SKRIPSI
Universitas Pattimura
Oleh:
UNIVERSITAS PATTIMURA
AMBON
2022
ii
iii
SKRIPSI
Pembimbing I Pembimbing II
Disahkan oleh :
PERNYATAAN KEASLIAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa penulisan skripsi ini tidak ada atau tidak sama
dengan karya tulis (skripsi) yang pernah di ajukan untuk memperoleh derajat kesarjanaan
(S1) di perguruan tinggi manapun sepanjang pengetahuan penulis. Sebagai hasil karya atau
pendapat orang lain yang ditulis dalam naskah yang penulis sebutkan dalam lembaran
daftar pustaka skripsi ini.
Dengan demikian pernyataan ini saya buat dan apabila dikemudian hari ada pihak
lain merasa hasil karya ini sebagai PLAGIAT maka saya bersedia menerima sangsi secara
akademik sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
Penulis
Sebagai civitas akademik FISIP UNPATTI, saya yang bertanda tangan di bawah ini.
Segala tuntutan hukum yang timbul atas pelanggaran hak cipta atas karya ilmiah ini
menjadi tanggung jawab saya pribadi. Demikian pernyataan ini saya buat sebenar-
benarnya.
BIODATA
Identitas Diri :
Riwayat Pendidikan :
1. SD Negeri 9 Tulehu
Riwayat Organisasi :
Penulis
MOTTO
PERSEMBAHAN
Segala puja dan puji kepada ALLAH SWT atas berkah, rahmat dan nikmatnya, baik
nikmat kesehatan maupun nikmat kesempatan, sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi
ini dengan sebaik-baiknya yang kemudian skripsi ini kupersembahkan kepada :
1. Ayah tercinta Saman Efruan dan Ibu tercinta Sarpia Karaeng, yang telah dengan
susah payah membesarkan dan mendidik saya, dan juga semua doa yang turut
menghantarkan saya sehingga mampu untuk menyandang gelar sarjana Adminis-
trasi Publik.
2. Terima kasih kepada semua keluarga ikatan mahasiswa muhammadiyah (IMM)
ambon. Karena dari IMM saya banyak belajar menemui jati diri saya dan memben-
tuk mental dalam memaknai hidup dengan perjuangan.
3. Terima Kasih untuk almamaterku FISIP UNPATTI
ix
KATA PENGANTAR
Pertama-tama atas rahmat Sang Khaliq penulis panjatkan kehadirat ALLAH SWT sang
penguasa langit dan bumi, karena atas rahmat dan karunia-nya sehingga kita masih diberi
kesempatan dan kesehatan sampai saat ini. Shalawat serta salam saya haturkan kepada
Rasul Allah Baginda Nabi Muhammad SAW karena atas perjuangan-nya lah kita dapat
hidup dengan Agama Allah yakni Islam seperti yang kita rasakan saat ini.
Dengan penuh kesadaran atas kekurangan dalam penulisan skripsi ini. Penulis
menyadari mungkin tak dapat diselesaikan sendiri tanpa bantuan pembimbing dalam
membimbing penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. Sehingga tidak lupa untuk
mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu secara
langsung maupun tidak langsung. Untuk itu dengan segala permohonan maaf, kerendahan
dan ketulusan hati penulis mengucapkan terima kasih banyak atas dedikasinya kepada :
1. Prof. Dr. M. J. Sapteno, SH, selaku Rektor Universitas Pattimura beserta seluruh
Pembantu Rektor dan Unsur Pimpinan dalam jajaran Rektor yang ada.
2. Dr. Wahab Tuanaya, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Pattimura.
3. Terima kasih kepada Drs. Pieter S. Soselisa selaku Ketua Jurusan Ilmu Adminis-
trasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.
4. Terima Kasih kepada Dr. St. K. Ohoiwutun, M.Si selaku Ketua Program Studi Ilmu
Administrasi Negara sekaligus dosen Ilmu Administrasi Negara yang juga
berperan dalam kelancaran studi saya.
5. Terima Kasih banyak Pak Dr. St. K , Ohoiwutun, M.Si selaku pembimbing satu
dan Dr. H.V.R. Pattimukay, S.Sos, M.Si selaku pembimbing dua, yang telah
sabar dalam membimbing penulisan skripsi ini dan juga membantu saya sehingga
dapat menyelesaikan studi saya
6. Terima kasih kepada semua Dosen dan staf pada umumnya dan terlebih khusus
kepada dosen ilmu administrasi negara yang penulis tidak sebut namanya satu-
persatu.
x
7. Beribu-ribu terima kasih dan doa kepada kedua orang tua saya yang dengan doa
keduanyalah saya dapat tumbuh besar dan menjadi pribadi seperti sekarang ini
dan juga kakak dan adik-adik saya.
8. Ucapan terima kasih kepada semua informan yang tidak bisa saya sebut na-
manya satu-persatu yang sudah mau berbagi informasi demi kelancaran peneli-
tian penulis.
9. Terima kasih teman-teman seperjuangan Administrasi Publik angkatan 2018 den-
gan semua kisahnya selama 4 tahun
Semoga segala bentuk bimbingan, arahan yang telah diberikan kepada penulis menjadi
amal saleh dan dibalas oleh Allah SWT dengan amal yang berlipat ganda. Penulis
memohon maaf atas segala kekhilafan baik yang disengaja maupun tidak disengaja.
Semoga karya ilmiah ini di ridhoi Allah SWT dan bermanfaat bagi orang lain nantinya. Suatu
Harapan yang ditunggu adalah kritikan konstruk dan saran untuk penulis demi
kesempurnaan skripsi ini.
ABSTRAK
Fitria Wati Efruan : Pengelolaan Aset Desa Sebagai Sumber Pendapatan Asli Desa Di
Negeri Tulehu Kecamatan Salahutu Kabupaten Maluku Tengah.
Pembimbing I : Dr. St. K. Ohoiwutun, M.Si. Pembimbing ll : Dr. H.V.R. Pattimukay, S.Sos,
M.Si.
Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui bagaimanakah pengelolaan aset milik Desa
di Negeri Tulehu Kecamatan Salahutu Kabupaten Maluku Tengah. Fokus penelitian ini
peneliti berfokus dalam pengelolaan aset desa sebagai sumber pendapatan asli desa di
Negeri Tulehu Kecamatan Salahutu Kabupaten Maluku Tengah. Penelitian ini menggunakan
metode kualitatif dengan mendapatkan data dari wawancara dan dokumentasi.
Hasil penelitian ini menunjukan berdasarkan variabel penelitian yang telah ditetapkan
untuk diteliti diantaranya : Perencanaan aset milik desa yang terdiri dari perencanaan aset
milik desa sudah cukup baik, Pengadaan aset milik desa belum adanya pengadaan aset
yang baru hanya saja melakukan pemeliharaan dan perawatan terhadap aset yang sudah
ada, Pemanfaatan aset milik desa sudah cukup baik dengan cara melakukan penyewaan
terhadap aset desa, Pengamanan aset desa sudah dilakukan dengan sangat baik dengan
adanya papan nama terhadap aset dan akta kepemilikan aset milik desa, Pemeliharaan
aset desa juga dilakukan dengan baik dimana setiap tahun dilakukan pengecatan terhadap
aset desa seperti bangunan diantaranya pasar negeri dan tribun sepakbola negeri agar
tidak terkesan kumuh dan kotor, Penatausahaan aset desa belum dilakukan dengan baik
sebab belum adanya informasi lengkap keadaan aset desa atau laporan mengenai
pengelolaan aset milik desa yang tidak sepenuhnya transparansi dalam pengelolaan aset,
yang dari hal tersebut dapat mempengaruhi kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah
desa/negeri tulehu, Penilaian aset desa belum dilakukan akibat dari belum memiliki sumber
daya manusia yang memadai dalam melakukan pekerjaan tersebut dan juga finansial desa
yang belum memungkinkan untuk mendatangkan tim penilai eksternal untuk melakukan
penilaian terhadap aset milik desa.
