Anda di halaman 1dari 11

CRITICAL REVIEW JURNAL

REFORMASI BIROKRASI DALAM PELAYANAN PUBLIK


(Studi Pelayanan Terpadu Satu Pintu)
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Kelompok Pada Mata Kuliah
Teori dan Terapan Organisasi dan Manajemen Pemerintahan.

Dosen:
Dr. Rossy Lambelanova, AP, S.IP, M.Si

Oleh : Kelompok 1

Andrew Adhitya MTSP. 32. 2941


Meisi Kalesaran MTSP.32. 2983
Lu’luatu Zakiyah MTSP. 32.2975
Ridwan T.S Sadum MTSP.32. 2994
Wawan Saputra B MTSP.32. 3005

JURUSAN STUDI TERAPAN ILMU PEMERINTAHAN


PROGRAM PASCA SARJANA
INSTITUT PEMERINTAHAN DALAM NEGERI
JATINANGOR
2019
Identitas Jurnal

Judul : Reformasi Birokrasi Dalam Pelayanan Publik (Studi Pelayanan


Terpadu Satu Pintu)
Penulis : Yusriadi dan Misnawati
Tahun Terbit : 2017
Volume :7
Nomor :2

Tujuan Penelitian
Dalam penelitian ini, Penulis mempunyai tujuan ingin menggambarkan sejauh
mana keadaan Birokrasi yang terjadi pada Badan Pelayanan Perizinan Terpadu
(BP2T) Pemerintah Kabupaten Bone.

Jenis penelitian
Studi kasus instrumental.

Lokasi penelitian
Dilaksanakan pada Badan Pelayanan Perizinan Terpadu (BP2T) di Kabupaten Bone.

Teknik Pengumpulan Data


Wawancara mendalam, studi dokumen dan observasi. Data dianalisis melalui tahapan
reduksi data, penyajian data, pengambilan kesimpulan dan verifikasi.

Metode Penelitian Yang Digunakan


Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yang berlandasakan
phenomenologi. Dengan pendekatan ini akan dilakukan pengamatan yang bersifat
holistik dan juga bersifat naturalistik. Sedangkan analisisnya menggunakan
pendekatan analisis model interaktif (Miles, Huberman, & Saldana, 2014). Data
utama penelitian ini bersumber dari interview dengan pegawai yang terlibat langsung
dalam penyelenggaraan pelayanan publik, dan juga dengan pimpinan Badan
Pelayanan Perizinan Terpadu (BP2T) Pemerintah Kabupaten Bone, serta dengan
masyarakat pengguna pelayanan publik yang disediakan oleh BPPT Kabupaten Bone.
Untuk keperluan triangulasi data utama juga diambil dengan cara observasi.
Sedangkan untuk beberapa data tambahan yang tidak tersedia dalam bentuk
dokumentasi dilakukan pengambilannya dengan record. Untuk menjamin derajat
kepercayaan hasil penelitian ini, dari sejak awal telah diupayakan menjaga keabsahan
data yang dikumpulkannya. Teknik yang ditempuh untuk menjaga keabsahan data
tersebut antara lain dilakukan dengan cara; (a) Melakukan ketekunan pengamatan, (b)
Melakukan triangulasi, (c) Menyelenggarakan pemeriksaan sejawat melui diskusi, (d)
Menyajikan uraian rinci dan (e) Menyelenggarakan auditing.

