Anda di halaman 1dari 21

PROPOSAL PENELITIAN

PARTISIPASI MASYARAKAT DI DESA PANGKAHWETAN, KECAMATAN


PANGKAH, KABUPATEN GRESIK DALAM PEMILIHAN KEPALA DESA TAHUN
2017

Diusukan Oleh:

AINUN NAFISAH 16040254027;2016

MAULIN PRANOVITA 16040254005;2016

MUHAMMAD AINUN NAJIB 16040254020;2016

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA

SURABAYA

2018
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Teori demokrasi mengajarkan bahwa demokrastisai membutuhkan hadirnya


masyarakat sipil yang terorganisir secara kuat, mandiri, semarak, pluralis, beradab, dan
partisipatif. Partisipatif merupakan kata kunci utama dalam masyarakat sipil yang
menghubungkan antara rakyat biasa (ardinary people) dengan pemerintah. Partisipasi
adalah keterlibatan secara terbuka (Inclusion) dan keikutsertaan (Involvement). Keduanya
mengandung kesamaan tetapi berbeda titik tekannya. Inclusion menyangkut siapa yang
terlibat, sedangkan Involvement berbicara tentang bagaimana masyarakat terlibat.
Keterlibatan memberi ruang bagi siapa saja yang terlibat dalam proses politik, terutama
kelompok masyarakat miskin, minoritas, rakyat kecil, perempuan, dan kelompok-
kelompok marginal lainnya.
Secara substantif, partisipasi masyarakat mencakup tiga hal. Pertama, voice(suara):
setiap warga mempunyai hak dan ruang untuk menyampaikan suaranya dalam proses
pembangunan. Pemerintah, sebaliknya mengakomodasi setiap suara yang berkembang
dalam masyarakat yang kemudian dijadikan sebagai basis perencanaan pembangunan.
Kedua, akses yakni setiap warga mempunyai kesempatan untuk mengakses atau
memmengaruhi perencanaan pembangunan desa dan terhadap sumber daya lokal. Ketiga,
kontrol yakni setiap warga atau elemen-elemen masyarakat mempunyai kesempatan hak
untuk melakukan pengawasan (Kontrol) terhadap lingkungan kehidupan dan pelaksanaan
pembangunan. Partisipasi masyarakat memiliki banyak bentuk, mulai dari keikutsertaan
langsung masyarakat dalam program pemerintahan maupun yang sifatnya tidak langsung,
seperti sumbangan dana, pikiran, maupun pendapat dalam pembuatan kebijakan.
Partisipasi politik adalah kegiatan seseorang atau kelompok orang yang ikut serta
secara aktif dalam kehidupan politik, antara lain dengan jalan memilih pimpinan negara
secara langsung atau tidak langsung, mempengaruhi kebijakan pemerintah (publik
policy). Kegiatan ini mencakup tindakan seperti memberikan suara dalam pemilihan
umum, menghadiri rapat umum, mengadakan hubungan (contacting) atau lobbying
dengan pejabat pemerintah atau anggota parlemen, menjadi anggota partai atau salah satu
gerakan sosial dengan direct actionnya, dan sebagainya. Menurut McClosky (dalam
Budiardjo, 2008:368) partisipasi adalah kegiatan-kegiatan sukarela dari masyarakat
melalui mana mereka mengambil bagian dalam proses pemilihan penguasa, dan secara
langsung atau tidak langsung, dalam proses pembentukan kebijakan umum. Huntington
dan Nelson mengemukakan bahwa partisipasi politik adalah kegiatan warga yang
bertindak sebagai pribadi-pribadi, yang dimaksud untuk mempengaruhi pembuatan
keputusan oleh pemerintah. Partisipasi bisa bersifat individual atau kolektif, terorganisir
atau spontan, mantap atau sporadis, secara damai atau dengan kekerasan, legal atau
ilegal, efektif atau tidak efektif.
Dalam sistem pemerintah desa, kepala desa dipilih langsung oleh penduduk desa dari
calon yang memenuhi syarat serta mempunyai suara terbanyak. Desa Pangkahwetan,
Kecamatan Pangkah, Kabupaten Gresik rata-rata masyarakat sudah tahu dan mengenal
calon yang akan bertarung dalam Pilkades yang dilaksanakan pertengahan bulan April
tahun 2017. Mereka memiliki calon masing-masing yang dipercayai untuk bisa
memimpin desa tersebut agar dengan yang baru agar masyarakat bisa makmur dan hidup
sejahtera dan memajukan pembangunan desa. Dalam masyarakat adat/primordial atau
tradisional, untuk menggerakan masyarakat desa berbeda dengan masyarakat perkotaan.
Masyarakat dapat digerakkan dengan memperhatikan adat setempat. Adat setempat
adalah adat yang hidup dan berkembang, diikuti dan dipelihara oleh masyarakat
setempat. Masyarakat Desa Di Desa Pangkahwetan, Kecamatan Pangkah, Kabupaten
Gresik mayoritas kehidupannya masih tradisional.
Kehidupan masyarakat Pangkah rata-rata menjadi Nelayan sehingga mereka tidak
tahu langsung dalam kehidupan politik dan tidak memiliki wawasan yang luas tentang
kehidupan berpolitik. Menurut warga, dunia politik hanya mencari keuntungan atau ingin
menguasai suatu kekuasaan sehingga mereka ingin berpartisipasi langsung saja dalam
pemilihan walaupun tidak harus mencalonkan diri untuk menjadi kepala desa. Salah satu
pendorong warga masyarakat desa tersebut karena ingin mencari sosok kepala desa yang
baru demi kemajuan dan kemakmuran bagi masyarakat setempat.
Kecamatan Ujungpangkah merupakan salah satu Kecamatan yang ada di Kabupaten
Gresik. Penduduk di Kecamata Ujungpangakah mayoritas bekerja pada sektor pertanian
(pertanian, perikanan, dan peternakan) yaitu sebesar 60,56%, Industri 8,14%,
Perdagangan 17,99%, angkutan 2,31%, jasa 5,09%, dan sector lain sebesar 2,81%.
Tingginya masyarakat yang bekerja dalam sektor pertanian menunjukkan bahwa
Kecamatan Ujungpangkah adalah Kecamatan yang masyarakatnya merupakan
masyarakat yang masih tradisional.
Desa Pangkahwetan merupakan salah satu desa pesisir di Kecamatan Ujungpangkah,
Desa Pangkahwetan merupakan Desa yang masih sangat Tradisional yang sebagian besar
penduduknya bermata pencaharian di sektor perikanan yaitu sebagai nelayan, Nelayan di
Desa Pangkahwetan merupakan nelayan dengan jumlah terbanyak di Kecamatan
Ujungpangkah dengan usaha penangkapan ikan yang dilakukan masih bersifat musiman
dan sangat bergantung dengan peralatan yang masih tradisional. Pada oktober tahun
2017, warga pangkahwetan memberikan hak suara dalam pemilihan kepala desa serta
adanya informasi yang dianggap sangat merespon peneliti untuk melakukan penelitian
didesa tersebut. Peneliti mendapatkan informasi bahwa dalam pemilihan kepala desa
masyarakat memiliki antusisme yang tinggi untuk ikut berpartisipasi, sedangkan untuk
pemilihan DPR atau Gubernur masyarakat desa pangkahwetan cenderung pasif dan
memilih untuk melakukan rutinitas sehari-hari daripada harus membuang waktu untuk
berpartisipasi dalam pemilu. Alasan penulis memilih judul penelitian ini tentang
Partisipasi Politik Masyarakat Desa Pangkahwetan, Kecamatan Pangkah, Kabupaten
Gresik dalam Pelaksanaam Pemilihan Kepala Desa tahun 2017 agar penulis bisa
mengetahui bagaimanabentuk partisipasi masyarakat desa Pangkah dalam pelaksanaan
pemilihan kepala desa pada tahun 2017 dan faktor-faktor yang melatarbelakangi
partisipasi masyarakat Desa Pangkah dalam pemilihan kepala desa pada tahun 2017

