Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang dan Tujuan

Gejala dan peristiwa pemerintahan – baik sebagai ilmu (knowledge) maupun


sebagai kemahiran (know-how) - dewasa ini semakin banyak diminati orang untuk
dipelajari dan didalami baik di Indonesia maupun di mancanegara. Hal tersebut
dapat dilihat dari semakin banyaknya literatur yang secara khusus membahas
pemerintahan, yang terlepas dari bayang-bayang kajian politik ataupun administrasi
publik. Dari berbagai literatur tentang pemerintahan yang ada diperoleh pemahaman
bahwa pemerintahan adalah sebuah sistem yang dinamis. Dilihat dari arah sistem
sebagaimana dikemukan oleh Bertalanffy, pemerintahan dapat dikategorikan
kedalam sociocultural system. Sebagai sebuah sistem dinamis, pemerintahan
selain dianalis komponen-komponen pembentuk sistemnya, perlu pula dipelajari
interaksinya dengan lingkungannya (environment) – baik lingkungan internal
maupun lingkungan eksternalnya. Dinamika yang terjadi dalam sistem pemerintahan
justru seringkali malah disebabkan karena adanya interaksi dengan lingkungannya.
Apalagi dalam era teknologi komunikasi dan informatika sepert sekarang ini, telah
menyebabkan perubahan lingkungan terjadi dengan sangat cepat dan sulit
diprediksi.

Turunnya berbagai pemegang tampuk kekuasaan di berbagai negara seperti


indonesia sendiri pada saat era Soeharto, merupakan contoh konkret mengenai
dinamika lingkungann eksternal dari sistem pemerintahan yang berpengaruh secara
langsung terhadap sistem pemerintahan yang sedang berjalan. Lingkungan
eksternal telah mendorong disusunnya sistem pemerintahan baru, yang sangat
mungkin berbeda secara signifikan dengan sistem pemerintahan yang lama.
Ketegangan hubungan antara Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dengan
tokoh-tokoh agama pada awal 2011 menunjukkan adanya ketidakpekaan sistem
pemerintahan terhadap dinamika lingkungan eksternalnya. Apabila presiden sebagai
pengelola sistem pemerintahan tertinggi dalam sebuah negara berbicara dalam
bahasa makro, maka menyatakan bahwa ekonomi Indonesia tahun 2010 tumbuh
6,1% itu adalah sebuah kenyataan, tetapi apabila para tokoh agama mengatakan
masih banyak masyarakat yang masyarakat yang miskin itu juga adalah sebuah
kenyataan, sebab rasio Gini (Gini Ratio) di Indonesia memang masih tinggi.

Contoh kecil diatas mendorong penulis untuk mendalami lebih jauh mengenai
hubungan timbal balik antara sistem pmerintahan dengan lingkungan internal dan
eksternalnya yang dikemas dalam buku tentang ekologi pemerintahan. Tujusnnys
adalah untuk memberi pemahaman bagi para penyelenggara pemerintahan yang
berada di dalam sistem, para akademisi, maupun para mahasiswa yang belajar ilmu
pemerintahan sebagai calon birokrat, supaya lebih peka terhadap perkembangan
lingkungan. Kita tidak dapat lagi menggunakan berbagai paradigma lama tentang
ekologi pemerintahan yang bersifat statis karena lingkungan sistem pemerintahan
bergerak dan berubah dengan sangat dinamis, dan seringkali sulit diprediksi.
BAB II
ASAL-USUL DAN RUANG LINGKUP
EKOLOGI PEMERINTAHAN

2.1 Asal-Usul dan Sudut Pandang Kajian Ekologi Pemerintahan

Dilihat secara etimologis, ekologi pemerintahan berasal dari dua kata yakni
ekologi dan pemerintahan. Ekologi atau ilmu tentang lingkungan hidup, tumbuh dan
berkembang dari biologi yang menggambarkan adanya hubungan timbal balik
anatara makhluk hidup dengan lingkungan sekitarnya, termasuk kemampuan
beradaptasi dengan perubahan lingkungan.

Menurut Wikipedia kata ekologi berasal dari bahasa Yunani ”eokos” dan
“logos” yang awalnya berarti studi mengenai rumah. Jadi ekologi adalah studi ilmiah
yang mempelajari hubungan antara makhluk hidup yang sat dengan lainnya serta
dengan lingkungan sekitarnya.

