Diusukan Oleh:
SURABAYA
2018
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisa tentang:
Agar penelitian ini dapat dilakukan lebih fokus, sempurna, dan mendalam maka
penulis memandang permasalahan penelitian yang diangkat perlu dibatasi variabelnya.
Variable control dalam penelitian ini adalah:
Masyarakat desa yang diteliti
Jumlah desa
Tahun pemilihan kepala desa
TELAAH PUSTAKA
2.1 Partisipasi
Kata partisipasi berasal dari bahasa Inggris yaitu “Partisipation” yang artinya
pengambilan bagian, pengikutsertaan. Sedangkan kata “Partisipation” berasal dari kata
“Partisipate” yang berarti mengikutsertakan. Seiring dengan definisi tersebut
partisipasi dapat diartikan sebagai turut serta berperan serta atau keikutsertaan. Dalam
kamus bahasa Indonesia (1996:56), definisi partisipasi adalah: "Hal yang berkenaan
dengan turut serta dalam suatu kegiatan atau berperan serta dalam suatu kegiatan. Jadi,
dapat diartikan bahwa partisipasi adalah suatu bentuk kerjasama yang diberikan apabila
suatu pihak sedang melakukan suatu kegiatan". Dengan keterlibatan dirinya, berarti
keterlibatan pikiran dan perasaannya. Misalnya berpartisipasi/ikut serta (dapat anda
rasakan sendiri), maka anda melakukan kegiatan itu karena menurut pikiran anda perlu
dan bahwa perasaan pun menyetujui untuk melakukannya.
Sastropoetro (2000: 12) mengemukakan pengertian partisipasi adalah:
"Keterlibatan yang bersifat spontan yang disertai kesadaran dan tanggung jawab
terhadap kepentingan kelompok untuk mencapai tujuan bersama". Jenis-jenis
partisipasi yang dikemukakan oleh Sastropoetro (2000:12), sebagai berikut: a.
Partisipasi dalam pikiran, dalam hal ini partisipasi berupa mengusulkan pendapat dan
merencanakan berbagai kegiatan demi kesuksesan suatu kegiatan atau program. b.
Partisipasi dalam tenaga, partisipasi ini dapat berupa sumbangsih tenaga yang diberikan
oleh sebagian atau seluruh masyarakat sehingga suatu kegiatan atau program dapat
berjalan lancar. c. Partisipasi dalam keahlian, bentuk partisipasi ini adalah berdasarkan
dari tingkat keahlian, keterampilan, pendidikan, dan pekerjaan yang dimiliki oleh
sebagian atau seluruh masyarakat. Partisipasi yang dimaksudkan disini adalah
partisipasi atau keikutsertaan yang dapat berupa kontribusi melalui uang, barang atau
jasa.
Ramlan Subakti (1999:140), Mengemukakan partisipasi adalah keikutsertaan
Warga Negara atau masyarakat biasa dalam menentukan segala keputusan yang
menyangkut atau mempengaruhi hidupnya. Partisipasi politik dalam Negara demokratis
sangatlah penting, tanpa adanya partisipasi dari masyarakat tidak akan berjalan dengan
baik suatu pemerintahan.
Dari uraian di atas dapatlah diketahui bahwa yang dimaksud dengan partisipasi
adalah kegiatan seseorang atau sekelompok orang untuk ikut serta secara aktif dalam
pembangunan yang melibatkan pikiran, tenaga, keahlian dan fasilitas yang ada pada
mereka.
Maran (2001:147) mendefinisikan partisipasi politik sebagai usaha terorganisir
oleh para warga negara untuk memilih pemimpin-pemimpin mereka dan
mempengaruhi bentuk dan jalannya kebijaksanaan umum. Rush (1997:57)
mendefinisikan partisipasi politik sebagai akibat dari sosialisasi politik. Sedangkan
pengertian partisipasi politik menurut Surbakti adalah keikutsertaan warga negara biasa
dalam menentukan segala keputusan yang menyangkut atau mempengaruhi hidupnya
(1999:140) Nie dan Verba (dalam Budiardjo, 1994:184) “Partisipasi politik adalah
kegiatan pribadi warga Negara yang legal yang sedikit banyak langsung bertujuan
untuk mempengaruhi seleksi pejabatpejabat Negara dan atau tindakan-tindakan yang
diambil oleh mereka”. Samuel P. Huntington dan Joan M. Nelson (dalam Budiardjo
1994:184) “Partisipasi politik adalah kegiatan warga Negara yang bertindak sebagai
pribadi-pribadi yang dimaksud untuk mengambil keputusan oleh pemerintah.
