Anda di halaman 1dari 25

STRATEGI MENENTUKAN SKALA PRIORITAS MANAJEMEN

LEMBAGA PENDIDIKAN DASAR ISLAM

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas


Mata Kuliah ”Manajemen Transformasi Pendidikan Dasar Islam”

Dosen Pengampu:
Prof. Dr. H. Mujamil Qomar, M.Ag
Dr. H. Abd. Aziz, M.Pd.I

Disusun Oleh:
MUHIBBUDIN
NIM. 12502175009

PROGRAM STUDI MANAJEMEN DASAR PENDIDIKAN ISLAM


PASCASARJANA (S3)
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
(IAIN) TULUNGAGUNG
2018

0
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Perkembangan lembaga pendidikan Islam yang begitu pesat secara
kuantitatif, sayangnya tidak dibarengi masifnya kekuatan pengelolaan. Ini
memunculkan kesan dari kalangan pengamat, yang menilai bahwa
perkembangan lembaga pendidikan Islam yang mencapai ribuan itu hanya
terbatas pada jumlah diatas kertas. Artinya pengelolaan lembaga pendidikan
Islam tersebut sesungguhnya dibawah kendali orang-orang tertentu, bukan
oleh dan atas nama lembaga pendidikan Islam itu sendiri. Karena itu, dalam
persoalan selanjutnya berakibat pada sistem pengelolaannya yang sepenuhnya
menjadi tanggung jawab pendiri karena sudah menjadi hak milik baik secara
pribadi maupun atas nama yayasan yang didirikan oleh sang pemilik. Karena
itu dalam kenyataannya lembaga pendidikan Islam tidak bisa secara leluasa
melakukan pengelolaan sebagaimana organisasi seperti Muhammadiyah.
Manajemen lembaga pendidikan Islam akan timbul beberapa asumsi
pemahaman tentang penyelenggaraan lembaga pendidikan Islam itu sendiri.
Hal ini disebabkan lembaga pendidikan mempunyai karakteristik tersendiri
sesuai dengan core value yang dikembangkannya. Nilai-nilai inti yang
menjadi ajaran Islam inilah yang akan mewarnai proses pengelolaan dan
penyelenggaraan pendidikan Islam. Perilaku manajerial dalam mengelola
lembaga pendidikan Islam harus senantiasa didasarkan pada ajaran-ajaran
Islam yang bersumber dari Al-Quran dan Al-Hadis serta praktik-praktik
keteladanan yang diberikan oleh para ulama dan pemimpin Islam.1
Dalam kenyataannya sekarang ini, lembaga pendidikan Islam masih
sulit dalam menerjemahkan kewenangan otonom yang diembannya. Sebab
dengan sistem pengelolaan seperti itu, tentu saja akan memepersulit tugas
lembaga pendidikan Islam dalam melakukan pembaharuan organisasi.
Kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan bisa jadi tidak diindahkan oleh

1
Prim Masrokan Mutohar, Manajemen Mutu Sekolah, Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2013, 29

1
pengelola apabila mengarah pada intervensi atau pengurangan hak-hak
pengelolaan dari para pendiri atau pengurus yayasan.2 Dengan demikian
dibutuhkan skala prioritas. Skala prioritas dibutuhkan karena banyaknya
problem yang dihadapi lembaga pendidikan Islam, seperti problem
akademik, fisik, kultural, dan sebagainya. Skala prioritas ini menyeleksi
problem-problem yang ada berdasarkan tingkat keharusan untuk diatasi
(emergensi), peranannya terhadap eksistensi lembaga, maupun kemajuan
lembaga.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian manajemen lembaga pendidikan?
2. Bagaimana strategi menentukan skala prioritas manajemen lembaga
pendidikan?
3. Bagaimana implementasi strategi menentukan skala prioritas manajemen
lembaga pendidikan?
4. Bagaimana faktor-faktor yang mempengaruhi strategi menentukan skala
prioritas manajemen lembaga pendidikan?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian manajemen lembaga pendidikan.
2. Untuk mengetahui strategi menentukan skala prioritas manajemen
lembaga pendidikan.
3. Untuk mengetahui implementasi strategi menentukan skala prioritas
manajemen lembaga pendidikan.
4. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi strategi menentukan
skala prioritas manajemen lembaga pendidikan.

2
Baharuddin, Pengembangan Lembaga Pendidikan Islam, (Malang: Uin-Maliki Press, 2011), Hlm
3-4

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Manajemen Lembaga Pendidikan


Ditinjau secara etimologis (kebahasaan), istilah manajemen
dinyatakan berasal dari bahasa Latin manus yang berarti "tangan" dan
agre yang berarti melakukan. Dari dua kosa kata itu, muncul istilah/kata
maneggiare (Bahasa Italia) yang berarti "mengendalikan," terutama dalam
konteks ini diartikan dengan mengendalikan kuda.3 Dalam bahasa Inggeris

ditemukan istilah/kata “management” (dalam bentuk kata benda) yang

berarti: 1. direksi dan pimpinan; 2. ketatalaksanaan, tata pimpinan, dan


pengelolaan.4 Kata tersebut dipakai juga dalam bahasa Indonesia yang
diIndonesiakan menjadi kata manajemen, yang diartikan: “penggunaan
sumber daya secara efektif untuk mencapai sasaran. Pimpinan yang
bertanggung jawab atas jalannya perusahaan atau organisasi.5
Secara termenologis, menurut Soebagio Atmodiwirio manajemen
adalah manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisaian,
kepemimpinan, dan pengendalian semua sumber daya organisasi untuk
mencapai tujuan yang ditetapkan.6
Ricky W. Griffin mendefinisikan manajemen sebagai sebuah
proses perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian, dan pengontrolan
sumber daya untuk mencapai sasaran secara efektif dan efesien. Efektif
berarti bahwa tujuan dapat dicapai sesuai dengan perencanaan, sementara

3
Husaini Usman, Manajemen Teori, Praktek dan Riset Peneltian (Jakarta: PT. Bumi Aksara,
2006), h. 3
4
John M. Echols dan Hasan Shadily, Kamus Inggris Indonesia (Jakarta: PT Gramedia, Cetakan
ke XII 1983), H. 372.
5
Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: PT (Persero) Penerbit dan Percetakan Balai Pustaka,
2005), h. 708.
6
Soebagio Atmodiwirio, Manajemen Pendidikan Indonesia (Jakarta: PT Ardadizya Jaya, 2000),
h.5