DAFTAR ISI
Hal
ABSTRAK .......................................................................................................................... x
LAMPIRAN ......................................................................................................................... 71
DAFTAR TABEL
xvi
TABEL
DAFTAR GAMBAR
xvii
GAMBAR
BAB I
PENDAHULUAN
Pelaksana dari kewenangan dan hak desa tersebut adalah Pemerintahan desa
itu sendiri. Sehubungan dengan ini, dikatakan dalam Undang-undang tersebut di
atas, bahwa Pemerintahan Desa adalah penyelenggara urusan pemerintahan dan
kepentingan masyarakat setempat dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
Jadi dana dalam bentuk uang merupakan salah satu sumber daya manajemen
yang sangat penting dan menentukan dalam suatu organisasi termasuk organisasi
pemerintahan seperti desa dalam upaya merealisasikan rencana yang telah dibuat
dan ditetapkan dalam rangka mencapai tujuan pembangunan. Dengan tersedia
sumber daya uang (dana) yang memadai maka setiap usaha yang dilakukan sesuai
rencana yang telah ditetapkan akan sangat mungkin terealisasi. Begitu sebaliknya
jika tidak tersedia sumber daya uang dengan tidak memadai maka sangat sulit untuk
terealisasi rencana yang ditetapkan.
20
Sementara dalam hubungan ini, menurut Undang Undang Nomor 6 Tahun 2014,
pasal 72 ayat (1) dikatakan bahwa, pendapatan desa sebagaimana dimaksud,
bersumber dari:
a. pendapatan asli Desa terdiri atas hasil usaha, hasil aset, swadaya dan partisi-
pasi, gotong royong, dan lain-lain pendapatan asli Desa;
b. alokasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara;
c. bagian dari hasil pajak daerah dan retribusi daerah kabupaten/kota,
d. alokasi dana Desa yang merupakan bagian dari dana perimbangan yang diterima
Kabupaten/Kota;
e. bantuan keuangan dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi, dan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten/Kota;
f. hibah dan sumbangan yang tidak mengikat dari pihak ketiga; dan
g. lain-lain pendapatan Desa yang sah.
Dari berbagai sumber pendapatan desa tersebut, salah satu sumber pendapatan
desa yang diharapkan dapat digarap sebagai sumber pendapatan utama di desa
adalah sumber pendapatan asli desa. Dimana dalam Undang-Undang nomor 6
Tahun 2014 pasal 72 ayat (1) huruf a dikatakan bahwa pendapatan asli desa terdiri
atas hasil usaha, hasil asset, swadaya dan partisipasi, gotong royong dan lai-lain
pendapatan asli desa. Sedangkan pada penjelasan pasal 72 ayat 1 huruf a
dikatakan bahwa yang dimaksudkan dengan “pendapatan asli desa” adalah
21
pendapatan yang berasal dari kewenangan desa berdasarkan hak asal usul dan
kewenangan skala lokal desa.
Salah satu sumber pendapatan asli Desa yang cukup potensial untuk
diusahakan sebagai sumber utama pendapatan asli Desa serta diusahakan
pemanfaatannya bagi kepentingan pembiayaan berbagai rogaram pembangunan
Desa yang direncanakan yaitu Aset Desa.
Selanjutnya pada pasal 76 ayat (1) dikatakan, bahwa: Aset Desa dapat berupa
tanah kas Desa, tanah ulayat, pasar Desa, pasar hewan, tambatan perahu,
bangunan Desa, mata air milik Desa, pemandian umum, dan aset lainnya milik
Desa. Sementara itu, pada ayat (2) dikatakan bahwa, aset lainnya milik Desa
sebagaimana dimaksud, antara lain:
a. kekayaan Desa yang dibeli atau diperoleh atas beban Anggaran Pendapatan
dan Belanja Negara, Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, serta
Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa :
b. kekayaan Desa yang diperoleh dari hibah dan sumbangan atau yang sejenis;
c. kekayaan Desa yang diperoleh sebagai pelaksanaan dari perjanjian/kontrak dan
lain-lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
d. hasil kerja sama Desa; dan
e. kekayaan Desa yang berasal dari perolehan lainnya yang sah.
Berbagai sumber pendapatan asli desa tersebut harus dikelola dengan baik
sehingga dapat memberi manfaat dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan
desa. Pelaksanaan pembangunan desa, pembinaan kemasyarakatan desa, dan
pemberdayaan masyarakat desa. Pengelolaan keuangan desa khususnya
pendapatan asli desa dimaksud meliputi: perencanaan, pelaksanaan,
penatausahaan, dan pelaporannya sebagaimana diamanatkan dalam peraturan
perundangan tentang desa.
Menurut Yabbar dan Hamzah (2015:525) bahwa, pengelolaan aset Desa bukan
sekedar administrative belaka, tetapi bagaimana meningkatkan efisiensi, efektivitas
dan menciptakan nilai tambah dalam mengelola asset sehingga aset dapat dikelola
22
secara optimal. Oleh karena itu, dalam pengelolaan aset Desa, perlu adanya
perencanaan, pengadaan, penggunaan, pemanfaatan, pengamanan, pemeliharaan,
penghapusan, pemindahtanganan, penatausahaan, pelaporan, penilaian,
pembinaan, pengawasan dan pengendalian.
Negeri Tulehu merupakan salah satu desa yang berada di kecamatan Salahutu
Kabupaten Maluku Tengah yang mempunyai pemeritahan maupun adat dengan
kesatuan masyarakat hukum adat yang memiliki batas wilayah yang berwenang
untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat
setempat berdasarkan prakarsa masyarakat,hak asal usul dan/atau hak tradisional
yang diakui dan di hormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
Negeri Tulehu merupakan satu negeri yang besar baik dilihat dari luas wilayah
maupun jumlah penduduknya dan merupakan Ibukota Kecamatan Salahutu
Kabupaten Maluku Tengah. Dalam kedudukannya sebagai Ibukota Kecamatan tentu
kegiatan perekonomian masyarakat cukup baik dengan potensi jumlah penduduk
yang besar, disamping itu potensi alam yang cukup menjanjikan misalnya perikanan,
sumber daya alam dan perkebunan masyarakat.
Negeri Tulehu dengan posisi yang sangat strategis dilihat dari segi ekonomi
dimana merupakan Negeri transit transportasi laut yang menghubungkan Pulau
Seram, Pulau Pulau Lease dengan Pulau Ambon. Di Negeri Tulehu terdapat dua
Pelabuhan Laut masing-masing Pelabuhan Monating dan Pelabuhan Mornating
disamping Pantai sekitar yang dimanfaatkan sebagai pendaratan Speed Boat. Lalu
lalang Transpotasi Laut yang menghubungkan Tulehu dengan Pulau-pulau lain
sangat ramai dengan volume pelayaran yang memadai dan jumlah penumpang yang
cukup padat. Negeri Tulehu juga memiliki Pasar Negeri yang cukup besar yang
dipadati para pedagang dan kegiatan perdagangan yang cukup ramai disamping
terdapat terminal angkutan umum yang representative.
Negeri Tulehu juga memiliki sumber daya alam teristimewa sumber air panas
alam yang baik pada dua lokasi yaitu lokasi pantai dekat Rumah Sakit Umum Tulehu
dan Sumber Air di Darat dekat kearah Negeri Waai. Sumber daya alam berupa
sumber air panas alam tersebut sangat baik untuk kesehatan sehingga menarik
minat masyarakat luas untuk berkunjung dan menikmati air panas alam tersebut
dengan melakukan aktivitas mandi air panas alam. Aktivitas berekreasi kesehatan di
23
sumber air panas alam tersebut cukup padat dan ramai dikunjungi masyarakat luas
yang berlangsung sepanjang hari sampai waktu tengah malam.
