.2 RUMUSAN MASALAH
Dari latar belakang masalah yang penulis uraikan, banyak permasalahan yang penulis dapatkan.
Permasalahan tsb antara lain :
a. Bagaimana hakikat menjadi seorang pemimpin?
b. Adakah teori teori untuk menjadi pemimpin yang baik?
c. Bagaimana peran pemimpin dalam wirausaha/entrepreuneur?
3 .MANFAAT PENULISAN
1. A. HAKIKAT KEPEMIMPINAN
Pemimpin yang baik untuk masa kini adalah orang yang religius, dalam artian menerima
kepercayaan etnis dan moral dari berbagai agama secara kumulatif, kendatipun ia sendiri
mungkin menolak ketentuan gaib dan ide ketuhanan yang berlainan.
a. . Menurut Lao Tzu, Pemimpin yang baik adalah seorang yang membantu mengembangkan
orang lain, sehingga akhirnya mereka tidak lagi memerlukan pemimpinnya itu.
b. . Menurut Davis and Filley, Pemimpin adalah seseorang yang menduduki suatu posisi
manajemen atau seseorang yang melakukan suatu pekerjaan memimpin.
c. Sedangakn menurut Pancasila, Pemimpin harus bersikap sebagai pengasuh yang mendorong,
menuntun, dan membimbing asuhannya.
Dengan kata lain, beberapa asas utama dari kepemimpinan Pancasila adalah :
1) Ing Ngarsa Sung Tuladha : Pemimpin harus mampu dengan sifat dan perbuatannya
menjadikan dirinya pola anutan dan ikutan bagi orang orang yang dipimpinnya.
a. Kepeminpinan melibatkan orang lain seperti bawahan atau pengikut. Seorang wirausaha
akan berhasil apabila dia berhasil memimpin karyawannya atau pembantu-pembantu yang
mau bekerja sama dengan dia untuk memajukan perusahaan.
b. Kepeminpinan menyangkut distribusi kekuasaan. Para wirausaha mempunyai otoritas
untuk memberikan sebagian kekuasaan kepada karyawan atau seorang karyawan diangkat
menjadi pemimpin pada bagian-bagian tertentu.
c. Kepemimpinan menyakut penanaman pengaruh dalam rangka mengarahkan para bawahan.
Seorang pemimpin yang efektif akan selalu mencari cara-cara yang lebih baik, sesorang
dapat menjadi pemimpin yang berhasil jika ia percaya pada pertumbuhan yang
berkesinambungan, efisiensi yang meningkat dan keberhasilan yang berkesinambungan dari
perusahaan tersebut. Sifat-sifat kepemimpinan harus dikembangkan sendiri karena sifat-
sifat ini berbeda pada diri setiap orang. Kepribadian ikut mempengaruhi perilaku
kepemimpinan seseorang, situasi untuk meningkatkan kemampuan kepemimpinan dapat
ditemui dalma kegiatan-kegiatan sehari-hari dan dalam pergaulan pemimpin dengan
karyawan. Cara yang baik untuk mempraktekkan ketrampilan pemimpin adalah dengan
meyadari adalah dengan menyadari adanya peluang untuk menunjukkan kemampuannya
dalam memimpin kegiatan-kegiatan sehari-hari. Uji coba dalam kemampuan daalam
memimpin ini akan menyiapkan seseorang untuk peranan kepemimpinan yang lebih
penting.
Suatu pedoman bagi kepemimpinan yang baik ialah perlakukan orang-orang lain
sebagaimana pemimpin ingin diperlakukan. Berusaha memandang suatu keadaan dari sudut
pandang orang lain akan ikut mengembangkan sebuah sikap saling menghargai.
Ada tiga teori yang menjelaskan bagaimana munculnya pemimpin: (Kartini Kartono, 1983:
29)
a). Teori genetic:Teori ini menyatakan bahwa pemimpin itu sudah ada bakat sejak lahir dan
tidak dapat dibuat.
b) Teori Sosial
Teori ini menyatakan bahwa seorang pemimpin tidak dilahirkan akan tetapi seorang calon
pemimpin dapat disiapkan dididik dan dibentuk agar dia menjadi pemimpin yang hebat
dikemudian hari.
