Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

TRANSFER, LUPA, JENUH, DAN KESULITAN BELAJAR

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah

Psikologi Belajar Matematika

Kelompok 4

Disusun Oleh :

1. Bandi Gunawan Prasetyo (1715500014)


2. Erna Prasetiowati (1715500029)
3. Nur Rahmi Helmawati (1715500062)

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
UNIVERSITAS PANCASAKTI TEGAL
2017
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas selesainya
makalah yang berjudul "Transfer, Lupa, Jenuh, dan Kesulitan Belajar". Atas dukungan moral
dan materil yang diberikan dalam penyusunan makalah ini, maka penulis mengucapkan
banyak terima kasih kepada Bapak Drs. Suwandono M.pd , selaku dosen mata kuliah
Psikologi Belajar Matematika yang telah memberikan dorongan dan masukan kepada penulis.

. Harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi
makalah agar menjadi lebih baik lagi.

Penulis menyadari bahwa makalah ini belumlah sempurna. Oleh karena itu, saran dan
kritik yang membangun dari rekan-rekan sangat dibutuhkan untuk penyempurnaan makalah
ini.

Tegal, 13 Oktober 2017

Penuli
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Istilah Transfer belajar berarti pemindahan atau pengalihan hasil belajar dari mata
pelajaran yang satu ke mata pelajaran yang lain atau ke kehidupan sehari-hari diluar
lingkungan sekolah. Adanya pemindahan atau pengalihan ini menunjukkan bahwa ada
hasil belajar yang bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam memahami
materi pelajaran yang lain. Hasil belajar yang diperoleh dan dapat dipindahkan tersebut
dapat berupa pengetahuan,kemahiran intelektual, keterampilan motorik atau afektif dan
sebagainya..
Sehubungan dengan pentingnya transfer belajar maka guru dalam proses
pembelajaran harus membekali si pelajar dengan kemampuan-kemampuan yang nantinya
akan bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari.
Menurut teori kognitif apapun yang kita alami dan kita pelajari, kalau memang sistem
akal kita mengolahnya dengan cara yang memadai, semuanya akan tersimpan dalam
subsistem akal permanen kita. akan tetapi kenyataan yang kita alami terasa bertolak
belakang dengan teori itu. Apa yang telah kita pelajari dengan tekun justru sukar diingat
kembali dan mudah terlupakan sebaliknya tidak sedikit pengalaman dan pelajaran yang
kita tekuni sepintas lalu mudah melekat dalam ingatan.
Dalam belajar disamping siswa sering mengalami kelupaan, ia terkadang mengalami
peristiwa negatif lainnya yang disebut jenuh belajar. Peristiwa jenuh ini kalau dialami
siswa yang sedang dalam proses belajar (kejenuhan belajar) dapat membuat siswa merasa
telah memubadzirkan usahanya. Di samping itu siswa juga kadang mengalami kesulitan
dalam belajar. Diantaranya kesulitan dalam menerima materi dan kesulitan untuk berfikir.
Untuk itulah penulis ingin memberikan masukan melalui penyusunan makalah
tentang “Transfer, Lupa, Jenuh, dan Kesulitan Belajar”.
B. Rumusan Masalah
Dari uraian di atas dapat kami rumuskan permasalahan sebagai berikut:
1. Transfer Belajar
a. Apakah Transfer Belajar itu?
b. Apa saja pandangan-pandangan tentang Transfer Belajar?
c. Apa saja faktor-faktor yang berperan dalam Transfer Belajar?
2. Lupa dalam belajar
a. Apa pengertian Lupa?
b. Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan Lupa?
c. Bagaimana kiat mengurangi Lupa dalam belajar?
3. Jenuh belajar
a. Apa definisi Jenuh?
b. Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan jenuh belajar?
c. Bagaimana cara mengatasi jenuh belajar?
4. Kesulitan Belajar
a. Apa pengertian dari Kesulitan Belajar?
b. Bagaimana cara mengenal anak didik yang mengalami Kesulitan Belajar?
c. Bagaimana usaha mengatasi Kesulitan Belajar?