3
efisien berarti bahwa tugas yang ada dilaksanakan secara benar, terorganisir,
dan sesuai dengan jadwal.7
Sedangkan pengertian lembaga pendidikan menurut Hasbullah adalah
wadah atau tempat suatu proses pendidikan yang bersamaan dengan proses
pembudayaan.8 Menurut Muhaimin lembaga pendidikan adalah organisasi
yang diadakan untuk mengembangkan lembaga-lembaga baik yang permanent
maupun yang berubah-ubah dan mempunyai pola-pola tertentu dalam
memerankan fungsinya, serta mempunyai struktur tersendiri yang dapat
mengikat individu yang berada dalam naungannya sehingga lembaga ini
mempunyai kekuatan tersendiri.9
Jadi dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan manajemen
lembaga pendidikan adalah cara yang digunakan oleh wadah atau tempat
guna proses suatu perubahan berencana yang memerlukan dukungan semua
pihak, anatara lain Kepala sekolah, guru, dan siswa dengan perubahan–
perubahan itu diharapkan dapat mengembangkan dan meningkatkan lembaga
pendidikan, yang memerlukan usaha jangka pendek, menengah, dan panjang
guna menghadapi perubahan yang akan terjadi pada masa mendatang.

B. Strategi Menentukan Skala Prioritas Manajemen Lembaga Pendidikan


Lembaga pendidikan Islam harus memiki orientasi yang jelas.
Ibarat kenderaan, orientasi itu seperti trayek, jalur yang harus dilalui
untukmencapai tujuan. Dengan pengertian lain, orientasi layaknya sasaran
yang mengantarkan pada tujuan. Oleh karenanya, orientasi dapat membuat
gerak pendidikan lebih terarah, teratur, dan terencana. Untuk
merumuskan orientasi tersebut perlu mempertimbangkan fenomena-
fenomena yang terjadi terkait dengan pendidikan. Selain pengaruh-pengaruh
yang bersifat mendunia, pendidikan Islam juga harus tanggap terhadap
problem-problem nasional, mengingat pendidikan Islam merupakan aset
pembangunan pendidikan nasional. Dalam posisi seperti ini, sudah menjadi

7
Ricky W. Griffin, Griffin. Business, 8th Edition (NJ: Prentice Hall), . 2006.
8
Hasbullah, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1999), 127.
9
Mujib, Pemikiran Pendidikan (Jakarta: Rineka Cipta1999), 286.

4
kewajiban moral bagi praktisi pendidikan Islam untuk memberikan
kontribusi dalam maemecahkan problematika yang mendera bangsa
Indonesia. Fadjar kembali menyarankan bahwa pengembangan pendidikan
Islam ke depan secara realistis harus disinkronkan dengan kebijakan
pendidikan nasional guna membebaskan bangsa dari impitan berbagai
persoalan.10
Dengan demikian, pendidikan Islam harus memiliki orientasi
visioner yang multi dimensi. Orientasi tersebut hendaknya didasarkan pada
pengadaan berbagai kemampuan yang harus dimliki pendidikan Islam
sebagai jawaban terhadap tuntutan yang dihadapi dalam era globalisasi, era
yang penuh persaingan, baik antar daerah, lembaga pendidikan, kebijkan,
sistem pendidikan, dan juga persaingan antar lulusan lembaga pendidikan.
Untuk mewujudkan kualitas pendidikan yang teruji dengan baik
ada beberapa prinsip orientasi strategis dalam mengembangkan pendidikan
Islam, yaitu: (1) Orientasi pengembangan sumber daya; (2) Mengarah
pada pendidikan Islam multikulturalis; (3) Mempertegas misi untuk
menyempurnakan akhlak manusia; (4) Mengutamakan spritualitas watak
kebangsaan.11 Empat prinsip tersebut diatas mewakili empat dimensi yang
terjalin secar integral yang menjadi orientasi pendidikan Islam, yaitu
dimensi potensial, dimensi kultural, dimensi etik, dan dimensi spiritual.
Dimensi potensial mengarahkan alur pendidikan pada pengembangan
sumber daya manusia menuju terbentuknya masyarakat madani; dimensi
kultural mengarahkan gerak pendidikan supaya ramah terhadap budaya
lokal sehingga bersikap inklusif yakni dimensi yang mengarahkan alur
pendidika; dimensi etik agar benar-benar mengemban misi menanamkan
moral pada seluruh bangsa; sedangkan dimensi spritual mengarahkan
pendidikan agar mempunyai jiwa keimanan sebagai dasar dalam
mengarungi kehidupan sehari-hari yang penuh godaan.

10
A. Malik Fadjar,, Upaya Merespon Dinamika Masyarakat Global (Yogyakarta: Aditya Media
Yogyakarta bekerjasmadengan UIN Press 2004), 21-22.
11
Ummah Karimah, Manajemen Dan Kepemimpinan Pendidikan Islam , Jurnal, Al-Murabbi
Volume 2, Nomor 1, 2015, 97

5
Orientasi pendidikan Islam yang tampaknya berdimensi ganda,
pendidikan Islam dalam semua bentuk (pesantren, madrasah, sekolah,
serta perguruan tinggi) harus dikelola dengan strategi tertentu yang mampu
menyehatkan keberadaan lembaga-lembaga tersbut, bahkan dapat
mengantarkan pada kemajuan yang signifikan. Namun, strategi yang dipilih
harus mempertimbangkan berbagai kondisi yang dirasakan lembaga
pendidikan Islam itu, sehingga menjadi stategi yang fungsional. Suatu
strategi yang bebar-benar mampu menyelesaikan masalah-masalah yang
sedang dihadapi sehingga ia dapat berfungsi layaknya resep yang
mujarab dalam mengatasi berbagai masalah.
Strategi semacam ini harus berbentuk langkah-langkah operasional
yang dapat dipraktikkan dengan suatu mekanisme tertentu yang
memberikan jalan keluar. Sebelum sampai pada stategi yang detail, perlu
ada perhatian tertentu pada skala prioritas guna memantapkan langkah
dalam mengelola lembaga pendidikan Islam. Pengelolaan lembaga
pendidikan Islam sebaiknya meliputi empat langkah bidang prioritas ini:
1. Peningkatan kualitas
2. Pengembangan inovasi dan kreativitas
3. Membangun jaringan kerja sama (networking)
4. Pelaksanaan otomi daerah.12
Skala prioritas ini dibutuhkan karena banyaknya problem yang
dihadapi lembaga pendidikan Islam, seperti problem akademik, fisik,
kultural, dan sebagainya. Skala prioritas ini menyeleksi problem-problem
yang ada berdasarkan tingkat keharusan untuk diatasi (emergensi),
peranannya terhadap eksistensi lembaga, maupun kemajuan lembaga.
Dengan skala prioritas itu, berarti ada upaya untuk memfokuskan
penanganan masalah agar tidak setengah-setengah dalam menangani
pengelolaan lembaga. Apalagi jika disadari bahwa masing-masing
komponen tersebut di samping terkait satu sama lainnya, juga memiliki
rincian detail yang masing-masing membutuhkan penanganan khusus.