Definisi ekologi diberikan pula oleh Otto Soemarwoto yang mengatakan


bahwa: “ilmu tentang hubungan timbal balik makhluk hidup dengan lingkungan
hidupnya disebut ekologi. Oleh karena itupermasalahan lingkungan hidup pada
hakekatnya adalah permasalahan ekologi.” Otto Soemarwoto selanjutnya juga
menggambarkan bahwa ekologi berinteraksi pula dengan bidang-bidang lainnya,
sehingga memunculkan ekologi pembangunan, ekologi kependudukan, ekologi
pangan, ekologi pariwisata, serta bidang-bidang lainnya yang menggambarkan
adanya interaksi dengan lingkungan hidupnya.

Berdasarkan berbagai penjelasan di atas dapat disusun asumsi dasar


pertama yakni sebagai berikut.

ASUMSI DASAR PERTAMA:

PEMERINTAH ADALAH SEBUAH ORGANISME HIDUP, YANG LAHIR,


HIDUP, BERKEMBANG DAN DAPAT MATI. OLEH KARENA ITU GEJALA
DAN PERISTWA PEMERINTAHAN DAPAT DIANALISIS DENGAN KAJIAN
EKOLOGI.

Pemerintah dikatakan demikian karena pemerintah adalah lembaga negara


yang diberi kewenangan untuk melindungi, melayani, memfasilitasi kepentingan
negara dan publik. Sedangkan ilmu pemerintahan adalah ilmu yang mempelajari
gejala dan peristiwa pemerintahan dalam konteks kewenangan dan pelayanan
publik, Sebagai lembaga yang hidup dan berkembang, pemerintah berinteraksi
dengan lingkungan sekitarnya. Dalam konteks itulah kajian ekologi pemerintahan
dapat digunakan untuk menggambarkan, menjelaskan, mem-verifikasi gejala dan
peristiwa yang berkaitan dengan hubungan timbal balik antara pemerintah dengan
lingkungan sekitarnya.

Studi ekologi pemerintahan adalah studi ilmiah yang memadukan antara


kajian ekologi dengan ilmu pemerintahan. Studi tersebut dapat dilihat dari tiga sudut
pandang yaitu sebagai berikut. Dari Sudut pandang ekologi, kajian ini melihat
pemerintahan sebagai sebuah “ekosistem”, sehingga berbagai teori, paradigma,
pendekatan, konsep, prinsip yang digunakan sebagai alat analisis pada ekologi
dipakai pula pada kajian ekologi pemerintahan. Beberapa hal penting yang biasanya
digunakan di dalam kajian ekologi yaitu :

a. Memandang objek sebagai sebuah ekosistem;


b. Penggunaan paradigma antroposentrik;
c. Penggunaan pendekatan holistik;
d. Adanya mekanisme yang berfungsi memelihara sistem dalam keadaan
seimbang dinamis.

Berdasarkan cara pandang pertama, maka sebuah entitas pemerintahan


dilihat sebagai sebuah ekosistem yang memiliki sebuah lingkungan strategis
tersendiri serta berinteraksi dengan lingkungannya. Dengan lingkungan yang
berbeda, sebuah entitas pemerintahan akan dapat memiliki interaksi yang berbeda,
sebuah entitas pemerintahan akan dapat memiliki interaksi yang berbeda dengan
entitas pemerintahan lainnya. Sedangkan menurut Dictionary.com bahwa yang
dimaksud dengan anthropocentric adalah “regarding man as the most important and
central factor in the universe.” Dengan demikian, pandangan antroposentrik melihat
manusia merupakan entitas yang terpenting dan menjadi faktor utama dalam alam
semesta. Konkordan dengan pandangan tersebut, apabila entitas pemerintahan
menggunakan pandangan antroposentrik maka pemerintah akan menjadi pusat
perhatian dan fakta utama dari kegiatan berbangsa dan bernegara.

Pendekatan holistik yaitu cara pandang yang dilakukan secara menyeluruh


dalam mengambil suatu kebijakan dengan menyingkirkan sifal egoisme dan
fanatisme yang berlebihan karna kebijakan yang akan diambil itu akan berdampak
pada seluruh lapisan masyarakat bukan hanya sebagian dari lapisan masyarakat.

