Anda di halaman 1dari 25

PENDEKATAN DALAM PENGELOLAAN KELAS

Tugas ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah pengelolaan
kelas

Dosen Pengampu : Dr Chairuddin Siregar, M.Pd

Disusun Oleh :

Kelompok 3

Haziq Antalariq

Indah Lestari

Khairida Afni Lubis

PAI VA

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM TEBING TINGGI DELI

TEBING TINGGI

2021
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Alhamdulillah bersyukur kehadiran Allah SWT yang telah memberikan


Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga dapat menyelesaikan makalah ini dengan
sebaik-baiknya. Shalawat dan salam kepada Rasulullah SAW, yang telah
menerangi dunia dengan ilmu pengetahuan dan dakwah beliau yang tiada
tandingannya.

Sebagai hamba-Nya yang lemah, pemakalah yakin bahwa makalah ini


tidak luput dari keterbatasan dan kekurangan. Kesederhanaan pembahasan dan
kedangkalan pemakalah masih banyak ditemukan dalam makalah ini. Sekalipun
terlihat sederhana, akan tetapi untuk menyelesaikan penelitian makalah ini,
pemakalah telah berupaya semaksimal mungkin.

Akhirnya pemakalah berharap dan berdoa kepada Allah SWT, semoga


apa yang pemakalah lakukan ini memberikan manfaat khususnya bagi
pemakalah sendiri dan umumnya bagi para pembaca. Dan kepada semua pihak
yang telah banyak membantu pemakalah, mudah-mudahan diberi ganjaran
pahala oleh Allah SWT. Amin.

Wassalamu’alaikum warrahmatullahi wabarakatuh

Tebing Tinggi, Oktober 2021

Kelompok 3
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................

DAFTAR ISI......................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang......................................................................................................
B. Rumusan Masalah.................................................................................................
C. Tujuan.....................................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Pendekatan Dalam Pengelolaan Kelas.............................................


B. Tujuan Pendekatan Dalam Pengelolaan Kelas...................................................
C. Macam-Macam Bentuk Pendekatan Dalam Pengelolaan Kelas.......................
D. Proses Pendekatan Dalam Pengelolaan Kelas Yang Efektif.............................

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan.............................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Peran seorang guru pada pengelolaan kelas sangat penting khususnya dalam
menciptakan suasana pembelajaran yang menarik. Hal itu karena secara prinsip, guru
memegang dua tugas sekaligus masalah pokok, yakni pengajaran dan pengelolaan kelas.
Masalah pengajaran berkaitan dengan segala usaha untuk membantu siswa dalam
mencapai tujuan pembelajaran, sedangkan masalah pengelolaan berkaitan dengan usaha
untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi sedemikian rupa sehingga proses
pembelajaran dapat berlangsung secara efektif dan efisien demi tercapainya tujuan
pembelajaran.

Kegagalan seorang guru mencapai tujuan pembelajaran berbanding lurus dengan


ketidakmampuan guru mengelola kelas. Indikator dari kegagalan itu seperti prestasi
belajar siswa rendah, tidak sesuai dengan standar atau batas ukuran yang ditentukan.
Melalui pendekatan-pendekatan dan metode serta aspek-aspek manajemen kelas, akan
memberikan kemudahan bagi guru dalam mengelola kelas.

Seperti yang telah diketahui ada banyak kendala saat seorang guru sedang
mengelola kelas, baik masalah individu maupun kelompok, untuk menghadapi masalah
tersebut perlu adanya ketepatan tindakan pengelolaan kelas. Ketepatan tindakan
pengelolaan kelas, dapat dilakukan apabila cara kerja guru dalam pengelola kelas
didasari kerangka acuan pendekatan pengelolaan kelas. Oleh karena itu, seorang guru
hendaknya memahami dan mempunyai berbagai pendekatan pengelolaan kelas serta
memahami kondisi psikologis para siswa yang dihadapinya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan pendekatan dalam pengelolaan kelas?
2. Apa tujuan pendekatan dalam pengelolaan kelas?
3. Apa saja macam-macam bentuk pendekatan dalam pengelolaaan kelas?
4. Bagaimana proses pendekatan dalam pengelolaan kelas yang efektif?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian pendekatan dalam pengelolaaan kelas
2. Untuk mengetahui tujuan pendekatan dalam pengelolaan kelas
3. Untuk mengetahui macam-macam bentuk pendekatan dalam pengelolaan
kelas
4. Untuk mengetahui proses pendekatan dalam pengelolaan kelas yang efektif
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Pendekatan Dalam Pengelolaan Kelas.

Pendekatan secara bahasa berasal dari kata dekat yang berarti pendek, tidak jauh,
hampir, akrab, dan menjelang. Sementara pendekatan secara bahasa dapat diartikan
sebagai proses atau cara perbuatan mendekati. [1]

Pendekatan menurut istilah adalah pendekatan bersifat aksiomatis dan menyatakan


suatu pendirian, filsafat, keyakinan, atau paradigma terhadap subject matter. Jadi
pendekatan dalam pengelolaan kelas dapat diartikan sebagai cara pandang seorang guru
dalam kegiatan pengelolaan kelas. [2]

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa pengelolaan adalah


Berasal dari kata “kelola” yang berarti menyelenggarakan maksudnya adalah “proses
yang memberikan pengawasan pada semua hal yang terlibat dalam pelaksanaan
kebijaksanaan dan pencapaian tujuan”. Pengelolaan kelas terdiri dari dua kata, yaitu
pengelolaan dan kelas. Pengelolaan itu sendiri akar kata nya adalah “Kelola” ditambah
awalan “pe” dan akhiran “an” Istilah lain dari pengelolaan kelas adalah “Manajemen”.
Manajemen adalah kata yang asalnya dari bahasa inggris, yaitu management yang
berarti ketetelaksanaan, tata pimpinan, pengelolaan”.