C. Tujuan Penulisan.
1. Diajukan Sebagai tugas kelompok mata kuliah psikologi belajar matematika.
2. Agar dapat memahami hakikat dari Transfer Belajar, Lupa, Jenuh, dan Kesulitan
Belajar?
BAB II
PEMBAHASAN

1. Transfer Belajar (Transfer of Learning).


A. Pengertian transfer belajar
Istilah “transfer belajar” diambil dari dua kata, yaitu kata transfer dan belajar. Kata
“transfer” diambil dari bahasa inggris yang artinya pergantian, serah terima dan
pemindahan sedangkan kata “belajar” menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
berarti berubah tingkah laku atau tanggapan yg disebabkan oleh pengalaman. Dari dua
rangkai kata tersebut dapat disimpulkan bahwa “transfer belajar” adalah pemindahan atau
pergantian keterampilan hasil belajar dari satu situasi ke situasi lainnya. Dengan kata lain
transfer belajar adalah pengaruh hasil belajar yang telah diperoleh pada waktu yang lalu
terhadap proses dan hasil belajar yang dilakukan kemudian. Berkat pemindahan dan
pengalihan hasil belajar itu, seseorang memperoleh keuntungan atau mengalami hambatan
dalam mempelajari sesuatu dibidang studi yang lain. Misalnya, siswa kelas 2 MI yang
telah mahir tentang penjumlahan, maka ia akan mudah mempelajari soal perkalian
dikelas 3. Kemudahan mempelajari soal perkalian bagi siswa kelas 3 diperoleh berkat
pentransferan (pemindahan) hasil belajar dari kelas 2. Karena perkalian pada hakikatnya
adalah penjumlahan berulang.
Transfer dalam belajar ada yang bersifat positif dan ada yang negatif. Transfer belajar
disebut positif jika pengalaman-pengalaman atau kecakapan-kecakapan yang telah
dipelajari dapat diterapkan untuk mempelajari situasi yang baru atau dengan kata lain,
kemampuan yang lama dapat memudahkan untuk menerima stimulus yang baru, contoh:
anak TK yang sudah pandai membaca akan dapat mudah memahami bacaan dan
menjawab pertanyaan-pertanyaan ketika sudah kelas 1. Kemudian disebut transfer negatif
jika pengalaman atau kecakapan yang lama menghambat untuk menerima
pelajaran/kecakapan yang baru. Contoh ketrampilan mengemudikan kendaraan bermotor
dalam arus lalu lintas yang bergerak di sebelah kiri jalan, yang diperoleh seseorang
selama tinggal di indonesia, akan menimbulkan kesulitan bagi orang itu bila ia dipindah
ke salah satu negara eropa barat, yang arus lalu lintasnya bergerak disebelah kanan
jalan.
B. Pandangan-pandangan tentang transfer belajar.
1. Teori disiplin formal (Teori daya)
Daya adalah kemampuan melakukan sesuatu, Seperti daya berfikir, daya mengingat,
daya kemauan, daya merasa, dan lain-lain. Menurut teori daya (formal disiplin), daya-daya
jiwa yang ada pada manusia itu dapat dilatih. Dan setelah berlatih dengan baik, daya-daya
itu dapat digunakan pula untuk pekerjaan yang lain yang menggunakan daya tersebut
dengan demikian terjdilah transfer belajar. Contoh: murid-murid dilatih belajar sejarah.
Dengan mempelajari pelajaran sejarah, tidak boleh tidak, daya ingatannya sering
digunakan untuk mengingat-ingat bermacam-macam peristiwa, ingatan anak itu makin
terlatih dan makin baik terhadap pelajaran itu. Maka pendapat menurut teori daya, daya
ingatan yang telah terlatih baik bagi pelajaran itu dapat digunakan pula (ditransferkan)
kepada pekerjaan lain.
2. Teori elemen identik (Teori kesamaan unsur)
Pandangan ini dipelopori oleh Edward Thorndike, yang berpendapat bahwa transfer
belajar dari satu bidang studi ke bidang studi yang lain atau bidang studi sekolah ke
kehidupan sehari-hari, terjadi berdasarkan adanya unsur-unsur yang sama dalam kedua
bidang studi atau antara bidang studi di sekolah ke kehidupan sehari-hari. Makin banyak
unsur yang sama makin besar kemungkinan terjadi tarnsfer belajar. Dengan kata lain
terjadinya transfer belajar sangat tergantung dari banyak sedikitnya kesamaan unsur-unsur.
Misalnya antara bidang studi aljabar dan ilmu ukur, keterampilan tilawatil Qur’an dan
menyanyi dan lainnya.
3. Teori generalisasi
Pandangan ini dikemukakan oleh Charles Judd yang berpendapat bahwa Menurut
teori ini transfer belajar lebih berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk menangkap
struktur pokok, pola dan prinsip umum . Bila seorang siswa mampu menangkap konsep,
kaidah dan prinsip untuk memecahkan persoalan maka siswa itu mempunyai bekal yang
dapat ditransferkan ke bidang-bidang lain diluar bidang studi dimana konsep, kaidah dan
prinsip itu mula-mula diperoleh. Maka siswa itu dikatakan mampu mengadakan
“generalisasi” yaitu mampu menangkap ciri-ciri atau sifat-sifat umum yang terdapat dalam
sejumlah hal yang khusus. Contoh: Penguasaan pola S-P-O-K dalam bidang studi bahasa
Indonesia dapat digunakan untuk mempermudah mempelajari bidang studi bahasa
Inggris. Karena bidang studi bahasa inggris juga mempunyai struktur yang pada
prinsipnya sama dengan bahasa Indonesia, yaitu: ubject, verb, objek dan adverb.
C. faktor-faktor yang berperan dalam transfer belajar.
1. Proses belajar
2. Hasil belajar
3. Bahan/materi bidang-bidang studi
4. Faktor-faktor subyektifitas dipihak siswa
5. Sikap dan usaha guru

