Anda di halaman 1dari 91

desa wisata

peran masyarakat dalam pengembangan desa wisata

Wahyu Setyawan
Departemen Arsitektur
Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Mei 2021
tren dan motivasi wisata
pengertian desa wisata

Desa wisata adalah wilayah administratif desa yang


memiliki potensi dan keunikan daya tarik wisata yang khas
yaitu merasakan pengalaman keunikan kehidupan dan
tradisi masyarakat di perdesaan dengan segala potensinya.

Desa wisata dapat dilihat berdasarkan kriteria:


• Memiliki potensi daya tarik wisata (Daya tarik wisata
alam, budaya, dan buatan/karya kreatif)
• Memiliki komunitas masyarakat;
• Memiliki potensi sumber daya manusia lokal yang dapat
terlibat dalam aktivitas pengembangan desa wisata
• Memiliki kelembagaan pengelolaan;
• Memiliki peluang dan dukungan ketersediaan fasilitas
dan sarana prasarana dasar untuk mendukung kegiatan
wisata;
• Memiliki potensi dan peluang pengembangan pasar
wisatawan
prinsip pengembangan desa wisata

Dalam pengembangan desa wisata, prinsip pengembangan


produk desa wisata:
• Keaslian : atraksi yang ditawarkan adalah aktivitas
asli yang terjadi pada masyarakat di desa terse bu
• Masyarakat setempat : merupakan tradisi yang
dilakukan oleh masyarakat dan menjadi keseharian
yang dilakukan oleh masyarakat.
• Keterlibatan masyarakat : masyarakat terlibat secara
aktif dalam aktivitas di desa wisata.
• Sikap dan nilai: tetap menjaga nilai-nilai yang dianut
masyarakat dan sesuai dengan nilai dan norma sehari-
hari yang ada.
• Konservasi dan daya dukung : tidak bersifat merusak
baik dari segi fisik maupun sosial masyarakat dan
sesuai dengan daya dukung desa dalam menampung
wisatawan.
jenis desa wisata
Desa wisata mampu mengurangi urbanisasi masyarakat dari desa ke kota
karena banyak aktivitas ekonomi di desa yang dapat diciptakan. Selain itu juga,
desa wisata dapat menjadi upaya untuk melestarikan dan memberdayakan potensi
budaya lokal dan nilai-nilai kearifan lokal (local wisdom) yang ada di masyarakat.
Terdapat jenis- jenis desa wisata yang dapat menjadi acuan, antara lain:
• Desa wisata berbasis keunikan sumber daya alam yaitu desa wisata
yang menjadikan kondisi alam sebagai daya tarik utama seperti
pegunungan, lembah, pantai, sungai, danau dan berbagai bentuk bentang
a lam yang unik lainnya.
• Desa wisata berbasis keunikan sumber daya budaya lokal yaitu desa
wisata yang menjadikan keunikan adat tradisi dan kehidupan keseharian
masyarakat menjadi daya tarik utama seperti aktivitas mata pencaharian,
religi maupun bentuk aktifitas lainnya .
• Desa wisata kreatif yaitu desa wisata yang menjadikan keunikan
aktifitas ekonomi kreatif dari kegiatan industri rumah tangga masyarakat
lokal, baik berupa kerajinan, maupun aktivitas kesenian yang khas
menjadi daya tarik utama
• Desa wisata berbasis kombinasi merupakan desa wisata yang
mengkombinasikan antara satu atau lebih daya tarik wisata yang dimiliki
seperti alam, budaya dan kreatif
pendekatan pengembangan desa wisata

Pada pengembangan desa wisata, terdapat 2 (dua) pendekatan yang


perlu diperhatikan, yaitu Pembangunan Pariwisata Berbasis Masyarakat dan
Pembangunan Pariwisata Berkelanjutan.
1. Pembangunan Pariwisata Berbasis Masyarakat
Yaitu pengembangan pariwisata yang menitikberatkan pada
peningkatan kesejahteraan masyarakat. Kegiatan pariwisata ini dimiliki,
dioperasikan, dikelola dan dikoordinasikan oleh komunitas, yaitu
masyarakat. Pemberdayaan masyarakat perlu didasarkan pada hal-hal
sebagai berikut:
• Memajukan tingkat hidup masyarakat sekaligus melestarikan
identitas
• Meningkatkan tingkat pendapatan secara ekonomis sekaligus
mendistribusikan merata pada penduduk lokal.
• Berorientasi pada pengembangan usaha berskala kecil dan
menengah dengan daya serap tenaga besar dan berorientasi pada
teknologi tepat guna.
• Mengembangkan semangat kompetisi sekaligus kooperatif.
• Memanfaatkan pariwisata seoptimal mungkin sebagai agen
penyumbang tradisi budaya dengan dampak seminimal mungkin.
pendekatan pengembangan desa wisata
Terdapat 8 kriteria Pembangunan Pariwisata Berbasis Masyarakat:
pendekatan pengembangan desa wisata

