Anda di halaman 1dari 8

DESTINATION MANAGEMENT ORGANIZATION (DMO)

DISUSUN OLEH :

Nama : KEVIN G.M SARAGIH

PRODI : DESTINASI PARIWISATA (DEP 1 A)

NIM : 20480475

MATA KULIAH : PENGOLAHAN DASAR DESTINASI (PED)

POLITEKNIK PARIWISATA MEDAN


2020/2021
PENGERTIAN DESTINATION MANAGEMENT ORGANIZATION (DMO)

Destination Management Organization (DMO) adalah struktur tata kelola destinasi


pariwisata yang mencakup perencanaan, koordinasi, implementasi, dan pengendalian
organisasi destinasi secara inovatif dan sistemik melalui pemanfaatan jejaring, informasi dan
teknologi, yang terpimpin secara terpadu dengan peran serta masyarakat, asosiasi, industri,
akademisi dan pemerintah dalam rangka meningkatkan kualitas pengelolaan, volume
kunjungan wisata, lama tinggal dan besaran pengeluaran wisatawan serta manfaat bagi
masyarakat di destinasi pariwisata.

Pengertian DMO dapat dilihat dari dua sisi yaitu : Di satu sisi DMO merupakan
pembentukan dan pengembangan organisasi tata kelola destinasi pariwisata. Dalam hubungan
ini DMO dipandang sebagai suatu “lembaga” yang menyelenggarakan “tata kelola” suatu
destinasi pariwisata (Destination Management Organizing Agency), dan di sisi lain DMO
dapat pula merupakan “penyelenggaraan tata kelola” suatu destinasi pariwisata, sehinggga
dalam kaitan pengertian ini DMO dipandang sebagai suatu “sistem” tata kelola destinasi
tersebut.

Gbr 1. Destinasi Wisata

Dengan demikian DMO dapat disebut sebagai suatu “Lembaga yang


menyelenggarakan Tata Kelola Destinasi Pariwisata secara berkelanjutan berbasiskan proses,
mulai sejak perencanaan hingga operasional serta pemantauannya”. keberadaan
suatu destinasi wisata terbentuk berkat adanya berbagai unsur dari berbagai sektor dan sub-
sektornya yang terdapat di suatu wilayah tertentu yang dapat ditampilkan dan dapat
memenuhi kebutuhan wisatawan, – baik wisnus maupun wisman -, sehingga dapat
dibayangkan bahwa menyelenggarakan tata kelola suatu destinasi tidaklah sesederhana
sebagaimana yang mampu kita bayangkan, mengingat pengelolaan suatu destinasi tidak saja
menyangkut koordinasi berbagai sektor dan sub-sektor secara horisontal di wilayah tersebut,
melainkan juga terkait berbagai tingkatan kualitas (vertikal) dari tiap jenis pelayanan yang
dibutuhkan wisatawan.

Menurut UNWTO (2008), DMO memiliki fungsi untuk memimpin dan


mengkoordinasikan elemen destinasi (atraksi, amenitas, aksesibilitas, SDM, citra/image,
harga), marketing, maupun lingkungan yang berkelanjutan (sustainable). Dalam hal ini, DMO
menjadi sebuah perspektif yang hendak memberikan ruang partisipasi bagi semua pihak
untuk terlibat dalam mengelola sebuah destinasi pariwisata. DMO tidak hanya berperan guna
pengembangan produk, marketing dan promosi, serta perencanaan dan penelitian saja,
melainkan memainkan peran sebagai pembentukan tim dan kemitraan, jalinan masyarakat
(community relation), serta koordinasi dan kepemimpinan. (Destination Consultancy Group,
2010).

Dalam publikasi Pembentukan dan Pengembangan DMO yang dikeluarkan


Kemenbudpar (sekarang Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Indonesia), DMO
didefinisikan sebagai: Tata kelola destinasi pariwisata yang terstruktur dan sinergis yang
mencakup fungsi koordinasi, perencanaan, implementasi, dan pengendalian organisasi
destinasi secara inovatif dan sistemik melalui pemanfaatan jejaring, informasi dan teknologi,
yang terpimpin secara terpadu dengan peran serta masyarakat, pelaku/asosiasi, industri,
akademisi dan pemerintah yang memiliki tujuan, proses dan kepentingan bersama dalam
rangka meningkatkan kualitas pengelolaan, volume kunjungan wisata, lama tinggal dan
besaran pengeluaran wisatawan serta manfaat bagi masyarakat lokal.

FUNGSI DESTINATION MANAGEMENT ORGANIZATION (DMO)

Morrison, Bruen, dan Anderson (1998) memberikan lima fungsi dari DMO. Kelima
fungsi tersebut menunjukkan kelengkapan DMO sebagai sistem.

a. Sebagai “economic driver” dalam menghasilkan pendapatan daerah, lapangan


pekerjaan,  dan    penghasilan pajak yang memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan
ekonomi lokal.
b. Sebagai “community marketer” dalam visualisasi gambar tujuan wisata, kegiatan
pariwisata, sehingga menjadi pilihan pengunjung.

c. Sebagai “industry coordinator” yang memiliki kejelasan terhadap fokus pertumbuhan


industri yang mendatangkan hasil melalui pariwisata.