Negeri Tulehu juga dijuluki sebagai Negeri/Desa Sepak Bola dimana banyak
terlahir pesepak bola asal Negeri Tulehu yang terkenal dan banyak diantara mereka
yang berkarier di Luar Maluku pada berbagai Klub profesional penghuni Seri 1 dan
Seri 2 Indonesia bahkan ada yang berkarier di luar Negeri.bahkan tidak sedikit dari
pesepak bola asal Negeri Tulehu yang merupakan langganan anggota Tim Nasional
Indonesia pada setiap jenjang usia. Keadaaan ini dimungkinkan karena di Negeri
Tulehu sendiri memiliki fasilitas lapangan Sepak Bola (Stadion Mini) yang
representative, sehingga menjadi faktor pendorong tercetaknya pesepak bola yang
handal.
Negeri Tulehu juga memilik sarana pasat Negeri yang cukup representative
untuk menampung para pedagang dalam melakukan aktivitas berdagangnya.
Dengan posisi strategis Negeri Tulehu, tentu menjadi peluang dan mendorong
mobilitas kegiatan perdagangan yang cukup ramai sehingga pasar Negeri Tulehu
dapat berkembang menjadi lebih besar. Itu berarti potensi pasar Negeri Tulehu yang
begitu bagus dapat mendorong kegiatan ekonomi yang dinamis dan pada akhirnya
mempengaruhi pendapatan masyarakat Negeri Tulehu.
TINJAUAN PUSTAKA
Berkenaan dengan desa, dikemukakan oleh Nurcholis (2011 : 251), bahwa visi
founding father dalam hal in Hatta, tentang desa adalah terwujudnya desa yang
makmur, aman, tertib, sentosa, guyub, modern, dan demokratis. Misinya adalah
menarik desa kedalam sistem pemerintahan formal, tidak membiarkan desa tetap
berada di luar sistem sebagaimana pemerintah kolonial memperlakukan desa.
Strateginya adalah menjadikan desa menjadi daerah otonom melalui penyelidikan,
penataan ulang dan pembinaan yang sungguh-sungguh.
masyarakat. Karena itu, Ndraha dalam Tjokrowinoto (2002 : 35) dikatakan bahwa titik
berat pembangunan desa adalah pada pembangunan masyarakat, karenanya istilah
yang digunakan adalah pembangunan masyarakat desa. Dikatakannya, tujuan
pembangunan masyarakat desa adalah meningkatkan taraf hidup masyarakat desa
dengan jalan melaksanakan pembangunan yang integral dari pada masyarakat desa,
berdasarkan azas kekuatan sendiri daripada masyarakat desa serta azas
permufakatan bersama antara anggota-anggota masyarakat desa dengan bimbingan
serta bantuan alat-alat pemerintah yang bertindak sebagai suatu keseluruhan
(kebulatan) dalam rangka kebijaksanaan umum yang sama.
Dikatakan oleh Yabbar dan Hamzah (2015 : 147) bahwa; pembangunan desa
meliputi tahap perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan. Ketiga tahap tersebut
merupakan suatu siklus yang berkesinambungan satu dengan yang lainnya bukan
merupakan suatu tahap yang terpisah. Apabila salah satu tahap tersebut tidak baik,
maka tahap-tahap yang lain dalam siklus tersebut juga menjadi tidak baik.
kewajiban untuk mengatur dan mengurus rumah tangga sendiri urusan pemerintahan
dan kepentingan masyarakat berdasarkan hak asal-usul dan nilai-nilai sosial budaya
yang ada pada masyarakat setempat diberikan kesempatan untuk tumbuh dan
berkembang mengikuti perkembangan desa itu sendiri.
Sementara itu, desa memiliki hak dan kewajiban tertentu untuk digunakan dan
dilaksanakan dalam rangka mencapai masyarakat yang sejahtera. Karena itu, dalam
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentangg Desa, pasal 67, bahwa :
1. Desa berhak :
a. Mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat berdasarkan hak asal usul,
adat istiadat, dan nilai sosial budaya masyarakat Desa.
b. Menetapkan dan mengelola kelembagaan Desa. Dan
c. Mendapatkan sumber pendapatan.
2. Desa berkewajiban :
a. Melindungi dan menjaga persatuan, kesatuan serta kerukunan masyarakat
Desa dalam rangka kerukunan nasional dan keutuhan Negara Kesatuan
Republik Indonesia;
b. Meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat Desa;
c. Mengembangkan kehidupan demokrasi;
d. Mengembangkan pemberdayaan masyarakat Desa; dan
e. Memberikan dan meningkatkan pelayanan kepada masyarakat Desa.
a. Pendapatan asli Desa terdiri atas hasil usaha, hasil aset, swadaya dan
partisipasi, gotong royong dan lain-lain pendapatan asli Desa;
b. Alokasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara;
c. Bagian dari hasil pajak dan retribusi Daerah Kabupaten/Kota;
d. Alokasi dana Desa yang merupakan bagian dari dana perimbangan yang
diterima Kabuoaten/Kota;
e. Bantuan keuangan dari Anggarapam Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi
dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Kabupaten/Kota;
f. Hibah dan sumbangan yang tiudak mengikat dari pihak ketiga; dan
g. Lain-lain pendapatan Desa yang sah.
1. Bahwa hasil usaha desa dimaksudkan adalah usaha-usaha produktif desa den-
gan menggunakan kekayaan yang ada sebagai modal misalnya pengelolaan
pasar desa, koperasi desa dan atau badan usaha milik desa.
2. Hasil kekayaan desa yaitu pendapatan yang diperoleh melalui pengelolaan
kekayaan alam desa termasuk pungutan-pungutan yang diperoleh sebagai jasa
bagi desa misalnya; perkebunan pihak ketiga dalam wilayah desa, kegiatan
penangkapan hasil laut dan sebagainya.
3. Hasil swadaya dan partisipasi, yaitu pendapatan yang diperoleh dari hasil
anggota masyarakat berupa sumbangan wajib (iuran) dan sumbangan sukarela
sebagai wujud tanggung jawab masyarakat dalam pembangunan.
4. Hasil gotong royong yaitu hasil dari kegiatan masyarakat secara kolektif atas
nama desa dimana hasilnya diterima desa termasuk dalam hal ini adalah hasil
gotong royong desa yang dikelola hasilnya oleh desa.
5. Lain-lain pendapatan asli desa yang sah yaitu pendapatan yang diperoleh diluar
sumber-sumber yang sudah disebutkan, misalnya hadiah lomba desa dan lain-
lain.
bantuan pembiayaan aparatur desa, bentuk bantuan yang lainnya berupa program
pembangunan yang dilaksanakan di desa tersebut.
Sementara dalam Undang-Undang nomor 6 Tahun 2014 pasal 72 ayat (1) huruf
a dikatakan bahwa pendapatan asli desa terdiri atas hasil usaha, hasil asset,
swadaya dan partisipasi, gotong royong dan lai-lain pendapatan asli desa.
Sedangkan pada penjelasan pasal 72 ayat 1 huruf a dikatakan bahwa yang
dimaksudkan dengan “pendapatan asli desa” adalah pendapatan yang berasal dari
kewenangan desa berdasarkan hak asal usul dan kewenangan skala lokal desa.
merupakan aset desa yang diperoleh baik dari hasil pembiayaan APB Desa maupun
yang berasal dari perolehan lain yang sah.
