Anda di halaman 1dari 19

1

EVALUASI SISTEM
(Tugas Mata Kuliah Evaluasi dan Asesmen Pendidikan IPA)

Disusun oleh:

Desi Aryani (1623025005)


Mira Olivia HR (1623025011)

PROGRAM STUDI MAGISTER KEGURUAN IPA


JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2017
2

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
SejakIndonesiamerdekatahun1945sampaisaatiniatau sudah lebihdari70
tahun,Indonesiasudah melaksanakan sistempendidikan nasional,
namundampaknya belumsignifikandalampembangunan Indonesia (Rais dan
Hidayat, 2013). Sistempendidikan nasionaladalah
keseluruhankomponenpendidikanyang
salingterkaitsecaraterpaduuntukmencapaitujuanpendidikannasional.
MenurutHidayat dan Yuyun (2013),untuk mencapai tujuan
pendidikannasional dibutuhkanprosespembelajaran
yangbermaknasebagaiprosespembudayaanberbagaikemampuan(multipleintelle
gent),nilai,dan sikap.

Menurut Rais dan Hidayat (2013), sistem pendidikan Indonesia terkadang


diwarnai oleh politik yang saat itu berkuasa di Indonesia. Akibatnya, sistem
pendidikan di Indonesia cenderung berubah sesuai dengan pemerintahan dan
pejabat institusi pada saat itu. Sementara itu,
IgnatiusG.Saksono(2010)merincibeberapamasalahyangyang terkait dalam
sistempendidikanantara lainmasalah kelangsungan hidup bangsa, budaya
korupsi, ketidakadilan yang menyebabkan kemiskinan, konsumerisme dan
budayamaterialistik,kerusakanlingkunganhidup,bahayanarkoba,merosotnyam
utu hasilpendidikanformal,dan maraknyakomersialisasipendididikan.

Pada saatsistem pendidikan nasional dituntut terus berjalan untuk mencapai


cita-cita kemerdekaan bangsa Indonesia, tetapi sistem pendidikan Indonesia
cenderung tidak mampu mencapai hal tersebut maka akan timbul pertanyaan
3

seperti, manakah yang


harusdibenahiagarsistempendidikannasionalberjalanmenujucita-
citayangterkandungdalammukadimah UUD1945? atau bagian manakah dari
sistem pendidikan di Indonesia yang salah sehingga tidak mampu mencapai
tujuan pendidikan Indonesia?.Untuk menjawab pertanyaan tersebut,
kinerjasistem pendidikannasional Indonesiayangsudahlebih70tahunberjalan
ini perlu adanya evaluasi.

Evaluasiadalah salah satu proses dalam pendidikan dan pengajaran yang


bertujuan untuk membandingkan tujuan awal dengan proses yang dijalankan
(Jahaniaan. 2012). Evaluasi
pendidikanmerupakanbagiandaristrategipembelajaran
yangdipandangdariteoribelajarsosial (social
learningtheory)merupakanbagiandarireinforcementstrategyyang memiliki
tujuanuntukmenumbuhkan
sikapdankemampuanyangdiharapkan,sepertietoskerjayangtinggi,disiplin,danb
elajarsecaraterusmenerus.
Olehkarenaitu,modelevaluasiharuskomprehensif,terusmenerus, danobjektif.
(Soedjiarti. 2012).

EDS/Mmerupakankomponenpenentuyangsangatpentingdalammembangunsis
teminformasipendidikannasionalterutamadalammemotretkinerja
sekolahdalam penerapanstandar nasional
pendidikan.Informasiyangterbangunmenjadidasaruntukperencanaan
peningkatanmutu
berkelanjutandanpengembangankebijakanpendidikanpadatingkat
kab/kota,provinsi,dannasional.Berdasarkan pemaparan diatas, maka penulis
dalam hal ini bertujuan untuk mengetahui evaluasi, objek, prinsip, dan
prosedur dalam pelaksaan evaluasi dalam sistem pendidikan Indonesia.