Partisipasi bisa bersifat individual atau kolektif, teroganisir atau spontan, secara damai
atau kekerasan, legal atau tidak legal, dan efektif atau tidak efektif”.
Dari pengertian-pengertian para tokoh di atas,\maka dapat disimpulkan bahwa
partisipasi politik adalah suatu kegiatan warga negara untuk ikut serta mempengaruhi
proses pembuatan kebijakan politik dengan maksud agar kebijakan politik yang
dibentuk oleh elit politik sesuai dengan keadaan dan keinginan rakyat, sehingga
diharapkan kesejahteraan rakyat bisa terwujud. Dinyatakan Budiardjo, sumber
banyaknya partisipasi masyarakat umumnya dianggap lebih baik. Pada titik ini, tingkat
partisipasi menjadi indikator bahwa warga negara memahami, mengikuti, danbahkan
terlibat aktif dalam pengambilan kebijakan. Sebaliknya, tingkat partisipasi yang rendah
pada umumnya dianggap sebagai tanda yang kurang baik, karena diartikan bahwa
banyak warga negara tidak menaruh perhatian terhadap masalah negara. Selain itu, ada
kekhawatiran dengan rendahnya tingkat partisipasi ini, pimpinan negara dianggap
kurang tanggap atau tidak responsive terhadap aspirasi warganya.
Ada lima bentuk kegiatan utama yang dipraktikkan dalam partisipasi politik
menurut Hungtington dan Nelson (Faturrohman,2002:190) yaitu : Kegiatan pemilihan
yaitu mencakup memberikan suara, sumbangan-sumbangan untuk kampanye, mencari
dukungan bagi seorang calon,dan lain-lain. Lobbying yaitu mencakup upaya-upaya
seseorang atau kelompok untuk menghubungi pajabat pemerintah dan pemimpin-
pemimpin politik, dengan maksud mempengaruhi keputusan-keputusan mereka
mengenai persoalan-persoalan yang menyangkut sejumlah besar orang. Kegiatan
organisasi yaitu menyangkut partisipasi sebagai anggota atau peabat dalam suatu
organisasi, tujuan utamanya adalah untuk mempengaruhi pengambilan keputusan
pemerintah. Mencari koneksi (Contacting) merupakan tindakan perseorangan yang
ditujukan terhadap pejabat-pejabat pemerintah, dengan maksud untuk memperoleh
manfaat bagi satu orang atau segelintir orang. Tindakan kekerasan (Violence)
merupakan upaya untuk mempengaruhi pengambilan keputusan pemerintah dengan
jalan menimbulkan kerugian fisik terhadap orang-orang. Tujuannya untuk mengubah
pimpinan politik (kudeta, pembunuhan) dan mengubah seluruh sistem politik
(revolusi).
Weber mengemukakan bahwa partisipasi politik dapat dilakukan atas dorongan-
dorongan yang ada pada seseorang yang didasari oleh motif-motif sebagai berikut :
Rasional bernilai, yaitu didasarkan pada penerimaan secara rasional akan nilai-nilai
suatu kelompok. Efektual dan emosional, didasarkan atas kebencian atau enthuasiasme
terhadap suatu ide, organisasi, atau individu. Tradisional, didasarkan atas penerimaan
norma tingkah laku individu dari suatu kelompok social (Rush 2000:181).
Menurut Widjaja (2001;65) Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki
kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat
berdasarkan asalusul dan adat istiadat setempat yang diakui dalam sistem Pemerintahan
Nasional dan berada di daerah Kabupaten. Desa menurut Sudirwo adalah suatu wilayah
yang ditempati oleh sejumlah penduduk sebagai kesatuan masyarakat termasuk di
dalamnya kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai organisasi pemerintahan
terendah langsung di bawah camat dan berhak menyelenggarakan rumah tangganya
sendiri dalam ikatan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Menurut Duto Sosialis manto dalam bukunya yang berjudul Hemegomi Negara
Politik Pedesaan Jawa, yang dimaksud dengan: Pemilihan kepala desa adalah pesta
rakyat, dimana pemilihan kepala desa dapat diartikan sebagai suatu kesempatan untuk
menampilkan orang-orang yang dapat melindungi kepentingan masyarakat desa (
Sosialismanto, 2001:191). Pemilihan kepala desa biasanya dipilih langsung oleh
penduduk desa dari calon yang telah memenuhi syarat, pemilihan kepala desa bersifat
langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil. Pemilihan kepala desa juga dilaksanakan
melalui tahap pencalonan dan tahap pemilihan. Berdasarkan pendapat di atas, yang
dimaksud dengan pemilihan kepala desa adalah peta rakyat pedesaan untuk
menampilkan figur yang dapat melindungi masyarakat desa Pemilihan kepala desa harus
memenuhi syarat-syarat mengenai pemilihan kepala desa .