Sedangkan berdasarkan pasal 116 ayat (4) UU Nomor 6 tahun 2014, paling
lama 2 (dua) tahun sejak Undang-Undang Nomor 6 tahun 2014 ini berlaku,
{Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota bersama Pemerintah Desa melakukan
inventarisasi aset Desa. Inventarisasi adalah kegiatan untuk melakukan pendataan,
pencatatan dan pelaporan hasil pendataan aset milik Desa. Maksud inventarisasi
34
adalah untuk mengetahui jumlah dan nilai serta kondisi aset milik Desa. Tujuan
inventarisasi aset milik Desa adalah sebagai berikut:
a. Untuk mengisi kebutuhan aset sesuai besaran organisasi atau jumlah pegawai
dalam satu organisasi.
b. Untuk mengganti aset yang rusak, dihapus, dijual, hilang, mati atau sebab lain
yang dapat dipertanggung jawabkan.
c. Didasarkan pada peruntukan standar perorangan. Oleh karena itu, setiap kali ter-
jadi mutasi atau pertambahan jumlah personil, hal ini akan mempengaruhi kebu-
tuhan asset.
d. Tingkat persediaan aset milik Desa bagi setiap tahun anggaran bersangkutan
tetap dijaga agar efisien dan efektif.
e. Memperhatikan faktor teknologi. Beberapa aset tidak dapat dilepaskan dengan
faktor teknologi yang harus berkembang sehingga adakalanya aset yang dimiliki
tidak dapat digunakan lagi karena sudah tertinggal dari sisi teknologi. Untuk itu,
aset tersebut harus digantikan dengan aset baru yang tidak tertinggal dari sisi
teknologi.
Selanjutnya dijelaskan, sewa adalah pemanfaatan kekayaan Desa oleh pihak lain
dalam jangka waktu tertentu untuk menerima imbalan uang tunai. Pemanfaatan
kekayaan Desa berupa sewa dilakukan atas dasar:
a. Menguntungkan Desa.
37
b. Jangka waktu paling lama 3 (tiga) tahun sesuai dengan jenis kekayaan Desa
dan dapat diperpanjang;
c. Penetapan tarif sewa ditetapkan dengan Keputusan Kepala Desa setelah men-
dapat persetujuan BPD.
Bangun guna serah adalah pemanfaatan kekayaan Desa berupa tanah oleh
pihak lain dengan cara mendirikan bangunan dan/atau sarana berikut fasilitasnya
kemudian didayagunakan oleh pihak lain tersebut dalam jangka waktu tertentu yang
telah disepakati untuk selanjutnya disetahkan kembali tanah beserta bangunan
dan/atau sarana berikut fasilitasnya setelah berakhir jangka waktu. Aset milik Desa
yang akan dimanfaatkan dalam bentuk bangun guna serah harus
mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:
a. Pencatatan/inventarisasi.
b. Kelengkapan bukti kepemilikan antara lain BPKB, faktur pembelian dan lain-
lain.
asal sehingga dapat dicapai pendayagunaan aset yang memenuhi persyaratan, baik
dari segi unit pemakaian maupun dari segi keindahan. Penyelenggaraan
pemeliharaan dapat berupa :
a. Pertimbangan teknis karena secara fisik aset tidak dapat digunakan lagi
karena rusak, kadaluarsa, aus, susut dan lain-lain.
b. Aset tersebut hilang.
c. Pertimbangan ekonomis, seperti jumlahnya berlebih, lebih menguntungkan
bila dihapus karena biaya perawatannya yang mahal atau mati bagi tanaman
atau hewan ternak. (Yabbar dan Hamzah, 2015:548).
1. Sudah tidak sesuai dengan Rencana Umum Tata Ruang Wilayah (RUTRW).
2. Diperuntukan bagi kepentingan umum, kemanusiaan dan keagamaan.
3. Belum dimanfaatkan secara optimal.
40
1. Meyakini keberadaan fisik aset yang ada pada dokumen inventarisasi dan
ketepatan jumlahnya.
2. Mengetahui kondisi terkini aset, baik dalam kondisi baik, rusak ringan dan
rusak berat.
3. Melaksanakan tertib administrasi yaitu:
a. Membuat usulan penghapusan aset yang sudah rusak berat.
b. Mempertanggungjawabkan aset yang tidak ditemukan/hilang.
c. Mencatat/membukukan aset yang belum dicatat dalam dokumen inven-
taris.
4. Mendata permasalahan yang ada tas inventaris, seperti sengketa tanah,
kepemilikan yang tidak jelas dan inventaris yang dikuasai oleh pihak ketiga.
5. Menyediakan informasi nilai aset Desa sebagai dasar penyusunan Laporan
Kekayaan Milik Desa (LKMD) awal Desa. (Yabbar dan Hamzah, 2015:553-
554).
Penilaian aset milik Desa mempunyai manfaat yang sangat besar. Manfaat yang
diperoleh dari penetapan nilai adalah Desa mempunyai pangkalan data (data base)
harta kekayaan Desa yang dapat digunakan:
B. Fian Mailoa, (Penelitian Skripsi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Pattimura), Tahun 2021, Peningkatan Pendapatan Asli Dengan Pemanfaatan
Peluang Faktor Ekologis Administrasi di Negeri Latuhalat Kecamatan Nusaniwe
Kota Ambon.
Gambar 2.1
Kerangka pikir
BAB III
METODE PENELITIAN
46
Penelitian dengan metode kualitatif ini bersifat deskriptif yang bertujuan untuk
mempertajam karakteristik dan gejala yang diteliti dalam mengungkap masalah
menjadi jelas, memahami makna dibalik data yang tampak, memahami perasaan
dan interaksi sosial, mengembangkan teori, memastikan kebenaran data dan
meneliti perkembangan secara mendalam berdasarkan prosedur penelitian
kualitatif dalam mengungkap pengelolaan aset milik Desa sebagai sumber
pendapatan asli Desa di Negeri Tulehu Kecamatan Salahutu Kabupaten Maluku
Tengah.
1. Opini, menanyakan orang apa yang mereka pikir tentang satu isu atau ke-
jadian.
2. Fakta, berhubungan dengan apa yang diketahui.
3. Pengetahuan berkenaan dengan apa yang diketahui tentang pengelolaan
aset milik Desa sebagai sumber pendapatan asli Negeri.
BAB IV
Menurut sejarah Negeri Tulehu yang dalam bahasa tanah Aman Turehui.
Pada awalnya negeri ini terletak pada daerah perbukitan atau pegunungan.
Menurut tua-tua adat negeri, penduduk negeri Tulehu itu terbagi atas dua yaitu
penduduk lama dan penduduk baru, yang mana didalamnya penduduk ini berasal
dari pulau seram yaitu sekitar teluk Elpaputi, SBT, daerah Salahutu, dan juga
berasal dari Arab dan Jawa. Mereka ini datang secara berkelompok melalui jalur
laut dengan kora-kora, hora-hora atau belang.
Menurut Bpk. M. Noor Tawainella ada dua versi yang menjelaskan tentang
asal mula nama Tulehu, yaitu :
1. Versi yang pertama menurut Drs. Hj. Abdurachman Umarella, bahwa :
“Tulehu berasal dari kata Turu rehu-rehu yang artinya Turun Kebawah.
Mengapa beliau mengatakan demikian, karena pada awalnya orang Tulehu
asli tinggalnya digunung Hue dan gunung Harua Aru lalu mereka turun
kebawah untuk mencari tempat tinggal yang baru sehingga terbentuklah
negeri Tulehu yang sekarang”.
Ke 10 Soa ini terhimpun dalam satu kesatuan Teun Negeri yaitu ‘’Teun
Haturessy’’ yang bermakna satu kesatuan yang utuh, kuat dan tangguh.
