Anda di halaman 1dari 9

Tugas Hukum Kepariwisataan

(Review Buku)

Mata Kuliah : Hukum Kepariwisataan

Dosen Pengampu : Dr. Drs I Wayan Wesna Astara ,SH.,M.Hum

OLEH :

Ni Kadek Erika Manggala

(1910121321)

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS WARMADEWA

DENPASAR

2021
Identitas Buku

Judul Buku : HUKUM KEPARIWISATAAN & NEGARA KESEJAHTERAAN (Antara Kebijakan


dan Pluralisme Lokal)
Penulis : Isharyanto,Maria Madalina,Ayub Torry S.K.
Cetakan : Cetakan Pertama
Tebal : 198 Halaman
ISBN : 978-602-269-362-8

Tentang Buku
Buku Hukum Kepariwisataan & Negara Kesejahteraan (Antara Kebijakan dan Pluralisme
Lokal) ini merupakan buku edisi pertama yang diterbitkan pada Desember tahun 2019. Buku
ini memaparkan pemahaman penulisnya tentang Sektor pariwisata memiliki peran penting
dalam pembangunan devisa negara dan sebagainya. Naskah buku ini pada awalnya adalah
laporan penelitian Hibah Strategi Nasional (Stranas) Kementerian Riset, Teknologi, dan
Pendidikan Tinggi Tahun 2018. Kemudian dimodifikasi dan ditata ulang dalam format buku
untuk dapat diterbitkan pada tahun 2019

Buku ini ditunjukan dan layak dikoleksi maupun di baca para mahasiswa hukum ,sosiologi,
antropologi, kebudayaan dan hukum negara sebagai pelengkap ilmu.Buku ini adalah cetakan
pertama yang terdiri dari 5 bab dan disetiap babnya terdiri dari beberapa sub bab.Halaman
keseluruhan dari buku ini adalah 198 halaman dengan warna sampul cover abu – abu

