Anda di halaman 1dari 94

PENGELOLAAN ASET DESA SEBAGAI SUMBER PENDAPATAN ASLI DESA DI

NEGERI TULEHU KECAMATAN SALAHUTU KABUPATEN MALUKU TENGAH

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Gelar Sarjana

Program Studi Administrasi Negara Jurusan Administrasi

Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik

Universitas Pattimura

Oleh:

FITRIA WATI EFRUAN

NIM : 2018 22 160

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS PATTIMURA

AMBON

2022
ii
iii

SKRIPSI

PENGELOLAAN ASET DESA SEBAGAI SUMBER PENDAPATAN ASLI DESA DI


NEGERI TULEHU KECAMATAN SALAHUTU KABUPATEN MALUKU TENGAH

Disusun dan diajukan oleh:

FITRIA WATI EFRUAN

NIM: 2018 22 160

Telah diperiksa dan disetujui untuk diuji

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. St. K. Ohoiwutun, M.Si Dr. H.V.R. Pattimukay, S.Sos, M.Si


NIP. 19611113 199303 1001 NIP.19700915 200312 1001

Disahkan oleh :

Dekan Ketua Jurusan


Ilmu Administrasi

Dr. WahabTuanaya, M.Si Drs. Pieter S Soselisa, M.Si


NIP. 19661214 1993031006 NIP. 19660512 1995121001
iv

PERNYATAAN KEASLIAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa penulisan skripsi ini tidak ada atau tidak sama
dengan karya tulis (skripsi) yang pernah di ajukan untuk memperoleh derajat kesarjanaan
(S1) di perguruan tinggi manapun sepanjang pengetahuan penulis. Sebagai hasil karya atau
pendapat orang lain yang ditulis dalam naskah yang penulis sebutkan dalam lembaran
daftar pustaka skripsi ini.
Dengan demikian pernyataan ini saya buat dan apabila dikemudian hari ada pihak
lain merasa hasil karya ini sebagai PLAGIAT maka saya bersedia menerima sangsi secara
akademik sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

Ambon, 24 Oktober 2022

Penulis

FITRIA WATI EFRUAN


Nim : 2018 22 160
v

HALAMAN PERNYATAAN BERSAMA

Sebagai civitas akademik FISIP UNPATTI, saya yang bertanda tangan di bawah ini.

Nama : Fitria Wati Efruan

Nim : 2018 22 160

Program Studi : Administrasi Negara

Jenis Karya : Skripsi

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, penulis menyetujui untuk memberikan kepada


FISIP UNPATTI untuk menyimpan dan menggali media/format, mengelola dalam bentuk
pangkalan data (Database) mendistribusikan menggunakan data dan menampilkan atau
mempublikasikan di internet atau media lain unutk kepentingan akademik tanpa perlu
meminta izin selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan
sebagai pemilik hak cipta atas karya ilmiah saya yang berjudul “Pengelolaan Aset Desa
Sebagai Sumber Pendapatan Asli Desa Di Negeri Tulehu Kecamatan Salahutu
Kabupaten Maluku Tengah”.

Segala tuntutan hukum yang timbul atas pelanggaran hak cipta atas karya ilmiah ini
menjadi tanggung jawab saya pribadi. Demikian pernyataan ini saya buat sebenar-
benarnya.

Ambon, 24 Oktober 2022

Yang Menerima Yang Menyatakan

Dr. St. K. Ohoiwutun, M.Si Fitria Wati Efruan


NIP. 19611113 199303 1001 2018 22 160
vi

BIODATA

Identitas Diri :

Nama : Fitria Wati Efruan

Tempat Tanggal Lahir : Tulehu 15 Desember 2001

Jenis Kelamin : Perempuan

Alamat Rumah : Tulehu,Mamokeng Rt 01

Contack Person : 082197961481

Riwayat Pendidikan :

1. SD Negeri 9 Tulehu

2. MTS Negeri Tulehu

3. SMA Negeri 22 Tulehu

Riwayat Organisasi :

1. Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM)

Penulis

Ambon, 24 Oktober 2022

Fitria Wati Efruan


Nim : 2018 22 160
vii

MOTTO

Hasbunallah Wa Ni’mal Wakiil


“Cukuplah Allah Menjadi Pelindung Bagi Kami, Allah Adalah Sebaik-Baik Pemberi
Perlindungaan”
[Q.S. Ali ‘Imran, 3: 173]
viii

PERSEMBAHAN

Segala puja dan puji kepada ALLAH SWT atas berkah, rahmat dan nikmatnya, baik
nikmat kesehatan maupun nikmat kesempatan, sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi
ini dengan sebaik-baiknya yang kemudian skripsi ini kupersembahkan kepada :

1. Ayah tercinta Saman Efruan dan Ibu tercinta Sarpia Karaeng, yang telah dengan
susah payah membesarkan dan mendidik saya, dan juga semua doa yang turut
menghantarkan saya sehingga mampu untuk menyandang gelar sarjana Adminis-
trasi Publik.
2. Terima kasih kepada semua keluarga ikatan mahasiswa muhammadiyah (IMM)
ambon. Karena dari IMM saya banyak belajar menemui jati diri saya dan memben-
tuk mental dalam memaknai hidup dengan perjuangan.
3. Terima Kasih untuk almamaterku FISIP UNPATTI
ix

KATA PENGANTAR

Pertama-tama atas rahmat Sang Khaliq penulis panjatkan kehadirat ALLAH SWT sang
penguasa langit dan bumi, karena atas rahmat dan karunia-nya sehingga kita masih diberi
kesempatan dan kesehatan sampai saat ini. Shalawat serta salam saya haturkan kepada
Rasul Allah Baginda Nabi Muhammad SAW karena atas perjuangan-nya lah kita dapat
hidup dengan Agama Allah yakni Islam seperti yang kita rasakan saat ini.

Alhamdulillah atas kehendak Allah SWT, penulis senantiasa diberi kemudahan,


kesabaran dan kesehatan sehingga dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan judul
“Pengelolaan Aset Desa Sebagai Sumber Pendapatan Asli Desa Di Negeri Tulehu
Kecamatan Salahutu Kabupaten Maluku Tengah”, guna memenuhi syarat untuk
memperoleh gelar sarjana Ilmu Administrasi Negara di Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik
Pada Universitas Pattimura.

Dengan penuh kesadaran atas kekurangan dalam penulisan skripsi ini. Penulis
menyadari mungkin tak dapat diselesaikan sendiri tanpa bantuan pembimbing dalam
membimbing penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. Sehingga tidak lupa untuk
mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu secara
langsung maupun tidak langsung. Untuk itu dengan segala permohonan maaf, kerendahan
dan ketulusan hati penulis mengucapkan terima kasih banyak atas dedikasinya kepada :

1. Prof. Dr. M. J. Sapteno, SH, selaku Rektor Universitas Pattimura beserta seluruh
Pembantu Rektor dan Unsur Pimpinan dalam jajaran Rektor yang ada.
2. Dr. Wahab Tuanaya, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Pattimura.
3. Terima kasih kepada Drs. Pieter S. Soselisa selaku Ketua Jurusan Ilmu Adminis-
trasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.
4. Terima Kasih kepada Dr. St. K. Ohoiwutun, M.Si selaku Ketua Program Studi Ilmu
Administrasi Negara sekaligus dosen Ilmu Administrasi Negara yang juga
berperan dalam kelancaran studi saya.
5. Terima Kasih banyak Pak Dr. St. K , Ohoiwutun, M.Si selaku pembimbing satu
dan Dr. H.V.R. Pattimukay, S.Sos, M.Si selaku pembimbing dua, yang telah
sabar dalam membimbing penulisan skripsi ini dan juga membantu saya sehingga
dapat menyelesaikan studi saya
6. Terima kasih kepada semua Dosen dan staf pada umumnya dan terlebih khusus
kepada dosen ilmu administrasi negara yang penulis tidak sebut namanya satu-
persatu.
x

7. Beribu-ribu terima kasih dan doa kepada kedua orang tua saya yang dengan doa
keduanyalah saya dapat tumbuh besar dan menjadi pribadi seperti sekarang ini
dan juga kakak dan adik-adik saya.
8. Ucapan terima kasih kepada semua informan yang tidak bisa saya sebut na-
manya satu-persatu yang sudah mau berbagi informasi demi kelancaran peneli-
tian penulis.
9. Terima kasih teman-teman seperjuangan Administrasi Publik angkatan 2018 den-
gan semua kisahnya selama 4 tahun

Semoga segala bentuk bimbingan, arahan yang telah diberikan kepada penulis menjadi
amal saleh dan dibalas oleh Allah SWT dengan amal yang berlipat ganda. Penulis
memohon maaf atas segala kekhilafan baik yang disengaja maupun tidak disengaja.
Semoga karya ilmiah ini di ridhoi Allah SWT dan bermanfaat bagi orang lain nantinya. Suatu
Harapan yang ditunggu adalah kritikan konstruk dan saran untuk penulis demi
kesempurnaan skripsi ini.

Ambon, 24 Oktober 2022

Fitria Wati Efruan


Nim : 2018 22 160
xi

ABSTRAK

Fitria Wati Efruan : Pengelolaan Aset Desa Sebagai Sumber Pendapatan Asli Desa Di
Negeri Tulehu Kecamatan Salahutu Kabupaten Maluku Tengah.
Pembimbing I : Dr. St. K. Ohoiwutun, M.Si. Pembimbing ll : Dr. H.V.R. Pattimukay, S.Sos,
M.Si.

Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui bagaimanakah pengelolaan aset milik Desa
di Negeri Tulehu Kecamatan Salahutu Kabupaten Maluku Tengah. Fokus penelitian ini
peneliti berfokus dalam pengelolaan aset desa sebagai sumber pendapatan asli desa di
Negeri Tulehu Kecamatan Salahutu Kabupaten Maluku Tengah. Penelitian ini menggunakan
metode kualitatif dengan mendapatkan data dari wawancara dan dokumentasi.

Hasil penelitian ini menunjukan berdasarkan variabel penelitian yang telah ditetapkan
untuk diteliti diantaranya : Perencanaan aset milik desa yang terdiri dari perencanaan aset
milik desa sudah cukup baik, Pengadaan aset milik desa belum adanya pengadaan aset
yang baru hanya saja melakukan pemeliharaan dan perawatan terhadap aset yang sudah
ada, Pemanfaatan aset milik desa sudah cukup baik dengan cara melakukan penyewaan
terhadap aset desa, Pengamanan aset desa sudah dilakukan dengan sangat baik dengan
adanya papan nama terhadap aset dan akta kepemilikan aset milik desa, Pemeliharaan
aset desa juga dilakukan dengan baik dimana setiap tahun dilakukan pengecatan terhadap
aset desa seperti bangunan diantaranya pasar negeri dan tribun sepakbola negeri agar
tidak terkesan kumuh dan kotor, Penatausahaan aset desa belum dilakukan dengan baik
sebab belum adanya informasi lengkap keadaan aset desa atau laporan mengenai
pengelolaan aset milik desa yang tidak sepenuhnya transparansi dalam pengelolaan aset,
yang dari hal tersebut dapat mempengaruhi kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah
desa/negeri tulehu, Penilaian aset desa belum dilakukan akibat dari belum memiliki sumber
daya manusia yang memadai dalam melakukan pekerjaan tersebut dan juga finansial desa
yang belum memungkinkan untuk mendatangkan tim penilai eksternal untuk melakukan
penilaian terhadap aset milik desa.

Kata kunci : Pengelolaan, Aset Desa, Pendapatan Asli Desa


xii
xiii

DAFTAR ISI

Hal

HALAMAN JUDUL .............................................................................................................i

HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................................. ii

HALAMAN PERNYATAAN ............................................................................................... iii

HALAMAN PERNYATAAN BERSAMA ........................................................................... iv

HALAMAN BIODATA ........................................................................................................ v

HALAMAN MOTTO ........................................................................................................... vi

HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................................................... vii

KATA PENGANTAR ......................................................................................................... viii

ABSTRAK .......................................................................................................................... x

DAFTAR ISI ....................................................................................................................... xi

DAFTAR TABEL ................................................................................................................ xiv

DAFTAR GAMBAR .......................................................................................................... xv

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................................... 1

1.1. Latar Belakang Masalah ....................................................................................... 1

1.2. Permaslaahan Pokok ............................................................................................7

1.3. Tujuan Dan Kegunaan Penelitian.......................................................................... 7

1.3.1. Tujuan Penilitian ................................................................................................ 7

1.3.2. kegunaan penilitian ............................................................................................ 7

1.4. Sistematika Penulisan .......................................................................................... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................................... 8

2.1. Pembangunan Desa ............................................................................................ 8

2.2. Pendapatan Asli Desa .......................................................................................... 11


xiv

2.2.1. Pemanfaatan Sumber-sumber Pendapata Asli Desa ........................................ 14

2.2.2. Pengelolaan Aset Milik Desa Sebagai Sumber Pendapatan Asli....................... 16

2.3. Penelitian Terdahulu ............................................................................................. 25

2.4. Kerangka Pikir ...................................................................................................... 27

2.5. Deskripsi Fokus .................................................................................................... 28

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ............................................................................... 29

3.1. Jenis Penelitian .....................................................................................................29

3.2. Subjek dan Objek Penelitian .................................................................................29

3.3. Instrumen Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data ..........................................29

3.4. Penentuan Informan ............................................................................................. 30

3.5. Jenis data ............................................................................................................. 31

3.6. Sumber Data ........................................................................................................ 31

3.7. Teknik Analisis Data ............................................................................................. 31

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN ................................................................. 32

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ..................................................................... 32

4.1.1. Sejarah Singkat Negeri Tulehu .......................................................................... 32

4.1.2. Letak Geografis Negeri Tulehu .......................................................................... 37

4.1.3. Topografi dan Jenis Tanah ................................................................................ 37

4.1.4. Keadaan Penduduk Negeri Tulehu ....................................................................37

4.1.5. Struktur dan Sistem Pemerintahan Negeri Tulehu ............................................ 42

4.1.6. Struktur, Tugas dan Fungsi Saniri Negeri ..........................................................47

4.2. Hasil Penelitian dan Pembahasan ........................................................................ 50

4.2.1. Perencanaan Aset Milik Desa ...........................................................................50

4.2.2. Pengadaan aset Milik Desa ............................................................................... 52


xv

4.2.3. Pemanfaatan Aset Milik Desa ............................................................................53

4.2.4. Pengamanan Aset Milik Desa ............................................................................55

4.2.5. Pemeliharaan Aset Milik Desa ........................................................................... 57

4.2.6. Penatausahaan Aset Milik Desa ........................................................................ 59

4.2.7. Penilaian aset Milik Desa ...................................................................................61

4.3. Pembahasan .........................................................................................................62

4.3.1. Perencanaan Aset Milik Desa ...........................................................................62

4.3.2. Pengadaan aset Milik Desa ............................................................................... 63

4.3.3. Pemanfaatan Aset Milik Desa ............................................................................63

4.3.4. Pengamanan Aset Milik Desa ............................................................................64

4.3.5. Pemeliharaan Aset Milik Desa ........................................................................... 64

4.3.6. Penatausahaan Aset Milik Desa ........................................................................ 65

4.3.7. Penilaian aset Milik Desa ...................................................................................65

BAB V PENUTUP .............................................................................................................. 66

5.1. Kesimpulan ........................................................................................................... 66

5.2. Saran .................................................................................................................... 67

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................... 69

LAMPIRAN ......................................................................................................................... 71

DAFTAR TABEL
xvi

TABEL

4.1. Penduduk Negeri Menurut Kelompok Umur ................................................................ 38

4.2. Penduduk Negeri Menurut Mata Pencahariaan ......................................................... 39

4.3. Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan ..................................................................... 40

DAFTAR GAMBAR
xvii

GAMBAR

2.1. Kerangka Pikir ............................................................................................................. 28

4.1. Struktur Pemerintahan Negeri Tulehu ......................................................................... 45


18

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah


Indonesia sebagai satu negera yang besar jika ditinjau dari luas wilayahnya yang
secara astronomik berada diantara 950 – 1410 Bujur Timur dan 60 lintang Utara – 110
Lintang Selatan dan merupakan negera kepulauan yang terdiri dari ribuan pulau
yang dihubungkan dengan laut. Keadaan negara Indonesia yang luas dengan ribuan
pulau dan dihubungkan dengan laut terbentang seperti digambarkan ini, ternyata
terdapat sangat banyak desa, dimana sebagian besar penduduknya bermukim di
desa-desa yang ada.

Penduduk Indonesia yang sebagian besar bermukim di desa tersebut, sehingga


ketika pemerintah Indonesia hendak merealisasikan tujuan untuk mencapai
masyarakat yang sejahtera adil dan makmur, maka dalam menetapkan strategi
pembangunan bangsa Indonesia hendaknya dititik beratkan dan bermula dari desa.
Demikian seharusnya karena pembangunan Indonesia adalah pembangunan
manusia Indonesia yang diarahkan untuk mencapai kesejahteraan masyarakat
Indonesia sebagaimana yang diamanatkan dalam Pembukaan Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945. Jadi dengan memajukan masyarakat
desa berarti memajukan rakyat Indonesia dalam mencapai kesejahteraannya.

Walaupun pembangunan masyarakat desa seperti dimaksudkan di atas, tidak


dimaksudkan untuk menjadikan masyarakat desa sebagai objek pembangunan tetapi
diarahkan untuk menjadikan mereka sebagai subjek pembangunan itu sendiri. Dalam
artian bahwa masyarakat termasuk yang bermukim di desa adalah pelaku utama
pembangunan dimaksud. Dengan menjadi subjek pembangunan, maka masyarakat
desa akan mampu berdiri dengan kaki sendiri. Atau dengan kata lain masyarakat
desa akan menjadi lebih berdaya dalam menjalani kehidupan mereka.

Dengan posisi masyarakat desa sebagai pelaku pembangunan di desanya,


bukan berarti pembangunan hanya dibiarkan dilaksanakan oleh mereka sendiri,
namun tidak dapat dipungkiri pula bahwa pemerintah termasuk pemerintah desa
sendiri adalah motor utama penggerak pembangunan desa. Karena itu peranan
pemerintah desa sangat besar dalam pembangunan masyarakat desa. Diatas
pundak aparatur Pemerintah desalah harapan kemajuan masyarakat desa diletakan
19

sebagai tanggungjawabnya sebagai representasi kehadiran Negara dalam


pembangunan desa.
Menurut Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa, dikatakan bahwa
desa adalah desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya
disebut desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang
berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan
masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak
tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan NKRI.

Dalam rangka mengimplementasikan kewenangan desa, ditegaskan dalam


pasal 67 ayat 1 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa, bahwa desa
berhak :
a. Mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat berdasarkan hak asal usul,
adat istiadat dan nilai sosial budaya masyarakat Desa;
b. Menetapkan dan mengelola kelembagaan desa; dan
c. Mendapatkan sumber pendapatan.

Pelaksana dari kewenangan dan hak desa tersebut adalah Pemerintahan desa
itu sendiri. Sehubungan dengan ini, dikatakan dalam Undang-undang tersebut di
atas, bahwa Pemerintahan Desa adalah penyelenggara urusan pemerintahan dan
kepentingan masyarakat setempat dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan
Republik Indonesia.

Dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan desa, pembangunan desa,


pembinaan masyarakat desa, dan pemberdayaan masyarakat, tentu sangat
membutuhkan pembiayaan yang tidak sedikit. Siagian (2008 : 93) mengatakan;
siapapun akan menerima pandangan bahwa penyelenggaraan kegiatan
pembangunan yang mencakup seluruh segi kehidupan dan penghidupan suatu
masyarakat bangsa memerlukan dana yang besar.

Jadi dana dalam bentuk uang merupakan salah satu sumber daya manajemen
yang sangat penting dan menentukan dalam suatu organisasi termasuk organisasi
pemerintahan seperti desa dalam upaya merealisasikan rencana yang telah dibuat
dan ditetapkan dalam rangka mencapai tujuan pembangunan. Dengan tersedia
sumber daya uang (dana) yang memadai maka setiap usaha yang dilakukan sesuai
rencana yang telah ditetapkan akan sangat mungkin terealisasi. Begitu sebaliknya
jika tidak tersedia sumber daya uang dengan tidak memadai maka sangat sulit untuk
terealisasi rencana yang ditetapkan.
20

Pembiayaan dimaksud diperoleh melalui sumber-sumber pendapatan desa yang


ada, sebagai keuangan desa. Karena itu Siagian (2008 : 93) mengatakan; peranan
berbagai sumber dana tersebut sangat penting karena suatu negara bangsa
bertekad untuk mengandalkan kemampuan dan kekuatan sendiri dalam upaya
mencapai tujuan nasionalnya.

Terkait dengan pembiayaan kegiatan penyelenggaraan pemerintahan desa,


pelaksanaan pembangunan desa, pembinaan kemasyarakatan desa, dan
pemberdayaan masyarakat desa, akan sangat tergantung pada keuangan desa.
Dimana dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 dikatakan bahwa : Keuangan
Desa adalah semua hak dan kewajiban Desa yang dapat dinilai dengan uang serta
segala sesuatu berupa uang dan barang yang berhubungan dengan pelaksanaan
hak dan kewajiban Desa. Hak dan kewajiban sebagaimana dimaksud menimbulkan
pendapatan, belanja, pembiayaan, dan pengelolaan keuangan. (pasal 71)

Sementara dalam hubungan ini, menurut Undang Undang Nomor 6 Tahun 2014,
pasal 72 ayat (1) dikatakan bahwa, pendapatan desa sebagaimana dimaksud,
bersumber dari:
a. pendapatan asli Desa terdiri atas hasil usaha, hasil aset, swadaya dan partisi-
pasi, gotong royong, dan lain-lain pendapatan asli Desa;
b. alokasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara;
c. bagian dari hasil pajak daerah dan retribusi daerah kabupaten/kota,
d. alokasi dana Desa yang merupakan bagian dari dana perimbangan yang diterima
Kabupaten/Kota;
e. bantuan keuangan dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi, dan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten/Kota;
f. hibah dan sumbangan yang tidak mengikat dari pihak ketiga; dan
g. lain-lain pendapatan Desa yang sah.

Dari berbagai sumber pendapatan desa tersebut, salah satu sumber pendapatan
desa yang diharapkan dapat digarap sebagai sumber pendapatan utama di desa
adalah sumber pendapatan asli desa. Dimana dalam Undang-Undang nomor 6
Tahun 2014 pasal 72 ayat (1) huruf a dikatakan bahwa pendapatan asli desa terdiri
atas hasil usaha, hasil asset, swadaya dan partisipasi, gotong royong dan lai-lain
pendapatan asli desa. Sedangkan pada penjelasan pasal 72 ayat 1 huruf a
dikatakan bahwa yang dimaksudkan dengan “pendapatan asli desa” adalah
21

pendapatan yang berasal dari kewenangan desa berdasarkan hak asal usul dan
kewenangan skala lokal desa.