2. Lupa dalam belajar


Dalam proses belajar kita sering dihadapkan pada suatu kenyataan bahwa tidak semua
materi pelajaran yang kita pelajari akan dapat mudah diingat. Dalam kehidupan sehari-hari
sering juga terjadi suatu materi yang kita pelajari dengan sungguh-sungguh dan penuh
ketekunan, sulit kita kuasai dan mudah terlupakan dalam jangka waktu yang relatif
pendek, dan sebaliknya terdapat materi pelajar yang kita dengan mudah menguasainya dan
tidak dengan mudah melupakannya. Apakah itu yang disebut lupa?
A. Pengertian lupa.
Lupa (Forgetting) adalah hilangnya kemampuan untuk menyebutkan atau
memproduksi kembali apa-apa yang sebelumnya telah kita pelajari. Menurut Gulo (1982)
dan Reber (1988) mendefinisikan lupa sebagai ketidakmampuan mengenal atau mengingat
sesuatu yang pernah dipelajari atau dialami. Dengan demikian lupa bukanlah peristiwa
hilangnya item informasi dan pengetahuan dari akal kita. Contoh: Seorang Mahasiswa
yang menyontek saat Ulangan Akhir Semester (UAS) karena kesulitan mengungkapkan
materi suatu mata kuliah yang pernah dijelaskan oleh Dosen. Hal tersebut dapat
dikatakan, mahasiswa tersebut menyontek karena lupa.
B. Faktor-faktor yang menyebabkan lupa.
Lupa yang dialami seseorang dapat disebabkan oleh faktor-faktor sebagai berikut :
Lupa dapat terjadi jika terjadi konflik-konflik antara item-item informasi atau materi
pelajaran yang ada di sistem memori seseorang. Contoh, seorang siswa yang mempelajari
rumus tabung, lingkaran dan kerucut dalam waktu yang pendek.
Gangguan-gangguan yang terjadi dalam memori seseorang ada 2 :
Pertama, Proactive Interference (gangguan proaktif), Gangguan ini terjadi jika seorang
siswa mempelajari sebuah materi pelajaran yang sangat mirip dengan materi pelajaran
yang telah dikuasainya dalam waktu yang relatif pendek. Dalam keadaan demikian materi
pelajaran yang baru sulit untuk diingat dan dengan sangat mudah untuk dilupakan.
Kedua, Retroactive Interference. Gangguan ini terjadi jika materi pelajaran baru membawa
konflik dan gangguan terhadap pemanggilan kembali materi pelajaran yang telah lebih
dahulu tersimpan dalam subsistem akal permanennya siswa tersebut. Dalam hal ini materi
pelajaran lama akan sangat sulit diingat atau diproduksi kembali .
Ketiga, Lupa dapat terjadi karena perbedaan situasi lingkungan antara waktu belajar
dengan waktu mengingat kembali item tersebut.
Keempat. Lupa dapat terjadi karena adanya perubahan sikap dan minat siswa terhadap
proses dan situasi belajar tertentu..
Kelima. Menurut law of disuse (Hilgard dan Bower 1975), lupa dapat terjadi karena materi
pelajaran yang telah dikuasai tidak pernah digunakan atau dihafalkan siswa.
Keenam. Lupa dapat terjadi karena perubahan urat syaraf otak.
Seorang siswa yang terserang penyakit tertentu seperti keracunan, kecanduan alkohol
dan gagar otak akan kehilangan ingatan atas item-item informasi yang ada dalam memori
permanennya. Namun demikian, bukan berarti materi yang telah terlupakan itu hilang di
memori manusia namun terlalu lemah untuk dipanggil lagi atau diingat kembali. Ini dapat
dibuktikan jika seseorang telah lama tidak mempelajari materi yang pernah dipelajari pada
masa lalu itu, akan sulit untuk memanggil materi itu, namun setelah orang tersebut
mempelajarinya kembali, akan dapat menguasai dan mengingat kembali materi itu dalam
waktu yang pendek.
C. kiat mengurangi lupa dalam belajar.
Kiat terbaik untuk mengurangi lupa adalah dengan cara meningkatkan daya ingat akal
siswa, diantaranya:
1. Overlearning (belajar lebih) yaitu belajar dengan melebihi batas penguasaan atas materi
pelajaran tertentu. Upaya ini dapat dilakukan dengan belajar lebih dari pada kebiasaan-
kebiasaan yang berlaku sehingga dapat memperkuat penyimpanan terhadap materi
pelajaran yang dipelajari.
2. Extra study time (tambahan jam pelajaran) yaitu upaya penambahan alokasi waktu
belajar atau penambahan frekuensi (kekrapan) aktifitas belajar. Sehingga dapat
memperkuat terhadap materi yang dipelajari.
3. Memonic device (muslihat memori) yaitu upaya yang dijadikan alat pengait mental
untuk mamasukkan item-item informasi kedalam sistem akal siswa.
Macam-macam memonic device :
a. Rima (Rhyme) yakni sajak yang dibuat sedemikian rupa yang isinya terdiri dari atas
kata dan istilah. Sajak ini akan lebih baik pengaruhnya jika diberi not-not sehingga dapat
dinyanyikan. Contoh: Nyanyian anak TK yang berisi pesan moral.
b. Singkatan yakni terdiri atas huruf-huruf awal nama atau istilah. Misalnya untuk
menghafal bacaan Qolqolah dalam ilmu tajwid dengan menggunakan singkatan
”BAJUDITOKO”.
c. Sistem kata pasak (peg word system) yakni sejenis teknik mnemonik yang
menggunakan komponen-komponen yang sebelumnya telah dikuasai sebagai pasak (paku)
pengait memori baru yang dibentuk berpasangan seperti panas api.
d. Metode losai (method of loci) yaitu kiat mnemonik yang menggunakan tempat-tempat
khusus dan terkenal sebagai sarana penempatan kota dan istilah tertentu. Misalnya nama
ibu kota Amerika Serikat untuk mengingat nama presiden pertama negara itu (Gerorge
washington).

