Anda di halaman 1dari 15

BAB I.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Supervisi secara umum merupakan kegiatan yang dilakukan oleh atasan terhadap bawahan dalam rangka peningkatan mutu program, proses, dan produk. Bila diterapkan dalam bidang pendidikan timbullah supervisi pendidikan yang meliputi supervisi Akademik, supervisi Administratif, dan supervisi Manajerial. Boardman (dalam Sahertian. 2000: 17) mendifinisikan supervisi sebagai usaha menstimulasi, mengkoordinasi, dan membimbing secara kontinyu pertumbuhan guru-guru dan sekolah secara individual maupun kolektif agar mengerti dan lebih efektif dalam mewujudkan seluruh fungsi pengajaran, sedangkan menurut Nerney, mendifinisikan supervisi adalah prosedur memberi arah serta mengadakan secara kritis terhadap proses pengajaran. Supervisi sebagai suatu teknik pelayanan yang mempunyai tujuan umum yaitu mempelajari dan memperbaiki secara bersama-sama faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak didik. Supervisi berfungsi dalam peningkatan mutu pembelajaran, memicu komponen pembelajaran, dan membina serta memimpin. Ruang lingkup supervisi pendidikan adalah pembelajaran sebagai suatu sistem yang mencakupi komponen siswa, kurikulum, guru, metode, media, prasarana dan sarana, pengelolaan dan lingkungan. Komponen-komponen dalam sistem pembelajaran itu menjadi sasaran supervisi. Adapun tujuan supervisi adalah peningkatan kinerja guru dalam kaitannya dengan

program, proses, dan produk pembelajaran yang bemuara pada peningkatan mutu pendidikan. Kegiatan pokok supervisi adalah melakukan pembinaan kepada sekolah pada umumnya dan guru pada khususnya agar kualitas

pembelajaran

meningkat.

Sebagai

dampak

meningkatnya

kualitas

pembelajaran, tentu dapat pula meningkatkan prestasi belajar siswa, dan itu berarti dapat meningkatkan kualitas lulusan sekolah. Tidak semua guru yang dididik dilembaga pendidikan terlatih dengan baik dan kualified. Potensi sumberdaya guru itu perlu terus menerus tumbuh dan berkembang agar dapat melakukan fungsinya secara profesional. Selain itu pengaruh perubahan yang sangat cepat mendorong guru-guru untuk terus menerus belajar menyesuaikan diri dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta mobilitas

masyarakat. Itulah sebabnya diperlukan supervisi pendidikan yang bertolak dari keyakinan dasar bahwa guru adalah suatu profesi. Suatu profesi selalu tumbuh dan berkembang serta ditentukan oleh faktor internal maupun eksternal. Pelaksanaan supervisi akademik untuk meningkatkan kemampuan profesional guru dan meningkatkan kualitas pembelajaran melalui proses pembelajaran yang baik, sangat penting dilakukan. Oleh karena itu kegiatan supervisi hendaknya rutin dilaksanakan disekolah sebagai salah satu kegiatan yang dipandang positif dalam proses peningkatan pembelajaran.

B. Rumusan Masalah Dari uraian latar belakang diatas maka dapat dirumuskan permasalahan: 1. Apakah yang dimaksud Supervisi Akademik?, 2. Apa saja Dimensi Substansi Supervisi Akademik?, dan 3. Bagaimana Implementasi Supervisi Akademik dalam proses Pembelajaran?.