Salah satu sumber pendapatan asli Desa yang cukup potensial untuk
diusahakan sebagai sumber utama pendapatan asli Desa serta diusahakan
pemanfaatannya bagi kepentingan pembiayaan berbagai rogaram pembangunan
Desa yang direncanakan yaitu Aset Desa.

Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, pasal 1


butir 11 dikatakan bahwa Aset Desa adalah barang milik Desa yang berasal dari
kekayaan asli Desa, dibeli atau diperoleh atas beban Anggaran Pendapatan dan
Belanja Desa atau perolehan hak lainnya yang sah.

Selanjutnya pada pasal 76 ayat (1) dikatakan, bahwa: Aset Desa dapat berupa
tanah kas Desa, tanah ulayat, pasar Desa, pasar hewan, tambatan perahu,
bangunan Desa, mata air milik Desa, pemandian umum, dan aset lainnya milik
Desa. Sementara itu, pada ayat (2) dikatakan bahwa, aset lainnya milik Desa
sebagaimana dimaksud, antara lain:
a. kekayaan Desa yang dibeli atau diperoleh atas beban Anggaran Pendapatan
dan Belanja Negara, Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, serta
Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa :
b. kekayaan Desa yang diperoleh dari hibah dan sumbangan atau yang sejenis;
c. kekayaan Desa yang diperoleh sebagai pelaksanaan dari perjanjian/kontrak dan
lain-lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
d. hasil kerja sama Desa; dan
e. kekayaan Desa yang berasal dari perolehan lainnya yang sah.

Berbagai sumber pendapatan asli desa tersebut harus dikelola dengan baik
sehingga dapat memberi manfaat dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan
desa. Pelaksanaan pembangunan desa, pembinaan kemasyarakatan desa, dan
pemberdayaan masyarakat desa. Pengelolaan keuangan desa khususnya
pendapatan asli desa dimaksud meliputi: perencanaan, pelaksanaan,
penatausahaan, dan pelaporannya sebagaimana diamanatkan dalam peraturan
perundangan tentang desa.

Menurut Yabbar dan Hamzah (2015:525) bahwa, pengelolaan aset Desa bukan
sekedar administrative belaka, tetapi bagaimana meningkatkan efisiensi, efektivitas
dan menciptakan nilai tambah dalam mengelola asset sehingga aset dapat dikelola
22

secara optimal. Oleh karena itu, dalam pengelolaan aset Desa, perlu adanya
perencanaan, pengadaan, penggunaan, pemanfaatan, pengamanan, pemeliharaan,
penghapusan, pemindahtanganan, penatausahaan, pelaporan, penilaian,
pembinaan, pengawasan dan pengendalian.

Negeri Tulehu merupakan salah satu desa yang berada di kecamatan Salahutu
Kabupaten Maluku Tengah yang mempunyai pemeritahan maupun adat dengan
kesatuan masyarakat hukum adat yang memiliki batas wilayah yang berwenang
untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat
setempat berdasarkan prakarsa masyarakat,hak asal usul dan/atau hak tradisional
yang diakui dan di hormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik
Indonesia.

Negeri Tulehu merupakan satu negeri yang besar baik dilihat dari luas wilayah
maupun jumlah penduduknya dan merupakan Ibukota Kecamatan Salahutu
Kabupaten Maluku Tengah. Dalam kedudukannya sebagai Ibukota Kecamatan tentu
kegiatan perekonomian masyarakat cukup baik dengan potensi jumlah penduduk
yang besar, disamping itu potensi alam yang cukup menjanjikan misalnya perikanan,
sumber daya alam dan perkebunan masyarakat.

Negeri Tulehu dengan posisi yang sangat strategis dilihat dari segi ekonomi
dimana merupakan Negeri transit transportasi laut yang menghubungkan Pulau
Seram, Pulau Pulau Lease dengan Pulau Ambon. Di Negeri Tulehu terdapat dua
Pelabuhan Laut masing-masing Pelabuhan Monating dan Pelabuhan Mornating
disamping Pantai sekitar yang dimanfaatkan sebagai pendaratan Speed Boat. Lalu
lalang Transpotasi Laut yang menghubungkan Tulehu dengan Pulau-pulau lain
sangat ramai dengan volume pelayaran yang memadai dan jumlah penumpang yang
cukup padat. Negeri Tulehu juga memiliki Pasar Negeri yang cukup besar yang
dipadati para pedagang dan kegiatan perdagangan yang cukup ramai disamping
terdapat terminal angkutan umum yang representative.

Negeri Tulehu juga memiliki sumber daya alam teristimewa sumber air panas
alam yang baik pada dua lokasi yaitu lokasi pantai dekat Rumah Sakit Umum Tulehu
dan Sumber Air di Darat dekat kearah Negeri Waai. Sumber daya alam berupa
sumber air panas alam tersebut sangat baik untuk kesehatan sehingga menarik
minat masyarakat luas untuk berkunjung dan menikmati air panas alam tersebut
dengan melakukan aktivitas mandi air panas alam. Aktivitas berekreasi kesehatan di
23

sumber air panas alam tersebut cukup padat dan ramai dikunjungi masyarakat luas
yang berlangsung sepanjang hari sampai waktu tengah malam.

Negeri Tulehu juga dijuluki sebagai Negeri/Desa Sepak Bola dimana banyak
terlahir pesepak bola asal Negeri Tulehu yang terkenal dan banyak diantara mereka
yang berkarier di Luar Maluku pada berbagai Klub profesional penghuni Seri 1 dan
Seri 2 Indonesia bahkan ada yang berkarier di luar Negeri.bahkan tidak sedikit dari
pesepak bola asal Negeri Tulehu yang merupakan langganan anggota Tim Nasional
Indonesia pada setiap jenjang usia. Keadaaan ini dimungkinkan karena di Negeri
Tulehu sendiri memiliki fasilitas lapangan Sepak Bola (Stadion Mini) yang
representative, sehingga menjadi faktor pendorong tercetaknya pesepak bola yang
handal.

Negeri Tulehu juga memilik sarana pasat Negeri yang cukup representative
untuk menampung para pedagang dalam melakukan aktivitas berdagangnya.
Dengan posisi strategis Negeri Tulehu, tentu menjadi peluang dan mendorong
mobilitas kegiatan perdagangan yang cukup ramai sehingga pasar Negeri Tulehu
dapat berkembang menjadi lebih besar. Itu berarti potensi pasar Negeri Tulehu yang
begitu bagus dapat mendorong kegiatan ekonomi yang dinamis dan pada akhirnya
mempengaruhi pendapatan masyarakat Negeri Tulehu.

Uraian di atas, menunjukkan bahwa Negeri Tulehu Kecamatan Salahutu


Kabupaten Maluku Tengah, memiliki asset yang cukup banyak dan potensial yang
bila dikelola dengan baik, akan dapat mendatangkan pendapatan asli desa yang
cukup besar bagi Negeri Tulehu sendiri. Artinya bahwa aset Negeri Tulehu yang ada
bila dikelola dengan baik, maka akan menjadi sumber pendapatan yang potensial
yang dapat menyumbangkan pendapatan asli desa di Negeri Tulehu sehingga dapat
mengatasi kekurangan pembiayaan berbagai kegiatan dalam rangka
penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan dan pemberdayaan masyarakat di
Negeri Tulehu. Dengan demikian capaian kesejahteraan masyarakat di Negeri
Tulehu akan lebih cepat terpenuhi.

Dengan mencermati keadaan potensi Negeri Tulehu yang dapat dimanfaatkan


sebagai aset Negeri Tulehu yang besar dan menjanjikan tersebut, akan menjadi
sumber pendapatan asli Negeri Tulehu yang potensial. Karena itu pengelolaan
terhadap aset Negeri Tulehu tersebut harus dilakukan dengan baik. Namun
demikian, berdasarkan hasil wawancara dengan Sekretaris Negeri Tulehu, ternyata
24

di temui gejala-gejala yang memperlihatkan belum baiknya pengelolaan sumber


pendapatan negeri khususnya dari pengelolaan aset milik Negeri sebagai berikut:
a. Pelaksanaan pengelolaan aset milik Negeri tidak dilaksanakan dengan baik,
dimana tidak ada keputusan atau aturan pada tingkat Negeri yang dibuat
sebagai pijakan pelaksanaan pengelolaan aset milik Negeri. .
b. Belum dikembangkannya potensi Negeri yang dapat dijadikan aset Negeri yang
dapat dimanfaatkan sebagai sumber pendapatan Negeri.
c. Pembukuan tentang hasil pengelolaan aset milik Negeri tidak dilakukan dengan
baik sehingga tidak dapat diketahui dengan jelas kontribusi aset milik Negeri.
d. Besarnya pendapatan asli Negeri relatif kecil;
e. Laporan tentang pengelolaan aset milik Negeri belum dibuat sebagai
pertanggung jawaban atas pengelolaan yang dilakukan.

Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis merasa tertarik untuk


menelitinya lebih lanjut dimana laporannya akan dituangkan dalam bentuk skripsi
dengan judul : Pengelolaan Aset Desa sebagai Sumber Pendapatan Asli Negeri
di Negeri Tulehu Kecamatan Salahutu Kabupaten Maluku Tengah”.

1.2. Permasalahan Pokok


Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan
masalah pokok sebagai berikut : ‘’Bagaimanakah Pengelolaan Aset Desa Sebagai
Sumber Pendapatan Asli Desa di Negeri Tulehu Kecamatan Salahutu Kabupaten
Maluku Tengah”.

1.3. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1.3.1. Tujuan Penelitian


Tujuan yang ingin dicapai dalam penilitian ini adalah: untuk mengetahui
bagaimanakah pengelolaan aset milik Desa di Negeri Tulehu Kecamatan Salahutu
Kabupaten Maluku Tengah.

1.3.2. Kegunaan penilitian


Penelitian ini diharapkan berguna sebagai :
a. Sumbangan pengetahuan bagi pihak-pihak yang ingin melakukan penelitian
lanjutan yang lebih mendalam.
b. Sumbangan informasi bagi pihak-pihak yang menghadapi masalah pengelolaan
aset milik desa, khususnya Negeri Tulehu Kecamatan Salahutu Kabupaten
Maluku Tengah.
25

c. Sumbangan pengetahuan dalam rangka pengembangan ilmu pengetahuan


khususnya ilmu administrasi negara.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pembangunan Desa


Dalam rangka mencapai tujuan pembangunan nasional Indonesia seperti yang
dikemukakan di atas, maka pembangunan desa tidak boleh diabaikan tetapi
hendaknya lebih digiatkan lagi. Dikatakan demikian karena dengan membangun
desa berarti membangun sebagian besar masyarakat bangsa Indonesia. Dan apabila
pembangun desa berhasil maka akan meningkat kesejahteraan masyarakat
Indonesia pula. Hal ini tidaklah berlebihan dan sangat beralasan karena
sebagaimana diketahui bahwa sebagian besar masyarakat Indonesia berdiam di
desa-desa.

Istilah pembangunan merujuk pada pengertian menjadikan sesuatu, membuat


sesuatu yang belum ada menjadi atau atau memperbaiki sesuatu yang belum baik
menjadi baik. Pengertian pembangunan secara etimologis tersebut kemudian
dimengerti secara luas melingkupi berbagai segi kehidupan yang pada intinya
dimengeti sebagai menjadikan lebih baik. Siagian (2008:4) seperti sudah
dikemukakan di atas mengatakan, pembangunan biasanya didefinisikan sebagai
rangkaian usaha mewujudkan pertumbuhan dan perubahan secara terencana dan
sadar yang ditempuh oleh suatu negara bangsa menuju modernitas dalam rangka
pembinaan bangsa (nation-building).

Oleh Anggara dan Sumantri (2016:18-19) mengemukakan sejumlah pendapat


para ahli tentang pembangunan yaitu: menurut Alexander (1994), pembangunan
(development) adalah proses perubahan yang mencakup seluruh system social,
seperti politik, ekonomi, infrastruktur, pertahanan, pendidikan dan teknologi,
kelembagaan, dan budaya. Portes (1976) mendefenisikan pembangunan sebagai
transformasi ekonomi, social, dan budaya. Pembangunan adalah proses perubahan
yang direncanakan untuk memperbaiki berbagai aspek kehidupan masyarakat.
Adapun Ginanjar Kartasasmita (1994) memberikan pengertian yang lebih sederhana,
pembangunan adalah proses perubahan ke arah yang lebih baik melalui upaya yang
dilakukan secara terencana.
26

Sementara menurut Anggara dan Sumantri (2016:20) sendiri mengatakan


bahwa secara sederhana pembangunan sering dimaknai sebagai proses perubahan
ke arah keadaan yang lebih baik. Sebagai sebuah proses, pembangunan
dilaksanakan tidak secara instan. Ada proses yang berlaku mulai tahap formulasi
sampai pada tahap evaluasi sehingga pembangunan yang dilaksanakan sesuai
dengan hal-hal yang direncanakan, memberikan manfaat kepada masyarakat, dan
mengevaluasi kelemahan-kelemahan dari pelaksanaan pembangunan tersebut.

Pendapat lain dikemumakan oleh Myrdal dalam Kuncoro (2004:63)


mengartikan pembangunan sebagai pergerakan ke atas dari seluruh sistem sosial.
Sementara Kuncoro sendiri mengatakan bahwa pembangunan harus disoroti
sebagai suatu proses yang multidimensional. Selanjutnya Kuncoro menyimpulkan
pendapat beberapa ahli yang menganjurkan bahwa pembangunan suatu daerah
haruslah mencakup tiga inti nilai yaitu :

1. Ketahanan (Sustenance); kemampuan untuk memenuhi kebutuhan pokok


(pangan, papan, kesehatan, dan proteksi) untuk mempertahankan hidup.
2. Harga diri (Self Esteem); pembangunan haruslah memanusiakan orang. Dalam
arti luas pembangunan suatu daerah haruslah meningkatkan kebanggaan
sebagai manusia yang berada di daerah itu.
3. Freedon from Sevistude; kebebasan bagi setiap individu suatu negara untuk
berpikir, berkembang, berperilaku, dan berusaha untuk berpartisipasi dalam
pembangunan.

Berkenaan dengan desa, dikemukakan oleh Nurcholis (2011 : 251), bahwa visi
founding father dalam hal in Hatta, tentang desa adalah terwujudnya desa yang
makmur, aman, tertib, sentosa, guyub, modern, dan demokratis. Misinya adalah
menarik desa kedalam sistem pemerintahan formal, tidak membiarkan desa tetap
berada di luar sistem sebagaimana pemerintah kolonial memperlakukan desa.
Strateginya adalah menjadikan desa menjadi daerah otonom melalui penyelidikan,
penataan ulang dan pembinaan yang sungguh-sungguh.

Sedangkan menurut Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa,


dikatakan bahwa; pembangunan desa adalah upaya peningkatan kualitas hidup dan
kehidupan untuk sebesar-besarnya kesejahteraan masyarakat desa.

Dari pendapat-pendapat dan pengertian undang-undang di atas, jelas


menunjukkan bahwa pembangunan diarahkan untuk mencapai kesejahteraan
27

masyarakat. Karena itu, Ndraha dalam Tjokrowinoto (2002 : 35) dikatakan bahwa titik
berat pembangunan desa adalah pada pembangunan masyarakat, karenanya istilah
yang digunakan adalah pembangunan masyarakat desa. Dikatakannya, tujuan
pembangunan masyarakat desa adalah meningkatkan taraf hidup masyarakat desa
dengan jalan melaksanakan pembangunan yang integral dari pada masyarakat desa,
berdasarkan azas kekuatan sendiri daripada masyarakat desa serta azas
permufakatan bersama antara anggota-anggota masyarakat desa dengan bimbingan
serta bantuan alat-alat pemerintah yang bertindak sebagai suatu keseluruhan
(kebulatan) dalam rangka kebijaksanaan umum yang sama.

Dengan demikian, pembangunan masyarakat desa dilakukan berdasarkan 3


azas (Tjokrowinoto, 2002 : 35 – 36), yaitu azas pembangunan integral, azas
kekuatan sendiri, dan azas permufakatan bersama. Pertama, azas pembangunan
integral ialah pembangunan yang seimbang dari semua segi-segi masyarakat desa
(pertanian, pendidikan, kesehatan, perumahan dan sebagainya) sehingga menjamin
suatu perkembangan yang selaras dan tidak berat sebelah. Kedua, yang dimaksud
dengan azas kekauatan sendiri ialah bahwa tiap-tiap usaha pertama-tama harus
didasarkan pada kekuatan atau kemampuan desa sendiri. Ketiga, azas
permufakatan bersama diartikan bahwa usaha pembangunan harus dilaksanakan
dalam lapangan-lapangan yang benar-benar dirasakan sebagai kebutuhan-
kebutuhan anggota masyarakat desa yang bersangkutan.

Dalam hubungan dengan partisipsi masyarakat dalam pembangunan desa,


bukan hanya dipandang sebagai suatu kewajiban tetapi juga harus dipandang
sebagai hak dari setiap warga desa yang harus dipenuhi. Dengan tegas dikatakan
dalam Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa pasal 68 ayat (1)
mengenai hak masyarakat desa pada butir b berbunyi: masyarakat desa berhak;
menyampaikan aspirasi, saran, dan pendapat lisan atau tertulis secara bertanggung
jawab tentang kegiatan penyelenggaraan pemerintahan desa, pelaksanaan
pembangunan desa, pembinaan kemasyarakat desa, dan pemberdayaan
masyarakat desa.

Sedang pada ayat (2) dikatakan bahwa,masyarakat desa berkewajiban :

a. Membangun diri dan memelihara lingkungan desa;


b. Mendorong terciptanya kegiatan penyelenggaraan pemerintahan desa,
pelaksanaan pembangunan desa, pembinaan kemasyarakatan desa, dan
pemberdayaan masyarakat yang baik;
28

c. Mendorong terciptanya situasi yang aman, nyaman, dan tentram di desa;


d. Memelihara dan mengembangkan nilai permusyawaratan, permufakatan,
kekeluargaan, dan kegotong royongan di desa; dan
e. Berpartisipasi dalam berbagai kegiatan di desa.
Mengenai alasan mengapa pembangunan desa perlu mendapat perhatian,
oleh Usman (2012 : 29 – 30) mengatakan: kendati dua dasawarsa terakhir
perkembangan kota maju dengan cepat, secara umum wilayah negara kita masih
didominsai oleh daerah pedesaan. Selanjutnya, sejumlah studi menunjukkan bahwa
jumlah penduduk miskin dan termiskin di pedesaan masih cukup banyak. Mereka
menjadi bagian dari komunitas dengan struktur dan kultur pedesaan.

Dikatakan oleh Yabbar dan Hamzah (2015 : 147) bahwa; pembangunan desa
meliputi tahap perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan. Ketiga tahap tersebut
merupakan suatu siklus yang berkesinambungan satu dengan yang lainnya bukan
merupakan suatu tahap yang terpisah. Apabila salah satu tahap tersebut tidak baik,
maka tahap-tahap yang lain dalam siklus tersebut juga menjadi tidak baik.

Agar pembangunan desa berhasil dalam artian mencapai tujuan dari


pembangunan itu sendiri, maka seluruh potensi sumber daya manusia di desa harus
dikerahkan untuk terlibat di dalamnya. Terkandung dalam pengertian pernyataan di
atas, ialah bahwa pembangunan desa akan berhasil apabila seluruh masyarakat
desa terlibat di dalamnya, dan bukan menjadi tanggung jawab dari pemerintah desa
itu sendiri. Artinya bahwa partisipasi masyarakat desa dalam pembangunan desa
sangat penting karena pembangunan tersebut pada intinya ditujukan kepada
pemenuhan kebutuhan mereka sendiri.

2.2. Pendapatan Asli Desa


Desa dalam era otonomi dewasa ini yang ditandai dengan lahirnya Undang-
Undang Nomor 22 tahun 1999 yang kemudian diperbaharui dengan Undang-Undang
Nomor 32 Tahun 2004 dan selanjutnya di atur khusus dalam Undang-Undang Nomor
6 Tahun 2014 Tentang Desa, mempunyai kedudukan yang sangat strategis dalam
usaha pencapaian kesejahteraan masyarakat. Dikatakan demikian karena otonomi
desa adalah otonomi asli, yang mempunyai kewenangan untuk mengatur dan
mengurus rumah tangga sendiri berdasarkan hak asal usul dan adapt istiadat yang
diakui dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Di dalam Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 Tentang Desa, pada


umum dikatakan bahwa: Otonomi desa yang merupakan hak, wewenang, dan
29

kewajiban untuk mengatur dan mengurus rumah tangga sendiri urusan pemerintahan
dan kepentingan masyarakat berdasarkan hak asal-usul dan nilai-nilai sosial budaya
yang ada pada masyarakat setempat diberikan kesempatan untuk tumbuh dan
berkembang mengikuti perkembangan desa itu sendiri.

Sementara Desa menurut Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang


Desa, dikatakan bahwa yang dimaksudkan dengan Desa adalah desa dan desa adat
atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut Desa, adalah kesatuan
masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur
dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat
berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal-usul, dan/atau hak tradisional yang
diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik
Indonesia.

Sementara itu, desa memiliki hak dan kewajiban tertentu untuk digunakan dan
dilaksanakan dalam rangka mencapai masyarakat yang sejahtera. Karena itu, dalam
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentangg Desa, pasal 67, bahwa :

1. Desa berhak :
a. Mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat berdasarkan hak asal usul,
adat istiadat, dan nilai sosial budaya masyarakat Desa.
b. Menetapkan dan mengelola kelembagaan Desa. Dan
c. Mendapatkan sumber pendapatan.
2. Desa berkewajiban :
a. Melindungi dan menjaga persatuan, kesatuan serta kerukunan masyarakat
Desa dalam rangka kerukunan nasional dan keutuhan Negara Kesatuan
Republik Indonesia;
b. Meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat Desa;
c. Mengembangkan kehidupan demokrasi;
d. Mengembangkan pemberdayaan masyarakat Desa; dan
e. Memberikan dan meningkatkan pelayanan kepada masyarakat Desa.

Selanjutnya dalam rangka melaksanakan urusan pemerintahan yang menjadi


kewenangan desa dan untuk peningkatan pelayanan serta pemberdayaan
masyarakat, desa mempunyai sumber pendapatan tertentu. Sumber pendapatan
sebagaimana diatur dalam pasal 212 ayat 3 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004
Tentang Pemerintahan Daerah terdiri dari :
30

a. Pendapatan asli desa;


b. Bagi hasil pajak dan retribusi daerah kabupaten/kota;
c. Bagian dari dana perimbangan keuangan pusat dan daerah yang diterima kabu-
paten/kota’
d. Bantuan dari pemerintah, pemerintah provinsi, dan pemerintah kabupaten/kota;
e. Hibah dan sumbangan dari pihak ketiga.
Sementara dalam pasal 72 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014, dikatakan
bahwa: pendapatan Desa bersumber dari :

a. Pendapatan asli Desa terdiri atas hasil usaha, hasil aset, swadaya dan
partisipasi, gotong royong dan lain-lain pendapatan asli Desa;
b. Alokasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara;
c. Bagian dari hasil pajak dan retribusi Daerah Kabupaten/Kota;
d. Alokasi dana Desa yang merupakan bagian dari dana perimbangan yang
diterima Kabuoaten/Kota;
e. Bantuan keuangan dari Anggarapam Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi
dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Kabupaten/Kota;
f. Hibah dan sumbangan yang tiudak mengikat dari pihak ketiga; dan
g. Lain-lain pendapatan Desa yang sah.

