Anda di halaman 1dari 8

RESUME MATERI ADMINISTRASI PENDIDIKAN DALAM KONTEKS

PENGELOLAAN SATUAN PENDIDIKAN PADA SETIAP JALUR, JENIS DAN


JENJANG PENDIDIKAN

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Pengelolaan Pendidikan

Dosen Pengampu :

Dr. Nur Aedi, M.Pd

Disusun Oleh :

Wulan Maryam (1703761)

DEPARTEMEN PENDIDIKAN KIMIA

FAKULTAS ILMU MATEMATIKA DAN PENGETAHUAN ALAM

UNIVEARSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG

2018
Resume Materi Administrasi Pendidikan Dalam Konteks Pengelolaan Satuan
Pendidikan Pada Setiap Jalur, Jenis dan Jenjang Pendidikan

1. SISDIKNAS
Landasan hukum Sistem Pendidikan Nasional adalah uu 20 tahun 2003. Dengan
asas keadilan kesejahteraan, keadilan pemerataan dan keadilan mutu.
Komponen SISDIKNAS : aturan, Penyelenggara Baik Pusat Maupun Daerah, Standar
Fasilitas, standar pengelolaan, standar isi, Dll

2. Jalur Pendidikan
Jalur pendidikan adalah wahana yang dilalui peserta didik untuk mengembangkan
potensi diri dalam suatu proses pendidikan yang sesuai dengan tujuan pendidikan.
(Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem
Pendidikan Nasional Bab IV pasal 31 ayat 1, 2, dan 3) Ada tiga jalur pendidkan yang
berperanan dalam pembentukan kualitas sumber daya manuasia, yaitu terdiri atas:
pendidikan formal, nonformal, dan informal.
a. Formal
Pendidikan formal merupakan pendidikan yang diselenggarakan di sekolah-
sekolah pada umumnya. Jalur pendidikan ini mempunyai jenjang pendidikan yang
jelas, mulai dari pendidikan dasar, pendidikan menengah, sampai pendidikan tinggi.
Pendidikan formal dapat diwujudkan dalam bentuk satuan pendidikan yang
diselenggarakan oleh pemerintah (pusat), pemerintah daerah dan masyarakat.
Semua lembaga formal diberi hak dan wewenang oleh pemerintah untuk
memberikan gelar akademik kepada setiap peserta didik yang telah menempuh
pendidikan di lembaga tersebut. Khusus bagi perguruan tinggi yang memiliki program
profesi sesuai dengan program pendidikan yang diselenggarakan doktor berhak
memberikan gelar doktor kehormatan (doktor honoris causa) kepada individu yang
layak memperoleh penghargaan berkenaan dengan jasa-jasa yang luar biasa dalam
bidang ilmu pengetahuan, teknologi, kemasyarakatan, keagamaan, kebudayaan, atau
seni.

b. Nonformal
Pendidikan nonformal adalah jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang
dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang. Pendidikan nonformal juga
disebut pendidikan luar sekolah. Pendidikan nonformal diselenggarakan bagi warga
masyarakat yang memerlukan layanan pendidikan yang berfungsi sebagai pengganti,
penambah, dan/atau pelengkap pendidikan formal dalam rangka mendukung
pendidikan sepanjang hayat. Pendidikan nonformal berfungsi mengembangkan
potensi peserta didik dengan penekanan pada penguasaan pengetahuan dan
keterampilan fungsional serta pengembangan sikap dan kepribadian profesional.
Pendidikan nonformal meliputi pendidikan kecakapan hidup, pendidikan anak usia
dini, pendidikan kepemudaan, pendidikan pemberdayaan perempuan, pendidikan
keaksaraan, pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja. Pendidikan kesetaraan
meliputi Paket A, Paket B dan Paket C, serta pendidikan lain yang ditujukan untuk
mengembangkan kemampuan peserta didik seperti: Pusat Kegiatan Belajar
Masyarakat (PKBM), lembaga kursus, lembaga pelatihan, kelompok belajar, majelis
taklim, sanggar, dan lain sebagainya, serta pendidikan lain yang ditujukan untuk
mengembangkan kemampuan peserta didik.

c. Informal
Pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan berbentuk
kegiatan belajar secara mandiri. Hasil pendidikan sama dengan pendidikan formal dan
nonformal setelah peserta didik lulus ujian sesuai dengan standar nasional pendidikan.
(Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem
Pendidikan Nasional Bab IV Pasal 27 ayat 1 dan 2).
Pendidikan informal adalah pendidikan yang dilaksanakan oleh keluarga dan
lingkungan. Kedudukannya setara dengan pendidikan formal dan nonformal. Hanya
saja, jika anak-anak yang dididik secara informal ini menghendaki ijazah karena
berniat memasuki pendidikan formal pada jenjang yang lebih tinggi, maka peserta
pendidikan informal bisa mengikuti ujian persamaan melalui PKBM atau lembaga
nonformal sejenis yang menyelenggrakan ujian kesetaraan. Hal paling khas yang
menjadi nilai lebih pendidikan informal dibandingkan model pendidikan lainnya
adalah, kemungkinan yang lebih besar akan tergali dan terkelolanya potensi setiap
anak secara maksimal.

