PERMASALAHAN PENDIDIKAN
KOMPETENSI GURU DALAM MENINGKATKAN KUALITAS
PENDIDIKAN DI INDONESIA
Disusun Oleh:
Ratri Agung Nugroho
(2286170015)
Makalah ini penulis susun sebagai salah satu tugas dari mata kuliah Filsafat
Pendidikan di Semester 2 program studi Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Makalah ini berisikan
tentang seputaran guru dalam hal menjadi seorang guru tidak hanya mampu
menguasai pengetahuan yang ada namun perlu mendalami bahwa tanggung jawab
menjadi seorang guru adalah pengabdian, dan menjadi seorang guru yang
professional adalah kebanggan, artinya juga mempunyai sikap, dan keterampilan
yang baik bagi diri sendiri, masyarakat, maupun bangsa dan Negara.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 2
C. Tujuan Penulisan 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Kondisi Pendidikan di Indonesia 3
B. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Pendidikan 4
C. Hak dan Kewajiban Guru 8
D. Kompetensi Guru Indonesia 10
E. Solusi Untuk Mengatasi Pemasalahan Pendidikan 12
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan 14
B. Saran 14
DAFTAR PUSTAKA 15
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di era modern saat ini, Indonesia harus mampu dalam meningkatkan mutu
pendidikan, sehingga tidak kalah bersaing dengan negara lain. Menurut survei
Political and Economic Risk Consultant(PERC), kualitas pendidikan di
Indonesia berada pada urutan ke-12 dari 12 negara di Asia. Posisi Indonesia
berada di bawah Vietnam. Data yang dilaporkan The World Economic Forum
Swedia (2000), Indonesia memiliki daya saing yang rendah, yaitu hanya
menduduki urutan ke-37 dari 57 negara yang disurvei di dunia. Indonesia pada
saat ini membutuhkan orang-orang yang dapat befikir secara efektif, efisien, dan
produktif. Hal itu dapat diwujudkan jika kita memiliki tenaga pendidik yang
handal dan bisa mencetak generasi bangsa yang pintar dan bermoral.
Salah satu faktor rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia adalah
lemahnya para guru dalam menggali potensi peserta didik. Para pendidik
seringkali memaksakan kehendaknya tanpa pernah memperhatikan kebutuhan,
minat, dan bakat yang dimiliki peserta didiknya. Pendidikan seharusnya
memperhatikan kebutuhan peserta didik, bukan memaksakan sesuatu yang
membuat anak kurang nyaman dalam menuntut ilmu. Proses pendidikan yang
baik adalah dengan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk kreatif.
Guru merupakan salah satu komponen pendidikan yang sangat berperan
penting dalam proses kegiatan belajar mengajar. Kedudukan guru merupakan
posisi yang penting dalam dunia pendidikan khusunya di lembaga pendidikan
formal. Oleh karena itu, kebijakan sertifikasi bagi guru dan dosen memang suatu
langkah yang strategis untuk dapat meningkatkan kualitas pendidikan di
Indoneseia.
Kompetensi guru merupakan penguasan kemampuan yang harus ada dalam
diri guru agar dapat menciptakan kinerja secara tepat dan efektif. Sedangkan
guru yang profesional adalah guru yang memiliki kemampuan dan keahlian
khusus dalam bidang keguruan sehingga mampu melaksanakan tugas dan fungsi
serta kewajiban sebagai guru dengan maksimal.
1
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana kondisi Pendidikan di Indonesia saat ini?
2. Faktor apa saja yang mempengaruhi kualitas Pendidikan di Indonesia?
3. Bagaimana peran Guru dalam proses Pendidikan?
4. Bagaimana solusi yang dapat diberikan dari permasalahan Pendidikan di
Indonesia?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui kondisi Pendidikan di Indonesia saat ini
2. Untuk mengetahui faktor apa saja yang mempengaruhi kualitas Pendidikan
di Indonesia
3. Untuk mengetahui hak dan kewajiban Guru
4. Untuk mengetahui kompetensi yang harus dimiliki oleh Guru
5. Untuk mengetahui solusi dari permasalahan Pendidikan di Indonesia
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
memelihara dan member latihan, ajaran, bimbingan mengenai akhlak dan
kecerdasan pikiran. (KBBI:2009)
Pada abad ke-21 gelombang globalisasi mulai kuat dan terbuka. Kemajuan
teknologi dan perubahan yang terjadi memberikan kesadaran baru bahwa Indonesia
tidak lagi berdiri sendiri. Indonesia berada pada tengah-tengah dunia yang baru,
dunia yang terbuka sehingga orang bebas membandingkan kehidupan dengan
negara lain. Yang mulai dirasakan dari globalisasi ialah ketertinggalan didalam
mutu pendidikan, baik pendidikan formal maupun informal.