B. Rumusan Masalah
Adapun Rumusan masalah dalam makalah ini adalah:
4

1. Apa yang dimaksud dengan Evaluasi sistem ?


2. Apa saja Objek dalam Evaluasi sistem?
3. Apa saja Prinsip dalam Evaluasi sistem?
4. Apa saja prosedure dalam pelaksaan evaluasi sistem?

C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian evaluasi sistem,
2. Mengetahui apa saja objek dalam evaluasi sistem,
3. Mengetahui apa saja prinsip dalam evaluasi sistem,
4. Mengetahui apa saja prosedure dalam pelaksaan evaluasi program.
5

II. PEMBAHASAN

1. Pengertian Evaluasi Sistem/Sekolah


EvaluasiDiriSekolahdanMadrasah adalahEDS/Madalahprosesevaluasidiri
sekolahdanmadrasahyangbersifatinternal yangmelibatkanpemangkukepentingan
untukmelihat kinerja sekolahberdasarkanStandar Pelayanan Minimal (SPM) danStandar
Nasional Pendidikan (SNP) yanghasilnya dipakai sebagai dasar penyusunanRencana Kerja
Sekolah (RKS) atau Rencana Pengembangan Sekolah (RPS) dan sebagai masukan
bagiperencanaaninvestasi pendidikan tingkatkab/kota.

Prosesevaluasidirisekolahdanmadrasahmerupakansiklus,yangdimulaidengan
pembentukanTimPengembangSekolah(TPS), pelatihanpenggunaaninstrumen,
pelaksanaanEDSdi sekolahdanpenggunaanhasilnya sebagaidasarpenyusunan
RPS/RKSdanRAPBS/RKAS. SekolahmelakukanprosesEDSsetiap tahunsekali.EDS/M
dilaksanakanolehTimPengembangSekolah (TPS)yangterdiriatas:KepalaSekolah, wakil unsur
guru, wakil KomiteSekolah, wakilorangtua siswa,danpengawas (Kemendiknas. 2010).

Evaluasi sistem merupakan bagian dari pemetaan mutu sekolah. Peta mutu ini memberikan
data awal pencapaian standard (SPM/SNP) (Gambar 1). Tujuan pelaksanaan Evaluasi dalam
sistem adalah untuk (1) menilai kinerja sekolah berdasarkan SPM dan SNP, (2) mengetahui
tahapan pengembangan dalam pencapaian SPM dan SNP sebagai dasar peningkatan mutu
pendidikan, dan (3) dijadikan dasar menyusun Rencana Pengembangan Sekolah (RPS) atau
Rencana Kegiatan Sekolah (RKS) sesuai kebutuhan nyata menuju ketercapaian implementasi
SPM dan SNP (Kemendikbud, 2015).
6

Gambar 1. Diagram mengenaiEDS/M sebagai salah satu komponensumber data dalam


Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan. (Kemendiknas. 2010).

Menurut Yarmohamadian dalam Raijaan (2012), evaluasi pendidikan di sekolah memiliki


tujuan antara lain:
1. Diagnosis
Evaluasi pendidikan dapat digunakan dalam proses pembelajaran. Dalam fungsinya,
dapat digunakan oleh guru untuk mengukur proses pembelajaran yang akan digunakan
dan mengeliminiasinya berdasarkan masalah yang ada.
2. Revisi Silabus
Evaluasi pendidikan dapat digunakan dalam mendesain dan merevisi silabus yang
digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran.
3. Perbandingan
Evaluasi sistem selain dapat digunakan untuk membandingkan silabus, metode
mengajar, dan aspek lainnya dalam pendidikan seperti manajemen pendidikan.
4. Kebutuhan Analisis
Pada tujuan ini, evaluasi sistem berarti mengumpulkan data secara kuantitatif untuk
ditemukan kebutuhan yang diperlukan oleh grup pembelajar, pekerja dan orang orang
yang bekerja di sosial.

