif

7. Mempunyai kasih sayang

Menurut World Health Organization (2017) pada umumnya gangguan

mental yang terjadi adalah gangguan kecemasan dan gangguan depresi. Hasil

analisis dari WHO sekitar 450 juta orang menderita gangguan jiwa termasuk

skizofrenia. Skizofrenia menjadi gangguan jiwa paling dominan dibanding

gangguan jiwa lainnya. Penderita gangguan jiwa sepertiga tinggal di negara


berkembang, 8 dari 10 orang yang menderita skizofrenia tidak mendapatkan

penanganan medis. Penyebab gangguan jiwa salah satunya adalah adanya

tekanan yang berat dalam peristiwa hidup. Stres berasal dari lingkungan atau

biologi ataupun bisa keduanya.7

B. Gangguan Cemas

Istilah kecemasan dalam Bahasa Inggris yaitu anxiety yang berasal dari

Bahasa Latin angustus yang memiliki arti kaku, dan ango, anci yang berarti

mencekik. Kecemasan berasal dari kata Latin anxius, yang berarti

penyempitan atau pencekikan. Kecemasan mirip dengan rasa takut tapi

dengan fokus kurang spesifik, sedangkan ketakutan biasanya respon terhadap

beberapa ancaman langsung, sedangkan kecemasan ditandai oleh

kekhawatiran tentang bahaya tidak terduga yang terletak di masa depan.

Kecemasan merupakan keadaan emosional negatif yang ditandai dengan

adanya firasat dan somatik ketegangan, seperti hati berdetak kencang,

berkeringat, kesulitan bernapas.8

Anxiety (cemas) merupakan ketidakberdayaan neurotik, rasa tidak

aman, tidak matang, dan kekurangmampuan dalam menghadapi tuntutan

realitas (lingkungan), kesulitan dan tekanan kehidupan sehari-hari. Sarlito

Wirawan Sarwono menjelaskan kecemasan merupakan takut yang tidak jelas

objeknya dan tidak jelas pula alasannya. Dari berbagai pengertian kecemasan

(anxiety) yang telah dipaparkan dapat disimpulkan bahwa kecemasan adalah

kondisi emosi dengan timbulnya rasa tidak nyaman pada diri seseorang, dan

merupakan pengalaman yang samar-samar disertai dengan perasaan yang


tidak berdaya serta tidak menentu yang disebabkan oleh suatu hal yang belum

jelas.

Kemudian terdapat dua faktor yang dapat menimbulkan kecemasan,

yaitu:8

1. Pengalaman Negatif pada Masa Lalu

Sebab utama dari timbulnya rasa cemas kembali pada masa kanak-

kanak, yaitu timbulnya rasa tidakmenyenangkan mengenai peristiwa

yang dapat terulang lagi pada masa mendatang, apabila

individumenghadapi situasi yang sama dan juga menimbulkan

ketidaknyamanan, seperti pengalaman pernahgagal dalam mengikuti tes.

2. Pikiran yang Tidak Rasional

Pikiran yang tidak rasional terbagi dalam empat bentuk, yaitu.

a) Kegagalan ketastropik, yaitu adanya asumsi dari individu bahwa

sesuatu yang buruk akan terjadipada dirinya. Individu mengalami

kecemasan serta perasaan ketidakmampuan danketidaksanggupan

dalam mengatasi permaslaahannya.

b) Kesempurnaan, individu mengharapkan kepada dirinya untuk

berperilaku sempurna dan tidakmemiliki cacat. Individu menjadikan

ukuran kesempurnaan sebagai sebuah target dan sumber yangdapat

memberikan inspirasi.

c) Persetujuan

d) Generalisasi yang tidak tepat, yaitu generalisasi yang berlebihan, ini

terjadi pada orang yangmemiliki sedikit pengalaman.


Kecemasan dapat dibagi dalam tiga aspek, yaitu:8

1. Aspek fisik, seperti pusing, sakit kepala, tangan mengeluarkan keringat,

menimbulkan rasa mual pada perut, mulut kering, grogi, dan lain-lain.

2. Aspek emosional, seperti timbulnya rasa panik dan rasa takut.

3. Aspek mental atau kognitif, timbulnya gangguan terhadap perhatian dan

memori, rasa khawatir, ketidakteraturan dalam berpikir, dan bingung.

Kecemasan dapat diukur dengan pengukuran tingkat kecemasan

menurut alat ukur kecemasan yang disebut HARS (Hamilton Anxiety Rating

Scale). Skala HARS pertama kali digunakan pada tahun 1959, yang

diperkenalkan oleh Max Hamilton dan sekarang telah menjadi standar dalam

pengukuran kecemasan terutama pada penelitian trial clinic. Skala HARS

telah dibuktikan memiliki validitas dan reliabilitas cukup tinggi untuk

melakukan pengukuran kecemasan pada penelitian trial clinic yaitu 0,93 dan

0,97. Kondisi ini menunjukkan bahwa pengukuran kecemasan dengan

menggunakan skala HARS akan diperoleh hasil yang valid dan reliable.4

Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS), pertama kali dikembangkan

oleh Max Hamilton pada tahun 1956, untuk mengukur semua tanda

kecemasan baik psikis maupun somatik. HARS terdiri dari 14 item

pertanyaan untuk mengukur tanda adanya kecemasan pada anak dan orang

dewasa.4

Skala HARS penilaian kecemasan terdiri dari 14 item, meliputi:9

1. Perasaan Cemas, firasat buruk, takut akan pikiran sendiri, mudah

tersinggung.
2. Ketegangan: merasa tegang, gelisah, gemetar, mudah menangis, dan lesu,

tidak bisa istirahat tenang, dan mudah terkejut.

3. Ketakutan: takut terhadap gelap, terhadap orang asing, bila ditinggal

sendiri, pada binatang besar, pada keramain lalu lintas, dan pada

kerumunan orang banyak.

4. Gangguan tidur: sukar memulai tidur, terbangun pada malam hari, tidur

tidak pulas, bangun dengan lesu, banyak mimpi-mimpi, mimpi buruk,

dan mimpi menakutkan.

5. Gangguan kecerdasan: daya ingat buruk, susah berkonsentrasi.

6. Perasaan depresi: hilangnya minat, berkurangnya kesenangan pada hobi,

sedih, bangun dini hari, perasaan berubah-ubah sepanjang hari.

7. Gejala somatik: sakit dan nyeri otot, kaku, kedutan otot, gigi gemerutuk,

suara tidak stabil.

8. Gejala sensorik: tinitus, penglihatan kabur, muka merah atau pucat,

merasa lemas, dan perasaan ditusuk-tusuk.

9. Gejala kardiovaskuler: berdebar, nyeri di dada, denyut nadi mengeras,

perasaan lesu lemas seperti mau pingsan, dan detak jantung hilang

sekejap.

10. Gejala pernapasan: rasa tertekan di dada, perasaan tercekik, sering

menarik napas, napas pendek/ sesak.

11. Gejala gastrointestinal: sulit menelan, perut melilit, gangguan

pencernaan, nyeri sebelum dan sesudah makan, perasaan terbakar di


perut, kembung, mual, muntah, buang air besar lembek, berat badan

turun, susah buang air besar.

12. Gejala urogenital : sering kencing, tidak dapat menahan air seni,

amenorrhoe, menorrhagia, frigid, ejakulasi praecocks, ereksi lemah, dan

impotensi.

13. Gejala otonom: mulut kering, muka merah, mudah berkeringat, pusing,

dan bulu roma berdiri.

14. Perilaku sewaktu wawancara: gelisah, tidak tenang, jari gemetar, kerut

kening, muka tegang, tonus otot meningkat, napas pendek cepat, dan

muka merah.

