Received: 28th March 2019; Revised: 13th April 2019; Accepted: 26th April 2019
PENDAHULUAN
72
73 Jurnal Al-Qalb, Jilid 10, Nomor 1, Maret 2019, hlm. 71-78
73
74 Jurnal Al-Qalb, Jilid 10, Nomor 1, Maret 2019, hlm. 71-78
kekuasaan, ego dan keinginan materi otentik memiliki tingkat integritas personal
pribadi. yang tinggi.
3. Authentic leaders lead with their heart. Margarito Mayo dalam Munir (2018)
Mereka tidak takut untuk menunjukkan menjelaskan karakteristik kepemimpinan
emosi-emosi yang mereka miliki, otentik dan proses pembentukannya,
kerentanan mereka terhadap karyawan. sebagai 3H dari kepemimpinan
Namun bukan berarti mereka “lembek”, otentik: Heart, Habit, dan Harmony.
akan tetapi dapat mengkomunikasikan Komponen Heart atau hati dalam
apa yang dirasakan dengan tata cara kepemimpinan otentik berarti otentik secara
yang tepat beserta empati. emosional (emotional authenticity).
4. Authentic leaders focus on the long- Pemimpin otentik jujur pada diri sendiri –
term. Mereka fokus untuk hasil jangka be true to yourself. Lihat ke dalam diri
panjang, bersedia untuk membimbing sendiri dan menemukan apa yang menjadi
setiap orang dan memelihara organisasi gairah atau passion. Jadi kalau maju sebagai
dengan sabar dan kerja keras karena kandidat kepala daerah, harus jujur pada diri
mereka yakin dengan hasil yang akan sendiri, apa yang membuat kandidat tersebut
bertahan untuk jangka waktu yang lama. berambisi menjadi bupati, walikota, atau
Karakteristik berikutnya dijelaskan gubernur. Gairah itulah yang menjadi
oleh Shamir dan Eilam (2005), Pertama, magnet yang memengaruhi dan
pemimpin otentiktidak menjalankan sebuah menggerakkan para pengikut yang
kepemimpinan yang palsu. Merekatidak memiliki passion yang sama.
berpura-pura menjadi pemimpin hanya Komponen Habit atau kebiasaan
karena berada dalam posisi kepemimpinan dalam kepemimpinan otentik secara spesifik
tertentu. Dengan kata lain, ketika merujuk pada kebiasaan belajar. Melalui
menjalankan peran kepemimpinan, belajar, manusia akan mengubah dirinya
pemimpin otentik menjadi diri sendiri. menjadi lebih efektif dalam menghadapi
Kedua, pemimpin otentik tidak mengambil lingkungan. Pemimpin otentik mempunyai
peran kepemimpinan demi status, kebiasaan belajar melalui umpan balik yang
kehormatan, atau penghargaan pribadi jujur. Kalau dikritik, pemimpin otentik
lainnya. Sebaliknya, mereka memimpin bersedia mendengarkan, bukan ngamuk,
dengan misi dan keyakinan. Mereka bicara kasar, menggunakan power untuk
memiliki nilai-nilai dasar yang ingin menekan, menteror, bahkan membungkam.
dipromosikan agar bisa membuat perbedaan. Pemimpin otentik mengembangkan mindset
Ketiga, proses yang dialami seorang bertumbuh. Umpan balik yang kritis
pemimpin otentik untuk sampai pada membuatnya belajar agar mampu
keyakinan, nilai-nilai, misi, atau pemicu beradaptasi, bertumbuh, dan terus maju – be
kepemimpinannya itu bukan imitasi. true to your best self.
Keyakinan, nilai-nilai,atau misi tersebut Komponen Harmony dalam
mungkin saja mirip dengan konsep yang kepemimpinan otentik terkait dengan
diajukan pemimpin lain. Tapi, seorang lingkungan, atau dalam hal ini, pengikut.