4
manusia Indonesia. Tidak perduli bagaimana hasil pembelajaran formal
tersebut, yang terpenting adalah telah melaksanakan pendidikan di jenjang
yang tinggi dan dapat dianggap hebat oleh masyarakat. Anggapan seperti
itu jugalah yang menyebabkan efektifitas pengajaran di Indonesia sangat
rendah. Setiap orang mempunyai kelebihan dibidangnya masing-masing
dan diharapkan dapat mengambil pendidikaan sesuai bakat dan minatnya
bukan hanya untuk dianggap hebat oleh orang lain.
Dalam pendidikan di sekolah menegah misalnya, seseorang yang
mempunyai kelebihan dibidang sosial dan dipaksa mengikuti program studi
IPA akan menghasilkan efektifitas pengajaran yang lebih rendah jika
dibandingkan peserta didik yang mengikuti program studi yang sesuai
dengan bakat dan minatnya. Hal-hal sepeti itulah yang banyak terjadi di
Indonesia. Dan sayangnya masalah gengsi tidak kalah pentingnya dalam
menyebabkan rendahnya efektifitas pendidikan di Indonesia.
5
D2-Kependidikan ke atas. Selain itu, dari sekitar 680.000 guru SLTP/MTs
baru 38,8% yang berpendidikan diploma D3-Kependidikan ke atas. Di
tingkat sekolah menengah, dari 337.503 guru, baru 57,8% yang memiliki
pendidikan S1 ke atas. Di tingkat pendidikan tinggi, dari 181.544 dosen,
baru 18,86% yang berpendidikan S2 ke atas (3,48% berpendidikan S3).
Walaupun guru dan pengajar bukan satu-satunya faktor penentu
keberhasilan pendidikan tetapi, pengajaran merupakan titik sentral
pendidikan dan kualifikasi, sebagai cermin kualitas, tenaga pengajar
memberikan andil sangat besar pada kualitas pendidikan yang menjadi
tanggung jawabnya. Kualitas guru dan pengajar yang rendah juga
dipengaruhi oleh masih rendahnya tingkat kesejahteraan guru.
6
memberi les pada sore hari, menjadi tukang ojek, pedagang mie rebus,
pedagang buku/LKS, pedagang pulsa ponsel, dan sebagainya.
Dengan adanya UU Guru dan Dosen, barangkali kesejahteraan guru
dan dosen (PNS) agak lumayan. Pasal 10 UU itu sudah memberikan
jaminan kelayakan hidup. Di dalam pasal itu disebutkan guru dan dosen
akan mendapat penghasilan yang pantas dan memadai, antara lain meliputi
gaji pokok, tunjangan yang melekat pada gaji, tunjangan profesi, dan/atau
tunjangan khusus serta penghasilan lain yang berkaitan dengan tugasnya.
Mereka yang diangkat pemkot/pemkab bagi daerah khusus juga berhak atas
rumah dinas.
7
Selain itu, hasil studi The Third International Mathematic and
Science Study-Repeat-TIMSS-R, 1999 (IEA, 1999) memperlihatkan
bahwa, diantara 38 negara peserta, prestasi siswa SLTP kelas 2 Indonesia
berada pada urutan ke-32 untuk IPA, ke-34 untuk Matematika. Dalam dunia
pendidikan tinggi menurut majalah Asia Week dari 77 universitas yang
disurvai di asia pasifik ternyata 4 universitas terbaik di Indonesia hanya
mampu menempati peringkat ke-61, ke-68, ke-73 dan ke-75.
8
4. Memperoleh kesempatan untuk meningkatkan kompetensi.
5. Memperoleh dan memanfaatkan sarana dan prasarana pembelajaran untuk
menunjang kelancaran tugas keprofesionalan.
