Anda di halaman 1dari 21

MODEL PEMBELAJARAN

SINEKTIKS
Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pengembang Sistem Pembelajaran
Dosen Pengampu: Drs. Mudaris Muslim, M.Si

Dipresentantasikan Oleh kelompok 4 :


DANI WIJARNAKO (K3109021)
HIMAWAN CATUR Y. (K3109040)
ITA RAHMAWATI (K3109046)
LINDA DWI S. (K3109049)

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2012

KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia serta berkah-Nya yang begitu besar kepada
penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas tentang makalah “model
pembelajaran sinektik” sebagai salah satu syarat memenuhi tugas penilaian mata
kuliah pengembang system pembelajaran
Penulis menyadari bahwa selesainya tugas ini tidak lepas dari bantuan
berbagai pihak, baik dari segi moril maupun material. Atas segala bimbingan,
dorongan dan nasehat baik secara langsung maupun tidak langsung yang telah
diberikan, maka pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada :

1. Drs. Mudaris Muslim, M.Si selaku Dosen pengampu Mata Pengembang Sistem
Pembelajaran yang telah memberikan arahan dan bimbingan dalam menyusun
makalah ini.
2. Rekan – rekan kelompok sepuluh atas kerjasamanya dalam penyusunan makalah
ini
3. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan tugas yang tidak
dapat penulis sebutkan satu per satu.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk berbagai pihak. Amin