2. Objek Evaluasi Sistem


Objek evaluasi adalah segala sesuatu yang menjadi titik pusat pengamatan karena penilai
menginginkan informasi tentang informasi tersebut, maka obyek evaluasi sangat penting
dalam pendidikan karena mencakup aspek input yang meliputi kemampuan, kepribadian,
7

sikap dan inteligensi. Selain itu, terdapat aspek transformasi yang di dalamnya terkandung
unsur-unsur kurikulum atau materi, metode dan cara penilaian, sarana pendidikan atau media,
sistem administrasi serta guru dan personal lainnya. Tidak lupa pula terdapat aspek output
yang menggunakan achievement test untuk mengukur pencapaian/prestasi belajar.

Dalam sistem pendidikan di Indonesia, setiap kurikulum yang ada harus mengacu pada
sistem nasional pendidikan. Sistem pendidikan yang memenuhi standar nasional pendidikan
akan mempengaruhi mutu dari sistem tersebut. Standar Nasional Pendidikan merupakan
kriteria minimal tentang sistem pendidikan di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan
Republik Indonesia. Standar Nasional Pendidikan terdiri dari 8 poin yang harus dimiliki dan
dipenuhi oleh penyelenggara dan/atau satuan pendidikan yang ada di Indonesia, yaitu :
1. Standar Kompetensi Lulusan
Standar Kompetensi Lulusan untuk satuan pendidikan dasar dan menengah digunakan
sebagai pedoman penilaian dalam menentukan kelulusan peserta didik. Standar
Kompetensi Lulusan (SKL) tersebut meliputi standar kompetensi lulusan minimal satuan
pendidikan dasar dan menengah, standar kompetensi lulusan minimal kelompok mata
pelajaran, dan standar kompetensi lulusan minimal mata pelajaran.

Peraturan menteri yang berkaitan dengan standar kompetensi lulusan


adalah:
1) Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No 23 Tahun
2006 menetapkan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) untuk Satuan Pendidikan
Dasar dan Menengah.
2) Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No 54
Tahun 2013 tentang Standar Kompetensi Lulusan Pendidikan Dasar dan Menengah

2. Standar Isi
Standar Isi mencakup lingkup materi minimal dan tingkat kompetensi minimal untuk
mencapai kompetensi lulusan minimal pada jenjang dan jenis pendidikan
tertentu. Standar isi tersebut memuat kerangka dasar dan struktur kurikulum, beban
belajar, kurikulum tingkat satuan pendidikan, dan kalender pendidikan.

Peraturan menteri yang berkaitan dengan standar isi adalah:


1) Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia nomor 22
tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah
8

2) Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia nomor 24


tahun 2006 tentang Pelaksanaan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22
tahun 2006 tentang standar Isi untuk satuan pendidikan Dasar dan Menengah
3) Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia no 64
tahun 2013 tentang standar isi.

3. Standar Proses
Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif,
menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta
memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan
bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Selain itu, dalam
proses pembelajaran pendidik memberikan keteladanan.

Setiap satuan pendidikan melakukan perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan


proses pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran, dan pengawasan proses pembelajaran
untuk terlaksananya proses pembelajaran yang efektif dan efisien.

Peraturan menteri yang berkaitan dengan standar isi adalah:


1) Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 41
Tahun 2007 tentang Standar Proses untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah
2) Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 1
Tahun 2008 tentang Standar Proses Pendidikan Khusus
3) Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 3
Tahun 2008 tentang Standar Proses Pendidikan Kesetaraan Program Paket A, Paket
B, dan Paket C
4) Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 65
Tahun 2013 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah

4. Standar Pendidikan dan Tenaga Kependidikan


Pendidik harus memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen pembelajaran,
sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan
pendidikan nasional.Kualifikasi akademik yang dimasukkan adalah tingkat pendidikan
minimal yang harus dipenuhi oleh seorang pendidik yang dibuktikan dengan ijazah dan
atau sertifikat keahlian yang relevan sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
Kompetensi sebagai agen pembelajaran pada jenjang pendidikan dasar dan menengah
serta pendidikan anak usia dini meliputi :
1) Kompetensi pedagogik;
9

2) Kompetensi kepribadian;
3) Kompetensi profesional dan
4) Kompetensi sosial

Pendidik meliputi pendidik pada jenjanga TK/RA sampai tingkat SMA/SMK juga satuan
pendidikan Paket A, B, C dan pendidik pada lembaga kursus dan pelatihan.
Tenaga kependidikan meliputi kepala sekolah/madrasah, pengawas, tenaga administrasi,
tenaga perpustakaan, tenaga laboratorium, teknisi, pengelola kelompok belajar, pamong
belajar dan tenaga kebersihan.