Sedangkan dalam penjelasan pasal 72 ayt 1 huruf a ini, dikatakan bahwa :


yang dimaksudkan dengan “pendapatan asli Desa” adalah pendapatan yang berasal
dari kewenangan desa berdasarkan hak asal usul dan kewenangan skala lokal Desa.
Yang dimaksudkan dengan “hasil saham” termasuk juga hasil BUM Desa dan tanah
bengkok.

Dimana berdasarkan pasal 69 Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005,


dirinci kekayaan desa sebagai berikut :

1. Tanah kas desa;


2. Pasar desa;
3. Pasar hewan;
4. Tambatan perahu;
5. Bangunan desa;
6. Pelelangan ikan yang dikelola oleh desa; dan
7. lain-lain kekayaan milik desa.
31

Dari sumber-sumber pendapatan asli desa tersebut seperti dimaksudkan di


atas, dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Bahwa hasil usaha desa dimaksudkan adalah usaha-usaha produktif desa den-
gan menggunakan kekayaan yang ada sebagai modal misalnya pengelolaan
pasar desa, koperasi desa dan atau badan usaha milik desa.
2. Hasil kekayaan desa yaitu pendapatan yang diperoleh melalui pengelolaan
kekayaan alam desa termasuk pungutan-pungutan yang diperoleh sebagai jasa
bagi desa misalnya; perkebunan pihak ketiga dalam wilayah desa, kegiatan
penangkapan hasil laut dan sebagainya.
3. Hasil swadaya dan partisipasi, yaitu pendapatan yang diperoleh dari hasil
anggota masyarakat berupa sumbangan wajib (iuran) dan sumbangan sukarela
sebagai wujud tanggung jawab masyarakat dalam pembangunan.
4. Hasil gotong royong yaitu hasil dari kegiatan masyarakat secara kolektif atas
nama desa dimana hasilnya diterima desa termasuk dalam hal ini adalah hasil
gotong royong desa yang dikelola hasilnya oleh desa.
5. Lain-lain pendapatan asli desa yang sah yaitu pendapatan yang diperoleh diluar
sumber-sumber yang sudah disebutkan, misalnya hadiah lomba desa dan lain-
lain.

2.2.1. Pemanfaatan Sumber-Sumber Pendapatan Asli Desa


Pada tingkat desa, pelaksanaan pemerintahan desa melalui pelaksanaan
fungsi pengaturan, pembangunan dan pelayanan masyarakat desa, memerlukan
pembiayaan yang diperoleh dari penerimaan desa. Penerimaan desa yang didapat
untuk membiayai berbagai kegiatan pemerintah desa, diperoleh melalui berbagai
sumber penerimaan. Penerimaan tersebut baik yang diperoleh dari sumber yang
berasal dari bantuan pemerintah di atasnya yaitu pemerintah pusat, pemerintah
daerah provinsi, maupun pemerintah daerah kabupaten/kota. Disamping itu,
penerimaan desa juga diperoleh dari sumber pendapatan asli desa.

Dalam kenyataan dewasa ini, ketergantungan pemerintah desa pada sumber


penerimaan yang berasal dari bantuan pemerintah di atasnya, terutama pemerintah
pusat sangat besar, hal mana dapat terlihat dengan jelas dari struktur penerimaan
desa yang tercermin dari anggaran penerimaan dan belanja desa. Ketergantungan
yang besar terhadap bantuan pemerintah di atasnya, menyebabkan perkembangan
pembangunan di desa terlihat kurang atau tidak mengalami perkembangan.
Kemungkinan ini sangat besar karena bantuan dari pemerintah di atas selain berupa
32

bantuan pembiayaan aparatur desa, bentuk bantuan yang lainnya berupa program
pembangunan yang dilaksanakan di desa tersebut.

Kesulitan pemerintah desa yang lain ialah bahwa perencanaan pembangunan


yang dirancang dari bawah yang merupakan kebutuhan nyata masyarakat yang
memerlukan penanganan segera, sukar terealisasi karena tidak mendapatkan
bantuan pembiayaan dari pemerintah di atasnya. Walaupun perencanaan bersifat
dari bawah tersebut sudah dilakukan melalui mekanisme musrembang secara
bertingkat ke atas.

Keadaan di atas, mengharuskan pemerintah desa untuk dapat memperoleh dan


atau meningkatkan penerimaan desa melalui sumber pendapatan asli desa.
Peningkatan pendapatan asli desa dimaksud, dimungkinkan berdasarkan
kewenangan desa yang ada, baik kewenangan yang berasal dari kewenangan asli
desa berdasarkan hak asal usul desa, maupun kewenangan yang berasal dari
peraturan perundang-undangan yang ada.

Sebagaimana telah disebutkan di atas bahwa, dalam Peraturan Pemeintah


Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa, pasal 68 ayat 1 butir a, dikatakan bahwa
pendapatan asli desa, terdiri dari hasil-hasil usaha desa, hasil kekayaan desa, hasil
swadaya dan partisipasi, hasil gotong royong, dan lain-lain pendapatan asli desa
yang sah.

Sementara dalam Undang-Undang nomor 6 Tahun 2014 pasal 72 ayat (1) huruf
a dikatakan bahwa pendapatan asli desa terdiri atas hasil usaha, hasil asset,
swadaya dan partisipasi, gotong royong dan lai-lain pendapatan asli desa.
Sedangkan pada penjelasan pasal 72 ayat 1 huruf a dikatakan bahwa yang
dimaksudkan dengan “pendapatan asli desa” adalah pendapatan yang berasal dari
kewenangan desa berdasarkan hak asal usul dan kewenangan skala lokal desa.

Berdasarkan kewenangan berdasarkan ketentuan perundangan di atas dan


berdasarkan kewenangan asli desa, maka setiap desa dituntut untuk mampu
memperoleh dan bila mungkin meningkatkan pendapatan asli desanya. Peningkatan
pendapatan asli desa ini penting untuk membantu membiayai berbagai kegiatan
pemerintah desa termasuk pembiayaan aparatur pemerintahan desa yang ada yang
nota bene tidak atau belum dibiayai.

Peningkatan pendapatan asli desa, salah satunya dilakukan dengan


memanfaatkan sumber kekayaan desa yang dimiliki termasuk kekayaan yang
33

merupakan aset desa yang diperoleh baik dari hasil pembiayaan APB Desa maupun
yang berasal dari perolehan lain yang sah.

2.2.2. Pegelolaan Aset Milik Desa Sebagai Sumber Pendapatan Asli


Dijelasakan oleh Yabbar dan Hamzah (2015:525) bahwa, aset Desa adalah
semua barang yang dibeli atau diperoleh atas beban Anggaran Pendapatan dan
Belanja (APB) Desa atau berasal dari perolehan lainnya yang sah. Berdasarkan
defenisi tersebut terdapat 2 (dua) klasifikasi aset milik Desa bila dilihat dari
sumbernya, yaitu aset milik desa yang berasal dari APB Desa atau atau berasal dari
sumber-sumber internal dan aset milik Desa yang berasal dari perolehan di luar APB
Desa atau berasal dari sumber eksternal.

Dijelaskan dalam Yabbar dan Hamzah (2015:526), berdasarkan pasal 108


Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014, pengelolaan aset milik Desa
merupakan rangkaian kegiatan mulai dari perencanaan, pengadaan, penggunaan,
pemanfaatan, pengamanan, pemeliharaan, penghapusan, pemindahtanganan,
penatausahaan, pelaporan, penilaian, pembinaan, pengawasan, dan pengendalian
aset milik Desa. Pengelolaan aset Desa harus berdayaguna dan berhasilguna untuk
meningkatkan pendapatan Desa. Pengelolaan aset Desa harus mendapatkan
persetujuan Badan Permusyawaratan Desa (BPD). Biaya pengelolaan aset Desa
dibebankan kepada Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa. Aset Desa dikelola
oleh Pemerintah Desa dan dimanfaatkan sepenuhnya untuk kepentingan
penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan dan pelayanan masyarakat Desa.

Berdasarkan pasal 109 PP Nomor 43 tahun 2014, Kepala Desa sebagai


pemegang kekuasaan pengelolaan aset milik Desa. Dalam melaksanakan
kekuasaan tersebut, Kepala Desa dapat menguasakan sebagian kekuasaannya
kepada perangkat Desa. Menurut pasal 110 PP ini, pengelolaan aset Desa bertujuan
meningkatkan kesejahteraan masyarakat Desa dan meningkatkan pendapatan Desa.
Pengelolaan kekayaan milik Desa diatur dengan Peraturan Desa dengan
berpedoman pada Peraturan Menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan
di bidang pemerintahan dalam negeri.

Sedangkan berdasarkan pasal 116 ayat (4) UU Nomor 6 tahun 2014, paling
lama 2 (dua) tahun sejak Undang-Undang Nomor 6 tahun 2014 ini berlaku,
{Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota bersama Pemerintah Desa melakukan
inventarisasi aset Desa. Inventarisasi adalah kegiatan untuk melakukan pendataan,
pencatatan dan pelaporan hasil pendataan aset milik Desa. Maksud inventarisasi
34

adalah untuk mengetahui jumlah dan nilai serta kondisi aset milik Desa. Tujuan
inventarisasi aset milik Desa adalah sebagai berikut:

a. Menginventarisir dan mengamankan seluruh aset milik Desa pada Pemerintah


Desa yang hingga saat ini belum terinventarisir dengan baik.
b. Menyajikan nilai koreksi aset milik Desa pada laporan Kekayaan Milik Desa.
c. Melakukan sertifikasi aset milik Desa atas nama Pemerintah Desa.
Berdasarkan pasal 77 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014, pengelolaan aset milik
Desa harus dilakukan dengan memperhatikan asas pengelolaan aset milik Desa,
yaitu:

a. Asas fungsional, yaitu pengambilan keputusan dan pemecahan masalah di


bidang pengelolaan aset milik Desa yang dilaksanakan oleh Kepala Desa dan
perangkat Desa sesuai fungsi, wewenang dan tanggung jawab masing-masing.
b. Asas kepastian hukum, yaitu pengelolaan aset milik Desa harus dilaksanakan
berdasarkan hukum dan peraturan perundang-undangan.
c. Asas transparansi, yaitu penyelenggaraan pengelolaan aset milik Desa harus
transparan terhadap hak masyarakat Desa dalam memperoleh informasi yang
benar.
d. Asas efisiensi, yaitu pengelolaan aset milik Desa diarahkan agar aset milik Desa
digunakan sesuai batasan-batasan standar kebutuhan yang diperlukan dalam
rangka menunjang penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi Pemerintahan Desa
secara optimal.
e. Asas akuntabilitas, yaitu setiap kegiatan pengelolaan aset milik Desa harus dapat
dipertanggung jawabkan kepada masyarakat Desa.
f. Asas kepastian nilai, yaitu pengelolaan aset milik Desa harus didukung oleh
adanya ketepatan jumlah dan nilai aset dalam rangka optimalisasi pemanfaatan
dan pemindahtanganan aset milik Desa serta penyusunan neraca Pemerintah
Desa.

1. Perencanaan Aset Milik Desa


Joel G. Seigel dan Jae K. Shim dalam Fahmi (2014:19) mendefenisikan
perencanaan adalah pemilihan tujuan jangka pendek dan jangka panjang serta
merencanakan teknik dan strategi untuk mencapai tujuan tersebut. Sedangkan
menurut Feriyanto dan Triana (2015:15), perencanaan secara garis besar diartikan
sebagai proses mendefenisikan tujuan organisasi, membuat strategi untuk mencapai
tujuan itu, dan mengembangkan rencana aktivitas kerja organisasi. Pada dasarenya
35

yang dimaksud perencanaan yaitu member jawaban atas pertanyaan pertanyaan


apa (What), mengapa (Why), dan bagaimana (How). Jadi perencanaan yaitu fungsi
seoran manajer yang berhubungan dengan pemilihan dari sekumpulan kegiatan-
kegiatan dan pemutusan tujuan-tujuan, kegiatan-kegiatan, serta program-program
yang dilakukan.

Sementara, dalam Yabbar dan Hamzah (2015:528). perencanaan kebutuhan


aset adalah kegiatan merumuskan rincian kebutuhan aset Desa untuk
menghubungkan pengadaan barang yang telah ada dengan keadaan yang sedang
berjalan sebagai dasar melakukan tindakan yang akan datang. Dalam menyusun
perencanaan kebutuhan aset milik Desa diupayakan semua unsur lingkungan mulai
dari Kepala Desa dan perangkat Desa serta pihak lain terkait mendukung proses
perencanaan kebutuhan aset milik Desa tersebut. Perencanaan kebutuhan aset milik
Desa disusun dalam Rencana Kerja Pemerintah (RKP) Desa dan APB desa setelah
memperhatikan ketersediaan aset milik Desa yang ada.

Lebih lanjut dijelaskan, pada saat melakukan proses perencanaan kebutuhan


aset, ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan dengan seksama. perencanaan
kebutuhan aset sebaiknya:

a. Untuk mengisi kebutuhan aset sesuai besaran organisasi atau jumlah pegawai
dalam satu organisasi.
b. Untuk mengganti aset yang rusak, dihapus, dijual, hilang, mati atau sebab lain
yang dapat dipertanggung jawabkan.
c. Didasarkan pada peruntukan standar perorangan. Oleh karena itu, setiap kali ter-
jadi mutasi atau pertambahan jumlah personil, hal ini akan mempengaruhi kebu-
tuhan asset.
d. Tingkat persediaan aset milik Desa bagi setiap tahun anggaran bersangkutan
tetap dijaga agar efisien dan efektif.
e. Memperhatikan faktor teknologi. Beberapa aset tidak dapat dilepaskan dengan
faktor teknologi yang harus berkembang sehingga adakalanya aset yang dimiliki
tidak dapat digunakan lagi karena sudah tertinggal dari sisi teknologi. Untuk itu,
aset tersebut harus digantikan dengan aset baru yang tidak tertinggal dari sisi
teknologi.

2. Pengadaan Aset Milik Desa


Menurut Yabbar dan Hamzah (2015:529). Pengadaan aset atau barang/jasa
adalah kegiatan untuk memperoleh barang/jasa oleh Pemerintah Desa, baik
36

dilakukan dengan cara swakelola maupun melalui penyedia barang/jasa. Penyedia


barang/jasa adalah badan usaha atau perorangan yang menyediakan barang/jasa.
Swakelola adalah kegiatan pengadaan dimana pekerjaannya direncanakan,
dikerjakan dan/atau diawasi sendiri oleh tim pengelola kegiatan. Pengadaan
barang/jasa di Desa harus dilaksanakan dengan memperhatikan prinsip pengadaan
aset, yaitu:

1. Efisien, artinya pengadaan barang/jasa harus diusahakan dengan menggunakan


dana dan daya yang minimum untuk mencapai kualitas dan sasaran dalam
waktu yang ditetapkan atau menggunakan dana yang telah ditetapkan untuk
mencapai hasil dan sasaran dengan kualitas yang maksimum.
2. Efektif, artinya pengadaan barang/jasa sesuai dengan sasaran yang telah dite-
tapkan serta memberikan manfaat yang sebesar-besarnya.
3. Transparan, artinya semua ketentuan dan informasi mengenai pengadaan
barang/jasa bersifat jelas dan dapat diketahui secara luas oleh masyarakat dan
penyedia barang/jasa yang berminat.
4. Pemberdayaan masyarakat, artinya pengadaan barang/jasa harus dijadikan se-
bagai wahana pembelajaran bagi masyarakat untuk dapat mengelola pemban-
gunan Desanya.
5. Gotomg royong, artinya penyediaan tenaga kerja secara Cuma-Cuma oleh
masyarakat dalam pelaksanaan kegiatan pembangunan di Desa.
6. Akuntabel, artinya harus sesuai dengan aturan dan ketentuan yang terkait den-
gan pengadaan barang/jasa sehingga dapat dipertanggungjawabkan.

3. Pemanfaatan Aset Milik Desa


Pemanfaatan adalah pendayagunaan aset Desa yang tidak dipergunakan sesuai
dengan tugas pokok dan fungsi lembaga dalam bentuk sewa, pinjam pakai,
kerjasama pemanfaatan dan bangun serah guna/bangun guna serah dengan tidak
mengubah status aset Desa. Pemanfaatan aset desa yang optimal akan membuka
lapangan kerja, meningkatkan pendapatan masyarakat Desa, mengurangi
kemiskinan, meningkatkan pendapatan Desa dan menurunkan kesenjangan antar
warga maupun antar Desa. (Yabbar dan Hamzah, 2015:538)

Selanjutnya dijelaskan, sewa adalah pemanfaatan kekayaan Desa oleh pihak lain
dalam jangka waktu tertentu untuk menerima imbalan uang tunai. Pemanfaatan
kekayaan Desa berupa sewa dilakukan atas dasar:

a. Menguntungkan Desa.
37

b. Jangka waktu paling lama 3 (tiga) tahun sesuai dengan jenis kekayaan Desa
dan dapat diperpanjang;
c. Penetapan tarif sewa ditetapkan dengan Keputusan Kepala Desa setelah men-
dapat persetujuan BPD.

Pinjam pakai adalah penyerahan penggunaan kekayaan Desa antar Pemerintah


Desa dalam jangka waktu tertentu tanpa menerima imbalan dan setelah jangka
waktu tersebut berakhir harus diserahkan kembali kepada Pemerintah Desa yang
bersangkutan. Pemanfaatan kekayaan Desa berupa pinjam pakai hanya dilakukan
oleh Pemerintah Desa dengan Pemerintah Desa. Pinjam pakai tersebut kecuali
tanah dan bangunan. Pemanfaatan kekayaan Desa berupa pinjam pakai
dilaksanakan oleh Kepala Desa setelah mendapat persetujuan BPD. Jangka waktu
pinjam pakai paling lama 7 (tujuh) hari dan dapat diperpanjang. Pinjam pakai aset
Desa hanya dapat dilakukan dengan pertimbangan:

a. Agar aset milik Desa tersebut dapat dimanfaatkan secara ekonomis;


b. Untuk kepentingan social dan keagamaan.
Kerjasama pemanfaatan adalah pendayagunaan kekayaan Desa oleh pihak lain
dalam jangka waktu tertentu dalam rangka peningkatan penerimaan Desa bukan
pajak dan sumber pembiayaan lainnya. Pemanfaatan kekayaan Desa dilakukan atas
dasar :

a. Mengoptimalkan daya guna dan hasil guna kekayaan Desa.


b. Meningkatkan pendapatan Desa.

Hasil pemanfaatan kekayaan Desa merupakan penerimaan/ pendapatan Desa.


Penerimaan Desa wajib seluruhnya disetorkan pada rekening Desa.

Bangun guna serah adalah pemanfaatan kekayaan Desa berupa tanah oleh
pihak lain dengan cara mendirikan bangunan dan/atau sarana berikut fasilitasnya
kemudian didayagunakan oleh pihak lain tersebut dalam jangka waktu tertentu yang
telah disepakati untuk selanjutnya disetahkan kembali tanah beserta bangunan
dan/atau sarana berikut fasilitasnya setelah berakhir jangka waktu. Aset milik Desa
yang akan dimanfaatkan dalam bentuk bangun guna serah harus
mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:

a. Aset milik Desa tersebut belum dimanfaatkan.


b. Bertujuan dalam rangka mengoptimalisasikan aset milik Desa.
38

c. Mempertimbangkan aspek efisiensi dan efektifitas dalam pemanfaatan aset


milik Desa tersebut.
d. Dapat menambah atau meningkatkan pendapatan Desa.
e. Menunjang program pembangunan dan kemasyarakatan Pemerintah Desa.
f. Selama masa pengoperasian, tanah dan/atau bangunan tetap milik Pemerin-
tah Desa.
g. Biaya yang berkenan dengan persiapan dan pelaksanaan penyusunan surat
perjanjian, konsultan pelaksana/pengawas dibebankan pada pihak ketiga.

4. Pengamanan Aset Milik Desa


Oleh Yabbar dan Hamzah (2015:545) diuraikan, pengamanan adalah kegiatan
atau tindakan pengendalian dalam pengurusan aset milik Desa dalam bentuk fisik,
administrative dan tindakan upaya hukum. Pengendalian dalam bentuk fisik adalah
tindakan yang harus dilakukan oleh pengurus aset milik Desa agar secara fisik aset
tersebut terjaga atau dalam keadaan aman sehingga jumlah, kondisi dan
keberadaan aset tersebut sesuai dengan yang tercatat dalam data administrasi.
Pengamanan dalam bentuk fisik untuk mencegah terjadinya penurunan fungsi aset,
penurunan jumlah aset dan hilangnya aset. Pengamanan fisik untuk tanah dan
bangunan dilakukan dengan cara pemagaran, pemasangan tanda batas, papan
kepemilikan dan dilakukan penjagaan di lokasi tanah dan/atau bangunan serta
dengan melakukan perlindungan asuransi bagi gedung kantor, selain tanah dan
bangunan dilakukan dengan cara penyimpanan dan pemeliharaan.

Pengamanan administrasi meliputi kegiatan pembukuan, inventarisasi,


pelaporan dan penyimpanan dokumen kepemilikan. Pengamanan administrasi
terhadap asset bergerak dilakukan dengan cara:

a. Pencatatan/inventarisasi.
b. Kelengkapan bukti kepemilikan antara lain BPKB, faktur pembelian dan lain-
lain.

5. Pemeliharaan Aset Milik Desa


Dikemukakan dalam Yabbar dan Hamzah (2015:546), Pemeliharaan adalah
kegiatan atau tindakan yang dilakukan agar semua aset milik Desa selalu dalam
keadaan baik dan siap untuk digunakan secara berdaya guna dan berhasil guna.
Pemeliharaan dilakukan terhadap barang inventaris yang sedang dalam unit
pemakaian tanpa merubah, menambah atau mengurangi bentuk maupun konstruksi
39

asal sehingga dapat dicapai pendayagunaan aset yang memenuhi persyaratan, baik
dari segi unit pemakaian maupun dari segi keindahan. Penyelenggaraan
pemeliharaan dapat berupa :

a. Pemeliharaan ringan adalah pemeliharaan dan perawatan yang dilakukan


sehari-hari oleh pengelola aset tanpa membebani anggaran.
b. Pemeliharaan sedang adalah pemeliharaan dan perawatan yang dilakukan
secara berkala oleh tenaga terdidik/terlatih yang mengakibatkan pembe-
banan anggaran.
c. Pemeliharaan berat adalah pemeliharaan dan perawatan yang dilakukan se-
waktu-waktu oleh tenaga ahli yang pelaksanaannya tidat diduga sebelumnya
tetapi dapat diperkirakan kebutuhannya yang mengakibatkan pembebanan
anggaran.