Surakarta, 10 Maret 2012

Penulis

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Memasuki milenium ketiga, lembaga pendidikan dihadapkan pada
tantangan yang sangat krusial, berkaitan dengan penyiapan dan pengembangan
sumber daya manusia yang berkualitas dan mampu berkompetisi dalam
masyarakat global, yang diwarnai oleh ketatnya kompetisi dan revolusi informasi
sebagai dampak dari kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Pendidikan diselenggarakan untuk menyiapkan peserta didik menjadi
pribadipribadi anggota masyarakat yang mandiri. Pribadi yang mandiri adalah
pribadi yang secara mandiri mampu berpikir, menemukan dan menciptakan
sesuatu yang baru, melihat permasalahan serta menemukan cara pemecahan baru
yang bernalar dan lebih dapat dipertanggungjawabkan. Dengan kata lain
pendidikan dapat dimaknai sebagai proses mengubah tingkah laku anak didik agar
menjadi manusia dewasa yang mampu hidup mandiri dan sebagai anggota
masyarakat dalam lingkungan alam sekitar dimana individu itu berada (Sagala,
2005:3), melainkan juga mampu melakukan perubahan dan menciptakan sesuatu
yang baru. Kemandirian ini terbentuk melalui kemampuan berpikir nalar dan
kemampuan berpikir kreatif yang mewujudkan kreativitas. Sumber daya manusia
seperti itu sungguh diperlukan oleh bangsa kita dalam rangka mewujudkan
kehidupan masyarakat yang demokratis, menjunjung tinggi supremasi hukum,
egalitarian, dan religius.
Suatu pendekatan baru yang menarik dalam mengembangkan kreativitas
telah dirancang oleh Gordon dengan nama sinektik. Model sinektik ini merupakan
strategi pengajaran yang baik sekali untuk mengembangkan kemampuan kreatif
dalam menulis (Joyce dan Weil, 1980:182). Dalam proses pengajaran bahasa,
pengembangan dimensi kreativitas sangat penting dan dapat dilaksanakan melalui
berbagai kegiatan berbahasa. Kreativitas merupakan hal yang penting dan menjadi
salah satu ciri manusia yang berkualitas. Munandar (1992:46) mengatakan bahwa
kreativitaslah yang memungkinkan manusia meningkatkan kualitas hidupnya.
Untuk mencapai hal itu, perlulah sikap dan perilaku kreatif dipupuk sejak dini.
Hasil-hasil penelitian mengungkapkan bahwa pengajaran beberapa bidang
studi dengan model sinektik cukup berhasil. Hasil-hasil penelitian tersebut antara
lain: (1) hasil penelitian yang dilakukan Heavilin di Indiana (1982) menunjukkan
bahwa perkuliahan English 104 (komposisi) yang berorientasi sinektik lebih
berhasil meningkatkan sikap positif terhadap mata kuliah 104 daripada
sebelumnya; (2) hasil penelitian yang dilakukan oleh Dodd di Maine (1988)
menunjukkan bahwa para guru yang diajar melalui program pelatihan yang
berbasis sinektik meningkat kemampuannya khususnya dalam perilaku kognitif
(pelatihan dilakukan selama 8 bulan terhadap 12 guru); (3) hasil penelitian yang
dilakukan oleh Ahmad Mulyadiprana (1997:81) menunjukkan bahwa penerapan
model sinektik dalam mengembangkan kreativitas siswa terbukti secara
menyakinkan lebih efektif daripada model pembelajaran konvensional, baik
dalam mengembangkan keterampilan berpikir maupun dalam meningkatkan
prestasi belajar.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apakah model pembelajaran?
2. Apa yang dimaksud dengan model pembelajaran sinektik?
3. Bagaimanakah Langkah dalam pembelajaran sinektik?
4. Apa saja Kebihan dan kelemahan model pembelajaran sinektik?
C. TUJUAN
Menambah pengetahuan kita tentang macam-macam model pembelajran
yang dapat diaplikasikan dalam kegiatan belajar mengajar, agar siswa tidak jenuh.
Dengan penerapan model pembelajaran yang tepat diharapkan mampu
mengembangkan secara maksimal kemampuan siswa.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Model Pembelajaran Sinektik
Model pembelajaran sinektik pertama kali diperkenalkan dan diujicobakan
oleh William Gordon untuk meningkatkan kinerja perusahaan melalui
pengembangan pribadi yang terintegrasi dengan kepribadian yang kompeten,
Yusuf (1993:69). Model sinektik ini berorientasi pada pengembangan pribadi dan
keunikan individu, diutamakan penekanannya pada proses membantu individu
dalam membentuk dan mengorganisasikan realita yang unik. Kelebihan lain dari
model ini adalah lebih banyak memperhatikan kehidupan emosional siswa.
Sinektik dirancang untuk membimbing kita masuk ke dalam dunia yang hampir
tidak masuk akal untuk memberikan pada kita kesempatan menciptakan cara baru
dalam memandang sesuatu, mengekspresikan diri dan mendekati permasalahan.
Dalam hal ini, sinektik diterapkan untuk membantu kita mengembangkan cara-
cara berpikir yang “segar” (bukan sekedar logis) tentang siswa, motif-motif
mereka, sifat hukuman, tujuan kita dan sifat masalah. Kita perlu mengembangkan
empati pada seseorang yang berkonflik dengan kita dan mengakui bahwa kita
mungkin memiliki pendapat yang berbeda dengannya tentang sumber konflik
tersebut. Selain itu, dan yang terpenting, kita perlu berempati karena mungkin kita
terlalu memaksakan diri untuk menggunakan solusi yang “logis” sehingga
membutakan kita melihat kemungkinan-kemungkinan lain yang lebih kreatif
(Joyce & Weil, 2009: 249).
Endraswara (2005:97) mengatakan bahwa model sinektik disebut juga
model Gordon, karena ditawarkan oleh William J.J. Gordon. Menurut
Endraswara, model sinektik sebagai upaya pemahaman (apresiasi) karya puisi
melalui proses metaforik dan analogi.
Hamalik (1986:83) berpendapat bahwa strategi pengajaran sinektik