2.4 Kajian Penelitian Terdahulu
Beberapa studi terdahulu terkait Tentang Partisipasi Masyarakat Terhadap
Pemilihan kepala Desa yang dijadikan refrensi adalah sebagai berikut:
1. Kusmanto Heri. 2014. Partisipasi Masyarakat dalam Demorasi Politik. Jurnal Ilmu
Pemerintahan dan Sosial Demokrasi merupakan sarana guna terciptanya partisipasi
politik masyarakat secara luas dengan instrumen pokoknya adalah partai politik
(parpol). Partisipasi merupakan persoalan relasi kekuasaan atau relasi ekonomi-
politik antara negara (state) dan masyarakat (society). Negara adalah pusat
kekuasaan, kewenangan dan kebijakan untuk mengatur (mengelola) alokasi barang-
barang (sumberdaya) public pada masyarakat. Di dalam masyarakat sendiri terdapat
hak sipil dan politik, kekuatan massa, kebutuhan hidup, dan lain-lain. Dengan
demikian, partisipasi adalah jembatan penghubung antara Negara dan masyarakat
agar pengelolaan barangbarang publik membuahkan kesejahteraan dan human well
being adalah jembatan penghubung antara Negara dan masyarakat agar pengelolaan
barangbarang publik membuahkan kesejahteraan dan human well being.
2. Menurut (septiani, 2017:8) dalam jurnal Praktek demokrasi dan partisipasi
masyarakat dalam pemilihan kepala desa di desa bajomulyo Kecamatan juwana
kabupaten pati praktek demokrasi secara signifikan tidak ada pengaruh terhadap
partisipasi masyarakat dalam pemilihan kepala desa.
3. Kemudian dalam jurnal Pelaksanaan nilai demokrasi di kalangan mahasiswa studi
kasus pada mahasiswa program studi PKN FKIP UMS (Gunarsi, 2014:7)
mahasiswa Prodi PKN FKIP UMS dalam perkuliahan di dalam kelas juga
menerapkan nilai-nilai demokrasi. Bentuk-bentuk pelaksanaan nilai demokrasi pada
mahasiswa di Prodi PKN FKIP UMS ditunjukan dengan: 1) Berdiskusi dengan
mahasiswa lain saat proses perkuliahan di dalam kelas; 2) Memberikan masukan
atau pendapat kepada mahasiswa lain saat diskusi di dalam kelas; 3) Menerima
saran atau kritikan dari mahasiswa lain saat diskusi di dalam kelas; 4) Mengambil
keputusan dengan musyawarah terhadap hal-hal yang menyangkut kegiatan
akademik di luar perkuliahan; 5) Berdiskusi dengan mahasiswa dalam mengerjakan
tugas kelompok di luar perkuliahan. Konsepsi demokrasi Berketuhanan yang Maha
Esa dalam gagasan kedudukan dan pelaksanaan di Indonesia, tetap menjadikan
Pancasila sebagai pedoman dan pandangan hidup falsafah ideology dan dasar
negara serta nilai-nilai dan etik moral yang tinggi dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara. Pancasila secara integral dan komprehensif dalam
kedudukannya dapat berfungsi sebagai cita negara dan cita hukum dalam konteks
negara hukum demokratis sehingga diharapkan dapat lebih akseleratif membawa
Indonesia sebagai negara kebangsaan yang religious dan demokratis dalam
mewujudkan tujuan kita bernegara sesuai amanat pembukaan UUD 1945 (Mamang,
2017;20).
4. Pemilihan Kepala Desa (Pilkades) 2008-2013 di tiga desa yaitu di desa Neglasari
Kecamatan Salawu Kabupaten Tasikmalaya yg bertipologi tradisional, di desa
Cimekar kecamatan Cieleunyo Kabupaten Bandung yang bertipologi transisional
dan di desa Cipacing Kecamatan Jatinangor Kabupaten Sumedang yang bertipologi
modern telah berlangsung secara relatif demokratis. Masih ada beberapa bagian
dari kriteria sebuah demokrasi yg ideal yg belum dapat dicapai dalam pilkades di 3
(tiga) desa itu. Penelitian ini menemukan bahwa fenomena praktek Pilkades di tiga
desa itu sebagian telah memenuhi kriteria ideal dari demokrasi, namun sebagian
kriteria lainnya masih belum terpenuhi. Dua kriteria yang berlaku sepenuhnya di
tiga desa itu adalah kriteria partisipasi efektif dan kontrol terhadap agenda.