Teori ini menyatakan bahwa seseorang akan sukses menjadi pemimpin apabila dia memang
memiliki bakat-bakat pemimpin.
d) Sifat-Sifat Pemimpin
c. Antusiasme
Dia yakin bahwa tujuan yang hendak dicapai akan memberikan harapan menimbulkan kasih
sayang, simpati yang tulus, diikuti dengan kesediaan berkorban untuk mencapai kesuksesan
perusahaan.
e. Integritas
Seorang pemimpin mempunyai perasaan sejiwa dan senasib sepernanggungan dengan para
karyawannya dalam menjalankan perusahaan.
f. Penguasaan Teknis
Agar pemimpin mempunyai wibawa terhadap bawahan maka dia harus menguasai sesuatu
pengetahuan atau keterampilan teknis.
h. Kecerdasan
Seorang pemimpin harus mampu melihat dan memahami sebab dan akibat dari suatu gejala,
cepat menemukan jalan keluar dan mengatasi kesulitan dengan cara efektif.
j. Kepercayaan (Faith)
Kepercayaan bawahan ini akan memunculkan sikap rela berjuang, melaksanakan semua
perintah, disiplin dalam bekerja untuk menjalankan roda perusahaan.
Dalam hal ini memberikan perintah, maka seorang pemimpin harus menyampaikan perintah
secara jelas baik dalam bentuk lisan maupun tertulis. Perintah yang samara-samar akan
membingungkan orang yang diberi perintah.
Seandainya pemimpin mengamati gejala-gejala yang kurang sehat dalam perusahaan atau
memperoleh informasi tentang isu-isu yang berkembang antar karyawan maka pemimpin
harus cepat mengumpulkan informasi dari sumber-sumber yang layak dipercaya.
e) Tipe Kepemimpinan
a. Tipe kharismatis
Pemimpin kharismatik merupakan kekuatan energi, daya tarik yang luar biasa yang akan
dikuti oleh para pengikutnya.
d. Tipe otokratis
Tipe otokratis berdasarkan kepada kekuasaan dan paksaan yang mutlak harus dipatuhi.
f. Tipe populistis
Tipe populistis ini mampu menjadi pemimpin rakyat.
g. Tipe administrative
Pemimpin tipe administrative ialah pemimpin yang mampu menyelenggarakan tugas-tugas
administrasi secara efektif.
h. Tipe demokratis
Tipe kepemimpinan demokratis berorientasi pada manusia dan memberikan bimbingan
kepada pengikutnya.
a. Technical skills
Technical skills berarti suatu kemampuan yang dimiliki oleh seorang pemimpin untuk
melaksanakan suatu pekerjaan. Maksudnya dapat melakukan pekerjaan tersebut adalah agar
dia mampu melaksanakan pengawasan terhadap pekerjaan yang dilakukan oleh karyawan.
b. Human skills
Human skills berarti kemampuan untuk bekerja sama dan membangun tim kerja bersama
orang-orang lain.
h) Fokus Kepemimpinan
Pimpinan puncak berada pada hierarki paling tinggi pada sebuah organisasi.
Pemimpin yang baik ialah pemimpin tiga arah ia berusaha memimpin ke atas (lead
up, yaitu mempengaruhi pemimpinnya dan meringankan beban atas. Dia juga
memimpin ke samping lead across, yaitu membantu kolegannya untuk mencapai hal
produktif, dan memperoleh rasa saling hormat. Lead down, yaitu membantu anak
buah untuk menggali potensinya menjadi contoh peran yang kuat dan membantu
orang lain untuk bergabung demi meraih tujuan yang lebih tinggi dalam hal ini tugas
pemimpin tidak terbatas pada memimipin anak buah, tapi juga ke samping dan ke
atas
Pemimpin yang tidak baik akan bermain peran yang menguntungkan diri sendiri,
dengan cara menginjak ke bawah, menyikut ke samping dan menjilat ke atas.