merupakan suatu strategi untuk menciptakan kelas menjadi suatu masyarakat
intelektual, yang menyediakan berbagai kesempatan bagi siswa untuk bertindak
kreatif dan menjelajahi gagasan-gagasan baru dalam bidang-bidang ilmu
pengetahuan alam, teknologi, dan seni.
Pada dasarnya, kreativitas seseorang dapat dideskripsikan, didorong dan
dapat ditingkatkan dengan sengaja. Proses kreativitas memiliki dua komponen
utama, ialah komponen proses intelektual dan komponen emosional, namun
komponen emosional ini memiliki peranan yang lebih penting, karena kreativitas
pada dasarnya adalah proses emosional. Kreativitas pada diri seseorang atau pada
kelompok dapat ditingkatkan dengan cara menyadari proses kreatif dan
memberikan bantuan secara sadar ke arah terjadinya kreativitas.
Menurut Gordon (Joyce & Weil, 2009: 252), ada empat pandangan yang
melandasi sinektik dan sekaligus menentang pandangan lama tentang kreativitas.
1) Kreativitas merupakan aktivitas yang penting dalam kehidupan sehari- hari. Kita
sering kali mengasosiasikan proses kreatif dengan usaha mengkaji secara besar-
besaran bidang seni atau musik, dan mungkin dengan inovasi baru yang lebih
hebat. Sedangkan Gordon menekankan kreativitas sebagai bagian dari kerja
sehari-hari dan kehidupan waktu senggang. Modelnya dirancang untuk
meningkatkan kapasitas pemecahan masalah, ekspresi, kreatif, empati dan
wawasan ke dalam relasi-relasi sosial. Dia juga menekankan bahwa makna
gagasan dapat ditingkatkan melalui aktivitas kreatif dengan cara melihat sesuatu
dengan lebih kaya.
2) Proses kreativitas tidak bersifat misterius, tapi bisa dijelaskan, dan individu bisa
dilatih secara langsung untuk meningkatkan daya kreativitasnya. Biasanya,
kreativitas dipandang sebagai kapasitas yang misterius, instrinsik dan pribadi bisa
saja dirusak jika prosesnya dijajaki terlalu dalam. Sebaliknya, Gordon percaya
bahwa jika individu-individu memahami dasar proses kreatif, mereka dapat
belajar menggunakan pemahaman tersebut untuk meningkatkan kreativitas saat
mereka hidup dan bekerja, secara independen maupun sebagai anggota suatu
masyarakat / kelompok. Pandangan Gordon bahwa kreativitas ditingkatkan oleh
analisis secara sadar membuat dia mampu mendeskripsikan kreativitas tersebut
dan membuat prosedur-prosedur latihan yang dapat diaplikasikan di sekolah dan
lembaga-lembaga lain.
3) Kreativitas bisa diterapkan dalam segala bidang (kesenian, ilmu pengetahuan, dan
lain-lain). Gagasan ini berbeda dengan kepercayaan umum. Sebenarnya, bagi
banyak orang, kreativitas terbatas pada seni. Dalam teknik dan sains, kreativitas
begitu mudahnya disebut dengan nama baru : penemuan atau inovasi. Padahal,
Gordon menyatakan bahwa hubungan antara pemikiran generatif dalam seni dan
sains sangat kuat.
4) Cara berpikir kreatif yang dilakukan oleh individu atau kelompok tidak memiliki
perbedaan. Baik individu atau kelompok bisa menghasilkan ide dan produk
dengan cara yang sama. Lagi-lagi, ini juga berbeda dengan sikap atau pendirian
banyak orang bahwa kreativitas selalu dianggap sebagai pengalaman pribadi
secara intens, dan tidak dapat dibagi atau dilakukan secara berkelompok (Joyce &
Weil, 2009: 252-253).
Proses sinektik dikembangkan berdasarkan asumsi psikologi kreativitas
(the psychology of creativity), sebagai berikut:
1) Daya kreativitas individu atau kelompok bisa ditingkatkan dengan cara
menjadikan kreativitas sebagai proses yang dilakukan secara sadar dan
menciptakan alat bantu yang eksplisit.
2) Komponen emosional lebih penting daripada komponen intelektual, irasional
lebih penting daripada rasional” (Gordon, 1961a : 6). Kreativitas merupakan
pengembangan pola-pola mental baru. Interaksi yang tidak masuk akal
menyisakan ruang bagi pemikiran yang terus menerus yang dapat menuntun pada
kondisi mental di mana banyak gagasan baru muncul. Kreativitas pada dasarnya
merupakan proses emosional, yang mensyaratkan unsur-unsur irasionalitas dan
emosi untuk meningkatkan proses intelektual. Banyak pemecahan masalah yang
rasional dan cerdas, tetapi dengan menambah hal-hal yang tidak irasional, kita
akan dapat menciptakan kemungkinan-kemungkinan lain yang dapat kita gunakan
untuk meningkatkan gagasan segar.
3) Unsur-unsur emosional, irasional harus dipahami dalam rangka meningkatkan
kemungkinan sukses dalam situasi pemecahan masalah. Dengan kata lain, analisis
terhadap proses irasional dan emosional tertentu dapat membantu individu dan
kelompok untuk meningkatkan kreativitas mereka dengan menggunakan
irasionalitas secara konstruktif. Aspek-aspek irasional dapat dipahami dan
dikontrol secara sadar. Pencapaian kontrol ini, melalui penggunaan metafora dan
analogi secara seksama, merupakan objek sinektik.
Berdasarkan asumsi-asumsi di atas, Gordon menawarkan dua strategi atau
model mengajar, yaitu menciptakan sesuatu yang baru dan memperkenalkan
keanehan produk baru. Strategi pertama dirancang untuk mengenal keanehan,
akan membantu para siswa memahami masalah ide, atau produk dalam sesuatu
yang baru yang akhirnya memperjelas kreativitas. Strategi kedua dirancang untuk
menambah pemahaman siswa, dan memperdalam hal-hal baru atau materi
pelajaran yang sulit. Agar ide-ide yang tidak dikenal akan lebih berarti maka
strategi ini harus membuat sesuatu yang baru.
Dari segi pemikiran dan segi empirik, pelibatan model sinektik dalam
pembelajaran memenuhi kriteria yang cukup baik dalam pengembangan daya