PENDAHULUAN
Pada Bab 1 membahas mengenai Penelitian model kebijakan kepariwisataan berbasis
pluralisme lokal untuk mewujudkan negara kesejahteraan penting untuk dilakukan karena
beberapa pertimbangan sebagai berikut. Salah satunya, Pariwisata merupakan sektor yang
semakin penting karena memberi manfaat ekonomi bagi penduduk. Dampak yang
ditimbulkan pariwisata terhadap perekonomian bukan hanya berasal dari pengeluaran
wisatawan tetapi juga dari penciptaan lapangan pekerjaan serta pengembangan sarana dan
prasarana. Pariwisata secara global menyumbang 9% gross domestic product (GDP) atau
USD 6 triliun, menciptakan 120 juta pekerjaan langsung dan 125 juta pekerjaan tak
langsung di bidang pariwisata. Di suatu negara, pariwisata berdampak terhadap
peningkatan produksi barang kebutuhan wisatawan; tumbuhnya usaha jasa layanan
pariwisata dan jasa akomodasi; peluang pekerjaan bagi masyarakat lokal; peningkatan
pendapatan masyarakat lokal; meningkatnya aksesibilitas jalan dan jasa transportasi; dan
bertambahnya layanan utilitas air bersih, listrik, dan telekomunikasi. Manfaat pariwisata
cenderung meningkat sejalan dengan peningkatan permintaan pariwisata dunia. Otto
Soemarwoto menyatakan bahwa pengembangan pariwisata merupakan kegiatan kompleks,
menyangkut wisatawan, kegiatan, sarana prasarana, objek dan daya tarik, fasiltas
penunjang, sarana lingkungan dan sebagainya.Oleh karena itu, dalam pengembangannya
harus memperhatikan terbinanya mutu lingkungan. kebijakan kepariwisataan tersebut dapat
digambarkan dalam alur gambar 1.2. Pandangan positif efek kebijakan kepariwisataan
menunjuk kepada 3 (tiga) hal penting yaitu, sumbangan sektor ini terhadap pemasukan
devisa, penciptaan lapangan kerja, pengembangan usaha dan keterkaitan dengan sektor
lain. Dalam aras makro, target pengembangan pariwisata yang dicanangkan dalam aras
negara selalu dikaitkan dengan pemasukan devisa. Devisa dibutuhkan suatu negara dalam
rangka menunjang program pembangunan di negara tersebut. Devisa yang masuk melalui
sektor pariwisata akan menambah cadangan devisa negara. Jika pariwisata (Antara
Kebijakan dan Pluralisme Lokal) berkembang berarti negara mempunyai cadangan devisa
yang cukup untuk membiayai impor barang-barang modal dan bahan baku dalam rangka
menunjang pengembangan sektor industri yang lain Untuk memberikan panduan dalam
rangka analisis fokus penelitian tersebut, Penulis merumuskan masalah sebagai berikut:
Tahun 1 : Bagaimanakah konstruksi dan analisis faktor-faktor yang mempengaruhi
kebijakan kepariwisataan berbasis pluralisme di tingkat lokal dalam perspektif pemerintahan
daerah? Tahun 2 : Bagaimanakah formulasi model kebijakan kepariwisataan berbasis
pluralisme lokal untuk mewujudkan negara kesejahteraan (welfare state)? C. Tujuan Khusus
1. Menyajikan skema dan uraian yang memuat konstruksi dan analisis faktor-faktor yang
mempengaruhi kebijakan kepariwisataan berbasis pluralisme di tingkat lokal dalam 4 Lihat
UU No, 17 Tahun 2007 tentang Pembangunan Jangka Panjang Bab IV 1.3. Angka 6
Mewujudkan Indonesia yang Demokratis Berlandaskan Hukum. (Antara Kebijakan dan
Pluralisme Lokal) perspektif pemerintahan daerah. 2. Menyusun formulasi model kebijakan
kepariwisataan berbasis pluralisme lokal untuk mewujudkan negara kesejahteraan (welfare
state). D. Temuan yang dihasilkan Tahun 1 Uraian yang memuat konstruksi dan analisis
faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan kepariwisataan berbasis pluralisme di tingkat
lokal dalam perspektif pemerintahan daerah. Uraian ini diharapkan menyajikan paparan
mengenai: (i) perspektif pemerintahan daerah dalam mensinergikan prinsip-prinsip hukum
kepariwisataan internasional dan nasional yang berlaku dewasa ini untuk landasan kebijakan
di daerah; (ii) perspektif pemerintahan dalam analisis faktor-faktor penting yang
berpengaruh signifikan terhadap kebijakan kepariwisataan berbasis pluralisme lokal; dan (iii)
perspektif pemerintahan daerah soal variabel kebijakan kepariwisataan berbasis pluralisme
lokal yang dapat memperkuat manfaat terhadap komunitas sosial, ekonomi, budaya
penduduk, dan lingkungan.
PEMBAHASAN

Pemabahasan pada buku ini baru dibahas pada bab IV.Pembahasan pertama yang di
bahas yaitu Bagian A.Buku ini membahas hal-hal yang pokok, difokuskan pada hal-hal yang
penting. Data hasil mengikhtiarkan dan memilah-milah berdasarkan satuan konsep, tema,
dan kategori tertentu akan memberikan gambaran yang lebih tajam tentang hasil
pengamatan juga mempermudah peneliti untuk mencari kembali data sebagai tambahan
atas data sebelumnya yang diperoleh jika diperlukan.Perspektif Pemerintahan dalam
Penyelenggaran Kebijakan Kepariwisataan, Aspek-aspek Penting Terkait dengan
Pemerintahan dan Kewenangan.Penulis menulis apa saja usaha untuk mencapai tujuan
negara sebagai organisasi kekuasaan, pemerintah menempati kedudukan yang istimewa.
Disini penulis menyinggung bahwa pemerintah diatur oleh hukum khusus yaitu hukum
administrasi sebagai instrumen pemerintah untuk secara aktif turut campur dalam
kehidupan bersama masyarakat dan sekaligus hukum yang memberikan perlindungan
kepada anggota kehidupan bersama itu.Negara adalah suatu organisasi masyarakat untuk
mengatur kehidupan bersama. Untuk mencapai tujuan bersama itu disusun suatu tatanan
pemerintahan sebagai sarana pelaksana tugas negara, beserta pembagian tugas dan batas
kekuasaan. Pemerintah atau administrasi negara adalah suatu abstraksi yang oleh hukum
dipersonifikasi dan diangkat sebagai realita hukum.Sebagai suatu abstraksi, pemerintah
tidak dapat melakukan tindakan-tindakannya tanpa melalui organnya. Organ tersebut
dikenal sebagai "jabatan" , yaitu pendukung hak dan kewajiban, sebagai subjek hukum
(person) berwenang melakukan perbuatan hukum (rechtsdelingen) baik menurut hukum
publik maupun menurut hukum privat