Prinsip lainnya dalam memandang gejala dan peristiwa pemerintahan dari


sudut pandang ekologi adalah adanya mekanisme yang selalu memelihara sistem
dalam keadaan seimbang dinamis. Artinya, setiap aksi yang dilakukan oleh
pemerintah akan menimbulkan reaksi. Reaksi yang berlebihan dari kelompok
sasaran kebijakan pemerintah karena tidak diperhitungkan dengan cermat, dapat
menyebabkan karena tidak diperhitungkan dengan cermat, dapat menyebabkan
rusaknya semacam itu pada akhirnya akan menemukan titik keseimbangan baru,
baik secara alamiah maupun melalui suatu rekayasa. Keseimbangan yang terjadi
secara alamiah akan berjalan sangat lambat karena sifatnya evolutif.
BAB III
MEMAHAMI PEMERINTAHAN
SEBAGAI SEBUAH SISTEM

3.1 Pengertian dan Komponen Pembentuk Sistem Pemerintahan

Mempelajari ekologi pemerintahan tidak dapat dilepaskan dari pemikiran


dasar mengenai ekologi yang digagas oleh para ahli ekologi. Menurut Otto
Soemarwoto, bahwa “konsep sentral dalam ekologi ialah ekosistem, yaitu suatu
sistem ekologi yang terbentuk oleh hubungan timbal balik antara makhluk hidup
dengan lingkungannya. Ekosistem terbentuk oleh komponen hidup dan tak hidup di
suatu tempat yang berinteraksi membentuk suatu kesatuan yang teratur.” Ekologi
pemerintahan sebagai perpaduan antara kajian ekologi dan ilmu pemerintahan
meminjam pula konsep sentral ekosistem, dalam arti mempelajari ekologi
pemerintahan dengan melihat pemerintah sebagai sebuah sistem, yakni
mempelajari hubungan timbal balik antara sistem pemerintahan sebagai “makhluk
hidup” dengan lingkungannya.

Pemerintah sebagai sebuah sistem harus pula memiliki keseimbangan


dinamis, agar sistemnya dapat bekerja dengan optimal serta mampu menjaga
eksistensinya. Keseimbangannya perlu dipelihara oleh seluruh komponen sistem
tanpa terkecuali. Untuk kepentingan tersebut, maka semua anggota sistem harus
“sadar sistem”, artinya mereka harus memahami sistem teori sistem dan bekerja
secara sistemik. Semua komponen sistem mempunyai peran fungsional, sehingga
tidak perlu ada egoisme komponen, karena merasa unitnyalah yang paling penting.

Untuk menjaga agar sistem pemerintahan tetap seimbang dinamis, perlu


dibuat mekanisme umpan balik (feedback) dan umpan ke depan (feedforward) yang
terbuka dan objektif. Apabila mekanismenya terhambat atau dibuat artifisial, ada
kemungkinan besar sistem akan terganggu, bahkan pada ujungnya dapat membuat
sistem pemerintahan menjadi mandeg atau kolaps. Pimpinan organisasi
pemerintahan yang sadar sistem akan membuka seluas-luasnya mekanisme umpan
balik supaya dia mendapat informasi yang aktual dan akurat. Mekanisme umpan
balik dapat berupa penyediaan kotak saran, melalui rapat, mebuka jejaring sosial
terbatas dan berbagai cara lainnya.

Pemerintah organisasi pemerintah pada prinsipnya adalah sebuah sistem


yang terbuka. Bahkan organisasi intelijen sekalipun seperti BIN (Badan Intelijen
Negara) meskipun organisasinya bersifat tertutup, tetapi ia adalah sebuah sistem
terbuka. Untuk menjalankan fungsinya, badan intelijen memerlukan berbagai
masukan dari pihak luar sistem baik berupa dana, peralatan dan terutama. Bedanya
dengan organisasi pemerintah lainnya adalah semua proses dalam organisasi
pemerintah lainnya adalah semua proses dalam organisasi intelijen bersifat tertutup,
karena hanya diketahui oleh orang yang diberikan akses, yang jumlahnya terbatas.

3.2 Sistem Dilihat Secara Hierarkis

Dari definisi sistem yang dikutip dari berbagai sumber diperoleh pemahaman
bahwa sistem dapat dilihat secara hierarakis maupun secara fungsional. Selain itu,
dibedakan pula antara sistem yang bersifat tertutup serta sistem yang bersifat
terbuka. Berkaitan dengan pandangan mengenai sistem secara hierarkis maka
sistem itu terdiri dari bagian-bagian subsistem atau sistem yang lebih kecil
berjenjang kearah yang lebih besar dalam susunan hierarkisnya

3.3 Sistem Dilihat Secara Fungsional

Selain secara hierarkis, sistem dapat pula dilihat secara fungsional.