nalar siswa. Hal ini ditegaskan oleh Sudjana dan Suwariyah (1991:49) bahwa
model sinektik adalah suatu pendekatan untuk mengembangkan kreativitas siswa,
termasuk kreativitas dalam menulis. Dalam pelaksanaannya, model ini melibatkan
penggunaan metafora atau analogi melalui perbandingan sebuah objek gagasan
dengan objek gagasan lain.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1991:651) diterangkan bahwa
metafora merupakan istilah linguistik yang berarti pemakaian kata atau kelompok
kata bukan dengan arti yang sebenarnya, melainkan sebagai lukisan yang
berdasarkan persamaan atau perbandingan.
Metafora memperkenalkan jarak konseptual antara orang dengan materi
objek atau subjek dan mendorong pemikiran-pemikiran orisinil. Aktivitas
metaforis selanjutnya tergantung pada pengetahuan siswa, untuk membantu
mereka menghubungkan dan melihat gagasan-gagasan familiar dari perspektif
yang baru. Strategi sinektik dengan menggunakan aktivitas metaforis ini
dirancang untuk menyediakan sebuah susunan yang darinya siswa dapat
membebaskan diri mereka dalam mengembangkan imajinasi dan wawasan dalam
setiap aktivitas sehari-hari (Joyce & Weil, 2009: 254).
Melalui aktivitas metaforis, dalam model sinektik kreativitas menjadi
proses yang dapat dijalankan secara sadar. Metafora-metafora membangun
hubungan perumpamaan, pebandingan mengenai satu objek atau gagasan dengan
objek atau gagasan lain, dengan cara menukar posisi keduanya. Dengan
memperbandingkan dua gagasan ini, proses kreatif akan muncul, yang dapat
menghubungkan sesuatu yang familiar dengan yang asing atau bahkan mampu
membuat gagasan baru dari gagasan-gagasan yang biasa.
Selain menggunakan aktivitas metaforis, model sinektik juga
menggunakan analogi untuk menghasilkan gagasan kreatif atau wawasan segar ke
dalam permasalahan. Analogi telah lama digunakan sebagai salah satu alat bantu
bagi proses penyusunan gagasan secara kreatif. Guna menghentikan kebiasaan
lama serta gagasan usang dan untuk memperkenalkan suasana rileks ke dalam
proses penggalian ide, maka proses sinektik mencoba membuat yang “asing”
menjadi “akrab” dan juga sebaliknya.
Menurut Joyce & Weil (2009:254-257) ada tiga jenis analogi yang
digunakan sebagai basis dalam model sinektik, yaitu analogi personal (personal
analogy), analogi langsung (direct analogy), dan konflik padat (compressed
conflict).
Analogi personal (personal analogy); hakikatnya adalah pada keterlibatan
empatik siswa. Dalam proses ini, siswa diharuskan untuk berempati pada gagasan-
gagasan atau subjek-subjek yang dibandingkan. Siswa harus merasa bahwa
mereka menjadi bagian dari unsur fisik dari masalah tersebut. Dengan kata lain,
analogi personal mengharuskan lepasnya identitas diri sendiri menuju ruang atau
objek lain. Jarak konseptual yang lebih besar tercipta oleh hilangnya diri atau
identitas seseorang (siswa). Ini hanya dapat dilakukan jika siswa lebih kreatif dan
inovatif membuat analogi tersebut. Gordon (Joyce & Weil:255) mengidentifikasi
empat tingkat keterlibatan dalam analogi personal, yaitu:
1. Deskripsi orang pertama terhadap fakta-fakta. Orang tersebut menceritakan daftar
fakta-fakta yang terkenal, tetapi tidak menghadirkan cara baru dalam memandang
objek atau hewan dan tidak menunjukkan keterlibatan empatik. Dalam pengertian
mesin mobil, orang tersebut mungkin berkata “saya merasa berminyak” atau
“saya merasa panas”.
2. Identifikasi orang pertama terhadap emosi. Orang tersebut menceritakan emosi-
emosi umum, tetapi tidak menghadirkan wawasan baru : “Saya merasakuat /
bertenaga” (sebagai mesin mobil).
3. Identifikasi empatik terhadap makhluk hidup. Siswa mengidentifikasi secara
emosional dan kinestik subjek analogi : “Ketika anda tersebut seperti itu, saya
selalu ingin tertawa.”
4. Identifikasi empatik terhadap benda mati. Level ini mengharuskan komitmen
penuh. Orang tersebut melihat dirinya sendiri sebagai objek anorganik dan
mencoba mengeksplorasi masalah dari pandangan simpatik : “Saya merasa
dieksploitasi. Saya tidak dapat menentukan kapan saya berjalan dan kapan saya
berhenti. Seseorang telah melakukan hal ini kepada saya” (sebagai mesin mobil).
Tujuan memperkenalkan tingkatan-tingkatan analogi personal ini bukan
untuk mengidentifikasi bentuk-bentuk aktivitas metaforis, melainkan untuk
menyediakan petunjuk tentang bagaimana jarak konseptual yang baik terbangun.
Gordon percaya bahwa fungsionalitas analogi-analogi secara langsung
sebanding dengan jarak yang tercipta. Semakin lebar jarak, semakin dekat siswa
mampu mendapatkan gagasan-gagasan baru.
Analogi langsung (direct analogy); merupakan perbandingan dua objek
atau konsep. Fungsinya yaitu untuk mentransposisikan kondisi-kondisi topik atau
ituasi permasalahan yang asli pada situasi lain untuk menghadirkan pandangan
baru tentang gagasan atau masalah tersebut. Proses ini melibatkan identifikasi
pada orang, tumbuhan, hewan, atau benda mati.
Sementara Konflik Padat (compressed conflict); secara umum
didefinisikan sebagai frasa yang terdiri dari dua kata dimana kata-kata tersebut
tampak berlawanan dengan kata lain. Contoh-contoh yang dibuat Gordon
misalnya perusak yang menyelamatkan hidup dan api yang bergizi. Konflik padat
juga menyediakan wawasan luas dalam subjek yang baru. Konflik-konflik itu
merefleksikan kemampuan siswa dalam memasukkan dua kerangka rujukan
dengan tetap berpedoman pada satu subjek. Semakin besar jarak antara kerangka
rujukan, semakin besar fleksibilitas mental.