Pembahasan (Critical Review)

Penelitian ini menunjukkan bahwa pelaksanaan reformasi birokrasi dalam


pelayanan administrasi perizinan, dari aspek Kelembagaan bahwa pelayanan
perizinan Kabupaten Bone sudah berbentuk Pelayanan Terpadu Satu Pintu (One Stop
Service); aspek Sumber Daya Manusia bahwa kualifikasi pegawai yang ada tidak
sesuai dengan kebutuhan organisasi, kedisiplinan dan tanggungjawab pegawai relatif
masih rendah; aspek Sistem dan Prosedur bahwa umumnya perizinan diselesaikan
melebihi jangka waktu yang ditentukan, adanya diskriminasi dan inkonsistensi.
Melalui penelitian ini, dilakukan verifikasi terhadap beberapa konsep dan teori, yaitu
formalisme sebagai salah satu ciri masyarakat prismatik yang dikemukakan oleh Fred
W. Riggs dan terjustifikasi dalam fenomena tersebut sehingga penulis menyebutnya
dengan istilah “Bidah Regulasi”.
Fokus Penelitian Dalam jurnal Ini Ada tiga aspek, diantara lain :

1. KELEMBAGAAN
2. MANAJEMEN
3. SDM

Apabila dikaitkan dengan mata kuliah Teori dan Terapan Organisasi dan
Manajemen Pemerintahan, ketiga aspek ini sangat sesuai bila di bahas dan kritisi,
yaitu kelembagaan di kaitakan dengan Organisasi. Menurut Sadu Wasitiono,
Organisasi adalah wadah dan kerja sama untuk mencapai tujuan tertentu. Begitupun
dengan Sumber daya Manusia (SDM) dan Standar Operasional Prosedur (SOP)
secara teorinya sangat berkaitan erat dengan Manajemen. Seperti teori yang di
sampaikan oleh Mullins (1989:199) yaitu manajemen mencakup orang yang
melaksanakan tanggung jawab mencapai tujuan dalam suatu struktur organisasi dan
peran yang jelas.

Berdasarkan hal tersebut, Kelompok kami akan membahas dan membagi fokus
penelitian ini ke dalam tiga aspek utama, sehingga nantinya akan mudah untuk
dipahami. Berikut adalah pembahasan tentang ketiga aspek fokus penelitian diatas :