1.2 Rumusan Masalah


Karakteristik Masyarakat Desa Pangkahwetan yang memiliki mata pencaharian
yang homogen yaitu sebagai Nelayan dan Mayarakatnya yang masih tradisional membuat
segala tindakan yang mereka lakukan masih sangat berpedoman pada nilai dan norma
yang berlaku dalam Masyarakat, termasuk dalam bertindak sebagai warga Negara yang
partisipatif dalam pengembangan demokrasi Pancasila sebagai demokrasi yang saat ini
berlaku di Negara Indonesia.
Berdasarkan Uraian diatas maka permasalahan yang akan dibahas dalam rumusan
masalah ini adalah:
1. Bagaimana bentuk Partisipasi Masyarakat Desa Pangkahwetan, Kecamatan
Ujungpangkah, Kabupaten Gresik dalam pemilihan kepala desa tahun 2017?
2. Apa factor-faktor yang melatarbelakangi partisipasi masyarakat Masyarakat Desa
Pangkahwetan, Kecamatan Ujungpangkah, Kabupaten Gresik dalam pemilihan
kepala desa tahun 2017 ?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisa tentang:

1. Untuk mendeskripsikan bagaimana bentuk Partisipasi Masyarakat Desa


Pangkahwetan, Kecamatan Ujungpangkah, Kabupaten dalam pemilihan kepala desa
tahun 2017
2. Untuk menganalisa factor-faktor yang melarbelakangi partisipasi masyarakat desa
Ujungpangkah, Kabupaten Gresik dalam pemilihan kepala desa tahun 2017

1.4 Manfaat Penelitian


1. Peneliti
Sebagai informasi keilmuan untuk menambah pengetahuan mengenai tingkat
partisipasi masyarakat desa dalam pemilihan kepala desa
2. Masyarakat
Sebagai informasi dan pengetahuan tambahan mengenai bagaimana tingkat
partisipasi masyarakat dalam pemilihan kepala desa
3. Pemerintah
Sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan kebijakan yang harus diterapkan
oleh pemerintah dalam menentukan kebijakan
1.5 Asumsi Penelitian

Menurut PPKI (2000: 13) Asumsi penelitian adalah anggapan-anggapan dasar


tentang suatu hal yang dijadikan pijakan berpikir.
Dalam melakukan penelitian ini peneliti menggunakan beberapa asumsi sebagai
berikut:
1. Bentuk partisipasi Masyarakat desa dalam pemilihan kepala desa mayoritas
dituangkan dalam bentuk memberikan hak pilih mereka untuk calon yang mereka
dukung. Sedangkan untuk menjadi tim sukses calon pilkades masih belum banyak
yang berminat.
2. Factor yang melatarbelakangi partisipasi masyarakat untuk berpartisipasi langsung
dalam pemilihan kepala desa tahun 2017 adalah yang pertama, kepala desa memiliki
peran yang berdampak langsung pada masyarakat desa. Kedua, calon pilkades
merupakan keluarga dari masyarakat yang memiliki hak pilih.

1.6 Pembatasan Masalah

Agar penelitian ini dapat dilakukan lebih fokus, sempurna, dan mendalam maka
penulis memandang permasalahan penelitian yang diangkat perlu dibatasi variabelnya.
Variable control dalam penelitian ini adalah:
 Masyarakat desa yang diteliti
 Jumlah desa
 Tahun pemilihan kepala desa

1.7 keterbatasan Penelitia


 Masyarakat yang diteliti dalam penelitian ini hanya masyarakat yang sudah dianggap
dewasa atau berusia 17 keatas atau sudah memiliki KTP.
 Variabel penelitian ini hanya fokus padapartisipasi masyarakat dalam pemilihan
kepala desa tahun 2017
 Desa yang diteliti fokus pada desa pangkahwetan, kecamatan pangkah, kabupaten
Gresik
BAB II