3. Jenuh dalam belajar.


A. Definisi jenuh
Secara harfiah arti jenuh ialah padat atau penuh sehingga tidak mampu lagi memuat
apapun selain itu, jenuh juga dapat berarti jemu atau bosan. Dalam aktivitas belajarnya,
sering seseorang mengalami jenuh belajar yang dalam bahasa psikologi lazim disebut
“learning plateau” yaitu suatu situasi dan kondisi yang menunjukkan tidak adanya hasil
belajar yang berhasil guna meskipun telah melaksanakan proses belajar pada waktu
tertentu pada saat itu. Terjadi kemandekan pada sistem akalnya sehingga tidak dapat
diharapkan untuk dapat menyerap item-item informasi yang dipelajarinya. Contoh:
seorang siswa yang ramai atau membuat gaduh di dalam kelas atau seorang Mahasiswa
yang online facebook ketika dosen menjelaskan materi suatu mata kuliah.
B. Faktor-faktor yang menyebabkan jenuh belajar.
Faktor-faktor yang menyebabkan jenuh belajar adalah :
1. Seseorang yang kehilangan motivasi dan konsolidasi pada suatu level ilmu pengetahuan
dan keterampilan.
2. Muculnya kebosanan (borring) dan keletihan (fatique) karena kemampuan seseorang
telah sampai pada batas maksimalnya dalam belajar. Menurut Cross dalam bukunya
Psichology of learning keletihan ada 3 macam :
1. Keletihan indera seperti mata, telinga dan lain-lain.
2. Keletihan fisik karena kurang tidur, kurang sehat.
3. Keletihan mental
Ada beberapa faktor yang menyebabkan keletihan mental yaitu :
a. Kecemasan seseorang terhadap dampak negatif yang ditimbulkan oleh keletihan itu
sendiri.
b. Kekhawatiran seseorang akan ketidak mampuannya mencapai standar keberhasilan
bidang-bidang studi yang dianggapnya terlalu tinggi terutama ketika seseorang tersebut
sedang merasa bosan mempelajari bidang-bidang studi tersebut.
c. Persaingan yang ketat yang menuntut belajar keras.
d. Keyakinan yang tidak sama antara standar akademik minimum dan standar yang ia buat
sendiri.
C. Cara mengatasi jenuh belajar.
Berikut ini beberapa saran hal-hal yang dapat para guru perhatikan, dan dapat coba
diterapkan untuk mengatasi Jenuh dalam belajar:
1. Temukan hal-hal yang baru terus menerus.
Seorang guru yang cerdas pasti mempunyai sejumlah ketrampilan dalam proses menga-
jarnya. Ketrampilan tersebut bukan saja hanya untuk tujuan pembelajaran, tetapi lebih jauh
dari itu adalah untuk menumbuhkan semangat belajar siswanya. Guru yang terampil dalam
mengajar kehadirannya di kelas akan selalu dirindukan siswanya. Akan tetapi dibawah
kepemimpinan guru yang tidak mempunyai ketrampilan siswa akan mudah jenuh yang
berbuntut siswa akan meluapkan kejenuhannya dengan membuat ulah, seperti
mengganggu temannya yang lain yang akhirnya terjadi pertengkaran antar siswa.
2. Terus belajar
Kita perlu memuaskan keinginan otak akan informasi baru dengan mempelajari hal-
hal baru. Pelajari hal-hal baru dalam pekerjaan. Jika memungkinkan, ajukan permintaan
untuk mengikuti pelatihan atau kursus. Belajar akan meningkatkan rasa percaya diri dan
kesanggupan kita untuk melakukan tugas yang lebih menantang
3. Kreatif dan Proaktif
Cari ide-ide segar untuk memperindah belajar atau buat juga target belajar yang jelas dan
menantang, dan jika Anda berhasil mencapai target, beri ‘hadiah’ pada diri Anda sendiri.
Mencari banyak teman dan murah senyum juga dapat digunakan untuk mengatasi belajar.
4. Alokasikan waktu untuk diri sendiri.
Hanya ‘hidup’ untuk pekerjaan akan mudah memicu kebosanan. Lakukan kegiatan yang
Anda sukai sebelum berangkat kerja, seperti mendengarkan musik, berolahraga untuk
menciptakan mood positif sebelum mulai bekerja. Jika perlu ambil liburan atau cuti untuk
memanjakan diri sendiri.