12
T.A.R Tilaar, Paradigma Baru Pendidikan Nasional (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2000), 155.

6
Bukti bahwa masing-masing komponen tersebut meliputi rincian yang
detail karena menyangkut berbagai kondisi yang harus disiapkan dalam
keadaan positif-fungsional, misalnya, adalah masalah peningkatan kualitas
sebagai proritas pertama. Berbagai upaya telah ditempuh baik dalam level
lokal maupun nasional, tetapi hasilnya masih jauh dari harapan yang
ditargetkan. Dalam hal ini, Imam Suprayogo menyatakan bahwa dalam
mengembangkan kualitas lembaga pendidikan setidaknya ada dua sisi yang
harus dipenuhi sekaligus: Pertama, perhatian terhadap daya dukung,
meliputi ketenagaan, kurikulum, sarana dan prasarana, pendanaan, serta
manajemen yang tangguh; Kedua, harus ada cita-cita, etos, dan semangat
yang tinggi dari semua pihak yang terlibat di dalamnya.13
Berdasarkan pandangan manajemen strategi kontemporer diperlukan
keseimbangan antara efisiensi keuangan dengan proses layanan. Peningkatan
pembiayaan harus diiringi dengan peningkatan proses layanan, misalnya
dengan menggunakan sarana teknologi atau media lain yang menjadikan
proses layanan lebih simpel, cepat, dan akurat. Peningkatan pembiayaan
harus sejalan dengan kepuasan pelanggan (custommer satisfaction), semakin
besar biaya yang dikeluarkan maka semakin meningkat pula jumlah
pelanggan karena mereka merasa puas dengan layanan yang diberikan.
Peningkatan pembiayaan harus diiringi pula dengan penambahan atau
pertumbuhan layanan jasa. Peningkatan pembiayaan yang dapat
meningkatkan proses layanan dan kepuasan pelanggan seharusnya
menumbuhkan jenis layanan jasa lainnya (diversifikasi) layanan jasa
pendukung pendidikan.14
Manajemen strategik kontemporer di atas dapat diterapkan pada satuan
pendidikan (sekolah/madrasah/pesantren/pusat kegiatan belajar masyarakat).
Penerapan manajemen strategi ini dapat mendorong satuan pendidikan dalam
menjalankan program peningkatan mutu pendidikan.

13
Imam Suprayogo, Reformasi Visi Pendidikan Islam (Malang: STAIN Press, 1999), 73.
14
Suherli Kusmana, Manajemn Strategi Dalam Mengelola Satuan Pendidikan (Bandung Insan
Media, 2009), 26

7
Strategi Manajemen sebagai proses terdiri dari tiga tahap pokok yaitu
perumusan strategi, implementasi strategi, dan pengendalian (evaluasi)
strategi15
a. Perumusan Strategi
Tahap perumusan strategi perencana eksekutif merumuskan visi misi
organisasi, pembuatan profil organisasi, mengenali peluang dan ancaman
eksternal organisasi, menganalisis alternatif strategi, menetapkan sasaran
jangka panjang, dan memilih strategi induk. Alat manajemen yang
potensial untuk membantu analisis peluang dan ancaman tersebut dapat
menggunakan teknik analisis SWOT (strength, weakness, opportunity,
dan threat).
b. Implementasi Strategi
Tahap implementasi pimpinan melakukan perumusan strategi
operasional, menetapkan sasaran tahunan atau jangka pendek, kebijakan,
motivasi dan pemberdayaan sumber-sumber yang tersedia untuk
merealisasikan rencana strategis, dan melembagakan strategi.
c. Pengendalian dan Evaluasi
Tahap pengendalian dan evaluasi pimpinan melakukan pengawasan
dalam rangka mendorong kelancaran pelaksanaan kegiatan-kegiatan yang
telah dilaksanakan. Pimpinan juga perlu mengetahui atau memonitor
kemajuan kegiatan yang telah dilaksanakan. Berdasarkan hasil
monitoring itu, jika diperlukan maka semua strategi yang telah
diterapkan dapat dimodifikasi di masa depan karena faktor-faktor
eksternal dan internal selalu berubah. Tiga macam aktivitas mendasar
untuk mengevaluasi strategi yaitu a) meninjau faktor-faktor eksternal dan
internal yang menjadi dasar strategi sekarang, b) mengukur prestasi, dan
c) mengambil tindakan korektif.
d. Pengendalian dan Evaluasi
Tahap pengendalian dan evaluasi pimpinan melakukan pengawasan
dalam rangka mendorong kelancaran pelaksanaan kegiatan-kegiatan yang