BAB II. PEMBAHASAN A. Konsep Supervisi Akademik

1. Pengertian Supervisi Akademik Supervisi akademik adalah serangkaian kegiatan membantu guru

mengembangkan kemampuannya mengelola proses pembelajaran demi pencapaian tujuan pembelajaran Glickman (1981). Sementara itu, Mukhtar (2009) menyebutkan bahwa Supervisi akademik merupakan suatu usaha mengkoordinasi dan membimbing secara kontinyu pertumbuhan guru-guru disekolah baik secara individu maupun kelompok yang ditujukan pada perbaikan-perbaikan dan pembinaan aspek pengajaran. Dengan demikian, esensi supervisi akademik itu sama sekali bukan menilai unjuk kerja guru dalam mengelola proses pembelajaran, melainkan membantu guru

mengembangkan kemampuan profesionalismenya. Meskipun demikian, supervisi akademik tidak bisa terlepas dari penilaian unjuk kerja guru dalam mengelola pembelajaran. Apabila di atas dikatakan, bahwa supervisi akademik merupakan serangkaian kegiatan membantu guru mengembangkan kemampuannya mengelola proses pembelajaran, maka menilai unjuk kerja guru dalam mengelola proses pembelajaran merupakan salah satu kegiatan yang tidak bisa dihindarkan prosesnya (Sergiovanni, 1987). Penilaian unjuk kerja guru dalam mengelola proses pembelajaran sebagai suatu proses pemberian estimasi kualitas unjuk kerja guru dalam mengelola proses pembelajaran, merupakan bagian integral dari serangkaian kegiatan supervisi akademik. Apabila dikatakan bahwa supervisi akademik merupakan serangkaian kegiatan membantu guru mengembangkan kemampuannya, maka dalam pelaksanaannya terlebih dahulu perlu diadakan penilaian kemampuan guru, sehingga bisa ditetapkan aspek yang perlu dikembangkan dan cara mengembangkannya.Sergiovanni (1987) menegaskan bahwa refleksi praktis penilaian unjuk kerja guru dalam supervisi akademik adalah melihat realita kondisi untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan, misalnya: Apa yang

sebenarnya terjadi di dalam kelas? Apa yang sebenarnya dilakukan oleh guru dan murid-murid di dalam kelas? Aktivitas-aktivitas mana dari keseluruhan aktivitas di dalam kelas itu yang berarti bagi guru dan murid? Apa yang telah dilakukan oleh guru dalam mencapai tujuan akademik? Apa kelebihan dan kekurangan guru dan bagaimana cara mengembangkannya?. Berdasarkan jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan ini akan diperoleh informasi mengenai kemampuan guru dalam mengelola kegiatan pembelajaran. Namun satu hal yang perlu ditegaskan di sini, bahwa setelah melakukan penilaian unjuk kerja guru tidak berarti selesailah tugas atau kegiatan supervisi akademik, melainkan harus dilanjutkan dengan perancangan dan pelaksanaan pengembangan kemampuannya. Dengan demikian, melalui supervisi

akademik guru akan semakin mampu memfasilitasi belajar bagi muridmuridnya. Menurut Alfonso, Firth, dan Neville seperti dikutip Mukhtar (2009: 5152) ada tiga konsep pokok dalam pengertian supervisi akademik: 1. Supervisi akademik harus secara langsung mempengaruhi dan

mengembangkan perilaku guru dalam mengelola proses pembelajaran, 2. Perilaku supervisor dalam membantu guru mengembangkan

kemampuannya harus didesain secara ofisial, sehingga jelas waktu mulai dan berakhirnya program pengembangan tersebut, dan 3. Tujuan akhir supervisi akademik adalah agar guru semakin mampu memfasilitasi belajar bagi siswanya. 2. Tujuan Supervisi Akademik Tujuan supervisi akademik adalah membantu guru mengembangkan kemampuannya mencapai tujuan pembelajaran yang dicanangkan bagi muridmuridnya (Glickman, 1981). Melalui supervisi akademik diharapkan kualitas akademik yang dilakukan oleh guru semakin meningkat (Neagley, 1980). Pengembangan kemampuan dalam konteks ini janganlah ditafsirkan secara