2. Pembangunan Pariwisata Berkelanjutan


Yaitu pembangunan pariwisata yang menyeimbangkan
3 (tiga) aspek, yaitu ekonomi, lingkungan, masyarakat.
Pembangunan pariwisata berkelanjutan ini memiliki
tujuan utama yaitu peningkatan kualitas hidup,
memperkuat nilai budaya dan masyarakat dan
memberikan nilai tam bah perekonomian masyarakat.
pembangunan wisata berkelanjutan
tahapan pengembangan desa wisata

Pengembangan Desa Wisata dapat


dijabarkan dalam 3 tahapan, yaitu Rintisan,
Berkembang, Maju dan Mandiri. Tahapan ini
menggambarkan posisi desa wisata untuk
dapat dilihat program yang dapat dilaksanakan
sesuai tahapannya .
strategi pengembangan desa wisata
Destinasi Pariwisata adalah kawasan geografis yang berada dalam satu atau lebih wilayah administratif yang di
dalamnya terdapat daya tarik wisata, fasilitas umum, fasilitas pariwisata, aksesibilitas, serta masyarakat yang
saling terkait dan melengkapi terwujudnya kepariwisataan (Undang-Undang Kepariwisataan Nomor 10 tahun
2009).

ATRAKSI

AKSESIBILITAS AMENITAS

Sumber: Buku Pedoman Desa Wisata, Kementrian Pariwisata, Edisi I, September 2019
strategi pengembangan desa wisata
3A (atraksi, aksesibilitas, amenitas)
Atraksi
Atraksi atau yang biasa disebut Daya Tarik adalah aset-aset yang dapat menarik wisatawan domestik
maupun internasional. Daya Tarik memberikan motivasi awal bagi para wisatawan untuk mengunjungi
sebuah destinasi. Daya tarik dibagi menjadi 3 kategori yaitu:
Alam (Nature)
Keindahan bentang alam dan pemandangan, fauna dan flora, cuaca, aktivitas seperti menjelajah
alam, bersepeda gunung, menunggang kuda, memanjat tebing, menyelam dan snorkeling, dan
safari, melakukan pendakian, berkemah, diving, snorkeling, geopark, berkunjung ke taman Nasional,
wisata pesisir pantai, dll.
Budaya (Culture)
Sejarah, seni dan kerajinan, acara dan pertunjukkan, masyarakat lokal, masakan, dan aktivitas
seperti misalnya menghadiri festival, Heritage, upacara adat, belajar tarian, Sejarah dan warisan
budaya, mempelajari keadaan masyarakat, kebiasaan, adat istiadat, cara hidup, kebudayaan dan
seni mereka, serta keunikan lainnya.
Buatan Manusia (Built)
Monumen sejarah, situs warisan budaya, bangunan keagamaan, fasilitas konferensi dan olahraga,
aktivitas seperti misalnya kunjungan ke museum, tur kota yang dipandu, kunjungan bisnis, mengikuti
kegiatan pertanian, menanam padi, membajak sawah/peternakan dan daya tarik buatan manusia
lainnya.
strategi pengembangan desa wisata

3A (atraksi, aksesibilitas, amenitas)

Aksesibilitas
Desa wisata harus dapat dijangkau, tersedianya sarana,
prasarana dan sistem transportasi yang memudahkan
wisatawan dari dan menuju ke destinasi desa wisata, baik
jalur !aut, darat dan udara. Wisatawan juga harus dapat
bepergian dengan mudah di sekitar destinasi pariwisata.

Amenitas
Kelengkapan sarana, prasarana, peralatan, dan amenitas
yang mendukung aktivitas dan layanan wisatawan. Hal ini
meliputi infrastruktur dasar seperti layanan umum, transportasi
publik dan jalan, di samping layanan langsung bagi wisatawan
seperti informasi, rekreasi, pemandu wisata, operator wisata,
katering (jasa boga) dan fasilitas belanja.
strategi pengembangan desa wisata
SDM, Masyarakat dan lndustri (SMI)

SDM
Sumber Daya Manusia yang bekerja dan terlibat langsung dalam
pengembangan desa wisata yang menyediakan barang atau jasa bagi wisatawan dan
penyelenggaraan pariwisata. Pariwisata bersifat padat karya, tenaga kerja sektor
pariwisata yang terlatih sesuai dengan kapasitas yang diharapkan.

Masyarakat
Masyarakat di dalam dan di sekitar desa wisata terlibat dan mendukung
penyelenggaraan pariwisata. Masyarakat terlibat aktif seluas-luasnya bersama
pemangku kepentingan seperti pemerintah pusat, daerah dan pelaku usaha pariwisata.
Setidaknya masyarakat memahami gerakan sa dar wisata dan sa pta pesona.

lndustri
Berbagai usaha, terkait dengan fasilitas pariwisata yang menyediakan barang atau jasa
bagi wisatawan dan penyelenggaraan pariwisata. Pada desa wisata diharapkan industri
dikelola langsung oleh masyarakat, antara lain penyediaan usaha rumah makan,
penyedia jasa transportasi wisata, penyedia perjalanan wisata, penerjemah, pemandu,
dan lain lain.
strategi pengembangan desa wisata

Branding, Advertising and Selling (BAS)

Branding
Pembuatan slogan/tagline desa wisata sesuai dengan
karakteristik dan konsep desa wisata yang ingin dibentuk
sebagai ciri khas dari desa wisata yang dapat mudah diingat
oleh wisatawan

Advertising
Promosi desa wisata kepada wisatawan, baik dari
menggunakan media cetak maupun online untuk menarik
minat wisatawan untuk berkunjung ke desa wisata.