15
Ibid,... 26

8
telah dilaksanakan. Pimpinan juga perlu mengetahui atau memonitor
kemajuan kegiatan yang telah dilaksanakan. Berdasarkan hasil
monitoring itu, jika diperlukan maka semua strategi yang telah
diterapkan dapat dimodifikasi di masa depan karena faktor-faktor
eksternal dan internal selalu berubah. Tiga macam aktivitas mendasar
untuk mengevaluasi strategi yaitu a) meninjau faktor-faktor eksternal dan
internal yang menjadi dasar strategi sekarang, b) mengukur prestasi, dan
c) mengambil tindakan korektif.
Selanjutnya, Mujamil Qomar dalam strategi pendidikan Islam secara
esensi menjelaskan bahwa secara institusional lembaga pendidikan
seharusnya menempuh skala prioritas dalam mengelola lembaga pendidikan
yang dimulai dari penempatan pemimpin yang benar-benar profesional,
Pemimpin ini berkonsentrasi membentuk guru-guru yang profesional. Guru-
guru ini berkonsentrasi menghasilkan strategi pembelajaran yang
memberdayakan siswa atau mengakselerasi penguasaannya.16
Sebuah lembaga pendidikan Islam harus mampu meningkatkan mutu
interaksi edukatif maupun komunikasi akademis secara timbale balik, baik
antara kalangan intern (civitas akademika) dan masyarakat sekitarnya. Oleh
karena itu, persoalan mutu atau kualitas merupakan permasalahan yang
sangat rumit. Karena, banyaknya komponen penyangga yang harus dibenahi
terlebih dulu, yang nantinya akan dapat mengantarkan terwujudnya mutu
pendidikan Islam sebagaimana yang menjadi harapan kita bersama. Jika
komponen-komponen penyangga itu tidak diperbaiki, mutu pendidikan Islam
tersebut tidak akan terealisasi meskipun semua orang mengharapkan. Dan,
perbaikan terhadap komponen-komponen itu membutuhkan pengaturan dan
pengelolaan yang benar dalam hal pendanaan, strategi, kesadaran bersama,
perubahan system, kesempatan, dan sebagainya.
Untuk mewujudkan kualitas tersebut, sedari awal pendidikan Islam
harus mempunyai misi yang bersifat teoretis dan aplikatif. Maka, pendidikan
Islam harus mampu:

16
Mujamil Qomar, Strategi Pendidikan Islam, (Jakarta: Erlangga, 2013), 135

9
1. Membebaskan akal peserta didik dari semua kekangan dan belenggu;
2. Membangkitkan indra dan perasaan peserta didik sebagai pintu untuk
berpikir; dan
3. Membekali berbagai macam ilmu pengetahuan yang dapat membersihkan
akal dan meninggikan derajat peserta didik.17

C. Implementasi Penentuan Skala Prioritas Manajemen Lembaga


Pendidikan (Manajemen Pembiayaan)
Dalam rangka peningkatan mutu pendidikan Islam, maka memerlukan
partisipasi aktif dan dinamis dari orang tua, siswa, guru dan staf lainnya
termasuk institusi yang memiliki kepedulian terhadap pendidikan Islam.
Pada hakekatnya tujuan institusi pendidikan adalah untuk menciptakan dan
mempertahankan kepuasan para pelanggan dan dalam Total Quality
Management (TQM) kepuasan pelanggan ditentukan oleh stakeholder
lembaga pendidikan tersebut. Oleh karena hanya dengan memahmi proses
dan kepuasan pelanggan maka organisasi dapat menyadari dan menghargai
kualitas. Semua usaha / manajemen dalam TQM harus diarahkan pada
suatu tujuan utama, yaitu kepuasan pelanggan, apa yang dilakukan
manajemen tidak ada gunanya bila tidak melahirkan kepuasan pelanggan.
Upaya peningkatan mutu pendidikan khususnya pendidikan dasar
merupakan bagian penting dalam peningkatan kualitas sumber daya
manusia. Pendidikan dituntut agar dapat mengembangkan setiap warga
yang siap memasuki era globalisasi yang penuh tantangan menghasilkan
manusia dan masyarakat indonesia yang maju dan mandiri dan tanggap
terhadap perkembangan zaman. Dalam hubungan ini berbagai program
pendidikan yang mengacu kepada tema pemerataan dan peningkatan mutu
pendidikan terus dilakukan, meskipun sampai saat ini masih banyak
permasalahan dan tantangan yang perlu mendapat perhatian.18 Keinginan

17
Mujamil Qomar, Manajemen Pendidikan Islam, (Malang: PT Gelora Aksara Pratama, t.t), hlm
53
18
Nanang Fattah, Ekonomi dan Pembiayaan Pendidikan, Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2000,92-93

10
masyarakat terhadap pendidikan yang bermutu merupakan tantangan bagi
sekolah. Keberhasilan sekolah membentuk opini yang positif masyarakat
bahwa proses dan hasil pembelajaran di sekolah itu bermutu merupakan
indikasi bahwa sekolah itu telah berhasil memuaskan pelanggannya.
Dalam kenyataannya tidak semua sekolah dapat
menyelenggarakan pendidikan bermutu. Sekolah yang melakukan proses yang
bermutu akan memuaskan orang tua peserta didik. Sebaliknya semua sekolah
melakukan hal yang sama sehingga bukan orang tua saja yang terpuaskan,
tetapi juga akan meningkatkan jumlah siswa berprestasi sehingga
memudahkan mereka untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang
berikutnya. Sekolah bermutu adalah sekolah yang dapat mencapai tujuan dan
dapat memuaskan seluruh masyarakat yang memanfaatkan jasa sekolah itu.19
Oleh karena itu sekolah perlu memperhatikan 3 komponen penentu
keberhasilan sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan yang
membutuhkan perhatian pengalokasian dana antara lain:
1. Siswa
Siswa merupakan klien utama yang harus dilayani, karena siswa
harus dilibatkan secara aktif dan tepat, tidak hanya di dalam
pembelajaran melainkan juga kegiatan sekolah. Wahana yang paling
tepat untuk melibatkan para siswa adalah kegiatan-kegiatan diluar
kurikuler atau kegiatan ekstra kurikuler.20 Kegiatan ekstra kurikuler
juga membutuhkan dana, untuk itu diperlukan anggaran tersendiri agar
kegiatan ini dapat berjalan dengan baik demi perbaikan mutu sekolah
tersebut
2. Guru
Guru merupakan bagian integral dari keberadaan sumberdaya
manusia yang mempunyai peranan strategis dalam kehidupan suatu
sekolah. Oleh sebab itu agar tugas pembinaan bagi para guru oleh kepala
sekolah dapat dilaksanakan secara efektif maka ruang lingkup atau

19
Suti,Marus.” Strategi peningkatan mutu diera otonomi pendidikan “. Jurnal Medtek, Volume 3,
Nomor 2, Oktober 2011
20
Mulyono,” Mewujudkan Madrasah Unggul”, vol 11, No 1, Juli,2009