6. Penghapusan Aset Milik Desa


Penghapusan adalah tindakan penghapusan aset milik Desa dari daftar aset
dengan menerbitkan surat keputusan dari pejabat yang berwenang untuk
membebaskan pengelola dari tanggung jawab administrasi dan fisik atas barang
yang berada dalam penguasaannya. Penghapusan aset milik Desa dilakukan untuk
asset bergerak dan yang tidak bergerak. Penghapusan aset bergerak milik Desa
dilakukan berdasarkan pertimbangan:

a. Pertimbangan teknis karena secara fisik aset tidak dapat digunakan lagi
karena rusak, kadaluarsa, aus, susut dan lain-lain.
b. Aset tersebut hilang.
c. Pertimbangan ekonomis, seperti jumlahnya berlebih, lebih menguntungkan
bila dihapus karena biaya perawatannya yang mahal atau mati bagi tanaman
atau hewan ternak. (Yabbar dan Hamzah, 2015:548).

7. Pemindahtanganan Aset Milik Desa


Pemindahtanganan adalah pengalihan kepemilikan aset milik Desa sebagai tindak
lanjut dari penghapusan dengan cara dijual, dipertukarkan, dihibahkan atau
disertakan sebagai modal Pemerintah Desa. Beberapa alasan pemindahtanganan
aset milik Desa, yaitu :

1. Sudah tidak sesuai dengan Rencana Umum Tata Ruang Wilayah (RUTRW).
2. Diperuntukan bagi kepentingan umum, kemanusiaan dan keagamaan.
3. Belum dimanfaatkan secara optimal.
40

4. Jika status kepemilikannya dipertahankan tidak layak secara ekonomis.


5. Bangunan terlalu sempit dan sudah tua sehingga tidak efektif lagi untuk ke-
pentingan Pemerintahan Desa. (Yabbar dan Hamzah, 2015:552).

8. Penatausahaan Aset Milik Desa


Penatausahaan adalah rangkaian kegiatan yang meliputi pembukuan,
inventarisasi dan pelaporan aset milik Desa sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Pembukuan adalah kegiatan pendaftaran dan pencatatan aset milik Desa ke dalam
daftar aset yang ada pada pengelola aset. Maksud pembukuan adalah agar semua
aset milik Desa yang berada dalam penguasaan pengelola aset tercatat dengan baik.
Inventarisasi adalah kegiatan untuk melakukan pendaftaran, pencatatan dan
pelaporan hasil pendataan aset milik Desa. Maksud inventarisasi adalah untuk
mengetahui jumlah dan nilai serta kondisi aset milik Desa yang sebenarnya yang
berada dalam pengelolaan pengelola aset. Tujuan inventarisasi aset milik Desa
adalah untuk :

1. Meyakini keberadaan fisik aset yang ada pada dokumen inventarisasi dan
ketepatan jumlahnya.
2. Mengetahui kondisi terkini aset, baik dalam kondisi baik, rusak ringan dan
rusak berat.
3. Melaksanakan tertib administrasi yaitu:
a. Membuat usulan penghapusan aset yang sudah rusak berat.
b. Mempertanggungjawabkan aset yang tidak ditemukan/hilang.
c. Mencatat/membukukan aset yang belum dicatat dalam dokumen inven-
taris.
4. Mendata permasalahan yang ada tas inventaris, seperti sengketa tanah,
kepemilikan yang tidak jelas dan inventaris yang dikuasai oleh pihak ketiga.
5. Menyediakan informasi nilai aset Desa sebagai dasar penyusunan Laporan
Kekayaan Milik Desa (LKMD) awal Desa. (Yabbar dan Hamzah, 2015:553-
554).

9. Pelaporan Aset Milik Desa


Pelaporan adalah kegiatan penyampaian data dan informasi yang dilakukan oleh
pelaksana petanausahaan aset milik Desa pada pengelola aset.. maksud pelaporan
adalah agar semua data dan informasi mengenai asset milik Desa dapat disajikan
dan disampaikan kepada pihak yang berkepentingan dengan akurat guna
41

mendukung pelaksanaan pengambilan keputusan dalam rangka pengelolaan asset


milik Desa dan sebagai bahan penyusunan Lkmd Pemerintah Desa.

10. Penilaian Kekayaan Milik Desa


Penilaian adalah proses kegiatan untuk memberikan suatu opini nilai atas suatu
objek penilaian berupa aset pada saat tertentu. Penilaian pada prinsipnya
merupakan suatau proses indikasi melalui suatu pengetahuan atau metode tertentu
terhadap suatu objek untuk suatu kepentingan atau tujuan tertentu. Penilaian aset
perlu dibedakan dengan penilaian pada umumnya. Penilaian aset dilakukan khusus
atas suatu aset dari suatu entitas kepemilikan. Penilaian aset ahrus dipahami
sebagai suatu proses ilmiah yang dilakukan seorang penilai untuk mendapatkan
estimasi nilai suatu aset tertentu. Kelayakan suatu penilaian dibatasi oleh
ketersediaan data yang cukup serta kemampuan dan objektivitas seorang penilai
yang berkaitan dengan pengalaman dan prediksi-prediksi tertentu. (Yabbar dan
Hamzah, 2015:568)

Penilaian aset milik Desa mempunyai manfaat yang sangat besar. Manfaat yang
diperoleh dari penetapan nilai adalah Desa mempunyai pangkalan data (data base)
harta kekayaan Desa yang dapat digunakan:

a. Sebagai dasar menyusun data awal LKMD Desa.


b. Sebagai landasan jika diperlukan pinjaman.
c. Sebagai landasan untuk optimalisasi harta kekayaan, baik secara sendiri
maupun kerja sama dengan Desa lain atau pihak ketiga.
d. Sebagai landasan penyusunan system informasi aset Desa.

11. Pembinaan dan Pengawasan Aset Milik Desa


Pembinaan aset milik Desa adalah usaha atau kegiatan melalui pembinaan
pedoman, bimbingan, pelatihan dan supervise untuk menjamin kelancaran
penyelenggaraan pengelolaan aset milik Desa secara berdaya guna dan berhasil
guna. Pemberian pedoman merupakan hal penting dalam pelaksanaan pengelolaan
aset milik Desa. Pedoman merupakan acuan cara tindak dari pelaksanaan dalam
pengelolaan aset milik Desa. Bimbingan dalam pembinaan sangat diperlukan karena
pedoman tertulis saja masih bias menimbulkan persepsi berbeda untuk diperlukan
42

adanya bimbingan. Bimbingan biasanya dilakukan dengan sosialisasi atau workshop


dalam rentang waktu yang tidak terlalu lama. Bimbingan kepada aparat Desa yang
mengelola aset Desa secara teknis dapat dilakukan dengan melakukan pelatihan.
Apabila dalam pelaksanaannya terdapat kendala, maka diperlukan supervise untuk
memecahkan masalah di lapangan. (Yabbar dan Hamzah, 2015:571)

Selanjutnya, pengawasan merupakan usaha atau kegiatan untuk mengetahui


dan menilai kenyataan yang sebenarnya mengenai pelaksanaan tugas dan/atau
kegiatan, apakah dilakukan sesuai peraturan perundang-undangan. Lingkup dari
pengawasan aset milik Desa meliputi pelaksanaan penggunaan, pemanfaatan dan
pemindahtanganan aset milik Desa dalam rangka penertiban penggunaan,
pemanfaatan datan pemindahtanganan aset milik Desa sesuai ketentuan yang
berlaku. Pengawasan yang baik harus berpegang pada prinsip-prinsip pengawasan.

12. Pengendalian Aset Milik Desa


Pengendalian merupakan usaha atau kegiatan untuk menjamin dan
mengarahkan agar pekerjaan yang dilaksanakan berjalan sesuai dengan rencana
yang telah ditetapkan. Pengendalian merupakan komponen penting dalam
pengelolaan aset milik Desa dan menjadi dasar bagi pijakan operasional pengelolaan
aset milik Desa yang baik dan benar. Pengendalian aset milik Desa yang efektif
dapat membantu menjaga aset milik Desa, menjamin ketersediaannya laporan aset
milik Desa yang dapat dipercaya, meningkatkan kepatuhan bagi para pengelola aset
milik Desa terhadap ketentuan dan peraturan peundang-undangan yang berlaku
serta mengurangi resiko terjadinya kerugian, penyimpangan dan pelanggaran atas
pengelolaan aset milik Desa.

2.3. Penelitian Terdahulu


A. Simon P, (Penelitian Skripsi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pat-
timura) tahun 2012 dengan Judul: Pemanfaatan Kekayaan Alam Sebagai Sumber
Pendapatan Asli Desa di Negeri Soya Kota Ambon.
Penelitian satu variabel dengan pendekatakan kualitatif, dimana hasil
penelitian menunjukkan bahwa :

1. Pemerintah negeri Soya belum dapat menggali sumber-sumber pendapatan


asli negeri dengan memanfaatkan kekayaan alam yang dimiliki negeri. Di-
mana banyak sumber kekayaan alam yang belum digali dan hanya sebagaian
kecil saja yang sudah digali.
43

2. Pemerintah negeri Soya belum maksimal memanfaatkan kekayaan alam yang


dimiliki negeri sebagai sumber pendapatan asli negeri. Namun demikian se-
mua sumberpungutan yang ada sudah ditetapkan dalam sebuah peraturan
negeri.
3. Pemerintah negeri Soya belum dapat dengan menatapkan target penerimaan
secara konsisten dan dengan matang sehingga menyulitkan rencana pembi-
ayaan kegiatan pemerintahan negeri.
4. Pemerintah negeri Soya belum dapat dengan konsisten melakukan pemu-
ngutan sehingga realisasi penerimaan asli negeri belum dapat menjamin
kepastian pembiayaan kegiatan pemerintahan negeri.
5. Penerimaan asli negeri belum dapat memberikan sumbangan pada kegiatan
negeri baik kegiatan pembangunan negeri maupun kegiatan pemerintahan
lainnya. Sehingga ketergantungan terhadap sumber penerimaan dari pemer-
intah di atasnya masih tinggi.

B. Fian Mailoa, (Penelitian Skripsi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Pattimura), Tahun 2021, Peningkatan Pendapatan Asli Dengan Pemanfaatan
Peluang Faktor Ekologis Administrasi di Negeri Latuhalat Kecamatan Nusaniwe
Kota Ambon.

Penelitian satu variable dengan pendekatan kualitatif, dimana hasil penelitian


menunjukkan bahwa:

1. Peluang Potensi Alam


Hasil analisis dan pembahasan dari data penelitian berhubungan dengan
peluang factor ekologis aspek alamiah yang berkenaan dengan potensi
kekayaan alam, memperlihatkan bahwa potensi kekayaan alam di Negeri
Latuhalat Kecamatan Nusaniwe Kota Ambon cukup besar berupa Pantai
Wisata yang berjumlah lima lokasi. Potensi tersebut sangat potensial dan
merupakan peluang yang dapat dijadikan sebagai sumber pendapatan asli
Negeri. Peluang potensi pantai wisata tersebut belum dimanfaatkan sebagai
sumber pendapatan asli Negeri yang ditetapkan dalam Peraturan Negeri
Latuhalat.

2. Peluang Potensi Keadaan dan Kemampuan Penduduk


Hasil analisis dan pembahasan dari data penelitian sehubungan dengan
peluang factor ekologis aspek alamiah yang berkenaan dengan potensi
keadaan dan kemampuan penduduk, memperlihatkan bahwa potensi
44

keadaan dan kemampuan penduduk di Negeri Latuhalat Kecamatan


Nusaniwe Kota Ambon cukup besar, berupa jumlah penduduk dengan Kepala
Keluarga yang banyak serta mata pencaharian yang beragam dan
berpendapatan memadai. Potensi ini sangat memadai sehingga merupakan
peluang yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber pendapatan asli Negeri.
Peluang keadaan dan kemampuan penduduk tersebut belum dimanfaatkan
sehingga belum ditetapkan dalam sebuah Peraturan Negeri Latuhalat.

3. Peluang Potensi Sosial Ekonomi


Hasil analisis dan pembahasan dari data penelitian sehubungan dengan
peluang factor ekologis aspek sosial kemasyarakatan, yang berkenaan
dengan keadaan kegiatan ekonomi masyarakat, ternyata cukup memadai
walaupun sebagiannya menjadi kewenangan Pemerintah Kota Ambon.
Kegiatan ekonomi yang menjadi kewenangan cukup memadai sehingga
merupakan peluang yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber pendapatan
asli Negeri. Peluang potensi sosial ekonomi tersebut belum dimanfaatkan
sebagai sumber pendapatan asli Negeri sehingga belum ditetapkan dalam
sebuah Peraturan Negeri Latuhalat.

2.4. Kerangka Pikir


Negeri Tulehu Kecamatan Salahutu Kabupaten Maluku Tengah, merupakan
salah satu Negeri Adat yang adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki
batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan,
kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul
dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam system Pemerintahan
Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dalam rangka itu, maka pada pasal 78
Undang-Undang Nomor 6 tahun 2014 tentang Desa, dikatakan: pembangunan desa
bertujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa dan kualitas hidup manusia
serta penanggulangan kemiskinan melalui pemenuhan kebutuhan dasar,
pembangunan sarana dan prasarana desa, pengembangan potensi ekonomi lokal,
serta pemanfaatan sumber daya alam dan lingkungan secara berkelanjutan. Dalam
rangka itulah, Pemerintah Negeri Tulehu harus dapat meningkatkan pendapatan asli
desa dalam rangka meningkatkan kemampuan pembiayaan penyelenggaraan
pemerintahan negeri Tulehu. Untuk meningkatkan pendapatan asli Desa di Negeri
Tulehu Kecamatan Salahutu Kabupaten Maluku Tengah, maka Pemerintah Negeri
Tulehu dituntut untuk dapat menggali berbagai sumber pendapatan asli Negeri yang
salah satunya adalah dengan pengelolaan aset milik Desa Tulehu yang ada.
45

Gambar 2.1
Kerangka pikir

Pengelolaan Aset Milik


Desa

1. Percanaan aset milik


Desa
2. Pengadaan aset milik
Pemerintah Desa
Negeri Tulehu 3. Pemanfaatan aset mi-
Kecamatan lik Desa Peningkatan
Salahutu 4. Pengamanan aset mi- Pendapatan Asli
Kabupaten lik Desa Desa
Maluku Tengah 5. Pemeliharaan aset
milik Desa
6. Penatausahaan aset
milik Desa
7. Penilaian aset milik
Desa.

2.5. Diskripsi Fokus


Fokus penelitian ini adalah objek yang manyangkut dengan variabel penelitian yang
telah ditetapkan untuk diteliti, yaitu pengelolaan aset milik Desa yang terdiri dari :
1. Percanaan aset milik Desa;
2. Pengadaan aset milik Desa;
3. Pemanfaatan aset milik Desa,.
4. Pengamanan aset milik Desa;
5. Pemeliharaan aset milik Desa,
6. Penatausahaan aset milik Desa
7. Penilaian aset milik Desa.

BAB III

METODE PENELITIAN
46

3.1 Jenis Penelitian


Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif, yakni penelitian yang didesain
dengan menggunakan metode kualitatif untuk memperoleh data yang bersifat
menyeluruh, holistik, mendalam, dan memberikan uraian yang bersifat deskriptif
dari suatu kolektifitas dan representatifitas yang tetap terjamin dilakukan.

Penelitian dengan metode kualitatif ini bersifat deskriptif yang bertujuan untuk
mempertajam karakteristik dan gejala yang diteliti dalam mengungkap masalah
menjadi jelas, memahami makna dibalik data yang tampak, memahami perasaan
dan interaksi sosial, mengembangkan teori, memastikan kebenaran data dan
meneliti perkembangan secara mendalam berdasarkan prosedur penelitian
kualitatif dalam mengungkap pengelolaan aset milik Desa sebagai sumber
pendapatan asli Desa di Negeri Tulehu Kecamatan Salahutu Kabupaten Maluku
Tengah.

3.2. Subjek dan Objek Penelitian


Subjek penelitian ini adalah Aparatur Pemerintahan Negeri yang terdiri dari
Pemerintah Negeri dan Badan Permusyawaratan Negeri dan tokoh masyarakat di
Negeri Tulehu Kecamatan Salahutu Kabupaten Maluku Tengah, yang merupakan
pihak yang terlibat dalam pengambilan keputusan dan pelaksana.
Sedangkan yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah pengelolaan aset
milik Desa sebagai sumber pendapatan asli di Negeri Telehu Kecamatan Salahutu
Kabupaten Maluku Tengah.

3.3. Instrumen Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data


Yang menjadi instrumen dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri. Melalui
peneliti sendiri sebagai instrumen utama dan dengan menggunakan pedoman
wawancara secara terbuka dan mendalam sehingga penelitian ini mampu
mendapatkan data yang valid dan reliabel. Hal ini dilakukan dengan cara turun
langsung ke lokasi penelitian dan melakukan pengamatan serta wawancara dengan
informan yang telah ditetapkan guna mendapatkan data sesuai dengan
kepentingan dan kebutuhan penelitian.

Pengumpulan data penelitian ini, menggunakan teknik studi dokumentasi,


observasi langsung, dan wawancara kualitatif. Dalam pengumpulan data dan
informasi, peneliti menjalankan kegiatan secara konsisten sebagai berikut :
47

1. Dalam studi dokumentasi peneliti menelusuri, mengumpulkan, mencatat data


dan informasi tertulis berupa keterangan ilmiah dari buku-buku, jurnal-jurnal,
dan dokumen-dokumen yang berisikan peraturan-peraturan, pendapat-
pendapat, konsep-konsep, dan teori-teori para ahli sesuai dengan substansi
penelitian.
2. Dalam observasi langsung, peneliti mengamati aktivitas pelaksana dalam
melaksanakan pengelolaan arsip. Pengamatan dilangsungkan secara teliti
dan terfokus dengan tetap memperhatikan kesesuaian maupun kelengkapan
data dan informasi. Kemudian mencatat data dan informasi yang jelas dari
hasil pengamatan pengelolaan aset milik Desa.
3. Dalam wawancara kualitatif, peneliti menjalankan peran dan fungsi sebagai
instrument utama membangun komunikasi tanya jawab yang mendalam den-
gan informan dilandasi pendekatan yang intensif dan memakai panduan
wawancara (interview guide) maupun wawancara terbuka (open interview)
yang memberikan kesempatan kepada informan untuk menyampaikan pan-
dangan tentang fenomena penelitian.

3.4. Penentuan Informan


Informan yang diharapkan memberikan informasi terkait dengan fokus penelitian ini,
terdiri dari :

a. Penjabat Raja Negeri Tulehu: untuk mendapatkan informasi tentang Se-


jarah Negeri Telehu Kecamatan Salahutu Kabupaten Maluku Tengah, dan
upaya yang telah dilakukan dalam pengelolaan aset milik Desa/Negeri se-
bagai sumber pendapatan asli Negeri.
b. Sekretaris Negeri; untuk memperoleh data dan informasi tentang Organ-
isasi Pemerintah Negeri, pengelolaan aset milik Desa/Negeri sebagai sum-
ber pendapatan asli Negeri.
c. Perangkat Negeri Tulehu lainnya untuk memperoleh data terkait pengelo-
laan aset milik Negeri sebagai sumber pendapatan asli Desa di Negeri
Tulehu Kecamatan Salahutu Kabupaten Maluku Tengah.
d. Tokoh Masyarakat yang merepresentasikan masyarakat, untuk memper-
oleh data terkait dengan pengelolaan aset milik Desa/Negeri sebagai sum-
ber pendapatan asli Desa di Negeri Telehu Kecamatan Salahutu Kabu-
paten Maluku Tengah.
3.5. Jenis Data
Jenis data yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah :
48

1. Opini, menanyakan orang apa yang mereka pikir tentang satu isu atau ke-
jadian.
2. Fakta, berhubungan dengan apa yang diketahui.
3. Pengetahuan berkenaan dengan apa yang diketahui tentang pengelolaan
aset milik Desa sebagai sumber pendapatan asli Negeri.

3.6. Sumber Data


Data yang digunakan dalam penelitian ialah data primer dan data sekunder, antara
lain :

1. Data sekunder yang digunakan diperoleh melalui penelusuran kepus-


takaan, dokumentasi, dan laporan kegiatan yang terdapat pada lokasi un-
tuk melakukan pengkajian pengelolaan aset milik Desa sebagai sumber
pendapatan asli Desa di Negeri Telehu Kecamatan Salahutu Kabupaten
Maluku Tengah.
2. Data primer yang digunakan di peroleh dari informan melalui penelitian la-
pangan termasuk hasil pengamatan yang dilakukan. Diharapkan informan
dapat memberikan data atau informasi yang jelas dan akurat tentang pen-
gelolaan aset milik Desa sebagai sumber pendapatan asli Desa di Negeri
Telehu Kecamatan Salahutu Kabupaten Maluku Tengah.

3.7. Teknik Analisis Data


Peneliti melakukan sejumlah langka metodologis terhadap data yang dihimpun
dari pengumpulan data dan penyajian data, yakni analisis data secara kualitatif
yang dilakukan melalui suatu proses secara sistematis yang pelaksanaannya telah
mulai dilakukan sejak pengumpulan data dan dikerjakan secara teliti, baik sejak atau
selama di lapangan maupun setelah tidak lagi berada di lapangan. Proses analisis
secara kualitatif dengan cara reduksi data, rangkuman data, dan menarik
kesimpulan.

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN


49

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

4.1.1 Sejarah Singkat Negeri Tulehu


Negeri Tulehu berteung Amang Tuirehui Haturessi, terletak di pulau Ambon,
kecamatan Salahutu, kabupaten Maluku Tengah, Provinsi Maluku. Negeri Tulehu
merupakan Negeri terbesar di kecamatan Salahutu, merupakan komunitas Salam
atau Islam tua yang ada di Maluku, yang mana dahulunya Tulehu adalah negeri
bagian dari kerajaan besar islam Hitu.

Menurut sejarah Negeri Tulehu yang dalam bahasa tanah Aman Turehui.
Pada awalnya negeri ini terletak pada daerah perbukitan atau pegunungan.
Menurut tua-tua adat negeri, penduduk negeri Tulehu itu terbagi atas dua yaitu
penduduk lama dan penduduk baru, yang mana didalamnya penduduk ini berasal
dari pulau seram yaitu sekitar teluk Elpaputi, SBT, daerah Salahutu, dan juga
berasal dari Arab dan Jawa. Mereka ini datang secara berkelompok melalui jalur
laut dengan kora-kora, hora-hora atau belang.

Menurut Bpk. M. Noor Tawainella ada dua versi yang menjelaskan tentang
asal mula nama Tulehu, yaitu :
1. Versi yang pertama menurut Drs. Hj. Abdurachman Umarella, bahwa :
“Tulehu berasal dari kata Turu rehu-rehu yang artinya Turun Kebawah.
Mengapa beliau mengatakan demikian, karena pada awalnya orang Tulehu
asli tinggalnya digunung Hue dan gunung Harua Aru lalu mereka turun
kebawah untuk mencari tempat tinggal yang baru sehingga terbentuklah
negeri Tulehu yang sekarang”.