sempit, semata-mata ditekankan pada peningkatan pengetahuan dan keterampilan mengajar guru, melainkan juga pada peningkatan komitmen (commitmen) atau kemauan (willingness) atau motivasi (motivation) guru, sebab dengan meningkatkan kemampuan dan motivasi kerja guru, kualitas pembelajaran akan meningkat. Sedangkan menurut Sergiovanni dalam Mukhtar (2009: 53)ada empat tujuan supervisi akademik, yaitu: 1. Meningkatkan efektivitas dan efisiensi proses pembelajaran, 2. Pengawasan kualitas, supervisor dapat memonitor proses pembelajaran disekolah. 3. Pengembangan mengembangkan profesional; supervisor dalam dapat membantu guru

kemampuannya

memahami

pembelajaran,

kehidupan dikelas, serta mengembangkan ketrampilan mengajarnya, 4. Memotivasi guru; supervisor dapat mendorong guru untuk menerapkan dan mengembangkan kemampuannya serta bertanggung jawab dalam melaksanakan tugas-tugas mengajarnya. Supervisi akademik yang baik adalah supervisi yang mampu berfungsi mencapai multitujuan tersebut di atas. Tidak ada keberhasilan bagi supervisi akademik jika hanya meperhatikan salah satu tujuan tertentu dengan mengesampingkan tujuan lainnya. Hanya dengan merefleksi ketiga tujuan inilah supervisi akademik akan berfungsi mengubah perilaku mengajar guru. Pada gilirannya nanti perubahan perilaku guru ke arah yang lebih berkualitas akan menimbulkan perilaku belajar murid yang lebih baik. Alfonso, Firth, dan Neville (1981) mengemukakan bahwa perilaku supervisi akademik secara langsung berhubungan dan berpengaruh terhadap perilaku guru. Ini berarti, melalui supervisi akademik, supervisor mempengaruhi perilaku mengajar guru sehingga perilakunya semakin baik dalam mengelola proses belajar mengajar. Selanjutnya perilaku mengajar guru yang baik itu akan mempengaruhi perilaku belajar murid. Dengan demikian, bisa disimpulkan bahwa tujuan akhir supervisi akademik adalah terbinanya perilaku belajar murid yang lebih baik.

Berkaitan dengan prinsip-prinsip supervisi akademik, akhir-akhir ini, beberapa literatur telah banyak mengungkapkan teori supervisi akademik sebagai landasan bagi setiap perilaku supervisi akademik. Beberapa istilah, seperti demokrasi (democratic), kerja kelompok (team effort), dan proses kelompok (group process) telah banyak dibahas dan dihubungkan dengan konsep supervisi akademik. Pembahasannya semata-mata untuk

menunjukkan kepada kita bahwa perilaku supervisi akademik itu harus menjauhkan diri dari sifat otoriter, di mana supervisor sebagai atasan dan guru sebagai bawahan. Begitu pula dalam latar sistem persekolahan, keseluruhan anggota (guru) harus aktif berpartisipasi, bahkan sebaiknya sebagai prakarsa, dalam proses supervisi akademik, sedangkan supervisor merupakan bagian dari kegiatan supervisi tersebut. 3. Fungsi Supervisi Akademik Fungsi supervisi menyangkut dalam bidang kepemimpinanan, hubungan kemanusiaan, pembinaan proses kelompok, administrasi personil, dan bidang evaluasi (Purwanto, 2008). Supervisi yang dilakukan secara insentif kepada guru, secara tidak langsung akan berdampak kepada siswa yaitu ikut terangkat prestasi belajarnya. Supervisi bertujuan untuk membantu guru dalam memahami tujuan pendidikan dan apa peran sekolah dalam mencapai tujuan tersebut. Selain itu supervisi juga memantau guru dalam melihat secara lebih jelas dalam memahami keadaan dan kebutuhan siswanya. Suharsimi (2004: 13) menyebutkan sedikitnya ada tiga fungsi supervisi, yaitu (1) sebagai kegiatan meningkatkan mutu pembelajaran, (2) sebagai pemicu atau penggerak terjadinya perubahan pada unsur-unsur yang terkait dengan pembelajaran, dan (3) sebagai kegiatan memimpin dan membimbing. Secara lebih rinci, Swearingen (1961), sebagaimana yang dikutip oleh Sahertian (2000: 21-25) menyebut delapan fungsi supervisi, yaitu: (1) mengkoordinasi semua usaha sekolah, (2) memperlengkapi kepemimpinan

