Anda di halaman 1dari 9

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Konsep partisipasi masyarakat

Partisipasi berasal dari bahasa inggris yaitu “participation” yang berarti

pengambilan bagian atau pengikutsertaan. Keith davis (1995) menjelaskan bahwa

partisipasi adalah suatu keterlibatan mental dan emosi seseorang kepada pencapaian

tujuan dan ikut bertanggung jawab di dalamnya. Berdasarkan defenisi tersebut

dijelaskan bahwa keterlibatan mental dan emosi merupakan hal yang paling penting

dalam partisipasi dan kemudian akan timbul rasa ikut bertanggung jawab dalam

pencapaian tujuan tersebut.

Verhangen dalam Mardikanto (2003) menyatakan bahwa partisipasi merupakan

suatu bentuk khusus dari interaksi dan komunikasi yang berkaitan dengan pembagian :

kewenangan, tanggung jawab, dan manfaat.

H.A.R.Tilaar, (2009: 287) mengungkapkan partisipasi adalah sebagai wujud dari

keinginan untuk mengembangkan demokrasi melalui proses desentralisasi dimana

diupayakan antara lain perlunya perencanaan dari bawah (bottom-up) dengan

mengikutsertakan masyarakat dalam proses perencanaan dan pembangunan

masyarakatnya. (dalam tulisan Rizuan ramadhan, 2013) dari penjelasan pengertian ini

dijelaskan Partisipasi merupakan keterlibatan peran masyarakat dalam mendukung suatu

pembanguanan, baik dalam perencanaan, pengawasan, pengambilan keputusan, serta

pelaksanaan pembangunan. Masyarakat mempunyai hak untuk mengapresiasi pendapat

mereka mengenai hal-hal yang menyangkut kepentingan masyarakat. Dalam partisipasi

ini masyarakat dituntut agar masyarakat menunjukkan kepedulian mereka dalam

memjaga lingkungan sekitar mereka yang menjadi sumber pemenuhan kebutuhan

masyaakat dan matapencaharian masyarakat setempat.

7
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan menjadi satu

pengertian yang menjelaskan keiikutsertaan dan keterlibatan yang menjadi subjek

pelaku yang beraktivitas adalah seseorang atau kelompok interaksi dan komunikasi

yang timbul dari keterlibatan mental dan emosi terhadap suatu kondisi untuk mencapai

suatu tujuan yang memerlukan kerjasama dan rasa tanggungjawab bersama.

Oleh sebab itu keikutsertaan maupun keterlibatan seseorang (individu) tersebut

berhubungan dengan masyarakat, maka dapat dikatakan sebagai partisipasi masyarakat.

Menurut Hetifah Sj.Soemanto (2005) partisipasi masyarakat merupakan proses ketika

warga sebagai individu maupun kelompok sosial dan organisasi mengambil peran serta

ikut mempengaruhi proses perencanaan, dan pemantauan kebijakan yang langsung

mempengaruhi kehidupan mereka.

Conyers (1991) menjelaskan pentingnya partisipasi masyarakat adalah

merupakan suatu alat guna memperoleh informasi mengenai kondisi, kebutuhan, dan

sikap masyarakat setempat, yang tanpa kehadirannya program serta proyek-proyek akan

gagal.

Partisipasi diharapkan dapat memberikan hasil yang berguna bagi masyarakat

yang ikut berpartisipasi yang memiliki tujuan yang ingin dicapai. Oleh sebab itu perlu

diperhatikan sifat dan cirri-ciri partisipasi yaitu:

1. Partisipasi harus bersifat sukarela.

2. Berbagai issue dan masalah haruslah disajikan dan dibiarakan secara jelas

dan objektif.

3. Kesempatan berpartisipasi haruslah mendapat keterangan/informasi yang

jelas dan memadai tentang setiap segi dari program yang dilaksanakan.

4. Partisipasi masyarakat dalam rangka menentukan kepercayaan diri sendiri

haruslah menyangkut berbagai tingkatan dan berbagai sector, bersifat

dewasa, penuh arti dan berkesinambungan (Sastropoetro, 1998).

