KAJIAN PUSTAKA
A. Kepariwisataan
1. Pengertian Pariwisata
saat ini.15 Pariwisata modern saat ini juga dipercepat oleh proses
bidang, antar bangsa, dan antar individu yang hidup di dunia ini.
15
Igusti Bagus Rai Utama, Pengantar Industri Pariwisata, (Yogyakarta: Depublish,
2014), hal. 1
18
19
darmawisata.16
kepergian sementara dari seseorang atau lebih menuju tempat lain di luar
16
Nyoman S. Pendit, Ilmu Pariwisata Sebuah Pengantar Perdana, (Jakarta: PT Pradnya
Paramita), hal. 33
17
James J. Spillane, Ekonomi Pariwisata Sejarah dan Prospeknya, (Yogyakarta:
Kanisius, 1991), hal. 21
18
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 dan Peraturan Pemerintah
RI Tahun 2010 Tentang Kepariwisataan, 1999
19
Suwantoro, Dasar-dasar Pariwisata, (Yogyakarta: Andi Offset, 2004), hal. 3
2. Pelaku Pariwisata
a. Wisatawan
b. Industri Pariwisata
20
Janianton Damanik dan Helmut F. Weber, Perencanaan Ekowisata, (Yogyakarta: Andi
Offset, 2006), hal. 19-23
d. Pemerintah
e. Masyarakat Lokal
wisatawan.
dengan masyarakat.
3. Kebijakan Dan Strategi Pembangunan Pariwisata
pelaksanaan.21
21
I Gde Pitana dan I Ketut Surya Diarta, Pengantar Ilmu Pariwisata, (Yogyakarta: Andi
Offset, 2009), hal. 106
22
Ibid, hal. 108
c. Peran dan Tanggung Jawab Pemerintah dalam Kebijakan
Pariwisata
pariwisata.
pariwisata.23
23
I Gde Pitana dan I Ketut Surya Diarta, Pengantar Ilmu Pariwisata…, hal. 113
daerah transit). Suatu tempat pasti memiliki batas-batas tertentu,
dan seterusnya.25
5. Dampak Pariwisata
24
Ibid, hal. 126
25
Ibid, hal. 134
ekonomi daerah tersebut, baik langsung maupun tidak langsung.
maupun negatif.26
4) Pendapatan pemerintah.
6) Multiplier effects.
26
I Gde Pitana dan I Ketut Surya Diarta, Pengantar Ilmu Pariwisata…, hal. 184
27
Ibid, hal. 185-188
28
Ibid, hal. 191-192
3) Meningkatnya kecenderungan untuk mengimpor bahan-bahan
terserap.
pasti waktunya.
setempat.
29
Heru Nugroho, Industri Pariwisata Dalam Perspektif dan Konfigurasi Dunia,
(Yogyakarta: Puspar UGM, 1996), hal. 34
kaitannya dengan tingkah laku tiap individu. Kelompok dalam
yang satu ke lingkungan lain yang sama sekali berbeda bangsa dan
30
Dennis L. Foster, An Introduction Travel & Tourism, Edisi Bahasa Indonesia, (Jakarta:
Raja Grafindo Persada, 2000), hal. 63
2) Memberikan kesempatan kepada kedua belah pihak
pergaulan.
31
Yohanes Sulistyadi, Dampak Pembangunan Kepariwisataan Indonesia, (Jakarta:
Drijen Dikti, 1999), hal. 36
dewasa ini dibandingkan dengan zaman sebelumnya. Disamping
32
Dennis L. Foster, An Introduction Travel & Tourism, Edisi Bahasa Indonesia…, hal.