B. Pengertian Model Sinektik

1. Kata sinektik berasal dari bahasa Yunani yang berarti penggabungan


unsur-unsur atau gagasan-gagasan yang berbeda-beda
2. Model Sinektik dapat dipahami sebagai strategi mempertemukan berbagai
macam unsur, dengan menggunakan kiasan untuk memperoleh satu
pandangan baru (Gordon,1980:168).
3. Model Pembelajaran Sinektik. Menurut Joyce, Weil, dan Calhoun
(2000:135) semua model mengajar mengandung unsur model berikut(1)
orientasi model, (2) urutan kegiatan (syntax), sistem sosial (social system),
(4) prinsip reaksi (principle of reaction), (5) sistem penunjang (support
system), dan (6) dampak instruksional dan penyerta (instructional and
nurturant effect). Dalam hal ini model pembelajaran sinektik juga harus
mencakup semua unsur.
Dalam hal ini model pembelajaran sinektik juga harus mencakup semua
unsur tersebut.

a. Orientasi Model,
Istilah sinektik berasal dari bahasa Yunani yang berarti penggabungan unsur-
unsur atau gagasan-gagasan yang berbeda-beda yang tampaknya tidak relevan.
Menurut William J.J. Gordon (1980:168), sinektik berarti strategi
mempertemukan berbagai macam unsur, dengan menggunakan kiasan untuk
memperoleh satu pandangan baru. Selanjutnya Model Sinektik yang ditemukan
dan dirancang oleh William JJ Gordon ini berorientasi meningkatkan kemampuan
pemecahan masalah, ekspresi kreatif, empati dan wawasan dalam hubungan
sosial.
b. Rangkaian Kegiatan
Unsur kegiatan atau sintaksis merujuk pada rincian atau tahapan kegiatan model
sehingga fase-fase kegiatan model tersebut teridentifikasi dengan jelas. Unsur
kedua pembangun model sinektik ini adalah proses belajar mengajar sebagai
struktur model pembelajaran.
Ada dua strategi dari model pembelajaran sinektik, yaitu strategi pembelajaran
untuk menciptakan sesuatu yang baru (creating something new) dan strategi
pembelajaran untuk melazimkan terhadap sesuatu yang masih asing (making the
strange familiar). Kedua strategi dari model pembelajaran sinektik dapat dilihat
pada tabel berikut.
c. Sistem Sosial
Sistem sosial menandakan hubungan yang terjalin antara guru dan siswa,
termasuk norma atau prinsip yang harus dianut dan dikembangkan untuk
pelaksanaan model. Model ini menuntut agar antara guru dan siswa terdapat
hubungan yang kooperatif di mana guru menjalankan dwifungsi sebagai
pemrakarsa dan pengontrol aktivitas siswa pada setiap tahap. Selain itu guru
menjadi fasilitator bagi kegiatan siswa dalam proses belajar mengajar.

d. Prinsip Reaksi
Prinsip reaksi bermakna sikap dan perilaku guru untuk menanggapi dan merespon
bagaimana siswa memproses informasi, menggunakannya sesuai pertanyaan yang
diajukan oleh guru. Tugas penting yang diemban guru pada tahap ini adalah
menangkap kesiapan siswa menerima informasi baru dan aktivitas mental baru
untuk dipahami dan diterapkan.
e. Sistem Pendukung
Sarana yang diperlukan untuk melaksanakan model ini ialah adanya pengajar
yang kompeten menjadi pemimpin dalam proses sinektiks. Kadang-kadang
diperlukan pula sejumlah alat dan bahan atau tempat untuk membuat analogi
yang bersifat fisik. Kelas yang diperlukan, berupa ruangan yang lebij besar yang
memungkinkan terciptanya lingkungan yang kreatif melalui aktivitas yang
bervariasi.
f. Dampak instruksional dan pengiring
Kapasitas kreatif
umum