8
Universitas Sumatera Utara
R.Asisasmita (2006) mempaparkan bahwa keterlibatan anggota masyarakat

dalam segala jenis aktivitas pelaksanaan perencanaan pembangunan dikerjakan dalam

masyarakat lokal. Dengan kata lain partisipasi atau peran masyarakat dalam

pembangunan merupakan aktualisasi, kesediaan dan kemampuan anggota masyarakat

untuk berkorban dan berkontribusi dalam program yang dilaksanakan. Bentuk

partisipasi yang nyata yaitu:

 Partisipasi uang adalah bentuk partisipasi untuk memperlancar usaha-usaha

bagi pencapaian kebutuhan masyarakat yang memerlukan bantuan.

 Partisipasi harta benda adalah partisipasi dalam bentuk menyumbang harta

benda, biasanya berupa alat-alat kerja atau perkakas.

 Partisipasi tenaga adalah partisipasi yang diberikan dalam bentuk tenaga

untuk usaha-usaha yang dapat menunjang keberhasilan suatu program.

 Partisipasi keterampilan, yaitu memberikan dorongan melalui keterampilan

yang dimilikinya kepada anggota masyarakat lain yang membutuhkan.

 Partisipasi buah pikiran lebih merupakan partisipasi berupa sumbangan ide,

pendapat atau buah pikiran konstruktif, baik untuk menyusun program

maupun untuk memperlancar pelaksanaan program dan juga untuk

mewujudkan dengan memberikan pengalaman dan pengetahuan guna

mengembangkan kegiatan yang diikutinya.

Ada tiga alasan utama yang membuat partisipasi masyarakat menjadi sangat

penting menurut Diana Conyers dalam Suparjan ( 2003: 53), yaitu:

1. Partisipasi masyarakat merupakan suatu alat guna memperoleh informasi

kondisi, kebutuhan, dan sikap kebutuhan masyarakat, yang tanpa kehadirannya

program pembangunan serta proyek-proyek akan gagal.

2. Masyarakat akan lebih memperayai proyek atau program pembangunan jika

merasa dilibatkan dalam proses persiapan dan perencanaannya, karena mereka

akan lebih mengetahui seluk beluk proyek tersebut.

9
Universitas Sumatera Utara
3. Partisipasi menjadi urgen karena timbul anggapan bahwa merupakan suatu hak

demokrasi jika masyarakat dilibatkan dalam pembangunan masyarakat.

Menurut Sundariningrum dalam Sugiyah (2001: 38) , Partisipasi dapat dibagi

menjadi dua berdasarkan cara keterlibatannya, yakni :

a. Partisipasi Langsung

Partisipasi yang terjadi apabila individu menampilkan kegiatan tertentu dalam

proses partisipasi. Partisipasi ini terjadi apabila setiap orang dapat mengajukan

pandangan, membahas pokok permasalahan, mengajukan keberatan terhadap

keinginan orang lain atau terhadap ucapannya.

b. Partisipasi tidak langsung

Partisipasi yang terjadi apabila individu mendelegasikan hak partisipasinya.

(dalam tulisan Rizuan ramadhan, 2013 http://rizuan-

ramadhan.blogspot.com/2013/12/pengertian-partisipasi.html)

Partisipasi masyarakat dapat dilihat berdasarkan indikator, menurut Marschall

(2006) indikator tersebut sebagai berikut:

1. Adanya forum untuk menampung partisipasi masyarakat,

2. Kemampuan masyarakat terlibat dalam proses,

3. Adanya akses bagi masyarakat untuk menyampaikan pendapat dalam proses

pengambilan keputusan. (http://perencanaankota.com /2011/11/indikator-alat-

ukur-prinsip-partisipasi.html)

Berbeda dengan Marschall (2006), menurut Oakley (1991:9) partisipasi

masyarakat dapat dilihat berdasarkan indikator, yaitu: 1. Adanya kontribusi,

2. Adanya pengorganisasian, 3. Peran masyarakat dan aksi masyarakat, 4. Motivasi

masyarakat dan tanggung jawab masyarakat. (http://tesisdisertasi.com/2011/04/defenisi-

konseptual-operasional-dimensi.html)

10
Universitas Sumatera Utara
2.2. Kondisi Daerah aliran Sungai di Indonesia

Keberadaan DAS secara yuridis formal terdapat dalam peraturan No. 33 Tahun

1970 tentang Perencanaan Hutan. Peraturan pemerintah ini DAS dibatasi sebagai suatu

daerah tertentu yang bentuk dan sifat alamnya sedemikian rupa sehingga merupakan

suatu kesatuan dengan anak sungainya yang melalui daerah tersebut dalam fungsi untuk

menampung air yang berasal dari curah hujan dan sumber air lainnya, penyimpanannya

dan pengalirannya disusun dan ditata berdasarkan hukum alam sekelilingnya demi

keseimbangan daerah tersebut.