Cara penilaian kecemasan adalah dengan memberikan nilai dengan

kategori:9

0= tidak ada gejala sama sekali

1= satu gejala yang ada

2= sedang/separuh gejala yang ada

3= berat/ lebih dari separuh gejala yang ada

4= sangat berat semua gejala ada

Penentuan derajat kecemasan dengan cara menjumlahkan skor 1-14

dengan hasil:9

Skor kurang dari 14 = tidak ada kecemasan

Skor 14-20 = kecemasan ringan

Skor 21-27 = kecemasan sedang


Skor 28-41 = kecemasan berat

Skor 42-52 = kecemasaan berat sekali

C. Pembangunan Jalan Sebagai Infrastruktur Bahari Khusus Industri

Wisata

Pembangunan adalah suatu proses perubahan sosial untuk menjadi

lebih baik yang dilakukan dengan memberikan kesempatan kepada

masyarakat untuk berpartisipasi dan berkontribusi untuk mendapatkan

kemajuan baik secara sosial maupun material masyarakat itu sendiri.10

Infrastruktur secara umum meliputi fasilistas-fasilitas publik yang

disiapkan oleh pemerintah pusat maupun daerah sebagai pelayan publik

(sebagai akibat mekanisme pasar tidak bekerja) untuk menunjang dan

mendorong aktivitas ekonomi maupun sosial suatu masyarakat. Infrastruktur

yang disiapkan pun perlu disesuaikan dengan kebutuhan setiap wilayah,

sehingga dapat meningkatkan kesejahteraannya.11

Dalam konteks pariwisata, peranan yang diemban oleh jaringan jalan

adalah memberi kenyamanan dan kemudahan bagi wisatawan untuk dapat

mencapai berbagai objek dan pelayanan wisata atau aksesibilitas.Selain

aksesibilitas, jaringan jalan juga berperan dalam menjalin keterkaitan atau

koneksi antar objek wisata maupun antara objek wisata dengan pusat

akomodasi wisatawan yang ada di pusat kegiatan. Dengan keberadaan

jaringan jalan tersebut maka dapat tersusun suatu koridor atau rute wisata

yang mengintegrasikan antar objek wisata atau destinasi tujuan wisata dan

juga dengan berbagai kebutuhan akomodasi wisatawan.12


Wilayah pesisir dan laut belum menjadi prioritas utama bagi

pertumbuhan ekonomi secara nasional. Kondisi demikian akan mendorong

timbulnya disparitas antar wilayah yang semakin melebar karena Indonesia

yang merupakan negara kepulauan memiliki potensi sumberdaya pesisir dan

laut yang cukup berlimpah. Pada wilayah pesisir, sektor perikanan mejadi

sektor utama yang menjadi gantungan hidup masyarakatnya.13

Pelaksanaan otonomi daerah pada awal tahun 2001 merupakan

momentum bagi dimulainuya proses implementasi kebijakan pengembangan

ekonomi lokal. Berlakunya otonomi daerah menimbulkan implikasi bagi

daerah (Kabupaten/Kota) untuk mengeluarkan dan mengembangkan

kemampuannya dalam memobilisasi serta mengelola produksi, alokasi dan

distribusi berbagai sumberdaya yang dimilikinya menjadi produk unggulan

yang memiliki keunggulan daya saing komparatif maupun kompetitif, baik

untuk pasaran lokal, regional, nasional bahkan internasional. Keseluruhan hal

tersebut pada dasarnya merupakan konsep dan strategi dari kebijakan

pengembangan ekonomi lokal.13

Obyek kunjungan wisata pantai Toronipa memiliki transportasi jalan

yang kurang baik, beberapa bagian dan ruas jalan berlobang-lobang dan jalan

relatif sempit. Kondisi ini menyebabkan jika musim kemarau debu bertebaran

yang dapat mengganggu kesehatan dan kenyamanan pengunjung. Demikian

juga jika musim penghujan, kondisi jalan becek dan berbolong sehingga jarak

dan waktu tempuh relatif lama. Kendala tersebut menyebabkan para

wisatawan masyarakat baik Kota Kendari maupun masyarakat Kabupaten


Konawe lebih banyak memilih untuk rekreasi di wisata lainnya seperti pantai

Taipa Kabupaten Konawe Utara dengan jarak tempuh kurang lebih 70-90

kilometer, namun memiliki kondisi jalan yang relatif baik.14

Dengan dilaksanakannya jalan wisata Kendari-Toronipa (Konawe),

yang merupakan era kebangkitan infrastruktur Sulawesi Tenggara dan

kebangggaan seluruh masyarakat Sulawesi Tenggara dengan total panjang

jalan pariwisata yang dikerja 14,57 km. Dimana pelaksanaan tahap pertama

yang dilakukan sepanjang 3,425 km, sedangkan tahap ke dua pengerjaan

11,145 km. Diharapkan akses jalan yang dibangun ini dapat memberikan

manfaat besar kepada masyarakat serta dapat meningkatkan aktivitas

ekonomi, khususnya pariwisata. Selain itu kawaasan Toronipa dan sekitarnya

telah ditetapkan sebagai kawasan pariwisata daerah.15

Pengembangan pariwisata di suatu objek daerah tujuan wisata harus

didasarkan pada perencanaan, pengem-bangan, dan arah pengelolaan yang

jelas agar semua potensi yang dimiliki suatu daerah tujuan wisata dapat

diberdayakan secara optimal untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Langkah pertama dimulai dari inisialisai dan komitmen kuat dari pemerintah

untuk mengarahkan program-program pengembangan pariwisata ke pelibatan

masyarakat lokal, baik sebagai penyedia jasa maupun sebagai pengguna jasa

itu sendiri. Tanpa adanya keikutsertaan dan partisipasi masyarakat,

pembangunan pariwisata hanya akan melahirkan produk-produk wisata yang

kurang berarti bagi masyarakat dan tidak sesuai dengan kebutuhan


masyarakat. Pengembangan pariwisata yang seperti ini dianggap lebih tepat

dan proporsional bagi kesejahteraan khususnya ma-syarakat lokal.16

Sebagaimana diketahui bahwa mengingat peran pariwisata dalam

pembangunan masyarakat sehingga pemerintah menggalakkan sektor

pariwisata di berbagi daerah sekaligus menjadikannya sebagai pembaguan

alternatif untuk meningkatkan kesejahterahan masyarakat. Hal ini senada

dengan tujuan penyelenggaraan wisata sebagaimana diamanatkan dalam

undang-undang bahwa tujuan penyelenggaraan wisata adalah

memperkenalkan, mendayagunakan, melestarikan dan meningkatkan kualitas

objek dan daya tarik wisata, memupuk rasa cinta tanah air dan bangsa,

meningkatkan persahabatan antar bangsa, memperluas dan meratakan

kesempatan berusaha dan lapangan kerja, meningkatkan pendapatan nasional

dalam rangka meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat serta

mendorong pendayagunaan produksi nasional.17

Industrialisasi pariwisata memberi ruang pada investor atau pemilik

modal untuk masuk sehingga menyebabkan terjadinya pandangan kapitalisme

yang menimbulkan resources grabbing.Resources grabbing memunculkan

tindakan privatisasi pariwisata yang tentunya mengancam masyarakat lokal

yang seharusnya diberdayakan untuk mengelola daerahnya menjadi

termarginalisasi.18

Privatisasi dan industrialisasi pariwisata bukan saja berdampak pada

kehidupan masyarakat namun berdampak juga pada kualitas lingkungan

sekitar tempat pariwisata. Dapat juga terjadi abrasi akibat adanya pembabatan
hutan bakau, kerusakan terumbu karang, dan pembangunan di sempadan

pantai. Kerusakan lingkungan tersebut akibat korporasi yang

mengembangkan pariwisata tanpa melihat keadaan lingkungan hidup. Selain

itu, buruknya lingkungan wisata diakibatkan oleh wisatawan yang datang dan

merusak lingkungan secara aktif seperti membuang sampah tentunya dapat

merusak ekosistem pesisir tempat wisata.18


BAB III
METODE PENELITIAN

A. Metode dan Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian dengan menggunakan metode

deskriptif analitik yang berfungsi untuk mendeskripsikan data atau sampel

yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa melakukan analisis dan

membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum.

B. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2021 di Desa Sorue

Jaya, Kecamatan Soropia, Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara.

C. Prosedur Pengumpulan Data

Sumber data yang dipakai dalam penelitian ini adalah data primer.

Data primer diperoleh dari pengisian kuesioner yang menggunakan Hamilton

Rating Scale For Anxiety (HARS) untuk menilai kecemasan masyarakat di

Desa Sorue Jaya, Kecamatan Soropia. Pengambilan sampel menggunakan

random sampling yaitu berjumlah 50 orang.