Kapasitas kreatif
dalam bidang studi

Pencapaian belajar dalam


bidang studi

Keutuhan dan
produktivitas kelompok

Dampak instruksional
Dampak pengiring
4. Sinektik dirancang untuk membimbing kita masuk ke dalam dunia yang hampir
tidak masuk akal untuk memberikan pada kita kesempatan menciptakan cara baru
dalam memandang sesuatu, mengekspresikan diri dan mendekati permasalahan.
Dalam hal ini, sinektik diterapkan untuk membantu kita mengembangkan cara-
cara berpikir yang “segar” (bukan sekedar logis).
C. Strategi Model Pembelajaran Sinektik
Joyce & Weil (2009:257) mengatakan, ada dua strategi dalam model
pengajaran yang didasarkan pada prosedur-prosedur sinektik. Dua strategi
tersebut, yakni membuat sesuatu yang baru (creating something new), dirancang
untuk membuat hal-hal yang familiar menjadi asing, untuk membantu siswa
melihat masalah-masalah, gagasan-gagasan, dan hasil-hasil yang lama dengan
cara yang baru, pandangan yang lebih kreatif. Sedangkan strategi yang kedua,
yakni membuat yang asing menjadi familiar (making the strange familiar),
dirancang untuk membuat gagasan-gagasan yang baru dan tidak familiar menjadi
lebih bermakna. Meskipun dua strategi ini menggunakan tiga jenis analogi tadi,
akan tetapi sasaran, struktur, dan prinsip-prinsip tanggapan, keduanya berbeda.
Kami menyebut membuat sesuatu menjadi baru sebagai strategi pertama
dan membuat sesuatu yang asing menjadi familiar sebagai strategi kedua. Strategi
pertama membantu siswa melihat sesuatu yang biasa dengan cara-cara tidak biasa
dengan menggunakan analogi-analogi untuk membuat jarak konseptual. Kecuali
pada langkah terakhir, di mana siswa kembali pada masalah yang semula, mereka
tidak membuat perbandingan-perbandingan sederhana. Sasaran strategi ini adalah
untuk mengembangkan pemahaman baru: berempati dengan atau pada sikap yang
sedikit berlagak dan menggertak; merancang jalan masuk yang baru; memecahkan
masalah-masalah sosial atau interpersonal, seperti sampah atau dua siswa yang
saling berkelahi, atau memecahkan masalah-masalah pribadi, seperti bagaimana
berkonsentrasi dengan lebih baik saat membaca buku. Peran guru adalah berhati-
hati terhadap analisis atau kesimpulan yang terlalu dini.
Strategi kedua, membuat sesuatu yang asing menjadi familiar, menurut
Joyce & Weil (2009:264-265) untuk meningkatkan pemahaman siswa dan
internalisasi materi yang baru dan yang sulit secara substansif. Dalam strategi ini,
metafora digunakan untuk menganalisis, tidak untuk membuat jarak konseptual
sebagaimana dalam strategi pertama. Contoh, guru mungkin menyajikan konsep
kebudayaan pada siswa-siswanya. Dengan menggunakan analogi-analogi familiar
(seperti dapur atau rumah), siswa mulai menjabarkan/membatasi/menjelaskan
karakteristik-karakteristik yang hadir dan tidak ada dalam konsep. Strategi ini
bersifat analitis dan konvergen: siswa secara terus menerus bergantian antara
mendefinisikan karakteristik subjek yang lebih familiar dengan membandingkan
subjek-subjek tersebut dengan karakteristik-karakteristik topik yang tidak
familiar.
Pada tahap pertama dalam strategi kedua ini, yakni menjelaskan topik
baru, siswa disediakan informasi. Pada tahap kedua, guru atau siswa mengusulkan
analogi langsung. Tahap ketiga meminta siswa untuk “menjadi hal-hal yang
familiar” (mempersonalisasi analogi langsung). Pada tahap keempat, siswa
mengidentifikasi dan menjelaskan poin-poin kesamaan antara analogi dengan
materi substantif. Pada tahap kelima, siswa menjelaskan perbedaan-perbedaan
diantara analogi-analogi. Untuk mengukur pemerolehan informasi baru, siswa
dapat mengusulkan dan menganalisis analogi-analogi familiarnya pada tahap
keenam dan tahap ketujuh. Struktur strategi kedua dapat dilihat dalam tabel
berikut ini

D. Langkah-langkah Model Pembelajaran Sinektik


Senada dengan Joyce & Weil, Hamalik (1986:85) mengungkapkan
pelaksanaan strategi pengajaran sinektik dapat dikembangkan dalam dua bentuk,
dan masing-masing memiliki langkah-langkah kegiatan yang relatif berbeda,
sebagai berikut.
Sinektik bentuk pertama, adalah:
1. Guru mendeskripsikan suatu topik atau suatu situasi/kondisi yang sedang
dihadapi
2. Analogi langsung
Siswa diminta mengidentifikasi situasi lain yang sebanding dengan situasi/topik
yang disajikan oleh guru, dan selanjutnya siswa diminta juga untuk
mendeskripsikan situasi/topik tersebut.
3. Analogi personal
Siswa diminta untuk “mengandaikan dirinya” seolah-olah berada dalam situasi itu
secara empatik (dalam bentuk kegiatan kiasan atau metamorphic activity), dan
kemudian mendeskripsikannya, yakni mendeskripsikan diri sebagai fakta, secara
emosional dan sebagai benda hidup.
4. Mempertentangkan
Siswa diminta untuk memilih suatu situasi/topik yang bertentangan dengan
situasi-situasi yang telah dideskripsikan pada langkah kesatu dan kedua diatas.
5. Analogi langsung
Siswa diminta mengadakan analogi langsung yang lain berdasarkan analogi yang
mempertentangkan.
6. Uji ulang atau tugas yang sesungguhnya
Siswa diminta kembali ke masalah yang sebenarnya, yang harus dipecahkan
dengan memanfaatkan pengalaman-pengalaman sinektik.

