Anda di halaman 1dari 11

Pentingnya Partisipasi Masyarakat dalam

Pembangunan dan Pengembangan


Pariwisata
Posted by Jesse Sion Posted on 22.47 with No comments
Pariwisata atau turisme adalah suatu perjalanan yang dilakukan untuk rekreasi atau liburan,
dan juga persiapan yang dilakukan untuk aktivitas ini. Seorang wisatawan atau turis adalah
seseorang yang melakukan perjalanan paling tidak sejauh 80 km (50 mil) dari rumahnya
dengan tujuan rekreasi, merupakan definisi oleh Organisasi Pariwisata Dunia.
Definisi yang lebih lengkap, turisme adalah industri jasa. Mereka menangani jasa mulai dari
transportasi, jasa keramahan, tempat tinggal, makanan, minuman, dan jasa bersangkutan
lainnya seperti bank, asuransi, keamanan, dll. Dan juga menawarkan tempat istrihat, budaya,
pelarian, petualangan, dan pengalaman baru dan berbeda lainnya.
Banyak negara, bergantung banyak dari industri pariwisata ini sebagai sumber pajak dan
pendapatan untuk perusahaan yang menjual jasa kepada wisatawan. Oleh karena itu
pengembangan industri pariwisata ini adalah salah satu strategi yang dipakai oleh Organisasi
Non-Pemerintah untuk mempromosikan wilayah tertentu sebagai daerah wisata untuk
meningkatkan perdagangan melalui penjualan barang dan jasa kepada orang non-lokal.
Menurut Undang Undang No. 10/2009 tentang Kepariwisataan, yang dimaksud dengan
pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata yang didukung oleh berbagai fasilitas
serta layanan yang disediakan masyarakat, pengusaha, Pemerintah dan Pemerintah Daerah.

Pariwisata merupakan sektor yang memberikan kontribusi besar terhadap perekonomian.


Untuk dapat membuat menjadikan sektor ini berhasil, maka diperlukan kepandaian dalam
mengelola aset pariwisata yang ada, baik aset berbentuk kekayaan alam dan budaya.
Keberhasilan kepariwisataan tidak hanya menjadikan target utama menarik wisatawan asing
untuk datang, tetapi lebih untuk mengembangkan peluang usaha-usaha masyarakat
didalamnya untuk berkembang dan maju, yang bergerak keluar menarik orang luar untuk
datang. Usaha-usaha pengembangan pariwisata yang berorientasi pada masyarakat lokal
masih kurang. Secara sederhana, partisipasi merupakan sebuah proses dimana masyarakat
sebagai stakeholders, terlibat mempengaruhi dan mengendalikan pembangunan di tempat
mereka masing-masing. Masyarakat turut serta secara aktif dalam memprakarsai kehidupan
mereka, melalui proses pembuatan keputusan dan perolehan sumberdaya dan
penggunaannya. Selama ini pengembangan pariwisata berbasis masyarakat menggunakan
pendekatan community based tourism, dimana masyarakat mempunyai peran yang sangat
penting dalam menunjang pembangunan pariwisata. Dengan demikian keterlibatan
pemerintah dan swasta hanya sebatas memfasilitasi dan memotivasi masyarakat sebagai
pelaku utama pengembangan desa wisata untuk dapat lebih memahami tentang fenomena
alam dan budayanya, sekaligus menentukan kualitas produk wisata yang ada di desa
wisatanya. Dalam dasawarsa terakhir ini banyak negara berkembang menaruh perhatian yang
khusus terhadap industri pariwisata. Hal ini jelas kelihatan dengan banyaknya program
pengembangan kepariwisataan di negara tersebut. Negara yang satu seolah-olah hendak
melebihi negara yang lain untuk menarik kedatangan lebih banyak wisatawan, lebih banyak
tinggal dan lebih banyak menghamburkan uangnya. Sayang bahwa banyak program kurang
masak dipertimbangkan, khususnya mengenai keuntungan yang akan diperoleh apakah lebih
besar daripada perusakan yang ditimbulkannya. Dalam hal mencari tempat-tempat rekreasi
ada kecendrungan untuk menjadikan cahaya matahari dan laut untuk menjadi daya tarik
wisata. Dengan cara demikian potensi yang dimiliki dapat dikembangkan sebagai aktivitas
perekonomian dalam membangun kepariwisataan menjadi sesuatu yang mudah untuk dapat
menghasilkan devisa yang sifatnya quick yielding.
Disamping itu kita mengetahui, bahwa bahan baku industri pariwisata tidak akan pernah
habis-habis, sedangkan bahan baku industri lain terbatas. Untuk menggalakkan pembangunan
perekonomian dengan suatu pertumbuhan yang berimbang kepariwisataan dapat diharapkan
memegang peranan yang menentukan dan dapat dijadikan sebagai katalisator untuk
mengembangkan pembangunan sektor-sektor lain secara bertahap. Seperti terjadi pada sektor
lain, kebijakan pemerintah pada sektor pariwisata ada yang memberikan dampak langsung
dan ada pula yang memberikan dampak tidak langsung. Selain dari hal diatas ada
kemungkinan suatu kebijakan ekonomi pemerintah memberikan dampak langsung pada
sektor lain tetapi dapat memberikan dampak tidak langsung bagi sektor pariwisata. Tujuan
pokok dari kebijakan ekonomi pemerintah terhadap pariwisata adalah untuk memaksimalkan
kontribusi pariwisata terhadap ekonomi nasional. Tujuan kontribusi ini termasuk :
(a) Optimalisasi kontribusi dalam neraca pembayaran
(b) Menyiapkan perkembangan ekonomi regional dan neraca pembayaran regional.
(c) Menyiapkan tenaga kerja
(d) Peningkatan dan pendistribusian pendapatan.
(e) Kontribusi terhadap kesejahteraan sosial
(f) Memaksimalkan peluang pendapatan fiscal
Di dalam pengembangan pariwisata harus merupakan pengembangan yang berencana secara
menyeluruh , sehingga dapat diperoleh manfaat yang optimal bagi masyarakat, baik dari segi
ekonomi, sosial dan cultural. Perencanaan tersebut harus mengintegrasikan pengembangan
pariwisata kedalam suatu program pembangunan ekonomi, fisik, dan sosial dari suatu negara.
Di samping itu, rencana tersebut harus mampu memberikan kerangka kerja kebijakan
pemerintah, untuk mendorong dan mengendalikan pengembangan pariwisata. Peranan
pemerintah dalam mengembangkan pariwisata dalam garis besarnya adalah menyediakan
infrastuktur (tidak hanya dalam bentuk fisik), memperluas berbagai bentuk fasilitas, kegiatan
koordinasi antara aparatur pemerintah dengan pihak swasta, pengaturan dan promosi umum
ke luar negeri. Tidak dapat dipungkiri bahwa hampir diseluruh daerah Indonesia terdapat
potensi pariwisata, maka yang perlu diperhatikan adalah sarana transportasi, keadaan
infrasruktur dan sarana-sarana pariwisata. Pemerintah dalam pariwisata digambarkan sebagai
berikut :