Peraturan menteri yang berkaitan dengan standar pendidik dan tenaga kependidikan
adalah:
1) Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 12
Tahun 2007 tentang Standar pengawas Sekolah.
2) Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 13
Tahun 2007 tentang Standar Kepala Sekolah.
3) Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 16
Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru.
4) Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 24
Tahun 2008 tentang Standar Tenaga Administrasi Sekolah.
5) Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 25
Tahun 2008 tentang Standar Tenaga Perpustakaan Sekolah.
6) Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 26
Tahun 2008 tentang Standar Tenaga Laboratorium Sekolah.
7) Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 27
Tahun 2008 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Konselor.
8) Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 40
Tahun 2009 tentang Standar Penguji Pada Kursus dan Pelatihan.
9) Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 41
Tahun 2009 tentang Standar Pembimbing Pada Kursus dan Pelatihan.
10) Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 43
Tahun 2009 tentang Standar Tenaga Administrasi Program Paket A, Paket B dan Paket
C.
11) Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 42
Tahun 2009 tentang Standar Pengelola Kursus.
10

12) Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 44


Tahun 2009 tentang Standar pengelola Pendidikan Program Paket A, Paket B dan
Paket C.
13) Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 45
Tahun 2009 tentang Standar Teknisi Sumber Belajar Pada Kursus dan Pelatihan

5. Standar Sarana dan Prasarana


Setiap satuan pendidikan wajib memiliki sarana yang meliputi peralatan pendidikan,
perabot, media pendidikan, buku dan sumber belajar lainnya, bahan habis pakai, serta
perlengkapan lainnya yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran. Setiap
satuan pendidk wajib memiliki lahan, ruang kelas, ruang pimpinan, ruang pendidik, ruang
tata usaha, ruang perpustakaan, ruang laboratorium, ruang bengkel kerja, ruang unit
produksi, ruang kantin, instalasi daya dan jasa, tempat berolahraga, tempat beribadah,
tempat bermain, tempat berkreasi, dan ruang/tempat lain yang diperlukan untuk
menunjang proses pembelajaran.

Peraturan menteri yang berkaitan dengan standar sarana dan prasarana adalah:
1) Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 24
Tahun 2007 tentang Standar Sarana dan Prasarana SD/MI, SMP/MTs, dan SMA/MA.
2) Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 33
Tahun 2008 tentang Standar Sarana dan Prasarana SDLB, SMPLB dan SMALB.
3) Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 40
Tahun 2008 tentang Standar Sarana dan Prasarana untuk SMK/MAK.

6. Standar Pengelolaan
Standar Pengelolaan terdiri dari 3 bagian, yakni standar pengelolaan oleh satuan
pendidikan, standar pengelolaan oleh Pemerintah daerah dan standar pengelolaan oleh
Pemerintah.

Peraturan menteri yang berkaitan dengan standar Pengelolaan adalah :


Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 19
Tahun 2007 tentang Standar Pengelolaan Pendidikan oleh Satuan Pendidikan Dasar dan
Menengah.

7. Standar Pembiayaan Pendidikan


Pembiayaan pendidikan meliputi, biaya personal, biaya investasi, dan biaya operasi.
Biaya personal meliputi biaya pendidikan yang harus dikeluarkan peserta didik untuk
11

bisa mengikuti proses pembelajaran secara teratur dan berkelanjutan.Biaya Investasi


meliputi biaya penyediaan sarana dan prasarana, pengembangan sumber daya manusia,
dan modal kerja tetap.Biaya operasi meliputi;
1) Gaji pendidik dan tenaga kependidikan
2) Bahan atau peralatan pendidikan habis pakai,
3) Biaya operasi pendidikan tak langsung daya air, jasa telekomunikasi, pemeliharaan,
sarana dan prasarana, uang lembur, transportasi, konsumsi, pajak, asuransi, dan
sebagainya.