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Kecamatan Soropia19

1. Kondisi Geografis

Secara astronomis, Kecamatan Soropia terletak di 3 o54’577” Lintang

Selatan, serta 122o39’608” Bujur Timur. Berdasarkan posisi geografisnya,

Kecamatan Soropia memiliki batas-batas yaitu:

a) Sebelah Utara berbatasan dengan Laut Banda

b) Sebelah Timur berbatasan dengan Konawe Kepulauan

c) Sebelah Selatan berbatasan dengan Kota Kendari

d) Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Lalonggasumeeto

Gambar 1. Peta Administrasi Kecamatan Soropia


Luas wilayah Kecamatan Soropia 62,73 Km2 atau 0,92% dari luas

daratan Kabupaten Konawe. Desa dengan wilayah terluas adalah Desa

Atowatu dengan luas 16 Km2 atau 26% dari luas Kecamatan Soropia.

Sedangkan desa dengan luas wilayah terkecil adalah Desa Leppe dengan

luas 0,51 km2.

Tabel 1. Luas Daerah dan Pembagian Daerah Administrasi Menurut


Desa/Kelurahan Tahun 2017

Jumlah
Desa/Kelurahan Luas Total
Dusun Lingkungan
(km2)
1 Waworaha 2,74 3 - 3
2 Soropia 5,49 3 - 3
3 Sawapudo 2,74 3 - 3
4 Atowatu 16,00 3 - 3
5 Toronipa 10,00 - 4 4
6 Bokori 4,11 3 - 3
7 Mekar 2,61 3 - 3
8 Bajo Indah 0,86 3 - 3
9 Tapulaga 5,49 3 - 3
10 Sorue Jaya 2,74 3 - 3
11 Saponda 4,00 3 - 3
12 Telaga Biru 1,44 3 - 3
13 Bajoe 1,50 3 - 3
14 Leppe 0,51 3 - 3
15 Saponda Laut 2,5 3 - -
Jumlah 62.73 42 4 43
Sumber: Kantor Kecamatan Soropia

2. Kondisi Demografis

Penduduk adalah semua orang yang berdomisili di wilayah territorial

Republik Indonesia selama 6 bulan atau lebih dan atau mereka yang

berdomisili kurang dari 6 bulan tetapi bertujuan menetap. Data tentang

kependudukan sangat penting artinya di dalam menghitung sebaran jumlah

penduduk, usia penduduk, pekerjaan, pendapatan dan pendidikan. Data ini


bisa diperoleh dari laporan penduduk, sensus penduduk dan survei

penduduk.

Sumber utama data kependudukan adalah Sensus Penduduk yang

dilaksanakan setiap sepuluh tahun sekali. Sensus Penduduk telah

dilaksanakan sebanyak enam kali sejak Indonesia merdeka yaitu tahun

1961, 1971, 1980, 1990, 2000 dan 2010. Selain Sensus Penduduk, untuk

menjembatani ketersediaan data kependudukan diantara dua periode

sensus, BPS melakukan Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS). SUPAS

telah dilakukan sebanyak empat kali, tahun 1976, 1985, 1995 dan terakhir

2005. Data kependudukan selain Sensus dan SUPAS adalah proyeksi

penduduk. Di dalam sensus penduduk, pencacahan dilakukan terhadap

seluruh penduduk yang berdomisili di wilayah teritorial Republik

Indonesia (RI) termasuk Warga Negara Asing kecuali anggota Korps

Diplomatik beserta keluarganya. Berbeda dengan pelaksanaan sensus

penduduk sebelumnya, Sensus Penduduk 2010 melaksanakan metode

pencacahan lengkap termasuk pula anggota rumah tangga Korp

Diplomatik RI yang tinggal di luar negeri.

Sensus Penduduk 2010 dilakukan serentak di seluruh tanah air mulai

tanggal 1-31 Mei 2010. Metode pengumpulan data dilakukan dengan

wawancara antara petugas sensus dengan responden. Cara pencacahan

yang dipakai dalam sensus penduduk adalah kombinasi antara de jure dan

de facto. Bagi penduduk yang bertempat tinggal tetap dipakai cara de jure,

dicacah di mana mereka biasa tinggal, sedangkan untuk penduduk yang


tidak bertempat tinggal tetap dicacah dengan cara de facto, yaitu dicacah

di tempat di mana mereka ditemukan petugas sensus biasanya pada malam

‘Hari Sensus’. Termasuk penduduk yang tidak bertempat tinggal tetap

adalah tuna wisma, awak kapal berbendera Indonesia, penghuni

perahu/rumah apung, masyarakat terpencil/ terasing dan pengungsi. Bagi

mereka yang mempunyai tempat tinggal tetap, tetapi sedang bertugas ke

luar wilayah lebih dari enam bulan, tidak dicacah di tempat tinggalnya.

Sebaliknya, seseorang atau keluarga menempati suatu bangunan belum

mencapai enam bulan tetapi bermaksud menetap di sana dicacah di tempat

tersebut.

Tabel 2. Banyaknya Penduduk Kecamatan Soropia Menurut


Desa/Kelurahan Tahun 2017

Desa/Kelurahan Luas Wilayah (km2) Jumlah Penduduk

1 Waworaha 2,74 461


2 Soropia 5,49 530
3 Sawapudo 2,74 606
4 Atowatu 16,00 497
5 Toronipa 10,00 781
6 Bokori 4,11 320
7 Mekar 2,61 827
8 Bajo Indah 0,86 680
9 Tapulaga 5,49 348
10 Sorue Jaya 2,74 767
11 Saponda 4,00 742
12 Telaga Biru 1,44 478
13 Bajoe 1,50 457
14 Leppe 0,51 437
15 Saponda Laut 2,5 560
Jumlah 62.73 8.814
Sumber : Data luas wilayah dan penduduk Kecamatan Soropia 2017
Tabel 3. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Rasio Jenis
Kelamin Tiap Desa/Kelurahan Tahun 2017
Jumlah Penduduk
Desa/Kelurahan
Laki-laki Perempuan Total

1 Waworaha 221 240 461


2 Soropia 284 246 530
3 Sawapudo 305 301 606
4 Atowatu 246 251 497
5 Toronipa 389 392 781
6 Bokori 131 189 320
7 Mekar 414 413 827
8 Bajo Indah 349 331 680
9 Tapulaga 175 173 348
10 Sorue Jaya 390 377 767
11 Saponda 383 359 742
12 Telaga Biru 245 244 489
13 Bajoe 235 222 457
14 Leppe 299 261 560
15 Saponda Laut 413 399 812
Jumlah 4.479 4.335 8.877
Sumber : Data penduduk Kecamatan Soropia menurut jenis kelamin 2017

Tabel 4. Penduduk Kecamatan Soropia Menurut Kelompok Umur dan


Jenis Kelamin Tahun 2017
Golongan Umur Laki-laki Perempuan Total

0–4 500 479 979


5–9 507 469 1 003
10 – 14 455 440 895
15 – 19 416 390 806
20 – 24 373 350 726
25 – 29 367 357 724
30 – 34 353 357 710
35 – 39 306 313 619
40 – 44 284 290 574
45 – 49 257 250 507
50 – 54 209 203 412
55 – 59 165 155 320
60 – 64 113 107 220
65– 69 76 73 149
70 – 74 48 51 99
75+ 45 51 96
Jumlah 4.479 4.335 8.814
Sumber : Data penduduk Kecamatan Soropia menurut Umur jenis kelamin 2017
B. Desa Sorue Jaya

1. Kondisi Geografis

Gambar 2. Peta Desa Sorue Jaya

Luas wilayah Desa Sorue Jaya 498 Ha/m2. Batas Wilayah Desa Sorue

Jaya disebelah utara oleh Hutan Nipa-nipa, disebelah selatan oleh Teluk

Kendari, disebelah Timur oleh Desa Tapulaga, disebelah Barat oleh

kelurahan Purirano.

2. Demografis dan Kependudukan

Jumlah kepala keluarga di Desa Sorue Jaya, Kecamatan Soropia,

Kabupaten Konawe terdiri dari 222 KK dimana jumlah penduduk 812 jiwa

yang terdiri dari laki-laki 423 jiwa dan perempuan berjumlah 389 jiwa.