Selanjutnya pada pembasan tentang penulis menekankan bahwa penelitian ini harus
dipahami sebagai analisis kebijakan publik, yang dalam hal ini adalah pariwisata. Penciptaan
dan promosi kebijakan publik terkait erat dengan peran yang dimainkan oleh pemerintah.
Tidak ada kesepakatan konsensus mengenai konsep kebijakan publik. Penulis juga
menuliskan pemahamannya tentang kebijakan publik sebagai fenomena politik yang
longgar, yang lain sebagai instrumen politikdan penulis mendefinisikan kebijakan
berdasarkan pada pemangku kepentingan.Para ahli mendefinisikan kebijakan publik sebagai
bagian dari aktivitas pemerintah yakni program yang dirumuskan oleh para aktor selaku
pengambil keputusan untuk menyelesaikan masalah publik.Selain ini penulis memasukan
beberapa pandangan para ahli sebagai berikut;Menurut Laswell dan Kaplan kebijakan publik
merupakan program yang diproyeksikan dengan tujuan-tujuan tertentu, nilainilai tertentu,
dan praktik-praktik tertentu. Sedangkan Easton mendefinisikan kebijakan publik sebagai
akibat aktivitas pemerintah. Disisi lain, Anderson berpandangan bahwa kebijakan publik
merupakan tindakan para aktor dalam menangani suatu masalah.Lester dan Steward
mendefinisikan kebijakan publik sebagai proses atau pola aktivitas pemerintah maupun
keputusan yang diranang untuk menangani masalah publik.Selanjutnya, Peters
mendefinisikan kebijakan publik sebagai sejumlah aktivitas pemerintah yang secara
langsung maupun melalui perantara memiliki pengaruh terhadap kehidupan masyarakat
luas. Kebijakan publik memiliki beberapa tahapan, diantaranya tahap isu kebijakan,
perumusan kebijakan, implementasi kebijakan, dan evaluasi kebijakan.

Pada bagian b difokuskan pada pengembangan daya tarik yang dimiliki oleh KPPN
tersebut yang memiliki nilai strategis baik secara potensi wisata, pasar, sosial, ekonomi,
budaya dan terutama memberikan dampak pada perbaikan kualitas masyarakat di sekitar
destinasi. Terdapat 16 Kawasan Strategi Pariwisata Nasional (Flagship 2012-2014) yang
menjadi fokus dari Kementerian Pariwisata, 16 kawasan tersebut berada dalam kawasan
prioritas yang terbagi dalam beberapa wilayah di Indonesia, yakni Sumatera, Jawa,
Kalimantan, BaliNusa Tenggara, Sulawesi dan PapuaKepulauan Maluku. Kondisi 16 KSPN
sampai pada akhir tahun 2014 terdapat 3 KSPN berada pada tahapan perintisan yaitu KSPN
Menjangan-Pemuteran dsk, KSPN EndeKelimutu dsk dan KSPN Tanjung Puting dsk. KSPN
yang berada pada tahapan pembangunan sebanyak 4 KSPN yaitu KSPN Kintamani-Danau
Batur dsk, KSPN Rinjani dsk, KSPN Komodo dsk dan KSPN Raja Ampat dsk. Sebanyak 3
KSPN berada pada tahapan pemantapan yaitu KSPN Kepulauan Seribu dsk, KSPN Bromo-
Tengger-Semeru dsk dan KSPN Wakatobi dsk. Untuk tahapan revitalisasi terdapat 6 KSPN
yaitu KSPN Toba dsk, KSPN Kota Tua-Sunda Kelapa dsk, KSPN Bromo-Tengger-Semeru dsk,
KSPN KutaSanurNusa Dua dsk KSPN Toraja dsk dan KSPN Bunaken dsk. Sedangkan fokus
pengembangan KSPN pada tahun 20152019 bertambah menjadi 25 KSPN