1. KELEMBAGAAN
Hubungan kewenangan dan pertanggungjawaban setiap fungsi, kewenangan
tertinggi dalam struktur BP2T berada pada kepala badan, selanjutnya
kewenangan pada level ke dua atau lansung pada level operasional adalah pada
kepala seksi ataupun kepala sub bagian tata usaha. Dengan demikian hubungan
pertanggungjawaban mengalir dari level bawah kepada kepala unit (seksi/sub
bag) sampai kepada kepala badan. Berdasarkan observasi peneliti di BP2T,
kewenangan di miliki oleh kepala unit sangat terbatas, tidak ada pendelegasian
kewenangan dari pimpinan puncak terkait penerbitan perizinan kepada kepala
seksi, bahkan apabila kepala badan berhalangan untuk waktu yang lama.
Hal ini menunjukkan bahwa mekanisme delegasi kewenangan terkait
pelayanan perizinan PTSP sangat formal, pendelegasian kewenangan ditujukan
untuk mempercepat proses dalam bentuk desentralisasi kewenangan justru yang
terjadi adalah sebaliknhya lebih sentralistik. Hal ini karena mengacu pada
pengelompokan pekerjaan dengan didasarkan pada aktifitas dan pelanggan maka
desain pekerjaan di PTSP menggunakan desain kurang terspesialisasi. Artinya
pegawai mengerjakan tugas besar dan bersifat rutin. Berdasarkan pengamatan
peneliti di BP2T maupun dinas teknis, terlihat setiap pegawai mengerjakan
pekerjaan dengan rentang sempit. Artinya pegawai mengerjakan tugas yang
sangat rumit dan rutin, hal ini dibuktikan dari jumlah pegawai yang terlibat pada
tiap seksi di BP2T.
Bila melihat fenomena ini kelompok kami mencoba mengaitkan dengan teori
organisasi dari Fayol, dalam salah satu dari 14 prinsip organisasi yang berkaitan
dengan kelembagaan. Fayol mengatakan bahwa harus adanya sentralisasi
kewenangan dalam mengambil keputusan yang tepat dan optimal dengan
memperhatikan situasi dari kelembagaan BP2T, Fayol juga mengatakan prinsip
organisasi yaitu garis wewenang dari manajemen puncak sampai tingkat yang
paling rendah merupakan rantai scalar. Komunikasi yang baik sebaiknya harus
megikuti rantai ini, akan tetapi jika dengan mengikuti rantai tersebut justru akan
membuat kelambatan pada komunikasi silang dapat di ijinkan jika di setujui oleh
semua pihak, sedangkan atasan harus di beri tahu.
Bila dikaitkan dengan keadaan yang terjadi BP2T dengan teori Fayol, maka
yang harus dilakukan yaitu pendelegasian kewenangan kepada Kepala Seksi/
Kepala Subbagian agar dapat menjalankan tugas pelayanan yang menjadi ranah
pelayanan dan perizinan serta harus secara rinci dilaporkan kepada atasan, namun
hal ini harus di atur dalam Regulasi yang tepat.
2. MANAJEMEN
Pengawasan merupakan salah satu fungsi manajemen yang penting, dalam
konsep manajemen pengawasan diartikan sebagai pengendalian dan supervisi.
Pengendalian diperlukan untuk memastikan organisasi bergerak ke arah tujuan
yang diharapkan. Proses pengawasan yang terjadi di BP2T Kabupaten Bone
umumnya pengawasan tindak berlanjut, mekanisme pengawasannya pun hanya
berbasis pengaduan atau keluhan masyarakat, sedangkan pengawasan
pendahuluan dan pengawasan bersamaan sudah tidak berjalan dengan baik.
Menurut Mondy dan Premeaux, manajemen organisasi dikatakan dalam
proses pengawasan harus ada 3(tiga) kegiatan pokok yaitu :
1. Mengukur hasil Aktual.
2. Membandingkan Prestasi Aktual dengan Standart.
3. Tindakan Manajerial.
Ketiga tindakan ini merupakan substansi pengawasan yang dilakukan oleh
setiap manager atau administrator.
Bila di hubungkan dengan keadaan dan teori yang ada, sebaiknya ada
perbandingan kualitas pelayanan dengan organisasi pelayanan lainya agar dapat
meningkatkan kualitas pelayanan dari BP2T. Karena untuk menilai hasil aktual
dari kinerja BP2T adalah dengan mengukur tingkat kepuasan dari masyarakat
yang menirima pelayanan khususnya dalam bidang perizinan.
3. SDM (Sumber Daya Manusia)
Berdasarkan hasil penelitian pada Badan Pelayanan Perizinan Terpadu
Kabupaten Bone, di peroleh informasi jumlah pegawai yang dimiliki masih
terbatas dibandingkan dengan volume kerja yang seharusnya ada di BP2T yang
memiliki wilayah kerja luas seperti Kabupaten Bone. Kendala yang dihadapi oleh
BP2T Kabupaten Bone adalah jumlah pegawai yang belum sesuai dengan
kebutuhan, sehingga untuk mengatasi hal tersebut maka digunakan tenaga
honorer atau pegawai yang berstatus non pegawai negeri sipil yang biasa disebut
dengan Pegawai Tidak Tetap (PTT). Interpretasi terhadap hasil observasi pejabat
tersebut menunjukkan, bahwa institusi ini tidak tepat dikatakan sebagai
kekurangan pegawai karena adanya tenaga honorer, tetapi yang lebih tepat adalah
kualifikasi pegawai yang ada tidak sesuai dengan yang dibutuhkan oleh
organisasi. Kondisi ini pasti akan berdampak pada kinerja organisasi secara
keseluruhan.
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa kedisiplinan dan tanggungjawab
pegawai BP2T relatif masih rendah, dimana petugas loket sering meninggalkan
tempat pada jam kantor, terutama apabila pengunjung sepi, pengamatan terhadap
perilaku pegawai saat berhubungan dengan masyarakat pengguna layanan
menunjukkan sikap kurang perhatian, seringkali mereka mengerjakan hal lain
saat berhadapan dengan pemohon, misalnya menerima hubungan telepon pribadi
atau berbicara dengan rekan kerja mengenai hal di luar tugas. Hal ini
menunjukkan sikap rendahnya perhatian pegawai terhadap pemohon atau warga
msyarakat yang di layani (kurangnya rasa empati).
BP2T Kabupaten Bone melalui diklat teknis masih rendah dengan rata-rata
pelaksanaan hanya sekali dalam setahun dengan kuantitas yang mengikuti rata-
rata satu kali setiap Diklat. Menurut Teori Fredrick W Taylor beranggapan
bahwa manusia secara fundamental adalah malas, dan harus senantiasa
dikendalikan secara ketat dan hati-hati agar dapat dihindarkan dari sifat
pemborosan. Apabila dikaitakan dengan teori diatas maka dapat disimpulkan
perlunya manajemen dan perhatian kepada pegawai secara ketat oleh manajer,
sehingga manajerpun dituntut secara keras mengarahan bawahannya untuk dapat
menjalankannya dengan tepat agar tercapainya tujuan organisasi.