Menurut Sudirman N, dkk. Pengelolaan kelas adalah “Upaya mendayagunakan


potensi kelas”.

Hadari Nawawi mengatakan bahwa kegiatan manajemen atau pengelolaan kelas


dapat diartikan sebagai kemampuan guru atau wali kelas dalam mendayagunakan
potensi kelas berupa pemberian kesempatan yang seluas-luasnya pada setiap personal
untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang kreatif dan terarah sehingga waktu dan dana
yang tersedia dimanfaatkan secara efisien untuk melakukan kegiatan-kegiatan kelas
yang berkaitan dengan kurikulum dan perkembangan murid”.
Dapat disimpulkan bahwa pengelolaan kelas adalah suatu upaya memberdaya-
gunakan potensi kelas yang ada seoptimal mungkin untuk mendukung proses agar
tercapainya tujuan pembelajaran.

Dapat disimpulkan bahwa suatu pendekatan dalam pengelolaan kelas adalah proses
penciptaan iklim atau suasana emosional dan hubungan sosial yang positif dalam kelas.
Suasana emosional dan hubungan sosial yang positif arinya ada hubungan yang baik
antara guru dengan siswa.

B. Tujuan Pendekatan Dalam Pengelolaan Kelas


Menurut Usman pengelolaan kelas mempunyai dua tujuan yaitu tujuan umum dan
tujuan khusus.

1. Tujuan umum pengelolaan kelas adalah menyediakan dan menggunakan fasilitas


belajar untuk bermacam-macam kegiatan belajar mengajar agar mencapai hasil yang
baik.
2. Tujuan khususnya adalah mengembangkan kemampuan peserta didik dalam
menggunakan alat alat belajar, menyediakan kondisi-kondisi yang memungkinkan
peserta didik bekerja dan belajar. serta membantu peserta didik untuk memperoleh hasil
yang diharapkan.
Tujuan pengelolaan kelas pada hakikatnya telah terkandung pada tujuan
pendidikan dan secara umum tujuan pengelolaan kelas adalah penyediaan fasilitas bagi
bermacam-macam kegiatan belajar peserta didik sehingga subjek didik terhindar dari
permasalahan mengganggu seperti peserta didik mengantuk, enggan mengerjakan tugas,
terlambat masuk kelas, mengajukan pertanyaan aneh dan lain sebagainya. [3]
Menurut Ahmad bahwa tujuan pengelolaan kelas adalah sebagai berikut:
1. Mewujudkan situasi dan kondisi kelas, baik sebagai lingkungan belajar maupun
sebagai kelompok belajar yang memungkinkan peserta didik untuk mengembangkan
kemampuan semaksimal mungkin.
2. Menghilangkan berbagai hambatan yang dapat menghalangi terwujudnya interaksi
belajar mengajar.
3. Menyediakan dan mengatur fasilitas serta perabot belajar yang mendukung dan
memungkinkan peserta didik belajar sesuai dengan lingkungan sosial, emosional, dan
intelektual peserta didik dalam kelas.
4. Membina dan membimbing sesuai dengan latar belakang sosial, ekonomi, budaya
serta sifat-sifat individunya.
Tujuan pengelolaan kelas menurut Sudirman adalah pada hakikatnya
terkandung dalam tujuan pendidikan. Tujuan pengelolaan kelas adalah penyediaan
fasilitas bagi macam-macam kegiatan belajar peserta didik dalam lingkungan sosial,
emosional, intelektual dalam kelas. Fasilitas yang disediakan itu memungkinkan peserta
didik belajar dan bekerja. Terciptanya suasana sosial yang memberikan kepuasan,
suasana disiplin, perkembangan intelektual, emosional, dan sikap serta apresiasi pada
peserta didik.
Sedangkan Arikunto berpendapat bahwa tujuan pengelolaan kelas adalah agar
setiap anak di kelas dapat bekerja dengan tertib sehingga segera tercapai tujuan
pengajaran secara efektif dan efisian. Menurutnya sebagai sebuah indikator dari sebuah
kelas yang tertib adalah apabila Setiap peserta didik terus bekerja, tidak macet artinya
tidak ada anak yang terhenti karena tidak tahu ada tugas yang harus dilakukan atau tidak
dapat melakukan tugas yang diberikan padanya. Lalu, Setiap peserta didik terus
melakukan pekerjaan tanpa membuang waktu artinya setiap peserta didik akan bekerja
secepatnya supaya lekas menyelesaikan tugas yang diberikan padanya.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tujuan pengelolaan kelas adalah
menyediakan, menciptakan dan memelihara kondisi yang optimal di dalam kelas
sehingga peserta didik dapat belajar dan bekerja dengan baik. Selain itu juga guru dapat
mengembangkan dan menggunakan alat bantu belajar yang digunakan dalam proses
belajar mengajar sehingga dapat membantu peserta didik dalam mencapai hasil belajar
yang diinginkan. Tujuan dari pendekatan pengelolaan kelas sama halnya dengan tujuan
pengelolaan kelas itu sendiri.
Oleh karena itu, disini hanya dipaparkan tujuan dari pengelolaan kelas tersebut.
Sejatinya, pendekatan pengelolaan kelas hanyalah salah satu usaha yang diterapkan oleh
seorang guru atau tenaga pendidik yang dilakukan untuk bisa mencapai tujuan dari
diadakannya pengelolaan kelas itu sendiri.
C. Macam-Macam Bentuk Pendekatan Dalam Pengelolaan Kelas
1. Pendekatan Otoriter atau Kekuasaan