38
33
Yohanes Sulistyadi, Dampak Pembangunan Kepariwisataan Indonesia…, hal. 39
34
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1990 Tentang Kepariwisataan,
hal. 39
karena prosesakulturasi antara kebudayaan masyarakat sekitar
wisatawan.35
B. Wisata Religi
baik berupa makam, masjid, bekas kerajaan, perhiasan, adat istiadat dan
kegiatan. Wisata tersebut adalah dalam bentuk wisata religi (ziarah) umat
Islam.
misi lain, yaitu sebuah bentuk ajakan kepada umat islam dan umat
beragama lainnya, bahwa suatu saat kita ini pasti akan wafat seperti
mereka yang berada di alam barzah. Dengan itu kita wajib harus selalu
alam kubur kelak. Kita jangan lengah dengan kehidupan duniawi yang
serba indah dan mewah ini. Hal ini seperti yang diajarkan oleh Nabi
35
Ardi Surwiyanta, “Dampak Pengembangan Pariwisata Terhadap Kehidupan Sosial
Budaya dan Ekonomi”, (Jurnal Media Wisata Vol. 2 No. 1, November 2003)
supaya ingat akan mati dan mendoakan arwah yang sudah ada di alam
barzah.36
objek dan daya tarik wisata. Wisata religi merupakan sebuah perjalanan
diluar tempat dimana mereka biasanya hidup dan bekerja dan kegiatan-
kata dana, yadinu yang berarti tunduk, patuh dan taat. Maka agama
36
Seh Sulhawi El-Gamel, Kebijakan dan Kebijakan Emha Seh Harto, Presiden Seribu
Satu Masjid, (Sidoarjo: Garisi, 2008), hal. 94
37
Shihab, Pengantin Al-Qur’an, (Jakarta: Lentera Hati, 2007), hal. 549
38
Chaliq, Wisata Religius, (Yogyakarta: Ekosiana, 2011), hal. 59
sistem ketundukan, kepatuhan dan ketaatan atau secara umum berarti
keagamaan.40
dalam ajaran agama atau yang dianggap tidak memiliki sumber asasi di
sebagai berikut:
41
Ibid, hal. 17
42
Amin Suyitno, Pemanduan Wisata, (Jakarta: Graha Ilmu, 2005), hal. 8
e. Sebagai aktivitas kemasyarakatan.
khusus. Seperti:
tinggi (hormat) pesarean, sebuah kata benda yang berasal dari sare
peristirahatan.44
43
Rahmad Rosadi, Pendidikan Islam Dalam Perspektif Kebijakan Pendidikan Nasional,
(Jakarta: Penerbit, 2011), hal. 13
44
Agus Suryono, Paket Wisata Ziarah Umat Islam, (Semarang: Kerjasama Dinas
Pariwisata Jawa Tengah dan Stiepari Semarang, 2004), hal. 7
menuntun manusia supaya tidak tersesat kepada syirik atau mengarah
kepada kekufuran.45
Kaitan antara wisata religi dengan aktivitas dalam adalah tujuan dari
dari yang telah dilakukan sebagai petunjuk yang baik merupakan tanda
45
Ruslan Arifin S. N, Ziarah Wali Spiritual Sepanjang Masa, (Yogyakarta: Pustaka
Timur, 2007), hal. 10
46
Rohmad Dwi Jatmiko, Manajemen Strategik, (Malang: Universitas Muhammadiyah
Malang Press, 2003), hal. 30
selalu melakukan perubahan-perubahan ke arah yang lebih baik.
atau tidak percaya ketika hendak membantu sanak saudara atau anaknya
ketika hendak menolong orang lain yang sedang dalam kesulitan dengan
jarang atau sulit untuk membaca Al-Qur’an pada setiap harinya, serta
cara berfikir yang masih sempit. Namun, setelah sering berziarah dan
masing.