6. Memiliki kebebasan dalam memberikan penilaian dan ikut menentukan
kelulusan, penghargaan, dan/atau sanksi kepada peserta didik
7. sesuai dengan kaidah pendidikan, kode etik guru, dan peraturan perundang-
undangan.
8. Memperoleh rasa aman dan jaminan keselamatan dalam melaksanakan tugas.
9. Memiliki kebebasan untuk berserikat dalam organisasi profesi.
10. Memiliki kesempatan untuk berperan dalam penentuan kebijakan pendidikan.
11. Memperoleh kesempatan untuk mengembangkan dan meningkatkan
kualifikasi akademik dan kompetensi, dan/atau
12. Memperoleh pelatihan dan pengembangan profesi dalam bidangnya.
9
D. Kompetensi Guru Indonesia
Kompetensi guru menurut UU NO. 14 tahun 2005, meliputi 4 dimensi
kompetensi, yakni : kompetensi pedagogik, kompetensi pribadi, kompetensi
profesional, dan kompetensi sosial.
1. Kompetensi Pedagogik
Kompetensi pedagogik berhubungan dengan tugas-tugas guru
sebagai tenaga Pendidik. Pada pokonya kompetensi pedagogik ini terlihat
bagusnya mengajar dan terkuasainya materi ajar oleh murid. Kompetensi
ini berhubungan dengan kemampuan membangkitkan motivasi belajar,
penglolaan kelas, kejelasan tujuan tema ajar , kemampuan menjelaskan
konsep-konsep, ketepatan dan keadilan mengevaluasi hasil belajar, dan lain-
lain.
Tugas utama guru adalah melaksanakan pendidikan dan pengajaran.
Keberhasilan pendidikan mensyaratkan kompetensi pedagogik bagi setiap
guru. Kompetensi pedagogik meliputi 4 butir sebagai berikut:
1) Kemampuan merancang pembelajaran
2) Kemampuan melaksanakan proses pembelajaran
3) Kemampuan menilai proses dan hasil pembelajaran
4) Kemampuam memanfaatkan hasil penelitian untuk
meningkatkan kualitas pembelajaran
2. Kompetensi Pribadi
Kompetensi pribadi guru berhubungan dengan kebutuhan esensial
guru untuk menjalankan tugas-tugas kependidikan. Ada 4 kebutuhan guru
yang paling esensial, yaitu: (1) n-ach (need for achievement), yakni
kebutuhan untuk berprestasi, (2) n-end (need for endurance), yakni
kebutuhan untuk tabah dalam bekerja, (3) n-chg (need for change), yakni
kebutuhan untuk berubah, dan (4) n –aut (need for autonomy), yakni
kebutuhan untuk otonom
Kompetensi kepribadian dapat dirumuskan, sejumlah nilai,
komitmen, dan etika profesional yang mempengaruhi semua bentuk
10
perilaku terhadap murid, teman sekerja, keluarga, dan masyarakat, serta
mempengaruhi motivasi belajar murid, termasuk pengembangan dan secara
profesional. Diantaranya adalah:
1) Empati (empathy)
2) Berpandangan positif terhadap orang lain
3) Berpandangan positif terhadap diri sendiri
4) “Genuine” (authenticity), yakni bersikap jujur
5) Berorientasi kepada tujuan
3. Kompetensi Profesional
Kompetensi profesional guru adalah kemampuan guru dalam
penguasaan ilmu, penelitian, dan pengembangan dalam memajukan horison
ilmu pengetahuan dan teknologi. Guru profesional secara dinamis
mengembangkan wawasan keilmuan, menghasilkan ilmu, seni, dan
teknologi berdasarkan penelitian. Lebih rinci, kompetensi profesional guru
dapat dilihat dari 4 sub, yaitu:
1) Penguasaan materi pelajaran secara luas dan mendalam
2) Kemampuan merancang, melaksanakan, dan menyusun
laporan
3) Kemapuan mengembangkan dan menyebarluaskan inovasi
4) Kemampuan merancang melaksanakan dan menilai
pengabdian kepada masyarakat
4. Kompetensi Sosial
Kompetensi sosial guru adalah kemampuan memahami orang lain
dan bertindak bijaksana dalam hubungan antar manusia, speri
berkomunikasi bergaul, bekerja sama, dan memberi kepada orang lain.