11
dimensi-dimensi kepegawaian perlu dipahami oleh setiap kepala
sekolah.21 Adanya keseragaman dalam pola penggajian guru menjadi salah
satu syarat untuk memacu peningkatan mutu proses pendidikan dan
pembelajaran di sekolah sebagaimana yang digagas dalam konsep MBS,
tentu saja kesejahteraan tidak identik dengan kesejahteraan finansial.
Standar gaji, tunjangan fungsional dan kesejahteraan material lain yang
di perjuangkan guru-guru adalah realitas.22
3. Sarana dan Prasarana
Sarana dan Prasarana Madrasah Sarana pendidikan adalah
segala sesuatu yang meliputi peralatan dan perlengkapan yang
langsung digunakan dalam proses pendidikan di sekolah, seperti meja,
kursi, alat peraga, buku pelajaran. Sedangkan prasarana ialah semua
komponen yang secara tidak langsung menunjang jalannya proses
belajar mengajar di sebuah lembaga pendidikan seperti jalan menuju
sekolah, halaman sekolah, dan tata tertib sekolah. Pengelolaan sarana
dan prasarana pendidikan adalah kegiatan merencanakan kebutuhan,
pengadaan investasi, penyimpanan, pemeliharaan, penggunaan dan
penghapusanhingga penataan halaman, bangunan, perlengkapan dan
perabot madrasah secara tepat guna dan tepat sasaran.
Peningkatan mutu pendidikan di sekolah dasar hanya akan
terjadi secara efektif bila mana dikelola dengan manajemen yang tepat.
Selama ini peningkatan mutu pendidikan cenderung melalui
manajemen sentralistik. Begitu banyak program peningkatan mutu
pendidikan sekolah dasar ditetapkan dan diupayakan secara sentralistik
oleh pemerintah pusat. dan beragam program pelatihan guru dilaksanakan
secara terpusat dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan di
sekolah dasar.23 Keinginan masyarakat terhadap pendidikan yang
bermutu merupakan tantangan bagi pihak penyelenggara pendidikan.

21
Ibid.,
22
Suti,Marus.” Strategi peningkatan mutu diera otonomi pendidikan “. Jurnal Medtek,
Volume 3, Nomor 2, Oktober 2011.
23
Ibrahim Bafada, Manajemen Peningkatan Mutu Sekolah Dasar, Jakarta: Bumi Aksara

12
Penentuan skala prioritas manajemen lembaga dalam
meningkatkan mutu tidak akan habis-habisnya dibicarakan dan
dituntut oleh masyarakat. Kepuasan pelanggan pendidikan merupakan
salah satu tujuan yang ingin dicapai melalui penerapan MBS.24
Efektifitas pembiayaan sebagai salah satu alat ukur efisiensi, program
kegiatan tidak hanya dihitung berdasarkan biaya tetapi juga waktu,
dan amat penting menyeleksi penggunaan dan operasional,
pemeliharaan dan biaya-biaya lain yang mengarah pada pemborosan.
Implikasi manajemen pembiayaan dalam meningkatkan skala
prioritas mutu pendidikan yaitu dengan adanya pengalokasian dana pada
faktor-faktor yang mempengaruhi proses pembelajaran yang
memerlukan anggaran dalam dalam meningkatkan mutu pendidikan.
Analisa SWOT menentukan Skala Prioritas Strategi MPI
Analisis adalah penyelidikan terhadap suatu peristiwa untuk
mengetahui keadaan yang sebenarnya (sebab-musabab, duduk perkaranya,
dsb).25 Sedangkan SWOT itu sendiri merupakan kependekan dari strength,
weakness, opportunity dan threat. Strength berarti kekuatan (internal) yang
dimiliki oleh seseorang atau lembaga. Weakness berarti kelemahan
(internal, misalnya lembaga pendidikan ). Opportunity berarti peluang
(eksternal) yang diperkirakan cocok untuk mengatasi kelemahan dan
ancaman. Adapun threat berarti ancaman atau tantangan (eksternal,
misalnya globalisasi) yang paling urgen untuk diatasi secara umum pada
semua komponen pendidikan.

Analisi SWOT itu sendiri dapat didefinisikan dengan suatu


identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi
perusahaan. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat
memaksimalkan kekuatan (strenghts) dan peluang (opportunities), akan

2006, 35.
24
Amiruddin Siahaan,dkk, Manajemen Pendidikan Berbasis Sekolah, 121.
25
Kamus besar Bahasa Indonesia (KBBI)

13
tetapi secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan(weakness) dan
ancaman(threats).26

Dengan analisis SWOT tersebut diharapkan pendidikan Islam dapat


melakukan langkah-langkah strategis. Strategi adalah suatu cara dimana
organisasi atau lembaga akan mencapai tujuannya, sesuai dengan peluang-
peluang dan ancaman-ancaman lingkungan eksternal yang dihadapi, serta
sumber daya dan kemampuan internal.Setelah melakukan analisis SWOT,
berikutnya adalah melakukan langkah-langkah strategis sebagaimana
dapat dibagankan sebagai berikut. Pertama Strategi strenghts-
opportunities (SO). Inilah yang paling diharapkan, dimana pendidikan
Islam dapat mengkonsolidasikan dan memobilisasikan kekuatan
(sumberdaya: integritas, manusia, governance/penguasaan, organisasi,
informasi, finansial, fisik dan fasilitas) untuk memanfaatkan peluang yang
ada guna melakukan ekspansi. Inilah yang disebut keberuntungan, yaitu
bertemunya kekuatan (kesiapan) dengan peluang. Kedua Strategi
weakness-opportunities (WO). Yaitu dengan cara mengeliminir kelemahan
untuk selanjutnya mendayagunakan peluang. Kalau diibaratkan seorang
pedagang yang tidak punya modal tetapi ada keempatan untuk meraup
keuntungan, maka yang dilakukan adalah memfokuskan pada upaya
mendapatkan keuntungan sambil berusaha mendapatkan modal. Bukan
meratapi kelemahannya sehingga peluang hilang, contohnya terbatasnya
anggaran sekolah dari pemasukan internal dapat dimanfaatkan dengan
sebaik baiknya oleh adanya ada BOS secara baik dan optimal. Ketiga
Strategi strenghts-threats (ST). Yaitu dengan cara melakukan konsolidasi
untuk meningkatkan dan mendayagunakan kekuatan guna menetralisir,
menghindari ancaman atau merubah ancaman menjadi peluang. Dalam
realita, apa yang didefinisikan sebagai ancaman pada dasarnya belum
tentu ancaman yang sesungguhnya. Misalnya, pada pertengahan tahun