KOMPONEN DESTINATION MANAGEMENT ORGANIZATION

Ada tiga komponen penting dalam DMO, yaitu coordination tourism stakeholders,
destination crisis management dan destination marketing.

- Coordination tourism stakeholders, merupakan inti dari sistem DMO. Komponen ini
menjadi kunci sukses karena menitik beratkan pada hubungan jejaring yang
membetuk sistem DMO.
- Destination crisis management memberikan pengawasan dari sistem dengan
pelaksanaan dan pengelolaan mulai perencanaan hingga implementasi program.
Komponen ini terbentuk dari enam elemen lainnya, yaitu: stewardship management,
finance assistance and access venture capital, visitor management,
Information/Research, dan Human Resources Development.
- Destination marketing, menjadi ujung tombak dalam komponen DMO. Keberhasilan
DMO ditentukan bagaimana destination marketing dapat menarik sebanyak-
banyaknya pengunjung untuk datang    ke wilayah yang telah dipromosikan.
Destination marketing   meliputi beberapa aspek, yaitu;   Trade shows, Advertising,
Familiarization tours, Publication & Brochures, Events & Festivals, Cooperative
Programs Direct Mail, Direct Sales, Sales Blitzes, dan Web Marketing.

Visualisasi destination marketing akan terlihat dari: general publicity, advertising


product/services, advertising  products/services  with  Price Information, e-mail
enquiry, e-mail booking,   on- line payment,  registration with ID,  others: call for
information, tourism guide services, dan lain sebagainya.
KEUNTUNGAN PENERAPAN DESTINATION MANAGEMENT ORGANIZATION

Cesar Castaneda (2010) dalam The Role of DMO yang dipresentasikan juga pada
Konferensi Nasional DMO, menjelaskan bahwa keuntungan yang bisa digali dari DMO
adalah establishing a competitive edge, ensuring tourism sustainability, spreading the benefits
of tourism, improving tourism yield, dan building a strong and vibrant brand identity. Di
Indonesia sendiri DMO diarahkan untuk bisa berfungsi sebagai penggerak ekonomi lokal,
pemasar lokal, koordinator industri, lembaga yang mewakili pengelola, dan membangun nilai
unik (kebanggan) komunitas lokal.

Myra P. Gunawan dan Helmi Himawan (2010) dalam Penerapan Teknologi Informasi
dan Komunikasi dan Inovasi dalam Sistem Pengelolaan Destinasi menjelaskan sebagai suatu
sistem – DMO memiliki 3 karakter penting yang mencakup hierarki (destinasi utama dan
penunjang, skala kecil dan besar), struktur, dan jejaring (hubungan keterkaitan, baik fisik
maupun non-fisik). Karena kelembagaan DMO bersifat sebagai suatu institusi sosial – tidak
selalu menjadi organisasi formal -  maka, DMO akan tergantung pada peran aktor-aktor kunci
di dalamnya dalam menjalankan nilai, norma, keyakinan, dan tujuan yang dianut serta hendak
dicapai bersama (Phil Janianton Damanik dalam Pengembangan Organisasi Manajemen
Destinasi: Tinjauan Sosial Budaya, 2010).

Saat ini penerapan DMO di Indonesia telah di aplikasikan di beberapa daerah seperti
realisasi DMO terhadap 15 destinasi yang terpilih (Pangandaran, Danau Toba, Komodo-
Kelimutu, Java promo-Borobudur, Bunaken, Bali-Danau Batur, Rinjani, Kota Tua Jakarta,
Toraja, Bromo-Tengger-Semeru, Raja Ampat, Wakatobi, Tanjung Puting, Derawan dan
Sabang). Konsep tata kelola klaster tersebut mengadopsi dari cerita sukses dari beberapa
negara yang telah mengadopsi konsep ini di negaranya.

PEMBENTUKAN DAN PENGEMBANGAN DESTINATION MANAGEMENT


ORGANIZATION (DMO)

Pembentukan dan pengembangan DMO adalah kegiatan membentuk dan mengelola


serta menyempurnakan destinasi melalui suatu proses yang berkesisnambungan untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan bersama.

 
SKALA DAN PENGEMBANGAN DESTINATION MANAGEMENT
ORGANIZATION (DMO)

DMO Lokal : Fungsi DMO pada tingkat lokal pengelolaan destinasi internal lebih besar dari
eksternal.

DMO Regional : Pada tingkat regional, pengelolaan internal lebih kecil dari eksternal.

DMO Nasional : Pada tingkat nasional, pengelolaan eksternal sangat dominan dan
merencanakan strategi secara keseluruhan (misalnya: pemasaran dan diplomasi pariwisata).