MODEL SINEKTIKS
(Gordon dalam Joyce & Well, 1986)
Kegiatan
Kegiatan pengajar Langkah pokok
mahasiswa
Minta mahasiswa
mendeskripsikan suatu
kondisi

 Buat
Minta mahasiswa analogi/pengandaia
membuat analogi langsung n
 Kaji salah satu
analogi

 Buat analogi
Minta mahasiswa personal
membuat analogi personal

Ajukan pertanyaan  Beri jawaban atas


dilematik/konflik pertanyaan
dilematik/konflik

Minta mahasiswa  Buat analogi baru


membuat analogi langsung yang terkait pada
lanjut analogi lama

 Endapkan hasil
analogi dalam
Adakah reeviu hasil kaitan tugas
analogi dan tugas belajar
Sinektik bentuk kedua, adalah:
1. Masukan substantif
Guru memberikan informasi tentang topik baru
2. Analogi langsung
Guru mengajak siswa untuk beranalogi langsung dan kemudian
mendeskripsikannya.
3. Analogi personal
Siswa diminta untuk menjadikan dirinya sebagai objek analogi.
4. Analogi perbandingan
Siswa diminta menjelaskan hal-hal yang sama antara topik baru dan obyek
analogi
5. Menjelaskan perbedaan
Siswa diminta menjelaskan perbedaan antara hal-hal yang telah dianalogikan
sebelumnya.
6. Eksplorasi
Siswa menyelidiki kembali topik semua/asli dengan bahasanya sendiri.
7. Siswa mencari analogi-analogi lainnya dan menyelidiki persamaan dan
perbedaan.

E. Kelebihan dan kelemahan model pembelajaran sinektik


Menurut Humalik (1986:84). Strategi pembelajaran sinektik mempunyai
beberapa kelebihan antara lain,:
a. Strategi ini bermanfaat untuk mengembangkan pengertian baru pada diri siswa
tentang sesuatu masalah sehingga dia sadar bagaimana bertingkah laku dalam
situasi tertentu
b. Strategi ini bermanfaat karena dapat mengembangkan kejelasan pengertian dan
internalisasi pada diri siswa tentang materi baru
c. Strategi ini dapat mengembangkan berfikir kreatif, baik pada diri siswa maupun
pada guru
d. Strategi dilaksanakan dalam suasana kebebasan intelektual dan kesamaan
martabat antar siswa
e. Strategi ini membantu siswa menemukan cara berfikir baru dalam memecahkan
suatu masalah.

Selain kelebihan-kelebihan yang telah dijelaskan diatas, strategi sinektik


juga memiliki beberapa kekurangan, antara lain:
a. Strategi ini sulit dilaksanakan bagi guru dan siswa sudah biasa melaksanakan
pada penyampaian informasi, yang terutama tertuju pada pengembangan aspek
intelektual.
b. Karena strategi ini menitik beratkan pada berfikir reflektif dan imajinatif dalam
kegiatan yang terjadi dalam situasi tertentu, maka ada kemungkinan siswa kurang
menguasai fakta-fakta dan prosedur melaksanakan sesuatu ketrampilan.
c. Untuk memecahkan masalah-masalah ilmiah, maka sangat diperlukan lingkungan
yang memadai dan laboratorium atau sumber-sumber yang serasi dan memadai,
yang mungkin belum terjangkau oleh sekolah-sekolah yang belum maju.
d. Strategi menuntut agar guru mampu menempatkan diri sebagai pemrakasa dan
pembimbing, kemampuan mana belum tentu dimiliki oleh semua guru.
Resume Individu

NO NAMA MATERI
1 Dani Wijarnako Konsep Model Pembelajaran Sinektik.

2 Himawan Catur Yoga Pengertian Model Sinektik.

3 Ita Rahmawati Strategi dan langkah-langkah Model


Pembelajaran Sinektik.
4 Linda Dwi Sholikhah Kelebihan dan kelemahan model pembelajaran
sinektik.
Aplikasi Dalam Bimbingan dan Konseling.