TELAAH PUSTAKA

2.1 Partisipasi
Kata partisipasi berasal dari bahasa Inggris yaitu “Partisipation” yang artinya
pengambilan bagian, pengikutsertaan. Sedangkan kata “Partisipation” berasal dari kata
“Partisipate” yang berarti mengikutsertakan. Seiring dengan definisi tersebut
partisipasi dapat diartikan sebagai turut serta berperan serta atau keikutsertaan. Dalam
kamus bahasa Indonesia (1996:56), definisi partisipasi adalah: "Hal yang berkenaan
dengan turut serta dalam suatu kegiatan atau berperan serta dalam suatu kegiatan. Jadi,
dapat diartikan bahwa partisipasi adalah suatu bentuk kerjasama yang diberikan apabila
suatu pihak sedang melakukan suatu kegiatan". Dengan keterlibatan dirinya, berarti
keterlibatan pikiran dan perasaannya. Misalnya berpartisipasi/ikut serta (dapat anda
rasakan sendiri), maka anda melakukan kegiatan itu karena menurut pikiran anda perlu
dan bahwa perasaan pun menyetujui untuk melakukannya.
Sastropoetro (2000: 12) mengemukakan pengertian partisipasi adalah:
"Keterlibatan yang bersifat spontan yang disertai kesadaran dan tanggung jawab
terhadap kepentingan kelompok untuk mencapai tujuan bersama". Jenis-jenis
partisipasi yang dikemukakan oleh Sastropoetro (2000:12), sebagai berikut: a.
Partisipasi dalam pikiran, dalam hal ini partisipasi berupa mengusulkan pendapat dan
merencanakan berbagai kegiatan demi kesuksesan suatu kegiatan atau program. b.
Partisipasi dalam tenaga, partisipasi ini dapat berupa sumbangsih tenaga yang diberikan
oleh sebagian atau seluruh masyarakat sehingga suatu kegiatan atau program dapat
berjalan lancar. c. Partisipasi dalam keahlian, bentuk partisipasi ini adalah berdasarkan
dari tingkat keahlian, keterampilan, pendidikan, dan pekerjaan yang dimiliki oleh
sebagian atau seluruh masyarakat. Partisipasi yang dimaksudkan disini adalah
partisipasi atau keikutsertaan yang dapat berupa kontribusi melalui uang, barang atau
jasa.
Ramlan Subakti (1999:140), Mengemukakan partisipasi adalah keikutsertaan
Warga Negara atau masyarakat biasa dalam menentukan segala keputusan yang
menyangkut atau mempengaruhi hidupnya. Partisipasi politik dalam Negara demokratis
sangatlah penting, tanpa adanya partisipasi dari masyarakat tidak akan berjalan dengan
baik suatu pemerintahan.
Dari uraian di atas dapatlah diketahui bahwa yang dimaksud dengan partisipasi
adalah kegiatan seseorang atau sekelompok orang untuk ikut serta secara aktif dalam
pembangunan yang melibatkan pikiran, tenaga, keahlian dan fasilitas yang ada pada
mereka.
Maran (2001:147) mendefinisikan partisipasi politik sebagai usaha terorganisir
oleh para warga negara untuk memilih pemimpin-pemimpin mereka dan
mempengaruhi bentuk dan jalannya kebijaksanaan umum. Rush (1997:57)
mendefinisikan partisipasi politik sebagai akibat dari sosialisasi politik. Sedangkan
pengertian partisipasi politik menurut Surbakti adalah keikutsertaan warga negara biasa
dalam menentukan segala keputusan yang menyangkut atau mempengaruhi hidupnya
(1999:140) Nie dan Verba (dalam Budiardjo, 1994:184) “Partisipasi politik adalah
kegiatan pribadi warga Negara yang legal yang sedikit banyak langsung bertujuan
untuk mempengaruhi seleksi pejabatpejabat Negara dan atau tindakan-tindakan yang
diambil oleh mereka”. Samuel P. Huntington dan Joan M. Nelson (dalam Budiardjo
1994:184) “Partisipasi politik adalah kegiatan warga Negara yang bertindak sebagai
pribadi-pribadi yang dimaksud untuk mengambil keputusan oleh pemerintah.
Partisipasi bisa bersifat individual atau kolektif, teroganisir atau spontan, secara damai
atau kekerasan, legal atau tidak legal, dan efektif atau tidak efektif”.
Dari pengertian-pengertian para tokoh di atas,\maka dapat disimpulkan bahwa
partisipasi politik adalah suatu kegiatan warga negara untuk ikut serta mempengaruhi
proses pembuatan kebijakan politik dengan maksud agar kebijakan politik yang
dibentuk oleh elit politik sesuai dengan keadaan dan keinginan rakyat, sehingga
diharapkan kesejahteraan rakyat bisa terwujud. Dinyatakan Budiardjo, sumber
banyaknya partisipasi masyarakat umumnya dianggap lebih baik. Pada titik ini, tingkat
partisipasi menjadi indikator bahwa warga negara memahami, mengikuti, danbahkan
terlibat aktif dalam pengambilan kebijakan. Sebaliknya, tingkat partisipasi yang rendah
pada umumnya dianggap sebagai tanda yang kurang baik, karena diartikan bahwa
banyak warga negara tidak menaruh perhatian terhadap masalah negara. Selain itu, ada
kekhawatiran dengan rendahnya tingkat partisipasi ini, pimpinan negara dianggap
kurang tanggap atau tidak responsive terhadap aspirasi warganya.
Ada lima bentuk kegiatan utama yang dipraktikkan dalam partisipasi politik
menurut Hungtington dan Nelson (Faturrohman,2002:190) yaitu : Kegiatan pemilihan
yaitu mencakup memberikan suara, sumbangan-sumbangan untuk kampanye, mencari
dukungan bagi seorang calon,dan lain-lain. Lobbying yaitu mencakup upaya-upaya
seseorang atau kelompok untuk menghubungi pajabat pemerintah dan pemimpin-
pemimpin politik, dengan maksud mempengaruhi keputusan-keputusan mereka
mengenai persoalan-persoalan yang menyangkut sejumlah besar orang. Kegiatan
organisasi yaitu menyangkut partisipasi sebagai anggota atau peabat dalam suatu
organisasi, tujuan utamanya adalah untuk mempengaruhi pengambilan keputusan
pemerintah. Mencari koneksi (Contacting) merupakan tindakan perseorangan yang
ditujukan terhadap pejabat-pejabat pemerintah, dengan maksud untuk memperoleh
manfaat bagi satu orang atau segelintir orang. Tindakan kekerasan (Violence)
merupakan upaya untuk mempengaruhi pengambilan keputusan pemerintah dengan
jalan menimbulkan kerugian fisik terhadap orang-orang. Tujuannya untuk mengubah
pimpinan politik (kudeta, pembunuhan) dan mengubah seluruh sistem politik
(revolusi).
Weber mengemukakan bahwa partisipasi politik dapat dilakukan atas dorongan-
dorongan yang ada pada seseorang yang didasari oleh motif-motif sebagai berikut :
Rasional bernilai, yaitu didasarkan pada penerimaan secara rasional akan nilai-nilai
suatu kelompok. Efektual dan emosional, didasarkan atas kebencian atau enthuasiasme
terhadap suatu ide, organisasi, atau individu. Tradisional, didasarkan atas penerimaan
norma tingkah laku individu dari suatu kelompok social (Rush 2000:181).