26
Freddy Rangkuti, Analisis SWOT teknik membedah kasus bisnis (Jakarta, PT Gramedia Pustaka
Utama., 2008), 19.

14
1970 an ketika diterbitkan SKB Tiga Menteri tentang kesetaraan madrasah
dengan sekolah umum, banyak kalangan menilai sebagai ancaman
terhadap eksistensi madrasah dan dakwah Islamiyah. Fakta membuktikan
SKB itu justru memberikan peluang bagi madrasah untuk lebih
berkembang di masa-masa berikutnya. Keempat Strategi weakness- threats
(WT). Yaitu meminimalkan kelemahan untuk menghidari ancaman. Ini
merupakan keadaan yang paling tidak diharapkan. Lembaga pendidikan
Islam dan madrasah swasta banyak yang menghadapi masalah ini, dimana
secara internal memiliki kelemahan di hampir di semua komponen, sedang
secara eksternal menghadapi ancaman, seperti persaingan yang ketat atau
krisis kepercayaan masyarakat.

D. Faktor–Faktor Yang Mempengaruhi Penentuan Skala Prioritas


Manajemen Lembaga Pendidikan
1. Pandangan Terhadap Pendidikan
Manusia sebagai makhluk yang dapat dididik dan harus mendidik
manusia agar menjadi manusia dewasa melalui proses pendidikan. Sejak
lahir manusia telah memiliki potensi dasar yang universal yang berupa :
a. Kemampuan untuk membedakan antara yang baik dan buruk (moral
identivity)
b. Kemampuan dan kebenaran untuk perkembangan diri sendiri sesuai
dengan pembawaan dan cita-citanya (individual idendivity)
c. Kemampuan untuk berkembang dan kerja sama dengan orang lain
(social identivity)
d. Adanya ciri-ciri khas yang mampu membedakan dirinya dengan orang
lain (individual differences)
2. Memenuhi kebijakan Depdiknas dan masyarakat
Kesadaran tentang pentingnya pendidikan yang dapat memberikan
harapan dan kemungkinan yang lebih baik di masa yang akan dating. Hal
ini dapat mendorong berbagai upaya dan perhatian seluruh lapisan

15
masyarakat terhadap setiap gerak langkah dan perkembangan dunia
pendidikan.
Kewenangan pengelolaan yang bertumpuh pada kebutuhan sekolah
ini dipandang memiliki beerapa tingkat efektifitas yang tinggi seperti: (1)
kebijaksanaan dan kewenangan sekolah berpengaruh langsung dengan
siswa, orang tua dan guru (2) selalu bertujuan untuk mengoptimalkan
sumber daya sekolah (3) efektif dalam melakukan pembinaan peserta didik
seperti kehadiran, hasil belajar, tingkat pengulangan, tingkat putus
sekolah, moral guru dan iklim sekolah (4) adanya perhatian bersama
untuk mengambil keputusan, memberdayakan guru, managemen sekolah,
pengembangan sekolah, dan perubahan perencanaan.27
3. Perubahan social demografis didalam masyarakat
Di era globalisasi ini sudah dipastikan perubahan yang signifikan
didalam masyarakat baik yang berupa aspek social maupun aspek budaya.
Perubahan itu sebagai efek dari perkembangan teknologi informasi yang
semakin canggih dan terus berkembang. Perubahan tersebut tentunya turut
menciptakan karakteristik masyarakat, hal inilah yang menyebabkan
budaya saat ini disebut budaya tanpa kompetisi. Kompetisi sendiri
merupakan prinsip baru karena dunia terbuka dan bersaing untuk
melaksanakan sesuatu yang lebih baik seperti semboyan “esok Pasti lebih
baik dari hari ini”.28
4. Pengaruh Ilmu Pengetahuan Dan Teknologi
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang begitu pesat
menimbulkan berbagai perubahan disegala aspek kehidupan. Perubahan
tersebut menyebabkan sesuatu yang sebelumnya paling baik berubah
menjadi biasa-biasa aja, dan sesuatu yang sebelumnya relevan menjadi
tidak relevan, hal tersebut juga terjadi di dunia pendidikan. Adapun

27
Nanang fatah, Managemen Berbasis Sekolah dan Dewan Sekolah (Bandung : Pustaka Bani
Quraisy, 2004), 14-15
28
H.A.R. Tilaar, Beberapa Revormasi Pendidikan Dalam Perspektif Abad 21, (Jakarta: Rineka
Cipta,
1999), 35.

16
dampak perkembangan iptek dibidang ilmu pendidikan adalah
dikembangannya bebagai metode belajar yang lebih sesuai, efektif dan
efisien. Ilmu pendidikan juga banyak mendapatkan mafaat dari hasil
perkembangan teknologi dengan cara dimanfaatkanya alat-alat baru dalam
prosese belajar mengajar. Penemuan-penemuan baru tentang audiovisual
aid, penemuan itu telah banyak membantu guru dalam memberikan materi
dan pengalaman kepada anak didik.29

E. Analisis
Strategi penentuan skala prioritas manajemen lembaga pendidikan
sangat dibutuhkan karena banyaknya problem yang dihadapi lembaga
pendidikan Islam, seperti problem akademik, fisik, kultural, dan
sebagainya. Penentuan skala prioritas ini menyeleksi problem-problem
yang ada berdasarkan tingkat keharusan untuk diatasi (emergensi),
peranannya terhadap eksistensi lembaga, maupun kemajuan lembaga.
Dengan penentuan skala prioritas itu, berarti ada upaya untuk
memfokuskan penanganan masalah agar tidak setengah-setengah dalam
menangani pengelolaan lembaga. Penulis sepakat dengan Tilalar yang
mengungkapkan bahwa ada empat langkah bidang prioritas yaitu : 1)
Peningkatan kualitas, 2) Pengembangan inovasi dan kreativitas, 3)
Membangun jaringan kerja sama (networking), 4) Pelaksanaan otomi
daerah.30 Disini penulis akan mengembangkan keempat prioritas adalah
sebagai berikut:
1. Peningkatan kualitas
Mutu pendidikan sering diindikasikan dengan kondisi yang baik,
memenuhi syarat, dan segala komponen yang harus terdapat dalam
pendidikan, komponen-komponen tersebut adalah masukan, proses,
keluaran, tenaga kependidikan, sarana-prasarana dan biaya. Mutu
pendidikan juga merupakan salah satu faktor penentu daya saing bangsa,

29
Burhanuddin Salam, Pengantar Paedagogik, Dasar-Dasar Ilmu Mendidik, (Jakarta: Rineka
Cipta, 1997), 127.
30
T.A.R Tilaar, Paradigma Baru…, 155.