Pendekatan otoriter adalah pendekatan yang menempatkan guru dalam peranan


menciptakan dan memelihara ketertiban di kelas dengan menggunakan strategi
pengendalian. Guru otoriter bertindak untuk kepentingan siswa dengan menerapkan
disiplin yang tegas. Bila timbul masalah-masalah yang merusak ketertiban atau
kedisplinan kelas, maka perlu adanya pendekatan:

a. Perintah dan Larangan

Baik perintah maupun larangan dapat diterapkan atas dasar generalisasi


masalah-masalah pengelolaan kelas tertentu. Seorang guru yang melaksanakan perintah
dan larangan bersikap reaktif, namun jangkauannya hanya terbatas pada masalah-
masalah yang timbul sewaktu-waktu saja, sehingga kemungkinan timbulnya masalah
pada masa mendatang kurang dapat dicegah atau ditanggulangi secara tepat.

b. Penekanan dan Penguasaan

Pendekatan penekanan dan penguasaan ini banyak mementingkan pada diri


guru, banyak memerintah, mengomel dan memarahi. Bila dalam menghadapi masalah
pengelolaan kelas menggunakan pendekatan penguasaan dan penekanan, maka
memungkinkan siswa untuk diam, tertib karena takut dan tertekan hatinya. Meskipun
demikian, namun pendekatan ini kurang tepat karena kurang toleransi, dan kurang
bijaksana. [4]

c. Penghukuman dan Pengancaman

Pendekatan penghukuman muncul dalam berbagai bentuk tingkah laku antara


lain penghukuman dengan kekerasan, dengan larangan bahkan pengusiran, menghardik
atau menghentak dengan kata-kata yang kasar, mencemooh menertawakan atau
menghukum seseorang di depan siswa lain, memaksa siswa untuk meminta maaf,
memaksa dengan tuntutan tenentu, atau bahkan dengan ancaman-ancaman. Pendekatan
semacam ini termasuk penanganan yang kurang tepat, karena bersifat otoriter kurang
manusiawi
Dijelaskan Rasdi Ekosiswoyo dan Maman Rachman terdapat lima strategi
yang dapat diterapkan dalam mangelola kelas, yaitu:

1. Menetapkan dan menegakkan peraturan

Kegiatan yang dilakukan guru yaitu menggariskan pembatasan-pembatasan


dengan memberitahukan kepada siswa tentang apa yang diharapkan dan mengapa hal
tersebut diperlukan. Dengan demikian, maksud peraturan ini adalah menuntun dan
membatasi perilaku siswa.

2. Memberi perintah, pengarahan, dan pesan

Strategi atau cara guru dalam mengendalikan perilaku siswa agar dapat
melakukan sesuai yang diinginkan guru.

3. Menggunakan teguran ramah

Strategi yang digunakan yaitu dengan cara menegur siswa yang berperilaku
tidak sesuai dan yang melanggar peraturan dengan cara lemah lembut. Teguran ini dapat
dilakukan secara verbal maupun nonverbal dengan maksud untuk memberitahukan
bukan menuduh.

4. Menggunakan pengendalian dengan gerak mendekati

Guru bergerak mendekati siswa yang berperilaku menyimpang atau cenderung


menyimpang. Tujuannya adalah untuk mencegah berkembangnya situasi yang
mengacaukan.

5. Menggunakan pemisahan dan pengucilan

Strategi guru dalam merespon terhadap perilaku menyimpang siswa yang tingkat
penyimpangannya cukup berat.

Kelebihan dari pendekatan ini adalah terciptanya suatu disiplin tinggi dalam
bentuk peraturan atau norma-norma yang harus ditaati sehingga terciptanya suatu
ketertiban di kelas. Kelemahannya adalah pendekatan ini kurang efektif. guru yang
menganut pendekatan ini umumnya menganggap apa yang ia katakan adalah mutlak
benar. Guru dianggap yang paling tahu. siswa kurang diberi kesempatan untuk
mengemukakan dan mengembangkan ide atau buah pikirannya.

Contohnya: Seorang guru langsung mengusir anak didiknya yang berbicara di


kelas tanpa mempertimbangkan alasan yang diberikan anak didiknya tersebut. Guru
menganggap anak didiknya tersebut tidak disiplin.

2. Pendekatan Intimidasi atau Ancaman

Pendekatan intimidasi adalah pendekatan yang memandang manajemen kelas


sebagai proses pengendalian perilaku peserta didik. Berbeda dengan pendekatan otoriter
yang menekankan perilaku guru yang manusiawi, pendekatan intimidasi menekankan
pada perilaku guru yang mengintimidasi. Bentuk-bentuk intimidasi itu seperti hukuman
yang kasar, ejekan, hinaan, paksaan, ancaman, menyalahkan.

Peranan guru adalah memaksa peserta didik berperilaku sesuai dengan perintah
guru. Pendekatan intimidasi berguna dalam situasi tertentu dengan menggunakan
teguran keras. Teguran keras adalah perintah verbal yang keras yang diberikan pada
situasi tertentu dengan maksud untuk segera menghentikan perilaku siswa yang
penyimpangannya berat. Misal, guru memergoki dua peserta didik berkelahi.kemudian
guru bertindak “berhenti” dengan harapan setelah mendengar suara guru kedua peserta
didik itu akan berhenti berkelahi.