Seorang pemimpin yang baik tidak akan berkompetisi dengan kolegannya
melainkan bekerja sama hindarkan politik kotor isu murahan, tapi gunakan
diplomatis, munculkan ide-ide cemerlang dan hargai teman. Pemimpin yang
berhasil akan selalu mengedepankan kerjasama dalam satu tim, bukan semuanya
dikerjakan sendiri, atau semua bergantung kepada pemimpin, tidak ada delegasi
wewenang bagi bawahan (one man show). Zimmerer menyatakan pemimpin yang
baik building a top management team, not a one person show. Sifat dan perilaku
seorang pemimpin akan mempengaruhi budaya organisasi dan iklim organisasi itu
sendiri. Inilah yang diungkapan oleh Jhon Maxwell. Pemimpin yang efektif di
bagian tengah akan memiliki kemungkinan suksesnya lebih besar bila ia
dipromosikan ke tingkat lebih tinggi, karena dia sudah lebih dekat dengan
bawahannya, serta di terima baik oleh koleganya.
Kekuasaan adalah kemampuan untuk mempengaruhi orang lain untuk mau
melakukan apa yang diinginkan pihak lainnya. Ketiga kata yaitu pemimpin,
kepemimpinan serta kekuasaan yang dijelaskan sebelumnya tersebut memiliki
keterikatan yang tak dapat dipisahkan. Karena untuk menjadi pemimpin bukan
hanya berdasarkan suka satu sama lainnya, tetapi banyak faktor. Pemimpin yang
berhasil hendaknya memiliki beberapa kriteria yang tergantung pada sudut pandang
atau pendekatan yang digunakan, apakah itu kepribadiannya, keterampilan, bakat,
sifat sifatnya, atau kewenangannya yang dimiliki yang mana nantinya sangat
berpengaruh terhadap teori maupun gaya kepemimpinan yang akan diterapkan.
C. TEORI KEPEMIMPINAN
a. Kecerdasan
Berdasarkan hasil penelitian, pemimpin yang mempunyai kecerdasan yang tinggi di
atas kecerdasan rata rata dari pengikutnya akan mempunyai kesempatan berhasil
yang lebih tinggi pula. Karena pemimpin pada umumnya memiliki tingkat
kecerdasan yang lebih tinggi dibandingkan dengan pengikutnya.
d. Sikap
A. Hubungan Kemanusiaan
Adanya pengakuan terhadap harga diri dan kehormatan sehingga para pengikutnya mampu
berpihak kepadanya
4. Teori Kelompok
Agar tujuan kelompok (organisasi) dapat tercapai, harus ada pertukaran yang positif antara
pemimpin dengan pengikutnya.
Dari adanya berbagai teori kepemimpinan di atas, dapat diketahui bahwa teori kepemimpinan
tertentu akan sangat mempengaruhi gaya kepemimpinan (Leadership Style), yakni pemimpin
yang menjalankan fungsi kepemimpinannya dengan segenap filsafat, keterampilan dan
sikapnya. Gaya kepemimpinan adalah cara seorang pemimpan bersikap, berkomunikasi, dan
berinteraksi dengan orang lain dalam mempengaruhi orang untuk melakukan sesuatu.Gaya
tersebut bisa berbeda beda atas dasar motivasi , kuasa ataupun orientasi terhadap tugas atau
orang tertentu. Diantara beberapa gaya kepemimpinan, terdapat pemimpin yang positif dan
negatif, dimana perbedaan itu didasarkan pada cara dan upaya mereka memotivasi karyawan.
Apabila pendekatan dalam pemberian motivasi ditekankan pada imbalan atau reward (baik
ekonomis maupun nonekonomis) berarti telah digunakan gaya kepemimpinan yang positif.
Sebaliknya jika pendekatannya menekankan pada hukuman atau punishment, berarti dia
menerapkan gaya kepemimpinan negatif. Pendekatan kedua ini dapat menghasilakan prestasi
yang diterima dalam banyak situasi, tetapi menimbulkan kerugian manusiawi.
Selain gaya kepemimpinan di atas masih terdapat gaya lainnya.