2. Versi yang kedua menurut Hj.Kaimuddin Umarella (Imam Besar Negeri


Tulehu pada saat itu), menurut beliau bahwa :
“Tulehu berasal dari dua kata yaitu Tui= Burung atau dalam bahasa
Melayu Ambon disebut Toi yang merupakan nama dari seekor burung, dan
Rehu= Dibawah. Secara lengkapnya disebut “dibawah burung Tui”. Ceritanya
menjelaskan bahwa, Saat itu orang tua-tua negeri Tulehu yang tinggal di
lereng gunung Salahutu atau perbukitan, ketika pergi untuk mencari tempat
pemukiman yang sekarang ditempati (Tulehu), dalam perjalanan, mereka
beristirahat untuk makan bekalnya.
50

Di bawah pohon yang kebetulan diatas pohon tersebut ada rumah/sarang


burung Toi, sehingga mereka namakan Tulehu atau Turehui artinya dibawah
rumah burung Toi”.

Berdasarkan referensi sejarah yang ada di Belanda, Negeri Tulehu berada


di bawah bukit karang ketika zaman itu masyarakat Tulehu berjumlah ± 500
orang/jiwa. Dan pemimpin pertama adalah Pati Braim Lupassa/Lupessy
(Nahumarury). Asal mulanya Tulehu dari Gunung salahutu kemudian turun di
Hawe atau Gunung karekar (lorong) yang sampai sekarang sebagai gunung
terangker yang ditandai dengan sekumpulan batu yang dipercaya sebagai
persemayaman arwah leluhur. Rombongan orang-orang yang ada saat itu
adalah Nahumarury, Tehupelasury, Tehuhatuela, sedangkan Umarella di
Gunung Pau. Kemudian Tehupelasury berpisah dan menempati Gunung
Eriwakan yang sekarang dikenal dengan Airmata Tujuh atau Walamataitu
(Bahasa Tulehu) ketika turun dari Karekar Harua. Mereka semuanya turun
setelah Tehupelasury menempati Walamataitu, Nahumarury juga kemudian
menempati Gunung Amalatuwei (Negeri Raja Ey/ Negeri Raja Nahumarury)
yang dikenal dengan marga Patirane sampai sekarang yang menempati Desa
Suli.

Mereka berkumpul di dusun Amangtawary/Negeri Lama, Kemudian


Nahumarury dari Amalatu ey pergi untuk menemui pemimpin Rumatau Umarella
yang bergelar Rumatau Asel. Pada saat itu mereka memutuskan agar
Nahumarury turun memeriksa kampung. Perjalanan dari Amangtawari mereka
pertama kali melewati kaki air Wairaing/Wailatu, dan yang turun pada saat itu
Nahumarury (Roh Putih) atau (Panglima Perang) dan Patirane kemudian
menemukan sumber mata air di Wailatu. Mereka kemudian menanam sagu di
dekat mata air Wailatu yang di beri nama Lapia ma’aririyaman yang artinya pilih-
pilih negeri untuk di tempati/ menanam sagu mencari negeri. Setelah mendapat
sumber mata air di Wailatu kemudian mereka kembali ke Salahutu untuk
melapor dan pada akhirnya bersepakat untuk turun ke Negeri. dan negeri
pertama yang di tempati pada saat itu yakni di bagian daerah Tulehu yang
sekarang meliputi Kantor Negeri, Baileo, pasar dan terminal yang berada di
sekitar air Wailatu dan menjadi penguasa air adalah Nahumarury.
51

Marga Lestaluhu muncul sebagai penyiar agama kemudian Ohorella,


Pandita Lain, Pandita Latin. Pandita Latin berdasarkan sumber sejarah yang
didapat, mengatakan bahwa mereka berasal dari Gujarat India.
Pemerintah Negeri Tulehu di pimpin oleh seorang Raja dari garis keturunan
lurus pewaris tahta dan dibantu oleh seorang sekretaris dan tujuh kepala urusan
serta 15 Kepala Kampung, serta dibantu oleh kepala-kepala pemuda/i pada
masing-masing kampung.

Badan Saniri Negeri (BSN) merupakan lembaga adat yang independen


berfungsi bersama raja menetapkan peraturan negeri menampung dan
menyalurkan aspirasi masyarakat serta meminta pertanggung jawaban raja.
Komposisinya terdiri dari 10 Soa (14 Rumatau/ Mata Rumah) dan tokoh
intelektual dari masing-masing Rumah Tau sebagai berikut :

1. Soa Wakan terdiri dari Rumatau Ohorella dan Wakan.


2. Soa Ey terdiri dari rumatau Nahumarury Nahumata, Nahumarury Loalutu
dan Nahumaruriy Lotupessy ( Aman Upui/ Tuan Tanah).
3. Soa Asel terdiri dari rumatau Umarella Tanalisa dan Umarella Seiheu
( Aman Upui/ Tuan Tanah).
4. Soa Louw terdiri dari rumatau Tawainella dan Hunusalela.
5. Soa Lain adalah Rumatau Tuasalamony.
6. Soa Mony adalah Rumatau Kota Hatuhaha.
7. Soa Latin terdiri dari Rumatau Lestaluhu Perdana Jamilu, Lestaluhu
Tawainlatu, Lestaluhu Hatib Bati, Rumatau Lekasalaisa, Rumatau Pary,
dan Sarlata.
8. Soa Tuny adalah Rumatau Tuasamu.
9. Soa Teri adalah Rumtau Tehupelasury (Aman Upui/Tua Tanah).
10. Soa Resi adalah Rumatau Tehuhatuela ( Aman Upui/Tua Tanah).

Ke 10 Soa ini terhimpun dalam satu kesatuan Teun Negeri yaitu ‘’Teun
Haturessy’’ yang bermakna satu kesatuan yang utuh, kuat dan tangguh.

Marga-marga yang ada di Negeri Tulehu tidak datang secara serentak tetapi
secara bergelombang dan dibagi menjadi 3 (tiga) kelompok, yaitu kelompok
adat, kelompok agama dan kelompok pelengkap. Kelompok pertama (kelompok
adat), datang secara berangsur-angsur Empat Rumatau dari bangsawan
Nunusaku yang terdiri dari lima rombongan yaitu :
52

1. Upu Latu Nusa Huhuin (Umarella).


2. Upu Latu Aman Husar (Umarella).
3. Upu Latu Harua (Tehuhatuella).
4. Sabenar Latu (Tehupelasury).
5. Ama Latu Ey (Nahumarury).
Maka terjadilah kesepakatan pertama Empat Rumatau yang diikuti lima orang
bersepakat yang memimpin keempat Rumatau adalah Upu Latu Nusa Huhuin
(Umarella) dan beliau juga dikenal sebagai Aman Upu’i yang dimelayukan
menjadi Maha Raja Yang Dipertuang Agungkan. Dan berikutnya datang juga
secara berangsur-angsur empat Rumatau kedua (kelompok agama) tapi bukan
dari kalangan bangsawan Nunusaku, yaitu :

1. Wakan (Ohorella)
2. Louw (Hunusalela)
3. Laen (Tuasalamony)
4. Lating (Lestaluhu)

Setelah Empat Rumatau kedua sudah mendiami Bumi Hausuha maka Upu Latu
Nusa Huhuin (Umarella) mengumpulkan mereka semua dan membuat satu
kesepakatan yang disebut kesepakatan “MATAWARU”. Mata artinya Rumatau,
sedangkan Waru artinya delapan. Jadi kesepakan Matawaru adalah
kesepakatan delapan rumatau atau delapan mata rumah yang diikuti oleh
sembilan orang. Dari kesepakatan itu maka terjadi pembagian jabatan di Negeri
Tulehu. Empat rumatau pertama mendapat jabatan sama seperti awal mereka
datang (Kelompok Adat). Sedangkan empat rumatau kedua (Kelompok agama)
kebagian jabatan sebagai imam uzur dan modim.

Delapan Rumatau yang berjumlah sembilan orang ini mempunyai arti yang
sangat luas dan salah satunya adalah Patasiwa dan Patarima. Patarima adalah
Upu Latu Huhuin sebagai pemimpin kelompok adat dan kelompok agama, serta
Patasiwa adalah Upu Latu Nusa Huhuin sebagai Latu tertinggi sekaligus imam
besar atau pemimpin dua kelompok dan atau pemimpin delapan Rumatau dan
atau juga sebagai pemimpin kedelapan orang.

Setelah itu datang pula kelempok yang ketiga yaitu kelompok perlengkapan,
yang terdiri dari :
1. Matuang Samu (Tuasamu)
2. Lekasalaisa.
53

3. Kotahatuhaha.
4. Sarlata.

Selain marga-marga yang ada, lahir pula budaya-budaya yang tumbuh dan
berkembang bersamaan dengannya. Budaya yang paling dominan yang masih
terlihat di Negeri Tulehu adalah Budaya Sanamang, Budaya Keku Lalang, dan
Budaya Pausa. Budaya Keku Lalang biasanya dilakukan pada saat mantu dari
laki-laki atau perempuan ada yang meninggal, maka pihak keluarga
(perempuan-perempuan) akan membawa hantaran berupa berbagai macam
pangan yang ditaruhnya di sebuah tempat (loyang) lalu di taruhnya diatas kepala
(keku), mereka berjalan dengan teratur dan semakin panjang barisan
penghantar lalang maka keluarga dipandang orang besar. Adapun Budaya
Pausa adalah tradisi dimana orang-orang negeri akan menghitamkan tangannya
dengan arang lalu mereka akan menggosoknya ditangan dengan minyak kelapa,
setelah itu mereka akan mencari kusing-kusing mereka dan menggosokan arang
tersebut ke wajah kusing mereka, biasanya dilakukan menjelang
aroha/manyiang, tujuannya yaitu untuk mengetahui adanya hubungan-hubungan
kekelurgaan atau marga baik yang sudah keluar atau masuk dengan marga
tertentu.

Sedangkan budaya sanamang adalah sebuah peristiwa budaya dimana


ketika orang akan melangsungkan suatu pernikahan di Negeri Tulehu maka
masyarakat Tulehu akan ikut berpartisipasi dalam mengurangi beban dari pihak
lelaki, dalam hal ini mengurangi beban maharnya. Setiap masyarakat akan
terlibat secara keseluruhan tidak berpikir keluarga dekat atau jauh.

Adapula yang disebut dengan barekeng. Fenomena barekeng tersebut


muncul sekitar tahun 70-an sampai saat ini masih menjadi tradisi yang
berlangsung turun temurun di masyarakat setempat. Barekeng ini biasanya
dilakukan pada saat orang maninggal. Barekeng ini dilakukan untuk
meringankan beban keluarga yang berduka. Misalnya ketika membuat hari
dibutuhkan uang untuk membuat sanamang, maka dengan uang barekeng itu
dapat membantu meringankan biaya konsumsi dan lain-lain.

Masyarakat Tulehu mempunyai hubungan emosional yang kuat dengan


Negeri Tengah-tengah, Tial, serta Waai dan Suli, yang terhimpun dalam satu
rumpun Uli Solemata (Ubun-ubun).
54

4.1.2 Letak Geografis Negeri Tulehu


Secara administratif Negeri Tulehu termasuk dalam wilayah Kecamatan
Salahutu dengan luas wilayah sekurang-kurangnya lebih 151.082 km2,
Kabupaten Maluku Tengah, Provinsi Maluku. Negeri Tulehu adalah salah satu
Negeri yang cukup besar dan luas di Kecamatan Salahutu. Sumberdayanya pun
lebih banyak, baik itu sumber daya manusia ataupun sumber daya alam. Negeri
Tulehu terdiri dari 13 dusun atau kampung dan 16 Rukun Tetangga.
Luas wilayah Negeri Tulehu menurut pegunungan adalah 1 Ha-10.000 m 3
atau 1 m2- 0,0001 Ha, sedangkan secara keseluruhan luas wilayah Negeri
Tulehu adalah 3.082,0 Ha. Secara geografis Negeri Tulehu berbatasan dengan
wilayah sebagai berikut:
1. Sebelah Utara dengan Laut;
2. Sebelah Timur dengan Negeri Tengah-Tengah dan Negeri Tial;
3. Sebelah Selatan dengan Negeri Suli dan Negeri Passo; dan
4. Sebelah Barat dengan Negeri Waai.

4.1.3. Topografi dan Jenis Tanah


Topografis Negeri Tulehu secara umum termaksud daerah landai atau
dataran rendah dan perbukitan terasering, dan berdasarkan ketinggian wilayah
Negeri Tulehu diklasifikasikan dataran rendah (0-100 m dpl) / dataran sedang (>
100-500 m dpl). Sebagaimana di daerah Maluku Tengah yang memiliki iklim
tropis, kondisi iklim di Negeri Tulehu sangat dipengaruhi oleh 2 musim besar
yakni musim timur atau musim hujan dan musim barat atau musim panas. Musim
timur atau musim hujan berlangsung dalam bulan mei sampai dengan bulan juli
dengan curah hujan dan hari hujan yang cukup tinggi antara bulan juli sampai
dengan bulan agustus, sedangkan musim barat atau panas berlangsung dari
bulan oktober sampai dengan bulan maret. Pada kedua musim ini juga diselingi
dengan musim pancaroba yakni peralihan musim timur ke musim barat yang
berlangsung pada bulan oktober dan november serta musim barat ke musim
timur pada bulam maret dan april.

4.1.4. Keadaan Penduduk Negeri Tulehu


1. Penduduk Menurut Kelompok Umur
Masyarakat Negeri Tulehu meru pakan masyarakat yang heterogen yang terdiri
dari berbagai etnis. Banyak pendatang yang datang menetap dan akhirnya
55

menikah dengan orang asli Tulehu. Ini yang membuat Tulehu menjadi wilayah
yang sering didatangi oleh orang luar karena keterbukaan masyarakatnya. Di
Negeri Tulehu terdapat 3.773 KK dengan Jumlah penduduk Negeri Tulehu
sebanyak 28,761 jiwa dengan komposisi terdiri dari laki-laki sebanyak 14,232
jiwa dan perempuan sebanyak 14,572 jiwa. Hal ini dapat digambarkan pada
tabel 2 berikut ini:

Tabel 4.1. Penduduk Negeri Tulehu Menurut Kelompok Umur


Kelompok Jenis Kelamin
No. Umur Laki-laki Perempuan Jumlah Presentase
(Tahun )
1. 0 -5 667 703 1370 4,76
2.. 6 – 10 887 851 1738 6,03
3. 11 -15 1125 1113 2238 7,77
4. 16 - 20 1917 1921 3838 13,32
5. 21 – 25 1919 2034 3953 13,72
6. 26 – 30 1673 1732 3405 11,82
7. 31 – 35 1486 1460 2946 10,23
8. 36 – 40 1197 1215 2412 8,37
9. 41 – 45 1069 1083 2152 7,47
10. 46 – 50 719 794 1513 5,25
11. 51 – 55 631 622 1253 4,35
12. 56 – 60 381 568 949 3,29
13. 61 – 65 250 247 497 1,72
14. 66 – 70 149 126 275 0,95
15. 71 – 75 89 59 148 0,51
16. 76 + 75 44 119 0,41
14232 14572 28804 100
Sumber: Kantor Negeri Tulehu, 2022

Dari penjelasan tabel 1 di atas menunjukan bahwa penduduk Negeri Tulehu


yang berumur 0-5 tahun berjumlah 1,370 orang (4,76%), penduduk dengan umur
6-10 tahun berjumlah 1,738 orang (6,03%), penduduk dengan umur 11-15 tahun
berjumlah 2,238 orang (7,77%), penduduk dengan umur 16-20 tahun berjumlal
3,838 orang (13,32%), penduduk dengan umur 21-25 tahun berjumlah 3,953
orang (13,72%), penduduk dengan umur 26-30 tahun berjumlah 3,405 orang
56

(11,82%), penduduk dengan umur 31-35 tahun berjumlah 2,946 orang (10,23%),
penduduk dengan umur 36-40 tahun berjumlah 2,412 orang (8,37%), penduduk
dengan umur 41-45 tahun berjumlah 2,153 orang (7,47%), penduduk dengan
umur 46-50 tahun berjumlah 1,513 orang (5,25%), penduduk dengan umur 51-55
tahun bejumlah 1,253 orang (4,35%), penduduk dengan umur 56-60 tahun
berjumlah 949 orang (3,29%), penduduk dengan umur 61-65 tahun berjumlah
497 orang (1,72%), penduduk dengan umur 66-70 tahun berjumlah 275 orang
(0,95%), penduduk dengan umur 71-75 tahun berjumlah 148 orang (0,51%) dan
penduduk dengan umur 76 tahun keatas berjumlah 119 orang (0,41%).

2. Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian


Dalam sistem pemerintahan, ternyata wilayah administratif Negeri Tulehu
terdiri dari 15 dusun/kampung. Penduduk pada dusun-dusun tersebut memiliki
mata pencaharian yang jelas sangat berpengaruh pada pendapatan rill
masyarakat dan turut memberikan kontribusi bagi keberhasilan pembangunan di
Negeri Tulehu.

Walaupun berada di pesisir pantai masyarakat Negeri Tulehu tidak


berorientasi ke Laut. Mata pencaharian terbesar yang digeluti oleh masyarakat
Tulehu adalah petani, pedagang, serta pengusaha kecil dan menengah. Hal ini
dapat dilihat pada tabel 3 berikut ini :

Tabel. 4.2. Penduduk Negeri Tulehu Menurut Mata Pencaharian


No. Jenis Mata Pencaharian Jumlah Presentase
1. Petani 974 27,71
2. Buruh Tani 154 4,38
3.. Buruh Migran Laki-lai 10 0,28
4. PNS 671 19,09
5. Pengrajin Rumah Tangga 20 0,57
6. Pedagang keliling 26 0,74
7. Peternak 9 0,26
8. Nelayan 300 8,53
9. Montir 33 0,94
10. Dokter 8 0,23
11. Bidan 8 0,23
12. Perawat 7 0,20
13. Pembantu Rumah Tangga 26 0,74
57

14. TNI 107 3,04


15. POLRI 68 1,93
16. Pensiunan/Purnawirawan 141 4,01
17. Pengusaha Kecil & Menengah 464 13,20
18. Dosen 64 1,82
19. Pengusaha Besar 144 4,10
20. Karyawan Swasta 211 6,00
21. Karyawan BUMN/BUMD 70 2,00
Jumlah 3515 100
Sumber Data: Kantor Negeri Tulehu, 2022
Dari penjelasan tabel 2 di atas menunjukan bahwa penduduk dengan mata
pencaharian petani berjumlah 974 orang (27,71%), buruh tani berjumlah 154
orang (4,38%), buruh migran laki-laki berjumlah 10 orang (0,28%), PNS
berjumlah 671 orang (19,09%), pengrajin industri rumah tangga berjumlah 20
orang (0,57%), pedagang keliling berjumlah 26 orang (0,74%), peternak
berjumlah 9 orang (0,26%), nelayan berjumlah 300 orang (8,53%), montir
berjumlah 33 orang (0,94%), dokter berjumlah 8 orang (0,23%), bidan berjumlah
8 orang (0,23%), perawat berjumlah 7 orang (0,20%), pembantu rumah tangga
berjumlah 26 orang (0,74%), TNI berjumlah 107 orang (3,04%), Polri berjumlah
68 orang (1,93%), pensiunan PNS/TNI/Polri berjumlah 141 orang (4,01%),
pengusaha kecil dan menengah berjumlah 464 orang (13,20%), dosen berjumlah
64 orang (1,82%), pengusaha besar berjumlah 144 orang (4,10%), karyawan
perusahan swasta berjumlah 211 orang (6,00%) dan karyawan perusahan
pemerintah berjumlah 70 orang (2,00%).

3. Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan


Pendidikan pertama kali diperkenalkan adalah Pendidikan ajaran islam di
nanggar-nanggar yang diajarkan oleh tuang guru. Pemerintah Belanda
mendirikan sekolah rakyat di Negeri Tulehu sekitar awal 1920-an Bersama
dengan lima negeri muslim lainnya yaitu Hitumessen, Laha, Pelauw, Kailolo dan
Kulur (MvO van Schmidt 1924 dalam van Fraassen,ed 1997: 455). Namun
sekolah ini kurang dikunjungi oleh siswa kerena dianggap sebagai sekolah Kafir.
Setelah kemerdekaan pertumbuhan sekolah-sekolah semakin pesat bahkan
Tulehu memiliki semua jenjang sekolah dari PAUD hingga Perguruan Tinggi. Hal
ini dapat dilihat pada tabel 3 berikut ini:
58

Table. 4.3. Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan


No. Tingkat Pendidikan Jumlah Presentase
1. Belum Masuk Sekolah 558 2,30
2. Sedang TK 613 2,53
3. Tidak Pernah Sekolah 473 1,95
4. Sedang Sekolah 5.555 22,93
5. Pernah SD tapi Tidak Tamat 612 2,53
6. SD/Sederajat 3.022 12,47
7. Tidak Tamat SMP 529 2,18
8. Tidak Tamat SMA 570 2,35
9. SMP/Sederajat 3.185 13,15
10. SMA/Sederajat 6.847 28,26
11. D1/Sederajat 80 0,33
12. D2/Sederajat 50 0,21
13. D3/Sederajat 282 1,16
14. Sarjana (S1) 1.714 7,08
15. Magister (S2) 68 0,28
16. Doktor (S3) 12 0,05
17. Tamat SLB B 31 0,13
18. Tamat SLB C 23 0,09
. Jumlah 24.224 100
Sumber Data: Kantor Negeri Tulehu, 2022.

Dari penjelasan pada tabel 3 diatas menunjukan bahwa penduduk dengan


tingkat pendidikan belum masuk TK atau belum sekolah berjumlah 558 orang
(2,30%), penduduk dengan tingkat pendidikan sementara masih TK berjumlah
613 orang (2,53%), penduduk dengan tingkat pendidikan tidak pernah sekolah
berjumlah 473 orang (1,95%), penduduk dengan tingkat pendidikan sementara
sedang sekolah berjumlah 5,555 orang (22,93%), penduduk dengan tingkat
pendidikan pernah SD tetapi tidak tamat berjumlah 612 orang (2,53%),
penduduk dengan tingkat pendidikan SD/Sederajat berjumlah 3,022 orang
(12,47%), penduduk dengan tingkat pendidikan tidak tamat SMP berjumlah 529
orang (2,18%), penduduk dengan tingkat pendidikan tidak tamat SMA berjumlah
570 orang (2,35%), penduduk dengan tingkat pendidikan SMP/Sederajat
berjumlah 3,185 orang (13,15%), penduduk dengan tingkat pendidikan
SMA/Sederajat berjumlah 6,847 orang (28,26%), penduduk dengan tingkat
59

pendidikan D1/Sederajat berjumlah 80 orang (0,33%), penduduk dengan tingkat


pendidikan D2/Sederajat berjumlah 50 orang (0,21%), penduduk dengan tingkat
pendidikan D3/Sederajat berjumlah 282 orang (1,16%), penduduk dengan
tingkat pendidikan Sarjana (S1) berjumlah 1,714 orang (7,08%), penduduk
dengan tingkat pendidikan Magister (S2) berjumlah 68 orang (0,28%), penduduk
dengan tingkat pendidikan Doktor (S3) berjumlah 12 orang (0,05%), penduduk
dengan tingkat pendidikan tamat SLB B berjumlah 31 orang (0,13%) dan
penduduk dengan tingkat pendidikan tamat SLB C berjumlah 23 orang (0,09%).