Kompetensi sosial seorang guru dapat dirumuskan suatu kemampuan
melakukan hubungan sosial dengan murid, kolega, karyawan dan
masyarakat untuk menunjang pendidikan. Kompetensi sosial seorang guru,
meliputi:
11
1) Kemampuan menghargai keragaman sosial dan konservasi
lingkungan
2) Menyampakan pendapat dengan runtut, efisien, dan jelas
3) Kemampuan menghargai pendapat orang lain
4) Kemampuan membina suasana kelas
5) Kemampuan membina suasana kerja
6) Kemampuan mendorong peran serta masyarakat
Keempat kompetensi tersebut di atas bersifat holistik dan integratif dalam
kinerja guru. Oleh karena itu, secara utuh sosok kompetensi guru meliputi (a)
pengenalan peserta didik secara mendalam; (b) penguasaan bidang studi baik
disiplin ilmu (disciplinary content) maupun bahan ajar dalam kurikulum sekolah (c)
penyelenggaraan pembelajaran yang mendidik yang meliputi perencanaan dan
pelaksanaan pembelajaran, evaluasi proses dan hasil belajar, serta tindak lanjut
untuk perbaikan dan pengayaan; dan (d) pengembangan kepribadian dan
profesionalitas secara berkelanjutan. Guru yang memiliki kompetensi akan dapat
melaksanakan tugasnya secara profesional
12
pendidikan di Indonesia sekarang ini, diterapkan dalam konteks sistem ekonomi
kapitalisme (mazhab neoliberalisme), yang berprinsip antara lain meminimalkan
peran dan tanggung jawab negara dalam urusan publik, termasuk pendanaan
pendidikan.
Maka, solusi untuk masalah-masalah yang ada, khususnya yang
menyangkut perihal pembiayaan seperti rendahnya jumlah kurangnya guru,
distribusi guru dan kesejahteraan guru berarti menuntut juga perubahan sistem
ekonomi yang ada. Maka sistem kapitalisme saat ini wajib dihentikan dan diganti
dengan sistem ekonomi Islam yang menggariskan bahwa pemerintah-lah yang akan
menanggung segala pembiayaan pendidikan negara.
Kedua, solusi teknis, yakni solusi yang menyangkut hal-hal teknis yang
berkait langsung dengan pendidikan. Solusi ini misalnya untuk menyelesaikan
masalah kualitas guru.
Maka, solusi untuk masalah-masalah teknis dikembalikan kepada upaya-
upaya praktis untuk meningkatkan kualitas sistem pendidikan. Rendahnya kualitas
guru, misalnya, di samping diberi solusi peningkatan kesejahteraan, juga diberi
solusi dengan membiayai guru melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih
tinggi, dan memberikan berbagai pelatihan untuk meningkatkan kualitas guru.
Rendahnya prestasi siswa, misalnya, diberi solusi dengan meningkatkan kualitas
dan kuantitas materi pelajaran, meningkatkan alat-alat peraga dan sarana-sarana
pendidikan, dan sebagainya.
13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Guru selalu mempunyai hak dan kewajiban dalam menjalankan tugasnya.
Dalam menjalankan tanggung jawabnya, guru dituntut mempunyai profesionalisme
yang baik, agar semakin professional dalam menjalankan tugasnya akan terlihat
bahwa guru harus mampu menguasai empat kompetensi yang dimilikinya, dan
komponen-komponen dalam proses belajar mengajar. Selain itu kualitas
pendidikan di Indonesia memang masih sangat rendah bila dibandingkan dengan
kualitas pendidikan di negara-negara lain. Hal-hal yang menjadi penyebab
utamanya yaitu efektifitas, efesiensi, dan standarisasi pendidikan yang masih
kurang dioptimalkan.
B. Saran
Perkembangan dunia di era globalisasi ini memang banyak menuntut
perubahan kesistem pendidikan nasional yang lebih baik serta mampu bersaing
secara sehat dalam segala bidang. Salah satu cara yang harus di lakukan bangsa
Indonesia agar tidak semakin ketinggalan dengan negara-negara lain adalah dengan
menyediakan guru y profesional dan kesejahtraan mereka terlebih dahulu.
14
DAFTAR PUSTAKA
15