Secara umum, suku yang ada di Desa Sorue Jaya terdiri atas suku

Bugis dan Tolaki. Rata-rata masyarakat yang tinggal di Desa Sorue

dominan suku Tolaki.


Secara umum, tingkat pendidikan yang ada di Desa Sorue Jaya cukup

beragam mulai dari masyarakat yang tidak pernah sekolah, belum sekolah,

tidak/tamatan SD, tamatan SD, tamatan SMP, tamatan SMA hingga yang

melanjutkan ketingkat perguruan tinggi. Rata-rata masyarakat di Desa

Sorue Jaya memiliki tingkat pendidikan hingga tamatan SMA.

3. Mata Pencaharian

Secara umum mata pencaharian masyarakat di Desa Sorue Jaya terdiri

atas PNS/ABRI, Tenaga Honorer, Wiraswasta, Nelayan dan Petani. Rata-

rata masyarakat di Desa Sorue Jaya bermata pencaharian sebagai Nelayan.

C. Hasil Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari 2021 di Desa Sorue Jaya,

Kecamatan Soropia, Kabupaten Konawe Selatan dengan jumlah responden

sebanyak 50 orang. Data dari responden penelitian diperoleh dari data primer

dengan beberapa karakteristik yang dikelompokkan berdasarkan jenis

kelamin, usia, suku bangsa, pekerjaan, serta tingkat pendidikan terakhir. Data

hasil penelitian ini disajikan dalam bentuk tabel dan disertai narasi yang

dianalisis secara univariat. Analisis univariat digunakan untuk

mendeskripsikan variabel untuk memperoleh gambaran karakteristik

responden menggunakan tabel distribusi frekuensi meliputi jenis kelamin,

usia, suku bangsa, pekerjaan, serta tingkat pendidikan terakhir, dan juga

pembagian masing-masing karakteristik responden tersebut berdasarkan

tingkat kecemasan terhadap proyek pembagunan jalan Kendari - Konawe

yang berpatokan pada kuesioner HARS (Hamilton Anxiety Rating Scale).


Selama proses pengambilan data awal, masyarakat Desa Sorue Jaya

terlihat antusias masyarakat untuk mengikuti pemeriksaan kesehatan yang

akan dilaksanakan, walaupun ada juga beberapa warga yang masih sempat

takut akan kegiatan yang akan dilaksanakan, namun hal itu dapat peneliti

atasi dengan meminta aparat desa setempat untuk membantu memberikan

informasi yang lebih jelas terkait pemeriksaan yang akan dilakukan, sehingga

dapat mengurangi rasa takut masyarakat. Hal lain yang menjadi kendala

adalah beberapa warga juga mengira salah satu kegiatan pemeriksaan

kesehatan ini adalah tes dan vaksinasi COVID-19, kurangnya pemahaman

masyarakat menyebabkan timbulnya ketakutan akan penyakit tersebut

sehingga menambah kekhawatiran masyarakat. Namun hal ini dapat peneliti

atasi dengan menjelaskan secara rinci tentang item kegiatan yang akan

dilakukan pada pemereiksaan kesehatan nantinya.

Penilitian berjalan cukup lancar namun mengalami beberapa kendala,

diantaranya yaitu terbatasnya fasilitas dan tempat dilaksanakan nya

penelitian.

1. Karakteristik Responden

Karakteristik subjek dalam penelitian ini terbagi atas jenis kelamin,

usia, suku bangsa, pekerjaan, pendidikan terakhir, dan tingkat kecemasan.

Frekusensi masing masing kelompok tersebut dapat dilihat melalui tabel 5.


Tabel 5. Karekteristik Responden

Distribusi
No Karakteristik Responden
n %
1 Jenis Kelamin Laki – laki 12 24
Perempuan 38 76
2 Usia 20 – 30 tahun 2 4
31 – 40 tahun 12 24
41 – 50 tahun 10 20
51 – 60 tahun 14 28
>60 tahun 12 24
3 Suku Bugis 17 34
Tolaki 20 40
Muna 7 14
Bajo 2 4
Selayar 1 2
Buton 2 4
Trete 1 2
4 Pekerjaan IRT 32 64
Nelayan 7 14
Wiraswasta 5 10
PNS 3 6
Petani 1 2
Tidak bekerja 2 4
5 Pendidikan Terakhir Tidak sekolah 3 6
SD 17 34
SMP 14 28
SMA 13 26
S1 3 6
6 Tingkat Kecemasan Tidak ada kecemasan 20 40
Ringan 20 40
Sedang 7 14
Berat 3 6
TOTAL 50 100
Sumber : Data Primer

Hasil distribusi karakteristik jenis kelamin pada 50 responden

diperoleh responden dengan jenis kelamin perempuan sebanyak 38 orang

(76%) dan jenis kelamin laki-laki sebanyak 12 orang (24%).


Hasil distribusi karakteristik usia pada 50 responden diperoleh

responden dengan usia 20 – 30 tahun sebanyak 2 orang (4%), 31 – 40

tahun sebanyak 12 orang (24%) dan merupakan kelompok usia terbanyak,

41 – 50 tahun 10 orang (20%), 51 – 60 tahun 14 orang (28%), serta >60

tahun sebanyak 12 orang (24%)

Hasil distribusi karakteristik suku pada 50 responden diperoleh

hasil yaitu sebanyak 8 suku bangsa, yang terdiri dari suku Bugis 17 orang

(34%), Tolaki 20 orang (40%), Muna 7 orang (14%), Bajo 2 orang (4%),

Buton 2 orang (4%), suku Torete terdapat 1 orang (2%).

Hasil distribusi karakteristik pekerjaan pada 50 responden

diperoleh hasil sebanyak setengah dari responden bekerja sebagai Ibu

Rumah Tangga, yaitu 32 orang (64%), kemudian responden lain 7 orang

(14%) bekerja sebagai nelayan, 5 orang merupakan wiraswasta (10%), 3

orang (6%) merupakan seorang PNS, petani 1 orang (2%), dan yang tidak

bekerja sebanyak 2 orang (4%).

Untuk distribusi karakteristik berdasarkan tingkat Pendidikan

terakhir pada 50 responden diperoleh hasil yang beragam, yaitu 3 orang

(6%) tidak bersekolah, tamat Sekolah Dasar sebanyak 17 orang (34%),

Sekolah Menengah Pertama 14 orang (28%), Sekolah Menengah Atas

sebanyak 13 orang (26%), dan pendidikan S1 3 orang (6%).

Hasil distribusi karakteristik berdasarkan tingkat kecemasan yang

berpatokan pada kuesioner HARS pada 50 responden diperoleh hasil 20

orang (40%) tidak ada kecemasan, 20 orang (40%) mengalami kecemasan


ringan, 7 orang (14%) mengalami kecemasan sedang, 3 orang (6%)

mengalami kecemasan berat.

2. Tingkat Kecemasan terhadap Karakteristik Responden

a) Distribusi Tingkat Kecemasan Masyarakat desa Sorue Jaya terhadap

Jenis Kelamin

Tabel 6. Distribusi Tingkat Kecemasan terhadap Jenis Kelamin


Jenis Kelamin
Tingkat Kecemasan Laki - laki Perempuan
n % n %
Tidak ada kecemasan 5 10 15 30
Ringan 5 10 15 30
Sedang 2 4 5 10
Berat 0 0 3 6
Total 12 24 38 76
Sumber : Data Primer

Berdasarkan tabel 6, dari 12 responden yang berjenis kelamin laki

– laki ditemukan jumlah paling banyak yaitu 5 orang (10%) dengan

kecemasan ringan dan tidak ada kecemasan, sedangkan pada

perempuan ditemukan jumlah terbanyak yaitu 15 orang (30%) pada

tingkat kecemasan ringan dan tidak ada kecemasan. Untuk tingkat

kecemasan sedang ditemukan 2 orang (4%) pada laki – laki dan 5 orang

(10%) pada perempuan. Sedangkan kecemasan tingkat berat tidak

ditemukan 3 orang (6%) pada perempuan dan tidak ada pada

koresponden laki-laki.