“Otokratis”
“Partisipasif”
“Demokrasi”
“Kendali Bebas”
Pemimpin memberikan kekuasaan penuh terhadap bawahan, struktur organisasi bersifat longgar dan
pemimpin bersifat pasif. Yaitu Pemimpin menghindari kuasa dan tanggung jawab, kemudian
menggantungkannya kepada kelompok baik dalam menetapkan tujuan dan menanggulangi masalahnya
sendiri.
Dilihat dari orientasi si pemimpin, terdapat dua gaya kepemimpinan yang diterapkan, yaitu gaya
konsideral dan struktur, atau dikenal juga sebagai orientasi pegawai dan orientasi tugas. Beberapa hasil
penelitian para ahli menunjukkan bahwa prestasi dan kepuasan kerja pegawai dapat ditingkatkan
apabila konsiderasi merupakan gaya kepemimpinan yang dominan. Sebaliknya, para pemimpin yang
berorientasi tugas yang terstruktur, percaya bahwa mereka memperoleh hasil dengan tetap membuat
orang orang sibuk dan mendesak mereka untuk berproduksi.
Pemimpin yang positif, partisipatif dan berorientasi konsiderasi,tidak selamanya merupakan
pemimpinyan terbaik.fiedler telah mengembakan suatumodel pengecualian dari ketiga gaya
kepemimpinan diatas,yakni model kepemimpinan kontigennis.model ini nyatakan bahwa gaya
kepemimpinan yang paling sesuai bergantung pada situasi dimana pemimpin bekerja.dengan teorinya
ini fiedler ingin menunjukkan bahwa keefektifan ditunjukkan oleh interaksi antara orientasi pegawai
dengan 3 variabel yang berkaitan dengan pengikut, tugas dan organisasi. Ketiga variabel itu adalah
hubungan antara pemimpin dengan anngota ( Leader member rolations), struktur tugas (task strukture),
dan kuasa posisi pemimpin (Leader position power). Variabel pertama ditentukan oleh pengakuan atau
penerimaan (akseptabilitas) pemimpin oleh pengikut, variabel kedua mencerminkan kadar
diperlukannya cara spesifik untuk melakukan pekerjaan, variabel ketiga menggambarkan kuasa
organisasi yang melekat pada posisi pemimpin.
Model kontingensi Fieldler ini serupa dengan gaya kepemimpinan situasional dari Hersey dan
Blanchard. Konsepsi kepemimpinan situasional ini melengkapi pemimpin dengan pemahaman dari
hubungan antara gaya kepemimpinan yang efektif dengan tingkat kematangan (muturity)
pengikutnya.perilaku pengikut atau bawahan ini amat penting untuk mengetahui kepemimpinan
situasional, karena bukan saja pengikut sebagai individu bisa menerima atau menolak pemimpinnya,
akan tetapi sebagai kelompok , pengikut dapat menemukan kekuatan pribadi apapun yang dimiliki
pemimpin.
Menurut Hersey dan Blanchard (dalam Ludlow dan Panton,1996 : 18 dst), masing masing gaya
kepemimpinan ini hanya memadai dalam situasi yang tepat meskipun disadari bahwa setiap orang
memiliki gaya yang disukainya sendiri dan sering merasa sulit untuk mengubahnya meskipun perlu.
Banyak studi yang sudah dilakukan untuk melihat gaya kepemimpinan seseorang. Salah satunya yang
terkenal adalah yang dikemukakan oleh Blanchard, yang mengemukakan 4 gaya dari sebuah
kepemimpinan. Gaya kepemimpinan ini dipengaruhi oleh bagaimana cara seorang pemimpin
memberikan perintah, dan sisi lain adalah cara mereka membantu bawahannya.
“Coaching”
Pemimpin tidak hanya memberikan detil proses dan aturan kepada bawahan tapi juga menjelaskan
mengapa sebuah keputusan itu diambil, mendukung proses perkembangannya, dan juga menerima
barbagai masukan dari bawahan. Gaya yang tepat apabila staf kita telah lebih termotivasi dan
berpengalaman dalam menghadapi suatu tugas. Disini kita perlu memberikan kesempatan kepada
mereka untuk mengerti tentang tugasnya, dengan meluangkan waktu membangun hubungan dan
komunikasi yang baik dengan mereka.