Marga-marga yang ada di Negeri Tulehu tidak datang secara serentak tetapi
secara bergelombang dan dibagi menjadi 3 (tiga) kelompok, yaitu kelompok
adat, kelompok agama dan kelompok pelengkap. Kelompok pertama (kelompok
adat), datang secara berangsur-angsur Empat Rumatau dari bangsawan
Nunusaku yang terdiri dari lima rombongan yaitu :
52
1. Wakan (Ohorella)
2. Louw (Hunusalela)
3. Laen (Tuasalamony)
4. Lating (Lestaluhu)
Setelah Empat Rumatau kedua sudah mendiami Bumi Hausuha maka Upu Latu
Nusa Huhuin (Umarella) mengumpulkan mereka semua dan membuat satu
kesepakatan yang disebut kesepakatan “MATAWARU”. Mata artinya Rumatau,
sedangkan Waru artinya delapan. Jadi kesepakan Matawaru adalah
kesepakatan delapan rumatau atau delapan mata rumah yang diikuti oleh
sembilan orang. Dari kesepakatan itu maka terjadi pembagian jabatan di Negeri
Tulehu. Empat rumatau pertama mendapat jabatan sama seperti awal mereka
datang (Kelompok Adat). Sedangkan empat rumatau kedua (Kelompok agama)
kebagian jabatan sebagai imam uzur dan modim.
Delapan Rumatau yang berjumlah sembilan orang ini mempunyai arti yang
sangat luas dan salah satunya adalah Patasiwa dan Patarima. Patarima adalah
Upu Latu Huhuin sebagai pemimpin kelompok adat dan kelompok agama, serta
Patasiwa adalah Upu Latu Nusa Huhuin sebagai Latu tertinggi sekaligus imam
besar atau pemimpin dua kelompok dan atau pemimpin delapan Rumatau dan
atau juga sebagai pemimpin kedelapan orang.
Setelah itu datang pula kelempok yang ketiga yaitu kelompok perlengkapan,
yang terdiri dari :
1. Matuang Samu (Tuasamu)
2. Lekasalaisa.
53
3. Kotahatuhaha.
4. Sarlata.
Selain marga-marga yang ada, lahir pula budaya-budaya yang tumbuh dan
berkembang bersamaan dengannya. Budaya yang paling dominan yang masih
terlihat di Negeri Tulehu adalah Budaya Sanamang, Budaya Keku Lalang, dan
Budaya Pausa. Budaya Keku Lalang biasanya dilakukan pada saat mantu dari
laki-laki atau perempuan ada yang meninggal, maka pihak keluarga
(perempuan-perempuan) akan membawa hantaran berupa berbagai macam
pangan yang ditaruhnya di sebuah tempat (loyang) lalu di taruhnya diatas kepala
(keku), mereka berjalan dengan teratur dan semakin panjang barisan
penghantar lalang maka keluarga dipandang orang besar. Adapun Budaya
Pausa adalah tradisi dimana orang-orang negeri akan menghitamkan tangannya
dengan arang lalu mereka akan menggosoknya ditangan dengan minyak kelapa,
setelah itu mereka akan mencari kusing-kusing mereka dan menggosokan arang
tersebut ke wajah kusing mereka, biasanya dilakukan menjelang
aroha/manyiang, tujuannya yaitu untuk mengetahui adanya hubungan-hubungan
kekelurgaan atau marga baik yang sudah keluar atau masuk dengan marga
tertentu.
menikah dengan orang asli Tulehu. Ini yang membuat Tulehu menjadi wilayah
yang sering didatangi oleh orang luar karena keterbukaan masyarakatnya. Di
Negeri Tulehu terdapat 3.773 KK dengan Jumlah penduduk Negeri Tulehu
sebanyak 28,761 jiwa dengan komposisi terdiri dari laki-laki sebanyak 14,232
jiwa dan perempuan sebanyak 14,572 jiwa. Hal ini dapat digambarkan pada
tabel 2 berikut ini:
(11,82%), penduduk dengan umur 31-35 tahun berjumlah 2,946 orang (10,23%),
penduduk dengan umur 36-40 tahun berjumlah 2,412 orang (8,37%), penduduk
dengan umur 41-45 tahun berjumlah 2,153 orang (7,47%), penduduk dengan
umur 46-50 tahun berjumlah 1,513 orang (5,25%), penduduk dengan umur 51-55
tahun bejumlah 1,253 orang (4,35%), penduduk dengan umur 56-60 tahun
berjumlah 949 orang (3,29%), penduduk dengan umur 61-65 tahun berjumlah
497 orang (1,72%), penduduk dengan umur 66-70 tahun berjumlah 275 orang
(0,95%), penduduk dengan umur 71-75 tahun berjumlah 148 orang (0,51%) dan
penduduk dengan umur 76 tahun keatas berjumlah 119 orang (0,41%).
1. Raja
Selain gelar raja/upu latu, adapun gelar-gelar raja yang lainnya yaitu Upu Latu
yang artinya Tuan Raja, Upu Ela yang artinya Tuan Besar, Upu Kamar yang
artinya Tuan Penerang dan Upu Nusa yang artinya Raja di Pulau. Nama/gelar
tersebut akan digunakan sesuai dengan tempat dan kondisi pada waktu-waktu
60
tertentu. Tugas dan tanggung jawab seorang raja yaitu sebagai kepala
pemerintahan negeri juga merangkap sebagai kepala hukum adat sekaligus
kepala hakim adat.
2. Kepala-kepala Soa
Di Negeri Tulehu ada dua jenis kepala Soa yaitu: kepala Soa Biasa dan
Kepala Soa Bulan. Kepala Soa Biasa merupakan perwakilan masyarakat adat
yang di sebut Rumatau (Rumatau adalah lembaga adat dalam sistem
pemerintahan negeri). Kepala Soa biasa masuk dalam sistem pemerintahan
sebagai anggota Badan Saniri yang tidak berkerja setiap harinya melainkan
hanya pada waktu tertentu saja. Sedangkan Kepala Soa Bulan adalah mereka
yang mendampingi raja pada saat bulan-bulan berjalan dalam setiap tahun yang
termasuk dalam anggota Badan Saniri Negeri. tugasnya mendampingi raja
dalam pemeriksaan hukum adat.
4. Penghulu Agama
Penghulu adalah adalah perangkat adat yang bertugas dibidang keagamaan.
Mereka terdiri dari :
a. Moding Lating sebagai Imam masjid dan modim yaitu dari Lestaluhu
dan Nahumarury.
b. Lebe Wakan sebagai raja dan asisten raja dan bisa mengantikan raja
yaitu Ohorella.
c. Lebe Louw sebagai penganti Imam yaitu dari Hunusalela dan
Tawainella
61
5. Marinyo
Marinyo adalah pembantu Raja (tugasnya seperti kurir) untuk
menyampaikan pesan/amanat Raja dengan tabaos. Marinyo adalah tentara
kampung, posisi yang ditunjuk bukan karena keturunan. Dia tidak punya kursi
dalam saniri. Di beberapa kampung setiap soa memiliki seorang marinyo
sendiri, sementara di Negeri Tulehu hanya ada satu marinyo yang
sebagaimana orang-orang menyebutnya berfungsi sebagai “mulut raja”. Atas
perintah atasannya, dia akan berjalan berkeliling kampung sambil mengulang-
ulang pesannya di tempat-tempat yang strategis sehingga setiap orang dapat
mendengarnya. Pesan-pesan ini (tabaos), yang dinyanyikan dengan cara
tertentu ketika perhatian semua orang sudah tertuju kepadanya setelah dia
memukul tifa, memberi tahu masyarakat tentang kegiatan-kegiatan yang akan
dilakukan, keputusan-keputusan pemerintah, atau berita penting lainnya. Di
luar pekerjaan sebagai marinyo, dia sering bertindak sebagai orang suruhan
untuk kepala kampung atau kepala soa (Bartels, 2017 :174).
Raja Negeri Tulehu biasanya mengadakan pertemuan dengan semua
masyarakat negeri yang disebut dengan pertemuan Saniri Ira (Negeri). Saniri
Ira merupakan rapat/pertemuan antara Raja dengan Masyarakat Adat yang
hanya laki-laki saja (tidak boleh dihadiri oleh perempuan) yang dilaksanakan
di Baileo dan di pimpin langsung oleh Upulatu/Raja. Dalam rapat ini setiap
orang boleh menyampaikan pendapatnya, setelah semua pendapat diterima
hasil rapat akan di bawa kepada lembaga/badan saniri baru di ambil
keputusan Negeri.