Sistem Dan Prosedur


Berdasarkan pengamatan dari penulis, pada umumnya perizinan diselesaikan
melebihi jangka waktu yang ditentukan menurut SOP, karena dalam pelayanan
perizinan di BP2T terdapat adanya calo. Dari fakta yang terlihat hubungan antara calo
dan aparat BP2T sebagai mitra kerja sudah terjalin dengan baik. Hal ini kerap
menjadi sorotan dan terkadang dapat memicu kecemburuan sosial bagi warga
masyarakat yang mengurus sendiri tanpa perantara. Sehingga, terindikasi adanya
fenomena atau peluang terjadinya diskriminasi dalam pelayanan.
Salah satu faktor yang menyebabkan adalah adanya hubungan kedekatan atau
masih kentalnya sistem kekerabatan, sehingga bagi para pemohon yang datang sendiri
dan tidak mempunyai kenalan di BP2T dapat dipastikan akan menempuh prosedur
formal melalui berbagai tahapan yang berbelit. Temuan penelitian dari kebiasaan
aparat menerima insentif akan menyebabkan mereka melakukan tindakan yang
diskriminasi terhadap pengguna layanan.
Dugget yang di kutip Rewansyah (2012) menjelaskan bahwa reformasi
birokrasi adalah proses yang dilakukan secara kontinu atau berkelanjutan untuk
mendesain ulang birokrasi yang berada di lingkungan pemerintahan. Dari hasil
penelitian ini, terlihat jelas bahwa pelayanan administrasi perizinan dari beberapa
keluhan informan yang paling menonjol adalah cenderung waktu izin dikeluarkan
melebihi dari SOP.
Inkonsistensi ini akan mempersulit masyarakat sebagai pengguna layanan,
karena menjadi kekurangan yang dapat dimanfaatkan oleh pemberi layanan maupun
penerima layanan dengan menempuh cara yang bertentangan dari aturan sehingga
merugikan pihak lain yaitu pengguna layanan itu sendiri. Berdasarkan hal tersebut di
dalam pelayanan publik sendiri dapat dikatakan adanya suatu hambatan dalam
pelaksanaan reformasi birokrasi yang sangat bertentangan dengan prinsip
impersonalitas seperti yang dikembangkan oleh Weber. Prinsip tersebut memiliki
maksud untuk mendorong agar aparat birokrasi dapat bertindak adil dan bersikap non
partisan dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat.
Walaupun prinsip ini juga akan menimbulkan efek ganda (Im, 2014), yaitu
pada satu sisi dengan penerapan impersonalitas menjadikan hubungan antara aparat
birokrasi dan masyarakat sebagai pengguna layanan akan membuat birokrasi menjadi
lebih lugas dan bertindak objektif. Akan tetapi di sisi yang lain, ketika penerapan
prinsip tersebut menjadi berlebihan, aparat birokrasi dapat menjadi robot yang tidak
memiliki sense of human being.
Dalam penelitian ini, Penulis menyebutkan istilah Bidah Regulasi, dimana
dalam konteks penelitian ini bidah regulasi di maknai sebagai suatu slogan yang
mendeskripsikan bahwa dalam suatu organisasi terdapat beberapa aturan dan
prosedur yang sudah ditetapkan, tetapi tidak dilaksanakan sebagaimana mestinya dan
tidak ada sanksi tegas, sehingga dengan adanya toleransi terhadap pelanggaran yang
terjadi secara natural dan telah menjadi suatu tradisi yang digunakan oleh seseorang
atau yang ada dalam organisasi untuk mencapai tujuan tertentu.
Secara teoritis, fenomena tersebut sebenarnya lahir sebagai akibat formalisasi
dalam birokrasi yang berlebihan, sehingga pihak yang berkepentingan berusaha
menghindari formalisasi, meskipun dengan cara yang bertentangan dengan aturan
yang ada. Sebagai institusi yang memiliki fungsi pelayanan strategis dan vital, BP2T
sebagai instansi PTSP memiliki separangkat aturan dan standard pelayanan, akan
tetapi implementasi aturan dan standar pelayanan belum terlaksana secara optimal.