Peraturan menteri yang berkaitan dengan standar sarana dan prasarana adalah
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 69
Tahun 2009 tentang Standar Biaya Operasi Nonpersonalia.

8. Standar Penilaian Pendidikan


Penilaian pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah terdiri dari Penilaian
hasil belajar oleh pendidik, satuan pendidikan dan pemerintah.

Peraturan menteri yang berkaitan dengan standar penilaian adalah Peraturan


Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2007
tentang Standar Penilaian Pendidikan

3. Prinsip Evaluasi Sistem


Evaluasi dalam sistempendidikan di Indonesia diharapkan menjadi kegiatan rutin di sekolah
yang dilakukan secara terus menerus setiap tahunnya, untuk mengetahui ketercapaian
tahapan pengembangan yang diharapkan. Kegiatan ini sebaiknya dilaksanakan mengacu pada
beberapa prinsip, sebagai berikut:
1) Berbasis tujuan;
Kegiatan evaluasi dilaksanakan berdasarkan tujuan yang telah ditetapkan, karena
hasilnya sangat penting untuk menentukan tujuan rencana pengembangan sekolah yang
lebih spesifik dan akurat.
2) Beracuan kriteria
Kegiatan evaluasi dilaksanakan mengacu pada kriteria keberhasilan yang telah
ditetapkan sebelumnya berdasarkan SNP dan SPM yang dikembangkan oleh satuan
pendidikan maupun oleh pemerintah dan instansi terkait lainnya.
3) Berasas manfaat
12

Kegiatan evaluasi dilaksanakan untuk mendapatkan manfaat yang sebesar-besarnya


untuk meningkatkan mutu pendidikan, salah satunya harus mampu menghasilkan
rekomendasi untuk penyusunan dan perbaikan RKS.
4) Objektif
Kegiatan evaluasi dilaksanakan secara jujur dan apa adanyaevaluasi dalam sistem
tersebut, karena hasilnya digunakan untuk mengetahui, memahami, dan menyadari
dengan baik kondisi nyata sekolah baik mutu maupun kondisi lainnya. Hasil merupakan
informasi dan fakta yang sangat penting untuk penyusunan rencana pengembangan
sekolah, dan dijadikan bahan masukan pemangku kepentingan evaluasi yang dilakukan
sesuai dengan konsep dan prinsip yang benar akan memiliki manfaat bagi sekolah dan
pemangku kepentingan lainnya, di antaranya:
a) Bagi sekolah
1) mengidentifikasikan kelebihan dan kekurangan untukmerencanakan
pengembangan dan peningkatan mutu di masa yang akan datang;
2) memiliki data dasar yang akurat sebagai dasar untukpengembangan dan
peningkatan mutu di masa mendatang;
3) mengidentifikasikan kekuatan dan peluang peningkatanmutu pendidikan,
ketepatan inisiatif peningkatan mutu, keseuaian program dengan hasilnya;
4) memberikan laporan formal kepada pemangku kepentingan sebagai bentuk
akuntabilitas sekolah;
b) Bagi Pemerintah Pusat/Provinsi/Kabupaten/Kota
1) menyediakan data dan informasi yang penting untuk perencanaan, pembuatan
keputusan, dan perencanaan anggaran pendidikan pada tingkat kabupaten/kota,
provinsi, dan nasional;
2) mengidentifikasikan bidang prioritas untuk memenuhi kebutuhan sarana dan
prasarana pendidikan;
3) mengidentifikasikan jenis dukungan yang dibutuhkan terhadap sekolah;
4) mengidentifikasikan pelatihan serta kebutuhan program pengembangan lainnya;
mengidentifikasikan keberhasilan sekolah berdasarkan berbagai indikator
pencapaian sesuai dengan Standar Pelayanan Minimal dan Standar Nasional
Pendidikan.
(Kemendikbud, 2015)

2) Prosedur Evaluasi Sistem


Prosedur yang dilakukan dalam melaksanakan evaluasi diri sekolah meliputi tahap persiapan,
pelaksanaan proses evaluasi diri sekolah, perencanaan pengembangan sekolah, dan pelaporan
temuan.
13

a. Tahap Persiapan
Persiapanditujukan untuk mempersiapkan sekolah melaksanakan evaluasi secara
transparan, untuk menjamin validitas dan mempergunakan informasi yang dikumpulkan
untuk memberikan masukan terhadap perencanaan pengembangan sekolah (Falkhi,
2015).