b) Distribusi Tingkat Kecemasan Masyarakat desa Sorue Jaya terhadap

Usia
Tabel 7. Distribusi Tingkat Kecemasan terhadap Usia
Usia (tahun)
Tingkat
20 – 30 31 - 40 41 – 50 51 - 60 >60
Kecemasan
n % n % n % n % n %
Tidak ada 2 4 4 8 4 8 6 12 4 8
1
Ringan 0 0 4 8 4 8 6 12 6
2
Sedang 0 0 3 6 2 4 1 2 1 2
Berat 0 0 1 2 0 0 1 2 1 2
2
Total 2 4 12 24 10 20 14 28 12
4
Sumber : Data Primer

Berdasarkan tabel 7, diperoleh hasil dari 50 orang responden

ditemukan tingkat kecemasan terbanyak pada rentang usia 51 tahun –

60 tahun, dengan tingkat kecemasan terbanyak yaitu tingkat kecemasan

ringan sebanyak 6 orang (12%). Akan tetapi, untuk tingkat kecemasan

berat, selain ditemukan pada rentang usia 31–40 tahun , 51-60 tahun

dan > 60 tahun yaitu 1 orang (2%).

c) Distribusi Tingkat Kecemasan Masyarakat desa Sorue Jaya terhadap


Suku
Tabel 8. Distribusi Tingkat Kecemasan terhadap Suku
Suku
Tingkat Selayar Buton Torete
Kecemasan
Bugis Tolaki Muna Bajo
n % n % n % N % n % n % n %
Tidak cemas 6 12 11 22 2 4 1 2 0 0 0 0 0 0
Ringan 8 16 7 14 3 6 0 0 0 0 1 2 1 2
Sedang 2 4 1 2 2 4 0 0 1 2 1 2 0 0
Berat 1 2 1 2 0 0 1 2 0 0 0 0 0 0
Total 17 34 20 40 7 14 2 4 1 2 2 4 1 2

Sumber : Data Primer


Berdasarkan tabel 8, dari 7 suku bangsa untuk tingkat kecemasan

ringan ditemukan paling banyak pada suku bugis yaitu 8 orang (16%)

dan tidak ada kecemasan 6 orang (12%) pada suku Tolaki.

d) Distribusi Tingkat Kecemasan Masyarakat desa Sorue Jaya terhadap

Pekerjaan

Tabel 9. Distribusi Tingkat Kecemasan terhadap Pekerjaan


Pekerjaan
Tingkat Tidak Wira Petani
IRT Nelayan PNS
Kecemasan bekerja swasta
n % n % n % n % n % n %
Tidak ada
1 2 13 26 2 4 3 6 0 0 1 2
kecemasan
Ringan 1 2 12 24 4 8 2 4 1 2 0 0
Sedang 0 0 4 8 1 2 0 0 2 4 0 0
Berat 0 0 3 6 0 0 0 0 0 0 0 0
Total 2 4 32 64 7 14 5 10 3 6 1 2
Sumber : Data Primer

Berdasarkan tabel 9, dari 6 jenis pekerjaan yang dimiliki oleh 50

orang responden, paling banyak ditemukan koresponden dengan tidak

ada kecemasan dengan pekerjaan sebagai ibu rumah tangga yaitu 13

orang (26%) untuk tingkat kecemasan sedang dan berat juga ditemukan

paling banyak pada responden dengan pekerjaan sebagai ibu rumah

tangga yaitu 4 orang (8%) untuk tingkat kecemasan sedang dan 3 orang

(6%) untuk tingkat kecemasan berat.


e) Distribusi Tingkat Kecemasan Masyarakat desa Sorue Jaya terhadap

Tingkat Pendidikan

Tabel 10. Distribusi Tingkat Kecemasan terhadap Tingkat Pendidikan


Tingkat Pendidikan
Tingkat Tidak
SD SMP SMA S1
Kecemasan sekolah
n % n % n % n % N %
Tidak ada 0 0
1 2 5 10 7 14 7 14
kecemasan
Ringan 0 0 8 16 6 12 5 10 1 2
Sedang 0 0 3 6 1 2 1 2 2 4
Berat 2 4 1 2 0 0 0 0 0 0
Total 3 6 17 34 14 28 13 26 3 6
Sumber : Data Primer

Berdasarkan tabel 10, untuk tingkat kecemasan terbanyak

ditemukan pada responden dengan Pendidikan terakhir Sekolah Dasar

yaitu sebanyak 17 orang (34%), kemudian Sekolah Menengah Pertama

sebanyak 14 orang (28%) dan Sekolah Menengah Akhir sebanyak 13

orang (26%). Untuk tingkat kecemasan berat paling banyak ditemukan

pada koresponden yang tidak sekolah yaitu sebanyak 2 orang (4%)

untuk tingkat kecemasan sedang dan ringan paling banyak ditemukan

pada koresponden dengan Pendidikan terakhir Sekolah Dasar yaitu 3

orang (6%) dan 8 orang (16%).

D. Pembahasan

Hasil analisis univariat menunjukkan bahwa sebagian besar responden

mengalami kecemasan dalam kategori ringan dengan skor yang berbeda.

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner Hamilton


Anxiety Rating Scale (HARS), yang membagi kecemasan menjadi 5 tingkat

kecemasan, yaitu tidak cemas, cemas ringan, cemas sedang, cemas berat dan

panik.

Berdasarkan tabel 6, didapatkan hasil bahwa responden dengan jenis

kelamin perempuan lebih banyak mengalami kecemasan 38 orang (76%) di

banding dengan jenis kelamin laki-laki, yaitu sebanyak 12 orang (24%). Hal

ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Ainunnisa (2020)

didapatkan bahwa pada penelitian yang telah dilakukan mayoritas laki-laki

mengalami cemas ringan dan sebagian besar perempuan mengalami cemas

sedang. Hal ini dikarenakan wanita dianggap lebih sensitif dan menggunakan

perasaannya sedangkan laki-laki dianggap memiliki mental yang kuat dalam

meghadapi respon yang berbahaya. Hal ini juga didukung oleh penelitian

Erawan (2013), didapatkan hasil bahwa perempuan lebih banyak mengalami

kecemasan dibandingkan dengan laki-laki.Laki-laki dewasa dianggap

mempunyai mental yang kuat terhadap sesuatu yang dianggap mengancam

bagi dirinya dibandingkan perempuan.20

Berdasarkan tabel 7, tingkat kecemasan paling banyak ditemukan pada

rentang usia 51-60 tahun yaitu sebanyak 14 orang (28%), kemudian pada

rentang usia >60 tahun dan 31-40 tahun sebanyak 10 orang (20%), dan

rentang usia dengan tingkat kecemasan paling sedikit yaitu pada rentang usia

20-30 tahun, 2 orang (4%). Hal ini didukung oleh pejelasan bahwa usia dan

pengalaman menjadi faktor yang paling berpengaruh terhadap kecemasan,

dimana semakin bertambahnya usia, seseorang cenderung lebih dewasa

menghadap masalah.20
Berdasarkan tabel 8, dari 50 orang responden diperoleh hasil tingkat

kecemasan dari kategori ringan sampai berat terbanyak pada suku Tolaki

yaitu sebanyak 20 orang (40%), lalu diikuti suku Bugis sebanyak 16 orang

(32%).

Berdasarkan tabel 9, dari 50 orang responden diperoleh hasil tingkat

kecemasan dari kategori ringan sampai berat terbanyak pada ibu rumah

tangga yaitu 32 orang (64%) dan pada nelayan 7 orang (14%).

Berdasarkan tabel 10, dari 50 orang responden diperoleh hasil tingkat

kecemasan dari kategori ringan sampai berat, paling banyak ditemukan pada

tingkat pendidikan SD sejumlah 17 orang (34%), diikuti oleh responden pada

tingkat Pendidikan Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah Menengah akhir

sebanyak 14 orang (28%) dan 13 orang (26%). Hasil penelitian menunjukan

bahwa terdapat antara tingkat kecemasan pasien yang berpendidikan dan

kurang berpendidikan. Hal ini menunjukan bahwa status pendidikan

seseorang berpengaruh terhadap tingkat kecemasan yang dialami sebelum.

Tingkat pendidikan juga mempengaruhi kesadaran dan pemahaman terhadap

stimulus. Semakin tinggi pendidikan seseorang semakin tinggi pula kesadaran

dan pemahaman terhadap stimulus.21

Hasil penelitian ini sesuai dengan konsep yang menyatakan bahwa

tingkat pendidikan individu berpengaruh terhadap kemampuan berfikir.