Komponen-komponen sistem dilihat secara fungsional meliputi:

a. Masukan (input);
b. Proses (process);
c. Keluaran (output);
d. Nilai guna (outcome);
e. Dampak (impact);
f. Manfaat (benefit);
g. Umpan Balik (feedback);
h. Umpan ke depan (feedforward);
i. Lingkungan (environment);

ASUMSI DASAR KEDUA :

PEMERINTAH ADALAH SEBUAH SISTEM TERBUKA UNTUK MEMAHAMI


GEJALA DAN PERISTIWA PEMERINTAH DAPAT DIGUNAKAN TEORI
SISTEM.
BAB IV
LINGKUNGAN INTERNAL
SISTEM PEMERINTAHAN

4.1 Visi dan Misi Organisasi

Setiap organisasi bisnis maupun pemerintah perlu memiliki visi jangka


panjang, menengah, dan pendek. Semakin panjang durasi waktu sebuah
perencanaan maka tingkat ketepatannya juga rendah apalagi dengan asumsi yang
tidak kuat

Menurut parmenter , visi merupakan gambaran garis besar keinginan suatu


organisasi dalam kurun waktu tertentu. Visi dan misi organisasi dalam konteks
ekologi pemerintahan dipengaruhi oleh dimensi waktu, ruang, dan konteks.
Maksudnya visi dan misi organisasi pemerintah dibuat untuk kurun waktu tertentu
dan apabila sudah tercapai akan ditinggalkan, untuk kemudian dibuat visi dan misi
baru yang lebih menantang.

Dilihat dari dimensi ruang, dapat diapahami bahwa visi dan misi organisasi
pemerintahan disusun untuk ruang tertentu, misalnya ada visi misi organisasi
pemerintahan nasional, dan adapula yang subnasional. Ruang dalam hal ini dapat
dilihat sebagai wilayah yurisdiksi dari kekuasaan suatu entitas pemerintahan.

Dilihat dari dimensi wktu, hubungan timbal nalik antara sistem pemerintahan
dengan visi misi organisasinya terikat pada kurun waktu tertentu. Salah satu ciri visi
yang baik adalah yang terikat pada waktu

Dilihat dari dimensi konteks, visi misi organisasi pemerintah yang


memengaruhi sistem pemerintahan dapat dibedakan antara visi dan misi
pemerintahan, visi misi pembangunan, maupun visi misi tata ruang.

4.2 Budaya Organisasi

Budaya organisasi adalaha seperangkat nilai dan norma yang telah dipahami
bersama yang digunakan untuk mengendalikan interaksi anggota organisasi yang
satu dengan lainnya serta dengan pemasok, pelanggan dan pihak lain yang berada
di luar organisasi

Penjelasan untuk konteks organisasi pemerintah di Indonesia dapat diringkas


yaitu sebagai berikut :
- Perilaku yang dapat diobservasi pada saat pejabat pemerintah berinteraksi
antara lain dalam penggunaan bahasa dinas maupun luar dinas, baik
menggunakan bahasa nasional atau bahasa daerah

- Norma kelompok pada organisasi pemerintahan menggambarkan bahwa


umumnya ada penghormatan pada atasan secara berlebihan, seperti berlaku
prinsip “the boss can do no wrong”.

- Pada organisasi pemerintah tidak semuanya memiliki “espoused values”,


atau nilai dan prinsip yang coba ingin dicapai, sehingga banyak pegawainya
bekerja secara naluriah, bekerja karena perintah aturan atau atasan

- Pada setiap organisasi pemerintah seharusnya memiliki filososfi formal yang


diturunkan dari filosofi atau falsafah bangsa. Berisi tentang garis besar
kebijakan dan prinsip ideologis yang memberikan pedoman dalam hubungan
antar pegawai, atasan ke pegawai, dll

- Dalam setiap organisasi pemerintah terdapat aturan umum yang diatur


dalamperaturan perundangan, tapi ada juga yang berlaku khusus dalam
organisasi sebagai aturan main, baik dalam konotasi positif ayau konotasi
negatif

- Iklim organisasi pada organisasi pemerintah pada umumnya kurang


memperoleh pehatian yang memadai. Masih banyak kantor yang kurang
memperhatikan tata ruang, sirkulasi pegawai, atau bahkan kantin yang
representif.

- Keahlian ang terjalin dimaksudkan adanya kompetensi yang dimiliki oleh


setiap pegawai pemerintah sehingga terbangun organisasi yang profesional

- Paradigma kebiasaan berpikir, model mental atau bahasa

- Konsep mengenai “makna yang disebarluaskn”, maksudnya dalam setiap


rapat pimpian menyampaikan berbagai pesan moral yang bertujuan memberi
motivasi pada semua pegawai untuk meningkatkan kinerja dalam mencapai
tujuan

- Konsep lambang-lambang yang maksudnya adalah setiap organisasi


memiliki model pakaian seragamnya sendiri yang berbeda-beda.