2.2 Pemerintahan desa


Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki kewenangan untuk
mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal usul dan
adat istiadat setempat yang diakui dalam sistem pemerintah nasional dan berada di
daerah Kabupaten. Menurut UU No.32 Tahun 2004, “Desa adalah kesatuan masyarakat
hukum yang memiliki batas-batas yurisdiktif, berwenang untuk mengatur dan
mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal-usul dan adat istiadat
setempat, yang diakui dan/atau di bentuk dalam sistem pemerintahan Nasional dan
berada di kabupaten/kota, sebagaimana dimaksud dalam UUD Negara Republik
Indonesia Tahun 1945. Landasan pemikiran dalam pengaturan mengenai desa, adalah
keanekaragaman, partisipasi, otonomi asli, demokratisasi dan pemberdayaan
masyarakat”. Di daerah perkotaan, bentuk pemerintahan terendah disebut “kelurahan”
yang dipimpin oleh lurah. Desa yang ada di kabupaten/kota secara bertahap dapat
diubah atau disesuaikan statusnya menjadi kelurahan sesuai usul dan prakarsa
pemerintah desa, bersama Badan Permusyawaratan Desa yang ditetapkan dengan
perda. Desa yang menjadi kelurahan tidak seketika berubah dengan adanya
pembentukan kota, begitu pula desa yang berada di perkotaan dalam pemerintahan
kabupaten(Rozali, 2005:165) Menurut Widjaja (2001;65).
Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki kewenangan untuk
mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul dan
adat istiadat setempat yang diakui dalam sistem Pemerintahan Nasional dan berada di
daerah Kabupaten. Desa menurut Sudirwo adalah suatu wilayah yang ditempati oleh
sejumlah penduduk sebagai kesatuan masyarakat termasuk di dalamnya kesatuan
masyarakat hukum yang mempunyai organisasi pemerintahan terendah langsung di
bawah camat dan berhak menyelenggarakan rumah tangganya sendiri dalam ikatan
Negara Kesatuan Republik Indonesia. Menurut Widjaja (2003; 10) desa adalah suatu
wilayah yang ditempati oleh sejumlah pewarisan dari undang-undang yang lama yang
pernah ada mengatur desa, yaitu Inlandsche Gemeente Ordonantie (IGO) yang berlaku
untuk Jawa dan Madura dan Inlandsche Gemeente Ordonantie Buitengewesten (IGOB)
yang berlaku diluar Jawa dan Madura. Peraturan perundang-undangan ini tidak
mengatur desa secara seragam dan kurang memberikan dorongan kepada
masyarakatnya untuk tumbuh kearah kemajuan yang dinamis. Akibatnya desa dan
pemerintahan desa yang sekarang ini bentuk dan coraknya masih beraneka ragam.
Masing-masing masih memiliki ciri-cirinya sendiri yang kadang-kadang dianggap
merupakan hambatan untuk pembinaan dan pengendalian yang intensif, guna
peningkatan taraf hidup masyarakatnya. Menurut Widjaja (2003;14) adapun tujuan
pemerintah desa yaitu: Penyeragaman pemerintah desa. Memperkuat pemerintah desa.
Mampu mengerakkan masyarakat dalam partisipasinya dalam pembangunan.
Masyarakat digerakkan secara mobilisasi, bukan partisipasi. Penyelenggaraan
administrasi desa yang semakin meluas dan efektif masih jauh dari apa yang
diharapkan khususnya SDM. Memberikan arah perkembangan dan kemajuan
masyarakat.

2.3 Pemiihan Kepala Desa


Pemilihan Kepala Desa, atau seringkali disingkat Pilkades, adalah suatu pemilihan
Kepala Desa secara langsung oleh warga desa setempat. Berbeda dengan Lurah yang
merupakan Pegawai Negeri Sipil, Kepala Desa merupakan jabatan yang dapat diduduki
oleh warga biasa. Pilkades dilakukan dengan mencoblos tanda gambar Calon Kepala
Desa. Pilkades telah ada jauh sebelum era Pilkada Langsung. Akhir-akhir ini ada
kecenderungan Pilkades dilakukan secara serentak dalam satu kabupaten, yang
difasilitasi oleh Pemerintah Daerah. Hal ini dilakukan agar pelaksanaannya lebih
efektif, efisien, dan lebih terkoordinasi dari sisi keamanan. Menurut Widjaja
(2001;113) persyaratan yang berhak dipilih, memilih,tata cara pelantikan, tugas dan
kewajiban, larangan dan penyidikan dan pemberhentian kepala desa.
a. Syarat menjadi kepala desa
Yang dapat dipilih menjadi kepala desa adalah penduduk desa warga negara
Republik Indonesia dengan syarat-syarat: Bertakwa kepada Tuhan YME. Setia dan
taat kepada Pancasila Dan UUD 1945. Tidak pernah terlibat langsung atau tidak
langsung dengan kegiatan menghianati Pancasila dan UUD 1945. Berpendidikan
sekurangkurangnya Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama/atau berpengetahuan yang
sederajat. Berumur sekurang-kurangnya 25 tahun. Sehat jasmani dan rohani. Nyata-
nyata tidak terganggu jiwa/ingatan. Berkelakuan baik,jujur dan adil. Tidak pernah
dihukum penjara karena melakukan tindak pidana. Tidak dicabut hak pilihnya
berdasarkan keputusan pengadilan yang mempunyai kekuatan hukum tetap.
Mengenal daerahnya dan dikenal oleh masyarakat desa setempat. Bersedia
dicalonkan menjadi kepala desa. Memenuhi syarat-syarat lainn yang sesuai dengan
adat istiadat setempat.
b. Yang berhak memilih berhak memilih kepala desa
adalah penduduk desa warga negara Republik Indonesia yang memenuhi
persyaratan sebagai berikut: Terdaftar sebagai penduduk dan bertempat tinggal
dalam desa yang bersangkutan secara sah sekurang-kurangnya 6 (enam) bulan
dengan tidak terputus-putus. Sudah berumur 17 (tujuh belas tahun dan atau telah
pernah kawin. Tidak sedang dicabut hak memilih berdasarkan keputusan pengadilan
yang mempunyai kekuatan pasti. Tidak pernah terlibat langsung atau tidak langsung
dalam suatu kegiatan yang menghianati Pemerintah, Negara, Pancasila dan UUD
1945
c. Tugas dan kewajiban kepala desa
yaitu Membina penyelenggaraan pemerintah desa. Membina kehidupan masyarakat
desa. Membina perekonomian desa. Memelihara ketentraman dan ketertiban
masyarakat desa. Mewakili desa didalam dan diluar pengadilan dan menunjukkan
kuasa hukumnya. Mengajukan rancangan peraturan desa dan bersama BPD/BPM
menetapkan sebagai peraturan desa. Mendamaikan perselisihan masyarakat di desa.
Menjaga kelestarian adat istiadat yang hidup berkembang di desa yang
bersangkutan. Pertanggungjawaban kepala desa. Dalam melaksanakan tugas dan
kewajibannya kepala desa bertanggung jawab kepada rakyat melalui BPD/BPM dan
menyampaikan laporan mengenai pelaksanaan tugasnya kepada bupati melalui
camat. Pertanggungjawaban dan laporan pelaksanaan kepala desa disampaikan
sekurangkurangnya sekali dalam satu tahun setiap akhir tahun anggaran.
Pertanggungjawaban kepala desa yang telah ditolak BPD/BPM termasuk
pertanggungjawaban keuangan, harus di lengkapi atau disempurnakan dalam jangka
waktu paling lama tiga puluh hari dan disampaikan kembali kepada BPD/BPM.