pemimpin otentik, mendapatkan semua itu Pemimpin otentik perlu mencari
melalui refleksi dari pengalaman pribadinya keseimbangan. Dia konsisten mencapai
sendiri. Keempat, pemimpin otentik selalu tujuan, target, tapi juga menimbang
berbicara dan bertindak berdasarkan nilai- kenyataan praktis (down-to-earth). Dia
nilai dan keyakinannya. Bukan untuk punya prinsip, konsisten dengan nilai-nilai
menyenangkan “penonton”, mendapatkan yang dipegangnya, namun tetap sadar bahwa
popularitas, atau didorong oleh kepentingan hidup, bekerja dengan orang lain, serta
politik yang sempit. Karena terdapat komunitas yang lebih luas. Pemimpin
konsistensi antara nilai dan keyakinan otentik membangun harmoni antara dirinya
dengan pernyataan dan tindakan, pemimpin dan pengikut atau stake holders, dengan
74
75 Jurnal Al-Qalb, Jilid 10, Nomor 1, Maret 2019, hlm. 71-78
tujuan membangun konteks bersama yang dahulu (Gardner, Avolio, Luthans, dkk.,
otentik. Masyarakat atau rakyat itu, walau 2005). Contoh, seorang pemimpin akan
mungkin memilih hanya karena memperhatikan dengan seksama sudut
menjalankan kewajiban sebagai pandang yang berbeda sebelum
warganegara tanpa tahu persis siapa mengambil keputusan.
kandidat-kandidatnya, masing-masing d. Internalized Moral Perspective
memiliki harapan agar kabupaten, kota, atau (Perspektif Moralyang Diinternalisasi)
propinsi dimana ia tinggal atau bekerja Merupakan gambaran bawahan terhadap
menjadi lebih kondusif. Konteks bersama atasan mengenai internalisasi dan regulasi
yang otentik itu adalah pertemuan antara diri, artinya adalah apabila atasan
harapan konstituen dan janji kandidat – be membuat suatu keputusan maka
true to others. keputusan tersebut sesuai dengan regulasi
diri atau tidak bertentangan dengan nilai
Indikator Kepemimpinan Otentik moral yang dianutnya. Misalnya,
Aspek-aspek kepemimpinan otentik pemimpin yang ketika mengambil
menurut Walumbwa, dkk 2008 diantaranya keputusan berdasarkan standar nilai
adalah sebagai berikut: moral/etika yang telah ditetapkan (Ryan
a. Self Awarenes (Kesadaran Diri) & Deci, 2003). Contoh, seorang
Cara seseorang memandang dan pemimpin mengambil keputusan
memahami dirinya sendiri dari waktu berdasarkan nilai-nilai hidup yang
kewaktu. Selain itu memahami akan diyakininya.
kelebihan serta keruangan yang dimiliki. MenurutMazutis (2011)
Hal ini mencakup mendapatkan wawasan mengemukakan indikator kepemimpinan
mengenai dirinya berdasarkan sudut otentik yaitu sebagai berikut:
pandang orang lain (Kernis, 2003). a. Kewaspadaan Diri
Misalnya, seorang pemimpin menyadari Meningkatnya kewaspadaan diri
bahwa ucapan dan tindakan tertentu dapat adalah faktorperkembangan penting bagi
memberikan dampak bagi orang lain. pemimpin otentik. Denganmengenali diri
b. Relational Transparency (Relasi yang sendiri, pemimpin otentik memiliki
Transparan) pemahaman yang kuat seputar kediriannya
Persepsi pengikut terhadap perilaku sehingga menjadi pedoman mereka baik
pemimpin yang menampilkan dirinya dalam setiap proses pengambilan keputusan
secara ―asliǁ dalam berinteraksi dengan maupun dalam perilaku kesehariannya.
orang lain, bukan pencitraan diri maupun Kewaspadaan diri juga melibatkan
pendistorsian diri. Misalnya, seorang kesadaran akan kekuatan diri, kelemahan
pemimpin yang menampilkan sifatnya diri, sebagai unsur-unsur yang saling
secara ―originalǁ dan tanpa dibuat-buat bertolak belakang yang ada padasetiap
dengan maksut pencitraan (Kernis, 2003). manusia.
Contoh, seorang pemimpin mengakui b. Nilai
kesalahan yang telah dilakukannya. Pemimpin otentik akan melawan
c. Balanced Processing (pemrosesan yang setiap tuntutan situasional serta sosial yang
seimbang) dianggap mencoba melemahkan nilai-nilai
Menunjukkan seorang pemimpin yang yang mereka miliki. Nilai juga menyediakan
secara obyektif menganalisis semua dasar bagi tindakan pemimpin dalam upaya
informasi dan data yang ada secara penyesuaian mereka atas kebutuhan
relevan sebelum mengambil keputusan. komunitas yang mereka pimpin. Nilai
Misal, seorang pemimpin ketika akan dipelajari lewat proses sosialisasi.