4.3 Organisasi / Pemerintahan Bayangan

Pemerintah bayangan seringkali diakaitkan dengan jaringan mafia, karna


punya tujuan yang sama yakni mencari keuntungan yang sebesar-besarnya, dengan
modal sekecil-kecilnya, tanpa terjerat oleh hukum. Pemerintahan bayangan di
Indonesia sudah ada sejak awal kemerdekaan. Petrus merupakan salah satu
fenomena pemerintahan bayangan

4.4 Hubungan Pemerintah dengan Subsistem dan Sub-subsitemnya

Hubungan antara pemerintah nasioanl dengan subnasional dalam konteks


sistem akan bergantung pada tiga hal, yakni :

1. Bentuk Negara

2. Sistem politik

3. Sistem pemerintahannya

Pada negara kerajaan atau monarki, maka hubungan pemerintahan nasional


dan subnasional pada umumnya bersifat sangat hirarkis karna kekuasan mutlak
berada di tangan pimpinan

Pada negara federan, hubungan antara pemerintah nasional dan subnasional


bersifat heterarkis, karna sumber kekuasaan pemerintah federal justru berada dari
pemberian sebagian kekuasaan pemerintah negara bagian yang diatur dalam
konstitusi

Pada negara kesatuan, hubungannya akan bergantung pada sejarah


terbentuknya negara dan sistem pemerintahannya, tetapi karakteristik dari negara
unitaris adalah sentralistik.

Made Suwandhi menggambarkan 7 elemen hubungan pemerintah nasional


dan subnasional, yakni :

1. Kewenangan atau urusan pemerintahan

2. Kelembagaan

3. Personil

4. Keuangan daerah

5. Perwakilan daerah

6. Pelayanan publik

7. Pembinaan dan pengawasan


Gambaran dinamika hubngan pemerintah nasional dan subnasional di
indonesia :

1. Pembagian kekuasaan antarsusunan pemerintahan

2. Pembagian sumber-sumber keuangan

3. Pengaturan tentang kepegawaian

4. Pengaturan tentang pengelolaan kekayaan negara dan daerah

5. Pengaturan mengenai mekanisme pertanggungjawaban

6. Pengaturan tentang pembinaan dan pengawasan

Hubungan antara pemerintah nasional dan subnasional mencakup pula


bidang kepegawaian. Pengaturan dan penyelenggaraan manajemen kepegawaian
negara dilakukan secara terpadu di tingkat nasional. Pemerintah menetapkan
norma, standar dan prosedur perencanaan, perekrtutan, penempatan, sistem dan
pola kapasitas, pengawasan dan pensiun pegawai, dll.

Selain itu menyangkut tata keuangan. Mengenai keuangan, Indonesia


menggunakan paradigma keuangan perimbangan keuangan yang didasarkan pada
filosofi bahwa kekayaan negara adalah milik seluruh bangsa.

Isu lainnya adalah mekanisme pelaporan dan pertanggungjawaban dari


pemerintah subnasional kepada nasional, karna hal tsb memengaruhi kinerja sistem.
Untuk menjaga kewibawaan pemerintah nasional, pemerintah nasional perlu
memiliki kewenangan malukakan interensi terhadap pemerintah subnasional.

Isu lainnya adalah dalam sudut pandang ekologis wilayah kerja. Hal tsb juga
dianggap penting dalam RUU tentang tata hubungan kewenangan antara
pemerintah dan pemerintah serta antar pemerintah daerah.

BAB V
LINGKUNGAN EKSTERNAL
SISTEM PEMERINTAHAN

5.1 Ideologi dan Politik

Faktor pertama dan paling penting dalam terbentuknya pemerintahan adalah


ideologi dan politik, karna ideologi akan menentukan bagaimana bentuk negara,
sistem politik, serta hubungan antara negara dan pemerintah dengan rakyatnya.
Ideologi yang dianut oleh sebuah negara akan memberi warna pada sistem
pemerintahannya

Sejak era reformasi, Indonesia melakukan perubahan besar di bidang politik.


Pada saat sekarang digunakan paham demokrasi yang lebih merujuk pada model
demokrasi amerika serikat. Demokrasi terpimpin yang dicetuskan Presiden
Soekarno adalah sebuah model demokrasi yang melibatkan masyarakat luas dlaam
memilih pejabat publik dan membuat rancangan kebijakan publik, tapi putusan
strategis tetap berpusat dan ditentukan pemimpin negara.