Kelebihan Jurnal

1. Jurnal ini mampu mengidentifikasi dan memberikan pemikiran permasalahan


tentang Perizinan yang ada di pemerintahan Kabupaten Bone.
2. Mampu membahas Reformasi Birokrasi sebagai solusi dari masalah yang
terjadi pada Kabupaten Bone.
3. Selain dilihat dari segi kinerja aparaturnya, jurnal ini membahas dari segi
perspektif masyarakatnya.
4. Jurnal ini sangat sesuai dengan program presiden Jokowi agar mempermudah
dan mempercepat perizinan.
5. Jurnal ini menggunakan metode phenomenologi, dimana peneliti melakukan
penelitian dengan terlibat dalam menangani sebuah fenomena yang diteliti
serta melakukan eksplorasi terhadap struktur kesadaran pengalaman hidup
manusia.
6. Memberikan pengetahuan dari segi wawasan dan praktek dalam mata kuliah
Teori dan Terapan Organisasi dan Manajemen Pemerintahan.

Kekurangan Jurnal

1. Tidak memberikan solusi yang spesifik, hanyak mengeidentifikasi masalah


saja.

Kesimpulan
Secara keseluruhan, dapat diambil beberapa simpulan dari jurnal diatas.
Pertama, tujuan penulis dalam jurnal diatas baik terhadap pembaca khususnya di
kalangan mahasiswa, praktisi maupun golongan umum sudah tercapai walaupun
penulis tidak mengemukakannya secara eksplisit pada bagian simpulan. Kedua,
penulis juga telah objektif dalam menilai pada pelayanan perizinan BP2T yang ada di
Kabupaten Bone. Hal ini dapat dilihat dari penyajian data-data yang baik dan
menyajikannya melalui sumber-sumber yang cukup jelas. Walaupun, penulis belum
mengemukakan apakah tujuan penulisan jurnalnya sudah tercapai atau belum, tetapi
jurnal ini akan sangat berguna bagi mahasiswa yang sedang menempuh kuliah pada
studi terapan Ilmu Pemerintahan dan khususnya pada mahasiswa yang sedang belajar
dalam mata kuliah Teori dan Terapan Organisasi dan Manajemen Pemerintahan,
sehingga nantinya dapat menambah wawasan serta memberikan suatu wacana baru
dalam lingkungan Pemerintahan.
Sumber Referensi

Buku Teks :
Rifa’i, Muhammad dan Muhammad Fadhli. 2013. Manajemen Organisasi. Bandung :
Citapustaka Media Perintis.

Jurnal :
Yusriadi dan Misnawati. 2017. Reformasi Birokrasi Dalam Pelayanan Publik (Studi
Pelayanan Terpadu Satu Pintu). Volume 7. Nomor 2.

Anda mungkin juga menyukai