C. Perekonomian Masyarakat
Kata ekonomi berasal dari bahasa Yunani Oikos dan Nomos. Oikos
47
Ary Ginanjar Agustian, “Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spiritual
(ESQ), dalam Amal Al-Ahyadi”, (Jurnal Al-Amwal, Vol. 9, No. 1 Tahun 2017)
atau pengelolaan. Dengan demikian secara sderhana ekonomi dapat
suatu rumah tangga. Definisi yang lebih populer yang sering digunakan
hidup mereka terhadap barang dan jasa. Cara yang dimaksud disini
48
Deliarnov, Perkembangan Pemikiran Ekonomi, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2003), hal. 23
49
Ibid, hal. 18
berhubungan dengan produksi, distribusi, pertukaran dan konsumsi
50
Damsar, Pengantar Sosiologi Ekonomi Edisi Revisi, (Jakarta: Kencana Prenada Media
Group, 2009), hal. 35-36
51
Setiadi, Pengantar Sosiologi Pemahaman Fakta dan Gejala Permasalahan Sosial:
Teori, Aplikasi dan Pemecahannya, (Jakarta: Prenada media, 2013), hal. 5
52
Emile Durkheim, Sejarah dan Filsafat, (Jakarta: Erlangga, 1989), hal. 27
2. Kondisi Sosial Ekonomi
dan sebagainya.
53
Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantari, (Jakarta: PT Raja Grafindo, 1986), hal.
11
54
Ibid, hal. 12
55
Damsar, Pengantar Sosiologi Ekonomi Edisi Revisi…, hal. 11
Dalam kehidupan sosial ekonomi masyarakat terdapat proses dan
dengan orang lain dalam arti lingkungan pergaulan, prestasi, dan hak-hak
56
Ibid, hal. 15
57
Abdulsyani, Sosiologi Skematika Teori dan Terapan, (Jakarta: Bumi Aksara, 1994),
hal. 45
58
Soerjono Soekanto, Hukum Adat Indonesia, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2001),
hal. 75
3. Faktor yang Menentukan Sosial Ekonomi Masyarakat
a.Tingkat pendidikan.
b. Jenis pekerjaan.
c. Tingkat pendapatan.
e. Tempat tinggal.
f. Kepemilikan kekayaan.
h. Aktivitas ekonomi.59
59
Muhammad Ali, Pendidikan untuk Pembangunan Nasional, (Jakarta: Grasindo, 2009),
hal. 83
60
Suratmo, Analisis Mengenai Dampak Lingkungan, (Yogyakarta: Gajah Mada
University Press, 2004), hal. 24
kesehatan masyarakat, 5) persepsi masyarakat, 6) pertambahan penduduk
5. Pendapatan
organisasi lain dalam bentuk upah, gaji, sewa, bunga, komisi, ongkos dan
laba.63
penerimaan yang dinilai dengan satuan mata uang yang dapat dihasilkan
yang diterima oleh para anggota masyarakat untuk jangka waktu tertentu
61
Sudharto, Aspek Sosial Amdal, (Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 1995), hal.
12
62
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakartaa:
Balai Pustaka, 1998), hal. 185
63
BN. Marbun, Kamus Manajemen, (Jakarta: Pusataka Sinar Harapan, 2003), hal. 230
sebagai balas jasa atau faktor-faktor produksi yang telah
disumbangkan.64
D. Penelitian Terdahulu
bahwa adanya objek wisata religi memiliki pengaruh yang sangat besar
tempat wisata baik untuk keluarga maupun untuk orang lain. 65 Persamaan
64
Reksoprayitno, Sistem Ekonomi dan Demokrasi Ekonomi, (Jakarta: Bina Grafika,
2004), hal. 79
65
Ridwan Widagdo dan Sri Rokhlinasari, “Dampak Keberadaan Pariwisata Religi
Terhadap Perkembangan Ekonomi Masyarakat Cirebon”, Jurnal Al-Amwal, Vol. 9 No. 1, 2017,
hal. 59-75
atau tempat yang diteliti, penelitian diatas obyeknya mengkaji pada
ekonomi langsung berupa pendapatan pemilik unit usaha yang berasal dari
yaitu sebesar 8,2% dan dampak lanjutan berupa pengeluaran tenaga kerja di
lokasi wisata yang sebagain besar habis digunakan untuk kebutuhan pangan.