Dari gambar 2 diatas dapat pula dijelaskan tugas pokok dan fungsi tata kerja
dan Pemerintahan Negeri Tulehu, yaitu :
1. Kepala Pemerintah Negeri
Kepala Pemerintah Negeri mempunyai tugas pokok dan fungsi, yaitu:
a. Menyelenggarakan Pemerintahan Negeri, seperti tata praja
pemerintahan penetapan peraturan negeri.
b. Melaksanakan pembangunan-pembangunan, seperti membangun
sarana dan prasarana.
c. Pembinaan kemasyarakatan, seperti pelaksanaan hak dan kewajiban
masyarakat, partisipasi masyarakat, sosial budaya masyarakat dan
keagamaan.
d. Pemberdayaan masyarakat, seperti sosialisasi dan motivasi masyarakat
di bidang budaya, ekonomi dan lain sebagainya.
e. Menjaga hubungan kemitraan dengan lembaga masyarakat dan lembaga
lainnya.
3. Kaur Perencanaan
Membantu sekretaris negeri dalam urusan pelayanan administrasi pelaksanaan,
tugas-tugas perencanaan dan keuangan. Menyusun rencana APB Negeri,
diantaranya:
a. Monitoring dan evaluasi program Pemerintahan Negeri.
b. Menyusun laporan kegiatan Negeri.
64
4. Kasi Pemerintahan
a. Melaksanakan tugas sebagai pelaksana teknis kegiatan pemerintahan.
b. Melaksanakan manajemen pada praja Pemerintahan Negeri.
c. Menyusun rancangan regulasi negeri.
d. Melaksanakan masalah pembinaan dan pertahanan.
e. Melaksanakan tugas kedinasan sesuai diperintahkan.
5. Kasi Pembangunan
Melaksanakan tugas sebagai pelaksana teknis bidang pembangunan negeri.
Dengan fungsinya sebagai berikut:
a. Melaksanakan pembangunan dan pemeliharaan aset negeri.
b. Melaksanakan pelayanan sosial negeri.
c. Membantu pelaksanaan pembangunan.
d. Menjaga dan memelihara sarana dan prasarana fisik di lingkungan negeri.
e. Melaksanakan tugas kedinasan sesuai dengan apa yang diperin-
tahkan.
7. Kepala Dusun
Membantu kepala pemerintahan negeri atau raja melaksanakan tugas di wilayah
dusun yang meliputi penyelenggaraan pemerintahan negeri, pelaksanaan
pembangunan negeri, dan pemberdayaan masyarakat negeri. Pembinaan
ketentramaan dan keterlibatan pelaksanaan upaya perlindungan masyarakat
mobilisasi kependudukan dan penataan dan pengelolaan wilayah dan
mengawasi pelaksanaan pembangunan di wilayahnya (Dusun) masing-masing.
Saniri Negeri dan anggota Saniri Negeri mempunyai hak yaitu sebagai
berikut:
a. Meminta keterangan kepada pemerintah Negeri/Negeri Administratif.
b. Mengajukan rancangan peraturan Negeri/Negeri Administratif.
c. Mengajukan pertanyaan.
d. Menyampaikan usul dan pendapat.
e. Memilih dan dipilih.
f. Memperoleh tunjangan.
Aset milik Desa yang diperoleh dari di luar APB Desa antara lain :
a. Aset yang diperoleh dari hibah/subangan atau yang sejenisnya.
b. Aset yang diperoleh sebagai pelaksanaan dari perjanjian/kontrak.
c. Aset yang diperoleh berdasarkan ketentuan regulasi.
d. Aset yang diperoleh berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh
kekuatan hokum tetap.
Dalam rangka mendukung penerimaan Desa dari sumber pendapatan asli Desa,
maka pengelolaan aset milik Desa harus dilakukan dengan baik. Berkenaan
dengan itu maka perencanaan aset milik Desa harus dilakukan pula dengan baik.
Yabbar dan Hamzah (2015:528-529) mengatakan dalam pekrencanaan kebutuhan
aset Desa perlu mempertimbangkan dengan seksama antara lain, untuk
menggantikan aset yang rusak, dihapus, dijual, hilang, mati atau sebab lain yang
dapat dipertanggung jawabkan. Perencanaan kebutuhan aset harus mampu
menjawab tantangan atau pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut :
Berangkat dari uraian di atas, maka pemerintah Negeri Tulehu, hendaknya dapat
merencanakan aset milik Negeri sesuai kebutuhan ril Negeri yang didasarkan pada
kemampuan Negeri untuk menjawab kebutuhan masyarakat. Dengan perencanaan
aset milik Negeri yang ditetapkan maka Negeri berusaha untuk memperoleh
termasuk memperbaiki agar dapat dimanfaatkan sehingga pada akhirnya akan
memberikan manfaat bagi Negeri Tulehu sebagai sumber pendapatan asli Negeri.
Hasil wawancara dengan informan yaitu Pejabat Kepala Desa atau Pejabat
Raja Negeri Tulehu dan Sekretaris Negeri, terkait pertanyaan mengenai
perencanaan kebutuhan aset milik Negeri, yaitu:
“Dalam rangka pengelolaan aset milik Negeri, di Negeri Tulehu untuk pengadaan
asset baru belum direncanakan, kecuali untuk kepentingan mengadakan perbaikan
atau pemeliharaan atas asset milik Negeri yang telah ada selama ini seperti pasar
Negeri dan Lapangan Sepak Bola. Memang sudah ada identifikasi berbagai
kebutuhan aset milik Desa yang baru namun belum direncanakan pengadaannya”.
(Hasil Wawancara, tanggal . 12 September 2022)
“selama ini, perencanaan kebutuhan aset milik Negeri sudah selalu ada pada
hamper setiap tahun anggaran. Memang perencanaan kebutuhan aset Negeri di
Negeri Tulehu ini lebih diarahkan pada hal terkait dengan perbaikan terhadap aset
milik Negeri yang telah ada, sedangkan pengadaan asset baru belum direncanakan
lagi”. (Hasil Wawancara, tanggal 12 September 2022)
“perencanaan kebutuhan aset milik Negeri belum ada selama beberapa tahun
terakhir ini terutama untuk pengada. ada rapatn asset baru yang dapat dijadikan
sebagai sumber pendapatan asli Negeri Tulehu. Namun demikian untuk kebutuhan
69
pemeliharaan termasuk renovasi aset milik Negeri yang telah ada hamper setiap
tahun anggaran direncanakan”. (Hasil Wawancara, tanggal .13 September 2022)
Hasil wawancara dengan informan yaitu Pejabat Kepala Desa atau Pejabat
Raja Negeri Tulehu dan Sekretaris Negeri, terkait pertanyaan mengenai
pengadaan aset milik Negeri, yaitu :
70
“Selama ini, pengadaan aset milik Negeri berupa perbaikan memang pernah
dilakukan pada tahun anggaran sebelumnya. Pekerjaan perbaikan dilakukan dan
diawasi sendiri oleh Pemerintah Negeri Tulehu. Biaya yang digunakan memang
tidak banyak dan hasil yang dicapai baik serta dilakukan secara transparan”. (Hasil
Wawancara, tanggal 12 September 2022)
“Perbaikan terhadap aset milik Negeri yang telah ada.pernah dilakukan oleh
Pemerintah Negeri Tulehu. Mengenai besarnya biaya yang dibutuhkan untuk
perbaikan tidak diketahu karena tidak ada informasi tentang itu kepada masyarakat.
Namun demikian perbaikan yag dilakukan sangat bermanfaat”. (Hasil Wawancara,
tanggal .13 September 2022)
Terungkap pula bahwa perbaikan terhadap aset milik Negeri yang telah ada
tersebut dapat dikatakan berhasil dilaksanakan dengan mendapatkan manfaat yang
berarti. Walaupun demikian kejelasan besar anggaran tidak diketahui masyarakat
karena tidak ada informasi kepada masyarakat.