mengambil keputusan melihat dari
berbagai sudut pandang serta
menganalisis berbagai informasi terlebih c. Emosi
75
76 Jurnal Al-Qalb, Jilid 10, Nomor 1, Maret 2019, hlm. 71-78
Pemimpin otentik juga memiliki atau ritual lainnya, atau sekedar duduk
kewaspadaan diri yang bersifat emosional. sebentar melakukan perenungan. Kuncinya
Semakin tinggi kecerdasan emosional ialah mereka keluar sebentar dari rutinitas
seseorang, semakin waspada mereka atas kesibukan, termasuk melepaskan diri dari
emosi tersebut sehingga dapat memahami gawai dan interaksi dengan media sosial (FB,
pengaruhnya atas proses kognitif dan twitter, WA, dst), atau baca berita, untuk
kemampuan pembuatan keputusannya. bisa melakukan refleksi diri. Intinya mereka
Kesadaran diri seputar dimensi emosi menunjukkan bagaimana mereka bisa hidup
seseorang merupakan prediktor kunci untuk serasi dengan kesibukan kerjanya, tanpa
membangun kepemimpinaan yang efektif. terhanyut oleh kesibukan tersebut (Munir,
d. Tujuan 2018).
Pemimpin otentik berorientasi pada Kemudian Munir (2018)
masa depan. Mereka secara terus-menerus menjelasakan bahwa para pemimpin otentik
berupaya mengembangkan baik dirinya senantiasa mencari umpan-balik yang apa
maupun para pengikutnya. Tindakan adanya, jujur dari kolega, teman-teman,
pemimpin otentik diarahkan oleh motif- maupun anak buah tentang dirinya dan
motif untuk menyempurnakan dirinya. praktik kepemimpinannya. Mereka
mengakui bahwa hal yang sulit ialah untuk
Kepemimpinan Otentik dalam Organisasi mendapatkan umpan-balik tentang
Mengutip Munir (2018), para ahli “bagaimana orang-orang melihat dirinya”,
kepemimpinan di sekolah bisnis Harvard yang harus dia bedakan dengan “bagaimana
pernah melakukan interviu kepada 172 aku ingin dilihat, dinilai oleh orang-orang”.
pemimpin yang dipandang memenuhi Untuk itu dia mengamati “real-time
kriteria sebagai pemimpin yang otentik. feedback”, mencatat respons langsung saat
Kesimpulannya, otentisitas tidak bisa dia berkomunikasi dengan orang-orang,
dibentuk seketika, melainkan melalui proses bawahannya.
praktik kepemimpinan yang melalui Pemimpin otentik selalu berupaya
pergulatan mengatasi berbagai persoalan memahami tujuan kepemimpinannya,
dan tantangan.Hasil studi mengenai sehingga dia bisa mengajak orang-orang di
kepemimpinan otentik menunjukkan bahwa sekitarnya untuk menuju tujuan bersama.
proses terbentuknya kepemimpinan otentik Tujuan bersama memungkinkannya
merupakan proses belajar, bertumbuh dan mengenali potensi dan keunikan masing-
berkembang dari si pemimpin tersebut. masing orang yang dia pimpin. Dengan
Lebih lanjut Munir (2018), begitu dia dapat menyerasikan keunikan dan
menjelaskan dalam proses tersebut, kandidat peran tiap orang dalam mencapai tujuan
pemimpin otentik mengintegrasikan bersama. Aspek ini jauh lebih penting untuk
pengalaman-pengalamannya dalam sebuah memfokuskan semua orang berkontribusi
proses konstruksi diri yang membuatnya mencapai tujuan, daripada memfokuskan
memandang situasi dan kondisi sekitarnya mereka pada sekedar ukuran kuantitatif
dengan pemahaman atau makna yang seperti jumlah uang, ketenaran, dan
berbeda. Dalam menjalankan tugas-tugasnya kekuasaan. Walau tentu saja ukuran kinerja
sebagai pemimpin, mereka juga tersebut juga perlu.