“Supporting”
Sebuah gaya dimana pemimpin memfasiliasi dan membantu upaya bawahannya dalam melakukan
tugas. Dalam hal ini, pemimpin tidak memberikan arahan secara detail, tetapi tanggung jawab dan
proses pengambilan keputusan dibagi bersama dengan bawahan. Gaya ini akan berhasil apabila
karyawan telah mengenal teknik teknik yang dituntut dan telah mengembangkan hubungan yang lebih
dekat dengan anda. Dalam hal ini kita perlumeluangkan waktu untuk berbincang bincang, untuk lebih
melibatkan mereka dalam penganbilan keputusan kerja, serta mendengarkan saran saran mereka
mengenai peningkatan kinerja.
“Delegating”
Sebuah gaya dimana seorang pemimpin mendelegasikan seluruh wewenang dan tanggung
jawabnya kepada bawahan. Gaya Delegating akan berjalan baik apabila staf kita sepenuhnya telah
paham dan efisien dalm pekerjaan, sehingga kita dapat melepas mereka menjalankan tugas atau
pekerjaan itu atas kemampuan dan inisiatifnya sendiri.
Keempat gaya ini tentu saja mempunyai kelemahan dan kelebihan, serta sangat tergantung dari
lingkungan di mana seorang pemimpin berada, dan juga kesiapan dari bawahannya. Maka
kemudian timbul apa yang disebut sebagai situational leadership. Situational leadership
mengindikasikan bagaimana seorang pemimpin harus menyesuaikan keadaan dari orang orang
yang dipimpinnya.
Ditengah tengah dinamika organisasi (yang antara lain diindikasikan oleh adanya perilaku staf /
individu yang berbeda beda), maka untuk mencapai efektivitas organisasi, penerapan keempat gaya
kepemimpinan diatas perlu disesuaikan dengan tuntutan keadaan. Inilah yang dimaksud dengan
situasional lesdership,sebagaimana telah disinggung di atas. Yang perlu diperhatikan adalah bahwa
untuk dapat mengembangkan gaya kepemimpinan situasional ini, seseorang perlu memiliki tiga
kemampuan khusus yakni :
- Kemampuan analitis (analytical skills) yakni kemampuan untuk menilai tingkat pengalaman
dan motivasi bawahan dalam melaksanakan tugas.
- Kemampuan untuk fleksibel (flexibility atau adaptability skills) yaitu kemampuan untuk
menerapkan gaya kepemimpinan yang paling tepat berdasarkan analisa terhadap situasi.
- Kemampuan berkomunikasi (communication skills) yakni kemampuan untuk menjelaskan
kepada bawahan tentang perubahan gaya kepemimpinan yang kita terapkan.
Ketiga kemampuan di atas sangat dibutuhkan bagi seorang pemimpin, sebab seorang pemimpin
harus dapat melaksanakan tiga peran utamanya yakni peran interpersonal, peran pengolah
informasi (information processing), serta peran pengambilan keputusan (decision making)
(Gordon, 1996 : 314-315).
Peran pertama meliputi :
-. Peran Figurehead Sebagai simbol dari organisasi
-.Leader Berinteraksi dengan bawahan, memotivasi dan mengembangkannya
-.Liaison Menjalin suatu hubungan kerja dan menangkap informasi untuk kepentingan organisasi.
D. Kewirausahaan
Pengertian kewirausahaan
Ada kerancuan istilah antara entrepreneurship, intrapreneurship, dan entrepreneurial, dan
entrepreneur.
1. Entrepreneurship adalah jiwa kewirausahaan yang dibangun untuk menjembatani antara ilmu
dengan kemampuan pasar. Entrepreneurship meliputi pembentukan perusahaan baru, aktivitas
kewirausahaan juga kemampuan managerial yang dibutuhkan seorang entrepreneur.
2. Intrapreneurship didefinisikan sebagai kewirausahaan yang terjadi di dalam organisasi yang
merupakan jembatan kesenjangan antara ilmu dengan keinginan pasar.