Semakin tinggi tingkat pendidikan maka individu semakin mudah berfikir

rasional dan menangkap informasi baru, sehingga semakin tinggi pendidikan

seseorang semakin tinggi pula pengetahuan seseorang.22, 23


BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian ini dapat disimpulkan bahwa gambaran

tingkat kecemasan masyarakat di desa Sorue Jaya Kecamatan Soropia

mengenai proyek pembangunan jalan Kendari-Konawe didapatkan bahwa

perempuan memiliki tingkat kecemasan tertinggi dibanding laki- laki,

dimana rata- rata tingkat kecemasan tertinggi terjadi pada rentang usia 51-

60 tahun. Suku Tolaki memiliki tingkat kecemasan tertinggi dibanding

suku lain, dengan rata- rata kecemasan tertinggi dialami oleh responden

sebagai Ibu Rumah Tangga (IRT). Berdasarkan tingkat pendidikan

kecemasan tertinggi dialami oleh repsonden dengan status pendidikan

lulusan Sekolah Dasar.

B. Saran

1. Perlu memperbanyak sampel penelitian agar sampel yang diperoleh

lebih beragam.

2. Perlu persiapan yang lebih matang dan sumber daya yang lebih banyak

agar informasi yang didapatkan saat penelitian lebih akurat.

3. Perlu dilakukan evaluasi tingkat kecemasan dan tingkat kesehatan jiwa

terhadap responden secara keseluruhan mengingat pentingnya

mewujudkan derajat kesehatan yang optimal.


DAFTAR PUSTAKA

1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2014 Tentang

Kesehatan Jiwa. Lembaran Negara Republik Indonesia No. 185. Jakarta.

2. Diferiansyah, O., Tendry S., Rika L. 2016. Gangguan Cemas Menyeluruh.

JurmalMedula Vol 5(2):63

3. Saleh, U. 2013. Anxiety Disorder. Program Studi Psikologi Fakultas

Kedokteran Universitas hasanuddin.

4. Suwanto, M.2015. Implementasi Metode Bayesian dalam Menentukan

Kecemasan pada HARS (Hamilton Anxiety Rating Scale). Universitas

Muhammadiyah Jember.

5. Laras, H. 2016. Persepsi Masyarakat Terhadap Pembangunan Jalan Tol

Bekasicawang-Kampung Melayu (Becakayu). Jakarta.

6. Azizah L.M., Imam Z., Amar A. 2016. Buku Ajar Keperawatan Kesehatan

Jiwa: Teori dan Aplikasi Praktik Klinik. Yogyakarta: Indonesia Pustaka.

7. Hartanti, F.P. 2018. Stresor Predisposisi Yang Mendukung Terjadinya

Gangguan Jiwa Pada Pasien Skizofrenia Di Rumah Sakit Jiwa Daerah

Surakarta. Program Studi S1 Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Surakarta

8. Annisa, D.F., Ifdil. 2016. Konsep Kecemasan (Anxiety) pada Lanjut Usia

(Lansia). Konselor Vol. 5 (2): 94-95.

9. Christianawati, G., Tutuk A. 2019. Aplikasi Pengukuran Tingkat Kecemasan

Berdasarkan Skala HARS Berbasis Android.Jurnal Teknik

KomputerVol.5(2):278-279
10. Anggraini,Y., Domai,T., Said, A. Implementasi Program Pengembangan

Desa Pesisir Tangguh (PDPT) Dalam Upaya Pembangunan Wilayah Pesisir

(Studi di Desa Tambakrejo, Kecamatan Sumbermanjing Wetan, Kabupaten

Malang). JurnalAdministrasiPublik (JAP) 3(11):1862-1867.

11. Prapti, L., Edy S, Dian T. 2015. Analisis Dampak Pembangunan Infrastruktur

Jalan Terhadap Pertumbuhan Usaha Ekonomi Rakyat di Kota Semarang.

Jurnal Dinamika Sosbud Vol 17(2):84

12. Asjhari, A., Widyo N.S., Difa K. Pengembangan Infrastruktur Jaringan Jalan

Dalam Mendukung Pengembangan Wisata Budaya di Daerah Sekitar Candi

Borobudur.Jurnal Studi Pembangunan (1): 4

13. Wiranto, T. 2004. Pembangunan Wilayah Pesisir Dan Laut Dalam Kerangka

Pembangunan Perekonomian Daerah. Deputi Menteri Negara PPN /Kepala

Bappenas Bidang Otonomi Daerah dan Pengembangan Regional.

14. Arfah J, Muhtar E, Saefullah A, Muhafidin D. Strategi Implementasi

Kebijakan Pengembangan Kepariwisataan di Kabupaten Konawe Sulawesi

Tenggara. 2019;15(2).

15. Tim Redaksi. Muluskan Pengerjaan Akses Jalan Wisata, Pemprov Sultra dan

PT. PP Teken Kontrak Pembangunan Jalan Toronipa – Kendari Tahap II.

Diakses pada 21 Februari 2021 (http://thepasarwajonews.com/muluskan-

pengerjaan-akses-jalan-wisata-pemprov-sultra-dan-pt-pp-teken-kontrak-

pembangunan-jalan-toronipa-kendari-tahap-ii/)

16. Sayogi, K.W., Argyo D.2018. Pengembangan Pariwisata Bahari (Studi

Deskriptif Pada Pelaku Pengembangan Pariwisata Bahari Pantai Watukarung


Desa Watukarung Kecamatan Pringkuku Kabupaten Pacitan). Journal of

Development and Social Change Vol. 1(1): 10.

17. Abdillah, Y. 2020.Sosial Ekonomi Nelayan Sekitar Industri Wisata Bahari.

Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Universitas Maritim Raja Ali Haji:

Tanjungpinang.

18. Ferdian, K.J., dkk. 2019. Dampak Ekowisata Bahari Dalam Perspektif

Kesejahteraan Masyarakat Dan Kelestarian Lingkungan Pesisir. Jounal of

Indonesian Public Administration and Governance Studies Vol. 3(1): 483-

484.

19. Badan Pusat Statistik Kabupaten Konawe. 2018. Kecamatan Soropia dalam

Angka 2018.

20. Ainunnisa, K. 2020. Hubungan Antara Jenis Kelamin dengan Tingkat

Kecemasan Pada Pasien Gagal Jantung. Skripsi. Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Surakarta.

21. Bachri S, Cholid Z, Rochim A. Perbedaan Tingkat Kecemasan pada Pasien

Berdasarkan, Usia, Jenis Kelamin, Tingkat Pendidikan dan Pengalaman

Pencabutan Gigi di RSGM FKG Universitas Jember. e-Journal Pustaka

Kesehatan. 2017;5(1).

22. Vellyana, D., Arena L. Asri R. 2017. Faktor-Faktor yang Berhubungan

dengan Tingkat Kecemasan pada Pasien Preoperative. Jurnal Kesehatan Vol

8(1):111.