sekolah, (3) memperluas pengalaman para guru, (4) menstimulasi usahausaha yang kreatif, (5) memberi fasilitas dan penilaian secara terus menerus, (6) menganalisa situasi belajar mengajar, (7) memberikan pengetahuan dan ketrampilan kepada setiap anggota staf, dan (8) memberi wawasan yang lebih luas dan terintegrasi dalam merumuskan tujuan pendidikan dan meningkatkan kemampuan mengajar guru. Dari kedua pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa fungsi dari supervisi akademik adalah sebagai saran perbaikan program dan proses serta mutu produk pendidikan. Dengan demikian supervisi akademik merupakan keharusan yang harus diterapkan bagi seluruh lembaga pendidikan (sekolah) sebagai wujud pencerahan dan perbaikan secara terus menerus didalam mendukung suksesnya program lembaga pendidikan (sekolah) tersebut. 4. Prinsip dalam Pelaksanaan Supervisi Akademik Masalah yang dihadapi dalam melaksanakan supervisi dikalangan pendidikan ialah bagaimana cara mengubah pola pikir yang bersifat otokrat dan korektif menjadi sifat yang konstruktif dan kreatif. Suatu sikap yang menciptakan situaasi dan relasi dimana guru merasa aman dan diterima sebagai subjek yang dapat berkembang sendiri dalam meningkatkan proses pembelajaran disekolah. Untuk itu dalam kegiatan supervisi seorang supervisor haruslah mengikuti prinsip-prinsip yang dapat dijadikan sebagai pedoman dalam menjalankan tugasnya. Dalam hal ini Sahertian (2000, 132) membagi supervisi dalam empat prinsip, yaitu: (1) prinsip ilmiah, (2) prinsip demokratis, (3) prinsip kerjasama, (4) prinsip konstruktif dan kreatif. Sedangkan Depdiknas (2000, 1320) menyebutkan ada enam prinsip dalam supervisi, yaitu: (1) hubungan konsultatif kolegial, (2) demokratis, (3) terpusat pada guru, (4) disesuaikan dengan kebutuhan guru, (5) umpan balik, (6) didasarkan pada kebutuhan profesional.

Ada beberapa prinsip lain yang yang dikemukakan oleh Suharsimi (2000: 19-21) dalam melaksanakan supervisi akademik, yaitu: 1. Bersifat memberikan bimbingan dan bantuan kepada guru dan staf sekolah lain untuk mengatasi masalah dan mengatasi kesulitan, bukan mencari-cari kesalahan, 2. Pemberian bantuan dan bimbingan dilakukan secara langsung dan tidak ada paksaan, 3. Apabila supervisor merencanakan akan memberikan saran atau umpan balik, sebaiknya disampaikan sesegera mungkin agar tidak lupa. Dalam hal ini sebaiknya supervisor memberikan kesempatan kepada pihak yang disupervisi untuk mengajukan pertanyaan atau jawaban, 4. Kegiatan supervisi sebaiknya dilakukan secara berkala, bukan menurut minat dan kesempatan yang dimiliki oleh supervisor. 5. Dalam kegiatan supervisi hendaknya mencerminkan adanya hubungan yang baik antara supervisor dan yang disupervisi, 6. Dalam kegiatan supervisi sebaiknya supervisor membuat catatan singkat , berisi hal-hal penting yang diperlukan untuk membuat laporan. . B. Dimensi-dimensi Substansi Supervisi Akademik.