17
sehingga untuk dapat tetap bisa bertahan dalam percaturan global, maka
pendidikan yang bermutu mutlak diperlukan.
Peningkatan mutu pendidikan merupakan sasaran pembangunan di
bidang pendidikan nasional, dan merupakan bagian integral dari upaya
peningkatan kualitas manusia Indonesia (menyeluruh). Sebagaimana
disebutkan dalam Pasal 3 UU No.20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional menyatakan:
“bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,
bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab”.31

Mutu pendidikan harus diupayakan untuk mencapai kemajuan


yang dilandasi oleh suatu perubahan terencana. Menurut Sagala
peningkatan mutu pendidikan diperoleh melaui dua strategi, yaitu: (1)
peningkatan mutu pendidikan yang berorientasi akademis, untuk memberi
dasar minimal dalam perjalanan yang harus ditempuh untuk mencapai
mutu pendidikan yang dipersyaratkan oleh tuntutan zaman, (2)
peningkatan mutu pendidikan yang berorientasi pada ketrampilan hidup
esensial, yang dicakupi oleh pendidikan yang berlandasan luas, nyata, dan
bermakna
Lebih lanjut Sagala menyatakan, bahwa lembaga pendidikan
(sekolah) dapat dikatakan bermutu, apabila prestasi sekolah khususnya
prestasi peserta didik, menunjukkan pencapaian yang tinggi dalam; (1)
prestasi akademik, yaitu nilai raport dan nilai kelulusan memenuhi standar
yang ditentukan, (2) memiliki nilai-nilai kejujuran, ketaqwaan, kesopanan,
dan mampu mengapresiasi nilai-nilai budaya, dan (3) memiliki
tanggungjawab yang tinggi, dan kemampuan yang diwujudkan dalam
bentuk ketrampilan, sesuai dengan standar ilmu yang diterimanya di

31
UU RI Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sisdiknas, (Semarang: Aneka Ilmu, 2003), 7.

18
sekolah.32 Pendidikan yang bermutu adalah pendidikan yang dapat
menghasilkan peserta didik yang memiliki kemampuan, wawasan, dan
ketrampilan sesuai dengan standar yang ditetapkan, sehingga memiliki
peluang yang cukup untuk berkompetensi di pasar kerja manapun dengan
tidak mengesampingkan aspek-aspek moral dalam kehidupannya.
2. Pengembangan inovasi dan kreativitas
Sekolah harus menjadi sumber yang inovatif dan kreatif mengalami
metamorfosis menuju pembaruan secara terus menerus, sekaligus dipimpin
oleh pimpinan yang inovatif pula. Ada strategi yang khusus diterapkan,
menurut Bennis, Bene & Chin yang dikutip oleh Bafadal mengemukan
beberapa strategi perubahan yang inovatif, yaitu:33
a. Tarional Empirical Strategy
Suatu inovasi harus dibuktikan secara rasional empiric yang dilahirkan
melalui penelitian.
b. Normal Reeducative Strategy
Strategi melalui proses inovasi manajemen sekolah adalah pendidikan
(education) dan pelatihan (training) bagi pihak-pihak yang
berkepentingan langsung atau tidak langsung menurut satuan waktu
tertentu.
c. Power Coercive Strategy
Pola kerja manajemen pendidikan dapat diatur seragam secara
nasional, menjadikan sekolah menjadi mental ketergantungan dan
memanjakan masyarakat yang berkepentingan dengan sekolah. Oleh
sebab itu telah menidentifikasikan tujuh strategi yang dapat dipakai
oleh agen perubahan (kelebihan dan kekurangannya), yaitu:
1) Fellowship Strategy yaitu model strategi yang mengedepankan
interaksi sosial, dapat ,menghindari konflik , suasana santai dan
serius.

32
Sagala, Manajemen Strategik dalam peningkatan Mutu Pendidikan, (Bandung: Alfabeta,
2010), 170.
33
David, Jane L. Synthesis of Research on School-based Management. Educational
Leadership. Volume 46. Number 8. May 1989

19
2) Political strategy suatu pendekatan yang dilakukan dalam dunia
politik.
3) Economic strategy berkaitan dengan masalah keuangan yang selalu
makin menurun yang tercermin dalam penganggran.
4) Academic strategy mencoba pengelolaan yang mempengaruhi guru
secara rasional, membatu perubahan ketika demonstrasi,
mengetahui keadaan siswa dan sumber imformasi lain dapat
digunakan untuk membahasa persoalan bersama.
5) Engineering Strategy, dengan dasar pemikiran penasehat dapat
menciptakan perubahan lingkungan, orang-orang yang
mengikutinya.
6) Militery strategy yaitu strategi yang mengandalkan kepada
kemampuan perorangan atau lainnya, dapat digunakan dalam
keadaan kerusakan organisasi.
7) Confrontation strategy, yaitu berperan sebagai pengelola pada
kondisi tingkat konflik yang tinggi.
3. Membangun jaringan kerja sama (networking)
Membangun jaringan kerjasama bisa meningkatkan keuntungan dalam hal
meningkatkan daya saing. Mengingat begitu banyaknya manfaat yang
diperoleh dari kerjasama perlu terus meningkatkan intensitas dan
efektifitas dalam bekerja sama dengan pihak lain.
4. Pelaksanaan otonomi daerah
Pelaksanaan otonomi daeah sebagai penerapan tuntutan globalisasi
yang sudah seharusnya lebih memberdayakan daerah dengan cara
diberikan kewenangan yang lebih luas, lebih nyata dan bertanggung jawab.
Diberlakukannya UU No. 32 dan UU No. 33 tahun 2004 kewenangan
pemerintah didesentralisasikan ke daerah, ini mengandung makna,
pemerintah pusat tidak lagi mengurus kepentingan rumah tangga daerah-
daerah. Hal ini menjadi kewenangan mengurus, mengatur rumah tangga
daerah diserahkan kepada masyarakat atau lembaga.