Setelah era kepemimpinan Soekarno yang dinamakan orde lama berlalu,


digantikan oleh Soeharto yang disebut orde baru. Pada masai ini berkembang
paham demokrasi Pancasila yang bercirikan :

1. Pemerintah diajlankan berdasarkan konstitusi

2. Adanya pemilu berkesinambungan

3. Adanya peran kelompok kepentingan

4. Adanya penghargaan atas HAM serta perlindungan hak minoritas

5. Demokrasi Pancasila merupakan kompetisi berbagai ide dan cara untuk


menyelesaikan masalah

6. Ide-ide yang paling baik akan diterima, berdasarkan suara terbanyak

Namun sistem politik demokrasi yang dikembangkan Soeharto membuat


sistem pemerintahan menjadi sangat sentralistik melebihi jaman orde lama
Soekarno

Setelah runtuhnya orde baru, datanglah era reformasi yang diharapkan dapat
melakukan koreksi total terhadap rezim penguasa sebelumnya baik pada masa orde
lama ataupun orde baru. Sistem yang dianut adalah demokrasi tanpa tambahan
nama dibelkangnya.

5.2 Ekonomi

Pada sistempemerintahan di negara berideologi sosialisme, ekonomi


dikendalikan oleh pemerintah, dan peran swasta sangat terbatas, birokrasi negara
memegang peran penting dalam mengatur jalannnya pasar sehingga mekanisme
pasar tidak dominan

Pada negara kapitalis liberal, peran pemerintah sangat terbatas. Dominasi


kegiatan ekonomi ditentukan oleh pasar, yang kemudian dikuasai oleh pemilik modal
terbesar
Dalam konteks ekologi pemerintahan, sistem pemerintahan mempunyai
pengaruh timbal balik dengan sistem ekonomi suatu bangsa. Maju atau mundurnya
perekonomian sebuah bangsa sangat ditentukan kinerja sistem pemerintahannya.
Pada sisi lain, sistem ekonomi juga memengaruhi secara timbal balik pada sistem
pemerintahan. Sistem ekonomi kapialis-liberalis apabila tidak diawasi secara ketat
hanya akan menciptakan pemerintahan pencari rente yang berujung korup

5.3 Sosbud

Dikaitkan dengan ekologi pemerintahan, faktor sosial budaya perlu


diperhatikan oleh para aktor penyelenggara pemerintahan. Sebab apabila salah
memahami kondisi sosial budaya masayarakat di mana mereka bekerja melayani
publik, justru akan timbul masalah. Nilai positif dalam kehidupan sosial hendaknya
digunakan untuk mendorong pencapaian tujuan organisasi pemerintahan yakni
melayani masyarakat untuk meraih kebahagiaan lahir dan batin. Demikian pula
budaya setempat sebagai hasil budi, daya, dan karsa msyarakat perlu dimanfaatkan
untuk mendorong kinerja pemerintah, yang pada nilai baliknya akan menguntungkan
masayarakat.

5.4 Agama

Bagi bangsa Indonesia yang religius, faktor agama memegang peran penting
dalam kehidupan masyarakat yang secara langsung maupun tidak langsung
berpengaruh pada sistem pemerintahan.

5.5 Pertahanan dan Keamanan

Di semua negara, urusan pertahanan menjadi domainnya ppemerintah


nasional karna menyangkut eksistensi sebuah negara. Dikaitkan dengan ekologi
pemerintahan, maka filososfi, strategi, serta tantangan dalam bidang pertanan akan
memberi warna nyata dalam aktivitas pemerintahan.

Berbeda dengan pertahanan, pengelolaan urusan keamanan yang biasanya


ditangani oleh kepolisian masih dapat diperdebatkan antara ditangani secara
terpusat atau didesentralisasikan. Sistem kepolisian di Indonesia adalah terpadu,
tetapi apabila dicermati UU tentang kepolisian nampak adalah sistem kepolisian
Indonesia adalah terpusat

5.6 Teknologi Informasi dan Komunikasi

Revolusi teknologi informatika menalhirkan pemerintahan yang terbuka


dengan ciri utama penggunaan teknologi informatika dan komunikasi untuk
menjalankan tugas pemerintahan
BAB VI
LINGKUNGAN FISIK DAN NONFISIK