Daerah aliran sungai memiliki batasan-batasan berdasarkan fungsinya, yaitu

pertama DAS bagian hulu didasarkan pada fungsi konservasi yang dikelola untuk

mempertahankan kondisi lingkungan DAS agar tidak terdegradasi, yang dapat

diindikasi dari kondisi tutupan vegetasi lahan DAS, kualitas air, kemampuan

menyimpan air dan curah hujan. Kedua DAS bagian tengah didasarkan pada fungsi

pemanfaatan air sungai yang dikelola untuk dapat memberikan manfaat bagi

kepentingan sosial dan ekonomi, yang dapat diindikasikan terkait dengan kuantitas air,

kualitas air, kemampuan menyalurkan air, dan ketinggian muka air tanah, serta terkait

pada prasarana pengairan seperti pengelolahan sungai, waduk, dan danau. Ketiga DAS

bagian hilir didasarkan fungsi pemanfaatan air sungai yang dikelola untuk dapat

memberikan manfaat bagi kepentingan sosial dan ekonomi ini tidak jauh berbeda

dengan fungsi yang kedua, tetapi bagian ini fungsinya terkait untuk kebutuhan

pertanian, air bersih, serta pengelolahan limbah.

DAS memiliki peran penting dalam pembangunan yang bermanfaat bagi

kehidupan masyarakat. Dalam pembangunan DAS dimanfaatkan untuk pembangunan

PLTA, perikanan, perkebunan, serta untuk areal pertanian. Semua yang dilakukan

bertujuan memenuhi kebutuhan masyarakat sehingga terjadi peningkatan kesejahteraan

bagi masyarakat.

11
Universitas Sumatera Utara
Pertumbuhan pembangunan dibidang pemukiman, pertanian, perkebunan, serta

eksploitasi sumber daya alam berupa hutan menyebabkan penurunan kondisi hidrologis

daerah aliran sungai tersebut. Oleh sebab itu diperlukan pertimbangan dalam pelestarian

DAS yang memiliki fungsi pembangunan yang berkelanjutan.

2.3. Modal sosial

Menurut Franke (2005) modal sosial digunakan pada beragam kajian seperti:

keluarga dan pemuda, sekolah dan pendidikan, kehidupan dalam komunitas, pekerjaan

dan organisasi, demokrasi dan tata pemerintahan, permasalahan-permasalahan yang

terkait dengan tindakan kolektif, kesehatan fisik dan mental, serta proteksi publik.

Hasbullah (2006) menjelaskan bahwa modal sosial merupakan segala sesuatu

yang berkaitan dengan kerja sama dalam masyarakat atau bangsa untuk mencapai

kapasitas hidup yang lebih baik, ditopang oleh nilai-nilai dan norma yang menjadi

unsure-unsur utamanya seperti trust (rasa saling percaya), aturan kolektif dalam suatu

masyarakat atau bangsa dan sejenisnya.

Selanjutnya Putnam dan Fukuyama menjelaskan defenisi modal sosial yang

sama pentingnya. Walaupun defenisinya berbeda tetapi memiliki keterkaitan yang erat

yang menyangkut kepercayaan (trust). Putnam (2000) menjelaskan modal sosial sebagai

penampilan organisasi sosial seperti jatingan-jaringan dan kepercayaan yang

menfasilitasi adanya kordinasi dan kerjasama bagi keuntungan bersama. Menurut

Fukuyama (1995), modal sosial adalah kemampuan yang timbul dari adanya

kepercayaan dari sebuah komunitas.

Dari beberapa defenisi diatas dapat ditarik kesimpulanya bahwa modal sosial

merupakan sumber yang timbul karena adanya interaksi yang terjadi antara orang-orang

dalam satu komunitas. Interaksi ini melahirkan modal sosial yang kemudian menjalin

hubungan yang diikat oleh suatu kepercayaan (trust), saling pengertian yang akhirnnya

menimbulkan ikatan emosional sehingga terjadinya kerja sama dalam masyarakat. Kerja

sama dipengaruhi oleh keinginan untuk mencapai suatu tujuan bersama dengan berbagi

cara.