Selling (Misi Penjualan)


Dapat dilakukan dengan mengikuti event seperti travel fair,
bazar, pameran dengan menawarkan atraksi dan produk wisata
yang ada di desa wisata
strategi pengembangan desa wisata
lmplementasi Program
strategi pengembangan desa wisata
lmplementasi Program
strategi pengembangan desa wisata
lmplementasi Program
strategi pengembangan desa wisata
lmplementasi Program
strategi pengembangan desa wisata
lmplementasi Program
strategi pengembangan desa wisata
lmplementasi Program
strategi pengembangan desa wisata
lmplementasi Program
Penetapan desa wisata
kelembagaan wisata
Dalam perkembangannya, pengelolaan desa wisata dapat dilakukan dengan 3 (tiga) lembaga pengelola yang
kesemuanya berlandaskan pada pemberdayaan masyarakat

Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis)


Kelompok ini dibentuk berdasarkan
kesepakatan masyarakat yang diketahui oleh
Kepala Desa dan dikukuhkan oleh Kepala
Dinas Pariwisata setempat sebagai penggerak
kegiatan sadar wisata dan implementasi
sapta pesona . Di dalam Pokdarwis akan
terdapat beberapa kelompok kerja kegiatan
pariwisata yang ada di satu destinasi atau satu
desa yang memiliki destinasi wisata . Anggota
Pokdarwis adalah pelaku-pelaku kegiatan
pariwisata di desa tersebut .
kelembagaan wisata

Koperasi

Desa Wisata juga dapat dikelola oleh koperasi,


dimana koperasi didirikan oleh sedikitnya oleh
20 anggota yang membentuk kepengurusan
koperasi dan dikukuhkan oleh Dinas Koperasi
setempat menjadi badan hukum yang
berkewajiban mengelola kegiatan dan
mendapatkan keuntungan (Sisa Hasil
Usaha/SHU) dan dipertanggungjawabkan pada
Rapat Anggota Tahunan (RAT) koperasi.
Kepengurusan koperasi dapat diperbarui
secara periodik atau sesuai dengan usulan
dalam RAT.
kelembagaan wisata

Bumdes

Badan Usaha Milik Desa (Bumdes)


merupakan badan hukum resmi desa yang
dibentuk oleh Pemerintah Desa dan Badan
Perwakilan Desa (BPD) melalui
musyawarah desa. Kelembagaan yang
dibentuk menyerupai perusahaan, dimana
sahamnya dimiliki oleh pemerintah desa
dengan mengangkat direksi untuk
menjalankan usaha di desa dengan
menggunakan skema penyertaan modal
dan aset desa. Di antara sekian banyak
usaha yang dapat dilakukan Bumdes,
salah satunya adalah usaha pariwisata
untuk desa yang memiliki potensi dan
produk wisata didesa tersebut.
pendanaan desa wisata

Dana Desa

Dana yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara


yang diperuntukkan bagi Desa untuk digunakan untuk mendanai
penyelenggaraan kegiatan di Desa. Kegiatan yang dapat dilaksanakan
menggunakan dana desa yaitu:
• Pembangunan Desa adalah pembangunan sarana dan prasarana
penunjang desa wisata.
• Pemberdayaan masyarakat desa adalah pelatihan bagi masyarakat
desa untuk meningkatkan keterampilan, perilaku, kemampuan, dan
kesadaran wisata bagi masyarakat desa.

Penggunaan anggaran dana desa untuk desa wisata ditetapkan melalui


musyawarah desa. Jenis penggunaan anggaran dapat mengacu pada
Peraturan Menteri Desa tentang prioritas penggunaan dana desa Nomor
11Tahun 2019.
pendanaan desa wisata

APBN, APBD Provinsi dan APBD Kab/Kota

Pendanaan pembangunan yang berasal dari Anggaran Pendapatan Belanja Negara,


dan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah Provinsi dan Kab/Kota berupa
program/kegiatan di daerah yang dilaksanakan oleh Pemerintah Pusat/Kab/Kota dan
dilaksanakan sesuai dengan mekanisme yang berlaku.