Sedangkan tiga kriteria lain yaitu kesetaraan pilihan, pemahaman yang memadai,
dan inklusif masih belum sepenuhnya tercapai. Dalam hal ini, dapat dikatakan
bahwa praktik demokrasi dalam Pilkades di tiga desa dalam perspektif kriteria ideal
sebuah demokrasi, capaiannya antara lain berkaitan dengan sejarah perkembangan
praktik demokrasi pada masa-masa sebelumnya. Pada akhirnya, konsep demokrasi
dimaknai berbeda-beda dalam praktik masing-masing Pilkades yang diteliti.
5. Di dalam penelitain yang berkaitan dengan Partisipasi Politk Masyarakat Papua
dalam Pemilihan Kepala Kampung, adalah sebagai berikut: Kurangnya tingkat
partisipasi politik masyarakat dipengaruhi oleh beberapa faktor yakni, sifat apatis
dari masyarakat itu sendiri, sosialisasi politik, distribusi surat suara yang masih
belum efektif, peran media masa dalam memberikan pemahaman dan informasi
kepada masyarakat, serta kinerja dari komisi pemilihan umum daerah yang masih
belum maksimal menyebabkan terjadinya kelesuan serta kurangnya partisipasi
masyarakat.
6. Dalam penelitian yang berjudul Partisipasi Masyarakat Dalam Pemilihan Kepala
Desa Di Desa Mamuya Kecamatan Galela Kabupaten Halamahera Utara Tahun
2010 Faktor ekonomi bisa jadi merupakan penentu utama mengapa seseorang tidak
memilih, hal ini terjadi ketika demokrasi yang dilaksanakan selama ini tidak
berbanding lurus dengan kemakmuran masyarakat, ketika kran demokrasi dibuka
lebar-lebar ternyata tidak membawa dampak yang positif terhadap masyarakat yang
terjadi adalah masyarakat lebih memilih untuk bekerja daripada datang ke TPS
untuk memilih.Terjadinya pergeseran kultur masyarakat desa yang dulunya
paternalistik, dan tergantung pada pemimpinnya sekarang sudah tidak lagi
menempatkan pemimpin sebagai sesuatu yang paling penting, artinya mencari uang
adalah sesuatu yang lebih penting, ada proses pergeseran dari masyarakat
tradisional ke masyarakat yang materialistik yang tengah terjadi pada masyarakat
desa Mamuya. Secara sosiologis fase di atas oleh para ahli masuk dalam fase
perubahan sosial transisional. Fase ini bergerak dari masyarakat tradisional menuju
ke masyarakat modern. Ciri-cirinya adalah kehidupan desa Mamuya sudah maju
dan isolasi terhadap salah satu kelompok masyarakat mulai berkurang. Penggunaan
media informasihampir merata, hanya saja secara geografis kehidupan masyarakat
transisi masih berada di pinggiran kota dan hidupnya pun masih mencirikan
kehidupan tradisional. Pola pikir dan sistem sosial tradisional silih berganti
digunakan, namun mengalami penyesuaiandengan pola piker dan sistem sosial
yang baru dan inovatif. Ciri yang paling dominan adalah terjadinya proses asimilasi
budaya dan sosial yang belum tuntas. dan terlihat masih canggung dalam semua
dimensi kehidupan. Partisipasi masyarakat merupakan salah satu syarat untuk
mewujudkan pemerintahan yang demokratis, meskipun bentuk-bentuk partisipasi
masyarakat ini dapat diekspresikan dalam berbagai macam, namun pada umumnya
di negara-negara demokrasi ada anggapan bahwa lebih banyak partisipasi
masyarakat akan lebih baik, artinya tingginya tingkat partisipasi menunjukkan
bahwa masyarakat mengikuti dan memahami masalah-masalah politik dan ikut
melibatkan diri dalam kegiatan-kegiatan tersebut. Ini menunjukkan bahwa rezim
yang bersangkutan memiliki keabsahan (legitimasi) yang tinggi, sehingga bisa
dimaknai adanya peraturan-peraturan yang mensyaratkan adanya qorum suara
berhubungan dengan sah tidaknya seseorang untuk menjadi pemimpin bertitik tolak
dari hal tersebut. Faktor Sistem PolitikPerilaku tidak memilih bukanlah tanpa
tujuan. Perilaku tidak memilih sebenarnya dimaksudkan sebagai simbol atas
berbagai bentuk protes politik yang tidak tersuarakan. Perilaku tidak memilih bagi
para pelakunya bisa merefleksi berbagai pesan.Tidak ada pesan tunggal dari
perilaku tidak memilih, di banyak negara maju sebagian pemilih berperilaku tidak
memilih hanya sekedar untuk menunjukkan bahwa mereka malas untuk datang ke
bilik-bilik suara, sebagian lainnya berperilaku tidak memilih untuk menunjukkan
bahwa mereka tidak setuju terhadap sistem politik yang sedang dibangun,
pemerintahan yang berkuasa, dan semacamnya.
