Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul Perencanaan Peserta Didik Berbasis
Sekolah.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk
itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
maupun inpirasi terhadap pembaca.
Kelompok II
1
DAFTAR ISI
2
BAB 1
PENDAHULUAN
1.3 TUJUAN
1. Untuk mengetahui batasan perencanaan pesrta didik
2. Untuk mengetahui langkah-langkah perencanaan pesrta didik
3. Untuk mengetahui apa itu sensus sekolah
4. Untuk mengetahui ukuran sekolah dan kelas yang baik
5. Untuk mengetahui maksud dari kelas yang efektif
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
Dimensi kelampauan berkenaan dengan pengalaman-pengalaman masa
lampau penanganan peserta didik. Kesuksesan-kesuksesan peserta didik pada
masa lampau harus selalu diingatkan dan diulang kembali, sementara
kegagalan-kegagalan penanganan peserta didik pada masa lampau hendaknya
selalu diingat dan dijadikan pelajaran.
Dimensi kekinian berkaitan erat dengan faktor kondisional dan
situasional peserta didik dimasa sekarang ini. Semua keterangan, informasi,
dan data mengenai peserta didik haruslah dikumpulkan, agar dapat ditetapkan
kegiatannya dan konsekuensi dari kegiatan tersebut menyangkut pada biaya,
tenaga, dan sarana prasarana.
Dimensi keakanan berkenaan dengan antisipasi kedepan peserta didik.
Hal-hal yang di idealkan dari peserta didik dimasa depan, haruslah dapat
dijangkau seberapapun jangkauannya. Pemikiran mengenai peserta didik
dalam perkiraan ini, tidak saja untuk hal-hal yang sekarang saja, melainkan
yang juga tak kalah pentingnya adalah kaitannya dengan peserta didik dimasa
depan.
B. Perumusan Tujuan
Tujuan adalah sesuatu yang hanya sekedar dapat dituju, dan oleh karena
itu ia tidak dapat dicapai. Agar dapat dicapai, umumnya tujuan tersebut
dijabarkan kedalam bentuk target-target. Oleh karena itu, tujuan lazimnya
bersifat umum dan abstrak, apakah kriteria tercapai atau tidak; sedangkan
target dirumuskan secara jelas, daoat diukur pencapaiannya.
Tujuan ini dapat dirumuskan secara berbeda-beda sesuai dengan sudut
kepentingannya. Ada rumusan tujuan jangka panjang, yang kemudian
dijabarkan kedalam tujuan jangka menengah dan tujuan jangka pendek. Ada
tujuan yang digolongkan menjadi tujuan umum dan tujuan khusus. Ada juga
rumusan tujuan final atau akhir yang dijabarkan kedalam tujuan sementara.
C. Kebijakan
Kebiajakan adalah mengidentifikasi aktivitas-aktivitas yang dapat
dipergunakan untuk mencapai target atau tujuan diatas. Bisa jadi, satu tujuan
5
membutuhkan banyak kegiatan; dan sebaliknya bisa juga satu kegiatan
membutuhkan banyak tujuan atau target.
Kegiatan-kegiatan demikian harus diidentifikasi karena tidak ada tujuan
atau target yang dapat dicapai tanpa kegiatan. Identifikasi kegiatan perli
dilakukan secermat mungkin agar dapat dipergunakan untuk mencapai
targetnya. Pada Policy ini, kegiatan yang dapat dipergunakan untuk mencapai
target perlu diidentifikasi sebanyak mungkin karena karena semakin banyak,
akan semakin representif dalam rangka mencapai target.
D. Pemprograman
Penyusun program adalah suatu aktivitas yang bermaksud memilih
kegiatan-kegiatan yang sudah diidentifikasi sesuai dengan langkah kebijakan.
Pemilihan demikian harus dilakukan karena tidak semua kegiatan yang
diidentifikasi tersebut nantinya dapat dilaksanakan. Dengan perkataan lain,
penyusun program berarti seleksi atas kegiatan-kegiatan yang sudah
diidentifikasi dalam kebijakan. Kegiatan yang diprogramkan tersebut
direncanakan benar-benar mencapai targetnya. Dengan demikian, kegiatan
yang diprogramkan tersebut benar-benar realistik dan mungkin dapat
dilaksanakan. Kegiatan yang diprogramkan tersebut juga berbobot, karena
memiliki konstribusi yang jelas bagi pencapaian target atau tujuan.
E. Langkah-langkah
Yang dimaksud dengan langkah-langkah (procedure) adalah
merumuskan langkah-langkah. Ada tiga aktivitas dalam hal ini, yakni aktivitas
pembuatan skala prioritas, aktivitas pengurutan dan aktivitas menyusun
langkah-langkah kegiataan. Yang dimaksud dengan pembuatan skala prioritas
adalah menetapkan rumusan.
Pengurutan kegiatan dilakukan dengan mengulang sesuatu yang
diprioritaskan. Pengulangan demikian, bukan dimaksudkan untuk
pemborosan, melainkan memberi ketegasan kembali mengenai urutan
pelaksanaan kegiatan.
