Anda di halaman 1dari 14

DESTINATION

MANAGEMENT
ORGANIZATION
Tourism Destination 2021
Viona Amelia
What is destination
management?
Konsep Manajemen Destinasi
• Destinasi pariwisata merupakan sebuah panggung pertunjukan seluruh sumberdaya
pariwisata yang memberikan nilai kepuasan dalam berwisata.
• Bukti empiris menunjukkan bahwa destinasi pariwisata yang dikelola dengan
prinsip-prinsip berkelanjutan sangat efektif memberikan keuntungan jangka panjang,
baik secara ekonomi, sosial, maupun ekologi. (Bali Sustainable Development
Project, 1992; Cater, 1995; WTO,2004; Dwyer, et.al., 2009)
• Pengelolaan/manajemen destinasi pariwisata akan menentukan 3 hal berikut:
a. Keunggulan dan daya tarik suatu destinasi bagi pasar wisatawan
b.Tingkat manfaatnya secara ekologi, ekonomi, sosial dan budaya bagi daerah
c. Daya saingnya di antara pasar destinasi wisata Internasional.
Definisi DMO
• Manajemen destinasi pariwisata merupakan suatu konsep yang memuat
serangkaian tindakan yang terkoordinasi dari semua stakeholder untuk
menghasilkan pengalaman berwisata, dengan cakupan kerja yang luas, mulai
dari perencanaan dan pengembangan, pemasaran dan layanan informasi,
manajemen pengunjung dan sumberdaya pariwisata (Osmankovic, et.al.
2010).
• Konsep DMO menunjuk pada suatu badan yang memiliki otoritas dan
kompetensi di dalam mengelola destinasi pariwisata, secara singkat UN-WTO
(2004) mengartikan DMO sebagai organisasi yang bertanggung jawab untuk
mengelola dan memasarkan destinasi.
Sumber: UNWTO Conference: Creating competitive advantage for your destination, Budapest, 2007
DMO MERUPAKAN PENGELOLAAN YANG TERKOORDINASI YANG MENCAKUP
SELURUH ELEMEN PEMBENTUK DESTINASI

ELEMEN DESTINASI
Atraksi
Amenitas
Aksesibilitas
Image
Harga

PENGELOLAAN DESTINASI
DMO/ SISTEM KERJA SAMA
Leading and co-ordinating

MANAJEMEN MANAJEMEN LINGKUNGAN


MANAJEMEN
PRODUK (fisik, sosial, budaya dan
PEMASARAN
ekonomi )

untuk memberikan untuk menarik


kualitas yang lebih dari wisatawan untuk keberlanjutan
sekedar pengalaman mengunjungi pembangunan pariwisata
dan harapan bagi destinasi
wisatawan
Struktur Organisasi DMO (berdasarkan cakupan
wilayah Menurut UNWTO)
Organisasi
manajemen di
tingkat pusat