Sebelum proses ini dapat dimulai, dibutuhkan pelatihan EDS/M secara


berkelanjutan.Pelatihanditujukanuntuk mempersiapkansekolahmelaksanakan evaluasi
secara transparan, untuk menjamin validitas dan mempergunakan informasiyang
dikumpulkanuntukmemberikanmasukanterhadap perencanaan pengembangan sekolah.
Pelatihan inidilaksanakan dengan mempergunakan sistem berikutini:
1. LPMP/BDK dilatih sebagai pelatih bagipelatih(Trainersof Trainers/ToT).
2. KepalaSeksiKurikulum,KoordinatorPengawas,beberapaPengawasdilatiholehLPMP/
BDK.
3. KoordinatorPengawasdanpengawassekolahterpilihmelatihTimTPS/EDS/Mdalamgug
ussekolah.
(Kemendiknas. 2010)

Gambar 2. Tahapan dalam Evaluasi diri Sekolah

b. Pelaksanaan Proses Evaluasi Diri Sekolah


Setelah pelaksanaan pelatihan, kepala sekolah dengan dukungan pengawas sekolah
pembina melaksanakan evaluasi dalam sistem bersama Tim evaluasi dalam sistem yang
terdiri dari perwakilan guru, komite sekolah, orang tua, dan perwakilan lain dari
14

kelompok masyarakat yang memang dipandang layak untuk diikutsertakan. Tim ini
akan mempergunakan instrumen yang disediakan untuk menetapkan profil kinerja
sekolah berdasarkan indikator pencapaian. Informasi yang didapatkan kemudian
dianalisa dan dipergunakan oleh evaluasi dalam sistem untuk mengidentifikasi
kelebihan dan bidang perbaikan yang dibutuhkan, serta merencanakan program tahunan
sekolah (Falkhi, 2015).

1. Bentukinstrumen EDS/M
InstrumenEDS/M terdiri dari8(delapan) standar nasionalpendidikanyang dijabarkan
ke dalam 26 komponen dan 62 indikator. Setiap standar terdiri atas
sejumlahkomponen yangmengacupadamasing-masingstandarnasionalpendidikan
sebagaidasarbagi sekolahdalammemperolehinformasikinerjanya yangbersifat
kualitatif.Setiapkomponenterdiridaribeberapa indikatoryangmemberikangambaran
lebih menyeluruh dari komponen yang dimaksudkan.

Gambar 3. Contoh InstrumenEDS/M

2. BuktiFisik
Buktifisikyangtersedia digunakansebagaibahan dasaruntukmenggambarkan
kondisisekolahterkaitdenganindikatoryangdinilai.Untukitu perludimanfaatkan
berbagaisumberinformasiyangdapatdijadikansebagaibuktifisikmisalnyacatatan
kajian,hasilobservasi,danhasilwawancara/konsultasidenganpemangkukepentingan
sepertikomitesekolah, orangtua,guru-guru, siswa, danunsur lain yang terkait.
15

Berikut adalahcontohbukti fisikyang dapat disediakan atau digunakansekolah:

Tabel 1. Bukti Fisik Instrumen EDS

Khusus terhadap proses belajar mengajar, informasi kualitatif dan kuantitatif


sebagaihasildariobservasilangsung dilakukandenganberbagaicara antara lain:(1)
mengikutidalamkelas selama satuharipenuh;
(2)mengamatipelajaran;(3)merekam denganvideocara mengajar
sendiri;(4)pertukarankelasantarguru;dan(5) observasi antar sesamaguru
(Kemendiknas. 2010)