Menurut Widjaja (2001;65) Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki
kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat
berdasarkan asalusul dan adat istiadat setempat yang diakui dalam sistem Pemerintahan
Nasional dan berada di daerah Kabupaten. Desa menurut Sudirwo adalah suatu wilayah
yang ditempati oleh sejumlah penduduk sebagai kesatuan masyarakat termasuk di
dalamnya kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai organisasi pemerintahan
terendah langsung di bawah camat dan berhak menyelenggarakan rumah tangganya
sendiri dalam ikatan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Menurut Duto Sosialis manto dalam bukunya yang berjudul Hemegomi Negara
Politik Pedesaan Jawa, yang dimaksud dengan: Pemilihan kepala desa adalah pesta
rakyat, dimana pemilihan kepala desa dapat diartikan sebagai suatu kesempatan untuk
menampilkan orang-orang yang dapat melindungi kepentingan masyarakat desa (
Sosialismanto, 2001:191). Pemilihan kepala desa biasanya dipilih langsung oleh
penduduk desa dari calon yang telah memenuhi syarat, pemilihan kepala desa bersifat
langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil. Pemilihan kepala desa juga dilaksanakan
melalui tahap pencalonan dan tahap pemilihan. Berdasarkan pendapat di atas, yang
dimaksud dengan pemilihan kepala desa adalah peta rakyat pedesaan untuk
menampilkan figur yang dapat melindungi masyarakat desa Pemilihan kepala desa harus
memenuhi syarat-syarat mengenai pemilihan kepala desa .
2.4 Kajian Penelitian Terdahulu
Beberapa studi terdahulu terkait Tentang Partisipasi Masyarakat Terhadap
Pemilihan kepala Desa yang dijadikan refrensi adalah sebagai berikut:
1. Kusmanto Heri. 2014. Partisipasi Masyarakat dalam Demorasi Politik. Jurnal Ilmu
Pemerintahan dan Sosial Demokrasi merupakan sarana guna terciptanya partisipasi
politik masyarakat secara luas dengan instrumen pokoknya adalah partai politik
(parpol). Partisipasi merupakan persoalan relasi kekuasaan atau relasi ekonomi-
politik antara negara (state) dan masyarakat (society). Negara adalah pusat
kekuasaan, kewenangan dan kebijakan untuk mengatur (mengelola) alokasi barang-
barang (sumberdaya) public pada masyarakat. Di dalam masyarakat sendiri terdapat
hak sipil dan politik, kekuatan massa, kebutuhan hidup, dan lain-lain. Dengan
demikian, partisipasi adalah jembatan penghubung antara Negara dan masyarakat
agar pengelolaan barangbarang publik membuahkan kesejahteraan dan human well
being adalah jembatan penghubung antara Negara dan masyarakat agar pengelolaan
barangbarang publik membuahkan kesejahteraan dan human well being.
2. Menurut (septiani, 2017:8) dalam jurnal Praktek demokrasi dan partisipasi
masyarakat dalam pemilihan kepala desa di desa bajomulyo Kecamatan juwana
kabupaten pati praktek demokrasi secara signifikan tidak ada pengaruh terhadap
partisipasi masyarakat dalam pemilihan kepala desa.
3. Kemudian dalam jurnal Pelaksanaan nilai demokrasi di kalangan mahasiswa studi
kasus pada mahasiswa program studi PKN FKIP UMS (Gunarsi, 2014:7)
mahasiswa Prodi PKN FKIP UMS dalam perkuliahan di dalam kelas juga
menerapkan nilai-nilai demokrasi. Bentuk-bentuk pelaksanaan nilai demokrasi pada
mahasiswa di Prodi PKN FKIP UMS ditunjukan dengan: 1) Berdiskusi dengan
mahasiswa lain saat proses perkuliahan di dalam kelas; 2) Memberikan masukan
atau pendapat kepada mahasiswa lain saat diskusi di dalam kelas; 3) Menerima
saran atau kritikan dari mahasiswa lain saat diskusi di dalam kelas; 4) Mengambil
keputusan dengan musyawarah terhadap hal-hal yang menyangkut kegiatan
akademik di luar perkuliahan; 5) Berdiskusi dengan mahasiswa dalam mengerjakan
tugas kelompok di luar perkuliahan. Konsepsi demokrasi Berketuhanan yang Maha
Esa dalam gagasan kedudukan dan pelaksanaan di Indonesia, tetap menjadikan
Pancasila sebagai pedoman dan pandangan hidup falsafah ideology dan dasar
negara serta nilai-nilai dan etik moral yang tinggi dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara. Pancasila secara integral dan komprehensif dalam
kedudukannya dapat berfungsi sebagai cita negara dan cita hukum dalam konteks
negara hukum demokratis sehingga diharapkan dapat lebih akseleratif membawa
Indonesia sebagai negara kebangsaan yang religious dan demokratis dalam
mewujudkan tujuan kita bernegara sesuai amanat pembukaan UUD 1945 (Mamang,
2017;20).
4. Pemilihan Kepala Desa (Pilkades) 2008-2013 di tiga desa yaitu di desa Neglasari
Kecamatan Salawu Kabupaten Tasikmalaya yg bertipologi tradisional, di desa
Cimekar kecamatan Cieleunyo Kabupaten Bandung yang bertipologi transisional
dan di desa Cipacing Kecamatan Jatinangor Kabupaten Sumedang yang bertipologi
modern telah berlangsung secara relatif demokratis. Masih ada beberapa bagian
dari kriteria sebuah demokrasi yg ideal yg belum dapat dicapai dalam pilkades di 3
(tiga) desa itu. Penelitian ini menemukan bahwa fenomena praktek Pilkades di tiga
desa itu sebagian telah memenuhi kriteria ideal dari demokrasi, namun sebagian
kriteria lainnya masih belum terpenuhi. Dua kriteria yang berlaku sepenuhnya di
tiga desa itu adalah kriteria partisipasi efektif dan kontrol terhadap agenda.
Sedangkan tiga kriteria lain yaitu kesetaraan pilihan, pemahaman yang memadai,
dan inklusif masih belum sepenuhnya tercapai. Dalam hal ini, dapat dikatakan
bahwa praktik demokrasi dalam Pilkades di tiga desa dalam perspektif kriteria ideal
sebuah demokrasi, capaiannya antara lain berkaitan dengan sejarah perkembangan
praktik demokrasi pada masa-masa sebelumnya. Pada akhirnya, konsep demokrasi
dimaknai berbeda-beda dalam praktik masing-masing Pilkades yang diteliti.
5. Di dalam penelitain yang berkaitan dengan Partisipasi Politk Masyarakat Papua
dalam Pemilihan Kepala Kampung, adalah sebagai berikut: Kurangnya tingkat
partisipasi politik masyarakat dipengaruhi oleh beberapa faktor yakni, sifat apatis
dari masyarakat itu sendiri, sosialisasi politik, distribusi surat suara yang masih
belum efektif, peran media masa dalam memberikan pemahaman dan informasi
kepada masyarakat, serta kinerja dari komisi pemilihan umum daerah yang masih
belum maksimal menyebabkan terjadinya kelesuan serta kurangnya partisipasi
masyarakat.
6. Dalam penelitian yang berjudul Partisipasi Masyarakat Dalam Pemilihan Kepala
Desa Di Desa Mamuya Kecamatan Galela Kabupaten Halamahera Utara Tahun
2010 Faktor ekonomi bisa jadi merupakan penentu utama mengapa seseorang tidak
memilih, hal ini terjadi ketika demokrasi yang dilaksanakan selama ini tidak
berbanding lurus dengan kemakmuran masyarakat, ketika kran demokrasi dibuka
lebar-lebar ternyata tidak membawa dampak yang positif terhadap masyarakat yang
terjadi adalah masyarakat lebih memilih untuk bekerja daripada datang ke TPS
untuk memilih.Terjadinya pergeseran kultur masyarakat desa yang dulunya
paternalistik, dan tergantung pada pemimpinnya sekarang sudah tidak lagi
menempatkan pemimpin sebagai sesuatu yang paling penting, artinya mencari uang
adalah sesuatu yang lebih penting, ada proses pergeseran dari masyarakat
tradisional ke masyarakat yang materialistik yang tengah terjadi pada masyarakat
desa Mamuya. Secara sosiologis fase di atas oleh para ahli masuk dalam fase
perubahan sosial transisional. Fase ini bergerak dari masyarakat tradisional menuju
ke masyarakat modern. Ciri-cirinya adalah kehidupan desa Mamuya sudah maju
dan isolasi terhadap salah satu kelompok masyarakat mulai berkurang. Penggunaan
media informasihampir merata, hanya saja secara geografis kehidupan masyarakat
transisi masih berada di pinggiran kota dan hidupnya pun masih mencirikan
kehidupan tradisional. Pola pikir dan sistem sosial tradisional silih berganti
digunakan, namun mengalami penyesuaiandengan pola piker dan sistem sosial
yang baru dan inovatif. Ciri yang paling dominan adalah terjadinya proses asimilasi
budaya dan sosial yang belum tuntas. dan terlihat masih canggung dalam semua
dimensi kehidupan. Partisipasi masyarakat merupakan salah satu syarat untuk
mewujudkan pemerintahan yang demokratis, meskipun bentuk-bentuk partisipasi
masyarakat ini dapat diekspresikan dalam berbagai macam, namun pada umumnya
di negara-negara demokrasi ada anggapan bahwa lebih banyak partisipasi
masyarakat akan lebih baik, artinya tingginya tingkat partisipasi menunjukkan
bahwa masyarakat mengikuti dan memahami masalah-masalah politik dan ikut
melibatkan diri dalam kegiatan-kegiatan tersebut. Ini menunjukkan bahwa rezim
yang bersangkutan memiliki keabsahan (legitimasi) yang tinggi, sehingga bisa
dimaknai adanya peraturan-peraturan yang mensyaratkan adanya qorum suara
berhubungan dengan sah tidaknya seseorang untuk menjadi pemimpin bertitik tolak
dari hal tersebut. Faktor Sistem PolitikPerilaku tidak memilih bukanlah tanpa
tujuan. Perilaku tidak memilih sebenarnya dimaksudkan sebagai simbol atas
berbagai bentuk protes politik yang tidak tersuarakan. Perilaku tidak memilih bagi
para pelakunya bisa merefleksi berbagai pesan.Tidak ada pesan tunggal dari
perilaku tidak memilih, di banyak negara maju sebagian pemilih berperilaku tidak
memilih hanya sekedar untuk menunjukkan bahwa mereka malas untuk datang ke
bilik-bilik suara, sebagian lainnya berperilaku tidak memilih untuk menunjukkan
bahwa mereka tidak setuju terhadap sistem politik yang sedang dibangun,
pemerintahan yang berkuasa, dan semacamnya.