3. Jenjang
Jenjang pendidikan adalah tahapan pendidikan yang ditetapkan berdasarkan
tingkat perkembangan peserta didik, tujuan yang akan dicapai, dan kemampuan yang
dikembangkan.Jenjang pendidikan formal terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan
menengah, dan pendidikan tinggi. (Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20
Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab IV Pasal 14).
a. Pendidikan Dasar
Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan awal selama 9 (sembilan) tahun
pertama masa sekolah anak-anak yang melandasi jenjang pendidikan menengah.
Pendidikan dasar berbentuk sekolah dasar (SD) dan madrasah ibtidaiyah (MI) atau
bentuk lain yang sederajat serta sekolah menengah pertama (SMP) dan madrasah
tsanawiyah (MTs), atau bentuk lain yang sederajat (Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab IV Pasal
17). Pendidikan dasar merupakan pendidikan sembilan tahun terdiri dari program
pendidikan enam tahun di sekolah dasar dan program pendidikan tiga tahun di sekolah
lanjutan pertama (PP Nomor 28 tahun 1990)
.
b. Pendidikan Menengah
Pendidikan menengah merupakan jenjang pendidikan lanjutan pendidikan dasar.
Pendidikan menengah terdiri atas pendidikan menengah umum dan pendidikan
menengah kejuruan. Pendidikan menengah berbentuk sekolah menengah atas (SMA),
madrasah aliyah (MA), sekolah menengah kejuruan (SMK), dan madrasah aliyah
kejuruan (MAK), atau bentuk lain yang sederajat. (Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab IV Pasal
18.

c. Pendidikan Tinggi
Pendidikan tinggi adalah jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah yang
mencakup program pendidikan diploma, sarjana, magister, doktor, dan spesialis yang
diselenggarakan oleh perguruan tinggi. Perguruan tinggi berkewajiban
menyelenggarakan pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat.
Perguruan tinggi dapat menyelenggarakan program akademik, profesi, dan/atau
vokasi. (Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem
Pendidikan Nasional Bab IV Pasal 20.

4. Jenis pendidikan
Jenis pendidikan adalah kelompok yang didasarkan pada kekhususan tujuan
pendidikan suatu satuan pendidikan. Jenis pendidikan mencakup pendidikan umum,
kejuruan, akademik, profesi, vokasi, keagamaan, dan khusus. (Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab
IV Pasal 15)

a. Pendidikan umum
Pendidikan umum merupakan pendidikan dasar dan menengah yang
mengutamakan perluasan pengetahuan yang diperlukan oleh peserta didik untuk
melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Bentuknya: Sekolah Dasar (SD),
Sekolah Menengah Pertama (SMP), dan Sekolah Menengah Atas (SMA).

b. Pendidikan kejuruan
Pendidikan kejuruan merupakan pendidikan menengah yang mempersiapkan
peserta didik terutama untuk bekerja dalam bidang tertentu. Bentuk satuan
pendidikannya adalah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK).
c. Pendidikan akademik
Pendidikan akademik merupakan pendidikan tinggi program sarjana dan
pascasarjana yang diarahkan terutama pada penguasaan disiplin ilmu pengetahuan
tertentu.

d. Pendidikan profesi
Pendidikan profesi merupakan pendidikan tinggi setelah program sarjana yang
mempersiapkan peserta didik untuk memasuki suatu profesi atau menjadi seorang
profesional. Pendidikan kedinasan merupakan pendidikan profesi yang
diselenggarakan oleh departemen atau lembaga pemerintah nondepartemen.
Pendidikan kedinasan berfungsi meningkatkan kemampuan dan keterampilan dalam
pelaksanaan tugas kedinasan bagi pegawai dan calon pegawai negeri suatu
departemen atau lembaga pemerintah nondepartemen. Pendidikan kedinasan
diselenggarakan melalui jalur pendidikan formal dan nonformal.

e. Pendidikan vokasi
Pendidikan vokasi merupakan pendidikan tinggi yang mempersiapkan peserta
didik untuk memiliki pekerjaan dengan keahlian terapan tertentu maksimal dalam
jenjang diploma 4 setara dengan program sarjana (strata 1).