Pada bagian c penulis menekan kan Indonesia memiliki keanekaan ekosistem dan
keanekaragaman hayati, juga memiliki keanekaan atau kebinekaan suku bangsa dan
bahasa. Indonesia telah tercatat memiliki lebih dari 300 kelompok etnik. Aneka ragam
kelompok etnik tersebut bermukim di berbagai lokasi/geografis dan ekosistem, seperti
lingkungan pesisir dan pedalam atau perairan daratan.Selain itu penulis mengaikaitkan
dengan kepariwisataan, maka keragaman atau pluralism lokal menampakkan basis pada
kebudayaan.Di bagian ini juga penulis menyebutkan Indonesia sebagai negara yang
"makmur" mengandung maksud yang berhubungan erat dengan hak-hak rakyat di bidang
ekonomi. Artinya, negara berkwajiban menjamin kesejahteraan masyarakat secara material
sesuai dengan harkatdan martabatnya sebagai manusia. Alinea ketiga yang menegaskan
hasrat bangsa Indonesia untuk "berkehidupan berkebangsaan yang bebas", di samping
menegaskan sekali lagi pada hak-hak kolektif manusia yang dimiliki sebuah bangsa, juga
dalam perspektif individual telah sejalan dengan pasal 27 Deklarasi Universal HAM, bahwa
Indonesia telah menyatakan "setiap orang berhak untuk turut serta dengan bebas dalam
hidup berkebudayaan masyarakat". Sedangkan pada alinea keempat, menegaskan tujuan
pembentukan pemerintah Indonesia untuk "melindungi segenap bangsa Indonesia dan
seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum,
mencerdaskan kehidupan bangsa, dan melaksanakan ketertiban dunia "telah menegaskan
kewajiban pemerintah negara Indonesia untuk "melindungi segenap bangsa" dalam makna
yang luas termasuk dari berbagai ancaman dan perlakuan sewenang wenang"

Penulis menuliskan tentang Paham sosialis yang berkembang pada abad ke-19
memunculkan gagasan tentang negara kesejahteraan sebagai simbol perlawanan terhadap
penjajah yang Kapitalis-Liberalis. Sistem kapitalis sangat mengagungkan produksi sebagai
kekuatan dalam menentukan kompetisi.Dalam sistem ini pemodal-pemodal besar memiliki
kekuasaan atas kebijakan perekonomian di dalam suatu negara. Pada beberapa kasus,
kapitalis melahirkan monopoli perdagangan.Pada bagian d ini penulis memberikan informasi
tentang Negara kesejahteraan atau welfare state yaitu suatu negara yang memberikan
tunjangan jaminan social (social security benefits) yang luas seperti pelayanan kesehatan
negara, pensiun negara, tunjangan sakit dan pengangguran, dan lain sebagainya. Indonesia
mencoba membangun sistem ideal untuk memberikan jaminan kesejahteraan sosial kepada
warga negara. Salah satunya dengan ratifikasi Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia oleh
PBB (1948) yang pada Pasal 22 dan Pasal 25 mengatur mengenai jaminan social.Di dalam
bagian e pun penulis menuliskan sejarah Industri pariwisata dari masa ke masa yang di
tambahkan dengan banyak peraturan peraturan yang mendukung industri pariwisata pada
era reformasi ini salah satunya UU No. 10 Tahun 2009 yang menggantikan UU No. 9 Tahun
1990 tentang Kepariwisataan,salah satu amanah peraturan ini adalah pemerintah harus
segera menyusun Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Nasional (RIPPARNAS) dan
Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Daerah (RIPPARDA) bagi daerah sebagai
acuan pokok pembanguan kepariwisataan

Penulis menuliskan bahwa Kawasan wisata di atas diklasifikasikan berdasar jarak


yang berdekatan, sehingga memudahkan wisatawn memilih alur perjalanan wisatanya. 134
atau kepentingan umum. Pada Pasal 9 Peraturan Daerah No. 5 Tahun 2017 diatur tentang
bidang usaha pariwisata. Bidang usaha yang diatur dalam pasal ini mengacu pada UU No.
10 tahun 2009. Untuk mengimplementasikan perda, dibutuhkan suatu kebijakan agar
Peraturan Daerah dapat berjalan dengan optimal. Optimalisasi Perda berkorelasi dengan
terwujudnya pembangunan yang maksimal. Pembangunan perlu dikawal oleh kebijakan
yang memberikan pedoman pelaksanaan berikut laranganlarangan untuk memastikan
proses pembangunan dapat terarah, terpadu dan berjalan sesuai rencana-undang
sebelumnya (Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1990). Letak perbedaannya, pada peraturan
yang baru mengatur pula tentang hiburan dan spa. Ketentuan ini di adopsi oleh Peraturan
Daerah Nomor 5 Tahun 2017. Strategi pengembangan dan pemasaran pariwisata
merupakan salah satu bentuk kebijakan yang dirumuskan oleh pemerintah daerah Surakarta
dengan tujuan meningkatkan usaha pariwisata di kota Surakarta.Pada bagian F ini penulis
memberikan ilmu tentang Praktik Penyelenggaraan Kebijakan Kepariwisataan yang salah
satunya Surakarta seperti yang sudah di tulis di atas selain itu penulis juga menambahkan
kota lain seperti Kota batu Karena keindahan alamnya maka Kota Batu pada jaman kolonial
Belanda mendapat julukan “De Klein Switzerland” atau Swiss kecil di Pulau Jawa dan juga
Provinsi bali yang sangat kaya akan keindahan alam dengan budaya dan adat istiadatnya.