4.1.5. Struktur dan Sistem Pemerintahan Negeri Tulehu


Sesuai dengan nama yang diberikan oleh para pedagang Arab yakni Jazirah
Al-Mulk yang berarti tanah Raja-raja untuk daerah Maluku, hingga saat ini dapat
terlihat dengan jelas pada struktur dan sistem pemerintahannya oleh beberapa
negeri yang ada dikawasan Maluku terutama di daerah Maluku Tengah. Tulehu
sebagai salah satu negeri di Maluku Tengah juga hingga saat ini masih
menggunakan struktur dan sistem pemerintahan negeri yang dikuasai atau
dipimpin oleh seorang Raja yang juga bergelar Upu Latu. Sebagai raja/upu latu
sebagai kepala pemerintahan juga merangkat sebagai kepala hukum adat
sekaligus sebagai kepala hakim adat. Itu artinya seorang raja menjalankan tugas
eksekutif, legislative dan yudikatif (wawancara dengan Bpk. Sudarmadji).

Pemerintahan negeri adalah badan pemerintahan desa atau negeri yang


terdiri dari atas pemerintahan dan kepala soa. Mengenai pengertian pemerintah
negeri dapat dilihat di dalam keputusan-keputusan Landraad Amboina dan
Saparua (Ziwar Effendi,1987 : 40). Pada prinsipnya semua negeri yang ada di
Makulu Tengah mempunyai strukur pemerintahan yang sama yaitu dipimpin oleh
raja, bergelar upu latu dan merangkap kepala adat, sesuai struktur hirarki
pemerintahan adat di Maluku Tengah berdasarkan Undang-undang Nomor 32
Tahun 2004. Maka Negeri Tulehu dipimpin oleh seorang pemimpin yang disebut
raja yang bergelar Upu latu. Berikut susunan sistem pemerintahan secara adat
Negeri Tulehu :

1. Raja
Selain gelar raja/upu latu, adapun gelar-gelar raja yang lainnya yaitu Upu Latu
yang artinya Tuan Raja, Upu Ela yang artinya Tuan Besar, Upu Kamar yang
artinya Tuan Penerang dan Upu Nusa yang artinya Raja di Pulau. Nama/gelar
tersebut akan digunakan sesuai dengan tempat dan kondisi pada waktu-waktu
60

tertentu. Tugas dan tanggung jawab seorang raja yaitu sebagai kepala
pemerintahan negeri juga merangkap sebagai kepala hukum adat sekaligus
kepala hakim adat.

2. Kepala-kepala Soa
Di Negeri Tulehu ada dua jenis kepala Soa yaitu: kepala Soa Biasa dan
Kepala Soa Bulan. Kepala Soa Biasa merupakan perwakilan masyarakat adat
yang di sebut Rumatau (Rumatau adalah lembaga adat dalam sistem
pemerintahan negeri). Kepala Soa biasa masuk dalam sistem pemerintahan
sebagai anggota Badan Saniri yang tidak berkerja setiap harinya melainkan
hanya pada waktu tertentu saja. Sedangkan Kepala Soa Bulan adalah mereka
yang mendampingi raja pada saat bulan-bulan berjalan dalam setiap tahun yang
termasuk dalam anggota Badan Saniri Negeri. tugasnya mendampingi raja
dalam pemeriksaan hukum adat.

3. Kewang/ Pamong Negeri


Kewang/Pamong Negeri yang dimiliki oleh Negeri Tulehu terdiri dari :
a. Kepala Kewang berperan sebagai untuk menjalankan hal-hal yang
berkaitan dengan aturan atau hukum-hukum adat yang berlaku di Negeri
Tulehu seperti, sasi baik itu buka sasi maupun tutup sasi.
b. Sina Kewang berperan sebagai penyidik atau pemeriksa
c. Anak Kewang/Anggota Kewang yang bertugas mencegah bahaya dari
dalam maupun dari luar Negeri contohnya ketika ada pencurian hasil
bumi untuk menjalankan hal-hal yang berkaitan dengan aturan atau
hukum-hukum adat yang berlaku di Negeri Tulehu seperti, sasi baik itu
buka sasi maupun tutup sasi.

4. Penghulu Agama
Penghulu adalah adalah perangkat adat yang bertugas dibidang keagamaan.
Mereka terdiri dari :
a. Moding Lating sebagai Imam masjid dan modim yaitu dari Lestaluhu
dan Nahumarury.
b. Lebe Wakan sebagai raja dan asisten raja dan bisa mengantikan raja
yaitu Ohorella.
c. Lebe Louw sebagai penganti Imam yaitu dari Hunusalela dan
Tawainella
61

d. Lebe Lain sebagai Tukang Basar (Ela/Tukang Waring) dan Tukang


Ade/Tukang Kecil tugasnya mengatur pekerjaan\perbaikan di Mesjid.

5. Marinyo
Marinyo adalah pembantu Raja (tugasnya seperti kurir) untuk
menyampaikan pesan/amanat Raja dengan tabaos. Marinyo adalah tentara
kampung, posisi yang ditunjuk bukan karena keturunan. Dia tidak punya kursi
dalam saniri. Di beberapa kampung setiap soa memiliki seorang marinyo
sendiri, sementara di Negeri Tulehu hanya ada satu marinyo yang
sebagaimana orang-orang menyebutnya berfungsi sebagai “mulut raja”. Atas
perintah atasannya, dia akan berjalan berkeliling kampung sambil mengulang-
ulang pesannya di tempat-tempat yang strategis sehingga setiap orang dapat
mendengarnya. Pesan-pesan ini (tabaos), yang dinyanyikan dengan cara
tertentu ketika perhatian semua orang sudah tertuju kepadanya setelah dia
memukul tifa, memberi tahu masyarakat tentang kegiatan-kegiatan yang akan
dilakukan, keputusan-keputusan pemerintah, atau berita penting lainnya. Di
luar pekerjaan sebagai marinyo, dia sering bertindak sebagai orang suruhan
untuk kepala kampung atau kepala soa (Bartels, 2017 :174).
Raja Negeri Tulehu biasanya mengadakan pertemuan dengan semua
masyarakat negeri yang disebut dengan pertemuan Saniri Ira (Negeri). Saniri
Ira merupakan rapat/pertemuan antara Raja dengan Masyarakat Adat yang
hanya laki-laki saja (tidak boleh dihadiri oleh perempuan) yang dilaksanakan
di Baileo dan di pimpin langsung oleh Upulatu/Raja. Dalam rapat ini setiap
orang boleh menyampaikan pendapatnya, setelah semua pendapat diterima
hasil rapat akan di bawa kepada lembaga/badan saniri baru di ambil
keputusan Negeri.

Sistem pemerintahan yang digunakan sebagai negeri adat adalah dipimpin


oleh seorang Raja di Negeri Tulehu ini disebut Sistem Pemerintahan Banua.
namun setelah raja terakhir wafat hingga sekarang belum ada raja defenitif
karena masih dirundingkan pada soa parentah siapa yang bisa diangkat
menjadi raja. Sistem pemerintahan Negari Tulehu dapat dilihat pada gambar
berikut ini :
62

Gambar 4.1. Struktur Pemerintahan Negeri Tulehu


63

Dari gambar 2 diatas dapat pula dijelaskan tugas pokok dan fungsi tata kerja
dan Pemerintahan Negeri Tulehu, yaitu :
1. Kepala Pemerintah Negeri
Kepala Pemerintah Negeri mempunyai tugas pokok dan fungsi, yaitu:
a. Menyelenggarakan Pemerintahan Negeri, seperti tata praja
pemerintahan penetapan peraturan negeri.
b. Melaksanakan pembangunan-pembangunan, seperti membangun
sarana dan prasarana.
c. Pembinaan kemasyarakatan, seperti pelaksanaan hak dan kewajiban
masyarakat, partisipasi masyarakat, sosial budaya masyarakat dan
keagamaan.
d. Pemberdayaan masyarakat, seperti sosialisasi dan motivasi masyarakat
di bidang budaya, ekonomi dan lain sebagainya.
e. Menjaga hubungan kemitraan dengan lembaga masyarakat dan lembaga
lainnya.

2. Kaur Tata Usaha Umum


Kepala Tata Usaha Umum berkedudukan sebagai unsur staf sekretaris dan
mempunyai tugas pokok dan fungsi, yaitu:
a. Melaksanakan urusan tata naskah dinas.
b. Melaksanakan kegiatan administrasi atau surat menyurat.
c. Mempersiapkan rapat.
d. Melaksanakan pelayanan umum.
e. Melaksanakan tugas-tugas kedinasan lain yang diberikan oleh atasan dan
lain sebagainya.

3. Kaur Perencanaan
Membantu sekretaris negeri dalam urusan pelayanan administrasi pelaksanaan,
tugas-tugas perencanaan dan keuangan. Menyusun rencana APB Negeri,
diantaranya:
a. Monitoring dan evaluasi program Pemerintahan Negeri.
b. Menyusun laporan kegiatan Negeri.
64

c. Melaksanakan verifikasi administrasi keuangan.

4. Kasi Pemerintahan
a. Melaksanakan tugas sebagai pelaksana teknis kegiatan pemerintahan.
b. Melaksanakan manajemen pada praja Pemerintahan Negeri.
c. Menyusun rancangan regulasi negeri.
d. Melaksanakan masalah pembinaan dan pertahanan.
e. Melaksanakan tugas kedinasan sesuai diperintahkan.

5. Kasi Pembangunan
Melaksanakan tugas sebagai pelaksana teknis bidang pembangunan negeri.
Dengan fungsinya sebagai berikut:
a. Melaksanakan pembangunan dan pemeliharaan aset negeri.
b. Melaksanakan pelayanan sosial negeri.
c. Membantu pelaksanaan pembangunan.
d. Menjaga dan memelihara sarana dan prasarana fisik di lingkungan negeri.
e. Melaksanakan tugas kedinasan sesuai dengan apa yang diperin-
tahkan.

6. Kasi Pemberdayaan dan Pembinaan Mayarakat


Membantu kepala pemerintahan negeri atau raja melaksanakan tugas
operasional dibidang pemberdayaan dan pembinaan kemasyarakatan negeri.
Melaksanakan sosialisasi dan motivasi masyarakat di bidang budaya, ekonomi,
lingkungan hidup, serta pemberdayaan kelaurga, pemuda olah raga dan karang
taruna.

7. Kepala Dusun
Membantu kepala pemerintahan negeri atau raja melaksanakan tugas di wilayah
dusun yang meliputi penyelenggaraan pemerintahan negeri, pelaksanaan
pembangunan negeri, dan pemberdayaan masyarakat negeri. Pembinaan
ketentramaan dan keterlibatan pelaksanaan upaya perlindungan masyarakat
mobilisasi kependudukan dan penataan dan pengelolaan wilayah dan
mengawasi pelaksanaan pembangunan di wilayahnya (Dusun) masing-masing.

4.1.6. Tugas dan Fungsi Saniri Negeri


Saniri Negeri dibentuk di Negeri sebagai mitra Pemerintahan Negeri dalam
penyelenggaraan tugas dan wewenang Negeri. Saniri Negeri merupakan
wahana demokrasi berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan yang
65

berlaku serta adat-istiadat, hukum adat dan budaya setempat. Pembentukan


Saniri Negeri ditetapkan dengan Peraturan Negeri, peraturan negeri
sebagaimana dimaksud harus memperhatikan dengan sungguh-sungguh hak,
asal-usul, adat istiadat, budaya dan hukum adat setempat, serta Saniri Negeri
berkedudukan sejajar dan merupakan unsur penyelenggara Pemerintah Negeri.

Saniri Negeri dan anggota Saniri Negeri mempunyai hak yaitu sebagai
berikut:
a. Meminta keterangan kepada pemerintah Negeri/Negeri Administratif.
b. Mengajukan rancangan peraturan Negeri/Negeri Administratif.
c. Mengajukan pertanyaan.
d. Menyampaikan usul dan pendapat.
e. Memilih dan dipilih.
f. Memperoleh tunjangan.

Saniri Negeri atau Badan Permusyawaratan Negeri mempunyai kewajiban yaitu


sebagai berikut :
a. Mengamalkan Pancasila, melaksanakan Undang-Undang Dasar Republik
Indonesia Tahun 1945 dan mentaati segala peraturan perundang-undan-
gan.
b. Melaksanakan kehidupan demokrasi dalam penyelenggaraan pemerinta-
han Negeri/Negeri Administratif.
c. Mempertahankan dan memelihara hukum nasional, hukum lokal termasuk
hukum adat setempat serta keutuhan Negara Kesatuan Republik Indone-
sia.
d. Menyerap, menampung, menghimpun dan menindaklanjuti aspirasi
masyarakat.
e. Memproses Pemilihan Kepala Pemerintah Negeri/Negeri Administartif.
f. Mendahulukan kepentingan umum diatas kepentingan pribadi, kelompok
dan golongan.
g. Menghormati nilai-nilai sosial budaya dan adat istiadat masyarakat setem-
pat.
h. Menjaga norma dan etika dalam hubungan kerja dengan lembaga ke-
masyarakatan.

Untuk menjadi anggota Saniri Negeri atau Badan Permusyawaratan Negeri


adalah penduduk warga Negara Indonesia yang memenuhi syarat :
66

a. Bertaqwa kepada Tuhan yang Maha Esa.


b. Setia dan taat kepad Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.
c. Tidak pernah terlibat baik langsung maupun tidak langsung dalam suatu
kegtan yang menghianati Negara Kesatuan Republik Indonesia seperti
G30SPKI dan atau kegiatan organisasi terlarang lainnya.
d. Tidak pernah melakukan tindak pidana yang diancam dengan hukuman
penjara sekurang-kurangnya 5 (lima) tahun berdasarkan keputusan pen-
gadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap.
e. Berpendidikan serendah-rendahnya Sekolah Lanjut Tingkat Pertama dan
atau berpengetahuan sederajat.
f. Berumur sekurang-kurangnya 25 (dua puluh lima) tahun dan setinggi-
tingginya 65 (enam puluh lima) tahun.
g. Sehat jasmani dan rohani.
h. Berkelakuan baik, jujur dan adil.
i. Terdaftar secara sah sebagai warga Negeri/Negeri Administratif setem-
pat.
j. Bertempat tinggal di Negeri/Negeri Administratif yang bersangkutan seku-
rang-kurangnya 6 (enam) bulan terakhir secara tidak terputus-putus.
k. Mengenal Negeri/Negeri Administratifnya dan dikenal oleh masyarakat
Negeri/Negeri Administratif yang bersangkutan.
l. Bersedia dicalonkan menjadi anggota Saniri Negeri atau Badan Per-
musyawaratan Negeri.
m. Tidak dicabut hak pilihnya berdasarkan keputusan Pengadilan yang telah
mempunyai kekuatan hukum tetap.

Selain syarat-syarat sebagaimana dimaksud diatas, maka bagi anggota Saniri


Negeri harus memenuhi syarat-syarat berdasarkan ketentuan adat istiadat
setempat. Syarat-syarat sebagaimana dimaksud dalam ditetapkan dengan
Peraturan Negeri.

Anggota Saniri Negeri atau Badan Permusyawaratan Negeri, dilarang :


a. Merangkap jabatan dalam sebagai Kepala Pmerintah Negeri/Negeri Ad-
ministratif atau Perangkat Negeri/Negeri Administratif.
b. Sebagai pelaksana Proyek Negeri/Negeri Administratif.
c. Merugikan kepentingan umum, meresahkan sekelompok masyarakat, dan
mendiskreditkan warga atau golongan masyarakat lain.
67

d. Melakukan korupsi, kolusi, nepotisme dan menerima uang, barang dan/


atau jasa dari pihak lain yang dapat mempengaruhi keputusan atau tin-
dakan yang akan dilakukannya.
e. Menyalahgunakan wewenang.
f. Melanggar sumpah/janji jabatan.

4.2. Hasil Penelitian dan Pembahasan

4.2.1. Perencanaan aset milik Desa


Aset milik Desa adalah semua barang yang dibeli atau diperoleh atas beban
Anggaran Pendapatan dan Belanja (APB) Desa atau berasal dari perolehan lainnya
yang sah. Jadi terdapat 2 (dua) klasifikasi aset milik Desa bila dilihat dari
sumbernya, yaitu aset milik Desa yang berasal dari APB Desa atau berasal dari
sumber internal dan aset milik Desa yang berasal dari perolehan di luar APB Desa
atau berasal dari sumber eksternal.

Aset milik Desa yang diperoleh dari di luar APB Desa antara lain :
a. Aset yang diperoleh dari hibah/subangan atau yang sejenisnya.
b. Aset yang diperoleh sebagai pelaksanaan dari perjanjian/kontrak.
c. Aset yang diperoleh berdasarkan ketentuan regulasi.
d. Aset yang diperoleh berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh
kekuatan hokum tetap.

Dalam rangka mendukung penerimaan Desa dari sumber pendapatan asli Desa,
maka pengelolaan aset milik Desa harus dilakukan dengan baik. Berkenaan
dengan itu maka perencanaan aset milik Desa harus dilakukan pula dengan baik.
Yabbar dan Hamzah (2015:528-529) mengatakan dalam pekrencanaan kebutuhan
aset Desa perlu mempertimbangkan dengan seksama antara lain, untuk
menggantikan aset yang rusak, dihapus, dijual, hilang, mati atau sebab lain yang
dapat dipertanggung jawabkan. Perencanaan kebutuhan aset harus mampu
menjawab tantangan atau pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut :

a. Aset yang dibutuhkan (nama, jenis, spesifikasi dan sebagainya)


b. Mengapa aset tersebut dibutuhkan.
c. Berapa jumlah aset yang dibutuhkan.
d. Kapan aset tersebut dibutuhkan.
e. Dimana dibutuhkan.
f. Siapa yang akan menggunakan serta mengurus aset tersebut.
68

g. Berapa biaya pengadaan aset tersebut.


h. Bagaimana cara mengadakan aset tersebut.

Berangkat dari uraian di atas, maka pemerintah Negeri Tulehu, hendaknya dapat
merencanakan aset milik Negeri sesuai kebutuhan ril Negeri yang didasarkan pada
kemampuan Negeri untuk menjawab kebutuhan masyarakat. Dengan perencanaan
aset milik Negeri yang ditetapkan maka Negeri berusaha untuk memperoleh
termasuk memperbaiki agar dapat dimanfaatkan sehingga pada akhirnya akan
memberikan manfaat bagi Negeri Tulehu sebagai sumber pendapatan asli Negeri.

Tentang bagaimana perencanaan kebutuhan aset milik Desa yang


dilaksanakan oleh Pemerintah Negeri di Negeri Tulehu Kecamatan Salahutu
Kabupaten Maluku Tengah, dapat diikuti melalui uraian berikut ini :

Hasil wawancara dengan informan yaitu Pejabat Kepala Desa atau Pejabat
Raja Negeri Tulehu dan Sekretaris Negeri, terkait pertanyaan mengenai
perencanaan kebutuhan aset milik Negeri, yaitu:
“Dalam rangka pengelolaan aset milik Negeri, di Negeri Tulehu untuk pengadaan
asset baru belum direncanakan, kecuali untuk kepentingan mengadakan perbaikan
atau pemeliharaan atas asset milik Negeri yang telah ada selama ini seperti pasar
Negeri dan Lapangan Sepak Bola. Memang sudah ada identifikasi berbagai
kebutuhan aset milik Desa yang baru namun belum direncanakan pengadaannya”.
(Hasil Wawancara, tanggal . 12 September 2022)

Sementara jawaban dari Kepala Urusan Perencanaan dan Kasie Pembangunan,


memberikan jawaban kurang lebih sama yaitu:

“selama ini, perencanaan kebutuhan aset milik Negeri sudah selalu ada pada
hamper setiap tahun anggaran. Memang perencanaan kebutuhan aset Negeri di
Negeri Tulehu ini lebih diarahkan pada hal terkait dengan perbaikan terhadap aset
milik Negeri yang telah ada, sedangkan pengadaan asset baru belum direncanakan
lagi”. (Hasil Wawancara, tanggal 12 September 2022)

Sedangkan jawaban dari informan perwakilan Tokoh Masyarakat yaitu berinisial


Bapak M. L dan Bapak B. T yang senada mengatakan bahwa :

“perencanaan kebutuhan aset milik Negeri belum ada selama beberapa tahun
terakhir ini terutama untuk pengada. ada rapatn asset baru yang dapat dijadikan
sebagai sumber pendapatan asli Negeri Tulehu. Namun demikian untuk kebutuhan
69

pemeliharaan termasuk renovasi aset milik Negeri yang telah ada hamper setiap
tahun anggaran direncanakan”. (Hasil Wawancara, tanggal .13 September 2022)

Mengacu pada hasil wawancara yang dikemukakan di atas, nampaknya bahwa


Pemerintah Negeri di Negeri Tulehu Kecamatan Salahutu Kabupaten Maluku
Tengah, sudah membuat perencanaan kebutuhan aset milik Negeri. Perencanaan
kebutuhan aset milik Negeri ini, hamper setiap tahun dibuat untuk tahun-tahun
terakhir ini.
Terungkap pula bahwa perencanaan kebutuhan aset milik Negeri yang dibuat
tidak dalam rangka perencanaan kebutuhan pengadaan aset milik Negeri yang
baru, tetapi hanya terhadap kebutuhan pemeliharaan dan perbaikan terhadap aset
milik Negeri Tulehu yang telah ada.

4.2.2. Pengadaan aset milik Desa


Sebagaimana dikemukakan oleh Yabbar dan Hamzah (2015:529) bahwa,
pengadaan aset atau barang/jasa adalah kegiatan untuk memperoleh barang/jasa
oleh Pemerintah Desa, baik dilakukan dengan cara swakelola maupun melalui
penyedia barang/jasa. penyedia barang/jasa adalah badan usaha atau perorangan
yang menyediakan barang/jasa. swakelola adalah kegiatan pengadaan barang/jasa
dimana pekerjaannya direncanakan, dikerjakan dan/atau diawasi sendiri oleh tim
pengelola kegiatan.

Selanjutnya dikatakan bahwa, pengadaan barang/jasa di desa harus


dilaksanakan dengan memperhatikan prinsip pengadaan aset, yaitu: efisien artinya
penggunaan dana dan daya yang minim; efektif, artinya pengadaan barang dan
jasa sesuai dengan sasaran yang ditetapkan; transparan, artinya semua ketentuan
dan informasi tentang barang/jasa bersifat jelas dan dapat diketahui masyarakat;
dan sebagainya.