71
Selanjutnya dijelaskan pula oleh Yabbar dan Hamzah bahwa, sewa adalah
pemanfaatan kekayaan Desa oleh pihak lain dalam jangka waktu tertentu untuk
menerima imbalan uang tunai. Pemanfaatan kekayaan Desa berupa sewa
dilakukan atas dasar: menguntungkan Desa; jangka waktu paling lama 3 (tiga)
tahun dan dapat diperpanjang; serta penetapan tarif sewa ditetapkan dengan
Keputusan Kepala Desa setelah mendapat persetujuan Badan Pemusyawaratan
Desa.
Tentang bagaimana pemanfaatan aset milik Desa yang dilaksanakan oleh
Pemerintah Negeri di Negeri Tulehu Kecamatan Salahutu Kabupaten Maluku
Tengah, dapat dikuti melalui uraian berikut ini:
Hasil wawancara dengan informan yaitu Pejabat Kepala Desa atau Pejabat
Raja Negeri Tulehu dan Sekretaris Negeri, terkait pertanyaan mengenai
pemanfaatan aset milik Negeri, yaitu:
“Aset milik Negeri di Negeri Tulehu, misalnya pasar dalam penempatan lapak-
lapak serta kios-kios selama ini dilakukan dengan cara sewa dalam jangka waktu 3
(tiga) tahun dan terus diperpanjang lagi dalam jangka waktu yang sama. Besaran
sewa yang dikenakan bagi penyewa yang adalah anak Negeri/penduduk Negeri
Tulehu ditetapkan bersama antara Raja Negeri dengan Sairi Negeri. Sewa aset
milik Negeri untuk pasar Negeri tersebut menguntungkan Negeri tetapi juga tidak
memberatkan penyewa. Mengenai aset Negeri yang lain yaitu lapangan,
peyewaannya sesuai kebutuhan pengguna. Tarif penyewaan disepakati bersama
antara Raja dengan Saniri Negeri Tulehu. Pengutan pendapatan melalui retribsi
pasar dilakukan setiap saat oleh petugas yang sudah ditentukan oleh Pemerintah
Negeri”. (Hasil wawancara tanggal 14 September 2022)
72
“Selama ini, pemanfaan aset milik Negeri yaitu untuk pasar Negeri, dilakukan
dengan sewa dan ditetapkan jangka waktu sewanya selama 3 (tiga) tahun dan
terus diperpanjang dengan jangka waktu sewa yang sama. Besaran sewa
ditetapkan oleh Pemerintah Negeri dengan Badan Saniri Negeri Tulehu. Belum ada
Keputusan Kepala Pemerintahan Negeri atau Raja yang dibuat tentang sewa
tempat berjualan di Pasar Negeri tetapi sudah disetujui bersama Saniri Negeri dan
itu menjadi dasar pelaksanaan sewa di pasar Negeri. sedangkan mengenai
retribusi pasar selalu dipungut setiap harinya oleh petugas yang ditunjuk oleh
Pemerintah Negeri Tulehu”. (Hasil Wawancara, tanggal 15 September 2022)
“pemanfaatan aset milik Negeri yang diterapkan selama ini untuk pasar Negeri
dilakukan dengan cara sewa tempat oleh pedagang dari Pemerintah Negeri Tulehu.
Yang kami tahu bahwa jangka waktunya hanya 3 (tiga) tahun dan terus
diperpanjang oleh pedagang. Besarnya biaya sewa kami tidak tahu tetapi memang
sudah diputuskan oleh Raja dan disetujui Saniri Negeri Tulehu. Sedangkan
pungutan retribusi pasar setiap hari dilaksanakan oleh petugas dari Pemerintah
Negeri”. (Hasil Wawancara, tanggal .16 September 2022)
Terungkap pula bahwa pemanfaatan aset milik Negeri yang telah diputuskan
bersama antara Raja dan Saniri Negeri Tulehu belum ditetapkan dalam bentuk
Keputusan Raja Negeri Tulehu sebagai dasar pelaksanaannya. Besaran biaya
sewa tempat bagi pedagang tidak diketahui oleh masyarakat. demikian pula
73
pungutan retribusi pasar selalu dilakukan oleh petugas yang ditunjuk oleh
Pemerintah Negeri Tulehu.
“Aset milik Negeri di Negeri Tulehu, misalnya untuk pasar Negeri belum
dilakukan pemagaran mengelilingi areal pasar tetapi ada pengamanan dari
74
“Pengamanan aset milik Negeri Tulehu berupa pembuat pagar atau tembok
memang belum dilakukan tetapi pembuatan papan nama pada aset milik Negeri
seperti pasar dan lapangan sudah dibuat dan diberdirikan. Mengenai akte
kepemilikan atas lahan dan bangunan pasar sudah dimiliki sedangkan asuransi
atas bangunan pasar masih dalam proses pengajuan untuk disetujui dan
dilaksanakan. Semua dokumen menyangkut pengamanan aset milik Negeri sudah
diamankan atau disimpan di kantor Negeri Tulehu”. (Hasil Wawancara, tanggal 15
September 2022)
“Pengamanan aset milik Negeri terkait dengan akte kepemilikan atas tanah dan
bangunan pasar Negeri sepengetahuan kami telah dimiliki. Ada pemasangan
papan nama pada aset milik Negeri seperti pasar Negeri. Mengenai asuransi belum
kami ketahui, tetapi semua dokumen terkait dengan pengamanan aset milik Negeri
sudah disimpan dengan baik di Kantor Desa”. (Hasil Wawancara, tanggal .16
September 2022)
Terungkap pula bahwa pengamanan aset milik Negeri yang telah dilakukan
Pemerintah Negeri Tulehu selama ini berupa pembuatan papan nama aset milik
Negeri, sudah ada akte kepemilikan atas tanah dan bangunan pasar Negeri,
75
walaupun belum mengikuti program asuransi untuk aset milik Negeri. Semua
dokumen aset milik Negeri Tulehu sudah disimpan degan baik di Kantor Negeri
Tulehu.
“Aset milik Negeri di Negeri Tulehu, misalnya untuk pasar Negeri selalu
dilaksanakan dengan cara melakukan pengecatan terhadap bangun tempat
berjualan sehigga terlidung dari pengaruh cahaya matahari termasuk air hujan.
Sedangkan untuk aset milik Negeri yaitu lapangan sepak bola perawatan dengan
memangkas rumput setiap saat dilakukan serta pengecatan bangunan ada
lapangan selalu diadakan setiap tahunnya“. (Hasil wawancara tanggal 16
September 2022)
76
“Aset milik Negeri Tulehu berupa sudah sering bahkan hampir setiap tahun
dilakukan berupa pengecatan bangunan pasar Negeri. Ini dilakukan agar selain
bangun pasar terlindungi dari cahaya marahari, juga terlihat indah bila dipandang
mata. Tindakan pemeliharaan juga dilakukan terhadap aset Negeri Tulehu yang lain
yaitu lapangan sepak bola Negeri Tulehu berupa pemotongan rumput dan
pengecatan tribun’’. (Hasil Wawancara, tanggal 17 September 2022)
“Terhadap aset milik Negeri Tulehu yang ada menurut yang kami ketahui
memang hamper selalu dilakukan usaha dalam rangka pemeliharaan asset milik
Negeri. Misalnya dilakukan pengecat bangun tempat para pedagang meakukan
kegiatan berdagangnya. Begitu pula pengecatan tempat duduk penonton dan
pemotongan rumput lapangan sepak bola Negeri Tulehu”. (Hasil Wawancara,
tanggal .18 September 2022)
adalah kegiatan pendaftaran dan pencatatan aset milik Desa ke dalam daftar asset
yang ada pada pengelola aset. Maksud pembukuan adalah agar semua asset milik
Desa yang berada dalam penguasaan pengelola asset tercatat dengan baik.