2.5 Kerangka Berpikir


Pelaksanaan demokrasi agar dapat terwujud dengan baik perlu partisipsi dari
Masyarakat, karena sejatinya demokrasi merupakan sitem pemerintahan dari rakyat,
oleh rakyat dan untuk rakyat. Jadi peran rakyat dalam pelaksanaan demokrasi sangat
penting. Partisipasi Masyarakat dalam pelaksanaan demokrasi dapat diwujudkan
dengan berbagai macam hal salah satunya partisipasi dalam pemilihan kepala Desa.
Fungsi pemilihan kepala desa adalah untuk mendapatkan pemimpin yang dapat
membangun desa mencapai tujuan. Karena fungsi kepala desa sebagai pemimpin yang
dipercayai dapat membangun desa mencapi tujuan, maka masyarakat desa seharusnya
partisipatif dalam memilih kepala desa agar desa dapat berkembang menjadi desa yang
makmur. seorang kepala desa terpilih, maka rakyat telah mempercayakan
kehidupannya untuk diatur oleh seorang kepala desa, sehingga seorang kepala desa
sangat dituntut mempunyai kinerja yang baik dalam memberikan pelayanan kepada
masyarakat. Mayarakat dapat menentukan kepala desa mana yang cocok dijadikan
sebgai pemimpin, untuk itu partisipasi yang lakukan masyarakat dalam pemilihan
kepala desa sanagat berperan dalam menetukan kemajuan desa tersebut. Perilaku
partisipatif dalam pemilihan kepala desa terdapat berbagai macam bentuk dan ada
berbagai macam hal yang dapat melatarbelakangi Masyarakat berpartisipasi dalam
pemilihan kepala desa. Tentu di suatu Masyarakat ada juga yang memilih untuk pasif
dalam kegiatan pemilihan kepala desa. Pilihan masyarakat untuk pasf dalam pemilihan
kepala desa juga pasti ada sebab yang melatar belakanginya.
Tanpa adanya partisipasi yang baik dari masyarakat, maka kepala desa terpilih
bisa saja adalah orang yang tidak sesuai dengn harapan Masyarakat. maka akan terlihat
bahwa partisipasi masyarakat desa sangat dipengaruhi oleh kepemimpinan kepala
desanya. Untuk menumbuhkan partisipasi masyarakat yang tinggi, maka dituntut
kemampuan menggerakan dan mengarahkan serta keterbukaan dari Kepala Desa
dalam setiap perencanaan maupun pelaksanaan pembangunan itu sendiri. Kerangka
berpikir diatas dapat digambarkan seperti bagan berikut ini:

Partisipasi Masyarakat Di Desa Pangkahwetan, Kecamatan Pangkah, Kabupaten


Gresik Dalam Pemilihan Kepala Desa Tahun 2017

Masyarakat bentuknya
partisipatis
Faktor yang
Pemilihan melatarbelakangi
kepala desa Masyarakat
tidak Faktor yang
partisipatif melatarbelakangi
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian


Penelitian dengan judul Partisipasi Masyarakat Di Desa Pangkahwetan, Kecamatan
Pangkah, Kabupaten Gresik Dalam Pemilihan Kepala Desa Tahun 2017 akan
dilaksanakan tanggal 1 Mei 2017 - 2 Mei 2017. Lokasi penelitian merupakan tempat yang
dijadikan sebagai lokasi untuk mengumpulkan data. Lokasi yang digunakan adalah di Di
Desa Pangkahwetan, Kecamatan Pangkah, Kabupaten Gresik. Populasi dalam penelitian
ini adalah seluruh warga yang ikut berpartisipasi dalam pelaksanaan Pemilihan Kepala
Desa berlangsung jumlah pemilih adalah 982 orang. Maka diambil 10% dari populasi
yang ada, yakni 100 orang

3.2 Jenis dan Desain Penelitian


Jenis penelitian yang digunakan ialah penelitian deskriptif dengan menggunakan
pendekatan kuantitatif. Penelitian deskriptif dirasa cocok karena berusaha untuk
mendiskripsikan Partisipasi Politik Masyarakat pangkahwetan dalam Pelaksanaan
Pemilihan Kepala Desa. Metode deskriptif kuantitatif adalah suatu metode penelitian
untuk membuat gambaran mengenai situasi atau kejadian, dan diharapkan akan dapat
mengambil suatu gambaran dalam penelitian tersebut. Menurut Nazir (2014), metode
deskriptif adalah adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu
obyek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada
masa sekarang. Tujuan dari penelitian deskriptif adalah untuk membuat deskripsi,
gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-
sifat serta hubungan antarfenomena yang diselidiki.
Menurut Surakhmad (2002) dalam Rojak (2013), penelitian deskriptif merupakan
prosedur penelitian dengan menjelaskan fenomena yang sedang diteliti serta memusatkan
diri pada pemecahan masalah-masalah yang ada pada masa sekarang. Data dikumpulkan
mula-mula disusun, dijelaskan dan kemudian dianalisa dan menginterpretasikan data
yang dihasilkan. Informasi atau data diperoleh melalui teknik interview, survey,
observasi, angket dengan teknik test berupa studi komperatif, studi kasus, studi kooperatif
atau operasional.