Organisasi
manajemen
destinasi regional

Organisasi
manajemen
destinasi lokal
Peran DMO
• DMO berperan mengarahkan semua kekuatan dan sumberdaya yang tersedia
untuk mencapai tujuan pengembangan destinasi. Kepemimpinan yang kuat
menjadi modal penting untuk menginisiasi kerjasama dan kemitraan, menjalin
komunikasi dan pendampingan dengan komunitas lokal, mendesain perencanaan
dan kegiatan riset yang berkelanjutan
• DMO berperan dalam menyusun perencanaan destinasi dengan tujuan untuk
meningkatkan keunggulan kompetitif destinasi, perencanaan pengembangan dan
pemasaran termasuk menyusun rencana bisnis.
• DMO berperan mengordinasi pelaksanaan rencana, mulai dari penyusunan
struktur organisasi, fasilitasi kemitraan, pengumpulan dan alokasi dana serta
penyediaan peluang bisnis bagi pengusaha
• DMO berperan di dalam pengukuran kinerja, pelaksanaan monitoring dan
identifikasi perbedaan-perbedaan kinerja di dalam manajemen pengembangan
destinasi
• DMO berperan dalam pendampingan masyarakat atau pemberdayaan komunitas.
Permasalahan dalam struktur organisasi yang
hierarkis
• Secara keruangan, destinasi pariwisata pada umumnya berada di daerah (provinsi atau
kabupaten/kota).perlu adanya koordinasi yang kuat secara lintas daerah dan antara pusat dengan daerah.
• Contoh kasus:
 Manajemen Destinai Danau Toba, secara keruangan destinasi ini mencakup 7 kabupaten. Memang benar
bahwa regulasi otonomi daerah memberikan kewenangan kepada provinsi untuk mengambil peran aktif
dalam pengembangan sumberdaya pariwisata di perbatasan daerah. Namun , dalam konteks pengembangan
destinasi pariwisata diperlukan suatu organisasi manajemen destinasi yang otonom sebagai wadah bagi
semua daerah (7 kabupaten) untuk merancang dan melaksanakan program pengembangan pariwisata secara
terpadu (borderless tourism).
• Selain aspek administratif keruangan, pengaturan kewenangan dan koordinasi
lintas-sektoral juga menjadi salah satu prasyarat penting dalam manajemen
destinasi.
Fakta menunjukkan bahwa pengembangan destinasi pariwisata tidak pernah
berhasil secara optimal ketika diserahkan hanya ke tangan salah satu sektor
pelaku (dalam lingkup kecil Dinas Pariwisata).
Setiap destinasi bersifat multidimensional (punya hubungan fungsional yang
kompleks antar bagian) (Mill & Morrison,1982) yang secara bersama-sama
menggerakkan seluruh aktifitas di destinasi pariwisata. Contoh: penataan
ruang kawasan wisata, pekerjaan berkaitan dengan penataan ruang tidak
hanya diserahkan kepada pemerintah atau dinas teknis semata, misal Dinas
Kimpraswil (permukiman dan prasaran wilayah), fungsi yang dijalankan oleh
instansi tsb lebih terkonsentrasi kepada penanganan secara fisik. Untuk
mengoptimalkan hasil dan manfaatnya, maka harus ditangani secara
terkoordinasi dengan dinas-dinas terkait (Dinas Kehutanan, Dinas Pertanian,
Bapedalda (Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah))
Mengapa Manajemen Destinasi diperlukan?
• Deliver quality of visitor experiences and exceed expectations
• Contribute to the longer-term prosperity and development of the local
community – jobs, income, amenities, etc.
• Improve the profitability of the business sector – the lifeblood of any
destination's tourism industry
• Ensure a responsible and sustainable balance between economic, socio-cultural
and environmental impacts
Mengapa Manajemen Destinasi
diperlukan di Indonesia?
• Peringkat daya saing pariwisata Indonesia masih tergolong jauh lebih rendah
daripada negara-negara tetangga yang sebenarnya memiliki pengalaman yang
sama dalam hal pengembangan pariwisata.
• Ada dugaan bahwa salah satu faktor yang berperan (dalam ketertinggalan
Indonesia dengan negara lain) adalah mutu manajemen pengelolaan
sumberdaya (termasuk destinasi)
• Indonesia belum secara total menerapkan sistem manajemen mutu (yakni
sistem manajemen untuk mengarahkan dan mengendalikan suatu organisasi
yang mencakup seluruh aktifitas yang dijalankan berkenaan dengan
mutu/kualitas).
• Cenderung ekspansif mengekploitasi destinasi pariwisata baru.
• Sejauh yang telah ditelusuri belum ada suatu destinasi pariwisata nasional yang
dikelola oleh organisasi tunggal yang memiliki otoritas dan tanggung jawab
penuh atas manajemen destinasi tersebut.
• Tidak semua destinasi pariwisata nasional memiliki rencana induk (masterplan)
yang disusun secara sistematis, komprehensif dan aplikatif. Akibatnya,
pengembangan atraksi, aksesibilitas dan amenitas pariwisata tidak mengikuti
pola yang telah ditentukan dan sulit dikontrol.
• Rencana & program (rencana induk) pengembangan yang direkomendasikan,
sering berhenti di tataran dokumen fisik. Akibatnya perkembangan suatu
destinasi secara teknis tidak mengikuti arahan-arahan yang sudah disusun
berdasarkan kajian yang mendalam.  para ahli sudah mengingatkan bahwa
pengabaian terhadap rekomendasi perencanaan selalu menimbulkan resiko
kegagalan yang cukup serius di dalam perkembangan destinasi (Inskeep, 1991;
Gunn & Var, 2002; Magas, 2010)
Rekomendasi
• Tindakan strategis yang harus diambil oleh pemangku
kepentingan pariwisata di Indonesia adalah mendesain
organisasi manajemen destinasi (Destination Management
Orgazination-DMO)
• Merumuskan prinsip-prinsip manajemen mutu secara
terpadu bagi setiap destinasi  memuat tentang arahan-
arahan yang strategis sebagai basis untuk mengelola
sumberdaya pariwisata secara profesional.
Indikator keberhasilan kinerja DMO
• Kemampuan menarik jumlah wisatawan yang terus bertambah
secara, misalnya dihitung dari persentase pertambahan jumlah
wisatawan dan peningkatan lama tinggal
• Kemampuan memberikan pengalaman wisatawan yang bermutu
tinggi, misalnya dihitung dari jumlah repeater atau dari hasil survey
kepuasan wisatawan
• Kemampuan memberikan sumbangan ekonomi, ekologi, dan budaya
yang signifikan dalam jangka panjang bagi masyarakat lokal,
misalnya pertambahan jumlah dan jenis pekerjaan, peningkatan
pendapatan, perluasan kawasan konservasi, peningkatan frekuensi
event pertunjukan budaya
• Kemampuan meningkatkan volume investasi dan keragaman usaha
jasa pariwisata
• Kemampuan menjamin keseimbangan manfaat ekonomi, sosial,
budaya, dan lingkungan
Contoh :
(Badan Otorita Pariwisata Danau Toba)