Pendanaan dari sumber lainnya yaitu:


• CSR (Corporate Social Responsibility)
Pendanaan dari perusahaan bisnis untuk berkontribusi kepada
masyarakat dan komunitas yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas
hidup bersama. Pendanaan CSR umumnya berasal dari perusahaan
swasta
• Pendanaan lain yang bersifat tidak mengikat
• Pendanaan model bapakasuh
fenomena pengembangan wisata
sarangan
sarangan
sarangan
isyu terkait prasarana – sarana
Infrastruktur/Prasarana Sarana - Amenitas
• Aksesibilitas ke destinasi wisata kurang memadai • Kurang memenuhi standar keamanan (teknis)
• Kualitas jalan kurang memperhatikan kebutuhan dan • Kurang memenuhi standar kenyamanan (fisik dan psikis)
karakter wisata • Kurang memenuhi kaidah desain yang berkelanjutan
• Kurang mendayagunakan material lokal
• Kios berkembang di sekitar destinasi wisata tanpa
perencanaan yang baik dan kondisinya tidak layak.
• Kurang memfasilitasi kaum diffable
• Kurang menyediakan instrument kedaruratan bencana
preseden pengembangan prasarana sarana destinasi wisata alam
pasar papringan, temanggung
svargabumi, magelang
tumpak sewu
sendang seruni, banyuwangi
sendang seruni, banyuwangi
sendang seruni, banyuwangi
sendang seruni, banyuwangi
sendang seruni, banyuwangi
sendang seruni, banyuwangi
sendang seruni, banyuwangi
sendang seruni, banyuwangi
sendang seruni, banyuwangi
sendang seruni, banyuwangi
sendang seruni, banyuwangi
tirtosari, lumajang
tirtosari, lumajang
tirtosari, lumajang
tirtosari, lumajang
tirtosari, lumajang
tirtosari, lumajang
tirtosari, lumajang
tirtosari, lumajang
toron samalem, pamekasan
toron samalem, pamekasan
toron samalem, pamekasan
toron samalem, pamekasan
toron samalem, pamekasan
toron samalem, pamekasan
toron samalem, pamekasan
toron samalem, pamekasan
toron samalem, pamekasan
toron samalem, pamekasan
toron samalem, pamekasan
pedoman/arahan pengembangan sarana desa wisata
aspek pengembangan sarana desa wisata

KONTEKS ASPEK ELEMEN

1 Masterplan Tata Ruang Tata Ruang Wilayah; Tata Ruang Bencana; RIPPDA; Dampak
Lingkungan
Bangunan Fasilitas/Sarana; Tata Ruang Dalam; Bentuk Bangunan;
2 Arsitektur Tampilan; Tata Letak
Lansekap RuangTerbuka Hijau; Hardscape; Softscape

Keselamatan Struktur Bangunan; Mitigasi Kebakaran; Penangkal Petir;