1. REGULASI

Lisensi, perencana, klasifikasi system, pengupahan

PENERIMAAN
Pajak, Retribusi

PENGELUARAN
Infrastruktur, Investasi, bantuan, pinjaman

REDISTRIBUSI
Pajak, kesejahteraan, pelatihan

EKONOMI
Pemasok Konsumen
2. Pajak dalam Pariwisata
Banyak pemerintah memanfaatkan pariwisata sebagai :
- Sumber pendapatan
- Sumber biaya bagi sektor lain.
Tetapi di beberapa negara pariwisata masih tidak menonjol aktivitas kegiatan sehingga
peranan dalam perolehan pendapatan tidak terperhatikan. Sebaliknya dalam rangka otonomi
daerah , pariwisata banyak diandalkan sebagai unsur utama dalam PAD. Pajak dalam
pariwisata bisa dalam bentuk :
- Pajak atas produk pariwisata biasa dalam bentuk
- Pajak dibebankan kepada konsumen yang bertindak sebagai wisatawan
- Pajak dibebankan kepada pemakai jasa pariwisata.
Beberapa negara mengatur pajak atas lalu lintas perjalanan terutama untuk perjalanan keluar.
- Indonesia menerapkan pembayaran fiskal (hakekatnya sama dengan pajak/bagi warga
negaranya yang bepergian keluar)
- Paraguay dann Venezuela memberlakukan pajak kedatangan (arrival tour) bagi semua
wisatawan.
- Hampir semua negara memberlakukan pajak keberangkatan (departure tax) dalam bentuk
airport tax / harbour tax.
3. Pengeluaran Pemerintah dalam Pariwisata
Dari satu sisi pemerintah memperoleh pendapatan dari pariwisata, tetapi disisi lain
pemerintah banyak mengeluarkan untuk pariwisata. Tiga pengeluaran besar pemerintah bagi
pariwisata adalah :
- Investasi dan pemeliharaan infrastruktur
- Fasilitas pengembangan pariwisata
- Pemasaran pariwisata
Investasi infrastruktur pada umumnya disiapkan pemerintah bagi kepentingan ekonomi
seluruh sektor tidak hanya sektor pariwisata saja. Hanya bagian kecil dalam aktivitas
pariwisata infrastrukturnya dibangun oleh sektor pariwisata. Pemerintah pusat maupun
pemerintah daerah mendukung sepenuhnya pengembangan pariwisata, karena melihat akan
tumbuhnya pendapatan dari kegiatan pariwisata yang terwujud dari adanya pengembangan
tersebut. Untuk ini pemerintah akan memberi bantuan pengeluaran bagi pengembangan
pariwisata tersebut. Pengeluaran pemerintah dalam pengembangan pariwisata :
a. Pengeluaran langsung :
- Subsidi / bantuan
- Partisipasi pemerintah dalam menyeimbangkan pembangunan
- Bunga Bank
- Bantuan bagi penelitian
- Bantuan bagi pendidikan dan pelatihan
b. Reduksi dari reabilitas
- Reduksi pajak
- Bebas pajak bagi barang / jasa tertentu
c. Jaminan / Garansi
- Jaminan atas pinjaman komesrsial
- Jaminan ijin atas pekerja asing
Pengeluaran bagi pemasaran pariwisata yang dikerjakan pemerintah, antara lain untuk :
- Riset dan kegiatan pemasaran (NTO)
- Public Relation
- Iklan dan promosi lainnya
- Komunikasi dan distribusinya
- Pengembangan produk
4. Pengawasan Ekonomi Dalam Pariwisata
Pemerintah turut campur dalam sektor pariwisata untuk tujuan perlindungan terhadap
konsumen dengan membuat peraturan (memperbaiki peraturan lama / melakukan deregulasi)
menyangkut :
a. Peraturan perlindungan terhadap konsumen
b. Peraturan tentang keteraturan pemasaran
Peraturan tersebut diatas mengemukakan jaminan atas :
- Pemasok barang / jasa
- Kuantitas barang / jas serta uang yang diperdagangkan
- Harga yang diciptakan
- Kondisi barang / jasa yang diperdagangkan
- Pembayaran (perlindungan atas pembayaran dimuka)
- Lisensi usaha berfungsi sebagai perlindungan konsumen
- Klasifikasi fasilitas akomodasi
- Pengaturan harga atas pasokan produk
Deregulasi dalam pariwisata (perjalanan) ini memberikan dampak yang bermanfaat bagi
konsumen dalam hal :
- Penurunan tarif transportasi (udara) dengan penurunan biaya promosi, membuat konsumen
lebih bergairah mengadakan perjalanan.
- Integrasi antar perusahaan perjalanan atau integrasi antar perusahaan perjalanan dengan
perusahaan komponen paket wisata lainnya akan menimbulkan suatu produk yang bersaing
dengan produk paket wisata biasa.
- Peraturan subsidi silang antar rute penerbangan dengan rute penerbangan yang tidak
menguntungkan akan menyebabkan keberlangsungan operasi penerbangan bagi kedua rute
tersebut.
Berkaitan dengan hal tersebut diatas, keterlibatan pemerintah, swasta dan masyarakat dalam
pengembangan wisata akan membawa tuntutan bagi partisipasi masyarakat. Hal ini tentunya
perlu ditumbuhkan pemahaman atau persepsi yang sama dari stakeholders terkait dan
memberikan ruang yang seluas-luasnya bagi masyarakat sebagai pelaku utama
pengembangan wisata. Konsep Desa Wisata, meliputi: (a) berawal dari masyarakat, (b)
memiliki muatan lokal, (c) memiliki komitmen bersama masyarakat, (d) memiliki
kelembagaan, (e) adanya keterlibatan anggota masyarakat, (f) adanya pendampingan dan
pembinaan, (g) adanya motivasi, (h) adanya kemitraan, (i) adanya forum Komunikasi, dan (j)
adanya studi orientasi. Mengacu pada konsep pengembangan desa wisata dari Departemen
Kebudayaan dan Pariwisata, maka pola pengembangan desa wisata diharapkan memuat
prinsip-prinsip sebagai berikut :
a). Tidak bertentangan dengan adat istiadat atau budaya masyarakat
Suatu desa yang tata cara dan ada istiadatnya masih mendominasi pola kehidupan
masyarakatnya, dalam pengembangannya sebagai atraksi wisata harus disesuaikan dengan
tata cara yang berlaku di desanya.
b). Pembangunan fisik untuk meningkatkan kualitas lingkungan desa
Pengembangan pariwisata di suatu desa pada hakekatnya tidak merubah apa yang sudah ada
di desa tersebut, tetapi lebih kepada upaya merubah apa yang ada di desa dan kemudian
mengemasnya sedemikian rupa sehingga menarik untuk dijadikan atraksi wisata.
Pembangunan fisik yang dilakukan dalam rangka pengembangan desa seperti penambahan
sarana jalan setapak, penyediaan sarana dan prasarana air bersih dan sanitasi lebih ditujukan
untuk meningkatkan kualitas lingkungan yang ada sehingga desa tersebut dapat dikunjungi
dan dinikmati wisatawan.
c). Memperhatikan unsur kelokalan dan keaslian
Arsitektur bangunan, pola lansekap serta material yang digunakan dalam pembangunan
haruslah menonjolkan ciri khas desa, mencerminkan kelokalan dan keaslian wilayah
setempat.
d). Memberdayakan masyarakat desa wisata
Unsur penting dalam pengembangan desa wisata adalah keterlibatan masyarakat desa dalam
setiap aspek wisata yang ada di desa tersebut. Pengembangan desa wisata sebagai
pengejawantahan dari konsep Pariwisata Inti Rakyat mengandung arti bahwa masyarakat
desa memperoleh manfaat sebesar-besarnya dalam pengembangan pariwisata. Masyarakat
terlibat langsung dalam kegiatan pariwisata dalam bentuk pemberian jasa dan pelayanan yang
hasilnya dapat meningkatkan pendapatan masyarakat diluar aktifitas mereka sehari-hari.
e). Memperhatikan daya dukung dan berwawasan lingkungan
Prinsip-prinsip pariwisata yang berkelanjutan (sustainable tourism) harus mendasari
pengembangan desa wisata. Pengembangan yang melampaui daya dukung akan
menimbulkan dampak yang besar tidak hanya pada lingkungan alam tetapi juga pada
kehidupan sosial budaya masyarakat yang pada akhirnya akan mengurangi daya tarik desa
tersebut. Beberapa bentuk keterlibatan masyarakat tersebut adalah penyediaan fasilitas
akomodasi berupa rumah-rumah penduduk (home stay), penyediaan kebutuhan konsumsi
wisatawan, pemandu wisata, penyediaan transportasi lokal, pertunjukan kesenian, dan lain-
lain.
Di negara-negara maju dan berkembang pada umumnya pariwisata dikelola oleh kalangan
swasta yang memiliki modal usaha yang besar yang berasal dari luar daerah dan bahkan luar
negeri. Sehingga masyarakat lokal yang berada di suatu daerah destinasi pariwisata tidak
dapat terlibat langsung dalam kegiatan pariwisata. Ketidakterlibatan masyarakat lokal dalam
kegiatan pariwisata sering kali menimbulkan opini bahwa masyarakat lokal bukan termasuk
stakeholders dari pariwisata dan merupakan kelompok yang termarjinalisasi dari kesempatan
bisnis dalam bidang pariwisata. Pada dasarnya masyarakat lokal memiliki pengetahuan
tentang fenomena alam dan budaya yang ada di sekitarnya. Namun mereka tidak memiliki
kemampuan secara finansial dan keahlian yang berkualitas untuk mengelolanya atau terlibat
langsung dalam kegiatan pariwisata yang berbasiskan alam dan budaya. Sejak beberapa tahun
terakhir ini, potensi-potensi yang dimiliki oleh masyarakat lokal tersebut dimanfaatkan oleh
para pengelola wilayah yang dilindungi (protected area) dan pengusaha pariwisata untuk
diikutsertakan dalam menjaga kelestarian alam dan biodiversitas yang ada di daerahnya.
Masyarakat lokal harus terlibat secara aktif dalam pengembangan pariwisata. Lebih jauh,
pariwisata juga diharapkan memberikan peluang dan akses kepada masyarakat lokal untuk
mengembangkan usaha pendukung pariwisata seperti; toko kerajinan, toko cindramata
(souvenir), warung makan dan lain-lain agar masyarakat lokalnya memperoleh manfaat
ekonomi yang lebih banyak dan secara langsung dari wisatawan yang digunakan untuk
meningkatkan kesejastraan dan taraf hidupnya. Tingkat keterlibatan masyarakat dalam
pariwisata sangat berbeda dan ini tergantung dari jenis potensi, pengalaman, pengetahuan dan
keahlian yang dimiliki oleh individu atau masyarakat lokal tersebut. Keterlibatan masyarakat
lokal dalam pengembangan pariwisata dapat dilakukan dengan cara:
a. menyewakan tanahnya kepada operator pariwisata untuk dikembangkan sebagai obyek dan
daya tarik pariwisata serta turut serta memantau dampak-dampak yang ditimbulkan
sehubungan dengan pengembangan pariwisata tersebut;
b. bekerja sebagai karyawan tetap atau paruh waktu di perusahaan operator pariwisata
tersebut;
c. menyediakan pelayanan jasa kepada operator pariwisata seperti; pelayanan makanan,
transportasi, akomodasi dan panduan berwisata (guiding);
d. membentuk usaha patungan (joint venture) dengan pihak swasta, yang mana masyarakat
lokal menyediakan lokasi dan pelayanan jasanya sedangkan pihak swasta menangani masalah
pemasaran produk dan manajemen perusahaan;
e. mengembangakan pariwisata secara mandiri dengan mengutamakan pengembangan
pariwisata berbasiskan kemasyarakatan (community-based tourism).
Pengembangan desa wisata merupakan bagian dari penyelenggaraan pariwisata yang terkait
langsung dengan jasa pelayanan, yang membutuhkan kerjasama dengan berbagai komponen
penyelenggara pariwisata yaitu pemerintah, swasta, dan masyarakat. Pada level birokrasi
yang selama ini dilakukan pemerintah daerah seharusnya menindaklanjuti dengan adanya
kejelasan regulasi terkait dengan pengembangan desa wisata dan usulan penetapan forum
komunikasi desa wisata sebagai wadah koordinasi dan menjembatani hubungan antara
masyarakat, lembaga desa wisata, perguruan tinggi, dan dunia usaha/swasta. Instansi terkait
khususnya Dinas Kebudayaan dan Pariwisata perlu lebih mengintensifkan pembinaan secara
berkala setiap bulan sekali dan memfasilitasi pertemuan bagi forum komunikasi desa wisata
agar benar-benar dapat memberikan manfaat dalam rangka koordinasi bersama dan ajang
berbagi pengalaman dari masing-masing desa wisatanya. Pada level Dunia Usaha/Swasta,
keterlibatan masyarakat khususnya generasi muda dalam kegiatan yang bersifat teknis,
seperti menjadi instruktur atau pemandu kegiatan outbound perlu mendapat perhatian yang
serius. Investor sebaiknya tidak hanya bergerak sebatas menanamkan modal dalam
pengembangan infrastruktur pariwisata tapi perlu bekerjasama dengan masyarakat dalam
rangka penguatan modal usaha mereka guna mendukung kegiatan investasi pariwisata. Pada
level masyarakat, partisipasi aktif merupakan elemen penting dalam perumusan rencana
pembangunan agar mampu meningkatkan rasa percaya diri dan menumbuhkan rasa ikut
bertanggung jawab terhadap hasil pembangunan pariwisata berbasis masyarakat.
Berkenaan dengan hal tersebut di atas, pengembangan desa wisata sebagai produk wisata
baru sangat dipengaruhi oleh aspek kelembagaan, objek dan daya tarik wisata, serta sarana
prasarana wisata. Hal ini disebabkan ketiga aspek pengembangan desa wisata tersebut
memiliki peranan penting dalam meningkatkan pelayanan dan kualitas produk wisata.
Penentuan strategi dalam pengembangan desa wisata sangatlah penting dilakukan dengan
tujuan untuk mendapatkan model pengembangan desa wisata sebagai rekomendasi tindak
lanjut dari perencanaan wilayah pengembangan desa wisata. Sehubungan dengan hal tersebut
di atas, perlu tahapan-tahapan model pengembangan desa wisata yang diharapkan dapat
diterapkan di daerah penyangga kawasan konservasi, antara lain:
1. Dari sisi pengembangan kelembagaan desa wisata, perlunya perencanaan awal yang
tepat dalam menentukan usulan program atau kegiatan khususnya pada kelompok sadar
wisata agar mampu meningkatkan pengetahuan dan keterampilan masyarakat melalui
pelaksanaan program pelatihan pengembangan desa wisata, seperti: pelatihan bagi kelompok
sadar wisata, pelatihan tata boga dan tata homestay, pembuatan cinderamata, pelatihan
guide/pemandu wisata termasuk didalamnya keterampilan menjadi instruktur outbound.
2. Dari sisi pengembangan objek dan daya tarik wisata, perlunya perencanaan awal dari
masyarakat untuk menjadi tuan rumah yang baik bagi wisatawan dan mampu mendatangkan
wisatawan dari berbagai potensi yang dimiliki oleh masyarakat, serta perlunya sosialisasi dari
instansi terkait dalam rangka menggalakkan sapta pesona dan paket desa wisata terpadu.
3. Dari sisi pengembangan sarana prasarana wisata, perencanaan awal dari pemerintah
perlu diarahkan ke pengembangan sarana prasarana wisata yang baru seperti: alat-alat
outbound, pembangunan gapura, gedung khusus pengelola desa wisata, cinderamata khas
setempat, dan rumah makan bernuansa alami pedesaan. Oleh karena itu dalam
pelaksanaannya perlu menjalin kemitraan dengan pemerintah dan pengusaha/pihak swasta.
Mengenai pengembangan atau menumbuhkan kesadaran pariwisata di kalangan masyarakat
ini bukanlah hal yang mudah. Walaupun secara sosiologis keberadaan masyarakat Indonesia
sesungguhnya sudah menjadi daya tarik tersendiri bagi pariwisata, baik dengan kekayaan adat
istiadatnya, kreasi seni dalam berbagai segi kehidupannya juga khazanah lingkungan dan
sejarahnya yang relative cukup kaya dan menjadi kebanggaan dunia.
Ketidak mudahan menumbuh-kembangkan kreasi itu diantaranya terletak pada :
Pertama, masih ada stigma pandangan bahwa pariwisata dapat mempengaruhi kehidupan
yang kurang baik atau akan berpengaruh buruk pada proses pembentukkan moral masyarakat.
Sebagaimana kita ketahui, bahwa melalui pariwisata terjadi proses akulturasi budaya yang
sesungguhnya juga di balik itu semua banyak memberikan nilai tambah.
Kedua, masih adanya sikap yang berlebihan terhadap turis terutama wisman (wisatawan
manca negara), baik dari sisi keamanan maupun dari sisi kesehatan. Sehingga kewaspadaan
yang berlebihan dapat saja berakibat kurang kondusifnya bagi para turis tatkala mereka
mengunjungi suatu obyek wisata.
Ketiga, belum tumbuhnya sikap masyarakat untuk melindungi dan memberikan pelayanan
kepada para turis minimal dengan mengucapkan selamat dan memberi senyuman sehingga
masih terjadi insiden-insiden ketidak amanan di berbagai daerah yang menjadi obyek wisata.
Keempat, belum terbentuknya sikap dan cara pandang bahwa pariwisata, seperti banyak
terbukti di berbagai Negara, menjanjikan pula bagi terwujudnya masyarakat yang sejahtera.
Keempat hal tersebut sesungguhnya dapat terkurangi, bila tidak hilang sama sekali, dengan
adanya proses sinergi antara pemerintah, swasta dan masyarakat, misalnya dengan
ditunjukkannya komitmen yang kuat dari pemerintah untuk secara sungguh-sungguh
membangun pariwisata maka dengan sendirinya akan secara spontanitas muncul pula
partisipasi masyarakat. Dari sini dengan sendirinya akan lahir dan berkembang kreasi
kepariwisataan sebagai bentuk partisipasi masyarakat, yang sekaligus juga sebagai bentuk
komitmennya. Apalagi jika kemudian pada masyarakat tersebut telah terbangun suatu
pandangan bahwa pariwisata merupakan salah satu sektor ekonomi yang dapat mendatangkan
devisa negara, meningkatkan pendapatan daerah dan pendapatan masyarakat. Sehingga
pariwisata dapat dilihat sebagai sektor yang sanggup mewujudkan kesejahtaraan masyarakat.
Untuk melangkah kearah itu masyarakat dapat memulainya dari rumah dan halamannya.
Bagaimana rumah itu ditata secara rapi baik mulai dari ruang tamu maupun semua bagiannya
siap menyambut dan menerima tamu yang datang agar merasa enak dan betah. Begitu pula
halaman rumahnya dibikin demikian asri sehingga enak dipandang. Ilustrasi rumah dan
halaman ini adalah negeri kita tercinta, masyarakat bangsa adalah tuan rumahnya. Memang
ada beberapa daerah yang sudah siap untuk melakukan hal ini, tapi sebagian besar
masyarakat harus terus dibina dan dikembangkan. Tentu agar tamu itu (baca wisman atau
wisnus) dapat tinggal lebih lama dan betah maka perlu disuguhi aneka makanan yang enak
dan khas, begitu pula agar menyenangkan kiranya perlu ditampilkan hiburan yang unik tetapi
menyenangkan, begitu pula agar tinggal lebih lama perlu melihat berbagai koleksi khazanah
yang ada. Hal-hal tersebut itu tentu saja yang dalam batas tertentu mungkin berbeda dengan
di negerinya para wisatawan itu sendiri. Untuk itu semua jelas ditentukan oleh adanya daya
cipta dan kreasi masyarakat yang bukan hanya dapat memelihara yang ada, tetapi juga dapat
menciptakan berbagai kreasi baru sehingga berbagai jenis wisata mulai dari wisata budaya,
belanja, alam, olah raga, riset dan lain sebagainya, dapat berkembang secara variatif dan terus
berkelanjutan. Kesemuanya ini terletak dari bagaimana peran masyarakat dalam memajukan
pariwisata. Sebab jika masyarakatnya pasif apalagi tidak punya kreatifitas maka kegiatan
pariwisata akan sunyi senyap. Itu sebabnya peran masyarakat dalam memajukan pariwisata
nasional bukan hanya penting tetapi juga strategis.
Sesungguhnya jika memahami persoalan yang ada banyak hal yang bisa kita lakukan demi
memajukan industri pariwisata Sumbar. Hal yang mendasar sekali adalah melibatkan
masyarakat dalam pengelolaan pariwisata tersebut. Dengan membentuk Community Based
Tourism Development (CBT) akan mampu meningkatkan pendapatan masyarakat setempat
sekaligus memelihara budaya, kesenian dan cara hidup masyarakat. Selain itu CBT akan
melibatkan pula masyarakat dalam proses pembuatan keputusan, dan dalam perolehan bagian
pendapatan terbesar secara langsung dari kehadiran para wisatawan. Sehingga dengan
demikian CBT akan dapat menciptakan kesempatan kerja, mengurangi kemiskinan dan
membawa dampak positif terhadap pelestarian lingkungan dan budaya asli setempat yang
pada akhirnya diharapkan akan mampu menumbuhkan jati diri dan rasa bangga dari
peningkatan kegiatan pariwisata.
Selama ini pemerintah hanya melibatkan pelaku besar (hotel berbintang, Tour & Travel,
Restoran besar) dalam merangsang pertumbuhan pariwisata. Tentu saja keuntungan/manfaat
dunia wisata Sumbar saat ini hanyalah dinikmati oleh segelintir orang itu saja. Padahal esensi
industri pariwisata itu sendiri adalah demi kesejahteraan seluruh lapisan masyarakat.
Bagaimana agar semua elemen masyarakat mulai dari yang terbesar hingga yang terkecil
semua bergerak menjadi bagian dalam suatu system dan menuai pendapatan/kesejahteraan
dari apa yang dinamakan industri pariwisata tersebut.
Yang perlu diperhatikan juga, saat ini telah terjadi perubahan consumers-behaviour pattern
atau pola konsumsi wisatawan dunia . Mereka tidak lagi terfokus hanya ingin santai dan
menikmati sun-sea and sand, saat ini pola konsumsi mulai berubah ke jenis wisata yang lebih
tinggi, yang meskipun tetap santai tetapi dengan selera yang lebih meningkat yakni
menikmati produk atau kreasi budaya ( culture ) dan peninggalan sejarah ( heritage ) serta
nature atau eko-wisata dari suatu daerah atau negara. Sesungguhnya culture dan heritage ini
adalah nyawanya atau roh dari kegiatan pariwisata Indonesia dan Sumbar khususnya.
Tanpa adanya budaya maka pariwisata akan terasa hambar dan kering, dan tidak akan
memiliki daya tarik untuk dikunjungi. Sepertinya kembali merumuskan daya tarik wisata
Sumbar adalah sesuatu yang musti dilakukan secepatnya.
Kelurahan Pondok Cabe Udik merupakan salah satu kelurahan yang terdapat di kecamatan
Pamulang kota Tangerang Selatan. Kelurahan pondok Cabe Udik memiliki keunikan sebagai
desa sub urban yang masih memiliki daya tarik wisata alam dengan suasana pedesaannya,
kebudayaan masyarakatnya, dan beberapa fasilitas sekolah dan perguruan tinggi. Dengan
adanya potensi pariwisata tersebut, maka perlu dilakukan investigasi untuk mengeksplorasi,
merencanakan, dan mengembangkan potensi wisata di kelurahan Pondok Cabe Udik dalam
rangka meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat dan citra sebagai bagian dari Kota
Tangerang Selatan. Pariwisata berkelanjutan merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan
untuk mengangkat kesejahteraan masyarakat dan satu langkah awal dalam menerapkan hal
itu adalah dengan cara riset dan perencanaan. Marjuka (2008) memaparkan bahwa
perencanaan merupakan suatu proses yang menetapkan visi strategis dari sebuah wilayah
yang mencerminkan tujuan dan aspirasi masyarakat setempatdan pencapaian misi tersebut
melalui pengelolaan lahan serta model pengembangan yang sesuai. Dalam proses
perencanaan pengembangan pariwisata, perguruan tinggi, LSM dan pemerintah berperan
sebagai dinamisator, fasilitator, dan motivator.
Adapun langkah-langkah yang digunakan dalam perencanaan pariwisata adalah:

1. Eksplorasi Lingkungan sumber daya pariwisata dan penentuan tujuan pengembangan


pariwisata
2. Analisis sumber daya pariwisata
3. Perencanaan Produk Pariwisata (aktifitas, sarana dan prasarana, pengelolaan
lingkungan, pembinaan masyarakat, promosi dan kerjasama)
4. Implementasi Rencana detail produk wisata
5. Monitoring dan Evaluasi
Dredge (2007) menyebutkan bahwa pemerintah lokal memiliki peran yang sangat besar
dalam kegiatan perencanaan. Dredge juga menyebutkan perlunya memperhatikan para
stakholder multi sektor yang terlibat didalamnya serta keterlibatan masyarakat lokal dalam
perencanaan pariwisata.
Berdasarkan analisis umum mengenai kondisi Kelurahan Pondok Cabe Udik dan peran
pariwisata dalam generator perekonomian, maka yang menjadi permasalahan dan pertanyaan
untuk dijawab pada penelitian ini adalah:

1. Apa saja potensi-potensi daya tarik wisata utama yang mampu dikembangkan dari
wilayah Kelurahan Pondok Cabe Udik?
2. Bagaimana persepsi masyarakat terhadap perencanaan dan pengembangan pariwisata?
3. Apa model perencanaan dan pengembangan kepariwisataan yang ideal bagi kelurahan
Pondok Cabe Udik?

Dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan diatas, diharapkan dapat dihasilkan suatu rumusan


yang dapat menjadi masukan dalam menentukan langkah pengembangan pariwisata
kelurahan Pondok Cabe Udik selanjutnya.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan action research dimana semua
pihak saling terlibat dari awal hingga akhir dalam proses perencanaan dan pengembangan
pariwisata (Theerapuncharoen: 2008). Action Research dalam penelitian ini meliputi tiga
subyek penelitian, yaitu: masyarakat, peneliti, dan pemerintah daerah. Dimana tahap yang
dilakukan mencakup:

1. Kolaborasi, bekerjasama, dan mengkritisi


2. Informasi, analisis, dan membuat prioritas
3. Pemahamn, dan menadapatkan pengetahuan
4. Aksi: perencanaan, implementasi, pengembangan dan manfaat

Proses penelitian ini menggunakan pola induktif analisis, yaitu dimulai dari deskripsi,
analisis, dan penjelasan. Adapun variable Penelitian ini didefinisikan dengan menggunakan
analisis SWOT yang mencakup:

1. Atraksi wisata
2. Amenities akomodasi, usaha makan dan minum, pertunjukan, retail dan servis lain.
3. Aksesibilitas transportasi dan terminal
4. Organisasi pendukung, seperti organisasi daerah dan pemerintah

Teknik Pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah menggunakan teknik
kuesioner, wawancara, dan observasi lapangan. Untuk kuesioner, dibagi menjadi tiga bagian,
bagian pertama membahas karakter sosio-demografis dari responden, sedangkan bagian
kedua membahas tentang persepsi masyarakat terhadap perencanaan parwisata, dan bagian
ketiga pertanyaan terbuka membahas mengenai permasalahan pembangunan dan
pengembangan daerah. Untuk bagian pertama menggunakan skala nominal, sedangkan untuk
bagian kedua menggunakan skala likert. Wawancara dan diskusi juga dilakukan dengan
pemimpin masyarakat dan pemerintah setempat.
Data yang didapatkan dari kesuluruhan proses penelitian dianalisis secara kuantitatif
kemudian dipaparkan secara deskriptif kualitatif untuk menggambarkan fenomena yang
terjadi dari proses perencanaan dan pengembangan daya tarik wisata pada penelitian ini.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Data demografi dan Administratif
Kelurahan Pondok Cabe Udik merupakan salah satu bagian dari Kecamatan Pamulang Kota
Tangerang Selatan yang memiliki 8 kelurahan secara keseluruhan. Kelurahan Pondok Cabe
Udik sendiri memiliki 14 Rukun Warga dengan 64 Rukun Tetangga. Kelurahan Pondok Cabe
Udik yang memiliki luas sebesar 5.142 Km2 memiliki kepadatan penduduk yang relatif lebih
kecil dibanding dengan kelurahan lainnya. Dengan luas tersebut kepadatan penduduk di
kelurahan Pondok Cabe Udik dengan jumlah penduduk sebanyak 20.202 jiwa adalah sekitar
3,93 per Km2. Dalam penggunaan wilayah, mayoritas lahan yang digunakan masyarakat di
wilayah kelurahan Pondok Cabe Udik digunakan sebagai pemukiman dan prasarana umum.
Hal ini dikarenakan Pondok Cabe Udik memiliki lokasi yang berdekatan dengan ibu kota
DKI Jakarta, menjadikan tempat yang menjadi pilihan masyarakat untuk tinggal didaerah
tersebut.

Pariwisata di Indonesia merupakan sektor ekonomi penting di Indonesia. Pada tahun 2009,
pariwisata menempati urutan ketiga dalam hal penerimaan devisa setelah komoditi minyak
dan gas bumi serta minyak kelapa sawit.Berdasarkan data tahun 2010, jumlah wisatawan
mancanegara yang datang ke Indonesia sebesar 7 juta lebih atau tumbuh sebesar 10,74%
dibandingkan tahun sebelumnya,dan menyumbangkan devisa bagi negara sebesar 7.603,45
juta dolar Amerika Serikat. Pariwisata di Indonesia merupakan sektor ekonomi penting di
Indonesia. Pada tahun 2009, pariwisata menempati urutan ketiga dalam hal penerimaan
devisa setelah komoditi minyak dan gas bumi serta minyak kelapa sawit.Berdasarkan data
tahun 2010, jumlah wisatawan mancanegara yang datang ke Indonesia sebesar 7 juta lebih
atau tumbuh sebesar 10,74% dibandingkan tahun sebelumnya,dan menyumbangkan devisa
bagi negara sebesar 7.603,45 juta dolar Amerika Serikat. Kekayaan alam dan budaya
merupakan komponen penting dalam pariwisata di Indonesia. Alam Indonesia memiliki
kombinasi iklim tropis, 17.508 pulau yang 6.000 di antaranya tidak dihuni,serta garis pantai
terpanjang ketiga di dunia setelah Kanada dan Uni Eropa.Indonesia juga merupakan negara
kepulauan terbesar dan berpenduduk terbanyak di dunia.Pantai-pantai di Bali, tempat
menyelam di Bunaken, Gunung Rinjani di Lombok, dan berbagai taman nasional di Sumatera
merupakan contoh tujuan wisata alam di Indonesia. Tempat-tempat wisata itu didukung
dengan warisan budaya yang kaya yang mencerminkan sejarah dan keberagaman etnis
Indonesia yang dinamis dengan 719 bahasa daerah yang dituturkan di seluruh kepulauan
tersebut.Candi Prambanan dan Borobudur, Toraja, Yogyakarta, Minangkabau, dan Bali
merupakan contoh tujuan wisata budaya di Indonesia. Hingga 2010, terdapat 7 lokasi di
Indonesia yang telah ditetapkan oleh UNESCO yang masuk dalam daftar Situs Warisan
Dunia.Sementara itu, empat wakil lain juga ditetapkan UNESCO dalam Daftar Representatif
Budaya Takbenda Warisan Manusia yaitu wayang, keris, batik dan angklung.
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik, sebelas provinsi yang paling sering dikunjungi
oleh para turis adalah Bali, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, DKI Jakarta, Sumatera
Utara, Lampung, Sulawesi Selatan, Sumatera Selatan, Banten dan Sumatera Barat.Sekitar
59% turis berkunjung ke Indonesia untuk tujuan liburan, sementara 38% untuk tujuan
bisnis.Singapura dan Malaysia adalah dua negara dengan catatan jumlah wisatawan
terbanyak yang datang ke Indonesia dari wilayah ASEAN. Sementara dari kawasan Asia
(tidak termasuk ASEAN) wisatawan Jepang berada di urutan pertama disusul RRC, Korea
Selatan, Taiwan dan India.Jumlah pendatang terbanyak dari kawasan Eropa berasal dari
negara Britania Raya disusul oleh Perancis, Belanda dan Jerman. Pengelolaan
kepariwisataan, kebijakan nasional, urusan pemerintahan di bidang kebudayaan dan
kepariwisataan di Indonesia diatur oleh Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata Indonesia.
Kekayaan alam dan budaya merupakan komponen penting dalam pariwisata di Indonesia.
Alam Indonesia memiliki kombinasi iklim tropis, 17.508 pulau yang 6.000 di antaranya tidak
dihuni,serta garis pantai terpanjang ketiga di dunia setelah Kanada dan Uni Eropa. Indonesia
juga merupakan negara kepulauan terbesar dan berpenduduk terbanyak di dunia.Pantai-pantai
di Bali, tempat menyelam di Bunaken, Gunung Rinjani di Lombok, dan berbagai taman
nasional di Sumatera merupakan contoh tujuan wisata alam di Indonesia. Tempat-tempat
wisata itu didukung dengan warisan budaya yang kaya yang mencerminkan sejarah dan
keberagaman etnis Indonesia yang dinamis dengan 719 bahasa daerah yang dituturkan di
seluruh kepulauan tersebut. Candi Prambanan dan Borobudur, Toraja, Yogyakarta,
Minangkabau, dan Bali merupakan contoh tujuan wisata budaya di Indonesia. Hingga 2010,
terdapat 7 lokasi di Indonesia yang telah ditetapkan oleh UNESCO yang masuk dalam daftar
Situs Warisan Dunia. Sementara itu, empat wakil lain juga ditetapkan UNESCO dalam Daftar
Representatif Budaya Takbenda Warisan Manusia yaitu wayang, keris, batik dan angklung.

Jessica Limandau Alikin


3203011056

Anda mungkin juga menyukai