Masyarakat bentuknya
partisipatis
Faktor yang
Pemilihan melatarbelakangi
kepala desa Masyarakat
tidak Faktor yang
partisipatif melatarbelakangi
BAB III
METODE PENELITIAN
3.6.1 Kuisioner
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini mengunakan teknik
pengumpulan data kuisioner yang ditujukan kepada responden. Kuisioner disebut
juga dengan pengumpulan data melalui daftar pertanyaan. Menurut Nazir (2014),
kuisioner adalah pertanyaan-pertanyaan yang disusun dan diberikan untuk
memperoleh respon dari responden, karena yang mengisi jawaban adalah
responden itu sendiri. Pertanyaan-pertanyaan yang terdapat dalam kuesioner
tersebut cukup terperinci dan lengkap. Pertanyaan dalam kuesioner yang
diberikan kepada responden meliputi betuk partisipasi dan latar belakang
pastisipasi dalam pemilihan kepala Desa tahun 2017. Skala pengukuran kuisioner
menggunakan skala Guttman, skala Gutmann akan memberikan respon yang tegas
yang terdiri dari dua alternative. Kuisioner ini menggunakan skla Gutmann karena
kami mengiginkan jawaban yang tegas dari responden. Alternative jawaban yang
disediakan dalam kuisioner adala “Ya” dan “Tidak”.
Agustam. 2011. Konsepsi Dan Implementasi Demokrasi Pancasila Dalam Sistem Perpolitikan
Di Indoensia.vol 7: hal 80-91
BPS Kabupaten Gresik. 2017. Kabupaten Gresik Dalam Angka 2017. Gresik
BPS Kabupaten Gresik. 2015. Kabupaten Gresik Dalam Angka 2015. Gresik
Waluya, Jaka. 2005. Pendidikan dalam masyarakat tradisional dan modern.
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=19333&val=1225. 18 Maret 2018
Kusmanto Heri. 2014. Partisipasi Masyarakat dalam Demorasi Politik. Jurnal Ilmu
Pemerintahan dan Sosial. Vol 2: hal 77-89
Mashuri. 2014. Partisipasi Masyarakat Sebagai Upaya Pembangunan Demokrasi. Jurnal
Kewirausahaan. Vol 13: 178-186
Irawan Bambang Benny. 2007. Perkembangan Demokrasi Indonesia. Hukum dan Dinamika
masyarakat. Vol 5: hal 54-64
Gunarsi Sri, Nugraha Andri Bayu, dan Wahono Tri. 2014. Pelaksanaan Nilai Demokrasi di
Kalangan Mahasiswa. Jurnal Demokrasi. Vol -: hal 85-92
Septiani Melinda. 2017. Praktek Demokrasi dan Partisipasi Masyarakat dalam Pemilihan Kepaa
Desa di Desa Bajamulyo Kecamatan Juwana Kabupaten Pati. Jurnal Demokrasi. Vol -: hal
1-9
Agustam. 2011. Konsepsi Dan Implementasi Demokrasi Pancasila Dalam Sistem Perpolitikan Di
Indoensia. Jurnal TAPIs. Vol 7: 1-13
Yuningsih Yani Neneng. 2016. Demokrasi dalam Pemilihan Kepala Desa? Studi Kasus Desa
Dengan Tipologi Tradisional, Transisional, dan Modern di Provinsi Jawa Barat Tahun
2008-2013. Jurnal Politik. Vol 1: 231-261
Gosango Rosania. 2011. Partisipasi Masyarakat Dalam Pemilihan Kepala Desa Di Desa Mamuya
Kecamatan Galela Kabupaten Halamahera Utara Tahun 2010: 1-7
Kareth Marselina. 2014. Partisipasi Politik Masyarakat Dalam Pemilihan Kepala Kampung
(Suatu Studi Di Desa Karetubun Distrik Ayamaru Utara Kabupaten Maybrat). Skripsi.