Instalasi Listrik
3 Keandalan Kesehatan Udara/Ventilasi; Pencahayaan; Sanitasi; Bahan Bangunan
Kenyamanan Bangunan; Lansekap
Kemudahan Aksesibilitas/Sirkulasi; Penanda; Perawatan
Perijinan; Perencanaan Teknis; Tim Ahli Bangunan;
Penyelenggaraan Pengawasan; Pemanfaatan; Pemeliharaan – Perawatan –
4 Tata Laksana Pemeriksaan; Pelestarian; Pembongkaran
Pembinaan Pengelola Desa Wisata; Pemberdayaan Masyarakat
masterplan
TATA RUANG PEDOMAN/ARAHAN
1 Tata Ruang Wilayah • Pengembangan Desa Wisata harus sesuai dengan peraturan tata ruang
wilayah setempat (Propinsi – Kabupaten/Kota) yang berlaku.
2 Tata Ruang Bencana • Pengembangan Desa Wisata harus sesuai dengan peraturan tata ruang
wilayah rawan bencana (BNPB).
• Pengembangan Desa Wisata pada area rawan bencana harus mengikuti
arahan tentang mitigasi kebencanaan.
3 RIPPDA • Pengembangan Desa Wisata harus sejalan dengan Rencana Induk
Pengembangan Pariwisata Daerah.
• Pengembangan Desa Wisata yang belum ada dalam RIPPDA harus
mendapatkan arahan dari instansi yang terkait.
4 Dampak Lingkungan • Kegiatan pembangunan bangunan gedung dan lingkungannya yang
diperkirakan mempunyai dampak besar dan penting terhadap lingkungan
harus dilengkapi dengan dokumen AMDAL, UKL atau UPL.
arsitektur
BANGUNAN PEDOMAN/ARAHAN
1 Fasilitas/Sarana • Fasilitas atau sarana pendukung yang harus disediakan oleh pengelolan
(Bangunan) desa wisata adalah : kantor pengelola, pos kesehatan, pos keamanan, kios
makan-minum, sarana ibadah, toilet, parkir, tempat istirahat.
• Fasilitas lain yang lebih spesifik bisa disediakan sesuai dengan kebutuhan
dan karakter atraksi wisata.
2 Tata Ruang Dalam • Tata ruang-dalam harus mempertimbangkan kebutuhan, fungsi ruang,
tampilan arsitektur dan keandalan bangunan.
• Pertimbangan kebutuhan diwujudkan dalam memenuhi jenis dan jumlah
ruang; fungsi ruang diwujudkan dalam efisiensi dan efektivitas penggunaan
ruang; arsitektur bangunan gedung diwujudkan dalam pemenuhan tata
ruang-dalam terhadap kaidah-kaidah arsitektur bangunan gedung secara
keseluruhan; dan keandalan bangunan gedung diwujudkan dalam
pemenuhan persyaratan keselamatan, kesehatan, kenyamanan, dan
kemudahan.
3 Bentuk Bangunan • Bentuk bangunan disesuaikan dengan fungsi, tata ruang, tampilan
arsitektur dan keandalan bangunan.
• Bentuk bangunan disesuaikan dengan karakter wisata, iklim, dan budaya
setempat.
arsitektur
BANGUNAN PEDOMAN/ARAHAN
4 Tampilan • Tampilan bangunan disarankan disesuaikan dengan karakter atraksi wisata
yang diwadahi, serta diselaraskan dengan karakter budaya setempat.
• Tampilan bangunan diarahkan memiliki karakter yang baik dan menjadi
identitas/ciri fisik destinasi wisata.
• Tampilan bangunan satu dengan yang lain harus memilki keselarasan yang
dicapai dengan bentuk bangunan, elemen bangunan, dan pemakaian
material.
5 Tata Letak Bangunan • Tata letak bangunan gedung pada zona wisata ini tidak boleh mengganggu
keseimbangan lingkungan, fungsi lindung kawasan, dan/atau fungsi
prasarana dan sarana umum.
arsitektur
LANSEKAP PEDOMAN/ARAHAN
1 Ruang Terbuka Hijau • Ruang Terbuka Hijau (RTH), berfungsi sebagai tempat tumbuhnya
tanaman, peresapan air, sirkulasi, unsur-unsur estetik, baik sebagai ruang
kegiatan dan maupun sebagai ruang amenity.
• Syarat-syarat RTH ditetapkan di dalam rencana tata ruang dan tata
bangunan baik langsung maupun tidak langsung dalam bentuk ketetapan
GSB, KDB, KDH, KLB, ruang terbuka untuk parkir atau perkerasan lainnya.
• Sebagai ruang transisi, RTH merupakan bagian integral dari penataan
bangunan gedung dan sub-sistem dari penataan lansekap area wisata.
• Syarat-syarat RTH dalam setiap perencanaan bangunan harus
memperhatikan potensi unsur-unsur alami yang ada dalam tapak seperti
danau, sungai, pohon-pohon menahun, tanah dan permukaan tanah.
• RTH sebanyak mungkin diperuntukkan bagi penghijauan/ penanaman di
atas tanah.
• Menghindari pemanfaatan lahan dan area yang rawan bencana (banjir dan
longsor) untuk area wisata aktif.
arsitektur
LANSEKAP PEDOMAN/ARAHAN
2 Hardscape • Desain perkerasan untuk sirkulasi pada lansekap memperhatikan aspek
kenyamanan dan keselamatan pengguna.
• Material perkerasan jalan/pedestrian disesuaikan dengan karakter atraksi
wisata.
• Penyedian tempat beristirahat yang cukup dan nyaman dalam bentuk
bangku/kursi taman, gazebo, dll, dengan karakter fisik yang disesuaikan
dengan karakter bangunan lain dalam area wisata.
• Penyediaan fasilitas penerangan luar yang mencukupi pada saat malam
hari, baik untuk kenyamanan wisata maupun untuk keamanan area wisata.
• Penyedian elemen pelengkap fisik lain pada lansekap disesuaikan dengan
kebutuhan dan karakteristik atraksi wisata.
• Menggunakan material sesuai dengan kebutuhan dan karakter area
wisata.
arsitektur
LANSEKAP PEDOMAN/ARAHAN
3 Softscape • Semaksimal mungkin mempertahankan bentang alam eksisting,
mempertahankan vegetasi (keanekaragaman hayati) alami dan
sumberdaya alam lain yang potensial, serta meningkatkan keanekaragam
hayati.
• Pemilihan dan penggunaan tanaman harus memperhitungkan karakter
tanaman sampai pertumbuhannya optimal, berkaitan dengan bahaya yang
mungkin ditimbulkan. Potensi bahaya terdapat pada jenis-jenis tertentu