Para pakar pendidikan telah banyak menegaskan bahwa seseorang akan bekerja secara profesional apabila ia memiliki kompetensi yang memadai. Seseorang tidak akan bisa bekerja secara profesional apabila ia hanya memenuhi salah satu kompetensi di antara sekian kompetensi yang dipersyaratkan. Kompetensi tersebut merupakan perpaduan antara

kemampuan dan motivasi. Betapapun tingginya kemampuan seseorang, ia tidak akan bekerja secara profesional apabila ia tidak memiliki motivasi kerja yang tinggi dalam mengerjakan tugas-tugasnya. Sebaliknya, betapapun tingginya motivasi kerja seseorang, ia tidak akan bekerja secara profesional apabila ia tidak memiliki kemampuan yang tinggi dalam mengerjakan tugastugasnya.

Selaras dengan penjelasan ini adalah satu teori yang dikemukakan oleh Glickman (1981). Menurutnya ada empat prototipe guru dalam mengelola proses pembelajaran. Prototipe guru yang terbaik, menurut teori ini, adalah guru prototipe profesional. Seorang guru bisa diklasifikasikan ke dalam prototipe profesional apabila ia memiliki kemampuan tinggi (high level of abstract) dan motivasi kerja tinggi (high level ofcommitment).

Penjelasan di atas memberikan implikasi khusus kepada apa seharusnya program supervisi akademik. Supervisi akademik yang baik harus mampu membuat guru semakin kompeten, yaitu guru semakin menguasai kompetensi, baik kompetensi kepribadian, kompetensi pedagogik,

kompetensi profesional, dan kompetensi sosial. Oleh karena itu supervisi akademik harus menyentuh pada pengembangan seluruh kompetensi guru. Sehubungan dengan pengembangan kedua dimensi ini, menurut Neagley (1980) terdapat dua aspek yang harus menjadi perhatian supervisi akademik baik dalam perencanaannya, pelaksanaannya, maupun penilaiannya. Pertama, apa yang disebutkan dengan substantive aspects of professional development (yang selanjutnya akan disebut dengan aspek substantif). Aspek ini menunjuk pada kompetensi guru yang harus dikembangkan melalui supervisi akademik. Aspek ini menunjuk pada kompetensi yang harus dikuasai guru. Penguasaannya merupakan sokongan terhadap keberhasilannya mengelola proses pembelajaran.

Merujuk pada Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen, ada empat kompetensi guru yang harus dikembangkan melalui supervisi akademik, yaitu yaitu kompetensi kepribadian, pedagogik, profesional, dan sosial. Aspek substansi pertama dan kedua

merepresentasikan nilai, keyakinan, dan teori yang dipegang oleh guru tentang hakikat pengetahuan, bagaimana murid-murid belajar, penciptaan hubungan guru dan murid, dan faktor lainnya. Aspek ketiga berkaitan dengan seberapa luas pengetahuan guru tentang materi atau bahan pelajaran pada bidang studi yang diajarkannya.

Kedua, apa yang disebut dengan professional developmentcompetency areas (yang selanjutnya akan disebut dengan aspek kompetensi). Aspek ini menunjuk pada luasnya setiap aspek substansi. Guru tidak berbeda dengan kasus profesional lainnya. Ia harus mengetahui bagaimana mengerjakan (know how to do) tugas-tugasnya. Ia harus memiliki pengetahuan tentang bagaimana merumuskan tujuan akademik, murid-muridnya, materi pelajaran, dan teknik akademik. Tetapi, mengetahui dan memahami keempat aspek substansi ini belumlah cukup. Seorang guru harus mampu menerapkan pengetahuan dan pemahamannya. Dengan kata lain, ia harus bisa mengerjakan (can do). Selanjutnya, seorang guru harus mau mengerjakan (will do) tugas-tugas berdasarkan kemampuan yang dimilikinya. Percuma saja pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki oleh seorang guru, apabila ia tidak mau mengerjakan tugas-tugasnya dengan sebaik-baiknya. Akhirnya seorang guru harus mau mengembangkan (will grow) kemampuan dirinya sendiri. Dan supervisi akademik yang baik adalah supervisi yang mampu menghantarkan guru-guru menjadi semakin kompeten.