Kehadiran guru membuat mereka takut, takut karena mereka membayangkan


akan memperoleh hukuman yang sangat berat. Dengan demikian, pendekatan intimidasi
hanya baik untuk menghentikan perbuatan yang salah berat dengan segera. Apabila
perbuatan salah itu selesai atau berhenti maka tindakan intimidasi tidak akan
seproduktif strategi lain.

Pendekatan intimidasi telah dipakai secara luas dan ada manfaatnya, terdapat
kecaman terhadap pendekatan ini. Penggunaan pendekatan ini hanya bersifat
pemecahan masalah secara sementara dan hanya menangani gejala-gejala masalahnya,
bukan masalahnya itu sendiri. Kelemahan lain yang timbul dari penerapan pendekatan
ini adalah tumbuhnya sikap bermusuhan dan hancurnya hubungan antara guru dan
peserta didik.[5]

3. Pendekatan Permisif atau Kebebasan

Pengelolaan permisif di sini diartikan sebagai suatu proses untuk membantu


siswa agar merasa bebas untuk mengerjakan sesuatu kapan saja dan dimana saja.
Peranan guru adalah untuk meningkatkan kebebasan siswa. Campur tangan guru
hendaknya seminimal mungkin dan guru hendaknya juga berperan sebagai pendorong
untuk mengembangkan potensi siswa secara penuh.

Pendekatan permisif adalah pendekatan yang menekankan perlunya


memaksimalkan kebebasan siswa. Tema sentral dari pendekatan ini adalah: apa, kapan,
dan dimana juga guru hendaknya membiarkan peserta didik bertindak bebas sesuai
dengan yang diinginkannya. Peranan guru adalah meningkatkan kebebasan peserta
didik, sebab dengan itu akan membantu pertumbuhannya secara wajar. Campur tangan
guru hendaknya seminimal mungkin, dan berperan sebagai pendorong mengembangkan
potensi peserta didik secara penuh..

Banyak pendapat yang mengatakan bahwa pendekatan permisif dalam


bentuknya yang murni tidak produktif diterapkan dalam situasi atau lingkungan sekolah
dan kelas. Namun disarankan agar guru memberikan kesempatan kepada para peserta
didik melakukan urusan sendiri apabila hal itu berguna. Urusan itu seperti para peserta
didik memperoleh kesempatan secara psikologis, memilkul risiko yang aman, mengatur
kegiatan sekolah sesuai cakupannya, mengembangkan kemampuan memimpin diri
sendiri, disiplin sendiri, dan tanggung jawab sendiri. Dengan demikian, guru harus
dapat menemukan cara untuk memberikan kebebasan sebesar mungkin kepada peserta
didik di satu sisi, di sisi lain tetap dapat mengendalikan kebebasan itu dengan penuh
tanggung jawab.[6]

Kelebihan Pendekatan ini cukup efektif untuk dilaksanakan karena tingkah laku
positif anak didik dapat terkembangkan sehingga tujuan pembelajaran yang diharapkan
dapat tercapai. Kelemahannya yaitu siswa menjadi bergantung kepada guru dalam
mengembangkan sikap baiknya. Siswa tersebut akan teransang bertingkah baik bila ada
sebuah pujian dari guru dan sebagainya. Contohnya: Guru memberikan pujian dan
hadiah kepada anak yang bertingkah laku baik dan memberikan sanksi kepada anak
yang bertingkah laku buruk dengan tujuan anak tersebut tidak mengulangi perbuatannya
itu lagi.

4. Pendekatan Kerja Kelompok

Dalam pendekatan ini, peran guru adalah mendorong perkembangan dan kerja
sama kelompok. Pengelolaan kelas dengan proses kelompok memerlukan kemampuan
guru untuk menciptakan kondisi-kondisi yang memungkinkan kelompok menjadi
kelompok yang produktif, selain itu guru juga harus dapat menjaga kondisi itu agar
tetap baik. Untuk menjaga kondisi kelas tersebut guru harus dapat mempertahankan
semangat yang tinggi, mengatasi konflik, dan mengurangi masalah-masalah
pengelolaan.

Menurut Schmuk untuk mengelola kelas diperlukan adanya:

a. Pengharapan; jika siswa merasa guru mengharapkan mereka berkelakuan buruk,


sangat mungkin mereka akan berkelakuan buruk, sebaliknya jika siswa merasa guru
mengharapkan mereka berkelakuan baik, memungkinkan pula siswa akan berkelakuan
baik.

b. Kepemimpinan; guru memiliki kesempatan yang besar untuk menjadi pemimpin di


kelas yang menjadi tanggung jawabnya, akan tetapi kelas lebih efektif jika
kepemimpinan dapat dijalankan oleh guru dan siswa. Guru meningkatkan mutu
interaksi dan produktifitas kelompok dengan melatih siswa mengembangkan
kemampuan kepemimpinan.

c. Daya tarik; mengacu pada persahabatan dalam kelompok kelas. Pengelolaan kelas
efektif adalah pengelolaan yang membantu mengembangkan hubungan baik antara
perorangan di antara anggota kelompok.

d. Norma-norma; norma sangat memengaruhi perseorangan karena memberikan


petunjuk yang membantu anggota kelompok untuk memahami apa yang diharapkan
orang lain. Guru hendaknya tidak mendominasi pembentukan norma kelompok, sebab
norma bentukan guru cenderung memaksa siswa untuk menaatinya, sehingga ketaatan
pada norma tersebut hanya bersifat untuk memenuhi tuntutan pihak lain.

e. Komunikasi; guru perlu mengembangkan kecakapan murid dalam berkomunikasi


tertentu, mengoreksi kata-kata, dan memberi umpan balik.