yang sistem perakarannya destruktif, batang dan cabangnya rapuh, mudah
terbakar serta bagian-bagian lain yang berbahaya bagi kesehatan
manusia.
• Pemilihan tanaman baru yang potensial mendatangkan satwa liar baru
untuk keanekaragaman hayati namun tidak merusak ekosistim eksisting.
keandalan
KESELAMATAN PEDOMAN/ARAHAN
1 Struktur Bangunan • Keselamatan struktur tergantung kepada keandalan struktur tersebut terhadap
gaya-gaya yang dipikulnya akibat berat sendiri, beban perilaku manusia,
maupun beban yang diakibatkan perilaku alam.
• Struktur Bangunan Gedung direncanakan sedemikian rupa sehingga memenuhi
persyaratan keamanan (safety), kelayanan (serviceability), keawetan (durability)
dan ketahanan terhadap kebakaran (fire resistance).
• Bahan struktur yang digunakan, diusahakan semaksimal mungkin
menggunakan dan menyesuaikan bahan baku dengan memanfaatkan
kandungan lokal.
• Bangunan atas merupakan satu kesatuan yang utuh dengan bangunan bawah
sehingga dapat meneruskan gaya dengan selamat ke struktur bawah. Untuk itu
hubungan antara bangunan atas dan bawah perlu direncanakan dengan baik,
khususnya terhadap pengaruh gaya horizontal seperti gaya gempa.
• Semua bagian dari struktur diikat bersama, baik dalam bidang vertikal maupun
horizontal, sehingga gaya-gaya dari semua elemen struktur, termasuk elemen
struktur dan non-struktur, yang diakibatkan adanya gempa dapat diteruskan
sampai struktur pondasi.
• Penggunaan sistim struktur dan kosntruksi pada bangunan dan lansekap harus
mengikuti peraturan yang ada.
keandalan
KESELAMATAN PEDOMAN/ARAHAN
2 Mitigasi Kebakaran • Pada bangunan dan area wisata harus dilindungi terhadap bahaya
kebakaran dengan sistem proteksi pasif dan proteksi aktif.
• Sistem proteksi pasif merupakan sistem proteksi kebakaran yang berbasis
pada disain struktur dan arsitektur sehingga bangunan itu sendiri secara
struktur tetap stabil dan dapat menghambat penjalaran api/panas dan
asap.
• Sistem proteksi aktif merupakan sistem pencegahan dan penanggulangan
kebakaran yang berbasis pada penyediaan peralatan proteksi dan
pemadaman api kebakaran.
3 Mitigasi Bencana Alam • Pada daerah rawan bencana dapat ditetapkan larangan membangun atau
menetapkan tata cara dan persyaratan khusus di dalam membangun,
dengan memperhatikan keamanan, keselamatan, kesehatan dan
ekosistem lingkungan.
• Menyediakan jalur evakuasi penyelamatan pada bangunan dan lingkungan
menuju titik kumpul jika terjadi bencana alam.
keandalan
KESELAMATAN PEDOMAN/ARAHAN
3 Penangkal Petir • Setiap bangunan dan atau area yang berdasarkan letak, sifat geografis,
bentuk dan penggunaannya diperhitungkan mempunyai risiko terkena
sambaran petir, harus diberi instalasi penangkal petir.
• Sistem penangkal petir yang dirancang dan dipasang harus dapat
mengurangi secara nyata risiko kerusakan yang disebabkan sambaran
petir terhadap bangunan (termasuk area) dan peralatan yang
diproteksinya, serta melindungi manusia di dalamnya.
4 Instalasi Listrik • Setiap bangunan gedung yang dilengkapi dengan instalasi listrik termasuk
sumber daya listriknya harus dijamin aman, andal, dan akrab lingkungan.
• Sistem instalasi listrik dan penempatannya mudah diamati, dipelihara, tidak
membahayakan, mengganggu dan merugikan bagi manusia, lingkungan,
bagian bangunan dan instalasi lainnya.
keandalan
KESEHATAN PEDOMAN/ARAHAN
1 Udara/Ventilasi • Setiap bangunan gedung untuk memenuhi persyaratan sistem penghawaan harus
mempunyai ventilasi alami dan/atau ventilasi mekanik/buatan sesuai dengan
fungsinya.
• Sedapat mungkin menggunakan system penghawaan alami untuk bangunan umum.
• Jika ventilasi alami tidak mungkin dilaksanakan, maka diperlukan ventilasi mekanis
seperti pada bangunan fasilitas tertentu yang memerlukan perlindungan dari udara
luar dan pencemaran.
• Pengkondisian udara memperhatikan upaya konservasi energi.
• Rancangan sistem pengkondisian udara dikembangkan sehingga penggunaan
energi yang optimal dapat diperoleh, termasuk dengan memperhitungkan pemilihan
jenis material selubung bangunan, pemakaian energi per tahunnya, pemilihan
peralatan, serta biaya awal dan biaya umur pemakaian energi.
2 Pencahayaan • Setiap bangunan gedung untuk memenuhi persyaratan sistem pencahayaan harus
mempunyai pencahayaan alami dan/atau pencahayaan buatan, termasuk
pencahayaan darurat sesuai dengan fungsinya.
• Pencahayaan alami harus optimal, disesuaikan dengan fungsi bangunan gedung dan
fungsi masing-masing ruang di dalam bangunan gedung.
• Pencahayaan buatan harus direncanakan berdasarkan tingkat iluminasi yang
dipersyaratkan sesuai fungsi ruang dalam bangunan gedung dengan
mempertimbangkan efisiensi, penghematan energi yang digunakan, dan
penempatannya tidak menimbulkan efek silau atau pantulan.
keandalan
KESEHATAN PEDOMAN/ARAHAN
3 Sanitasi Air Bersih:
• Sistem air bersih harus direncanakan dan dipasang dengan
mempertimbangkan sumber air bersih, kualitas air bersih, sistem distribusi,
dan penampungannya.
• Sumber air bersih dapat diperoleh dari sumber air berlangganan dan/atau
sumber air lainnya serta yang memenuhi persyaratan kesehatan sesuai
peraturan perundang-undangan.