c. Perencanaan Pengembangan Sekolah


16

Tim evaluasi dalam sistem menganalisis informasi yang dikumpulkan dan


mempergunakannya untuk mengidentifikasi dan memprioritaskan bidang yang
membutuhkan perhatian, yang kemudian akan menjadi dasar bagi rencana
pengembangan sekolah. Proses ini kemudian akan berkontribusi untuk
mengimplementasikan kebijakan pemerintah yang menyatakan bahwa sekolah
harus menyusun rencana pengembangan sekolah. Berdasarkan informasi yang
dikumpulkan, rencana pengembangan sekolah akan berisikan prioritas
perbaikan dalam jumlah kecil dan dapat dikelola oleh sekolah dengan hasil yang
telah ditentukan dan berfokus pada peningkatan dan pencapaian hasil
pembelajaran. Kesemuanya ini harus dapat diobservasi dan diukur sejauh
mungkin. Rencana pengembangan sekolah berisikan tanggung jawab untuk
pengimplementasiannya, dilengkapi dengan kerangka waktu, tenggang waktu
dan ukuran keberhasilan. Sekolah akan didorong untuk mencari solusi dan
membuat perubahan dengan cara melakukan upaya yang bersumber dari
kekuatan mereka, dan hal ini bergantung pada pengembangan kemampuan
strategis kepala sekolah dan pengawas sekolah (Falkhi, 2015).

Tahapan pengembangan inimemilikimaknasebagaiberikut:


1) Tahapke-
1,belummemenuhiSPM.Padatahapini,kinerjasekolahmempunyaibanyak
kelemahan danmembutuhkan banyakperbaikan.
2) Tahapke-2,memenuhiSPM.Padatahapini,terdapatbeberapakekuatandan
kelemahan tetapimasih sangat butuhperbaikan.
3) Tahapke-3,memenuhiSNP.Padatahapini,kinerjasekolahbaik,namunmasih
perlupeningkatan.
4) Tahap ke-4, melampaui SNP. Pada tahap ini, kinerja sekolah sangat baik,
melampaui standar yang telah ditetapkan.

(Kemendiknas. 2010).

d. Pelaporan Temuan
Sekolah akan menghasilkan sebuah laporan evaluasi dalam sistem dalam format
terpisah untuk dijadikan bahan pengisian Laporan Monitoring Sekolah oleh
17

Pemerintah Daerah (MSPD). Pengawas akan mengolah lebih lanjut untuk


kepentingan kantor Diknas kabupaten/kota bagi penusunan perencanaan
pendidikan Kab/Kota dan bahan pengembangan sistem informasi pendidikan.
Laporan evaluasi dalam sistemakan divalidasi secara internal oleh pengawas
sesuai sekolah binaannya, dan divalidasikan secara eksternal oleh Kelompok
Kerja Pengawas Sekolah dan Koordinator Pengawas. Siklus tahunanevaluasi
dalam sistem berjalan berdampingan dengan siklus lima tahun akreditasi
sekolah yang memungkinkan validasi laporan sekolah. Validasi dapat
dilaksanakan lebih sering bagi sekolah yang dianggap memang memerlukan
perhatian khusus, baik dikarenakan keraguan keandalan data, atau dikarenakan
kinerja sekolah itu sendiri (Falkhi, 2015).
18

III. PENUTUP

A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari makalah ini adalah:
1. Evaluasi sistem merupakan bagian dari pemetaan mutu sekolah.
2. Objek evaluasi sistem mencakup aspek input yang meliputi kemampuan,
kepribadian, sikap dan inteligensi yang terdapat dalam standar nasional pendidikan
yang terdiri dari delapan aspek penilaian.
3. Pada prinsipnya, evaluasi sistem berbasis pada tujuan, kriteria, manfaat dan objektif.
4. Prosedur yang dilakukan dalam melaksanakan evaluasi diri sekolah meliputi tahap
persiapan, pelaksanaan proses evaluasi diri sekolah, perencanaan pengembangan
sekolah, dan pelaporan temuan.

B. Saran
Evaluasi kurikulum haruslah dikuasai oleh guru sebagai salah satu pelaksana
kurikulum. Pelaksana kurikulum harus mampu memenuhi standar nasional pendidikan
di Indonesia agar mampu memperoleh mutu pendidikan yang baik.
19

Anda mungkin juga menyukai