3.3 Jenis dan Sumber Data


Jenis Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer. Menurut Gani
dan Siti (2015), data primer merupakan data yang dikumpulkan secara langsung dari
sumber pertama, bisa melalui hasil pengukuran maupun observasi yang dilakukan oleh
peneliti. Dalam penelitian ini data primer dikumpulkan menggunakan kuisioner. Adapun
data primer yang dikumpulkan adalah Dalam penelitian ini data primer dikumpulka
dengan menggunakan kuisioner. Adapun data primer yang akan dikumpulkan pada
penelitian ini adalah:
1. bentuk Partisipasi Masyarakat dalam pemilihan Kepala desa tahun 2017 di Desa
Pangkahwetan, Kecamatan Ujungpangkah.
2. faktor-faktor yang melatarbelakangi partisipasi masyarakat dalam pemilihan kepala
desa tahun 2017 di Desa Pangkahwetan, Kecamatan Ujungpangkah.

3.4 Populasi Dan Sampel


Menurut Arikunto (2010), populasi merupakan keseluruhan objek penelitian,
sedangkan sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang akan diteliti. Populasi
dalam penelitian ini adalah seluruh penduduk desa pangkahwetan. Berdasarkan data
penduduk desa pangkahwetan terdiri dari 1.169 KK dengan jumlah total 3.261 jiwa.
Sehingga jumlah populasi yaitu sebanyak 10.161 penduduk desa pangkahwetan.
Sugiyono (2014) mengatakan bahwa sampel adalah bagian dari jumlah dan karakter
yang dimiliki oleh populasi. Sehingga dapat diartikan bahwa sampel merupakan bagian
dari populasi atau perwakilan dari populasi yang sedang diteliti. Teknik pengambilan
sampel dalam penelitian ini yaitu purposive sampling. Menurut Sugiyono (2014),
purposive sampling merupakan teknik pengambilan sampel secara tidak acak yang
dilakukan oleh peneliti dengan tujuan tertentu. Purposive sampling artinya bahwa
penentuan sampel mempertimbangkan kriteria-kriteria tertentu yang telah dibuat terhadap
objek yang sesuai dengan tujuan penelitian. Dalam penelitian ini terkait Partisipasi
Masyarakat desa Pangkahwetan Kecamatan Ujungpangkah, kabupaten Gresik dalam
pemilihan Kepala Desa tahun 2017, sampel dipilih berdasarkan kriteria-kriteria sebagai
berikut:
1. penduduk yang berusia 17 tahun dan telah memiliki hak pilih pada tahun 2017
2. penduduk yang menetap di Desa Pangkahwetan
terdapat 1.230 penduduk menetap di Desa Pangkahwetan yang telah berusia 17
tahun dan telah memiliki hak pilih pada tahun 2017. Menurut Roscoe (1982) dalam
Sugiyono (2014), ukuran sampel yang layak dalam penelitian antara 30 sampai dengan
500 sampel. Jumlah sampel yang akan kami ambil daam penelitian ini minimal 100
sampel. Berdasarkan pernyataan ini, sampel yang diambil dalam penelitian ini sudah
dapat digunakan dalam penelitian dan dianggap mewakili dari total populasi yang ada.

3.5 Variabel dan Definisi Oprasional Variabel


Variabel dalam penelitian ini adalah
1. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Pemilihan kepala desa
2. Sedangkan variable dalam penelitian ini adaalah Partisipasi Masyarakat
3. Variable kontrol meliputi:
- Usia masyarakat yang diteliti
- Tempat penelitian
- Partisipasi dalam pilkades tahun berapa

Definisi oprasional Variabel dalam penelitian ini adalah:


1. Partisipasi Masyarakat bisa diartikan sebagai keterlibatan seseorang secara sadar ke
dalam interaksi sosial dalam situasi tertentu. dalam kaitannya dengan penelitian ini
adalah keterlibatan seseorang secara sadar dalam pemilihan keala desa.
2. Mayarakat adalah Manusia yang hidup bersama sekurang-kurangnya terdiri atas dua
orang Bercampur atau bergaul dalam jangka waktu yang cukup lama. Berkumpulnya
manusia akan menimbulkan manusia baru. Sebagai akibat dari hidup bersama, timbul
sistem komunikasi dan peraturan yang mengatur hubungan antarmanusia. Sadar
bahwa mereka merupakan satu kesatuan.Merupakan suatu sistem hidup bersama.
Sistem kehidupan bersama menimbulkan kebudayaan karena mereka merasa dirinya
terkait satu sama lain.
3. Pemilihan kepala desa Pemilihan Kepala Desa, atau seringkali disingkat Pilkades,
adalah suatu pemilihan Kepala Desa secara langsung oleh warga desa setempat.
Berbeda dengan Lurah yang merupakan Pegawai Negeri Sipil, Kepala Desa
merupakan jabatan yang dapat diduduki oleh warga biasa.

3.6 Teknik Pengumpulan Data

3.6.1 Kuisioner
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini mengunakan teknik
pengumpulan data kuisioner yang ditujukan kepada responden. Kuisioner disebut
juga dengan pengumpulan data melalui daftar pertanyaan. Menurut Nazir (2014),
kuisioner adalah pertanyaan-pertanyaan yang disusun dan diberikan untuk
memperoleh respon dari responden, karena yang mengisi jawaban adalah
responden itu sendiri. Pertanyaan-pertanyaan yang terdapat dalam kuesioner
tersebut cukup terperinci dan lengkap. Pertanyaan dalam kuesioner yang
diberikan kepada responden meliputi betuk partisipasi dan latar belakang
pastisipasi dalam pemilihan kepala Desa tahun 2017. Skala pengukuran kuisioner
menggunakan skala Guttman, skala Gutmann akan memberikan respon yang tegas
yang terdiri dari dua alternative. Kuisioner ini menggunakan skla Gutmann karena
kami mengiginkan jawaban yang tegas dari responden. Alternative jawaban yang
disediakan dalam kuisioner adala “Ya” dan “Tidak”.