20
Komponen-komponen penentuan skala prioritas manajemen lembaga
pendidikan di atas meliputi rincian yang detail karena menyangkut berbagai
kondisi yang harus disiapkan dalam keadaan positif-fungsional, misalnya,
adalah masalah peningkatan kualitas sebagai proritas pertama. Berbagai
upaya telah ditempuh baik dalam level lokal maupun nasional, tetapi
hasilnya masih jauh dari harapan yang ditargetkan.

21
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
1. Lembaga pendidikan adalah organisasi yang diadakan untuk mengembangkan
lembaga-lembaga baik yang permanent maupun yang berubah-ubah dan
mempunyai pola-pola tertentu dalam memerankan fungsinya, serta
mempunyai struktur tersendiri yang dapat mengikat individu yang berada
dalam naungannya sehingga lembaga ini mempunyai kekuatan tersendiri.
Manajemen lembaga pendidikan adalah cara yang digunakan oleh wadah atau
tempat guna proses suatu perubahan berencana yang memerlukan dukungan
semua pihak, anatara lain Kepala sekolah, guru, dan siswa dengan perubahan–
perubahan itu diharapkan dapat mengembangkan dan meningkatkan lembaga
pendidikan, yang memerlukan usaha jangka pendek, menengah, dan panjang
guna menghadapi perubahan yang akan terjadi pada masa mendatang.
2. Strategi penentuan skala prioritas manajemen lembaga pendidikan ada empat
langkah bidang prioritas ini: 1) Peningkatan kualitas, 2) Pengembangan
inovasi dan kreativitas, 3) Membangun jaringan kerja sama (networking) 4)
Pelaksanaan otomi daerah. Dengan adanya skala prioritas itu, berarti ada
upaya untuk memfokuskan penanganan masalah agar tidak setengah-
setengah dalam menangani pengelolaan lembaga. Apalagi jika disadari
bahwa masing-masing komponen tersebut di samping terkait satu sama
lainnya, juga memiliki rincian detail yang masing-masing membutuhkan
penanganan khusus
3. Dalam rangka peningkatan mutu pendidikan Islam, maka memerlukan
partisipasi aktif dan dinamis dari orang tua, siswa, guru dan staf lainnya
termasuk institusi yang memiliki kepedulian terhadap pendidikan Islam.
Upaya peningkatan mutu pendidikan khususnya pendidikan dasar
merupakan bagian penting dalam peningkatan kualitas sumber daya
manusia. Pendidikan dituntut agar dapat mengembangkan setiap warga
yang siap memasuki era globalisasi yang penuh tantangan menghasilkan

22
manusia dan masyarakat indonesia yang maju dan mandiri dan tanggap
terhadap perkembangan zaman.
4. Faktor–faktor yang mempengaruhi penentuan skala prioritas manajemen
lembaga pendidikan yaitu pandangan terhadap pendidikan, memenuhi
kebijakan depdiknas dan masyarakat, perubahan social demografis didalam
masyarakat, pengaruh ilmu pengetahuan dan teknologi.

23
DAFTAR RUJUKAN

A. Malik Fadjar,, Upaya Merespon Dinamika Masyarakat Global Yogyakarta:


Aditya Media Yogyakarta bekerjasmadengan UIN Press 2004
Baharuddin, Pengembangan Lembaga Pendidikan Islam, Malang: Uin-Maliki
Press, 2011
Burhanuddin Salam, Pengantar Paedagogik, Dasar-Dasar Ilmu Mendidik,
Jakarta: Rineka Cipta, 1997
H.A.R. Tilaar, Beberapa Revormasi Pendidikan Dalam Perspektif Abad 21,
Jakarta: Rineka Cipta, 1999
Hasbullah, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
1999
Husaini Usman, Manajemen Teori, Praktek dan Riset Peneltian Jakarta: PT.
Bumi Aksara, 2006
Ibrahim Bafada, Manajemen Peningkatan Mutu Sekolah Dasar, Jakarta: Bumi
Aksara, 2006
Imam Suprayogo, Reformasi Visi Pendidikan Islam Malang: STAIN Press, 1999
John M. Echols dan Hasan Shadily, Kamus Inggris Indonesia Jakarta: PT
Gramedia, Cetakan
Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: PT (Persero) Penerbit dan Percetakan
Balai Pustaka, 2005
Mujamil Qomar, Manajemen Pendidikan Islam, Malang: PT Gelora Aksara
Pratama, t.t
Mujib, Pemikiran Pendidikan Jakarta: Rineka Cipta1999
Mulyono,” Mewujudkan Madrasah Unggul”, vol 11, No 1, Juli,2009
Nanang fatah, Managemen Berbasis Sekolah dan Dewan Sekolah Bandung :
Pustaka Bani Quraisy, 2004
Nanang Fattah, Ekonomi dan Pembiayaan Pendidikan, Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2000,
Prim Masrokan Mutohar, Manajemen Mutu Sekolah, Yogyakarta: Ar-Ruzz Media,
2013,
Ricky W. Griffin, Griffin. Business, 8th Edition NJ: Prentice Hall ke XII 1983
Soebagio Atmodiwirio, Manajemen Pendidikan Indonesia Jakarta: PT Ardadizya
Jaya, 2000
Suti,Marus.” Strategi peningkatan mutu diera otonomi pendidikan “. Jurnal
Medtek, Volume 3, Nomor 2, Oktober 2011
T.A.R Tilaar, Paradigma Baru Pendidikan Nasional Jakarta: PT Rineka Cipta,
2000
Ummah Karimah, Manajemen Dan Kepemimpinan Pendidikan Islam , Jurnal, Al-
Murabbi Volume 2, Nomor 1, 2015,

24

Anda mungkin juga menyukai