Tentang bagaimana pengadaan aset milik Desa yang dilaksanakan oleh


Pemerintah Negeri di Negeri Tulehu Kecamatan Salahutu Kabupaten Maluku
Tengah, dapat dikuti melalui uraian berikut ini :

Hasil wawancara dengan informan yaitu Pejabat Kepala Desa atau Pejabat
Raja Negeri Tulehu dan Sekretaris Negeri, terkait pertanyaan mengenai
pengadaan aset milik Negeri, yaitu :
70

“Dalam rangka pengelolaan aset milik Negeri, di Negeri Tulehu, sebagaimana


yang sudah dijelaskan bahwa pengadaan aset baru, karena belum direncanakan
sehingga tidak ada pengadaan aset milik Negeri yang baru. Sedangkan pengadaan
asset dalam artian perbaikan atau pemeliharaan atas aset milik Negeri yang telah
ada. Pemeliharaan atau perbaikan aset milik Negeri dilaksanakan secara
swakelola. Disamping itu pemeliharaan atau perbaikan yang dilakukan dengan
menggunakann dana yang sedikit namun sesuai sasaran dan dilakukan secara
transparan “. (Hasil wawancara tanggal 12 September 2022)

Sementara jawaban dari Kepala Urusan Perencanaan dan Kasie Pembangunan,


memberikan jawaban kurang lebih sama yaitu:

“Selama ini, pengadaan aset milik Negeri berupa perbaikan memang pernah
dilakukan pada tahun anggaran sebelumnya. Pekerjaan perbaikan dilakukan dan
diawasi sendiri oleh Pemerintah Negeri Tulehu. Biaya yang digunakan memang
tidak banyak dan hasil yang dicapai baik serta dilakukan secara transparan”. (Hasil
Wawancara, tanggal 12 September 2022)

Sedangkan jawaban dari informan perwakilan Tokoh Masyarakat yaitu Bapak


berinisial M. L dan Bapak B. T yang senada mengatakan bahwa :

“Perbaikan terhadap aset milik Negeri yang telah ada.pernah dilakukan oleh
Pemerintah Negeri Tulehu. Mengenai besarnya biaya yang dibutuhkan untuk
perbaikan tidak diketahu karena tidak ada informasi tentang itu kepada masyarakat.
Namun demikian perbaikan yag dilakukan sangat bermanfaat”. (Hasil Wawancara,
tanggal .13 September 2022)

Mengacu pada hasil wawancara yang dikemukakan di atas, nampaknya


bahwa Pemerintah Negeri di Negeri Tulehu Kecamatan Salahutu Kabupaten
Maluku Tengah, belum mengadakan aset milik Negeri yang baru, namun
pengadaan dalam artian perbaikan terhadap aset milik Negeri yang telah ada
sudah dilakukan pada tahun anggaran sebelumnya dan dilakukan secara
swakelola.

Terungkap pula bahwa perbaikan terhadap aset milik Negeri yang telah ada
tersebut dapat dikatakan berhasil dilaksanakan dengan mendapatkan manfaat yang
berarti. Walaupun demikian kejelasan besar anggaran tidak diketahui masyarakat
karena tidak ada informasi kepada masyarakat.
71

4.2.3. Pemanfaatan Aset Milik Desa


Sebagaimana dikemukakan oleh Yabbar dan Hamzah (2015:538) bahwa,
pemanfaatan aset milik Desa yang tidak dipergunakan sesuai tugas pokok dan
fungsi lembaga dalam bentuk sewa, pinjam pakai, kerjasama pemanfaatan dan
bangun serah guna/bangun guna serah dengan dengan tidak mengubah status
aset Desa. Pemanfaatan aset milik Desa yang optimal akan membuka lapangan
kerja, meningkatkan pendapatan masyarakat Desa, mengurangi kemiskinan,
meningkatkan pendapatan Desa dan menurunkan kesenjangan antar warga
maupun antar Desa,

Selanjutnya dijelaskan pula oleh Yabbar dan Hamzah bahwa, sewa adalah
pemanfaatan kekayaan Desa oleh pihak lain dalam jangka waktu tertentu untuk
menerima imbalan uang tunai. Pemanfaatan kekayaan Desa berupa sewa
dilakukan atas dasar: menguntungkan Desa; jangka waktu paling lama 3 (tiga)
tahun dan dapat diperpanjang; serta penetapan tarif sewa ditetapkan dengan
Keputusan Kepala Desa setelah mendapat persetujuan Badan Pemusyawaratan
Desa.
Tentang bagaimana pemanfaatan aset milik Desa yang dilaksanakan oleh
Pemerintah Negeri di Negeri Tulehu Kecamatan Salahutu Kabupaten Maluku
Tengah, dapat dikuti melalui uraian berikut ini:
Hasil wawancara dengan informan yaitu Pejabat Kepala Desa atau Pejabat
Raja Negeri Tulehu dan Sekretaris Negeri, terkait pertanyaan mengenai
pemanfaatan aset milik Negeri, yaitu:

“Aset milik Negeri di Negeri Tulehu, misalnya pasar dalam penempatan lapak-
lapak serta kios-kios selama ini dilakukan dengan cara sewa dalam jangka waktu 3
(tiga) tahun dan terus diperpanjang lagi dalam jangka waktu yang sama. Besaran
sewa yang dikenakan bagi penyewa yang adalah anak Negeri/penduduk Negeri
Tulehu ditetapkan bersama antara Raja Negeri dengan Sairi Negeri. Sewa aset
milik Negeri untuk pasar Negeri tersebut menguntungkan Negeri tetapi juga tidak
memberatkan penyewa. Mengenai aset Negeri yang lain yaitu lapangan,
peyewaannya sesuai kebutuhan pengguna. Tarif penyewaan disepakati bersama
antara Raja dengan Saniri Negeri Tulehu. Pengutan pendapatan melalui retribsi
pasar dilakukan setiap saat oleh petugas yang sudah ditentukan oleh Pemerintah
Negeri”. (Hasil wawancara tanggal 14 September 2022)
72

Sementara jawaban dari Kepala Urusan Perencanaan dan Kasie Pembangunan,


memberikan jawaban kurang lebih sama yaitu:

“Selama ini, pemanfaan aset milik Negeri yaitu untuk pasar Negeri, dilakukan
dengan sewa dan ditetapkan jangka waktu sewanya selama 3 (tiga) tahun dan
terus diperpanjang dengan jangka waktu sewa yang sama. Besaran sewa
ditetapkan oleh Pemerintah Negeri dengan Badan Saniri Negeri Tulehu. Belum ada
Keputusan Kepala Pemerintahan Negeri atau Raja yang dibuat tentang sewa
tempat berjualan di Pasar Negeri tetapi sudah disetujui bersama Saniri Negeri dan
itu menjadi dasar pelaksanaan sewa di pasar Negeri. sedangkan mengenai
retribusi pasar selalu dipungut setiap harinya oleh petugas yang ditunjuk oleh
Pemerintah Negeri Tulehu”. (Hasil Wawancara, tanggal 15 September 2022)

Sedangkan jawaban dari informan perwakilan Tokoh Masyarakat yaitu Bapak


berinisial H. L dan Bapak M. N yang senada mengatakan bahwa :

“pemanfaatan aset milik Negeri yang diterapkan selama ini untuk pasar Negeri
dilakukan dengan cara sewa tempat oleh pedagang dari Pemerintah Negeri Tulehu.
Yang kami tahu bahwa jangka waktunya hanya 3 (tiga) tahun dan terus
diperpanjang oleh pedagang. Besarnya biaya sewa kami tidak tahu tetapi memang
sudah diputuskan oleh Raja dan disetujui Saniri Negeri Tulehu. Sedangkan
pungutan retribusi pasar setiap hari dilaksanakan oleh petugas dari Pemerintah
Negeri”. (Hasil Wawancara, tanggal .16 September 2022)

Mengacu pada hasil wawancara yang dikemukakan di atas, nampaknya


bahwa Pemerintah Negeri di Negeri Tulehu Kecamatan Salahutu Kabupaten
Maluku Tengah, dalam pemafaatan aset milik Negeri sudah dilakukan dengan cara
yang benar yaitu dengan cara sewa, dan untuk sewa tempat di pasar Negeri
ditetapkan jangka waktu 3 (tiga) tahun dan dapat diperpanjang. Besaran biaya
sewa sudah diputuskan bersama antara Pemerintah Negeri (Raja) dengan Saniri
Negeri. Dan besaran sewa tersebut dinilai menguntungkan Negeri dan tidak
memberatkan pedagang.

Terungkap pula bahwa pemanfaatan aset milik Negeri yang telah diputuskan
bersama antara Raja dan Saniri Negeri Tulehu belum ditetapkan dalam bentuk
Keputusan Raja Negeri Tulehu sebagai dasar pelaksanaannya. Besaran biaya
sewa tempat bagi pedagang tidak diketahui oleh masyarakat. demikian pula
73

pungutan retribusi pasar selalu dilakukan oleh petugas yang ditunjuk oleh
Pemerintah Negeri Tulehu.

4.2.4. Pengamanan aset milik Desa


Sebagaimaa dikemukakan oleh Yabbar dan Hamzah (2015:545) bahwa,
pengamanan adalah kegiatan atau tindakan pengendalian dalam pengurusan aset
milik Desa dalam bentuk fisik, administrative dan tindakan upaya hukum.
Pengendalian dalam bentuk fisik adalah tindakan yang harus dilakukan oleh
pengurus aset milik Desa agar secara fisik aset tersebut terjaga atau dalam
keadaan aman sehingga jumlah, kondisi dan keberadaan aset tersebut sesuai
dengan yang tercatat dalam data administrasi. Pengamanan dalam bentuk fisik
untuk mencegah terjadinya penurunan fungsi aset, penurunan jumlah aset dan
hilangnya aset. Pengamanan fisik untuk tanah dan bangunan dilakukan dengan
cara pemagaran, pemasangan tanda batas, papan kepemilikan dan dilakukan
penjagaan di lokasi tanah dan/atau bangunan serta dengan melakukan
perlindungan asuransi bagi gedung kantor, selain tanah dan bangunan dilakukan
dengan cara penyimpanan dan pemeliharaan.

Berangkat dari apa yang dikemukakan di atas, diketahui bahwa penanganan


terhadap aset milik Desa dilakukan secara fisik, administrative dan upaya hukum.
Pengamanan secara fisik dilakukan oleh Pemerintah Desa dimaksudkan agar fisik
bangunan atau benda lainnya agar selalu dalam keadaan utuh artinya kondisi fisik
tidak berubah sesuai dengan aslinya sebagaimana diadakan sehingga tidak
mengalami penurunan fungsinya termasuk hilang aset tersebut dan dapat dilakukan
dengan berbagai cara. Pengamanan hukum dilakukan dengan cara memberikan
kepastian hukum tentang kepemilikan misalnya dengan membuat akte hak milik
atas tanah dan bangunan dan kewajiban atasnya. Kesemuanya terkait dengan
pengamanan tersebut disumpan dengan baik di kantor Desa.
Tentang bagaimana pengamanan aset milik Desa yang dilaksanakan oleh
Pemerintah Negeri di Negeri Tulehu Kecamatan Salahutu Kabupaten Maluku
Tengah, dapat dikuti melalui uraian berikut ini:
Hasil wawancara dengan informan yaitu Pejabat Kepala Desa atau Pejabat
Raja Negeri Tulehu dan Sekretaris Negeri, terkait pertanyaan mengenai
pengamanan aset milik Negeri, yaitu :

“Aset milik Negeri di Negeri Tulehu, misalnya untuk pasar Negeri belum
dilakukan pemagaran mengelilingi areal pasar tetapi ada pengamanan dari
74

petugas. Mengenai pengamanan hukum atas kepastian kepemilikan tanah dan


bangunan sudah dilakukan dengan adanya akte kepemilikan tanah dan bangunan
pasar milik Negeri Tulehu. Memang mengenai asuransi untuk perlindungan
bangunan pasar belum ada. Semua bukti terkait dengan usaha pengamanan aset
milik Negeri Tulehu tersebut disimpan dengan baik di Kantor Negeri Tulehu“. (Hasil
wawancara tanggal 15 September 2022)

Sementara jawaban dari Kepala Urusan Perencanaan dan Kasie Pembangunan,


memberikan jawaban kurang lebih sama yaitu:

“Pengamanan aset milik Negeri Tulehu berupa pembuat pagar atau tembok
memang belum dilakukan tetapi pembuatan papan nama pada aset milik Negeri
seperti pasar dan lapangan sudah dibuat dan diberdirikan. Mengenai akte
kepemilikan atas lahan dan bangunan pasar sudah dimiliki sedangkan asuransi
atas bangunan pasar masih dalam proses pengajuan untuk disetujui dan
dilaksanakan. Semua dokumen menyangkut pengamanan aset milik Negeri sudah
diamankan atau disimpan di kantor Negeri Tulehu”. (Hasil Wawancara, tanggal 15
September 2022)

Sedangkan jawaban dari informan perwakilan Tokoh Masyarakat yaitu Bapak


berinisial H. L dan Bapak M. N yang senada mengatakan bahwa :

“Pengamanan aset milik Negeri terkait dengan akte kepemilikan atas tanah dan
bangunan pasar Negeri sepengetahuan kami telah dimiliki. Ada pemasangan
papan nama pada aset milik Negeri seperti pasar Negeri. Mengenai asuransi belum
kami ketahui, tetapi semua dokumen terkait dengan pengamanan aset milik Negeri
sudah disimpan dengan baik di Kantor Desa”. (Hasil Wawancara, tanggal .16
September 2022)

Mengacu pada hasil wawancara yang dikemukakan di atas, nampaknya


bahwa Pemerintah Negeri di Negeri Tulehu Kecamatan Salahutu Kabupaten
Maluku Tengah, dalam hal pengamanan aset milik Negeri sudah dilakukan dengan
baik walaupun masih ada kekurangan untuk beberapa hal namun secara
keseluruhan sudah baik dilaksanakan.

Terungkap pula bahwa pengamanan aset milik Negeri yang telah dilakukan
Pemerintah Negeri Tulehu selama ini berupa pembuatan papan nama aset milik
Negeri, sudah ada akte kepemilikan atas tanah dan bangunan pasar Negeri,
75

walaupun belum mengikuti program asuransi untuk aset milik Negeri. Semua
dokumen aset milik Negeri Tulehu sudah disimpan degan baik di Kantor Negeri
Tulehu.

4.2.5. Pemeliharaan aset milik Desa


Sebagaimaa dikemukakan dalam Yabbar dan Hamzah (2015:546),
Pemeliharaan adalah kegiatan atau tindakan yang dilakukan agar semua aset milik
Desa selalu dalam keadaan baik dan siap untuk digunakan secara berdaya guna
dan berhasil guna. Pemeliharaan dilakukan terhadap barang inventaris yang
sedang dalam unit pemakaian tanpa merubah, menambah atau mengurangi bentuk
maupun konstruksi asal sehingga dapat dicapai pendayagunaan aset yang
memenuhi persyaratan, baik dari segi unit pemakaian maupun dari segi keindahan.
dan bangunan dilakukan dengan cara penyimpanan dan pemeliharaan.

Berangkat dari apa yang dikemukakan di atas, diketahui bahwa pemeliharaan


terhadap aset milik Desa dilakukan secara fisik. Pemeliharaan dimaksud dilakukan
untuk memastikan bahwa tidak terjadi kerusakan atau perubahan terhadap fisik
aset milik Desa. Pemeliharaan disini sudah mencakup perawatan terhadap aset
milik Negeri tersebut agar tidak terganggu fisik yang menyebabkan perubahan
wujud sesuai aslinya dan juga tercipta kondisi fisik yang tampak indah.

Tentang bagaimana pemeliharaan aset milik Desa yang dilaksanakan oleh


Pemerintah Negeri di Negeri Tulehu Kecamatan Salahutu Kabupaten Maluku
Tengah, dapat dikuti melalui uraian berikut ini:
Hasil wawancara dengan informan yaitu Pejabat Kepala Desa atau Pejabat
Raja Negeri Tulehu dan Sekretaris Negeri, terkait pertanyaan mengenai
pemeliharaan aset milik Negeri, yaitu:

“Aset milik Negeri di Negeri Tulehu, misalnya untuk pasar Negeri selalu
dilaksanakan dengan cara melakukan pengecatan terhadap bangun tempat
berjualan sehigga terlidung dari pengaruh cahaya matahari termasuk air hujan.
Sedangkan untuk aset milik Negeri yaitu lapangan sepak bola perawatan dengan
memangkas rumput setiap saat dilakukan serta pengecatan bangunan ada
lapangan selalu diadakan setiap tahunnya“. (Hasil wawancara tanggal 16
September 2022)
76

Sementara jawaban dari Kepala Urusan Perencanaan dan kasie Pembangunan,


memberikan jawaban kurang lebih sama yaitu:

“Aset milik Negeri Tulehu berupa sudah sering bahkan hampir setiap tahun
dilakukan berupa pengecatan bangunan pasar Negeri. Ini dilakukan agar selain
bangun pasar terlindungi dari cahaya marahari, juga terlihat indah bila dipandang
mata. Tindakan pemeliharaan juga dilakukan terhadap aset Negeri Tulehu yang lain
yaitu lapangan sepak bola Negeri Tulehu berupa pemotongan rumput dan
pengecatan tribun’’. (Hasil Wawancara, tanggal 17 September 2022)

Sedangkan jawaban dari informan perwakilan Tokoh Masyarakat yaitu Bapak


berinisial H. L dan Bapak M. N, yang memberi jawaban kurang lebih senada
mengatakan bahwa :

“Terhadap aset milik Negeri Tulehu yang ada menurut yang kami ketahui
memang hamper selalu dilakukan usaha dalam rangka pemeliharaan asset milik
Negeri. Misalnya dilakukan pengecat bangun tempat para pedagang meakukan
kegiatan berdagangnya. Begitu pula pengecatan tempat duduk penonton dan
pemotongan rumput lapangan sepak bola Negeri Tulehu”. (Hasil Wawancara,
tanggal .18 September 2022)

Mengacu pada hasil wawancara yang dikemukakan di atas, nampaknya


bahwa Pemerintah Negeri di Negeri Tulehu Kecamatan Salahutu Kabupaten
Maluku Tengah, dalam hal pemeliharaan aset milik Negeri secara keseluruhan
dapat dikatakan sudah dilakukan dengan baik. Hal pemeliharaan aset milik Negeri
ini baik terhadap aset pasar Negeri maupun terhadap aset lapangan sepak bola
Negeri.
Terungkap pula bahwa pemeliharaan aset milik Negeri yang telah dilakukan
Pemerintah Negeri Tulehu selama ini berupa pengecatan bangunan dalam areal
pasar Negeri yaitu kios dan lapak. Demikian pula terhadap aset lapangan sepak
bola Negeri, dilakukan pengecatan tribun bagi penonton dan pemotongan rumput
pada lapangan sepak bola tersebut.

4.2.6. Penatausahaan aset milik Desa


Sebagaimaa dikemukakan dalam Yabbar dan Hamzah (2015:553),
Penatausahaan adalah rangkaian kegiatan yang meliputi pembukuan, inventarisasi
dan pelaporan aset milik Desa sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Pembukuan
77

adalah kegiatan pendaftaran dan pencatatan aset milik Desa ke dalam daftar asset
yang ada pada pengelola aset. Maksud pembukuan adalah agar semua asset milik
Desa yang berada dalam penguasaan pengelola asset tercatat dengan baik.
Inventarisasi adalah kegiatan untuk melakukan pendaftaran, pencatatan dan
pelaporan hasil pendataan aset milik Desa. Maksud inventarisasi adalah untuk
mengetahui jumlah dan nilai serta kondisi aset milik Desa yang sebenarnya yang
berada dalam pengelolaan pengelola aset.

Berangkat dari apa yang dikemukakan di atas, diketahui bahwa


penatausahaan aset milik Desa dilakukan dengan mencatat semua asset milik desa
dengan baik. Harus disediakan buku khusus untuk mendaftar dan mencatat segala
hal ikhwal yang berkenaan dengan aset milik Desa. Dilakukan pendataan semua
aset dengan baik yang meliputi jumlah dan kondisi dari aset tersebut secara fisik
kemudiaan mencatatnya serta kemudian dibuat pelaporan berkenaan dengan aset
tersebut.

Tentang bagaimana penatausahaan aset milik Desa yang dilaksanakan oleh


Pemerintah Negeri di Negeri Tulehu Kecamatan Salahutu Kabupaten Maluku
Tengah, dapat diikuti melalui uraian berikut ini:
Hasil wawancara dengan informan yaitu Pejabat Kepala Desa atau Pejabat
Raja Negeri Tulehu dan Sekretaris Negeri, terkait pertanyaan mengenai
penatausahaan aset milik Negeri, yaitu :

“Semua aset milik Negeri di Negeri Tulehu, sudah didata dan dicatat dalam
buku inventaris aset milik Negeri dengan baik. Semua aset milik Negeri tersebut
secara detail dicatat identitas, jumlah dan keadaan aset milik Negeri tersebut
secara rinci. Pelaporan mengenai aset milik Negeri sewaktu-waktu dibuat untuk
kepentingan pertanggung jawaban dan untuk kepentingan pengawasan serta
kebutuhan lain seperti rencana pemeliharaan“. (Hasil wawancara tanggal 19
September 2022)

Sementara jawaban dari Kepala Urusan Perencanaan dan Kasie Pembangunan,


memberikan jawaban kurang lebih sama yaitu :

“Penatausahaan terhadap aset milik Negeri Tulehu baik itu bagi pasar Negeri
maupun lapangan sepak bola Negeri sudah dilakukan dengan cukup baik. Namun
demikian belum dilakuan dengan rinci mengenai identitas dan keadaan fisiknya.
Mengenai pelaporan mengenai aset milik Negeri sebagai bagian dari kegiatan
78

penatausahaan aset milik Negeri belum dilakukan”. (Hasil Wawancara, tanggal 17


September 2022)

Sedangkan jawaban dari informan perwakilan Tokoh Masyarakat yaitu Bapak


berinisal J. L dan Bapak Hi. M. K, yang memberi jawaban kurang lebih senada
mengatakan bahwa :

“Mengenai penatausahaan aset milik Negeri Tulehu yang ada, terus terang
tidak kami ketahui seperti apa dilaksanakan oleh Pemerintah Negeri Tulehu ini.
Kami juga tidak mengetahui apa ada atau tidak pembuatan pelaporan terkait aset
milik Negeri. Hal ini karena tidak pernah disampaikan baik dalam rapat maupun
dalam penyampaian kepada masyarakat Negeri”. (Hasil Wawancara, tanggal .18
September 2022)

Mengacu pada hasil wawancara yang dikemukakan di atas, nampaknya


bahwa Pemerintah Negeri di Negeri Tulehu Kecamatan Salahutu Kabupaten
Maluku Tengah, dalam hal penatausahaan aset milik Negeri belum dilakukan
dengan baik sesuai dengan apa yang diharapkan dalam rangka tertib pengelolaan
aset milik Negeri.