f. Kesatuan; kelompok kelas akan efektif jika sebagian besar anggotanya termasuk guru
sangat tertarik pada kelompok sebagai satu kesatuan. Guru dapat menciptakan
kelompok kelas yang bersatu dengan membuat diskusi tentang penghargaan, dengan
penyebaran kepemimpinan, mengembangkan persahabatan kelompok, dan sering
menggunakan arus komunikasi dua arah.[7]

5. Pendekatan Sosio-Emosional

Pendekatan iklim sosio-emosional dalam manajemen kelas berakar pada


psikologi penyuluhan klinikal, dan karena itu memberikan arti yang sangat penting pada
hubungan antar pribadi. Pendekatan ini dibangun atas dasar asumsi bahwa manajemen
kelas yang efektif dan pengajaran yang efektif sangat tergantung pada hubungan yang
positif antara guru dan peserta didik.

Guru adalah penentu utama atas hubungan antar dan iklim kelas. Oleh karena
itu, tugas pokok guru dalam manajemen kelas adalah membangun hubungan antar
pribadi yang positif dan meningkatkan iklim sosio-emosional yang positif pula.

Glasser mengemukakan delapan langkah untuk membantu peserta didik


mengubah perilakunya berikut ini:

a. Secara pribadi melibatkan diri dengan siswa; menerima siswa tetapi bukan kepada
perilakunya yang menyimpang; menunjukkan kesediaan membantu siswa memecahkan
masalah.

b. Perilaku siswa; menangani masalah tetapi tidak menilai atau menghakimi siswa.

c. Membantu siswa membuat penilaian atau pendapat tentang perilakunya yang menjadi
masalah itu. Pusatkan perhatian kepada apa yang dilakukan oleh siswa yang
menimbulkan masalah dan yang meyebabkan kegagalannya.
d. Membantu siswa merencanakan tindakan yang lebih baik, jika perlu berikan
alternatif-alternatif, bantulah siswa membuat keputusan sendiri berdasarkan
penilaiannya atas alternatif-alternatif yang ada untuk mengembangkan perasaan
tanggung jawab sendiri.

e. Membimbing siswa mengikatkan diri dengan rencana yang telah dibuatnya.

f. Mendorong siswa sewaktu melaksanakan rencananya dan memelihara keterikatannya


dengan rencana tersebut; yakinkan siswa bahwa guru mengetahui kemajuan-kemajuan
yang dibuatnya.

g.Tidak menerima pernyataan maaf siswa apabila siswa gagal meneruskan


keterikatannya; bantulah ia memahami bahwa ia sendirilah yang bertanggung jawab atas
perilakunya; ingatkan siswa akan perlunya rencana yang lebih baik; menerima
pernyataan maaf berarti tidak memusingkan masalah siswa.

h. Memberikan kesempatan kepada siswa merasakan akibat wajar dari perilakunya yang
menyimpang tetapi jangan menghukumnya; bantulah siswa mencoba lagi menyusun
rencana yang lebih baik dan mengikatkan diri dengan rencana tersebut.[8]

6. Pendekatan Intruksional

Pengelolaan kelas melalui pendekatan ini mengacu pada tujuan pembelajaran


yang dirumuskan. Dengan demikian peranan guru adalah merencanakan dengan teliti
pelajaran yang baik, kegiatan belajar yang disesuaikan dengan kebutuhan dan
kemampuan setiap siswa.

Pendekatan instruksional dalam manajemen kelas memandang perilaku


instruksional guru agar mempunyai potensi untuk mencapai tujuan utama manajemen
kelas, yaitu mencegah timbulnya masalah manajerial dan memecahkan masalah
manajerial kelas. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam mengembangkan strategi
manajemen kelas dalam pendekatan ini antara lain:
a. Menyampaikan kurikulum dan pelajaran dengan cara yang menarik, relevan, dan
sesuai secara empiris dianggap sebagai penangkal perilaku menyimpang siswa di dalam
kelas

b. Menerapkan kegiatan yang efektif adalah kemampuan guru mengatur arus dan tempo
kegiatan kelas oleh banyak orang sehingga mencegah siswa melalaikan tugasnya.

c. Menyiapkan kegiatan rutin kelas adalah kegiatan sehari-hari yang perlu dipahami dan
dilakukan siswa.

d. Memberikan pengarahan yang jelas adalah kegiatan mengomunikasikan harapan-


harapan yang diinginkan guru.

e. Memberikan dorongan yang bermakna adalah suatu proses usaha guru dalam
menunjukkan minat yang sungguh-sungguh terhadap perilaku siswa yang menunjukkan
tanda-tanda kebosanan dan keresahan.

f. Memberikan bantuan mengatasi rintangan adalah bentuk pertolongan yang diberikan


oleh guru untuk membantu siswa menghadapi persoalan yang mematahkan semangat,
pada saat mereka benar-benar memerlukannya.

g. Merencanakan perubahan lingkungan dalah proses mempersiapkan kelas atau


lingkungan dalam menghadapi perubahan-perubahan situasi.[9]

7. Pendekatan Resep

Pendekatan resep (cook book) ini dilakukan dengan memberi satu daftar yang
dapat menggambarkan apa yang harus dan apa yang tidak boleh dikerjakan oleh guru
dalam mereaksi semua masalah atau situasi yang terjadi di kelas. Dalam daftar itu
digambarkan tahap demi tahap apa yang harus dikerjakan oleh guru. Peranan guru
hanyalah mengikuti petunjuk seperti yang tertulis dalam resep. Dalam pengelolaan, guru
lebih banyak memberi anjuran, wejangan, perintah, sehingga mengabaikan kebutuhan
siswa. Di samping itu, guru menjadi tidak kreatif karena terpaku pada penyelesaian
materi.[10]
8. Pendekatan Perubahan Tingkah Laku

Pendekatan pengubahan tingkah laku didasarkan atas prinsip-prinsip psikologi


behavioral. Prinsip pokoknya ialah bahwa semua tingkah laku itu dipelajari, baik
tingkah laku yang disukai maupun tidak disukai. Para penganut pendekatan ini percaya
bahwa seorang siswa yang bertingkah laku menyimpang melakukan perbuatannya itu
karena satu atau dua alasan:

a. Siswa telah mempelajari tingkah laku yang menyimpang itu, atau

b. Siswa itu belum mempelajari tingkah laku yang sebaiknya.