mengembangkan pemahaman atas dirinya Proses-proses yang dilewati oleh
dan mengalami proses berdamai dengan pemimpin otentik menjadikan mereka
dirinya. Sehingga terbentuklah otentisitas terampil dalam merangkai, memadukan
dirinya. gaya kepemimpinannya dengan audiensnya,
Hasil studi juga menunjukkan sejalan dengan situasi, dan kesiapan dari
pemimpin otentik melakukan refleksi dan sekitar untuk menerima perbedaan
introspeksi setiap hari. Hal ini dilakukan pendekatan. Sekali waktu ada situasi di
secara formal dengan meditasi, berdoa, salat, mana seorang pemimpin harus membuat
76
77 Jurnal Al-Qalb, Jilid 10, Nomor 1, Maret 2019, hlm. 71-78
keputusan sulit yang membuat kolega atau 2. Walumbwa, dkk (2008), menyatakan
bawahannya tidak nyaman, dan mereka terdapat empat aspek kepemimpinan
perlu tampil tegar, tegas, dan berani otentik, yaitu self-awareness, moral
memberi umpan balik yang tajam. Pada perspective, balanced processing,dan
kesempatan lain, dia perlu tampil relational transparency.
menginspirasi, sebagai coach yang baik, dan 3. Kepemimpinan otentik dapat
membangun konsensus. dikembangkan namun membutuhkan
Sebagai pemimpin mereka waktu yang tidak singkat untuk
mendapatkan pengalaman dan membangunnya.
mengembangkan kesadaran diri yang lebih
luas, mereka lebih terlatih, mahir dalam REFERENSI
mengadaptasikan gaya kepemimpinannya, Andiyasari, A,. Pitaloka, A. 2017 Persepsi
tanpa kehilangan ciri karakternya sendiri. Kepemimpinan Otentik dan Work
Otentisitas pada level lebih dalam juga Engagement pada Generasi X dan Y
terkait dengan transparansi dan komunikasi di Indonesia.
yang jujur, berdamai dengan paradoks, dan Budiharto, Sus. Pengembangan
mencari kebenaran (dalam Munir, 2018). Kepemimpinan Otentik
Shamir & Eilam (2005) melakukan (Konseptualisasi, Pengukuran, dan
kajian tentang pengembangan Implemetasinya dalam Organisasi.
kepemimpinan otentik melalui refleksi Makalah, diakses 03 April 2019.
terhadap perjalanan hidup pemimpin (life Hassan, A., Ahmed, F. (2011). Authentic
story). Pengembangan kepemimpinan leadership, trust and work
otentik tersebut memiliki empat komponen. engagement. International Journal of
Pertama, pengembangan identitas pemimpin Social, Behavioral, Educational,
sebagai komponen utama dari konsep diri Economic, Business and Industrial
individu (Development of a leader identity Engineering, 5 (8), 1036 - 1042.
as a central component of the person’s self- Illies, R. M., & Nahrgang, J. D. 2005.
concept). Kedua, Pengembangan Authentic leadership and eudae-
pengetahuan diri dan kejelasan konsep diri, monic well-being: understanding
termasuk kejelasan tentang nilai-nilai dan leader-follower outcomes. The
keyakinan (Development of self-knowledge Leadership Quarterly, Vol, 16: 373-
and self-concept clarity, including clarity 394.
about values and convictions). Ketiga, Jatmika, D. 2016. Kepemimpinan Otentik
pengembangan tujuan hidup yang sesuai (Authentic Leadership) [online].
dengan konsep diri (Development of goals Tersedia:
that are concordant with the self-concept). http://buletin.kpin.org/index.php/arsi
Keempat, peningkatan konsistensi antara p-artikel/143-kepemimpinan-otentik-
perilaku dengan konsep diri pemimpin authentic-leadership.
(Increasing self-expressive behavior, namely Kruse, Kevin (2013), What Is Authentic
consistency between leader behaviors and Leadership?
the leader’s self-concept). https://www.forbes.com/sites/kevinkr
use/2013/05/12/what-is-authentic-
Kesimpulan leadership/#2953647edef7
1. Kepemimpinan otentik adalah seorang Mazutis, Daina. 2011.“Authentic
pemimpin yang mampu jujur pada dirinya Leadership” dalam W. Glenn Rowe
sendiri dan para pengikutnya. Pemimpin and Laura Guerrero, eds., Cases in
otentik harus menyadari akan dirinya Leadership. Thousand Oaks.
sendiri dan mampu menumbuhkan California: Sage Publications.
kesadaran diri para karyawannya untuk Munir, N.S.https://ppm-
bekerja secara maksimal. manajemen.ac.id/id_ID/blog/artikel-
77
78 Jurnal Al-Qalb, Jilid 10, Nomor 1, Maret 2019, hlm. 71-78
78