Air Kotor:
• Sistem pembuangan air kotor dan/atau air limbah harus direncanakan dan
dipasang dengan mempertimbangkan jenis dan tingkat bahayanya.
• Pertimbangan jenis air kotor dan/atau air limbah diwujudkan dalam bentuk
pemilihan sistem pengaliran/pembuangan dan penggunaan peralatan yang
dibutuhkan
• Pertimbangan tingkat bahaya air kotor dan/atau air limbah diwujudkan
dalam bentuk sistem pengolahan dan pembuangannya.
keandalan
KESEHATAN PEDOMAN/ARAHAN
3 Sanitasi Air Hujan:
• Sistem penyaluran air hujan harus direncanakan dan dipasang dengan
mempertimbangkan ketinggian permukaan air tanah, permeabilitas tanah, dan
ketersediaan jaringan drainase lingkungan/kota.
• Setiap bangunan dan pekarangannya harus dilengkapi dengan sistem penyaluran air
hujan. Kecuali untuk daerah tertentu, air hujan harus diresapkan ke dalam tanah
pekarangan dan/atau dialirkan ke sumur resapan sebelum dialirkan ke jaringan
drainase lingkungan/kota sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Sampah:
• Sistem pembuangan kotoran dan sampah direncanakan dan dipasang dengan
mempertimbangkan fasilitas penampungan dan jenisnya.
• Pertimbangan fasilitas penampungan diwujudkan dalam bentuk penyediaan tempat
penampungan kotoran dan sampah pada masing-masing bangunan gedung, yang
diperhitungkan berdasarkan fungsi bangunan, jumlah penghuni, dan volume kotoran
dan sampah.
• Pertimbangan jenis kotoran dan sampah diwujudkan dalam bentuk penempatan
pewadahan dan/atau pengolahannya yang tidak mengganggu kesehatan penghuni,
masyarakat dan lingkungannya.
keandalan
KESEHATAN PEDOMAN/ARAHAN
4 Bahan Bangunan • Bahan bangunan dan lansekap yang digunakan harus aman bagi
kesehatan pengguna bangunan gedung dan tidak menimbulkan dampak
negatif terhadap lingkungan.
• Penggunaan bahan bangunan dan lansekap yang aman bagi kesehatan
pengguna bangunan dan area wisata harus tidak mengandung bahan-
bahan berbahaya/ beracun bagi kesehatan.
• Menghindari timbulnya efek silau dan pantulan bagi pengguna bangunan
lain, masyarakat, dan lingkungan sekitarnya;
• Menghindari timbulnya efek peningkatan suhu lingkungan di sekitarnya;
• Mempertimbangkan prinsip-prinsip konservasi energi
• Mewujudkan bangunan dan lansekap yang serasi dan selaras dengan
lingkungannya.
keandalan
KENYAMANAN PEDOMAN/ARAHAN
1 Bangunan • Persyaratan kenyamanan bangunan meliputi kenyamanan ruang gerak
dan hubungan antar ruang, kondisi udara dalam ruang, pandangan, serta
tingkat getaran dan tingkat kebisingan.
2 Lansekap • Persyaratan kenyamanan area ruang luar meliputi kenyaman sirkulasi,
perteduhan, visual, bau dan kebisingan.
• Kegiatan atraksi wisata tidak boleh mengganggu keseimbangan ekosistim
dan lingkungan.
keandalan
KEMUDAHAN PEDOMAN/ARAHAN
1 Aksesibilitas/Sirkulasi • Sistem sirkulasi yang direncanakan harus memperhatikan kepentingan
dan Parkir bagi aksesibilitas pejalan termasuk untuk penyandang disabilitas.
• Parkir kendaraan pada bangunan rumah tinggal tidak boleh berada pada
badan jalan dan pedestrian pejalan kaki.
• Luas, distribusi dan perletakan fasilitas parkir diupayakan tidak
mengganggu kegiatan bangunan dan kelancaran lalu lintas lingkungannya,
serta disesuaikan dengan daya tampung lahan.
• Jalur jalan kendaraan diupayakan terpisah dengan jalur pedestrian pejalan
kaki.
2 Penanda • Persyaratan perletakan pertandaan mencakup perletakan tanda dan rambu
lalu-lintas dan rambu keselamatan lingkungan
• Penempatan pertandaan (signage), termasuk papan iklan/reklame, harus
membantu orientasi tetapi tidak mengganggu karakter lingkungan yang
ingin diciptakan/dipertahankan, baik penempatannya pada bangunan,
kaveling, pagar, atau ruang publik.
• Tanda dan rambu-rambu lalu lintas serta rambu keselamatan diletakkan
pada titik bebas pandang, tidak boleh terhalang tanaman, dan/atau
bangunan.
keandalan
KEMUDAHAN PEDOMAN/ARAHAN
3 Perawatan • Desain pada fisik bangunan dan lansekap harus memperhatikan
kemudahan dalam pemeliharaan.
• Pemilihan material pada bangunan dan lansekap menggunakan bahan