Pendekatan pengubahan tingkah laku dibangun atas dua anggapan dasar:

a. Ada empat proses yang perlu diperhitungkan dalam belajar bagi semua orang pada
segala tingkatan umur dan dalam segala keadaan.

b. Proses belajar itu sebagian atau seluruhnya dipengaruhi (dikontrol) oleh kejadian-
kejadian yang berlangsung di lingkungan. Dengan demikian, tugas pokok guru adalah
menguasai dan menerapkan keempat proses yang telah terbukti (bagi kaum behavioris)
merupakan pengontrol tingkah laku manusia, yaitu: penguatan positif, penghukuman,
penghilangan dan penguatan negatif.

Pengelolaan kelas dilakukan sebagai upaya untuk mengubah tingkah laku siswa
dalam kelas dari yang kurang baik menjadi baik. Oleh sebab itu, kita harus mampu
melakukan pendekatan berdasarkan perubahan tingkah laku agar tujuan manajemen
kelas dapat tercapai dengan baik.

Agar pendekatan ini dapat berjalan dengan efektif, sebaiknya kita perlu mencatat
beberapa kegiatan yang dapat mengakibatkan kacaunya suasana dalam kelas, sekaligus
mencatat hal-hal yang membuat siswa dapat menjaga suasana kelas tetap kondusif.
Misalnya, selama ini kita terbiasa memberikan pertanyaan-pertanyaan untuk dijawab
bersama sehingga suasana menjadi gaduh. Jika kebiasaan tersebut dapat mengurangi
kedisiplinan siswa, maka kita sebaiknya perlu mengganti kebiasaan tersebut dengan hal
lain yang dapat mengembalikan kedisiplinan mereka.

Di samping itu, kita juga perlu merangsang siswa agar dapat bertingkah laku
positif di dalam kelas dengan cara memberi pujian atau ucapan terima kasih selama
mereka bisa menjaga sikap disiplin dalam kelas. Kebiasaan ini tentu akan menimbulkan
perasaan senang dalam diri siswa, sehingga mereka akan terus terpacu untuk menjaga
sikap-sikapnya. [11]

9. Pendekatan Pengajaran

Pengelolaaan kelas dengan pendekatan pengajaran, sesuai dengan sebutan


dilakukan guru pada saat proses pembelajaran berlangsung. Peranan guru sangat
dominan di sini sebagai aktor utama di dalam kelas. Pendekatan memanajemen kelas
dengan pendekatan pengajaran dimaksudkan agar muncul peran guru secara efektif
untuk melakukan pencegahan dan atau penghentian perilaku siswa yang kurang
menguntungkan atau bahkan mengganggu proses pembelajaran di kelas.

Pendekatan pengajaran mensyaratkan perencanaan pengajaran yang baik oleh


seorang guru. Selanjutnya, rencana pengajaran yang telah dibuat itu diimplementasikan
sebaik-baiknya di dalam kelas sehingga kelas yang bersangkutan dapat terkelola dengan
baik untuk sebesar-besar manfaat untuk efektivitas pembelajaran siswa. Jadi, peranan
guru dalam kaitannya dengan pendekatan pengajaran adalah merencanakan dan
mengimplementasikan pengajaran yang baik

10. Pendekatan Elektis/Pluralistik

Pendekatan elektis adalah suatu pendekatan pengelolaan atau manajemen kelas


yang lebih menekankan pada potensialitas, kreativitas, dabn inisiatif wali kelas atau
guru kelas dalam memilih berbagai pendekatan-pendekatan yang telah disebutkan
sebelumnya berdasarkan situasi yang dihadapinya.

Pendekatan elektis disebut juga pendekatan pluralistic karena dalam pendekatan


manajemen kelas ini guru berusaha menggunakan berbagai macam pendekatan yang
memiliki potensi untuk dapat menciptakan dan mempertahankan suatu kondisi
memungkinkan proses belajar mengajar berjalan efektif dan efisien. Guru memilih dan
menggabungkan secara bebas pendekatan tersebut sesuai dengan kemampuan dan
selama maksud dan penggunaannnya untuk pengelolaan kelas disini adalah suatu set
(rumpun) kegiatan guru untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi kelas yang
memberi kemungkinan proses belajar mengajar berjalan secara efektif dan efisien.[12]

11. Pendekatan Teknologi Informasi

Pembelajaran tidak hanya terpaku pada kegiatan yang lebih dari hanya berbicara
dan transfer pengetahuan. Seiring dengan perkembangan pengetahuan dan teknologi
sekolah mencari bentuk baru dalam proses pembelajaran anak. Pembelajaran yang
dimaksud adalah perkembangan teknologi dimasa kini dan mendatang, murid butuh
untuk persiapan dirinya terutama kaitanya dengan perkembangan proyek yang harus
dikerjakan baik secara individual maupun kelompok. Hal ini tentunya mendorong para
guru untuk lebih bertindak sebagai coaching dari pada upaya sekedar telling dan
spending ilmu pengetahuan.