23. Bachri S, Cholid Z, Rochim A. Perbedaan Tingkat Kecemasan pada Pasien

Berdasarkan, Usia, Jenis Kelamin, Tingkat Pendidikan dan Pengalaman


Pencabutan Gigi di RSGM FKG Universitas Jember. e-Journal Pustaka

Kesehatan. 2017;5(1).
Lampiran 1. Master Tabel

N Jenis Usi Pend.


o Inisial Kelamin a Suku Pekerjaan Terakhir No Hp
1 Ny. M Perempuan 47 Bugis IRT SD Tidak Ada
2 Ny. S Perempuan 35 Buton PNS S1 Tidak Ada
3 Ny. SK Perempuan 36 Bugis PNS S1 Tidak Ada
4 Ny. N Perempuan 59 Bugis Wiraswasta SD Tidak Ada
5 Ny. Y Perempuan 51 Tolaki Petani SD Tidak Ada
6 Ny. A Perempuan 37 Tolaki IRT SMP Tidak Ada
7 Ny. T Perempuan 85 Bugis IRT SD Tidak Ada
8 Ny. L Perempuan 27 Tolaki IRT SMA Tidak Ada
9 Ny. Y Perempuan 39 Tolaki Wiraswasta SMA Tidak Ada
10 Ny. HKA Perempuan 30 Bugis IRT SMA Tidak Ada
Tidak
11 Tn. Y Laki-laki 66 Muna Bekerja SMA Tidak Ada
12 Tn. JM Laki-laki 35 Tolaki Nelayan SMP Tidak Ada
13 Ny. S Perempuan 46 Tolaki IRT SMA Tidak Ada
14 Ny. S Perempuan 60 Bugis IRT SD Tidak Ada
15 Ny. S Perempuan 40 Tolaki IRT SD Tidak Ada
16 Ny. Y Perempuan 63 Tolaki IRT SMP Tidak Ada
17 Ny. H Perempuan 60 Tolaki Wiraswasta SMP Tidak Ada
18 Ny. H Perempuan 49 Bugis IRT SMA Tidak Ada
19 Ny. H Perempuan 36 Bugis IRT SMP Tidak Ada
Selaya
20 Ny. N Perempuan 55 r IRT SD Tidak Ada
21 Ny. H Perempuan 39 Tolaki IRT SMA Tidak Ada
22 Ny. S Perempuan 60 Tolaki IRT SMP Tidak Ada
23 Tn. S Laki-laki 47 Bugis Nelayan SMP Tidak Ada
24 Ny. S Perempuan 77 Tolaki IRT SD Tidak Ada
25 Ny. S Perempuan 39 Tolaki Wiraswasta SMA Tidak Ada
0853 3370
26 Ny. R Perempuan 35 Tolaki IRT SMP 3385
27 Ny. H Perempuan 67 Torete IRT SMP Tidak Ada
0823 3352
28 Ny. S Perempuan 50 Tolaki IRT SMP 8259
29 Ny. N Perempuan 62 Buton PNS S1 Tidak Ada
30 Tn. H Laki-laki 56 Bugis Nelayan SMP Tidak Ada
31 Ny. R Perempuan 57 Bajo IRT Tidak Sekolah Tidak Ada
32 Ny. N Perempuan 44 Bajo IRT SMA Tidak Ada
33 Ny. S Perempuan 32 Tolaki IRT SD Tidak Ada
34 Tn. S Laki-laki 74 Muna Nelayan SD Tidak Ada
35 Tn. M Laki-laki 34 Bugis Nelayan SMP Tidak Ada
36 Ny. M Perempuan 58 Muna IRT SD Tidak Ada
37 Ny. M Perempuan 51 Bugis IRT SD Tidak Ada
38 Ny. D Perempuan 57 Tolaki IRT SMP Tidak Ada
39 Ny. S Perempuan 60 Tolaki' IRT SD Tidak Ada
40 Ny. M Perempuan 51 Bugis IRT SMA Tidak Ada
41 Ny. R Perempuan 60 Bugis IRT SD Tidak Ada
Tidak
42 Tn. N Laki-laki 60 Muna bekerja Tidak Sekolah Tidak Ada
43 Ny. S Perempuan 47 Muna IRT SD Tidak Ada
44 Ny. A Perempuan 41 Bugis IRT SMA Tidak Ada
45 Tn. D Laki-laki 69 Bugis Nelayan SD Tidak ada
46 Tn. K Laki-laki 68 Bugis Nelayan SD Tidak ada
47 Tn. S Laki-laki 49 Tolaki Nelayan SD Tidak ada
48 Tn. H Laki-laki 79 Muna Wiraswasta SMP Tidak Ada
49 Ny. S Perempuan 70 Tolaki IRT SD Tidak Ada
0823 4461
50 Tn. S Laki-laki 35 Muna Nelayan SMA 7485
Lampiran 2. Hasil Analisis SPSS Distribusi Frekuensi

Jenis Kelamin

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Laki-laki 12 24.0 24.0 24.0

Perempuan 38 76.0 76.0 100.0

Total 50 100.0 100.0

Usia

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 20-30 2 4.0 4.0 4.0

31-40 12 24.0 24.0 28.0

41-50 10 20.0 20.0 48.0

51-60 14 28.0 28.0 76.0

>60 12 24.0 24.0 100.0

Total 50 100.0 100.0


Suku

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Bugis 17 34.0 34.0 34.0

Tolaki 20 40.0 40.0 72.0

Muna 7 14.0 14.0 86.0

Bajo 2 4.0 4.0 90.0

Selayar 1 2.0 2.0 94.0

Buton 2 4.0 4.0 98.0

Torete 1 2.0 2.0 100.0

Total 50 100.0 100.0

Pekerjaan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Tidak Bekerja 2 4.0 4.0 4.0

IRT 32 64.0 64.0 68.0

Nelayan 7 14.0 14.0 82.0

Wiraswasta 5 10.0 10.0 92.0

PNS 3 6.0 6.0 98.0

Petani 1 2.0 2.0 100.0

Total 50 100.0 100.0


Tingkat Pendidikan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Tidak Sekolah 3 6.0 6.0 6.0

SD 17 34.0 34.0 40.0

SMP 14 28.0 28.0 68.0

SMA 13 26.0 26.0 94.0

S1 3 6.0 6.0 100.0

Total 50 100.0 100.0


Lampiran 3. Hasil Analisis Tingkat Kecemasan Berdasarkan Karakteristik Responden

Tingkat Kecemasan Berdasarkan HARS * Jenis Kelamin Crosstabulation


Crosstab

Jenis Kelamin

Laki-laki Perempuan Total

Tingkat Kecemasan Tidak Ada Count 5 15 20

% within Tingkat Kecemasan 25.0% 75.0% 100.0%

% within Jenis Kelamin 41.7% 39.5% 40.0%

% of Total 10.0% 30.0% 40.0%

Ringan Count 5 15 20

% within Tingkat Kecemasan 25.0% 75.0% 100.0%

% within Jenis Kelamin 41.7% 39.5% 40.0%

% of Total 10.0% 30.0% 40.0%

Sedang Count 2 5 7

% within Tingkat Kecemasan 28.6% 71.4% 100.0%

% within Jenis Kelamin 16.7% 13.2% 14.0%

% of Total 4.0% 10.0% 14.0%

Berat Count 0 3 3
% within Tingkat Kecemasan .0% 100.0% 100.0%

% within Jenis Kelamin .0% 7.9% 6.0%

% of Total .0% 6.0% 6.0%

Total Count 12 38 50

% within Tingkat Kecemasan 24.0% 76.0% 100.0%

% within Jenis Kelamin 100.0% 100.0% 100.0%

% of Total 24.0% 76.0% 100.0%

Tingkat Kecemasan Berdasarkan HARS * Usia Crosstabulation


Crosstab

Usia

20-30 31-40 41-50 51-60 >60 Total

Tingkat Kecemasan Tidak Ada Count 2 4 4 6 4 20

% within Tingkat Kecemasan 10.0% 20.0% 20.0% 30.0% 20.0% 100.0%

% within Usia 100.0% 33.3% 40.0% 42.9% 33.3% 40.0%

% of Total 4.0% 8.0% 8.0% 12.0% 8.0% 40.0%

Ringan Count 0 4 4 6 6 20

% within Tingkat Kecemasan .0% 20.0% 20.0% 30.0% 30.0% 100.0%


% within Usia .0% 33.3% 40.0% 42.9% 50.0% 40.0%

% of Total .0% 8.0% 8.0% 12.0% 12.0% 40.0%

Sedang Count 0 3 2 1 1 7

% within Tingkat Kecemasan .0% 42.9% 28.6% 14.3% 14.3% 100.0%

% within Usia .0% 25.0% 20.0% 7.1% 8.3% 14.0%

% of Total .0% 6.0% 4.0% 2.0% 2.0% 14.0%

Berat Count 0 1 0 1 1 3

% within Tingkat Kecemasan .0% 33.3% .0% 33.3% 33.3% 100.0%

% within Usia .0% 8.3% .0% 7.1% 8.3% 6.0%

% of Total .0% 2.0% .0% 2.0% 2.0% 6.0%

Total Count 2 12 10 14 12 50

% within Tingkat Kecemasan 4.0% 24.0% 20.0% 28.0% 24.0% 100.0%

% within Usia 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0%

% of Total 4.0% 24.0% 20.0% 28.0% 24.0% 100.0%

Tingkat Kecemasan Berdasarkan HARS * Suku Crosstabulation

Total

Bugis Tolaki Muna Bajo Selayar Buton Torete


Tingkat Kecemasan Tidak Ada Count 6 11 2 1 0 0 0

% within Tingkat Kecemasan 30.0% 55.0% 10.0% 5.0% .0% .0% .0% 100.