4. Kesulitan Belajar.
A. Pengertian Kesulitan Belajar.
Kesulitan belajar adalah kondisi dimana anak dengan kemampuan intelegensi rata-rata
atau di atas rata-rata, namun memiliki ketidakmampuan atau kegagalan dalam belajar yang
berkaitan dengan hambatan dalam proses persepsi, konseptualisasi, berbahasa, memori,
serta pemusatan perhatian, penguasaan diri, dan fungsi integrasi sensori motorik (Clement,
dalam Weiner, 2003). Berdasarkan pandangan Clement tersebut maka pengertian kesulitan
belajar adalah kondisi yang merupakan sindrom multidimensional yang bermanifestasi
sebagai kesulitan belajar spesifik (spesific learning disabilities), hiperaktivitas dan/atau
distraktibilitas dan masalah emosional
Dari sini timbullah apa yang disebut kesulitan belajar (learning difficulty) yang tidak
hanya menimpa siswa berkemampuan rendah saja, tetapi juga dialami oleh siswa yang
berkemampuan tinggi. Selain itu kesulitan belajar juga dapat dialami oleh siswa yang
berkemampuan rata-rata (normal) disebabkan oleh faktor-faktor tertentu yang
menghambat tercapainya kinerja akademik yang sesuai dengan harapan.
B. Faktor-faktor Kesulitan Belajar
Fenomena kesulitan belajar seorang siswa biasanya tampak jelas dari menurunnya
kinerja akademik atau prestasi belajarnya. Namun, kesulitan belajar juga dapat dibuktikan
dengan munculnya kelainan perilaku (misbehavior) siswa seperti kesukaan berteriak-teriak
di dalam kelas, mengusik teman, berkelahi, sering tidak masuk kuliah, dan sering minggat
dari sekolah.
Secara garis besar, faktor-faktor penyebab timbulnya kesulitan belajar terdiri atas dua
macam.
1. Faktor intern siswa, yakni hal-hal atau keadaan-keadaan yang muncul dari dalam
siswa sendiri.
2. Faktor ektern siswa, yakni hal-hal atau keadaan-keadaan yang datang dari luar diri
siswa.
Kedua faktor ini meliputi aneka ragam hal dan keadaan yang antara lain tersebut dibawah
ini.