66
Persamaan penelitian ini dengan penelitian di atas adalah sama-sama
66
M. Madyan, dkk, “Studi Kasus Kawasan Wisata Sunan Ampel Surabaya”, Jurnal
Bisnis dan Manajemen, Vol. 7 No. 2, 2015, hal. 101-106
dari pengembangan wisata religi Makam Sunan Maulana Malik Ibrahim
gapura, bagian sarana dan prasarana berupa pembangunan aula atau pihak
dan sumber daya manusia bekerja dengan penerapan SOP. Aspek sosial
tempat ibadah yang nyaman dan tempat istirahat yang sejuk. Penelitian
67
Muhammad Fahrizal Anwar, dkk, “Analisis Dampak Pengembangan Wisata Religi
Makam Sunan Maulana Malik Ibrahim Dalam Kehidupan Sosial Dan Ekonomi Masyarakat
Sekitar”, Jurnal Administrasi Bisnis, Vol. 44 No. 1, 2017, hal. 186-193
positif pada perekonomian masyarakat setempat.68 Persamaan dengan
ini objeknya mengkaji pada wisata religi makam Bung Karno di Kota Blitar.
masyarakat sermo adalah cara pola pikir masyarakat yang semakin maju dan
berkembang. Selain itu juga interaksi pola pikir masyarakat yang terjalin
atas obyeknya pada wisata Waduk Sermo sedangkan penelitian ini objeknya
68
Eka Ambarwati, “Pengembangan Potensi Pariwisata Religi (Studi Kasus Pada Makam
Kyai Ageng Sutawijaya Di Desa Majasto Kecamatan Tawangsari Kabupaten Sukoharjo)”,
(Skripsi Universitas Muhammadiyah Surakarta: 2018)
69
Yunuta Dwi Rahmayanti, Dampak Keberadaan Objek Wisata Waduk Sermo Terhadap
Perubahan Sosial Ekonomi Masyarakat…, (Skripsi Universitas Negeri Yogyakarta: 2017)
Penelitian yang dilakuakan oleh I Wayan Sudarmayasa dan I Wayan
mendukung akan keberadaan daya tarik wisata serta masih terjaganya pola
penelitian ini meneliti pada objek wisata religi Makam Bung Karno di Kota
Blitar.
Penelitian yang dilakukan oleh Sani Ali Irhamna yang bertujuan untuk
data kualitatif dan kuantitatif baik data primer maupun sekunder. Hasil dari
objek wisata setelah adanya pengembangan, akan tetapi ada penurunan pada
pendapatan dari pemilik unit usaha yang berasal dari pengeluaran atas apa
diperoleh tenaga kerja yaitu sebesar 1,86% dan dampak lanjutan berupa
71
Sani Alim Irhamna, “Dampak Pengembangan Pariwisata Terhadap Perekonomian
Masyarakat Sekitar Obyek Wisata Di Dieng Kabupaten Wonosobo”, Jurnal Ekonomi, Vol. 6 No.
3, 2017, hal. 320-328
72
Auliyaur Rohman, “Dampak Ekonomi Terhadap Pendapatan Pedagang Kios Di Wisata
Religi Makam Sunan Drajat Lamongan”, Jurnal Ekonomi Syariah Teori dan Terapan, Vol. 3 No.
2, Februari 2016, hal. 114-126
mengkaji tentang dampak ekonomi. Perbedaan penelitian di atas objeknya
E. Kerangka Konseptual
Gambar 2.1
Kerangka Konseptual
Dampak Pariwisata
adanya keberadaan wisata religi Makam Bung Karno memiliki dampak yaitu
dampak sosial dan dampak ekonomi terhadap pendapatan masyarakat sekitar Kota
Blitar. Dengan adanya objek wisata religi Makam Bung Karno dapat memberikan
sekitar wisata religi Makam Bung Karno akan semakin meningkat karena adanya
peluang usaha yang lebih besar dan menguntungkan serta membuat kondisi fisik
Makam Bung Karno Kota Blitar yang semakin maju dan berkembang.