Terungkap pula bahwa penatausahaan aset milik Negeri yang dibuat tidak
secara lengkap menginformasikan tentang kondisi fisik aset milik Negeri oleh
Pemerintah Negeri Tulehu. Tidak ada pelaporan yang dibuat mengenai aset milik
Negeri sebagai pertanggungjawaban bagi masyarakat dan sekaligus sebagai
informasi untuk pembuatan rencana terkait pengelolaan aset milik Negeri.

4.2.7. Penilaian aset milik Desa


Sebagaimana dikemukakan oleh Yabbar dan Hamzah (2015:568) bahwa,
nenilaian adalah proses kegiatan untuk memberikan suatu opini nilai atas suatu
objek penilaian berupa aset pada saat tertentu. Penilaian pada prinsipnya
merupakan suatau proses indikasi melalui suatu pengetahuan atau metode tertentu
terhadap suatu objek untuk suatu kepentingan atau tujuan tertentu. Penilaian asset
perlu dibedakan dengan penilaian pada umumnya. Penilaian aset dilakukan khusus
atas suatu asset dari suatu entitas kepemilikan. Penilaian aset harus dipahami
sebagai suatu proses ilmiah yang dilakukan seorang penilai untuk mendapatkan
estimasi nilai suatu aset tertentu. Kelayakan suatu penilaian dibatasi oleh
ketersediaan data yang cukup serta kemampuan dan objektivitas seorang penilai
yang berkaitan dengan pengalaman dan prediksi-prediksi tertentu.
79

Penilaian terhadap aset milik Desa dilakukan untuk mengetahui nilai ekonomis
aset milik Desa yang ada, serta mengetahui apakah aset milik Desa yang ada
dapat memberi manfaat bagi pendapatan asli Desa serta memiliki nilai
keberlanjutan yang harus terus dipertahankan pengelolaannya.

Tentang bagaimana penilaian aset milik Desa yang dilaksanakan oleh


Pemerintah Negeri di Negeri Tulehu Kecamatan Salahutu Kabupaten Maluku
Tengah, dapat dikuti melalui uraian berikut ini:
Hasil wawancara dengan informan yaitu Pejabat Kepala Desa atau Pejabat
Raja Negeri Tulehu dan Sekretaris Negeri, Kepala Urusan Perencanaan dan
Kepala Seksi Pembangunan, terkait pertanyaan mengenai penilaian aset milik
Negeri, yaitu :

“Harus kami akui dengan jujur bahwa selama ini, belum dilakukan penilaian
terhadap semua aset milik Negeri di Negeri Tulehu ini. Negeri Tulehu belum
memiliki sumber daya manusia yang dapat melakukan kegiatan ini. Termasuk
belum ada biaya untuk membiaya suatu tim penilai dari luar Negeri Tulehu yang
berkompeten untuk melakukan penilaian aset milik Negeri“. (Hasil wawancara
tanggal 19 September 2022)

Mengacu pada hasil wawancara yang dikemukakan di atas, maka diketahui


dengan jelas bahwa Pemerintah Negeri di Negeri Tulehu Kecamatan Salahutu
Kabupaten Maluku Tengah, dalam hal penilaian terhadap asset milik Negeri belum
dilakukan sama sekali selama ini.

Terungkap pula bahwa Pemerintah Negeri Tulehu tidak memiliki sumber daya
manusia yang dapat melakukan penilaian asset milik Neger, termasuk belum
memiliki biaya untuk membiayai tim penilaian yang berasal dari luar atai pihak
eksternal Negeri Tulehu.

4.3. Pembahasan

4.3.1. Perencanaan aset milik Desa


Temuan penelitian menginformasikan bahwa Pemerintah Negeri Tulehu Kecamatan
Salahutu Kabupaten Maluku Tengah dalam rangka pengelolaan aset milik Negeri, sudah
membuat perencanaan kebutuhan aset miliki Negeri. Temuan penelitian juga mengiformasikan
bahwa hampir setiap tahun dibuat perencanaan kebutuhan aset milik Negeri, namun
perencanaan kebutuhan aset milik Negeri Tulehu tersebut tidak terhadap pengadaan aset baru
80

tetapi hanya untuk kebutuhan pemeliharaan dan perbaikan terhadap aset milik Negeri
Tulehu yang telah ada.
Kondisi perencanaan kebutuhan aset milik Negeri oleh Pemerintah Negeri
Tulehu seperti itu, hanya memungkinkan aset milik Negeri yang ada dapat
terpelihara dan terjaga untuk memberikan manfaat bagi Negeri Tulehu di satu sisi
dan masyarakat pengguna di sisi lainnya. Namun untuk menambah aset Negeri
yang baru tidak dapat terpenuhi. Artinya dari tahun ke tahun asset milik Negeri
hanya sebatas yang ada saja dan tidak bertambah. Dengan demikian pengelolaan
aset milik Negeri tidak dapat ditingkatkan untuk memberikan kontribusi lebih dalam
rangka peningkatan pendapatan asli Negeri Tulehu Kecamatan Salahutu
kabupaten Maluku Tengah.

4.3.2. Pengadaan aset milik Desa


Temuan penelitian menginformasikan bahwa Pemerintah Negeri Tulehu Kecamatan
Salahutu Kabupaten Maluku Tengah dalam rangka pengelolaan aset milik Negeri, belum
melakukan pengadaan aset milik Negeri yang baru. Temuan penelitian juga menginformasikan
bahwa pengadaan yang dimaksud hanya dalam rangka pemeliharaan dan perbaikan aset milik
Negeri yang sudah ada. Demikian pula perbaikan terhadap aset yang ada berhasil dilaksanakan
dan dapat mendapat maanfaat yang berarti, namun kejelasan anggaran yang digunakan tidak
dapat dikonfirmasikan kepada masyarakat, karena tidak ada informasi kepada masyarakat Negeri
Tulehu.

Kondisi pengadaan kebutuhan aset milik Negeri oleh Pemerintah Negeri


Tulehu seperti itu, hanya memungkinkan aset milik Negeri yang ada dapat
terpelihara dan terjaga, tetapi tidak menambah jumlah aset yang baru. Keadaan
demikian dimungkinkan karena memang dalam perencanaan kebutuhan aset milik
Negeri tidak dimasukan atau tidak direncanakan pengadaannya. Sedangkan
ketidak tahunan masyarakat terhadap besarnya biaya yang digunakan untuk
perbaikan aset milik Negeri, mengindikasikan belum transparanya pengelolaan aset
milik Negeri Telehu Kecamatan Salahutu kabupaten Maluku Tengah.

4.3.3. Pemanfaatan aset milik Desa


Temuan penelitian menginformasikan bahwa Pemerintah Negeri Tulehu Kecamatan
Salahutu Kabupaten Maluku Tengah dalam rangka pengelolaan aset milik Negeri, terkait
pemanfaatan aset sudah dilakukan dengan benar yaitu dengan cara sewa, dan hal ini
menguntungkan Pemerintah Negeri Tulehu. Temuan penelitian juga menginformasikan bahwa
jangka waktu sewa aset yang ditetapkan sudah tepat yaitu 3 tahun dan dapat diperpanjang dan
81

besarnya biaya diteapkan bersama antara Pemerintah Negeri dan Saniri Negeri. Untuk pungutan
retribusi pasar dilakukan setiap harinya oleh petugas yang ditunjuk. Sedangkan penetapan
besarnya biaya sewa dan jangka waktu sewa belum ditetapkan dalam suatu Keputusan Kepala
Pemerintahan Negeri atau Raja.
Kondisi pemanfaatan aset milik Negeri oleh Pemerintah Negeri Tulehu
dengan cara sewa dengan besarnya serta jangka waktu sewa tertentu, satu sisi
tentu menguntungkan Negeri karena ada masukan dari biaya sewa bagi Negeri
yang tentunya dapat menambah pendapatan Negeri, disisi lain memberikan
manfaat bagi para pedagang yang tidak lain adalah warga masyarakat Negeri
Tulehu sendiri dalam melakukan kegiatan usaha ekonomi yang tentu berakibat
pada pendapatan mereka yang lebih baik. Namun demikian, bila belum ada
Keputusan Raja (Kepala Pemerintahan Desa) tentang besarnya biaya sewa dan
lamanya jangka waktu sewa sesuai kesepakatan bersama Saniri Negeri seperti itu,
dapat memberi kemungkinan terjadinya penyimpangan dalam pelaksanaannya.
Artinya dapat saja terjadi pengunaan biaya sewa yang bervariasi untuk bangunan
tempat berdagang bagi para pedagang berikut jangka waktunya karena tidak ada
pedoman kerja yang formal. Dan akhirnya memberi peluang terjadinya
penyimpangan yang lebih besar seperti tindakan korupsi oleh pihak aparatur
pelaksana pengelola aset milik Negeri tersebut.

4.3.4. Pengamanan aset milik Desa


Temuan penelitian menginformasikan bahwa Pemerintah Negeri Tulehu Kecamatan
Salahutu Kabupaten Maluku Tengah dalam rangka pengelolaan aset milik Negeri, terkait
pengamanan aset sudah dilakukan dengan baik dimana ada papan nama aset dan akte
kepemilikan aset milik Negeri dan kesemuanya telah disimpan dengan baik di Kantor Negeri.
meskipun belum ikut serta dalam program perlindungan asset berupa asuransi.

Kondisi pengamanan aset milik Negeri oleh Pemerintah Negeri Tulehu


dengan seperti ini memungkin asset tersebut memperoleh perlindungan dan
kepastian kepemilikan dari segi hukum. Demikian pula terjamin keberlanjutan
pengelolaan asset milik Negeri tersebut bagi kepentingan Negeri dalam
pembangunan. Dengan adanya dokumen yang sah dari segi hukum berupa akte
kepemilikan tersebut, tentu sebagai bukti sah dan akan memungkinkan Negeri
dapat mempertahankan hak kepemilikan dari kemungkinan klaim kepemilikan dari
pihak lain.

4.3.5. Pemeliharaan aset milik Desa


82

Temuan penelitian menginformasikan bahwa Pemerintah Negeri Tulehu Kecamatan


Salahutu Kabupaten Maluku Tengah dalam rangka pengelolaan aset milik Negeri, terkait
pemeliharaan aset milik Negeri sudah dilakukan dengan baik dimana setiap tahun dilakukan
pengecatan terhadap bangunan milik Negeri baik sebagai bagian dari pasar Negeri maupun
sebagai bagian dari lapangan sepak bola Negeri, serta melakukan pemotongan rumput pada
lapangan sepak bola Negeri.
Kondisi pemeliharaan aset milik Negeri oleh Pemerintah Negeri Tulehu
dengan seperti ini memungkin aset tersebut dapat awet dan tahan lama atau
mengurangi potensi kerusakan yang bersifat alamiah disamping terlihat rapih dan
indah dan tidak terkesan kumuh dan kotor. Dalam hal pemotongan rumput di
lapangan sepak bola yang dilakukan setiap saat sesuai kondisi rumput,
memungkinkan lapangan sepakbola setiap saat dapat dimanfaatkan oleh
masyarakat dalam beraktivitas olahraga khususnya sepakbola seperti berlatih.
Demikian pula bila dibutuhkan untuk kegiatan yang bersifat tournament dengan
cara menyewanya, dapat segera dipergunakan karena sudah dalam keadaan yang
bersih dan siap untuk dipakai sesuai kebutuhan dimaksud.

4.3.6. Penatausahaan aset milik Desa


Temuan penelitian menginformasikan bahwa Pemerintah Negeri Tulehu Kecamatan
Salahutu Kabupaten Maluku Tengah dalam rangka pengelolaan aset milik Negeri, terkait
penatausahaan aset milik Negeri belum dilakukan dengan baik sebagai usaha tertib administrasi
pengelolaan aset milik Negeri. penatausahaan aset milik Negeri tidak dibuat secara baik yang
dapat menginformasikan secara lengkap keadaan aset milik Negeri tersebut serta tidak atau
belum dibuat laporan mengenai pengelolaan aset milik Negeri.

Kondisi penatausahaan aset milik Negeri oleh Pemerintah Negeri Tulehu


seperti ini dapat berakibat pada kurangnya perhatian pada usaha peningkatan
dalam pengelolaan aset milik Negeri yang telah ada. Kurangnya data dan informasi
yang disajikan sebagai bagian dari penatausahaan aset milik negeri tersebut, dapat
mempengaruhi perencanaan yang akan dibuat dalam rangka pengembangan aset
milik Negeri. demikian pula dengan tidak dibuatnya laporan pengelolaan aset milik
Negeri selain menunjukkan kurang transparansi dalam pengelolaan, juga akan
mempengaruhi kepercayaan masyarakat akan efektivitas pengelolaan aset milik
Negeri.

4.3.7. Penilaian aset milik Desa


83

Temuan penelitian menginformasikan bahwa Pemerintah Negeri Tulehu Kecamatan


Salahutu Kabupaten Maluku Tengah dalam rangka pengelolaan aset milik Negeri, terkait
penilaian aset milik Negeri belum dilakukan selama ini. Negeri tidak memiliki Sumber Daya
Manusia yang dapat melakukan pekerjaan tersebut dan Negeri belum mempunyai biaya untuk
meminta Tim Penilai eksternal untuk melakukan penilaian aset milik Negeri.

Kondisi penilaian aset milik Negeri oleh Pemerintah Negeri Tulehu seperti ini
dapat berakibat pada kurang optimalnya pengelolaan aset dan pemanfaatan aset
sebagai salah satu sumber pendapatan asli Negeri Tulehu. Demikian pula sukar
diketahui dengan baik mengenai efektivitas dan efeisiensi pengelolaan aset milik
Negeri yang telah ada.

BAB V

PENUTUP

5.1. Kesimpulan
Bertolak dari analisa dan pembahasan data hasil penelitian yang telah diuraikan
pada bab sebelumnya, maka dapat disampaikan secara khusus kesimpulan
sebagai berikut :

1. Perencanaan Aset Milik Desa


Hasil analisis dan pembahasan dari data penelitian berhubungan dengan
perencanaan aset milik Negeri di Negeri Tulehu Kecamatan Saluhutu sudah
dilakukan, namun hanya untuk kebutuhan pemeliharaan dan perbaikan
terhadap aset milik Negeri Tulehu yang telah ada. Sedangkan rencana terkait
dengan pengadaan aset yang baru belum dilakukan.

2. Pengadaan Aset Milik Desa


Hasil analisis dan pembahasan dari data penelitian sehubungan dengan
pengadaan aset milik Negeri di Negeri Tulehu Kecamatan Saluhutu untuk
pengadaan yang baru belum atau tidak dilakukan, namun hanya pengadaan
dalam artian kebutuhan pemeliharaan dan perbaikan terhadap aset milik Negeri
Tulehu yang telah ada.

3. Pemanfaatan Aset Milik Desa


84

Hasil analisis dan pembahasan dari data penelitian sehubungan dengan


pemanfaatan aset milik Negeri di Negeri Tulehu Kecamatan Saluhutu, secara
operasiona sudah dilaksanakan namun secara legalitas belum dilakukan
penetapan dalam Keputusan Raja Tulehu sebagai dasar hukum
pelaksanaannya.

4. Pengamanan Aset Milik Desa


Hasil analisis dan pembahasan dari data penelitian sehubungan dengan
pengamanan aset milik Negeri di Negeri Tulehu Kecamatan Saluhutu, sudah
dilaksanakan dengan baik dengan adanya pembuatan papan nama dan
pembuatan akte kepemilikan. Namun belum dilakukan pengamanan dalam
bentuk asuransi bagi aset milik Negeri.

5. Pemeliharaan Aset Milik Desa


Hasil analisis dan pembahasan dari data penelitian berhubungan dengan
pemeliharaan aset milik Negeri di Negeri Tulehu Kecamatan Saluhutu sudah
dilakukan dengan baik, berupa pengecatan bangunan pasar dan bangun
lapangan serta pemotongan rumput di lapangan sepak bola Negeri.

6. Penatausahaan Aset Milik Desa


Hasil analisis dan pembahasan dari data penelitian berhubungan dengan
penatausahaan aset milik Negeri di Negeri Tulehu Kecamatan Saluhutu
belum dilakukan secara baik, dimana pencatatan tidak dilakukan dengan
cermat dan lengkap, serta tidak atau belum dibuat laporan pengelolaan asset
milik Negeri yang ada.

7. Penilaian Aset Milik Desa


Hasil analisis dan pembahasan dari data penelitian berhubungan dengan
penilainan aset milik Negeri di Negeri Tulehu Kecamatan Saluhutu belum
pernah dilakukan, dimana Pemerintah Negeri belum memiliki sumber daya
manusia yang berkompeten dan belum mempunyai biaya untuk meminta tim
penilai eksternal

5.2. Saran
Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian di atas, maka dapat disarankan hal-
hal sebagai berikut :
85

1. Agar pihak Pemerintah Negeri di Negeri Tulehu Kecamatan Salahutu Kabu-


paten Maluku Tengah, dalam membuat perencanaan asset milik Negeri ditu-
jukan pada rencana pengadaan asset yang baru agar sumber pendapatan
Negeri menjadi bertambah jumlahnya.

2. Pihak Pemerintah Negeri di Negeri Tulehu Kecamatan Salahutu Kabupaten


Maluku Tengah, dalam pengadaan aset milik Negeri ditujukan pada pen-
gadaan aset yang baru.
3. Pemerintah Negeri di Negeri Tulehu Kecamatan Salahutu Kabupaten Maluku
Tengah, dalam pemanfaatam aset milik Negeri agar menetapkannya dalam
bentuk Keputusan Kepala Desa (Raja) agar menjadi dasar hukum dalam
pelaksanaannya.

4. Pemerintah Negeri di Negeri Tulehu Kecamatan Salahutu Kabupaten Maluku


Tengah, agar dalam pengamanan Aset milik Negeri perlu mengikutkan dalam
program asuransi keselamatan aset.

5. Pemerintah Negeri di Negeru Tulehu Kecamatan Salahutu Kabupaten Maluku


Tengah, agar tetap meneruskan kegiatan pemeliharaan aset milik Negeri
yang telah ada.

6. Pemerintah Negeri di Negeri Tulehu Kecamatan Salahutu Kabupaten Maluku


Tengah, agar melaksanakan penatausahaan aset milik desa dengan rinci dan
lengkap agar dapat memberikan informasi yang lengkap untuk kepentingan
perencanaan dan lain kebutuhan akan data dan informasi.

7. Pemerintah Negeri di Negeri Tulehu Kecamatan Salahutu Kabupaten Maluku


Tengah, agar berusaha melakukan penilaian aset milik Negeri dengan me-
manfaatkan sumber daya manusia eksternal yang berkompeten.
86

DAFTAR PUSTAKA

Anoraga, Pandji; 2009, Manajemen Bisnis, Rineka Cipta, Jakarta

Handoko, T.Hani, 2015. Manajemen Edisi Kedua, BPFE – Yogyakarta

Keban, Yeremias. T. 2008, Enam Dimensi Strategis Administrasi Publik, Konsep, Teori dan
Isu, Gava Media, Yogyakarta

Mudrajad, Kuncoro, 2004, Otonomi dan Pembangunan Daerah, Reformasi, Perencanaan,


Strategi dan Peluang, Erlangga, Jakarta

Napitupulu, Paimin dan Sianipar, Madiri Thamrin, 2008, Buku Pembelajaran Ekologi
Administrasi Negara, Alumni, Bandung.

Pamudji, S, 1986. Ekologi Administrasi Negara. Bina Aksara. Jakarta.

Riggs, Fred W, 1987, Administrasi Pembanguan, Batas-batas Strategi Pembangunan


Kebijakan dan Pembaharuan Administrasi, Rajawali, Jakarta

Salusu, J, 2005. Pengambilan Keputusan Stratejik untuk Organisasi Publik dan Organisasi
Nonprofit. Gramedia Widiasarana Indonesia. Jakarta.

Siagian, Sondang P, 1994. Organisasi, Kepemimpinan dan Perilaku Administrasi. Haji


Masagung. Jakarta
87

------------------------, 2008, Administrasi Pembangunan Konsep, Dimensi, dan Strateginya,


Bumi Aksara, Jakarta.

Taliziduhu Ndraha, 1991, Dimensi-Dimensi Pembangunan Desa, Bumi Aksara, Jakarta

Totang, Syamsir, 2016, Organisasi dan Manajemen (Perilaku, Struktur, Budaya dan
Perubahan Organisasi), Alfabeta, Bandung

Yabbar Rahmah dan Hamzah Ardi, 2015, Tata Kelola Pemerintahan Desa, Penerbit
Pustaka, Surabaya

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 Tentang Pemerintahan Daerah

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa

Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 Tentang Desa

Peraturan Daerah Provinsi Maluku Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Negeri

Peraturan Daerah Kota Ambon Nomor 03 Tahun 2008 Tentang Negeri Di Kota Ambon.
88

LAMPIRAN-LAMPIRAN
89

DAFTAR PERTANYAAN PENELITIAN


I. IDENTITAS RESPONDEN
1. Nama :
2. Umur :
3. Pendidikan :
4. Mata Pencaharian :

II. Percanaan asset milik Desa;


5. Bagaimana perencanaan asset Desa di Negeri Tulehu ini?
III. Pengadaan asset milik Desa;
6. apakah semua kekayaan milik sebagai Aset Desa di Negeri Tulehu ini sudah
diidentifikasi?
7. bagaimana penilaian yang dilakukan terhadap potensi Desa yang ada untuk
ditetapkan sebagai asset Desa yang dapat dijadikan sumber pendapatan
Asli Negeri di Negeri Tulehu?
8. apakah asset milik Desa yang ada sudah ditetapkan sebagai sumber
pendapatan asli Desa dalam Peraturan Negeri di Negeri Tulehu ini?
IV. Penggunaan asset milik Desa;
9. apakah Asset milik Desa yang ada sudah digunakan dengan baik dalam
rangka memenuhi kebutuhan masyarakat?
V. Pemanfaatan asset milik Desa,
10. apakah asset milik Desa yang ada sudah dimanfaatkan dengan baik
sebagai sumber pendapatan asli Desa di Negeri Tulehu?
11. apakah pungutan terhadap sumber pendapatan yang berasal dari asset
Desa yang ada dilakukan sesuai harapan?
VI. Pengamanan asset milik Desa;
12. apakah asset milik Desa yang ada sudah dilakukan pengamanan dengan
baik?
VII Pemeliharaan asset milik Desa,
13. bagaimana usaha yang dilakukan dalam rangka pemeliharaan asset milik
Desa di Negeri Tulehu?
VIII. Penatausahaan asset milik Desa
14. bagaimana dengan penataausahaan asset milik Desa di Negeri Tulehu ini?
IX. Pelaporan asset milik Desa,
90

15. Bagaimana dengan pelaporan yang dibuat terkait dengan pengelolaan


asset milik Desa di Negeri Tulehu?
X. Pengawasan asset milik Desa
16. bagaimana pengawasan yang dilakukan terkait dengan asset milik Desa di
Negeri Tulehu?
91
92
93
94

Anda mungkin juga menyukai