Faktor intern siswa


Faktor intern siswa meliputi gangguan atau ketidakmampuan psiko-fisik siswa, yakni:
1. Yang bersifat kognitif (ranah cipta), antara lain seperti rendahnya kapasitas
intelektual/intelegensi siswa;
2. Yang bersifat afektif (ranah rasa), antara lain seperti labilnya emosi dan sikap;
3. Yang bersifat psikomotor (ranah karsa), antara lain seperti terganggunya alat-alat
indera penglihatan dan pendengar (mata dan telinga)
a. Fisiologi
Faktor fisiologi adalah factor fisik dari anak itu sendiri. seorang anak yang sedang sakit,
tentunya akan mengalami kelemahan secara fisik, sehingga proses menerima pelajaran,
memahami pelajaran menjadi tidak sempurna. Selain sakit factor fisiologis yang perlu kita
perhatikan karena dapat menjadi penyebab munculnya masalah kesulitan belajar adalah
cacat tubuh, yang dapat kita bagi lagi menjadi cacat tubuh yang ringan seperti kurang
pendengaran, kurang penglihatan, serta gangguan gerak, serta cacat tubuh yang tetap
(serius) seperti buta, tuli, bisu, dan lain sebagainya.
b. Psikologis
Faktor psikologis adalah berbagai hal yang berkenaan dengan berbagai perilaku yang ada
dibutuhkan dalam belajar. Sebagaimana kita ketahui bahwa belajar tentunya memerlukan
sebuah kesiapan, ketenangan, rasa aman. Selain itu yang juga termasuk dalam factor
psikoogis ini adalah intelligensi yang dimiliki oleh anak. Anak yang memiliki IQ cerdas
(110 – 140), atu genius (lebih dari 140) memiliki potensi untuk memahami pelajaran
dengan cepat. Sedangkan anak-anak yang tergolong sedang (90 – 110) tentunya tidak
terlalu mengalami masalah walaupun juga pencapaiannya tidak terlalu tinggi. Sedangkan
anak yang memiliki IQ dibawah 90 ataubahkan dibawah 60 tentunya memiliki potensi
mengalami kesulitan dalam masalah belajar. Untuk itu, maka orang tua, serta guru perlu
mengetahui tingkat IQ yang dimiliki anak atau anak didiknya. Selain IQ factor psikologis
yang dapat menjadi penyebab munculnya masalah kesulitan belajar adalah bakat, minat,
motivasi, kondisi kesehatan mental anak, dan juga tipe anak dalam belajar.
Faktor ektern siswa
Faktor ektern siswa meliputi semua situasi dan kondisi lingkungan sekitar yang tidak
mendukung aktivitas belajar siswa. Dari lingkungannya dibagi menjadi 3 macam:.
1. Lingkungan keluarga, contohnya: ketidakharmonisan hubungan antara ayah dan ibu,
dan rendahnya kehidupan ekonomi keluarga.
2. Lingkungan perkampungan/masyarakat, contohnya: wilayah perkampungan kumuh
(slum area), dan teman sepermainan (peer group) yang nakal.
3. Lingkungan sekolah, contohnya: kondisi dan letak gedung yang buruk seperti dekat
pasar, kondisi guru serta alat-alat belajar yang berkualitas rendah.
C. Karakteristik Kesulitan Belajar
Menurut Valett (dalam Sukadji, 2000) terdapat tujuh karakteristik yang ditemui pada
anak dengan kesulitan belajar. Kesulitan belajar disini diartikan sebagai hambatan dalam
belajar, bukan kesulitan belajar khusus.
1) Sejarah kegagalan akademik berulang kali Pola kegagalan dalam mencapai prestasi
belajar ini terjadi berulang-ulang. Tampaknya memantapkan harapan untuk gagal sehingga
melemahkan usaha.