Pemanfaatan teknologi informasi adalah basis dalam pengembangan


pembelajaran di dalam kelas, baik dalam pengaturan kelas dengan alat teknologi
tersebut (praktek), maupun kelas yang di sett dengan alat tekologi yang memungkinkan
anak dapat mempelajari apa yang diinginkannya dengan bantuan alat teknologi tersebut.
Teknologi memberikan dan menuntut hal-hal berikut :

a. Menuntut guru melakukan pekerjaan dan alat yang lebih rumit

b. Mengarah kepada peran guru sebagai pelatih dari pada sebagai penyalur pengetahuan

c. Menyediakan kesempatan kepada guru untuk mempelajari isi pembelajaran kembali


dan menggunakan metode yang tepat berdasarkan kurikulum yang ada

d. Dapat memberikan dorongan kepada murid untuk bekerja lebih keras dan lebih
berhati-hati dalam belajar

e. Membangun budaya nilai dan mutu pekerjaan dalam sekolah secara signifikan.[13]
D. Proses Pendekatan Dalam Pengolaan Kelas Yang Efektif
1. Penataan ruang kelas

Penataan ruang bertumpu pada penetapan tempat duduk siswa, dengan format
memudahkan siswa dalam memandang gurunya. Biasanya hal ini dipengaruhi jumlah
siswa dalam satu kelas. Jumlah siswa yang tidak terlalu banyak akan memudahkan
siswa untuk menata meja dan kursi, agar di mana pun siswa duduk, mereka tetap bisa
memperhatikan guru saat mengajar.

Berbeda bila kelas terlalu padat dan banyak siswa. Biasanya siswa yang duduknya
paling belakang dan pojok akan kesulitan memandang guru, karena tertutup dengan
siswa lainnya. Siswa juga memerlukan ruang yang cukup agar mereka bisa
menempatkan buku dan alat-alat tulis mereka. Sehingga saat mereka membutuhkan
sesuatu, mereka bisa dengan mudah menemukannya. Misalnya saat siswa membutuhkan
penghapus. Mereka tidak perlu bingung mencarinya, karena mereka punya tempat yang
cukup untuk meletakkan penghapus di atas meja.

Formasi tempat duduk siswa juga perlu diubah dalam jangka waktu tertentu.
Perubahan formasi tempat duduk perlu dilakukan agar siswa tidak bosan di kelas. Siswa
perlu mengenal lebih dekat teman-teman mereka dalam satu kelas, sehingga mereka
tidak jenuh belajar. Siswa pun perlu merasa nyaman saat berada di kelas, jauh dari bau
yang tidak sedap, suara berisik, cahaya yang terlalu menyilaukan, dan lainnya. Hal ini
akan mempengaruhi konsentrasi anak saat belajar. [14]

2. Mengantisipasi kondisi kelas

Kondisikan semua siswa dengan baik secara fisik maupun psikis, termasuk siswa
yang terlambat masuk ke dalam kelas. Sebelum siswa benar-benar siap jangan memulai
mengajar. Ada kalanya saat kita masuk kelas, suasana kelas sangat gaduh atau anak
berjalan ke sana kemari dari tempat duduk mereka. Sebagai pendidik kita tidak boleh
menoleransi hal ini.
Sejak awal tahun ajaran, seorang pengajar harus menetapkan suatu aturan, bahwa
setiap ada guru yang masuk kelas dan hendak mengajar, siswa harus langsung
memberikan salam. Saat siswa memberikan salam, mereka harus melakukannya dengan
sopan. Hal ini akan memudahkan kita dalam proses belajar mengajar selanjutnya.
Bagaimana pun anak-anak perlu belajar untuk bisa fokus dan memperhatikan guru sejak
awal pembelajaran. Kalau ada murid yang terlambat, berhenti sejenak mengajar.
Perhatikan siswa yang terlambat. Ajak untuk mengikuti pelajaran dengan baik. Kalau
tidak, boleh jadi siswa yang terlambat ini berpotensi untuk mengganggu proses
pembelajaran dan menyulitkan pengelolaan kelas.

3. Tetapkan aturan dengan tegas namun 'bersahabat'

Saat ada siswa melakukan pelanggaran, kita harus tegas dalam memberikan
konsekuensi, sesuai dengan aturan yang telah disepakati. Alangkah lebih baik bila
aturan dibuat bersama siswa sejak awal tahun ajaran. Saat membuat suatu aturan dan
metode pemberian konsekuensi, kita perlu mengajak siswa untuk bekerja sama.
Sehingga saat mereka melakukan pelanggaran dan menerima konsekuensi, mereka bisa
menerimanya dengan baik. Kalau ada murid yang terlambat, berhenti sejenak mengajar.
Perhatikan siswa yang terlambat. Ajak untuk mengikuti pelajaran dengan baik. Kalau
tidak, boleh jadi siswa yang terlambat ini berpotensi untuk mengganggu proses
pembelajaran dan menyulitkan pengelolaan kelas.

4. Pastikan siswa tetap fokus

Beberapa siswa mungkin tidak fokus dengan materi yang kita berikan. Ada banyak
sebab mengapa siswa bisa tidak fokus pada pelajaran, bisa karena ngantuk, bosan,
capek, dan sebab lainnya. Sebagai pendidik kita harus memiliki banyak cara agar siswa
tetap fokus memperhatikan saat pembelajaran. Beberapa cara yang bisa kita praktekkan
adalah dengan memberikan pertanyaan kepada siswa dengan cara menunjuk siswa
(terutama yang terlihat kurang fokus), mengajak siswa melakukan ice breaking, dan
kejutan-kejutan menarik lainnya.