6
Pembuatan langkah-langkah ini perlu dilakukan, agar personalitas
sekolah atau tenaga kependidikan disekolah tersebut, mengetahui apa yang
harus dilakukan terlebih dahulu, dan apa yang baru boleh dilakukan kemudian.
F. Penjadwalan
Yang dimaksud dengan schedule adalah penjadwalan. Kegiatan-kegiatan
yang telah ditetapkan urutan prioritasnya, dan langkah-langkahnya agar jelas
pelaksanaannya, dan dimana dilaksanakan. Dengan adanya jadwal ini semua
personalia yang bertugas dan memberikan bantuan dibidang manajemen
peserta didik akan mengetahui tugas dan tanggung jawabnya, serta kapan
harus dilaksanakan kegiatan.
yang tercantum dalam jadwal adalah jenis-jenis kegiatannya secara urut,
kapan dilaksanakan, siapa yang bertanggung jawab untuk melaksanakan,
bahkan kalau perlu diamana ada kegiatan tersebut akan dilaksanakan. Dengan
demikian, diharapkan kegiatan yang direncanakan akan dapat terlaksana.
Adapun format jadwal tersebut sebagaimana dikemukakan pada tabel berikut:
Kegiata
Waktu
Nom n Pelaksana keterang
Pelaksana
or kesiswa an an
an
an
7
G. Pembiayaan
Ada dua hal yang harus dilakukan dalam pembiayaan. Pertama,
mengalokasikan biaya. Yang dimaksud dengan alokasi disni adalah perincian
mengenai biaya yang dibutuhkan dalam kegiatan-kegiatan yang sudah
dijadwalkan. Pengalokasian disini hendaknya dibuat serinci dan serealistik
mungkin. Semakin rinci dan realistik rincian biaya yang dibuat akan semakin
baik.
Kedua, menentukan sumber biaya. Sumber biaya demikian perlu
disebutkan secara jelas agar mudah menggalinya. Ada sumber-sumber biaya
yang bersifat primer dan ada sumber-sumber biaya yang termasuk sekunder.
Kedua sumber biaya tersebut harus dicantumkan agar dapat memberi petunjuk
kepada mereka yang terkait untuk melaksanankan kegiatan tersebut.
Sensus sekolah (school census) adalah suatu sarana atau kegiatan prinsip
untuk mengumpulkan informasi yang berguna untuk perencanaan dalam berbagai
kegiatan pada program sekolah (Atkinson,1965). Sedangkan menurut yeager
(1945) sensus sekolah berarti pencatatan tiap-tiap siswa yang berada pada usia
sekolah.berarti, sensus sekolah adalah suatu aktivitas yang bermaksud
mengumpulkan informasi mengenai anak usia sekolah disuatu daerah tertentu
berdasarkan data hasil sensus tersebut dapat dipergunakan untuk merencanakan
layanan kapada peserta didik.
8
a. Penentuan kebutuhan program sekolah
b. Penentuan bidang school attendance
c. Pemberian fasilitas transportasi
d. Perencanaan program pendidikan dan melayani kebutuhan-kebutuhan yang
diperlukan
e. Membuat persyaratan kehadiran dan undang-undang kerja bagi anak
f. Menyediakan fasilitas pendidikan
g. Menganalisis kemajuan daerah sekolah setempat
h. Mengadakan pendaftaran terhadap sekolah privat
i. Mendapatkan informasi dari berbagai macam kesejahteraan masyarakat,
yayasan dan sebagainya
Menurut yeager (1945), sensus sekolah mempunyai fungsi khusus sebagai berikut:
a. Menentukan layanan pendidikan yang benar-benar dibutuhkan
b. Menyajikan data yang berguna untuk perencanaan program sekolah
c. Menilai pelaksanaan kewajiban belajar
d. Mengumumkan jumlah anak yang akan masuk sekolah
e. Menempatkan anak yang keluar masuk sekolah
f. Menyajikan data jumlah anak yang akan masuk sekolah
g. Mengecek anak yang masuk dan tidak
h. Mengatur pengelompokan peserta didik
i. Memperluas lokasi tanggung jawab orang tua
j. Mengecek anak usia sekolah yang bekerja
k. Mengecek kondisi rumah dan memperbaiki hubungan sekolah dan rumah
l. Memberikan pengertin dan menyajikan informasi tentang sekolah
m. Menemikan kasus ketidakhadiran disekolah
n. Mengecek sebab-sebab keterlambatan
9
b. Batas daerah anak sekolah dipengaruhi oleh jumlah penduduk
c. Jumlah guru yang dibutuhkan bergantung kepada populasi peserta didik
d. Transportasi dan fasilitas sekolah harus diberikan kepada peserta didik
e. Keadaan rumah peserta didik perlu diketahui
f. Bangunan sekolah berdasarka jumlah peserta didik dan kebutuhan
pendidikannya
g. Penerangan kelas berdasarkan atas keadaan dan jumlah peserta didik
h. Buku teks, peralatan dan fasilitas sekolah haruslah berdasarkan pendaftaran
onrollment peserta didik
i. Jumlah anggota staf bergantung registrasi peserta didik pada masing-masing
pelajaran
j. Pembuatan jadwal didasarkan atas registrasi peserta didik
Ada tiga data yang dijaring melalui sensus sekolah, yakni data mengenai
identitas diri sendiri, identitas orang tua dan keterangan-keterangan mengenai
likungan anak.