2) Hambatan fisik/tubuh atau lingkungan berinteraksi dengan kesulitan belajar
Adanya kelainan fisik, misalnya penglihatan yang kurang jelas atau pendengaran yang
terganggu berkembang menjadi kesulitan belajar yang jauh di luar jangkauan kesulitan
fisik awal.
3) Kelainan motivasional Kegagalan berulang, penolakan guru dan teman-teman sebaya,
tidak adanya reinforcement. Semua ini ataupun sendiri-sendiri cenderung merendahkan
mutu tindakan, mengurangi minat untuk belajar, dan umumnya merendahkan motivasi
atau memindahkan motivasi ke kegiatan lain.
4) Kecemasan yang samar-samar, mirip kecemasan yang mengambang Kegagalan yang
berulang kali, yang mengembangkan harapan akan gagal dalam bidang akademik dapat
menular ke bidang-bidang pengalaman lain. Adanya antisipasi terhadap kegagalan yang
segera datang, yang tidak pasti dalam hal apa, menimbulkan kegelisahan,
ketidaknyamanan, dan semacam keinginan untuk mengundurkan diri. Misalnya dalam
bentuk melamun atau tidak memperhatikan.
5) Perilaku berubah-ubah, dalam arti tidak konsisten dan tidak terduga Rapor hasil
belajar anak dengan kesulitan belajar cenderung tidak konstan. Tidak jarang perbedaan
angkanya menyolok dibandingkan dengan anak lain. Ini disebabkan karena naik turunnya
minat dan perhatian mereka terhadap pelajaran. Ketidakstabilan dan perubahan yang tidak
dapat diduga ini lebih merupakan isyarat penting dari rendahnya prestasi itu sendiri
6) Penilaian yang keliru karena data tidak lengkap Kesulitan belajar dapat timbul karena
pemberian label kepada seorang anak berdasarkan informasi yang tidak lengkap. Misalnya
tanpa data yang lengkap seorang anak digolongkan keterbelakangan mental tetapi terlihat
perilaku akademiknya tinggi, yang tidak sesuai dengan anak yang keterbelakangan mental.
7) Pendidikan dan pola asuh yang didapat tidak memadai Terdapat anak-anak yang tipe,
mutu, penguasaan, dan urutan pengalaman belajarnya tidak mendukung proses belajar.
Kadang-kadang kesalahan tidak terdapat pada sistem pendidikan itu sendiri, tetapi pada
ketidakcocokan antara kegiatan kelas dengan kebutuhan anak. Kadang-kadang
pengalaman yang didapat dalam keluarga juga tidak mendukung kegiatan belajar .
D. Usaha Mengatasi Kesulitan Belajar

Dalam rangka usaha mengatasi kesulitan belajar tidak bisa di abaikan dengan kegiatan

mencari faktor-faktor yang di duga sebagai penyebabnya.Untuk jelasnya tahapan-tahapan

dimaksud, ikutilah uraian berikut.

1. Pengumpulan Data

Untuk menemukan sumber penyebab kesulitan belajar diperlukan banyak informasi.

Untuk memperoleh informasi perlu diadakan pengamatan langsung terhadap objeck yang

bermasalah. Usaha lain yang dapat dilakukan dalam usaha pengumpulan data bisa melalui

kegiatan sebagai berikut;

a. Kunjungan rumah.

b. Case history .

c. Daftar pribadi.

d. Meneliti pekerjaan anak.

e. Meneliti tugas kelompok

f. Malaksanakan tes, baik tes IQ maupun tes prestasi.


Dalam pengumpulan data tidak perlu mencari informasi sebanyak-banyaknya. Sebab

setiap informasi yang di terima belum tentu data.sehingga data yang lengkap itu dapat

diolah dengan cermat dan sebaik mungkin.