• Pembangunan destinasi danau toba dilaksanakan sejak tahun 2015 dikawal Badan Otorita Pariwisata Danau Toba (BOPDT). Badan ini
dibentuk melalui Perpres 49 Tahun 2016.
• BOPDT menjalankan tugas koordinatif dengan 7 Kabupaten sekitar Danau Toba untuk mengembangkan kawasan pariwisata terintegrasi di
Lahan Zona Otorita
• Sejumlah akses yang dikembangkan meliputi Bandara Internasional Silangit di Tapanuli Utara, Jalan Tol Medan-Parapat, Jalan Lingkar
Samosir, pelabuhan dan kapal penyeberangan
• Pada tahun 2019 BOPDT menyelenggarakan sejumlah pelatihan pengembangan SDM :
a. Pelatihan active citizen di The Kaldera yang diselenggarakan oleh BOPDT bekerjasama dengan British Council.
b. pelatihan kuliner Kementerian Pariwisata untuk pelaku kuliner di Pantai Bulbul, Balige.
c. Tahun 2018-2019 menyelenggarakan program pelatihan setara D1 selama 1 tahun ke Bandung dan Bali bagi siswa lulusan SMA di
Kawasan Danau Toba
• BOPDT juga berkomitmen mengembangkan keterampilan masyarakat melalui sosialisasi sadar wisata, pelatihan-pelatihan masyarakat.
• BOPDT juga melakukan pendekatan melalui tokoh adat, agama dan tokoh masyarakat. Tujuannya, untuk mendengarkan masukan-masukan
guna kemajuan desa di sekitar kawasan.

Anda mungkin juga menyukai