KONSEP PERENCANAAN
Sebagian besar kawasan atau kota-kota belum memiliki kebijakan, visi dan misi, arah
atau tindakan praktis lainnya sebagai upaya pengembangan wisata atas potensi wisata
yang dimiliki kawasan tersebut. Akibatnya peran wisata tidak berkembang di kawasan
tersebut baik di segi ekonomi dan sosial masyarakatnya. Padahal sektor pariwisata
merupakan sumber pendapatan wilayah atau kawasan serta mampu mendorong
perkembangan kawasan atau wilayah yang memiliki suatu potensi wisata. Oleh karena
itu, wisata begitu besar manfaatnya jika mampu dikembangkan dan dikelola dengan
baik. Pariwisata dianggap perlu direncanakan dengan baik agar mampu menghasilkan
manfaat yang maksimal bagi kawasan tersebut serta bagi negara.
Jika pariwisata tidak direncanakan dengan baik akan menimbulkan berbagai dampak bagi
kawasan wisata itu sendiri dan masyarakat sekitarnya. Berikut adalah dampak kawasan wisata
tanpa perencanaan :
1. Dampak fisik kawasan menjadi tidak tertata dan seringkali banyak bangunan
terlantar serta kekumuhan yang muncul sehingga mengurangi daya tarik kawasan wisata
tersebut.
2. Dampak sosial budaya yaitu hilangnya keaslinya budaya lokal akibat kulturalisasi
yang berlebihan dan tanpa kontrol.
3. Dampak pemasaran yang berlebihan yaitu terjadinya ketidakefisiensian
pemasaran yang dilakukan oleh berbagai pihak tanpa koordinasi yang baik.
4. Dampak pengorganisasian yang kurang serta dampak lainnya.
Perencanaan pariwisata dilaksanakan dalam berbagai tingkat, dari tingkat makro sampai lokal
atau lebih detil. Tiap tingkatan berfokus pada pertimbangan yang kadang berbeda dan khusus.
Tingkatan perencanaan pariwisata yang dibedakan secara struktural di dunia saat ini antara lain:
Perencanaan Pariwisata juga dibedakan menjadi tingkat perencanaan spasial / geografis dan
tingkat organisasi atau insitusi.
Di dalam pemasaran pariwisata memang perlu ditata. Sebab pemasaran adalah proses
manajemen. Oleh karenanya ada 3 tahapan dalam pemasaran. Pertama pihak yang memberikan
informasi. Pemberian informasi dapat dilakukan oleh banyak pihak, utamanya adalah informasi
tentang apa yang diketahuinya. Bagi pemula tentu yang diketahui yaitu daerah tempat
tinggalnya, atau obyek obyek wisata yang pernah mereka kunjungi. Tahapan pemberian
informasi ini juga dapat dilakukan melalui IT (Information Technology) dan exhibition atau
pameran. Kedua adalah negosiasi. Proses pembelian atau purchasing ini dilakukan oleh
negosiator yang handal. Ketiga proses pengemasan dan pelayanan terhadap wisatawan yang telah
berkunjung ke daerah tujuan wisata. Pelayanan yang berkualitas akan memberikan evaluasi dan
rekomendasi untuk perjalanannya sebagai repeater atau rekomendasi terhadap orang lain untuk
berkunjung ke daerah tersebut.
2. Strategi Pemasaran
Agar pemasaran dapat dilakukan dengan efisien dan memperoleh hasil capaian pemasaran yang
maksimal maka perlu upaya pemasaran berikut .
a. a. Segmentation. Suatu upaya untuk mengelompokkan pasar yang sangat heterogen ke dalam
pasar yang relatif homogen. Posisi Indonesia yang memiliki keanekaragaman produk yang
sangat tinggi mempunyai peluang yang sangat besar dalam memperoleh sasaran pasar yang
sangat beranekaragam pula. Oleh karenanya perlu melakukan kajian terhadap pasar untuk
mengelompokkannya. Pasar wisatawan saat ini dapat dibagi kedalam beberapa kelompok.
Kelompok ini sangat dipengaruhi oleh sosiodemografi dan psikografi.
Faktor sosiodemografi dan psikografi sangat menentukan pola hidup (life style). Faktor yang
mempengaruhi life style adalah budaya, kelompok sosial, mata pecaharian dan
pendidikan. Menurut Plummer (1974) pola hidup seseorang dapat dikelompokkan sebagai
berikut.