12
Universitas Sumatera Utara
Modal sosial tidak berbeda dengan modal finansial yaitu merupakan sumber

yang digunakan dalam suatu kegiatan maupun suatu proses dalam mencapai suatu

tujuan. Dalam pengukurannya modal sosial berbeda dengan modal finansial, karena

modal sosial bersifat kumulatif dan bertambah dengan sendirinya. Pada dasarnya modal

sosial tidak akan habis jika dimanfaatkan, sebaliknya apabila modal sosial tidak

dimanfaat atau dipergunakan modal sosial akan habis.

Beberapa indikator kunci yang dapat dijadikan ukuran terhadap modal sosial

antara lain (Suharto,2006):

a. Perasaan indentitas

b. Perasaan memiliki atau sebaliknya perasaan aliensi

c. Sistem kepercayaan dan ideology

d. Nilai-nilai dan tujuan

e. Ketakutan-ketakutan

f. Sikap terhadap anggota lain dalam masyarakat

g. Pesepsi mengenai akses terhadap pelayanan, sumber dan fasilitas (misalnya

pekerjaan, pendapatan, pendidikan, kesehatan, perumahan, transportasi dan

jaminan sosial)

h. Opini terhadap kinerja pemerintah yang dilakukan terlebih dahulu

i. Keyakinan pada lembaga-lembaga masyarakat dan orang-orang pada

umumnya

j. Tingkat kepercayaan

k. Harapan-harapan yang ingin dicapai dimasa depan

Dapat dikatakan bahwa modal sosial dilahirkan dari bawah (bottom up), tidak

hirarkis dan berdasar ada interaksi yang saling menguntungkan. Oleh karena itu modal

sosial dapat ditingkatkan atau dihancurkan oleh negara melalui kebijakan publik.

(Rahmatullah,”Visi Pembangunan Nasional dan lunturnya”

http//www.rahmatullah.net/2010/04/visi-pembangunan-nasional-dan-lunturnya.html

(diakses pada kamis, 8 januari 2015, pukul 09.00 wib)

13
Universitas Sumatera Utara
2.4. Teori Interaksionisme simbolik (Herbert Blumer)

Pokok-pokok pndekatan interasksi simbolik

“……. Masyarakat terdiri dari individu-individu

yang memiliki kedirian mereka sendiri (yakni indikasi untuk diri mereka sendiri),

tindakan individu itu merupakan suatu konstruksi dan bukan sesuatu yang lepas begitu

saja, yakni kebenarannya dibangun oleh individu melalui catatan dan penafsiran situasi

dimana dia bertindak, sehingga kelompok atau tindakan kolektif itu terdiri dari beberapa

susunan tindakan individu yang disebabkan oleh penafsiran individu/ pertimbangan

individu terhadap setiap tindakan yang lainnya”. (Irving Zetlinn, 1995:332)

Menurut Blumer (dalam Poloma, 2004:258) interaksionisme simbolis bertumpu

pada tiga premis:

1. Manusia bertindak terhadap sesuatu berdasarkan makna-makna yang ada

pada sesuatu itu bagi mereka .

2. Makna tersebut berasal dari interaksi sosial seseorang dengan orang lain.

3. Makna-makna tersebut disempurnakan disaat proses interaksi sosial

berlangsung.

Makna-makna tersebut bearasal dari interaksi seseorang dengan orang lain

terutama orang yang dianggap cukup berarti seperti yang dinyatakan Blumer (dalam

Poloma,2004:259), bagi seseorang, makna dari sesuatu berasal dari cara-cara orang lain

bertindak terhadapnya dalam kaitan dengan sesuatu itu. Tindakan-tindakan yang mereka

lakukan akan melahirkan batasan sesuatu bagi orang lain.

Blumer menjelaskan (dalam Poloma, 2004:260)

tindakan manusia bukan disebabkan oleh beberapa kekuatan luar (seperti yang

dimaksudkan oleh kaum fungsional structural) tidak pula disebabkan oleh kekuatan

dalam (seperti dinyatakan oleh kaum reduksionis-psikologis). Menyanggah individu

bukan dikelilingi lingkungan objek-objek potensial yang mempermainkannya dan

14
Universitas Sumatera Utara
membentuk perilakunya. Gambaran yang benar ialah dia membentuk objek-objek itu

misalnya berpakaian atau mempersiapkan diri untuk karir professional individu

sebenarnya sedang meranccang objek-objek yang berbeda, member arti, menilai

kesesuaiannya dengan tindakan dan mengambil keputusan berdasarkan penilaian

tersebut. Inilah yang dimaksud dengan penafsiran dan bertindak berdasarkan symbol-

simbol.

15
Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai