Anda di halaman 1dari 18

DAMPAK PERKEMBANGAN PARIWISATA GUA RANGKO TERHADAP

PERUBAHAN SOSIAL MASYARAKAT DI DUSUN RANGKO DESA TANJUNG


BOLENG, KECAMATAN BOLENG, KABUPATEN MANGGARAI BARAT

Oleh : Ameliana Sarina Setia


Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik- Universitas Nusa Cendana Kupang
Jl. Adisucipto Penfui, PO BOX 104, Kupang 85001, NTT.
Telp. (0380) 881580-881586
Email: amelianasetia@gmail.com
Abstrak
Penelitian yang dilakukan di Dusun Rangko, Desa Tanjung Boleng, Kecamatan Boleng,
Kabupaten Manggarai Barat ini menggunakan metode kualitatif. Informan dalam penelitian
ini berjumlah 9 orang, yang terdiri dari 3 tokoh masyarakat, 1 orang pemuda, 2 orang
pedagang dan 3 orang yang bekerja di sektor jasa. Data diambil dengan metode observasi dan
wawancara. data dianalisis dengan menggunakan metode deskriptif-kualitatif.
Hasil penelitian menunjukan bahwa a) Proses perubahan sosial pada masyarakat. perubahan
sosial pada masyarakat Dusun Rangko berawal dari ditemukannya Gua Rangko oleh
masyarakat setempat pada tahun 2010. pariwisata Gua Rangko awalnya merupakan kawasan
wisata yang dikelola oleh masyarakat sendiri. Namun pada saat itu, obyek wisata Gua
Rangko belum berkembang dikarenakan sarana dan prasarana yang belum memadai dan juga
asyarakat kekurangan dana dalam mengelolah obyek wisata tersebut, sehingga tidak banyak
wisatawan yang berkunjung. Oleh karena itu, pada tahun 2016 pemerintah mengelolah obyek
wisata Gua Rangko serta menjadikannya sebagai salah satu tempat tujuan wisata di
Kabupaten Manggarai Barat. b) Dampak perkembangan pariwisata Gua Rangko Terhadap
perubahan sosial masyarakat Dusun Rangko dapat dilihat dari (1) Adanya perubahan mata
pencaharian beberapa penduduk yang semula bekerja sebagai nelayan beralih ke sektor jasa
sebagai pemandu wisata ke Gua Rangko serta berdagang di sekitar obyek wisata Gua
Rangko. Hal tersebut berdampak pada peningkatan pendapatan dalam rangka memenuhi
kebutuhan keluarganya sehingga keluarga tersebut mendapatkan kehidupan yang lebih baik.
(2) Tingginya intensitas pengunjung yang datang dari luar daerah kampung ke obyek wisata
Gua Rangko telah membawa pengaruh tersendiri terhadap kehidupan sosial masyarakat
setempat, seperti dalam perilaku masyarakat, banyak hal yang dianggap baru oleh masyarakat
sekitar dibawa oleh pengunjung khususnya anak-anak muda, seperti cara berpakaian yang
kurang sopan dari pengunjung sudah mulai ditiru dalam kehidupan sehari-hari oleh sebagian
masyarakat Dusun Rangko. (3) Perkembangan pariwisata Gua Rangko mengakibatkan
kesadaran masyarakat dalam bergotong royong mulai berkurang, hal ini dikarenakan
masyarakat yang masih terikat oleh pekerjaan, karena sebagian masyarakat bekerja dalam
industri pariwisata seperti berdagang, dan sebagai penyedia jasa untuk mengantar para
wisatawan yang hendak ke Gua Rangko.
Kata Kunci: Dampak, Pariwisata, Perubahan Sosial dan Masyarakat

PENDAHULUAN
Perkembangan pariwisata di Indonesia saat ini semakin pesat karena sektor ini
menjanjikan dan memberikan manfaat kepada banyak pihak baik pemerintah, masyarakat
maupun swasta. Pesatnya perkembangan sektor ini karena dianggap menguntungkan dan juga

1
sebagai salah satu aset yang digunakan sebagai sumber yang menjanjikan bagi pemerintah
maupun masyarakat sekitar objek wisata.
Salah satu dampak langsung dari adanya obyek pariwisata adalah dampak ekonomi,
sebagaimana yang telah digariskan dalam Undang-Undang tentang Kepariwisataan No. 10
Tahun 2009 yaitu salah satu tujuan penyelenggaraan kepariwisataan adalah untuk
meningkatkan pendapatan daerah dalam rangka meningkatkan kesejahteraan rakyat juga
memperluas kesempatan kerja serta mendorong pembangunan daerah.
Keberadaan sektor pariwisata tersebut seharusnya memperoleh dukungan dari semua
pihak seperti pemerintah daerah sebagai pengelola, masyarakat yang berada di lokasi objek
wisata dan partisipasi pihak swasta sebagai pengembang. Selain peran yang dimilikinya,
pariwisata juga mempunyai dampak atau pengaruh dibidang sosial dan ekonomi (Kodyat,
2006:4).
Adanya peningkatan kunjungan wisatawan baik wisatawan mancanegara maupun
wisatawan nusantara, cepat atau lambat pasti akan memberikan dampak secara langsung
maupun tidak langsung terhadap lingkungan dan kehidupan sosial budaya masyarakat tempat
tujuan wisatawan tersebut. Dampak tersebut bisa bersifat positif dan bisa juga bersifat
negatif, mengingat bahwa perubahan-perubahan dalam kehidupan sosial budaya masyarakat
dapat terjadi akibat adanya kontak langsung ataupun tidak langsung dengan dunia luar yang
masing-masing membawa ciri-ciri budaya sendiri.
Provinsi NTT merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki banyak
sekali tempat-tempat pariwisata yang bagus dengan potensi panorama alam laut dan pantai,
gunung dan lembah serta keragaman kultur budaya yang menghiasi suku-suku dan penghuni,
yang tidak kalah menarik jika dibandingkan dengan provinsi yang lain. Kabupaten Manggarai
Barat sebagai salah satu daerah di Provinsi NTT yang memiliki potensi-potensi wisata yang
cukup banyak dengan pemandangan wilayah pesisir yang indah, serta pulau-pulau kecil yang
mempesona di daerah sekitar menjadikannya sebagai salah satu destinasi ternama di
Indonesia saat ini.
Salah satu objek wisata yang terdapat di Kabupaten Manggarai Barat adalah wisata
Gua Rangko.Gua Rangko adalah sebuah kawasan gua wisata yang ditetapkan sebagai salah
satu tempat tujuan wisata oleh pemerintah Kabupaten Manggarai Barat pada tahun 2016. Gua
Rangko merupakan salah satu objek wisata yang berada di sebuah daratan yang cukup
potensial. Gua ini terletak di Dusun Rangko, Desa Tanjung Boleng,Kecamatan Boleng,
Kabupaten Manggarai Barat, sebuah kampung yang mayoritas beragama muslim. Gua
Rangko menawarkan keindahan gua yang masih sangat alami dengan stalaktit dan stalakmit

2
yang terus bertambah. Yang menjadi daya tarik dari gua ini adalah terdapat kolam air asin
yang masuk melalui bebatuan/meresap kedasar tanah dan tertampung di dalam Gua Rangko.
Di tempat ini wisatawan dapat berenang dan mengapung di dalam kolam, airnya sangat
bening kebiru-biruan. Waktu terbaik mengunjungi gua rangko yaitu ketika siang hari
menjelang sore karena cahaya akan masuk ke dalam gua sehingga terlihat lebih terang. Jarak
tempuh tidak terlalu jauh dari pusat kota yaitu kurang lebih 5 km dari kota Labuan Bajo
membuat tempat ini setiap tahun ramai dikunjungi wisatawan baik wisatawan lokal maupun
mancanegara.Berikut merupakan data jumlah kunjungan wisatawan Gua Rangko dari tahun
2016-2019.
Tabel 1.1 Jumlah Kunjungan Wisatawan dari Tahun 2016-2019
No Tahun Wisman Wisnus Lokal Jumlah Presentase%
1 2016 8.891 10.768 700 20.359 18. 15%

2 2017 11.707 12.416 1.000 25.123 22. 40%

3 2018 13.949 15. 010 1.760 30.719 27. 39%

4 2019 14.949 18.980 2.014 35.943 32. 05%

Total 49.496 57.174 5.474 112.144 100%

Sumber : Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Manggarai Barat, Januari 2020

Berdasarkan data pada tabel tersebut di atas, semenjak ditetapkannya Gua Rangko
sebagai salah satu tempat tujuan wisata oleh pemerintah Kabupaten Manggarai Barat, setiap
tahun jumlah kunjungan wisatawan semakin meningkat. Wisatawan yang berkunjung
tentunya datang dari berbagai daerah dan mempunyai latar belakang budaya yang beraneka
ragam pula. Bagaimanapun tempat wisata tersebut akan terjadi interaksi antara wisatawan
dengan penduduk setempat.Wisatawan yang datang sudah pasti membawa pengaruh dan
nilai-nilai baru dari tempat asal mereka. Cepat atau lambat penduduk setempat akan
menerima pengaruh dari luar sebagai hasil interaksinya dengan para wisatawan. Hal ini yang
sudah tentu menjadi perhatian masyarakat yang ada di sekitar obyek wisata tersebut yaitu
masyarakat Dusun Rangko, untuk menyesuaikan diri dengan pengaruh baru yang datang dan
untuk menciptakan kenyamanan bagi wisatawan. Secara tidak langsung, usaha masyarakat
Dusun Rangko untuk menyesuaikan diri dengan kebutuhan wisatawan sudah pasti akan
menimbulkan perubahan, yang mana bisa berdampak langsung terhadap kehidupan sehari-
hari, tingkah laku, nilai-nilai, norma-norma serta kebiasaan-kebiasaan asli dan budaya
masyarakat Dusub Rangko.

3
Fenomena perubahan sosial terjadi pula dalam kehidupan masyarakat Dusun Rangko,
Desa Tanjung Boleng, Kecamatan Boleng, Kabupaten Manggarai Barat. Tingginya intensitas
pengunjung yang datang dari luar daerah kampung Rangko yang datang ke obyek wisata Gua
Rangko telah membawa pengaruh tersendiri terhadap kehidupan sosial masyarakat setempat,
seperti dalam perilaku masyarakat, banyak hal yang dianggap baru oleh masyarakat sekitar
dibawa oleh pengunjung khususnya anak-anak muda, seperti cara berpakaian yang kurang
sopan dari pengunjung sudah mulai ditiru dalam kehidupan sehari-hari oleh sebagian
masyarakat Dusun Rangko. Selain itu perkembangan pariwisata Gua Rangko juga berdampak
terhadap budaya gotong royong masyarakat Dusun Rangko. Perkembangan pariwisata Gua
Rangko mengakibatkan kesadaran masyarakat dalam bergotong royong mulai berkurang, hal
ini dikarenakan masyarakat yang masih terikat oleh pekerjaan, karena sebagian masyarakat
bekerja dalam industri pariwisata seperti berdagang, dan sebagai penyedia jasa untuk
mengantar para wisatawan yang hendak ke Gua Rangko.
Perkembangan pariwisata Gua Rangko tidak hanya berdampak terhadap perilaku dan
budaya gotong royong tetapi juga berdampak terhadap perubahan mata pencaharian beberapa
penduduk yang semula bekerja sebagai nelayan beralih sebagian menjadi pedagang dan
penyedia jasa untuk mengantar para pengunjung ke Gua Rangko.
Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan, maka dapat dirumuskan permasalahannya
adalah mengenai 1) Proses perubahan sosial masyarakat di Dusun Rangko, Desa Tanjung
boleng, Kecamatan Boleng, Kabupaten Manggarai Barat, 2) Dampak perkembangan
pariwisata Gua Rangko terhadap perubahan sosial masyarakat di Dusun Rangko, Desa
Tanjung Boleng, Kabupaten Manggarai Barat.
Pengertian Dampak

Konsep dampak dan perkembangannya memiliki pengertian yang beragam walaupun


dalam beberapa hal memiliki persamaan. Dampak dalam kamus besar bahasa indonesia
adalah pengaruh kuat yang mendatangkan akibat baik positif yang menguntungkan maupun
negatif yang merugikan. Secara etimologis dampak berarti pelanggaran, tubrukan, atau
benturan.
Menurut Soemarwoto dan Otto (1991:4) dampak adalah suatu perubahan yang terjadi
sebagai akibat suatu aktifitas dan aktifitas tersebut dapat dilakukan oleh manusia yang
mengarah kepada perubahan dalam kehidupan manusia itu sendiri. Dengan demikian dampak
berarti nilai yang ditimbulkan oleh suatu peristiwa atau kejadian yang dialami oleh seorang
atau kelompok dalam proses pergaulannya atau dalam proses dalam pekerjaannya. Dampak

4
dapat terwujud dalam bentuk positif, yaitu berguna bagi yang menerima dampak tersebut, dan
bisa berdampak negatif bila hal itu mengurangi atau merendahkan martabat dari yang
menerima dampak tersebut. Sedangkan menurut Soekanto (1990:478) dampak merupakan
perubahan yang diakibatkan dari suatu kegiatan. Perubahan bisa terjadi kearah kemajuan
(positif) dan dapat pula kearah kemunduran (negatif). Dampak dapat didefenisikan sebagai
pengaruh kuat yang mendatangkan akibat baik positif maupun negatif. Dampak positif dapat
diartikan sebagai akibat dari perubahan yang bersifat menguntungkan baik bagi kehidupan
sosial. Sedangkan dampak negatif menimbulkan perubahan yang bersifat merugikan atau
memberikan pengaruh buruk bagi kehidupan sosial.
Pengertian Pariwisata
Ditinjau secara etimologi (Yoety, 1996:6) istilah pariwisata sendiri berasal dari bahasa
sansekerta yang memiliki persamaan dengan Tour, yang berarti berputar-putar dari suatu
tempat ke tempat. Pariwisata terdiri dari dua suku kata yaitu “pari” dan “wisata” . pari berarti
banyak, berkali-kali, dan wisata adalah perjalanan atau bepergian. Pariwisata adalah berbagai
macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh
masyarakat setempat, pengusaha, pemerintah, dan pemerintah daerah.
Meyers Koen (2009:38), pariwisata adalah aktifitas perjalanan yang dilakukan
sementara waktu dari tempat tinggal semula ke daerah tujuan dengan alasan bukan untuk
menetap atau mencari nafkah melainkan hanya untuk memenuhi rasa ingin tahu,
menghabiskan waktu senggang atau libur serta tujuan-tujuan lainnya.
Pengertian Perubahan Sosial
Masyarakat sebagai manusia pasti mengalami perubahan -perubahan di dalam
perjalanan hidupnya, meskipun perubahan tersebut kurang menarik dalam artian tidak begitu
mencolok. Perubahan-perubahan hanya akan dapat ditemukan oleh seseorang yang sempat
meneliti susunan dan kehidupan suatu masyarakat pada suatu waktu dan membandingkannya
dengan susunan dan kehidupan masyarakat tersebut pada waktu yang lampau ( Soekanto,
2006: 259).
Perubahan merupakan suatu keadaan dalam masyarakat yang mengalami gerak
peralihan akibat adanya hubungan timbal balik sebab akibat yang saling berkesinambungan
dalam tata kehidupan masyarakat. Jadi, perubahan ialah suatu kondisi masyarakat yang
mempengaruhi sistem sosial masyarakat, termasuk nilai-nilai, pola, serta perilaku dalam
kelompok ( Syani 1995:83)
Kingsley Davis dalam Soekanto (2007: 262) mengartikan perubahan sosial sebagai
perubahan-perubahan yang terjadi dalam struktur dan fungsi masyarakat. Misalnya,

5
timbulnya pengorganisasian buruh dalam masyarakat kapitalis telah menyebabkan
perubahan-perubahan dalam hubungan antara buruh dengan majikan dan seterusnya
menyebabkan perubahan-perubahan dalam organisasi ekonomi dan politik.
Perubahan sosial menurut Gillin dan Gillin dalam Soekanto (2007: 263) adalah
sebagai suatu variasi dari cara-cara hidup yang telah diterima, baik karena perubahan-
perubahan kondisi geografis, kebudayaan, komposisi penduduk, ideologi maupun karena
adanya difusi ataupun penemuan-penemuan baru dalam masyarakat. Samuael Koening secara
singkat megatakan bahwa perubahan sosial menunjuk pada modifikasi-modifikasi yang
terjadi dalam pola-pola kehidupan manusia yang terjadi karena sebab-sebab intern maupun
sebab-sebab ekstern.
Hans Garth dan C. Wright Mills mendefenisikan perubahan sosial adalah, apapun
yang terjadi (kemunculan, perkembangan, dan kemunduran), dalam kurun waktu tertentu
terhadap peran, lembaga, atau tatanan yang meliputi struktur sosial.
Selo Soemardjan dalam Soekanto (2007: 263) mendefinisikan perubahan sosial
sebagai perubahan-perubahan pada lembaga-lembaga kemasyarakatan di dalam suatu
masyarakat, yang mempengaruhi sistem sosialnya, termasuk di dalamnya nilai-nilai, sikap
dan pola perilaku diantara kelompok-kelompok dalam masyarakat. Tekanan pada definisi ini
terletak pada lembaga-lembaga kemasyarakatannya sebagai himpunan pokok manusia yang
kemudian mempengaruhi segi-segi struktur masyarakat lainnya.
Pengertian Masyarakat
Menurut Hillery, Jonassen dan Wills dalam Murdiyanto (2008: 75) mendefinisikan
komunitas adalah sekelompok orang yang hidup dalam suatu wilayah tertentu yang memiliki
pembagian kerja yang berfungsi khusus dan saling tergantung (interpendent) dan memiliki
sistem sosial budaya yang mengatur kegiatan para anggota yang mempunyai kesadaran akan
kesatuan dan perasaan memiliki serta mampu bertindak secara kolektif dengan cara yang
teratur. Dengan demikian komunitas dapat diartikan sebagai “masyarakat setempat”, yaitu
suatu wilayah kehidupan sosial yang ditandai oleh suatu derajat hubungan sosial tertentu.
Dasar dari masyarakat setempat adalah lokalitas dan perasaan masyarakat setempat. Perasaan
masyarakat setempat menurut RM Mac Iver dan Page dalam Murdiyanto (2008: 75)
mempunyai 3 unsur, yaitu: Seperasaan, sepenanggungan dan saling memerlukan.
Menurut Soekanto (1990:187) masyarakat adalah orang yang hidup bersama yang
menghasilkan kebudayaan. Dengan demikian tak ada masyarakat yang tidak memiliki
kebudayaan dan sebaliknya tak ada kebudayaan tanpa masyarakat sebagai wadah dan
pendukungnya. Ralp Linton dalam bukunya “The Study Of Man” hal 91 mengemukakan

6
bahwa masyarakat adalah setiap kelompok manusia yang telah cukup lama hidup dan
bekerjasama, sehingga mereka dapat mengorganisasikan dirinya dan berpikir tentang dirinya
sebagai satu kesatuan sosial dengan batasan-batasan. Masyarakat adalah setiap kelompok
manusia yang telah hidup dan bekerja sama cukup lama sehingga mereka dapat mengatur diri
mereka dan menganggap diri mereka sebagai suatu kesatuan sosial dengan batas-batas yang
telah dirumuskan dengan jelas. J.P. Gillin dalam bukunya “Cultural Sociology”
mendefenisikan masyarakat adalah kelompok manusia yang terbesar yang mempunyai
kebiasaan, tradisi, sikap dan perasaan persatuan yang sama. Menurut Maclver, pengertian
masyarakat adalah suatu sistem dari kebiasaan dan tata cara dari wewenang dan kerja sama
antara berbagai kelompok, berbagai golongan dan pengawasan tingkah laku serta kebebasan
individu-individu (manusia). Keseluruhan yang selalu berubah inilah yang dinamakan dengan
masyarakat. Masyarakat merupakan jalinan hubungan sosial dan masyarakat selalu berubah.
Menurut Durkheim, pengertian masyarakat adalah suatu kenyataan objektif dari individu-
individu yang merupakan anggotanya. Menurut Max Weber, pengertian masyarakat adalah
suatu struktur atauaksi yang pada pokoknya ditentukan oleh harapan dan nilai-nilai dominan
pada warganya. Selo Soemardjan pengertian masyarakat adalah orang-orang yang hidup
bersama dan menghasilkan kebudayaan.
Teori Perubahan Sosial (Sztompka)
Sztompka (2007) menyebutkan bahwa masyarakat senantiasa mengalami perubahan
disemua tingkat kompleksitas internalnya. Dalam kajian sosiologis, perubahan dilihat sebagai
sesuatu yang dinamis dan tidak linear. Semua realitas sosial senantiasa berubah dengan
derajat kecepatan, intensitas, irama, dan tempo yang berbeda. Bukan kebetulan jika orang
berbicara mengenai “kehidupan sosial”. Karena kehidupan adalah gerakan dan perubahan,
maka bila berhenti berarti tak ada lagi kehidupan melainkan merupakan suatu keadaan yang
sama sekali berbeda yang disebut ketiadaan atau kematian. Perubahan sosial terjadi pada
tingkat makro, meso dan mikro. Pada tingkat makro terjadi perubahan ekonomi, politik,
sedangkan pada tingkat meso terjadi perubahan kelompok, komunitas, dan orgaisasi, dan
ditingkat mikro terjadi perubahan interaksi dan perilaku individu. Masyarakat bukan sebuah
kekuatan fisik (entity) tetapi seperangkat proses yang saling bertingkah ganda. Farley (dalam
Sztompka (2007)) menyebutkan perubahan sosial sebagai perubahan pola perilaku, hubungan
sosial, lembaga dan struktur sosial pada waktu tertentu. perubahan sosial dapat dibayangkan
sebagai perubahan yang terjadi di dalam atau mencakup sistem sosial. Lebih tepatnya,
terdapat perbedaan antara keadaan sistem tertentu dalam jangka waktu berlainan.

7
Sztompka (2007) ada empat tipologi untuk membedakan empat dimensi atau aspek:
ideal, normatif, interaksional dan kesempatan. Hubungan sosial adalah sesuatu yang
menghubungkan individu. Masing-masing individu mempunyai gagasan, pemikiran, dan
keyakinan yang mungkin serupa atau berlainan; atau mempunyai aturan yang membimbing
perilaku mereka yang mungkin saling mendukung atau saling bertentangan; atau tindakan
aktual mereka yang mungkin bersahabat atau bermusuhan, bekerja sama atau bersaing; atau
perhatian mereka yang serupa atau bertentangan. Ada empat jenis ikatan yang muncul dalam
masyarakat yang saling berkaitan, tergantung pada jenis kesatuan yang dipersatukan oleh
jaringan hubungan itu, yakni ikatan: (1) gagasan; (2) normatif; (3) tindakan ; dan (4)
perhatian. Jaringan hubungan gagasan (keyakinan, pendirian, dan pengertian) merupakan
dimensi ideal dari kehidupan bersama, yakni “kesadaran sosialnya”. Jaringan hubungan
aturan (norma, nilai, ketentuan, dan cita-cita) merupakan dimensi normatif dari kehidupan
bersama, yakni “institusi sosialnya). Dimensi ideal dan normatif memengaruhi apa yang
secara tradisional dikenal sebagai kebudayaan. Jaringan hubungan tindakan merupakan
dimensi interaksi dalam kehidupan bersama, yakni “organisasi sosialnya”. Jaringan hubungan
perhatian (peluang hidup, kesempatan, akses terhadap sumber daya ) merupakan dimensi
kesempatan kehidupan bersama, yakni “hierarki sosialnya”. Dimensi interaksi dan
kesempatan ini memperkuat ikatan sosial dalam arti sebenarnya. Untuk menekankan aspek
multidimensional kehidupan bersama itu akan kita gunakan istilah kehidupan “sosiokultural”.
Menurut Sztompka (2007), dalam teori hubungan sosiokultural yang berubah-ubah,
yang diciptakan sebagai pemikiran alternatif atau konkretisasi sistem sosial, konsep dasar
perubahan sosial diperkenalkan terlebih dahulu untuk menjaga validitasnya namun dengan
makna yang agak berubah, jadi, (1) perubahan sosial akan berbeda artinya antara keadaan
suatu masyarakat tertentu dalam jangka waktu yang berbeda, (2) proses sosial merupakan
rentetan kejadian atau peristiwa sosial (perbedaan keadaan kehidupan sosial)); (3)
perkembangan sosial, kristalisasi sosial, dan artikulasi kehidupan sosial dalam berbagai
dimensinya berasal dari kecenderungan internal; (4) kemajuan sosial atau setiap
perkembangan sosial dipandang sebagai sesuatu yang menguntungkan.
Teori Perilaku Sosial Skinner
Teori perilaku sosial dalam konteks paradigma (Ritzer (1980)). Paradigma perilaku
sosial ini sangat menekankan pada pendekatan yang bersifat objek empiris. Paradigma
perilaku sosial menggunakan sudut pandang perilaku sosial yang teramati dan dapat di
pelajari.

8
Sebagaimana di jelaskan oleh Ritzer ( 1980 ), bahwa sosiologi menerima paradigma
ini karena paradigma perilaku sosial memusatkan perhatian pada persoalan tingkah laku dan
pengulangan tingkah laku tertentu sebagai pokok persoalan. Dalam paradigma ini, perilaku
manusia dalam interaksi sosial itu di lihat sebagai respons atau tanggapan (reaksi mekanis
yang bersifat otomatis) dari sejumlah stimulus atau rangsangan yang muncul dalam interaksi
tersebut.
Paradigma ini dikemukakan oleh B.F. Skinner dengan maksud ingin menjelaskan
asas-asas yang terdalam dalam psikologi aliran behaviorisme ke dalam sosiologi. Menurut
pendapatnya yang menjadi objek penelaahan sosiologi adalah perilaku manusia yang nyata
dan konkret serta kemungkinan pengulangannya. Dengan demikian, perilaku manusia yang
menjadi objek sasaran sosiologi, yaitu tindakan yang dapat diserap secara indrawi dan
kemungkinan keajekannya. Di samping itu, menurut paradigma perilaku sosial dinyatakan
bahwa tingkah laku individu yang langsung berkaitan dengan lingkungan dan menimbulkan
konsekuensi berupa akibat akan adanya perubahan pada lingkungan, dapat menyebabkan
adanya perubahan tingkah laku individu yang bersangkutan. Adapun yang dimaksud
lingkungan dalam hal ini, yaitu segala macam objek sosial dan objek yang bukan sosial.
METODE
kajian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif. Penelitian ini dilakukan di Dusun Rangko,
Desa Tanjung Boleng, Kecamatan Boleng, Kabupaten Manggarai Barat. Alasan memilih
lokasi di Dusun Rangko karena Dusun Rangko mempunyai keunikan tersendiri yaitu adanya
lokasi wisata yang dapat menarik pengunjung dari luar daerah yakni terdapat kolam air asin
dengan stalaktit dan stalakmit yang terus bertambah dan secara obyektif Dusun ini adalah
salah satu Dusun yang memiliki tempat pariwisata yang diminati oleh masyarakat baik
wisatawan mancanegara maupun wisatawan nusantara, sehingga memungkinkan berbagai
pengaruh luar bisa dengan cepat masuk ke Desa. Data utama dalam kajian ini diperoleh dari
berbagai sumber baik melalui data primer melalui wawancara maupun data skunder. Data
dianalisis dengan menggunakan teknis deskriptif kualitatif.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Proses Perubahan sosial Masyarakat Dusun Rangko

Perubahan sosial merupakan fenomena kehidupan yang dialami oleh setiap


masyarakat dimanapun dan kapanpun. Setiap masyarakat selama hidupnya pasti mengalami
perubahan-perubahan dalam berbagai aspek kehidupannya baik perubahan yang cepat,
lambat, maju dan mundur, terencana ataupun tidak terencana sebab di dalam masyarakat

9
terdapat kumpulan manusia yang secara hakikatnya bersifat dinamis bergerak menuju
perubahan. Perubahan bisa disebut sebagai sesuatu yang terjadi secara berbeda dari waktu ke
waktu atau dari sebelum dan sesudah adanya suatu aktivitas. Setiap aktivitas dan kegiatan
akan menyebabkan perubahan karena suatu kegiatan atau aktivitas mempunyai tujuan untuk
membuat suatu perubahan. Dengan demikian dalam menganalisis perubahan sosial pada
hakikatnya dapat dipelajari baik tentang bagaimana proses perubahan itu terjadi dan pengaruh
yang ditimbulkan oleh perubahan sosial tersebut.
Perubahan sosial pada masyarakat Dusun Rangko berawal dari ditemukannya Gua
Rangko oleh masyarakat setempat pada tahun 2010. Gua Rangko merupakan salah satu
obyek wisata di Kabupaten Manggarai Barat yang memiliki keindahan gua yang masih alami
dengan terdapat kolam air asin yang sangat bening kebiru-biruan. Gua ini terletak di Dusun
Rangko, Desa Tanjung Boleng, Kecamatan Boleng, Kabupaten Manggarai Barat. Pariwisata
Gua Rangko mulai dibuka dan dikunjungi oleh wisatawan pada tahun 2010. Pariwisata Gua
Rangko awalnya merupakan kawasan wisata yang dikelolah oleh masyarakat sendiri. Namun
pada saat itu, obyek wisata Gua Rangko belum berkembang dikarenakan sarana dan
prasarana yang belum memadai dan juga masyarakat kekurangan dana dalam mengelolah
obyek wisata tersebut, sehingga tidak banyak wisatawan yang berkunjung. Oleh karena itu,
pada tahun 2016 pemerintah mengelolah obyek wisata Gua Rangko serta menjadikannya
sebagai salah satu tempat tujuan wisata di Kabupaten Manggarai Barat. semenjak pemerintah
Kabupaten Manggarai Barat mengelolah obyek wisata Gua Rangko dan menjadikannya
sebagai salah satu tempat tujuan wisata di Kabupaten Manggarai Barat, kehidupan
masyarakat Rangko mengalami perubahan yang signifikan baik dari segi fisik, sosial dan
ekonomi. Dari segi fisik pemerintah sudah membangun sarana dan prasarana yang
menunjang perkembangan pariwisata Gua Rangko. Dari segi sosialnya perilaku dari
masyarakat kampung Rangko ikut mengalami perubahan terutama cara berpakaian yang
digunakan oleh para pengunjung, sudah mulai ditiru oleh masyarakat setempat khususnya
anak-anak muda. Sedangkat dari segi ekonomi, berkembangnya obyek wisata Gua Rangko
yang menarik banyak perhatian wisatawan untuk berkunjung memberi peluang bagi
masyarakat Dusun Rangko untuk bekerja dan meningkatkan pendapatannya dalam memenuhi
kebutuhan sehari-hari. Ibu rumah tangga yang biasanya mengurus rumah tangga, sekarang
telah keluar untuk memanfaatkan kehadiran wisatawan dengan membuka usaha kecil seperti
menjual makanan maupun minuman. Masyarakat yang memiliki both juga mendapat
keuntungan dengan mengantar para tamu-tamu yang hendak menuju Gua Rangko.

10
Untuk memperjelas analisis yang telah diuraikan, maka peneliti menggambarkannya
juga dalam bentuk bagan sebagai berikut;
Bagan 2. Proses Perubahan Sosial Masyarakat Dusun Rangko.

Proses Perubahan
Sosial Masyarakat
Dusun Rangko

Dikelola oleh Masyarakat Dikelolah oleh Pemerintah


pada Tahun 2010 pada Tahun 2016

 Sarana dan prasarana belum


 Sarana dan prasarana
memadai.
memadai berupa
 Belum banyak wisatawan yang
pembangunan jalan menuju
berkunjung.
Dusun Rangko,
menyediakan listrik,
kendaraan umum, dermaga,
lopo, tempat berjualan bagi
masyarakat dan jaringan
internet.
 Pendapatan masyarakat
semakin meningkat.
 Jumlah pengunjung semakin
meningkat.

DAMPAK PERKEMBANGAN PARIWISATA GUA RANGKO


Perkembangan pariwisata disuatu daerah tentunya akan membawa berbagai dampak
terhadap kehidupan masyarakat sekitar obyek wisata itu berada, karena kegiatan pariwisata
secara langsung menyentuh dan melibatkan masyarakat setempat. Bagaimanapun tempat
wisata tersebut akan terjadi interaksi antara wisatawan dengan penduduk setempat. Dengan
demikian, tidak dapat dipungkiri bahwa hal ini akan menyebabkan terjadinya berbagai
perubahan terhadap kehidupan masyarakat.

11
1. Dampak Terhadap Mata Pencaharian Masyarakat
Perkembangan pariwisata Gua Rangko memberikan dampak bagi kehidupan
sosial masyarakat Dusun Rangko dilihat dari perubahan mata pencaharian yang
mengakibatkan semakin banyak warga Dusun Rangko yang bekerja disektor
pariwisata dan mulai meninggalkan pekerjaan tradisional mereka yang mereka
kerjakan sebelum adanya obyek wisata Gua Rangko. Sebelum adanya pariwisata Gua
Rangko masyarakat Dusun Rangko dalam memenuhi kebutuhan kehidupan sehari-
harinya hanya mengandalkan pekerjaan sebagai nelayan. Namun setelah
berkembangnya obyek wisata Gua Rangko sebagian masyarakat beralih profesi
sebagai pedagang dan penyedia jasa untuk mengantar para wisatawan yang hendak
berkunjung ke Gua Rangko. Hal tersebut berdampak pada peningkatan pendapatan
masyarakat Dusun Rangko dalam rangka memenuhi kebutuhan keluarganya sehingga
keluarga tersebut mendapatkan kehidupan yang lebih baik.
Keberadaan obyek wisata Gua Rangko secara tidak langsung memberi peluang
bagi penduduk sekitar untuk mendapatkan pekerjaan tambahan dan memperoleh
peluang-peluang usaha seperti berjualan di sekitar obyek wisata Gua Rangko. Para
pedagang yang berjualan di sekitar obyek wisata Gua Rangko dan masyarakat yang
bekerja sebagai penyedia jasa pengantar wisatawan mengaku mendapatkan
pendapatan penghasilan yang lumayan untuk menambah penghasilan sehari-hari.
Penghasilan yang mereka dapatkan sebelum perkembangan pariwisata tidak
sebanding dengan penghasilan yang didapatkan setelah perkembangan obyek wisata
Gua Rangko. Sebelum adanya pariwisata di Dusun Rangko masyarakat lokal dengan
mayoritas sebagai nelayan memiliki pendapatan yang cukup dalam memenuhi
kebutuhan sehari-hari yaitu berkisar Rp. 500.000 dalam satu minggu, namun setelah
adanya pariwisata Gua Rangko, masyarakat lebih memilih bekerja di sektor
pariwisata dibandingkan menjadi nelayan yang tentunya dengan penghasilan yang
lebih besar dari sebelumnya yaitu berkisar Rp. 600.000-1000.000 dalam satu hari.
2. Dampak Terhadap Perilaku Masyarakat
Perkembangan pariwisata Gua Rangko secara langsung maupun tidak langsung
membawa dampak terhadap perubahan perilaku masyarakat. Keberadaan wisata Gua
Rangko memberi peluang kepada wisatawan untuk keluar masuk berkunjung di
Dusun Rangko, hal ini memberikan pengaruh besar terhadap perilaku masyarakat
seperti cara berpakaian dan penampilan yang dibawa oleh pengunjung sudah mulai
ditiru oleh masyarakat setempat khususnya anak-anak muda di Dusun Rangko.

12
Masyarakat yang dahulunya sederhana dan tidak terlalu mementingkan urusan
penampilan kini urusan penampilan mulai menjadi perhatian serius. Kedatangan
wisatawan mempunyai peranan besar terhadap kehidupan penduduk lokal khususnya
anak-anak muda di Dusun Rangko. Realitanya semenjak perkembangan pariwisata
Gua Rangko, kini anak-anak muda di Dusun Rangko mempunyai gaya hidup yang
mengikuti gaya hidup para wisatawan seperti cara berpakaian anak-anak muda yang
sudah mulai mengikuti cara berpakaian dari pengunjung, cara berpakaian yang
dimaksud yaitu cara berpakaian yang tidak sopan dan juga cara berbahasa anak-anak
muda sedikit berubah dimana anak-anak yang dulunya selalu menggunakan bahasa
daerah dalam berkomunikasi, kini mulai menggunakan bahasa Indonesia. Selain itu
anak-anak muda juga sering menghabiskan waktunya dengan berkumpul sampai
tengah malam. Hal ini yang tentunya dikhawatirkan oleh para orang tua di Dusun
Rangko. Sekarang ini anak-anak muda di Dusun Rangko bergaya layaknya
masyarakat kota yang serba modern, bukan tradisional seperti dahulu.
3. Dampak Terhadap Budaya Gotong Royong Masyarakat
Budaya gotong royong masyarakat kampung Rangko semenjak perkembangan
pariwisata Gua Rangko mengalami perubahan yang signifikan. Sebelum
perkembangan pariwisata Gua Rangko, masyarakat setempat baik orang tua maupun
anak-anak muda sangat antusias dan memiliki tingkat partisipasi yang tinggi dalam
setiap kegiatan yang diadakan bersama oleh masyarakat setempat seperti kegiatan
membersihkan lingkungan, pembangunan tempat-tempat ibadah, dan juga dalam
acara hari-hari besar seperti acara idul fitri. Namun semenjak keberadaan obyek
wisata Gua Rangko kehidupan masyarakat mengalami perubahan terutama dalam
budaya gotong royong yang sudah tertanam sejak dulu oleh masyarakat Dusun
Rangko. Semakin banyaknya wisatawan yang berkunjung menimbulkan minat dari
masyarakat untuk bekerja di sektor pariwisata, sehingga mengakibatkan adanya
pergeseran terhadap budaya gotong royong yaitu masyarakat tidak memiliki banyak
waktu luang dan juga tidak semua masyarakat ikut terlibat dalam kegiatan bersama
seperti halnya kegiatan pembangunan musola baru-baru ini, tidak banyak masyarakat
yang mengambil bagian dalam pembangunan musola tersebut. Hal ini dikarenakan
kebanyakan dari masyarakat yang bekerja di bidang pariwisata seperti berdagang dan
penyedia jasa untuk mengantar wisatawan.

13
IMPLIKASI SOSIOLOGIS
Pariwisata merupakan suatu kegiatan yang secara langsung menyentuh dan melibatkan
masyarakat, sehingga membawa berbagai dampak terhadap masyarakat setempat, bahkan
pariwisata dikatakan mempunyai energi dobrak yang luar biasa, yang mampu membuat
masyarakat setempat mengalami metamorfose dalam berbagai aspeknya.
Perhatian dan pengkajian penelitian ini berfokus pada Dampak Perkembangan
pariwisata Gua Rangko Terhadap Perubahan Sosial Masyarakat Dusun Rangko, dimana
dengan adanya perkembangan pariwisata Gua Rangko telah membawa dampak atau pengaruh
terhadap kehidupan sosial masyarakat.
Perkembangan pariwisata Gua Rangko merupakan salah satu faktor yang menyebabkan
terjadinya perubahan dalam kehidupan sosial masyarakat Dusun Rangko. Perubahan sosial
masyarakat tersebut terjadi sebagai wujud dari dampak sosial yang timbul oleh kegiatan
pariwisata. Kegiatan pariwisata cenderung mengarah kepada kegiatan dari aksi sosial, dalam
artian bahwa kegiatan pariwisata erat kaitannya dengan tingkah laku tiap individu, kelompok
dalam melakukan perjalanan wisata serta pengaruh kegiatan pariwisata dalam masyarakat.
Dengan berkembangnya pariwisata orang-orang bebas bergerak dari satu tempat ke tempat
yang lain, dari lingkungan satu ke lingkungan yang lain yang sama sekali berbeda agama,
bahasa dan budaya. Orang-orang yang sedang melakukan perjalanan wisata tersebut akan
saling berhubungan langsung dengan orang-orang yang berada disekitar tempat tujuan wisata
dan saling mengenal dan memperkenalkan adat kebiasaan kebudayaan dan kepercayaan.
Masing-masing wisatawan ternyata memiliki kebiasaan, tingkah laku dan keinginan, yang
berbeda bahkan bertolak belakang dengan tata cara hidup masyarakat yang dikunjungi.
Gejala ini dapat membuat sektor pariwisata menjadi suatu yang dianggap peka yang dapat
mempengaruhi kehidupan sosial masyarakat. .
Terlepas dari adanya kegiatan pariwisata tersebut, Sztompka (2007) menyebutkan
bahwa kehidupan suatu masyarakat tidak terlepas dari dinamika sosial, sebab kehidupan
suatu masyarakat sangatlah dinamis, yang akan selalu berhadapan dengan gerak suatu
perubahan. Seperti halnya yang terjadi pada masyarakat Dusun Rangko,sebelum adanya
perkembangan pariwisata Gua Rangko kehidupan sosial masyarakat Dusun Rangko masih
sangat tradisional hal ini dilihat dari mata pencaharian masyarakat lokal, yang mana jenis
pekerjaannya didominasi oleh pekerjaan sebagai nelayan dalam rangka memenuhi kebutuhan
sehari-hari.Namun semenjak ditetapkannya Gua Rangko sebagai salah satu tujuan wisata oleh
pemerintah Kabupaten Manggarai Barat pada tahun 2016 lalu, sebagian masyarakat mulai
meninggalkan pekerjaan tradisional mereka dengan beralih profesi ke sektor jasa. Selain itu

14
juga para ibu rumah tangga yang sebelumnya hanya berada di rumah untuk mengerjakan
urusan rumah tangga kini memiliki peran ganda. Peran yang bertambah untuk ikut menambah
penghasilan keluarga dengan berdagang makanan maupun minuman disekitar objek wisata
Gua Rangko.
Semakin banyaknya masyarakat yang bekerja di sektor pariwisata, mengakibatkan
adanya pergeseran terhadap budaya gotong royong masyarakat Dusun Rangko dimana,
sebelum adanya pariwisata Gua Rangko, masyarakat yang sebagian besar belum bergelut
dalam kegiatan industri pariwisata memiliki tingkat partisipasi yang tinggi dan memiliki
waktu luang yang cukup dalam setiap kegiatan yang diadakan bersama oleh kelompok
masyarakat seperti kegiatan pembangunan tempat-tempat ibadah, kebersihan lingkungan
maupun dalam acara hari-hari besar. Semua masyarakat baik anak-anak, Bapak-Bapak, Ibu-
Ibu semua berperan aktif dalam setiap kegiatan tersebut. Budaya gotong royong sudah
ditanam sejak lama oleh masyarakat Dusun Rangko. Namun semenjak perkembangan
pariwisata Gua Rangko dengan tingginya intensitas pengunjung yang datang dari luar
daerahke obyek wisata Gua Rangko telah membawa pengaruh tersendiri terhadap budaya
gotong royong yang sudah tertanam sejak lama. Dengan bergabungnya masyarakat di dalam
dunia industri pariwisata, mampu melumpuhkan partisipasi masyarakat terhadap kegiatan-
kegiatan yang diadakan bersama oleh masyarakat setempat. Perubahan kehidupan sosial
dalam masyarakat Dusun Rangko menunjukan bahwa kehidupan suatu masyarakat tidak
terlepas dari dinamika sosial, sebab kehidupan masyarakat sangatlah dinamis, yang akan
selalu berhadapan dengan gerak suatu perubahan, apalagi kehidupan masyarakat disaat
sekarang sangat mudah menerima hal-hal baru di era yang serba modernisasi sekarang ini.
Menurut Teori Perilaku Sosial Skinner dalam konteks paradigma (George Ritzer
(1980))dalam Ritzer dan Douglas J. Goodman, ( 2008 ), menjelaskan bahwa perilaku
manusia dalam interaksi sosial itu di lihat sebagai respons atau tanggapan (reaksi mekanis
yang bersifat otomatis) dari sejumlah stimulus atau rangsangan yang muncul dalam interaksi
tersebut. Dalam kaitannya dengan penelitian ini yang menjadi stimulus atau rangsangan yang
muncul dalam interaksi sosial masyarakat Dusun Rangko yaitu obyek wisata Gua Rangko.
Keberadaan obyek wisata Gua Rangko tidak dapat dipungkiri bahwa dengan keunikan
dan keindahan yang dimilikinya, menjadikan tempat ini sebagai tujuan yang menarik untuk
dikunjungi para wisatawan baik itu wisatawan nusantara maupun wisatawan mancanegara.
Banyaknya para wisatawan yang datang telah menimbulkan minat dari masyarakat sekitar
untuk meberikan pelayanan kepada para wisatawan dengan membuka usaha warung makan,
kios-kios atau pelayanan lainnya. Adanya para wisatawan dan minat usaha yang besar dari

15
masyarakat yang bekerja di sektor pariwisata secara langsung mempengaruhi perilaku
masyarakat sekitar untuk bekerja dengan tujuan untuk menghidupi keluarganya dan
mendapatkan kehidupan yang lebih baik. Perilaku masyarakat Dusun Rangko tersebut dalam
hal ini berhubungan dengan reaksi dan tanggapan masyarakat dalam hubungannya dengan
kehidupan sosial masyarakat sebagai mahluk sosial. Dengan demikian, tidak dapat dipungkiri
bahwa hal ini akan menyebabkan terjadinya berbagai perubahan yang dimana perilaku sosial
masyarakat tampak pada aktivitas-aktivitas dan cara-cata masyarakat berinteraksi dengan
para wisatawan yang kemudian menimbulkan tanggapan atau respon interpersonal setiap
individu dalam bentuk gerakan atau sikap.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan tentang Dampak Perkembangan
Pariwisata Gua Rangko Akibat Perkembangan Pariwisata di Dusun Rangko, Desa Tanjung
Boleng, Kecamatan Boleng, Kabupaten Manggarai Barat dapat disimpulkan bahwa ;
a. Proses perubahan sosial pada masyarakat Dusun Rangko. Perubahan sosial pada
masyarakat Dusun Rangko berawal dari ditemukannya Gua Rangko oleh masyarakat
setempat pada tahun 2010. Pariwisata Gua Rangko awalnya merupakan kawasan
wisata yang dikelolah oleh masyarakat sendiri. Namun pada saat itu, obyek wisata
Gua Rangko belum berkembang dikarenakan sarana dan prasarana yang belum
memadai dan juga masyarakat kekurangan dana dalam mengelolah obyek wisata
tersebut, sehingga tidak banyak wisatawan yang berkunjung. Oleh karena itu, pada
tahun 2016 pemerintah mengelolah obyek wisata Gua Rangko serta menjadikannya
sebagai salah satu tempat tujuan wisata di Kabupaten Manggarai Barat.
b. Dampak perkembangan pariwisata Gua Rangko terhadap perubahan sosial masyarakat
Dusun Rangko dapat dilihat sebagai berikut ;
1. Perubahan terhadap mata pencaharian beberapa penduduk yang semula bekerja
sebagai nelayan beralih sebagian menjadi pedagang dan penyewa jasa untuk
mengantar para pengunjung ke Gua Rangko.
2. Perubahan terhadap perilaku masyarakat, banyak hal yang dianggap baru oleh
masyarakat sekitar dibawa oleh pengunjung khususnya anak-anak muda, seperti cara
berpakaian yang kurang sopan dari pengunjung sudah mulai ditiru dalam kehidupan
ssehari-hari oleh sebagian masyarakat Dusun Rangko.
3. Kesadaran masyarakat dalam bergotong royong mulai berkurang,hal ini dikarenakan
masyarakat yang masih terikat oleh pekerjaan, karena sebagian masyarakat bekerja

16
dalam industri pariwisata seperti berdagang, dan sebagai penyedia jasa untuk
mengantar para wisatawan yang hendak ke Gua Rangko.
SARAN
Berdasarkan kesimpulan di atas, penulis dapat menyarankan beberapa hal sebagai
berikut ;
a. Kepada masyarakat Dusun Rangko agar kiranya tetap mempertahankan kebudayaan adat
istiadat masyarakat ditengah perkembangan pariwisata Gua Rangko.
b. Kepada anak-anak muda di Dusun Rangko agar tidak terlalu mengikuti atau meniru apa
yang dilakukan wisatawan atau pengunjung yang datang selama berada di lokasi wisata
c. Kepada pemerintah Kabupaten Manggarai Barat agar bisa membangun program yang
bisa membangun Dusun Rangko dengan maksimal. Dengan cara mengembangkan Dusun
Rangko dan memperdayakan masyarakat Dusun Rangko sehingga mampu meningkatkan
kondisi sosial masyarakat di Dusun Rangko.
DAFTAR PUSTAKA
BUKU

Arikunto, Suharsimi. 1997. Prosedur PenelitianSuatu Pendekata Praktek. Rineka Cipta,


Jakarta

Eko Murdiyanto.2008. Sosiologi Pedesaan. UPN “Veteran” : Yogyakarta.

Kodhyat. 2006. Sejarah Pariwisata dan Pengembangan di Indonesia. Gramedia Widiasarana,


Jakarta

H.B. Sutopo. 2002. Metodologi Penelitia Kualitatif Dasar Teori dan Terapannya dalam
Penelitian. UNS Press, Surakarta

Moleong, Lexy J. 2004. Metode Penelitian Kualitatif. PT Remaja, Rosdaharja, Bandung

2006. Metode Penelitian Kualitatif, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung.

Pendit, Nyoman S. 2003. Ilmu Pariwisata Sebuah Pengantar Perdana. PT Pradnya Paramita,
Jakarta.

Sarwono, Jonathan. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif dan Penelitian Kualitatif. Graha
Ilmu, Yogyakarta

Soekanto, Soerjono. 2015. Sosiologi Suatu Pengantar. PT Grafindo Persada, Jakarta

Soemardjan, Selo. 2009. Setangkai Bunga Sosiologi. Pustaka Pelajar, Yogyakarta

Soemarwoto Otto. 1998. Ekologi Lingkungan Hidup dan Pembangunan. Djambatan, Jakarta

Syani, A. 1995. Sosiologi dan Perubahan Masyarakat. Pustaka Jaya, Bandung

17
Sztompka, Piotr, 2007. Sosiologi Perubahan Sosial. Prenada, Jakarta.

Wirawa, I. B. 2012. Teori-Teori Sosiologi Dalam 3 Paradigma. Kencana Prenada Maria


Group, Jakarta

Yoety Oka A. 1996. Pengantar Ilmu Pariwisata. Angkasa, Bandung

KARYA AKADEMIK

Sri Rahayu Rahman Nasir, 2014. Perubahan Sosial Masyarakat Akibat Perkembangan
Pariwisata Dusun Wakka Kabupaten Pinrang. Universitas Hasanudin.

Fredrikus Aji, 2012. Perubahan Struktur Sosial Masyarakat di Desa Rana Mbata Kecamatan
Kota Komba Kabupaten Manggarai Timur. Universitas Nusa Cendana.

Aan Andarwati, 2012. Dampak Pengembangan Pariwisata Pada Perubahan Sosial Masyarakat
(Pada Masyarakat di Desa Tanjung Pakis Kecamata Pakis Jaya Karawang. UIN Sunan
Gunung Djati.

DOKUMEN

Undang-Undang No. 10 Tahun 2009, Tentang Kepariwisataan

WEBSITE

http://repository.unhas.ac/handle/123456789/9835

http://digilib.uinsgd.ac.id/1485/

Koen Meyers, 2009, Pengertian Pariwisata, Diakses November 2018, dari


http://23tourism.blogspot.com/2015/01/defenisi-pariwisata.html?m=1,

18

Anda mungkin juga menyukai