6.1 Lingkungan Fisik

1. Letak geografis

Variabel penting lainnya yang memengaruhi sistem pemerintahan dalam


konteks ekologis adalah lingkungan fisik berupa letak, kondisi maupun bentuk
geografis di mana sebuah entitas pemerintahan itu berada. Seperti yang diketahui
bersama bahwa Indonesia adalah Negara kepulauan terbesar di dunia. Berkaitan
dengan karakteristiknya sebagai negara kepulauan, Indonesia menghadapi
masalahdalam tata kelola pemerintahannya. Apabila kita membaca buku Tepian
Tanah Air, hasil kerja keras Wanadri dan Rumah Nusantara, dapat diperoleh
informasi bahwa masih banyak pulau-pulau Indonesia, terutama yang terletak di
bagian paling luar masih tertinggal jauh dibandingkan daerah lainnya. Untuk
menghadapi masa depan yang turbulen dan sulit diprediksi, wahyono menyarankan
dibangun kepemimpinan bangsa Indonesia ynag berjiwa bahari, yang didukung oleh
empat hal, yakni:

1) Adanya visi maritim yang jelas dan dihayati seluruh rrakyat Indonesia

2) Adanya penyiapan pemimpin-pemimpin yang memiliki ciri-ciri kebaharian


dalam karakter dan wawasan berpikirnya, bagaikan seorang nakhoda kapal
pelayaran samudera

3) Adanya penyiapan pemimpin-pemimpim yang mampu menggerakkan


bangsanya untuk bangkit menghadapi tantangan dunia maju serta tekad dan
keberanian untuk membangun kekuatan dan kemampuan maritim

4) Adanya tekad seluruh bangsa Indonesia, pemerintah dan segenap


rakyatnya untuk membangun Indonesia sebagai negara maritim yang berjaya, yang
dilandasi nilai-nilai Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika Banyak paradoks yang
terjadi di Indonesia yang sebenernya lebih disebabkan oleh salah urus negara
karena sebagian penyelenggara negaranya merupakan bagian dari “rent-seeking
government”.

Paradoks lainnya dalah bahawa Indonesia sebagai n egara kepulauan


(archipelagic state) Terbesar di dunia, memiliki pantai nomor kedua terpanjang di
dunia. Paradoks lainnya adalah Indonesia masih menjadi pengimpor bahan bakar
fosil sebagai sumber energi, padahal banyak sekali sumber energi terbarukan
lainnya yang luar biasanya besarnya seperti matahari, gelombang air laut, angin
dlsb.Dari rentetan penjelasan di atas apabila dikaitkan dengan ekologi pemerintahan
dapat disimpulkan bahwa pemerintahan Indonesia sat ini, baik pada tingkat nasional
apalagi daerah, belum menggunakan pandangan ekologis dalam menjalankan
pemerintahannya.

2. Bentuk dan kondisi geografis

Selain letak geografis, bentuk geografis secara timbal balik juga


memengaruhi system pemerintahan. Bentuk geografis Indonesia yang terdiri dari
banyak pulau dan kepulauan selayaknya dikelola sebagai sebuah negara maritim
dengan model pemerintahan maritim atau bahari. Bentuk dan kondisi geografis
lainnya yang memengaruhi sistem pemerintahan adalah banyaknya gunung berapi
dan letak Indonesia yang berada pada lingkaran cincin api ( ring of fire).

Gambaran lebih lengkap dan rinci mengenai Indonesia sebagai negara yang
berada dalamlingkaran cincin api, dapat dilihat dari buku Blair dan Blair atau foto dan
video dari Kompas Ekspedisi Cincin Api 2011. Berdasarkan Natural Disaster Risk
Index (NDRI) 2010, Indonesia adalah negara dengan tingkat bencana alam tertinggi
kedua setelah Bangladesh, dengan kategori “extreme risk.” NDRI ini disusun oleh
perusahaan penasehat risiko global bernama maplecroft, dengan mengukur dampak
bencana alam terhadap manusia.