% within Suku 37.5% 55.0% 28.6% 50.0% .0% .0% .0% 40.

% of Total 12.0% 22.0% 4.0% 2.0% .0% .0% .0% 40.

Ringan Count 8 7 3 0 0 1 1

% within Tingkat Kecemasan 40.0% 35.0% 15.0% .0% .0% 5.0% 5.0% 100.

% within Suku 50.0% 35.0% 42.9% .0% .0% 50.0% 100.0% 40.

% of Total 16.0% 14.0% 6.0% .0% .0% 2.0% 2.0% 40.

Sedang Count 2 1 2 0 1 1 0

% within Tingkat Kecemasan 14.5% 14.3% 28.6% .0% 14.3% 14.3% .0% 100.

% within Suku 6.4% 5.0% 28.6% .0% 100.0% 50.0% .0% 14.

% of Total 4.0% 2.0% 4.0% .0% 2.0% 2.0% .0% 14.

Berat Count 1 1 0 1 0 0 0

% within Tingkat Kecemasan 33.3% 33.3% .0% 33.3% .0% .0% .0% 100.

% within Suku 6.2% 5.0% .0% 50.0% .0% .0% .0% 6.

% of Total 2.0% 2.0% .0% 2.0% .0% .0% .0% 6.

Total Count 17 20 7 2 1 2 1

% within Tingkat Kecemasan 34.0% 40.0% 14.0% 4.0% 2.0% 4.0% 2.0% 100.
% within Suku 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.

% of Total 34.0% 40.0% 14.0% 4.0% 2.0% 4.0% 2.0% 100.

Tingkat Kecemasan Berdasarkan HARS * Pekerjaan Crosstabulation


Crosstab

Pekerjaan Total

Tidak Bekerja IRT Nelayan Wiraswasta PNS Petani

Tingkat Kecemasan Tidak Ada Count 1 13 2 3 0 1 20

% within Tingkat Kecemasan 5.0% 65.0% 10.0% 15.0% .0% 5.0% 100.0%

% within Pekerjaan 50.0% 40.6% 28.6% 60.0% .0% 100.0% 40.0%

% of Total 2.0% 26.0% 4.0% 6.0% .0% 2.0% 40.0%

Ringan Count 1 12 4 2 1 0 20

% within Tingkat Kecemasan 5.0% 60.0% 20.0% 10.0% 5.0% .0% 100.0%

% within Pekerjaan 50.0% 37.5% 57.1% 40.0% 33.3% .0% 40.0%

% of Total 2.0% 24.0% 8.0% 4.0% 2.0% .0% 40.0%

Sedang Count 0 4 1 0 2 0 7

% within Tingkat Kecemasan .0% 57.1% 14.3% .0% 28.6% .0% 100.0%

% within Pekerjaan .0% 12.5% 14.3% .0% 66.7% .0% 14.0%


% of Total .0% 8.0% 2.0% .0% 4.0% .0% 14.0%

Berat Count 0 3 0 0 0 0 3

% within Tingkat Kecemasan .0% 100.0% .0% .0% .0% .0% 100.0%

% within Pekerjaan .0% 9.4% .0% .0% .0% .0% 6.0%

% of Total .0% 6.0% .0% .0% .0% .0% 6.0%

Total Count 2 32 7 5 3 1 50

% within Tingkat Kecemasan 4.0% 64.0% 14.0% 10.0% 6.0% 2.0% 100.0%

% within Pekerjaan 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0%

% of Total 4.0% 64.0% 14.0% 10.0% 6.0% 2.0% 100.0%

Tingkat Kecemasan Berdasarkan HARS * Tingkat Pendidikan Crosstabulation


Crosstab

Tingkat Pendidikan Total

Tidak Sekolah SD SMP SMA S1

Tingkat Kecemasan Tidak Ada Count 1 5 7 7 0 20

% within Tingkat Kecemasan 5.0% 25.0% 35.0% 35.0% .0% 100.0%

% within Tingkat Pendidikan 33.3% 29.4% 50.0% 53.8% .0% 40.0%

% of Total 2.0% 10.0% 14.0% 14.0% .0% 40.0%


Ringan Count 0 8 6 5 1 20

% within Tingkat Kecemasan .0% 40.0% 30.0% 25.0% 5.0% 100.0%

% within Tingkat Pendidikan .0% 47.1% 42.9% 38.5% 33.3% 40.0%

% of Total .0% 16.0% 12.0% 10.0% 2.0% 40.0%

Sedang Count 0 3 1 1 2 7

% within Tingkat Kecemasan .0% 42.9% 14.3% 14.3% 28.6% 100.0%

% within Tingkat Pendidikan .0% 17.6% 7.1% 7.7% 66.7% 14.0%

% of Total .0% 6.0% 2.0% 2.0% 4.0% 14.0%

Berat Count 2 1 0 0 0 3

% within Tingkat Kecemasan 66.7% 33.3% .0% .0% .0% 100.0%

% within Tingkat Pendidikan 66.7% 5.9% .0% .0% .0% 6.0%

% of Total 4.0% 2.0% .0% .0% .0% 6.0%

Total Count 3 17 14 13 3 50

% within Tingkat Kecemasan 6.0% 34.0% 28.0% 26.0% 6.0% 100.0%

% within Tingkat Pendidikan 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0%

% of Total 6.0% 34.0% 28.0% 26.0% 6.0% 100.0%


Lampiran 4. Dokumentasi Kegiatan
Lampiran 5. Pengalaman Pribadi Peneliti

Rabu, 24 Februari 2021, pertama kalinya peneliti ke Desa Sorue jaya, Kecamatan

Soropia untuk bertemu Kepala Desa Sorue Jaya yang bertujuan untuk

memberikan surat izin sekaligus meminta kesediaan kepada Kepala Desa terkait

pemeriksaan kesehatan yang akan dilakukan peneliti. Saat kami ke datang, Kepala

Desa sedang tidak ada di rumah dan di wakilkan oleh adiknya yang juga bertugas

sebagai bendahara Desa. Kami menjelaskan terkait kegiatan yang akan dilakukan.

Respon nya cukup baik dan terbuka kepada peneliti. Ibu bendahara juga bersedia

membantu proses persiapan kegiatan yang akan dilakukan. Setelah mendapatkan

izin, kami pergi menyusuri desa untuk meninjau lokasi tempat kegiatan. Kami

juga pergi ke beberapa rumah warga untuk memberikan info terkait kegiatan yang

akan dilakukan agar warga tidak perlu merasa takut untuk menghadiri kegiatan

yang akan dilaksanakan pada 27 Februari 2021 dikarenakan beberapa warga desa

setempat banyak yang ketakutan terhadap pemeriksaan kesehatan di masa

pandemi seperti ini. Muncul rasa ketakutan akan adanya kegiatan yang berikaitan

dengan COVID-19, seperti vaksinasi ataupun Rapid Test. Namun hal itu juga

dapat peneliti atasi dengan memberikan penjelasan lengkap dan baik kepada

masyarakat tentang item kegiatan yang akan peneliti lakukan. Kami juga

membagikan beberapa kupon untuk pemeriksaan terhadap warga. Pada saat hari

H, tanggal 27 Februari 2021, kegiatan pemeriksaan kesehatan yang peneliti

adakan bersama panitia lain berlangsung cukup lancar dan ramai, walaupun

sempat ada kendala seperti pindahnya lokasi penelitian yang harusnya dilakukn di

balai desa kemudian dipindahkan di ruang kelas TK di Desa Sorue jaya dan
terhambatnya waktu dikarenakan butuh waktu yang cukup lama untuk

mewawancarai responden yang mayoritas berusia tua, namun masyarakat cukup

sabar untuk menunggu giliran dan mengisi kuesioner dengan baik sehingga

kegiatan tersebut dapat selesai dengan baik.

Anda mungkin juga menyukai