2. Pengolahan data

Data yang telah terkumpul tidak akan ada artinya jika tidak diolah secara cermat.Karena

data yang terkumpul

Langkah-langkah yang dapat di tempuh dalam pengolahan data adalah sebagai berikut;

a. Identivikasi kasus .

b. Membandingkan antar kasus.

c. Membandingkan dengan hasil tes.

d. Menarik kesimpulan.

3. Diagnosis

Diagnosis adalah keputusan (penentuan) mengenai hasil dari pengolahan data.Tentu

saja keputusan yang di ambil itu setelah dilakukan analisis terhadap data yang di olah

itu.Diagnosis dapat berupa hal-hal sebagai berikut.

a. Keputusan mengenai jenis kesulitan belajar anak didik yaitu berat dan ringannya

tingkat kesulitan yang dirasakan anak didik.

b. Keputusan mengenai faktor-faktor yang ikut menjadi sumber penyebab kesulitan

belajar anak didik.

c. Keputusan mengenai faktor utama yang menjadi sumber penyebab kesulitan belajar

anak didik.

Karena diagnosis adalah penentuan jenis penyakit dengan meneliti (memeriksa)gejala-

gejalanya atau proses pemeriksaan terhadap hal yang di pandang tidak beres,Maka agar

akurasi keputusan yang di ambil tidak keliru tentu saja di perlukan kecermatan dan

ketelitian yang tinggi.


4. prognosis

keputusan yang di ambil berdasarkan hasil diagnosis menjadi dasar pijakan dalam

kegiatan prognosis.Dalam prognosis di lakukan kegiatan penyusunan program dan

penetapan ramalan mengenai bantuan yang harus diberikan kepada untuk membantunya

keluar dari kesulitan belajar.

5. Treatmen

Treatment adalah perlakuan.Perlakuan disini di maksudkan adalah pemberian bantuan

kepada anak didik yang mengalami kesulitan belajar sesuai dengan pogram yang telah di

susun pada tahap prognosis.

a. Melalui bimbingan belajar individual.

b. Melalui bimbingan belajar kelompok .

c. Melalui remedial teaching untuk mata pelajaran tertentu.

d. Melalui bimbingan orang tua di rumah.

e. Pemberian bimbingan pribadi untuk mengatasi masalah-masalah psikologis.

f. Pemberian bimbingan mengenai cara belajar yang baik secara umum.

g. Pemberian bimbingan mengenai cara belajar yang baik sesuai dengan karakteristik

setiap mata pelajaran.


BAB III
PENUTUP

1. Kesimpulan.

Transfer belajar merupakan pemindahan atau pengalihan hasil belajar yang diperoleh
dalam bidang studi yang satu ke bidang studi yang lain atau ke kehidupan sehari-hari
diluar lingkup pendidikan sekolah.
Lupa adalah hilangnya kemampuan menyebut atau melakukan kembali informasi dan
kecakapan yang telah tersimpan dalam memori.
Jenuh belajar adalah yaitu suatu situasi dan kondisi yang menunjukkan tidak adanya
hasil belajar yang berhasil guna meskipun telah melaksanakan proses belajar pada waktu
tertentu.
kesulitan belajar adalah segala masalah atau hal yang mempengaruhi sistem belajar
setiap individu atau kelompok sehingga proses penerimaan belajar sulit untuk berkembang
dan diterima oleh setiap individu dan kelompok tersebut.

2. Saran.
Alhamdulillah kami panjatkan rasa syukur atas selesainya makalah ini. Kami
mengharapkan saran serta kritik yang bersifat membangun dari saudara selalu kami
nantikan.untuk dijadikan suatu pertimbangan dalam setiap langkah sihingga kami terus
termotivasi kearah yang lebih baik tentunya dimasa masa yang akan datang, akhirnya kami
ucapkan terima kasih sebanyak banyaknya.
DAFTAR PUSTAKA

http://muhammadlatifqohari.blogspot.co.id/2013/10/transfer-belajar-jenuh-dan-lupa.html
http://hadirukiyah.blogspot.co.id/2009/05/lupa-dan-jenuh-belajar.html
http://diasdiari.blogspot.co.id/2014/10/makalah-kesulitan-belajar.html

Anda mungkin juga menyukai