6.2 Lingkungan Nonfisik

Variable penting lainnya yang memengaruhi sistem pemerintahan dalam


konteks ekologis adalah lingkungan nonfisik berupa filosofi, norma, tata nilai yang
secara nyata memberi warna dalam penyelenggaraan pemerintahan. Dalam konteks
kehidupan berbangsa, bernegara, berpemerintahan, sudah ada filosofi yang
disepakati bersama yakni Pancasila. Berdasarkan karakteristik geografis yang
berwujud pulau dan kepulauan, Indonesia dihuni oleh banyak sekali suku bangsa
dengan kebudayaannya masing-masing. Bersatunya suku bangsa yang sedemikian
banyak dan bervariasi tersebut tidak terlepas dari jasa Kerajaan Majapahit. “Gaya
Majapahit” nampaknya digunakan juga oleh para pemuda Nusantara pada saat
berdiskusi menjelang Sumpah Pemuda tahun 1928, yang salah satu isisnya adaalh
mengenai Bahasa persatuan atau Bahasa nasional. Dari segi politik, di Indonesia
tidak terdapat partai politik dengan ideologi ekstrem, baik ekstrem kiri (ultra
nasionalis) maupun ekstrem kanan ( ultra agama), yang ada ialah ideology nasional
dan ideology agama yang lunak (soft). Karakteristik social politik sebagaiman
digambarkan di atas perlu di pahami oleh para penyelenggara negara dan
pemerintahan daerah, sehingga mereka dapat menyelenggarakan tugas dan
fungsinya secara optimal.
Desentralisasi asimetris yang dijalankan saat ini merupakan salah satu
jawabannya, asalkan arah perubahannya terprogram dan terkendali, sebab
desentralisasi asimetris yang sangat luas di Negara unitaris hanya tinggal selangkah
menuju bentuk nagara federasi. Sejak Indonesia merdeka sebenarnya juga telah
menggunakan desentralisasi asimetris, meskipun dalam cakupan yang masih
terbatas. Pada sisi lain, desentralisasi asimetris juga dapat menimbulkan keirihatian
bagi entitas subnasional yang tidak memperoleh desentralisasi asimetris, sehingga
dapat menimbulkan ketegangan hubungan antarentitas subnasional.

BAB VII
MENYELENGGARAKAN PEMERINTAHAN
BERWAWASAN EKOLOGIS

7.1 Perubahan Paradigma Mengenai Ekologi

Bencana alam yang terjadi di dunia ini disebabkan oleh alam (nature
disaster)maupun ulah manusia (manmade disaster). Pemerintah sebagai lembaga
tinggi negara harus mampu menjadi pelopor pelestarian dan keseimbangan
lingkungan hidup. Banyak buku yang berkembang sekitar tahun 1990-an
menjelaskan mengenai perlunya menjaga kelestarian lingkungan hidup. Dalam buku
tersebut dijelaskan secara rinci mengenai permasalahan-permasalahan lingkungan
yang terjadi di antaranya tentang kelangkaan air, ancaman terumbu karang,
kebijakan energi alternatif, maningkatnya pemanasan global.

7.2 Membangun Kecerdasan Ekologis

Kesadaran ekologis harus dimiliki oleh para politisi dan pejabat pemerintahan
yangcakan membuat dan melaksanakan kebijakan publik. Kesadaran tersebut juga
harus dimiliki oleh para penegak hukum, mulai dari polisi, jaksa, dan terutama
hakim, agar para penghancur bumi yang hanya mengejar keuntungan sesaat dapat
dihukum berat sehingga menimbulkan efek jera. Selain itu, kesadaran ekologis juga
harus dimiliki oleh para pebisnis, karena merekalah yang bekerja mengubah sumber
daya alam menjadi produk-produk industri yang mendatangkan keuntungan. Banyak
perilaku jahat yang menghancurkan bumi mendapat dukungan dari politisi busuk,
birokrasi bandit, serta penegak hukum yang korup.
7.3 Menyelenggarakan “Green Goverment”

Dalam menjalankan peran pemerintah sebagai penjaga kelestarian wilayah,


perlu dibangun sebuah paradigma bari bagi para penyelenggara negara dan
penyelenggara pemerintahan subnasional, yakni paradigma pemerintahan pro-
lingkngan hidup atau “green goverment”. “Pemerintahan hijau”merupakan lembaga-
lembaga pemerintahan pada tingkat nasional maupun subnasional yang bekerja
untuk membangun masyarakat yang berkelanjutan. Titik tekannya pada bekerja
secara langsung, dan memberi contoh konkret – bukan hanya membuat kebijakan
dan berbicara. Karena dengan kebijakan yang konsisten dan contoh nyata,
masyarakat luas akan mendukung kebijakan yang dibuat oleh pemerintah.

Dalam pembagian urusan pemerintahan, PP Nomor 38 Tahun 2007


menggunakan model cafetaria, bentuknya pemerintah pusat menyediakan
seperangkat urusan pemerintahanyang terdiri dari urusan wajib dan urusan pilihan.
Masing-masing daerah dapat mengambil urusan pemerintahan sesuka hatinya,
karena tidak ada kriteria yang jelas untuk memilihnya. Akibatnya sebagian daerah
mengambil semua urusan pilihan tanpa memperhitungkan resikonya, yakni
organisasinya menjadi besar dan anggaran untuk belanja publik menjadi sedikit
karena terpakai untuk belanja.

Anda mungkin juga menyukai