10
2.4 UKURAN SEKOLAH DAN KELAS
A. Ukuran Sekolah
Dari sensus sekolah antara lain akan diketahui dan didapatkan mengenai
School size. Yang dimaksud School size adalah perbandingan antara jumlah
sekolah dengan jumlah peserta didik di suatu daerah. Berikut rumusnya:
Dimana :
SS = School size
JS = Jumlah sekolah
Jika jumlah peserta didik pada suatu daerah adalah 15.000, sedangka
jumlah sekolah adalah 150, maka ukuran sekolah (SS) adalah 15.000:150 = 100
B. Ukuran Sekolah
Dimana :
CS = Class size
JK = Jumlah kelas
11
Jika jumlah peserta didik adalah 15.000 sedangkan jumlah kelas adalah
500, maka ukuran kelas (CS) adalah 15.000 : 500 = 30.
Ukuran kelas yang ideal secara teoritik adalah 30 sampai 35 peserta didik.
Sedangkan kebijaksanaan pemerintah mengenai ukuran kelas khususnya di
sekolah dasar adalah 40-45 orang peserta didik.
Yang dimaksud dengan rata-rata ukuran kelas (average size of class) adlah
rata-rata peserta didik dalam kelas di suatu sekolah. Untuk menghitung rata-rata
kelas dipergunakan rumus sebagai berikut :
1 + 2 +
=
Dimana :
= sigma
P = peserta didik
K = kelas
Jika jumlah peserta didik pada kelas 1 adalah 46, kelas 2 adalah 40, kelas 3
adalah 45, kelas 4 adalah 40, kelas 5 adalah 40 dan kelas 6 adalah 35, maka rata-
rata ukuran kelas adalah:
46 + 40 + 45 + 40 + 40 + 35
= = 41
6
12
E. Rasio Murid dengan Guru
Dimana:
JG = jumlah guru
JS = jumlah siswa
Jika jumlah guru sebanyak 25 sementara siswa berjumlah 500, maka rasio
murid adalah 25 : 500 = 1 : 20
Daya tampung kelas berdasarkan ukuran ruang disarankan 1,2 meter per
orang atau per peserta didik. Daya tampung sekolah berdasarkan jumlah bangku
dapat dibedakan antara yang single shift dan double shift. Pada sekolah yang
menggunakan single shift berlaku rumus
= ()
Dimana :
DT = daya tampung
B = bangku
TK = tinggal kelas
13
Jika jumlah bangku adalah 40, muatan tiap bangku adalah 1 sedangkan
siswa tinggal kelas ada 5, maka daya tampung adalah 40 (1) - 5 = 35.
= ()(2)
Dimana :
DT = daya tampung
B = bangku
TK = tinggal kelas
Jika jumlah bangku adalah 40, muatan tiap bangku adalah 1 sedangkan
siswa tinggal kelas adalah 10 maka daya tampungnya adalah 40 (1) (2) 10 = 70.
Yang dimaksud dengan effective class adalah suatu ukuran kelas yang
efektif. Semakin kecil ukuran suatu kelas, semakin efektif. Sebaliknya semakin
besar, akan semakin tidak efektif. Tetapi ukuran kelas yang kecil, meskipun
efektif, tidaklah efisien. Sebab semakin banyak kelas yang dibentuk dengan
ukuran yang kecil, berarti semakin banyak tenaga, sarana, prasarana dan biaya
yang dibutuhkan. Sebliknya kelas besar, akan lebih efisien meskipun tidak efektif.
14
d. Kerja menulis kurang ditangani oleh guru.
e. Persiapan guru kurang, olehh karena tanggung jawab mereka bertambah.
f. Peserta didik tidak mengenal guru secar pribadi.
g. Wawancara dengan orangtua peserta didik menjadi berkurang karena
banyaknya jumlah peserta didik.
h. Peserta didik yang mengalami atau memiliki kelainan akan kurang terkontrol
i. Pengembangan kurikulum tersendat-sendat, demikian juga pengembangan
pengajaran.
15
BAB III
KESIMPULAN
3.1 KESIMPULAN
Sensus sekolah (school census) adalah suatu sarana atau kegiatan prinsip
untuk mengumpulkan informasi yang berguna untuk perencanaan dalam berbagai
kegiatan pada program sekolah (Atkinson,1965). Fungsi umum sensus sekolah
adalah sebagai dasar pembagian anggaran belanja dan sarana untuk mendapatkan
dana bantuan pendidikan. Sedangkan fungsi khusus sensus sekolah banyak
dikemukakan para ahli sesuai dengan sudut pandang dan latar belakang serta
daerah mereka.
16
DAFTAR PUSTAKA
Imron, Ali. (2011). Manajemen Peserta Didik Berbasis Sekolah. Malang: Bumi
Aksara
17