f. Pendidikan keagamaan
Pendidikan keagamaan merupakan pendidikan dasar, menengah, dan tinggi yang
mempersiapkan peserta didik untuk dapat menjalankan peranan yang menuntut
penguasaan pengetahuan tentang ajaran agama dan/atau menjadi ahli ilmu agama.
Pendidikan keagamaan berbentuk pendidikan diniyah, pesantren, pasraman, pabhaja
samanera, dan bentuk lain yang sejenis. (Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab IV Pasal 30)

g. Pendidikan khusus
Pendidikan khusus merupakan pendidikan bagi peserta didik yang memiliki
tingkat kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran karena kelainan fisik,
emosional, mental, sosial, dan/atau memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa.
Peserta didik yang berkelainan atau peserta didik yang memiliki kecerdasan luar biasa
yang diselenggarakan secara inklusif (bergabung dengan sekolah biasa) atau berupa
satuan pendidikan khusus pada tingkat pendidikan dasar dan menengah (dalam bentuk
sekolah luar biasa/SLB).

5. Tantangan MP
a. anak-anak usia sekolah yang harus menerima pendidikan yang sesuai,
b. tenaga pendidik yang harus diangkat, disejahterakan dengan menerima gaji dan
insentif yang layak
c. pengelolaan dana-dan kegiatan sekolah yang semakin berkembang dan harus
mengacu pada prinsip akuntabilitas.
d. ditambah lagi dengan perbaikan pengajaran dan membantu guru agar dapat tumbuh
berkembang secara profesional.

6. Definisi sekolah
Sekolah sebagai salah satu bentuk layanan pendidikan yang menyelenggarakan
pendidikan pada pendidikan formal. (UUSPN No. 20 tahun 2003). Sekolah
merupakan pendidikan dalam bentuk lembaga yang menyelenggarakan program
pendidikan untuk mengembangkan potensi peserta didik sesuai dengan tahapan dan
perkembangannya (Cepi Triatna, 2015).

7. Educational Production Function menurut Philif Coomb

INTRUMENTAL
INPUTS


EDUCATED
PEOPLE
RAW Kepribadian,
 INPUT  PROSES (KBM)  OUTPUT 
INPUT pola pikir, dan
sikap yang
matang/dewasa

ENVIRONMENTAL
INPUTS

8. Capacity Learning
Kemampuan manusia berupa intelegensi, kepribadian, perasaan yang kesemuanya
dapat diubah dan dikembangkan melalui proses pendidikan.

9. Produk Pendidikan
a. Ilmu Pengetahuan
b. Barang-barang
c. Layanan/Jasa
d. Perilaku
10. Hasil Pendidikan
Hasil pendidikan dapat di konsumsi untuk dinikmati dan dapat menjadikan sebuah
kesenangan. Hasil pendidikan termasuk keterampilan produktif, juga merupakan
sebuah investasi karena dapat meningkatkan harkat martabat manusia.

11. Tujuan Sekolah


a. Pengalaman belajar anak (Hoy & Miskel, 2008)
b. Tujuan sekolah menurut Smith (Smith, 2002 : 5-6)
1) Intellectual purposes
2) Social purposes
3) Emotional purposes
4) Physichal purposes

12. Sekolah sebagai sistem sosial


Sekolah merupakan sebuah sistem sosial yang unik dengan berbagai budaya
individu yang berbeda menyatu ke dalam satu sistem sekolah. Sekolah terdiri dari
orang-orang yang memiliki hubungan satu sama lain. Setiap orang yang berada di
sekolah memiliki peran yang harus dijalankan supaya sistem interksi tersebut tetap
terjaga.

13. Bidang garapannya meliputi


a. Pengelolan pendidikan
b. Kurikulum
c. Peserta didik
d. Tenaga kependidikan
e. Pembiayaan pendidikan
f. Fasilitas pendidikan
g. Hubungan sekolah dan masyarakat

14. Fungsi
a. Fungsi Perencanaan
1) Menetapkan sementara tujuan yg d dasarkan pada kebutuhan
2) Menetapkan keadaan skr dr pendidikan dlm masyarakat
3) Merumuskan program
4) Menetapkan rangkaian kegiatan

b. Fungsi Pengorganisasian
1) Proses mendistribusikan pekerjaan, wewenang dan tanggung jawab. Didalamnya
ada unsur kesatuan yaitu tujuan wewenang, pengetahuan
2) Menentukan sumber daya dan kegiatan
3) Mengembangkan pokja
4) Penugasan
5) Delegasi kewenangan

c. Fungsi Pengarahan
Mengarahkan semua orang untuk mau bekerja secara efektif. pengarahan adalah
membuat semua anggota kelompok agar mau bekerja sama dan bekerja secara ikhlas
serta bergairah untuk mencapai tujuan sesuai dengan perencanaan dan usaha usaha
pengorganisasian.

d. Fungsi pengendalian
1) menetapkan standar kinerja
2) mengukur kinerja
3) membandingkan unjuk kerja dengan standar yang telah ditetapkan
4) mengambik tindakan korektif saat terdekteksi penyimpangan

Anda mungkin juga menyukai