Berikut ini beberapa perbedaan antara inventor dan entrepreneur. Inventor didefinisikan sebagai
seseorang yang bekerja untuk mengkreasikan sesuatu yang baru untuk pertama kalinya, ia
termotivasi dengan ide dan pekerjaannya. Inventor pada umumnya memiliki pendidikan dan
motivasi berprestasi yang tinggi. Menurutnya, standar kesuksesan bukanlah dari moneter semata
tetapi dari hak patent yang didapatnya.
Sedangkan wirausaha atau entrepreneur lebih menyukai berorganisasi daripada menemukan
sesuatu. Ia mengatur dan memastikan agar organisasinya berkembang dan bertahan. Entrepreneur
berupaya mengimplementasikan penemuannya sehingga disukai publik namun inventor lebih
menyukai menemukan atau menciptakan sesuatu. Kewirausahaan mengacu pada perilaku yang
meliputi:
1. Pengambilan inisiatif,
2. Mengorganisasi dan mengorganisasi kembali mekanisme sosial dan ekonomi untuk mengubah
sumber daya dan situasi pada perhitungan praktis
3. Penerimaan terhadap resiko dan kegagalan.
Kewirausahaan meliputi proses yang dinamis sehingga dengan demikian timbul pengertian baru
dalam kewirausahaan yakni sebuah proses mengkreasikan dengan menambahkan nilai sesuatu yang
dicapai melalui usaha keras dan waktu yang tepat dengan memperkirakan dana pendukung, fisik,
dan resiko social, dan akan menerima reward yang berupa keuangan dan kepuasan serta
kemandirian personal. Melalui pengertian tersebut, terdapat empat hal yang dimiliki oleh seorang
wirausahawan yakni :
1. Proses berkreasi yakni mengkreasikan sesuatu yang baru dengan menambahkan nilainya.
Pertambahan nilai ini tidak hanya diakui oleh wirausahawan semata namun juga audiens yang akan
menggunakan hasil kreasi tersebut.
2. Komitmen yang tinggi terhadap penggunaan waktu dan usaha yang diberikan. Semakin besar
fokus dan perhatian yang diberikan dalam usaha ini maka akan mendukung proses kreasi yang akan
timbul dalam kewirausahaan.
3. Memperkirakan resiko yang mungkin timbul. Dalam hal ini resiko yang mungkin terjadi berkisar
pada resiko keuangan, fisik dan resiko social.
4. Memperoleh reward. Dalam hal ini reward yang terpenting adalah independensi atau kebebasan
yang diikuti dengan kepuasan pribadi. Sedangkan reward berupa uang biasanya dianggap sebagai
suatu bentuk derajat kesuksesan usahanya.
Setiap orang memiliki ide untuk berkreasi namun hanya sedikit orang yang tertarik untuk terus
melanjutkan sebagai seorang wirausahawan. Berikut ini beberapa paparan yang menyebabkan
seseorang mengambil keputusan untuk berwirausaha:
1. mengubah gaya hidup atau meninggalkan karir yang telah dirintis. Hal ini biasanya dipicu oleh
keinginan untuk mengubah keadaan yang statis ataupun mengubah gaya hidupnya karena adanya
suatu hal negative yang menimbulkan gangguan.
2. Adanya keinginan untuk membentuk usaha baru. Faktor yang mendukung keinginan ini antara
lain adalah budaya juga dukungan dari lingkungan sebaya, keluarga, dan partner kerja. Dalam
budaya Amerika dimana menjadi bos bagi diri sendiri lebih dihargai daripada bekerja dengan orang
lain. Hal ini lebih memacu seseorang untuk lebih mengembangkan usaha daripada bekerja untuk
orang lain. Selain itu, dukungan pemerintah juga menjadi faktor yang tak kalah penting. Dukungan
ini dapat terlihat melalui pembangunan infrastruktur, regulasi yang mendukung pembentukan usaha
baru, stabilitas ekonomi dan kelancaran komunikasi. Faktor selanjutnya adalah pemahaman
terhadap pasar. Tentu saja hal ini menjadi penting terutama dalam meluncurkan produk baru ke
pasaran. Selanjutnya adalah peranan dari model yang akan mempengaruhi dan juga memotivasi
seorang wirausahawan. Faktor yang terakhir adalah ketersediaan finansial yang akan menunjang
usaha.