C.

Implementasi Supervisi Akademik Dalam Proses Pembelajaran Kajian yang dilakukan oleh Depdiknas, Bapenas, dan Bank Dunia (1999)

mengemukakan bahwa guru merupakan kunci penting dalam keberhasilan memperbaiki mutu pendidikan. Masalah mutu pendidikan pada esensinya menyangkut masalah kualitas mengajar yang dilakukan oleh guru. Melalui supervisi, para guru sebagai pelaku utama dalam penyelenggaraan sistem pendidikan dapat dibantu pertumbuhan dan dan perkembangan profesinya bagi pencapaian tujuan pembelajaran. Tugas supervisor diantaranya melaksanakan pembinaan dan penilaian teknik dan administratif pendidikan terhadap sekolah yang menjadi tanggungjawabnya. Tugas ini dilakukan melalui pemantauan, supervisi, evaluasi, pelaporan, dan tindak lanjut hasil pengawasan. Supervisi akademik dapat dilakukan oleh pengawas, kepala sekolah, dan guru yang ditugasi oleh kepala sekolah untuk melakukan tugas sebagai penyelia. Dan untuk

10

membantu para penyelia melaksanakan supervisi akademik yang terprogram, terarah, dan berkesinambungan. Kata kunci dalam supervisi pengajaran (akademik) bukanlah pengawasan, namun bantuan pada guru untuk meningkatkan proses pembelajaran. Pentingnya pelaksanaan supervisi akademik untuk meningkatkan kemampuan profesional guru dan meningkatkan kualitas pembelajaran melalui proses pembelajaran yang baik serta membantu guru dan kepala sekolah menciptakan lulusan yang baik dari segi kualitas maupun kuantitas. Oleh karena itu, kegiatan supervisi ini hendaknya rutin dilaksanakan di sekolah sebagai salah satu kegiatan yang dipandang positif dalam meningkatkan proses pembelajaran. Apabila konsep-konsep ideal tersebut dilaksanakan, maka dapat diharapkan kualitas pendidikan akan meningkat secara signifikan. Supervisi (akademik) merupakan kegiatan pembinaan yang direncanakan dengan memberi bantuan teknis kepada guru dan pegawai lainnya dalam melaksanakan proses pembelajaran, atau mendukung proses pembelajaran yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan profesional guru dan meningkatkan kualitas pembelajaran secara efektif. Supervisi akademik sebaiknya dilakukan dengan pendekatan supervisi klinis yang dilaksanakan secara berkesinambungan melalui tahapan pra-observasi, observasi

pembelajaran, dan pasca observasi.Idealita supervisi akademik tersebut, praktiknya di lapangan selama ini masih jauh dari harapan. Berbagai kendala baik yang disebabkan oleh aspek struktur birokrasi yang rancu, maupun kultur kerja dan interaksi supervisor dengan guru yang kurang mendukung, telah mendistorsi nilai ideal supervisi pengajaran di sekolah-sekolah. Apa yang selama ini dilaksanakan oleh para Pengawas pendidikan, belum bergeser dari nama jabatan itu sendiri, yaitu sekedar mengawasi. Dalam melaksanakan supervisi akademik, supervisor hendaknya memiliki peranan sebagai: 1.Mitra guru dalam meningkatkan mutu proses dan hasil pembelajaran dan bimbingan,