yang mudah didapat di sekitar lokasi, dan mudah dirawat dengan peralatan
yang sederhana.
tatalaksana
PENYELENGGARAAN PEDOMAN/ARAHAN
1 Perijinan • Setiap bangunan dan sarana pendukungnya pada area Desa Wisata harus
didirikan pada tanah yang status kepemilikannya jelas.
• Setiap kegiatan membangun bangunan gedung harus memiliki IMB
terlebih dahulu dari Bupati/ Walikota atau Pejabat yang ditunjuk.
2 Perencanaan Teknis • Perencanaan teknis adalah kegiatan penyusunan rencana teknis
bangunan, termasuk desain prototipe, mulai dari pembuatan prarencana
sampai dengan dokumen rencana teknis untuk pelaksanaan konstruksi.
3 Tim Ahli Bangunan • Pertimbangan teknis tim ahli bangunan gedung berupa hasil
penilaian/evaluasi objektif terhadap pemenuhan persyaratan teknis yang
mempertimbangkan unsur klasifikasi dan bangunan gedung, termasuk
pertimbangan aspek ekonomi, sosial, dan budaya.
4 Pengawasan • Kegiatan pengawasan pelaksanaan konstruksi bangunan gedung meliputi
pengawasan biaya, mutu, dan waktu pembangunan bangunan gedung
pada tahap pelaksanaan konstruksi, serta pemeriksaan kelaikan fungsi
bangunan gedung.
5 Pemanfaatan • Pemanfaatan bangunan gedung adalah kegiatan memanfaatkan bangunan
gedung sesuai fungsi yang telah ditetapkan, termasuk kegiatan
pemeliharaan, perawatan dan pemeriksaan secara berkala
tatalaksana
PENYELENGGARAAN PEDOMAN/ARAHAN
6 Pemeliharaan, • Pemeliharaan adalah kegiatan menjaga keandalan bangunan beserta prasarana dan
Perawatan, Pemeriksaan sarananya agar selalu laik fungsi.
• Perawatan adalah kegiatan memperbaiki dan/atau mengganti bagian bangunan,
komponen, bahan bangunan dan/atau prasarana dan sarananya agar bangunan
tetap laik fungsi.
• Pemeriksaan berkala adalah kegiatan pemeriksaan keandalan seluruh atau sebagian
bangunan, komponen, bahan bangunan dan/atau prasarana dan sarana dalam
tenggang waktu tertentu guna menyatakan kelaikan fungsi bangunan.
7 Pelestarian • Bangunan dan lingkungannya yang telah ditetapkan sebagai cagar budaya sesuai
dengan peraturan perundang-undangan harus dilindungi.
• Pelestarian adalah kegiatan perawatan, pemugaran serta pemeliharaan bangunan
dan lingkungannya untuk mengembalikan keandalan bangunan tersebut sesuai
dengan aslinya atau sesuai dengan keadaan menurut periode yang dikehendaki.
8 Pembongkaran • Pembongkaran adalah kegiatan membongkar atau merobohkan seluruh atau
sebagian bangunan gedung, komponen, bahan bangunan dan/atau prasarana dan
sarananya.
• Pembongkaran bangunan yang mempunyai dampak luas terhadap keselamatan
umum dan lingkungan harus dilaksanakan berdasarkan rencana teknis
pembongkaran yang telah disetujui oleh Pemerintah Daerah.
tatalaksana
PEMBINAAN PEDOMAN/ARAHAN
1 Pengelola Desa Wisata • Pemberdayaan dilakukan terhadap para penyelenggara
bangunan/pengelola pada area wisata untuk menumbuhkembangkan
kesadaran akan hak, kewajiban dan perannya dalam penyelenggaraan
bangunan.
• Pemberdayaan dapat melibatkan stakeholder lain seperti dari Perguruanan
Tinggi, NGO, Swasta, sesuai dengan kebutuhan dari Desa Wisata.
2 Pemberdayaan • Pemberdayaan dilakukan terhadap para penyelenggara bangunan untuk
Masyarakat menumbuhkembangkan kesadaran akan hak, kewajiban dan perannya
dalam penyelenggaraan bangunan pada area sekitar Desa Wisata.
jejaring pengembangan prasarana dan sarana pendukung destinasi wisata alam

Pemerintah Pusat

Desa Wisata Pengelola Pemerintah Daerah

Perguruan Tinggi Swasta


• Bimbingan/Pelatihan Teknis (Desain, • Dana CSR
IT) • Bimbingan/Pelatihan Teknis
• Pelatihan Manajemen (Pengelolaan, • Pelatihan Manajemen (Pengelolaan,
Pemasaran) Pemasaran)
• dll • dll
peran PT dalam pengembangan prasarana dan sarana pendukung destinasi wisata alam

Desa Wisata Pengelola Dinas Pariwisata

Perguruan Tinggi
Skema Bidang
• Penelitian • Manajemen wisata
• Pengabdian Pada Masyarakat • Desain (Masterplan,
• Kuliah Kerja Nyata Bangunan, Lansekap)
• Pelatihan • Konstruksi
• Tugas Mata Kuliah • Teknologi Informasi
• Pengelolaan Lingkungan
• Keanekaragaman Hayati
• Darurat Kebencanaan
terimakasih

Anda mungkin juga menyukai