5. Serius tapi santai

Mulailah mengajar dengan serius. Bila sudah berhasil menggiring siswa dalam
suasana demikian, atur irama pembelajaran menjadi santai kemudian serius lagi, dan
begitu seterusnya. Kalau serius melulu siswa akan ngantuk atau bosan mengikuti
pelajaran. Makanya perlu juga pembelajaran diselingi dengan homor dan intermezo
sebagai penyegaran bagi siswa. Ada kalanya kita mengajak siswa untuk serius dalam
memperhatikan dan mengikuti pelajaran, namun tidak ada salahnya juga bila kita
mengajak siswa untuk tertawa dengan humor-humor segar. Hal-hal yang bersifat humor
bisa diberikan kepada siswa berupa cerita, ekspresi wajah, bernyanyi lagu lucu, dan hal-
hal yang bersikap humor lainnya yang bersifat mencairkan suasananya.

6. Jangan biarkan ada waktu tersisa yang kosong

Ada kalanya saat kita usai mengajarkan semua materi pelajaran, kita masih memiliki
sisa waktu antara 5 hingga 10 menit. Sebagai pendidik yang baik, kita tidak boleh
membiarkan anak-anak “menganggur” di sisa waktu. Di waktu siswa tersebut, kita bisa
memberikan pengayaan, mengajak anak nonton film pendek yang berhubungan dengan
pelajaran, memberikan tanya jawab, memberikan soal latihan, dan aktivitas lainnya.

7. Bersemangat sejak awal pembelajaran

Sejak awal pembelajaran kita perlu menunjukkan semangat yang baik. Jangan
sampai kita terlihat lelah, mengantuk, sedih, dan keadaan hati yang tidak baik lainnya.
Perasaan negatif bisa membuat siswa kehilangan semangat. Sebagai pendidik, kita perlu
belajar mengelola emosi. Keterampilan pendidik dalam mengelola emosi bisa membuat
siswa merasa nyaman dan lebih bersemangat dalam belajar. Kalau ada murid yang
terlambat, berhenti sejenak mengajar. Perhatikan siswa yang terlambat. Ajak untuk
mengikuti pelajaran dengan baik. Kalau tidak, boleh jadi siswa yang terlambat ini
berpotensi untuk mengganggu proses pembelajaran dan menyulitkan pengelolaan kelas.
8. Posisi berdiri ketika mengajar

Ketika mengajar, guru perlu mengatur posisi berdiri. Ini bertujuan untuk
mengendalikan siswa keseluruhan. Jangan itu ke itu saja siswa yang menjadi pusat
perhatian guru. Selain itu guru jangan terlalu sering membelakangi siswa karena
menulis di papan tulis. Sebaliknya guru guru menulis dengan posisi menyamping
sehingga siswa dapat terpantau.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

pengelolaan kelas adalah suatu memberdaya-gunakan potensi kelas yang ada


seoptimal mungkin untuk mendukung proses agar tercapainya tujuan pembelajaran.
Suatu pendekatan dalam pengelolaan kelas adalah proses penciptaan iklim atau suasana
emosional dan hubugan sosial yang positif dalam kelas. Suasana emosional dan
hubungan sosial yang positif artinya ada hubungan yang baik antara guru dengan siswa.

Tujuan pengelolaan kelas adalah menyediakan, menciptakan dan memelihara


kondisi yang optimal didalam kelas sehingga peserta didik dapat belajar dan bekerja
dengan baik.

Macam-macam bentuk pendekatan dalam pengelolaan kelas antara lain:


pendekatan otoriter atau kekuasaan, pendekatan intimidasi atau ancaman, pendekatan
permisif atau kebebasan, pendekatan kerja kelompok, pendekatan sosio-emisional,
pendekatan instruksional, pendekatan resep, pendekatan perubahan tingkah laku,
pendekatan pengajaran, pedekatan elaktis/pluralistik, pendekatan teknologi informasi.

Proses pendekatan yang efektif dalam pengelolaan kelas antara lain: penataan
ruang kelas, mengantisipasi kondisi kelas, tetapkan aturan dengan tegas namun
“bersahabat”, pastikan siswa tetap focus, serius tapi santai, jangan biarkan waktu tersisa
kosong, bersemangat sejak awal pembelajaran, posisi berdiri ketika mengajar.

Daftar Pustaka

Hasan Alwi dkk, Kamus Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 2002), 246.
Ardy W, Manajemen Kelas Teori dan plikasi untuk Menciptakan Kelas yang Kondusif
(Jogjakarta: Ar-Ruzz Media), 105

Novan Ardy W, Manajemen Kelas Teori dan Aplikasi untuk ,,, 110.

Novan Ardy W, Manajemen Kelas Teori dan Aplikasi untuk ,,, 115-122

Manajemen Pembelajaran Mencipta Guru Kreatif dan Berkompetensi (Surabaya: JP


Book, 2007), 31.

Rohani, Pengelolaan Pengajaran Sebuah Pengantar Menuju Guru Profesional


(Jakarta: Rineka Cipta, 2010), 171

Evis Karwati, dan Donni Juni Priansa, Manajemen Kelas classroom management
(Bandung: Alfabeta, 2014), 15-16.

https://id.scribd.com/document/327881532/Makalah-Pendekatan-Pengelolaan-Kelas,
Diakses 10 Oktober, 07.31

Anda mungkin juga menyukai