Dan yang terakhir pada bagian G penulis menuliskan hasil penelitian dari buku ini
Pemerintah dan Pemerintah daerah memiliki peran penting dalam membentuk peraturan
dan kebijakan pariwisata yang ideal untuk mewujudkan negara kesejahteraan. Hasil
inventarisasi regulasi yang terkait kebijakan kepariwisataan, ditemukan sebanyak 47 (empat
puluh tujuh ) peraturan perundangundangan, yang terdiri dari: 10 (sepuluh) Undang-
Undang, 21 (dua puluh satu) Peraturan Pemerintah, 10 (sepuluh) Peraturan Presiden, dan 6
(enam) Peraturan Menteri. Dari ke- 47 regulasi tersebut, analisis terhadap 28 ( dua puluh
delapan) PUU, yaitu: 10 (sepuluh) Undang-undang, 9 (sembilan) Peraturan Pemerintah, 7
(tujuh) Peraturan Presiden dan 2 (dua) Peraturan Menteri terkait.
KESIMPULAN

Buku ino merupakan buku yang menekankan bagi semua kalangan baik dari
kalangan awam maupun mahasiswa yang ingin mempelajari lebih lanjut mengenai Industri
pariwisata ,perspektif pemerintahan dikaitkan dengan model kebijakan kepariwisataan
berbasis pluralisme lokal untuk mewujudkan negara kesejahteraan buku ini bisa dikatakan
sebagai buku pengantar saja walaupun didalam buku ini juga dijelaskan akan undang-
undang yang berlaku . Buku ini memiliki argument yang berbeda dari buku yang lain.
Tulisan penulis yang merupakan buku digarap tahun 2019 masih merupakan buku yang
sangat baru sehingga penyampaian dalam tiap kalimat buku ini dinilai mudah,selain itu Buku
ini memiliki kelebihan diantara nya adalah bahasa yang digunakan dalam buku ini mudah
untuk dimengerti.Oleh karena itu buku ini menggunakan Bahasa yang mudah, santun.
Dapat dipastikan Mahasiswa Fakultas Hukum dapat menjadi kader kader bangsa guna
menjaga karena buku ini merupakan pedoman wajib yang harus dipelajari oleh mahasiswa
maupun seseorang yang menyukai akan pada bidang ini . Penulis menyampaikan informasi-
informasi mengenai peraturan perundang-undangan mengenai hukum tentang desa adat di
setiap bagian laman buku ini, Dari situ kita mendapatkan informasi bahwa Di buku tersebut
dapat dikatakan lengkap karena banyak sekali informasi mengenai perspektif pemerintahan
dikaitkan dengan model kebijakan kepariwisataan berbasis pluralisme lokal untuk
mewujudkan negara kesejahteraan dan menjelaskan pandangan aspirasi akan Hukum
kepariwisataan dengan singkat dan padat, meskipun dikatakan lengkap.

SARAN

Sebaiknya ilustrasi foto/gambar faktual supaya lebih jelas apa yang dimaksud dalam
ilustrasi tersebut agar pembaca lebih bisa memahami setiap gambar yang ada di buku ini
selain itu buku ini lebih pada laporan penelitian yang memfokuskan isi hanya pada
permasalahan yang ditulis pada pendahuluan saja,sehingga pembaca tidak memperhatikan
informasi lain yang ditulis penulis dalam buku ini dan hanya memperhatikan hasil penelitian
pada bagian akhir buku

Anda mungkin juga menyukai