TUJUAN DESTINATION MANAGEMENT ORGANIZATION (DMO)

Pedoman Pembentukan dan Pengembangan DMO ini bertujuan untuk:

- Mengakselerasikan kebijakan pembentukan dan pengembangan DMO dengan


memperhatikan kebijakan dalam Rencana Strategis Kementerian Kebudayaan dan
Pariwisata Tahun 2010 – 2014
- Memberikan acuan atau pedoman untuk proses pembentukan dan pengembangan
DMO di daerah-daerah dalam mewujudkan pembangunan pariwisata yang terpadu
dan berkelanjutan
- Mengintegrasikan rencana pengembangan DMO pemerintah pusat, provinsi dan
kabupaten/kota.

PRINSIP DESTINATION MANAGEMENT ORGANIZATION (DMO)

1. Prinsip Partisipatif

Prinsip partisipatif adalah pelibatan aktif masyarakat lokal seluas-luasnya bersama pemangku
kepentingan seperti pemerintah pusat, daerah dan pelaku usaha baik dalam perencanaan,
pelaksanaan dan pengambilan keputusan dalam pembentukan dan pengelolaan DMO.

2. Prinsip Keterpaduan

DMO adalah suatu sistem pengelolaan pariwisata terpadu yang mengintegrasikan fungsi
ekonomi, fungsi pemasaran, fungsi koordinasi, fungsi untuk membangun identitas
masyarakat dan fungsi representatif. Prinsip keterpaduan diwujudkan dengan pengelolaan
pariwisata yang direncanakan secara terpadu dengan memperhatikan ekosistem di daerah
pariwisata dan disinerjikan dengan pembangunan berbagai sektor. Pengembangan pariwisata
harus disesuaikan dengandinamika sosial budaya masyarakat setempat, dinamika ekologi di
daerah pariwisatatersebut dan daerah sekitarnya. Disamping itu, pengembangan
pariwisatasebagai salah satu bagian dari pembangunan, harus disesuaikan dengankerangka
dan rencana pembangunan daerah.

3. Prinsip Kolaboratif

Prinsip kolaboratif diwujudkan melalui kerja sama untuk mengurangi atau menghilangkan
konflik serta menampung berbagai aspirasi atau keinginan para pihak untuk ikut dalam
berbagai peran, manfaat dan tanggung jawab dalam pengelolaan pariwisata. Prinsip
kolaboratif bertujuan untuk mewujudkan transparansi, akuntabilitas, peran serta pihak,
efisiensi dan efektivitas dalam perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pengembangan
pariwisata.

4. Prinsip Berkelanjutan

Prinsip berkelanjutan diwujudkan dengan menerapkan prinsip-prinsip: layak secara ekonomi


(economically feasible), lingkungan (environmentally viable), sosial (socially acceptable) dan
tepat guna secara teknologi (technologically appropriate). Dengan demikian tercapai suatu
pengelolaan destinasi yang lebih efektif, memastikan pertumbuhan yang berkelanjutan
dengan mengkombinasikan profit dan pembangunan ekonomi secara umum sekaligus
memelihara identitas dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat lokal.

PRINSIP PENGEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA

Pariwisata merupakan salah satu sektor yang sangat potensial dikembangkan di


berbagai wilayah di Indonesia. Daya tarik wisata dapat berupa fenomena alam maupun
budaya. Indonesia merupakan negara yang banyak sekali menyimpan potensi wisata baik
wisata alam seperti gunung, air terjun, pantai, maupun wisata budaya seperti di Bali,
Kampung adat, dan lainnya.
Menurut UU No 10 Tahun 2009,wisata dapat diartikan sebagai kegiatan perjalanan
yang dilakukan seseorang atau berkelompok dengan mengunjungi tempat tertentu untuk
tujuan rekreasi, pengembangan pribadi atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang
dikunjungi dalam waktu sementara. 

Potensi tersebut harus dikembangkan untuk menarik minat wisatawan domestik


maupun mancanegara sehingga nantinya mampu meningkatkan pendapatan daerah. Dalam
pengembangan suatu objek wisata setidaknya harus diperhatikan 3 prinsip berikut:

- SOMETHING TO SEE : Artinya adalah terdapat suatu objek yang menarik yang
dapat dilihat dan dapat memanjakan mata dan menenteramkan hati. Objek tersebut
dapat berupa pemandangan alam seperti pegunungan, air terjun, pantai pasir putih,
pesawahan atau objek budaya seperti upacara adat, hasil-hasil kerajinan atau lainnya. 
- SOMETHING TO DO : Artinya adalah ada sesuatu yang dapat dilakukan oleh
pengunjung selain melihat objek wisata utama tadi. Misalnya ketika mengunjungi
lokasi wisata air terjun, para pengunjung tidak hanya melihat pemandangan air terjun
saja, namun dapat melakukan aktivitas berendam di bawah air terjun agar dapat
merasakan sejuknya air di sekitarnya.
- SOMETHING TO BUY : Artinya ada sesuatu yang dapat di beli di sekitar objek
tersebut baik itu berupa souvenir, makanan, minuman atau jasa seperti penginapan.
Tentunya pengunjung akan banyak mendatangi suatu objek wisata apabila di
sekitarnya terdapat fasilitas penunjang lain.

Anda mungkin juga menyukai