KESIMPULAN
Kata pemimpin, kepemimpinan serta kekuasaan memiliki keterikatan yang tak dapat dipisahkan.
Karena untuk menjadi pemimpin bukan hanya berdasarkan suka satu sama lainnya, tetapi banyak
faktor. Pemimpin yang berhasil hendaknya memiliki beberapa kriteria yang tergantung pada sudut
pandang atau pendekatan yang digunakan, apakah itu kepribadiannya, keterampilan, bakat, sifat
sifatnya, atau kewenangannya yang dimiliki yang mana nantinya sangat berpengaruh terhadap teori
maupun gaya kepemimpinan yang akan diterapkan.
Rahasia utama kepemimpinan adalah kekuatan terbesar seorang pemimpin bukan dari kekuasaanya,
bukan kecerdasannya, tapi dari kekuatan pribadinya. Seorang pemimpin sejati selalu bekerja keras
memperbaiki dirinya sebelum sibuk memperbaiki orang lain.
Pemimpin bukan sekedar gelar atau jabatan yang diberikan dari luar melainkan sesuatu yang tumbuh
dan berkembang dari dalam diri seseorang. Kepemimpinan lahir dari proses internal (leadership from
the inside out).
Dalam hubungannya dengan entrepreuneur terdapat 3 variabel utama yang tercakup dalam
kepemimpinan:
1. Kepemimpinan melibatkan orang lain seperti bawahan atau para pengikut. Seorang wirausaha
akan berhasil apabila dia berhasil memimpin karyawannya yang mau bekerjasama dengan dia
untuk memajukan perusahaan.
2. Kepemimpinan menyangkut distribusi kekuasaan. Para wirausaha mempunyai otoritas untuk
memberikan sebagian kekuasaan kepada karyawan atau seorang karyawan diangkat menjadi
pemimpin pada bagian-bagian tertentu. Dalam hal ini seorang wirausaha telah membagikan
kekuasaannya kepada karyawan lain untuk bertindak atas nama dia. Selanjutnya segala macam
informasi sebagai hasil dari pengawasan dan pelaksanaan pekerjaan dapat dimonitor oleh
pimpinan.
3. Kepemimpinan menyangkut penanaman pengaruh dalam rangka mengarahkan para bawahan.
Seorang wirausaha tidak hanya mengatakan apa yang harus dikerjakan oleh karyawan tetapi
juga harus mampu karyawan untuk berperilaku dan bertindak untuk memajukan perusahaan.
2. SARAN
Sangat diperlukan sekali jiwa kepemimpinan pada setiap pribadi manusia. Jiwa kepemimpinan
itu perlu selalu dipupuk dan dikembangkan. Paling tidak untuk memimpin diri sendiri.
Apabila perusahaan atau organisasi memiliki pemimpin yang sangat tangguh tentu akan
menjadi luar biasa. Karena jatuh bangun kita tergantung pada pemimpin. Pemimpin memimpin,
pengikut mengikuti. Jika pemimpin sudah tidak bisa memimpin dengan baik, cirinya adalah
pengikut tidak mau lagi mengikuti. Oleh karena itu kualitas suatu perusahaan atau organisasi
tergantung kualitas pemimpin kita. Makin kuat yang memimpin maka makin kuat pula yang
dipimpin. Kepemimpinan yang paling sesuai bergantung pada situasi dimana pemimpin
bekerja, yang mampu membawa bawahan untuk bekerja sama dalam team work yang baik
dengan memperhatikan jenjang karier bagi karyawan yang mampu berprestasi.
DAFTAR PUSTAKA
1. Meredith G. Geoffrey, Kewirausahaan Teori dan Praktek, 2000,PT Pustaka Binaman Presindo
Jakarta.
2. Nitisusastro Mulyadi H, Kewirausahaan dan Manajemen Usaha Kecil, 2010, Alfabeta Bandung
3. Timpo Dale A, Kepemimpinan 2002, PT Gramedia Asri Media Jakarta
SELAMAT BEKERJA