Nama : ITA RAHMAWATI


NIM : K3109046

Strategi dan Tahap – tahap Model Sinektik

Ada dua strategi yang mendasari prosedur sinektik yaitu :


a. Strategi pertama ; menciptakan situasi yang baru
Strategiini dirancang untuk mengenl keanehan yang memnuat para siswa
memahami masalah, ide, atau produk dalam sesuatu yang baru yang akhirnya
memperjelas kreatifitas.
Strategi ini membantu para siswa melihat sesuatu yang dikenalnya melalui sesuau
yang tidak dikenal dengan menggunakan analogi – analogi untuk menciptakan
konsep jarak. Tahapan dari strategi ini antara lain :
- Tahap pertama : mendiskribsikan kondisi saat ini
Guru menyuruh siswa untuk mendiskribsikan situasi atau suatu topik yang mereka
lihat saat ini
- Tahap kedua : analogi langsung
Para siswa mengemukakan analogi langsung, salah satu diseleksi dan selanjutnya
dikembangkan
- Tahap ketiga : analogi persona
Para siswa “menjadi ‘analogi yang diseleksinya pada fase kedua
- Tahap keempat :konflik ditekan
Berdasarkan fase ke dua dan ketiga siswa mengemukakan beberapa konflik dan
dipilih salah satu
- Tahap kelima analogi langsung
Para siswa mengembangkan dan menyaleksi analogilangsung lainnya berdasarkan
konflik tadi
- Tahap keenam meinjau tugas yang sebenarnya
Guru menyuuh para siswa meninjau kembali tugas atau masalah yang sebenarnya
dan menggunakan analogi yang terakhir atau maduk pada pengalaman sinektik.

b. Strategi kedua : memperkenalkan keaehan


Strategi ini dirancang untuk membuat sesuatu yang baru, ide – ide yang tidak
dikenal akaan lenih berarti. Strategi kedua, merupakan keanehan.
Nama : LINDA DWI SHOLIKHAH
NIM : K3109049

D. Kelebihan dan kelemahan model pembelajaran sinektik


Model pembelajaran sinektik merupakan suatu pendekatan yang
digunakan untuk mengembangkan kreativitas pada peserta didik. Pada model
pembelajaran sinektik tentunya memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan jika
diterapkan pada mata pelajaran. Diantaranya adalah:
f. penggunaan model sinektik dapat mengembangkan kemampuan berfikir kreatif
siswa
g. Para siswa terlibat aktif selama proses pembelajaran,
h. secara umum model sinektik dapat meningkatkan seluruh aspek yang berkaitan
dengan keterampilan menulis
i. keunggulan model belajar sinektik adalah melatih sistematika berpikir sehingga
memotivasi untuk berbuat lebih kreatif,
j. Strategi ini bermanfaat untuk mengembangkan pengertian baru pada diri siswa
tentang sesuatu masalah sehingga dia sadar bagaimana bertingkah laku dalam
situasi tertentu
k. Strategi ini bermanfaat karena dapat mengembangkan kejelasan pengertian dan
internalisasi pada diri siswa tentang materi baru
l. Strategi ini dapat mengembangkan berfikir kreatif, baik pada diri siswa maupun
pada guru
m. Strategi dilaksanakan dalam suasana kebebasan intelektual dan kesamaan
martabat antar siswa
n. Strategi ini membantu siswa menemukan cara berfikir baru dalam memecahkan
suatu masalah.

Selain kelebihan-kelebihan yang telah dijelaskan diatas, strategi sinektik


juga memiliki beberapa kekurangan, antara lain:
e. waktu yang dibutuhkan cukup lama karena perlu latihan adaptasi lebih dahulu
untuk dapat belajar mandiri dalam mengkonstruksi pengetahuannya
f. pembelajaran dengan menggunakan model sinektik memerlukan kreativitas yang
tinggi. Artinya tahap pada model sinektik belum dapat dilaksanakan pada
berbagai tingkat usia. Misalnya pada anak usia SD masih jarang ditemukan uyang
menggunakann model pembelajaran sinektiks
g. Strategi ini sulit dilaksanakan bagi guru dan siswa sudah biasa melaksanakan
pada penyampaian informasi, yang terutama tertuju pada pengembangan aspek
intelektual. Karena pada model pembelajaran ini siswa yang dituntut untuk
kreatif.
h. Karena strategi ini menitik beratkan pada berfikir reflektif dan imajinatif dalam
kegiatan, maka ada kemungkinan siswa kurang menguasai fakta-fakta dan
prosedur melaksanakan sesuatu ketrampilan.
i. Untuk memecahkan masalah-masalah ilmiah, maka sangat diperlukan lingkungan
yang memadai dan laboratorium atau sumber-sumber yang serasi dan memadai,
yang mungkin belum terjangkau oleh sekolah-sekolah yang belum maju.
j. Strategi menuntut agar guru mampu menempatkan diri sebagai pemrakasa dan
pembimbing, kemampuan mana belum tentu dimiliki oleh semua guru.

Anda mungkin juga menyukai