DISUSUN OLEH :
NIM : 20480475
Pengertian DMO dapat dilihat dari dua sisi yaitu : Di satu sisi DMO merupakan
pembentukan dan pengembangan organisasi tata kelola destinasi pariwisata. Dalam hubungan
ini DMO dipandang sebagai suatu “lembaga” yang menyelenggarakan “tata kelola” suatu
destinasi pariwisata (Destination Management Organizing Agency), dan di sisi lain DMO
dapat pula merupakan “penyelenggaraan tata kelola” suatu destinasi pariwisata, sehinggga
dalam kaitan pengertian ini DMO dipandang sebagai suatu “sistem” tata kelola destinasi
tersebut.
Morrison, Bruen, dan Anderson (1998) memberikan lima fungsi dari DMO. Kelima
fungsi tersebut menunjukkan kelengkapan DMO sebagai sistem.
Ada tiga komponen penting dalam DMO, yaitu coordination tourism stakeholders,
destination crisis management dan destination marketing.
- Coordination tourism stakeholders, merupakan inti dari sistem DMO. Komponen ini
menjadi kunci sukses karena menitik beratkan pada hubungan jejaring yang
membetuk sistem DMO.
- Destination crisis management memberikan pengawasan dari sistem dengan
pelaksanaan dan pengelolaan mulai perencanaan hingga implementasi program.
Komponen ini terbentuk dari enam elemen lainnya, yaitu: stewardship management,
finance assistance and access venture capital, visitor management,
Information/Research, dan Human Resources Development.
- Destination marketing, menjadi ujung tombak dalam komponen DMO. Keberhasilan
DMO ditentukan bagaimana destination marketing dapat menarik sebanyak-
banyaknya pengunjung untuk datang ke wilayah yang telah dipromosikan.
Destination marketing meliputi beberapa aspek, yaitu; Trade shows, Advertising,
Familiarization tours, Publication & Brochures, Events & Festivals, Cooperative
Programs Direct Mail, Direct Sales, Sales Blitzes, dan Web Marketing.
Cesar Castaneda (2010) dalam The Role of DMO yang dipresentasikan juga pada
Konferensi Nasional DMO, menjelaskan bahwa keuntungan yang bisa digali dari DMO
adalah establishing a competitive edge, ensuring tourism sustainability, spreading the benefits
of tourism, improving tourism yield, dan building a strong and vibrant brand identity. Di
Indonesia sendiri DMO diarahkan untuk bisa berfungsi sebagai penggerak ekonomi lokal,
pemasar lokal, koordinator industri, lembaga yang mewakili pengelola, dan membangun nilai
unik (kebanggan) komunitas lokal.
Myra P. Gunawan dan Helmi Himawan (2010) dalam Penerapan Teknologi Informasi
dan Komunikasi dan Inovasi dalam Sistem Pengelolaan Destinasi menjelaskan sebagai suatu
sistem – DMO memiliki 3 karakter penting yang mencakup hierarki (destinasi utama dan
penunjang, skala kecil dan besar), struktur, dan jejaring (hubungan keterkaitan, baik fisik
maupun non-fisik). Karena kelembagaan DMO bersifat sebagai suatu institusi sosial – tidak
selalu menjadi organisasi formal - maka, DMO akan tergantung pada peran aktor-aktor kunci
di dalamnya dalam menjalankan nilai, norma, keyakinan, dan tujuan yang dianut serta hendak
dicapai bersama (Phil Janianton Damanik dalam Pengembangan Organisasi Manajemen
Destinasi: Tinjauan Sosial Budaya, 2010).
Saat ini penerapan DMO di Indonesia telah di aplikasikan di beberapa daerah seperti
realisasi DMO terhadap 15 destinasi yang terpilih (Pangandaran, Danau Toba, Komodo-
Kelimutu, Java promo-Borobudur, Bunaken, Bali-Danau Batur, Rinjani, Kota Tua Jakarta,
Toraja, Bromo-Tengger-Semeru, Raja Ampat, Wakatobi, Tanjung Puting, Derawan dan
Sabang). Konsep tata kelola klaster tersebut mengadopsi dari cerita sukses dari beberapa
negara yang telah mengadopsi konsep ini di negaranya.
SKALA DAN PENGEMBANGAN DESTINATION MANAGEMENT
ORGANIZATION (DMO)
DMO Lokal : Fungsi DMO pada tingkat lokal pengelolaan destinasi internal lebih besar dari
eksternal.
DMO Regional : Pada tingkat regional, pengelolaan internal lebih kecil dari eksternal.
DMO Nasional : Pada tingkat nasional, pengelolaan eksternal sangat dominan dan
merencanakan strategi secara keseluruhan (misalnya: pemasaran dan diplomasi pariwisata).
1. Prinsip Partisipatif
Prinsip partisipatif adalah pelibatan aktif masyarakat lokal seluas-luasnya bersama pemangku
kepentingan seperti pemerintah pusat, daerah dan pelaku usaha baik dalam perencanaan,
pelaksanaan dan pengambilan keputusan dalam pembentukan dan pengelolaan DMO.
2. Prinsip Keterpaduan
DMO adalah suatu sistem pengelolaan pariwisata terpadu yang mengintegrasikan fungsi
ekonomi, fungsi pemasaran, fungsi koordinasi, fungsi untuk membangun identitas
masyarakat dan fungsi representatif. Prinsip keterpaduan diwujudkan dengan pengelolaan
pariwisata yang direncanakan secara terpadu dengan memperhatikan ekosistem di daerah
pariwisata dan disinerjikan dengan pembangunan berbagai sektor. Pengembangan pariwisata
harus disesuaikan dengandinamika sosial budaya masyarakat setempat, dinamika ekologi di
daerah pariwisatatersebut dan daerah sekitarnya. Disamping itu, pengembangan
pariwisatasebagai salah satu bagian dari pembangunan, harus disesuaikan dengankerangka
dan rencana pembangunan daerah.
3. Prinsip Kolaboratif
Prinsip kolaboratif diwujudkan melalui kerja sama untuk mengurangi atau menghilangkan
konflik serta menampung berbagai aspirasi atau keinginan para pihak untuk ikut dalam
berbagai peran, manfaat dan tanggung jawab dalam pengelolaan pariwisata. Prinsip
kolaboratif bertujuan untuk mewujudkan transparansi, akuntabilitas, peran serta pihak,
efisiensi dan efektivitas dalam perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pengembangan
pariwisata.
4. Prinsip Berkelanjutan
- SOMETHING TO SEE : Artinya adalah terdapat suatu objek yang menarik yang
dapat dilihat dan dapat memanjakan mata dan menenteramkan hati. Objek tersebut
dapat berupa pemandangan alam seperti pegunungan, air terjun, pantai pasir putih,
pesawahan atau objek budaya seperti upacara adat, hasil-hasil kerajinan atau lainnya.
- SOMETHING TO DO : Artinya adalah ada sesuatu yang dapat dilakukan oleh
pengunjung selain melihat objek wisata utama tadi. Misalnya ketika mengunjungi
lokasi wisata air terjun, para pengunjung tidak hanya melihat pemandangan air terjun
saja, namun dapat melakukan aktivitas berendam di bawah air terjun agar dapat
merasakan sejuknya air di sekitarnya.
- SOMETHING TO BUY : Artinya ada sesuatu yang dapat di beli di sekitar objek
tersebut baik itu berupa souvenir, makanan, minuman atau jasa seperti penginapan.
Tentunya pengunjung akan banyak mendatangi suatu objek wisata apabila di
sekitarnya terdapat fasilitas penunjang lain.