Inventarisasi adalah kegiatan untuk melakukan pendaftaran, pencatatan dan
pelaporan hasil pendataan aset milik Desa. Maksud inventarisasi adalah untuk
mengetahui jumlah dan nilai serta kondisi aset milik Desa yang sebenarnya yang
berada dalam pengelolaan pengelola aset.
“Semua aset milik Negeri di Negeri Tulehu, sudah didata dan dicatat dalam
buku inventaris aset milik Negeri dengan baik. Semua aset milik Negeri tersebut
secara detail dicatat identitas, jumlah dan keadaan aset milik Negeri tersebut
secara rinci. Pelaporan mengenai aset milik Negeri sewaktu-waktu dibuat untuk
kepentingan pertanggung jawaban dan untuk kepentingan pengawasan serta
kebutuhan lain seperti rencana pemeliharaan“. (Hasil wawancara tanggal 19
September 2022)
“Penatausahaan terhadap aset milik Negeri Tulehu baik itu bagi pasar Negeri
maupun lapangan sepak bola Negeri sudah dilakukan dengan cukup baik. Namun
demikian belum dilakuan dengan rinci mengenai identitas dan keadaan fisiknya.
Mengenai pelaporan mengenai aset milik Negeri sebagai bagian dari kegiatan
78
“Mengenai penatausahaan aset milik Negeri Tulehu yang ada, terus terang
tidak kami ketahui seperti apa dilaksanakan oleh Pemerintah Negeri Tulehu ini.
Kami juga tidak mengetahui apa ada atau tidak pembuatan pelaporan terkait aset
milik Negeri. Hal ini karena tidak pernah disampaikan baik dalam rapat maupun
dalam penyampaian kepada masyarakat Negeri”. (Hasil Wawancara, tanggal .18
September 2022)
Terungkap pula bahwa penatausahaan aset milik Negeri yang dibuat tidak
secara lengkap menginformasikan tentang kondisi fisik aset milik Negeri oleh
Pemerintah Negeri Tulehu. Tidak ada pelaporan yang dibuat mengenai aset milik
Negeri sebagai pertanggungjawaban bagi masyarakat dan sekaligus sebagai
informasi untuk pembuatan rencana terkait pengelolaan aset milik Negeri.
Penilaian terhadap aset milik Desa dilakukan untuk mengetahui nilai ekonomis
aset milik Desa yang ada, serta mengetahui apakah aset milik Desa yang ada
dapat memberi manfaat bagi pendapatan asli Desa serta memiliki nilai
keberlanjutan yang harus terus dipertahankan pengelolaannya.
“Harus kami akui dengan jujur bahwa selama ini, belum dilakukan penilaian
terhadap semua aset milik Negeri di Negeri Tulehu ini. Negeri Tulehu belum
memiliki sumber daya manusia yang dapat melakukan kegiatan ini. Termasuk
belum ada biaya untuk membiaya suatu tim penilai dari luar Negeri Tulehu yang
berkompeten untuk melakukan penilaian aset milik Negeri“. (Hasil wawancara
tanggal 19 September 2022)
Terungkap pula bahwa Pemerintah Negeri Tulehu tidak memiliki sumber daya
manusia yang dapat melakukan penilaian asset milik Neger, termasuk belum
memiliki biaya untuk membiayai tim penilaian yang berasal dari luar atai pihak
eksternal Negeri Tulehu.
4.3. Pembahasan
tetapi hanya untuk kebutuhan pemeliharaan dan perbaikan terhadap aset milik Negeri
Tulehu yang telah ada.
Kondisi perencanaan kebutuhan aset milik Negeri oleh Pemerintah Negeri
Tulehu seperti itu, hanya memungkinkan aset milik Negeri yang ada dapat
terpelihara dan terjaga untuk memberikan manfaat bagi Negeri Tulehu di satu sisi
dan masyarakat pengguna di sisi lainnya. Namun untuk menambah aset Negeri
yang baru tidak dapat terpenuhi. Artinya dari tahun ke tahun asset milik Negeri
hanya sebatas yang ada saja dan tidak bertambah. Dengan demikian pengelolaan
aset milik Negeri tidak dapat ditingkatkan untuk memberikan kontribusi lebih dalam
rangka peningkatan pendapatan asli Negeri Tulehu Kecamatan Salahutu
kabupaten Maluku Tengah.
besarnya biaya diteapkan bersama antara Pemerintah Negeri dan Saniri Negeri. Untuk pungutan
retribusi pasar dilakukan setiap harinya oleh petugas yang ditunjuk. Sedangkan penetapan
besarnya biaya sewa dan jangka waktu sewa belum ditetapkan dalam suatu Keputusan Kepala
Pemerintahan Negeri atau Raja.
Kondisi pemanfaatan aset milik Negeri oleh Pemerintah Negeri Tulehu
dengan cara sewa dengan besarnya serta jangka waktu sewa tertentu, satu sisi
tentu menguntungkan Negeri karena ada masukan dari biaya sewa bagi Negeri
yang tentunya dapat menambah pendapatan Negeri, disisi lain memberikan
manfaat bagi para pedagang yang tidak lain adalah warga masyarakat Negeri
Tulehu sendiri dalam melakukan kegiatan usaha ekonomi yang tentu berakibat
pada pendapatan mereka yang lebih baik. Namun demikian, bila belum ada
Keputusan Raja (Kepala Pemerintahan Desa) tentang besarnya biaya sewa dan
lamanya jangka waktu sewa sesuai kesepakatan bersama Saniri Negeri seperti itu,
dapat memberi kemungkinan terjadinya penyimpangan dalam pelaksanaannya.
Artinya dapat saja terjadi pengunaan biaya sewa yang bervariasi untuk bangunan
tempat berdagang bagi para pedagang berikut jangka waktunya karena tidak ada
pedoman kerja yang formal. Dan akhirnya memberi peluang terjadinya
penyimpangan yang lebih besar seperti tindakan korupsi oleh pihak aparatur
pelaksana pengelola aset milik Negeri tersebut.
Kondisi penilaian aset milik Negeri oleh Pemerintah Negeri Tulehu seperti ini
dapat berakibat pada kurang optimalnya pengelolaan aset dan pemanfaatan aset
sebagai salah satu sumber pendapatan asli Negeri Tulehu. Demikian pula sukar
diketahui dengan baik mengenai efektivitas dan efeisiensi pengelolaan aset milik
Negeri yang telah ada.
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Bertolak dari analisa dan pembahasan data hasil penelitian yang telah diuraikan
pada bab sebelumnya, maka dapat disampaikan secara khusus kesimpulan
sebagai berikut :
5.2. Saran
Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian di atas, maka dapat disarankan hal-
hal sebagai berikut :
85
DAFTAR PUSTAKA
Keban, Yeremias. T. 2008, Enam Dimensi Strategis Administrasi Publik, Konsep, Teori dan
Isu, Gava Media, Yogyakarta
Napitupulu, Paimin dan Sianipar, Madiri Thamrin, 2008, Buku Pembelajaran Ekologi
Administrasi Negara, Alumni, Bandung.
Salusu, J, 2005. Pengambilan Keputusan Stratejik untuk Organisasi Publik dan Organisasi
Nonprofit. Gramedia Widiasarana Indonesia. Jakarta.
Totang, Syamsir, 2016, Organisasi dan Manajemen (Perilaku, Struktur, Budaya dan
Perubahan Organisasi), Alfabeta, Bandung
Yabbar Rahmah dan Hamzah Ardi, 2015, Tata Kelola Pemerintahan Desa, Penerbit
Pustaka, Surabaya
Peraturan Daerah Kota Ambon Nomor 03 Tahun 2008 Tentang Negeri Di Kota Ambon.
88
LAMPIRAN-LAMPIRAN
89