KISI KISI ANGKET PARTISIPASI MASYARAKAT DI DESA


PANGKAHWETAN, KECAMATAN PANGKAH, KABUPATEN GRESIK
DALAM PEMILIHAN KEPALA DESA TAHUN 2017

VARIAB SUB VARIABEL INDIKATOR DESKRIPTOR NOMOR


EL ITEM
1 2 3 4 5
1. PARTI a) Kontribusi (1) Kontribusi (a) Keterlibatan 1, 2
SIPAS tenaga pada saat
I kampanye
(X1) (2) Kontribusi peserta Pilkades
sarana (b) Menggunakan 3, 4
barang milik
pribadi untuk
(3) Kontribusi kepentingan
pemikiran Pilkades
(c) ikut 5, 6
bermusyawarah
b) Kesediaan (1) Keterlibatan menetukan
masyarakat strategi
dalam kampanye.
Pilkades
(2) Tertib saat (a) Memberikan 7,
berada di hak pilih pada
lokasi peserta Pilkades
pelaksanaan (b) Melakukan 8, 9
Pilkades tindakan sesuai
peraturan dan
situasi saat
(3) semangat berada di lokasi
pelaksanaan
c) Kerelaan Pilkades
(c) Antusias dalam 10, 11
memberikan
(1) Mandiri hak pilih pada
salah satu
peserta Pilkades

(2) kemauan diri (a) Berangkat ke


sendiri lokasi 12, 13
pemungutan
pilih
menggunakan
kendaraan
pribadi
(3) inisiatif diri (b) Memutuskan 14, 15
sendiri ikut mencoblos
peserta Pilkades
karena
kesadaran
d) Minat demokrasi
(4) langsung (c) Memilih peserta
Pilkades atas 16,17, 18
pertimbangan
pribadi.
(1) ketertarikan (d) Memberikan
hak pilih pada
saat Pilkades
tanpa 19
(2) harapan diwakilkan
(a) Senang saat
bisa ikut serta
dalam memilih 20, 21
peserta Pilkades
(3) gairah (b) Visi misi yang
diusung peserta
Pilkades dapat
membangun 22, 23
desa menjadi
lebih baik

(c) Ingin 24, 25


dikemudian hari
menjadi peserta
Pilkades
3.6.2 Dokumentasi menurut Sugiyono (2014), merupakan catatan peristiwa yang sudah
berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari
seseorang. Studi dokumen merupakan merupakan pelengkap dari penggunaan metode
observasi dan wawancara. Hasil peneitian dari observasi dan wawancara akan lebih
kredibel atau dapat dipercaya kalau didukung dengan sejarah pribadi kehidupan di masa
kecil, di sekolah, di tempat kerja, dan autobiografi. Tetapi perlu dicermati bahwa tidak
semua dokumen memiliki kredibilitas yang tinggi. Seperti autobiografi yang ditulis untuk
dirinya sendiri, sering bersifat subyektif. Menurut Nazir (2014), data dokumen bisa
dipakai untuk menggali informasi yang tenggelam di masa silam. Peneliti perlu memiliki
kepekaan teoritik untuk memaknai semua dokumen sehingga tidak sekedar barang yang
tidak bermakna. Dalam penelitian ini, dokumentasi yang diambil yaitu foto saat
responden mengisi angket.

3.7 Analisis Data


Data mentah yang telah dikumpulkan oleh peneliti tidak ada gunanya apabila tidak
dilakukannya analisis data. Analisis data merupakan bagian yang amat penting dalam
metode ilmiah, karena dengan analisis, data yang diperoleh dapat diberi arti dan makna
yang berguna dalam pemecahan masalah penelitian. Data mentah yang telah
dikumpulkan perlu dipecahkan dalam kelompok-kelompok, diadakannya kategorisasi,
dilakukkannya manipulasi serta diperas sedemikian rupa sehingga data tersebut
mempunyai makna untuk menjawab masalah dan bermanfaat untuk menguji hipotesis
(Nazir, 2014). Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
deskriptif kuantitatif.
Menurut Sugiyono (2014), data kuantitatif ini berupa nilai. Teknik analisa data lebih
diarahkan untuk menjawab rumusan masalah yang telah dirumuskan dalam proposal.
Karena datanya kuantitatif, maka teknik analisa data menggunakan metode statistik,
berupa skala pengukuran, hubungan, grafik, variabilitas dan sentra tendensi.
DAFTAR PUSTAKA

Agustam. 2011. Konsepsi Dan Implementasi Demokrasi Pancasila Dalam Sistem Perpolitikan
Di Indoensia.vol 7: hal 80-91
BPS Kabupaten Gresik. 2017. Kabupaten Gresik Dalam Angka 2017. Gresik
BPS Kabupaten Gresik. 2015. Kabupaten Gresik Dalam Angka 2015. Gresik
Waluya, Jaka. 2005. Pendidikan dalam masyarakat tradisional dan modern.
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=19333&val=1225. 18 Maret 2018
Kusmanto Heri. 2014. Partisipasi Masyarakat dalam Demorasi Politik. Jurnal Ilmu
Pemerintahan dan Sosial. Vol 2: hal 77-89
Mashuri. 2014. Partisipasi Masyarakat Sebagai Upaya Pembangunan Demokrasi. Jurnal
Kewirausahaan. Vol 13: 178-186
Irawan Bambang Benny. 2007. Perkembangan Demokrasi Indonesia. Hukum dan Dinamika
masyarakat. Vol 5: hal 54-64
Gunarsi Sri, Nugraha Andri Bayu, dan Wahono Tri. 2014. Pelaksanaan Nilai Demokrasi di
Kalangan Mahasiswa. Jurnal Demokrasi. Vol -: hal 85-92
Septiani Melinda. 2017. Praktek Demokrasi dan Partisipasi Masyarakat dalam Pemilihan Kepaa
Desa di Desa Bajamulyo Kecamatan Juwana Kabupaten Pati. Jurnal Demokrasi. Vol -: hal
1-9
Agustam. 2011. Konsepsi Dan Implementasi Demokrasi Pancasila Dalam Sistem Perpolitikan Di
Indoensia. Jurnal TAPIs. Vol 7: 1-13
Yuningsih Yani Neneng. 2016. Demokrasi dalam Pemilihan Kepala Desa? Studi Kasus Desa
Dengan Tipologi Tradisional, Transisional, dan Modern di Provinsi Jawa Barat Tahun
2008-2013. Jurnal Politik. Vol 1: 231-261
Gosango Rosania. 2011. Partisipasi Masyarakat Dalam Pemilihan Kepala Desa Di Desa Mamuya
Kecamatan Galela Kabupaten Halamahera Utara Tahun 2010: 1-7
Kareth Marselina. 2014. Partisipasi Politik Masyarakat Dalam Pemilihan Kepala Kampung
(Suatu Studi Di Desa Karetubun Distrik Ayamaru Utara Kabupaten Maybrat). Skripsi.

Anda mungkin juga menyukai