11

2. Inovator dan pelopor dalam mengembangkan inovasi pembelajaran dan bimbingan, 3. Konsultan pendidikan dan pembelajaran, 4. Konselor bagi guru dan seluruh tenaga kependidikan, dan 5.Motivator kependidikan. Adapun sasaran supervisi akademik antara lain adalah untuk membantu guru dalam hal: (a) merencanakan kegiatan pembelajaran dan atau bimbingan, (b) melaksanakan kegiatan pembelajaran atau bimbingan, (c) menilai proses dan hasil pembelajaran atau bimbingan, (d) memanfaatkan hasil penilaian untuk peningkatan layanan pembelajaran atau bimbingan, (e) memberikan umpan balik secara tepat dan teratur dan terus menerus pada peserta didik, (f) melayani peserta didik yang mengala mi kesulitan belajar, (g) memberikan bimbingan belajar pada peserta didik, (h) menciptakan lingkungan belajar yang menyenangkan, (i) mengembangkan dan untuk meningkatkan kinerja guru dan semua tenaga

memanfaatkan alat bantu dan media pembelajaran atau

bimbingan, (j)

memanfaatkan sumber-sumber belajar, (k) mengembangkan interaksi pembelajaran atau bimbingan (metode, strategi, teknik, model, pendekatan dan sebagainya) yang tepat dan berdaya guna, (l) melakukan penelitian praktis bagi perbaikan pembelajaran atau bimbingan, dan (m)

mengembangkan inovasi pembelajaran atau bimbingan, perhatian terhadap siswa, pengelolaan kelas, teknik mengajar, hasil belajar, buku, alat dan bahan ajar, pemberian dan pengayaan pengajaran.

12

BAB III. PENUTUP

Dari pemaparan makalah di atas dapat penulis simpulkan bahwa Supervisi adalah suatu proses bimbingan dari seorang supervisor kepada para guru dan pegawai yang langsung menangani belajar siswa guna memperbaiki situasi belajar mengajar para siswa agar para siswa dapat belajar secara efektif dengan prestasi belajar yang semakin meningkat. Tujuan dari supervisi pendidikan itu sendiri adalah perbaikan proses belajar mengajar termasuk di dalamnya adalah memperbaiki mutu mengajar guru juga membina profesi guru dengan cara pengadaan fasilitas yang menunjang kelancaran proses belajar mengajar dan keterampilan guru, selain itu memberikan bimbingan dan pembinaan dalam hal implementasi kurikulum, pemilihan dan penggunaan metode mengajar dan teknik evaluasi pengajaran. Prinsip supervisi pendidikan terdiri atas prinsip ilmiah, demokratis, kerja sama, dan konstruktif kreatif. Peranan supervisi pendidikan adalah memudahkan supervisor dalam mensupervisi pekerjaan yang dilakukan oleh tenaga kependidikan. Kemudian sasaran supervisi pendidikan ditujukan pada usaha memperbaiki situasi belajar mengajar antara guru dan murid sehingga berguna bagi peningkatan mutu pembelajaran.

13

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2004. Dasar-Dasar Supervisi. Jakarta: Rineka Cipta . Burhanuddin, dkk. 2007. Supervisi Pendidikan dan Pengajaran: Konsep, Pendekatan, dan Penerapan Pembinaan Profesional. Malang: Rosindo. Edisi Revisi.

Madja, W.. 2002. Manajemen Pendidikan dan Supervisi Pengajaran: Kumpulan Karya Tulis Terpublikasi. Malang: Wineka Media. Cet. Ke-3.

Mukhtar, dan Iskandar. 2009. Orientasi Baru Supervisi Pendidikan, Jakarta: Gaung Persada.

Mantja, W. 2007, Profesionalisasi Tenaga Kependidikan: Manajemen Pendidikan dan Supervisi Pengajaran. Malang: Elang Mas

Direktorat Tenaga Kependidikan, Dirjen Peningkatan Mutu Pendidikan dan Tenaga Kependidikan. Depdiknas. 2008. Metode dan Teknik Supervisi. Jakarta.

Pidarta, Made. 2009. Supervisi Pendidikan Kontekstual .Jakarta: PT Rineka Cipta.

Purwanto, M. Ngalimin. 2008.Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosyda Karya.

Sahertian, Piet A. 2000. Konsep Dasar dan Teknik Supervisi Pendidikan: Dalam Rangka Pengembangan Sumber Daya Manusia . Jakarta: Penerbit Rineka Cipta.

14

15

Anda mungkin juga menyukai